Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan perumahan negara khususnya di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK). Kebijakan ini mengatur tentang tipe rumah, syarat penghuni, dan waktu pengosongan bagi mereka yang tidak lagi berhak menempati rumah negara. Namun, dalam implementasinya masih ditemukan pelanggaran seperti penyewaan rumah dan penolakan untuk mengosongkan
3. Pendahuluan
Berdasarkan undang-undang, telah
diatur mengenai perumahan dan
kawasan pemukiman untuk
menjamin hak bertempat tinggal
setiap orang sebagai kebutuhan
dasar. Pemerintah telah mengatur
hal tersebut dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Di dalam undang-undang
tersebut telah diatur
mengenai hal-hal yang
terkait dengan rumah
yang dikuasai oleh
Negara.
4. Rumah negara dalam Kawasan Pusat
Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (PUSPIPTEK) diperuntukkan
bagi pegawai negeri sipil yang bekerja di
Kawasa PUSPIPTEK
Kebijakan yang mengatur rumah negara
yang ada di Kawasan PUSPIPTEK adalah
PERATURAN MENTERI RISET,
TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58
TAHUN 2017 TENTANG PENGHUNIAN
RUMAH NEGARA
Namun dalam
pelaksanaannya masuh
banyak pegawai yang
melanggar ketentuan
yang telah ditetapkan
dalam kebijakan tersebut.
5. Teori
• Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki
negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
Pegawai Negeri.
• Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara
yang dipergunakan bagi pemegang jabatan
tertentu dan karena sifat jabatannya harus
bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak
penghuniannya terbatas selama pejabat yang
bersangkutan masih memegang jabatan tertentu
tersebut.
6. Kebijakan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Tata
Cara Pengadaan, Penetapan Status, Pengalihan Status, dan Pengalihan Hak
atas Rumah Negara
Dalam pasal 3 disebutkan bahwa:
• Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara
o pembangunan;
o pembelian;
o tukar menukar atau tukar bangun; atau
o hibah.
• Pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian, tukar menukar, tukar bangun, atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d dapat dilakukan secara langsung dengan masyarakat atau badan usaha.
• Pengadaan Rumah Negara dengan cara tukar menukar atau tukar bangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan terhadap bangunan
dan/atau tanah milik negara pada instansi pengguna barang.
• Dalam hal bangunan dan/atau tanah milik negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang akan dipertukarkan berupa Rumah Negara beserta
tanahnya, bangunan penggantinya diperuntukan kembali untuk Rumah Negara sesuai dengan status golongan semula dan selebihnya dapat berupa
rumah dan/atau bangunan lainnya.
• Pengadaan Rumah Negara dengan cara pembangunan, pembelian, tukar menukar atau tukar bangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
huruf b, dan huruf c harus sesuai dengan standar tipe dan kelas Rumah Negara bagi pejabat dan Pegawai Negeri.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai standar tipe dan kelas Rumah Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri.
7. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH NEGARA
GOLONGAN I DI KAWASAN PUSAT PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
Dalam pasal 2 disebutkan bahwa:
• Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki
negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau
Pegawai Negeri.
• Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara
yang dipergunakan bagi pemegang jabatan
tertentu dan karena sifat jabatannya harus
bertempat tinggal di rumah tersebut serta hak
penghuniannya terbatas selama pejabat yang
bersangkutan masih memegang jabatan tertentu
tersebut.
Kebijakan
Dalam peraturan Menteri ini juga disebut kan
larangan-larangan dan ketentuan apa saja yang
berlaku bagi penghuni rumah negara golongan I yang
ada di Kawasan Puspiptek, Kecamatan Setu, Kota
Tangerang Selatan. Dan juga syarat apa saja yang
dibutuhkan untuk menempati rumah negara ini.
8. Pasal 3 menyebutkan tipe-tipe
rumah apa saja dan peruntukannya
sesuai dengan jabatan yang dimiliki
oleh penghuni Rumah Negara
Golongan I di Kawasan Puspiptek
Kebijakan • tipe A dengan luas bangunan 160 m2 (seratus enam puluh meter
persegi) dan luas tanah 600 m2 (enam ratus meter persegi)
diperuntukkan bagi jabatan pimpinan tinggi utama, jabatan pimpinan
tinggi madya, dan jabatan fungsional golongan IV/e dan IV/d;
• tipe B dengan luas bangunan 120 m2 (seratus dua puluh meter
persegi) dan luas tanah 350 m2 (tiga ratus lima puluh meter persegi)
diperuntukkan bagi jabatan pimpinan tinggi pratama dan jabatan
fungsional golongan IV/c dan IV/b;
• tipe C dengan luas bangunan 98 m2 (sembilan puluh delapan meter
persegi) dan luas tanah 200 m2 (dua ratus meter persegi)
diperuntukkan bagi administrator, jabatan fungsional dan pelaksana
golongan IV/a;
• tipe D dengan luas bangunan 70 m2 (tujuh puluh meter persegi) dan
luas tanah 200 m2 (dua ratus meter persegi) diperuntukkan bagi
pengawas, jabatan fungsional, dan pelaksana golongan III/d; dan
• tipe E dengan luas bangunan 50 m2 (lima puluh meter persegi) dan
luas tanah 100 m2 (seratus meter persegi) diperuntukkan bagi jabatan
fungsional dan pelaksana golongan III/d ke bawah yang karena tugas
dan fungsinya dibutuhkan setiap saat.
