SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
Liputan Utama
Musyawarah Nasional: Momentum Lahirnya
KM STAN Nasional
Surat Pembaca
Budaya 3-S, ke Mana Ia Pergi?
Ragam Mahasiswa
STAN Sabet Juara 1 CPA Australia Accounting
Competition 2014
Edisi No.21/Tahun VIII/Minggu III Mei/2014
Mencerdaskan dan Mencerahkan
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
2
Suara Bengkel
“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.
Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang
hakiki.” – Mahatma Gandhi.
Suara Bengkel kali ini kita awali dengan kutipan tokoh
utama gerakan kemerdekaan India, Mahatma Gandhi.
Sebuah kalimat yang terlalu umum, tetapi juga terlalu
disepelekan. Dalam dunia Kampus Ali Wardhana yang
ketat akan persaingan ini, Indeks Prestasi menjadi faktor
utama yang dijadikan tolok ukur keberhasilan seorang
mahasiswa. Sebuah pertanyaan yang paling banyak
dilontarkan kepada kita sebagai mahasiswa adalah
berapa Indeks Prestasi yang diperoleh.
Terlepas dari pertanyaan orang-orang bahkan teman kita
sendiri, banyak yang mengabaikan betapa penuh liku,
tanjakan, dan turunan perjalanan yang kita lewati dalam
mendapatkan sebuah angka yang diwakili dalam Indeks
Prestasi.
Orang lain tidak tahu bagaimana cara kita merangkak
dari bawah ketika terpeleset di puncak bukit yang telah
kita daki atau cara kita membanting setir ketika jalan
yang kita lalui menyimpang dari jalur. Semua itu butuh
usaha dan kerja keras. Ketika kita sudah merasa letih,
malas, dan bosan, akan ada rasa yang menyentuh hati
dan membangkitkan semangat kita: motivasi. Sesuatu
yang tak tampak dari luar, tetapi besar pengaruhnya
pada tindakan di luar. Kita setuju bahwa keberhasilan
bukan mengenai apa yang hasil akhir katakan, melainkan
berasal dari apa yang kita lakukan dan usahakan selama
proses menuju hasil akhir. Mahasiswa seharusnya tidak
melulu pada nilai Indeks Prestasi tinggi, tetapi bagaimana
proses usaha mereka dalam belajar. Ilmu tidak lahir dari
simpulan, tetapi digali dengan tindakan.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang kami,
Makhluk Bengkel #16, alami. Tidak ada yang tahu
jatuh bangun proses wawancara, peliputan, hingga
penyusunan berita yang akan disajikan kepada pembaca.
Entak kaki kesana kemari mengejar narasumber
kenamaan yang begitu padat dengan pekerjaannya,
di tengah-tengah kewajiban kami sebagai mahasiswa
untuk belajar. Sungguh, komitmen kami diuji dalam
proses peliputan ini. Bukan berarti kami mengeluh. Kami
menikmati proses ini.
Di sela istirahat kami, sembari menikmati proses ini,
tak lupa rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT
yang memberi kami kekuatan untuk menyelesaikan
Tabloid Civitas Edisi ke-21 hingga bisa berada di hadapan
Anda. Sebuah kesempatan luar biasa bagi kami karena
diberikan amanah menyusun tabloid yang menyajikan
isu-isu hangat di dalam Kampus. Betapa bahagianya
apabila tabloid yang kami susun ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca.
Semoga di tengah perjalanan kita pada semester kedua
ini jiwa kebersamaan dan semangat juang kita senantiasa
terjaga. Kepedulian kita meningkat untuk saling
mengoreksi kesalahan yang diperbuat juga. Sehingga
kita dapat membuktikan pada dunia betapa pentingnya
sebuah proses ketimbang hasil akhir lebih ditekankan.
Namun, yang paling utama, untuk berjuang bersama-
sama mengawal segala proses yang tengah kita jalankan
di antara tumpukan amanah. Sebagai mahasiswa
Kampus Ali Wardhana, kita harus mampu mengabdi
kepada masyarakat yang semakin dinamis, membawa
sebaik-baiknya usaha.
Salam Pers Mahasiswa!
Editorial
Pemimpin Umum : Arief Kurniawan
Sekretaris Umum : Muwardhani Wahyu Utami
Pemimpin Redaksi :Yayan Puji Riyanto
Koordinator Peliputan : Muhammad Fajri
Reporter : Adam Maulana Malik, Ain Salsabilla,
Alan Kurniawan, Fauzan Hayyu, Ardian Ahmad, Arif
Prakarsa Diliarda, Bella Mutia Alyumatin, Dewanty
Asmaningrum, Dicky Yolan Eka, Herrera Derby
Martharina, Hilda Permatasari, Latifah Eka Riana,
Mhd Ricky Karunia, Mirza Gilstari Rahmadani,
Muhammad Fajri, Siti Rachmawati
Desain dan Tata Letak : Alan kurniawan, Ardian
Ahmad, Dewanty Asmaningrum
Editor : Adam Maulana Malik, Hilda Permatasari, Mhd
Ricky Karunia
Kontributor: Fandi Anggara Putra, Ghina Latifatul
Umah, Hendrocahyo
Alamat redaksi:
Plasa Mahasiswa
Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jalan
Bintaro Utama Sektor V,Tangerang Selatan, 15222,
e-mail: stan.mediacenter@gmail.com- - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - - - - - -
“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong,
tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan
yang timbul akibat sejarah bangsa itu sendiri.”
Mohammad Yamin pernah mengungkapkan bahwa
cita-cita persatuan bangsa ini bukan suatu hal yang
mustahil untuk diwujudkan. Walaupun harus melawan
para penjajah berkat seluruh sumbangsih pahlawan
bangsa kita saat itu, Indonesia dapat memproklamasikan
kemerdekaannya.
Tepatnya pada 17 Agustus 1945, sejarah itu terjadi.
Bangsa Indonesia yang dulunya belum menjadi satu
kesatuan dan memiliki identitas masing-masing kini telah
memiliki satu identitas nasional. Indonesia!
Menilik hal tersebut, seharusnya mahasiswa Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara yang melewati proses
seleksi yang sama juga harus memiliki satu identitas.
Penempatan di lokasi pendidikan yang berbeda tidak
menjadi suatu penghalang untuk menyatukan diri dalam
sebuah entitas.
Oleh karena itu, Tabloid Civitas kembali hadir dengan
liputan mengenai Keluarga Mahasiswa Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (KM STAN) yang untuk pertama
kalinya menyelenggarakan musyawarah nasional.
Pertemuan yang dihadiri perwakilan elemen Kampus
yang ada di STAN Bintaro dan perwakilan dari sebelas
Balai Diklat Keuangan (BDK) yang tersebar di seluruh
Indonesia diharapkan dapat menjadi sebuah momentum
untuk menghimpun seluruh mahasiswa dalam rumah
Keluarga Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Selain isu tersebut, kami juga akan mengupas tentang
Student Activity Monitoring System (SAMS). Pihak
lembaga yang menjadi inisiator dari SAMS ini harus
benar-benar memperhatikan hal ini. SAMS diharapkan
dapat merekam seluruh rekam jejak dan prestasi
mahasiswa baik di bidang akademik maupun non-
akademik mengingat selama ini belum ada perhatian
khusus dari lembaga tentang hal ini.
Selain itu, Tabloid Civitas kali ini juga mengangkat berita
mengenai pemakaian seragam oleh mahasiswa D-1 Bea
dan Cukai di lingkungan Kampus STAN Bintaro, informasi
mengenai maraknya tindak kriminal yang terjadi di
sekitar lingkungan