9. Pasal 11 menyebutkan tenggang
waktu untuk mengosongkan Rumah
Negara Golongan I dan hal apa saja
yang dapat membuat penghuni
mengosongkan Rumah Negara
Golongan I
Kebijakan a. Dalam hal surat izin penghunian telah berakhir,
penghuni harus mengosongkan Rumah Negara
Golongan I paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak
berakhirnya surat izin penghunian.
b. Dalam hal penghuni Rumah Negara Golongan I dimutasi
ke luar kawasan Puspiptek, penghuni harus
mengosongkan Rumah Negara golongan I paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak tanggal mutasi.
c. Dalam hal penghuni Rumah Negara Golongan I pensiun,
penghuni harus mengosongkan Rumah Negara
Golongan I paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal pensiun.
d. Dalam hal penghuni tidak mengosongkan Rumah
Negara Golongan I dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Sekretaris
Jenderal dapat melakukan upaya paksa dibantu oleh
instansi berwenang.
10. Studi Kasus
• Dalam pelaksanaannya, kebijakan
yang telah dibuat oleh pemerintah
bertujuan untuk mengatur tentang
Rumah Negara Golongan I di
Kawasan Puspiptek, Kecamatan Setu,
Kota Tangerang Selatan.
• Namun, pada kenyataanya masih
banyak penghuni-penghuni Rumah
Negara yang ada di Kawasan
Puspiptek yang melanggar
ketententuan yang telah ditetapkan
pada kebijakan tersebut.
• Dalam kenyataanya masih ditemukan
penghuni rumah yang melanggar, seperti
menyewakan rumah negara, tidak
meninggalkan rumah negara walau telah
dikategorikan kedalam penghuni yang
sudah tidak dapat menempati Rumah
Negara Golongan I berdasarkan
kebijakanyang telah ditetapkan
• Hal ini menajdi masalah untuk
ketersediaan ruma bagi pegawai negri sipil
yang bekerja di Kawasan Puspitek. Karena
pegawai yang sudah tidak aktif lagi bekerja
di Kawasan Puspiptek masih menempati
Rumah Negara yang berada di Kawasan
tersebut.
11. Pada Tahun 2020 telah terjadi
penolakan oleh warga penghuni
perumahan PUSPIPTEK terkait
dengan pengosongan rumah dinas di
Perumahan PUSPIPTEK, Setu, Kota
Tangerang Selatan
Dikutip dari Merdeka.com, bidang sarana kawasan Puspiptek, merencanakan melakukan pemutusan saluran air bersih
ke seluruh warga pensiunan Perumahan Puspiptek. Langkah tersebut dilakukan setelah upaya permintaan pengosongan
rumah dinas kepada pensiunan pegawai Puspiptek tidak kunjung membuahkan hasil. Namun, warga menolah keputusan
yang telah dilakukan oleh pihak pengelola kawasan perumahan Puspiptek karena dinilai keputusan ini adalah keputusan
sepihak. Pensiunan pegawai Batan menegaskan bahwa tindakan bidang sarana Puspiptek terhadap warga pensiunan,
merupakan bentuk intimidasi negara terhadap rakyat.
Studi Kasus
12. Kesimpulan
Pada pelaksanaanya kebijakan yang telah dibuat tidak sesuai dengan
yang telah ditentukan, masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang
ditemukan pada Kawasan perumahan di PUSPIPTEK yang dibiarkan
saja dan tidak diberikan sanksi.
Pemerintah juga telah berupaya dengan melakukan penertiban
terhadap penguhi rumah negara yang sudah di kategorikan tidak
dapat lagi menempati rumah tersebut namun warga merasa telah
sangat berjasa selama menjadi pegawai dan menuntut untuk
diberikan penghormatan dengan tetap menempati perumahan dinas
Puspitek tersebut.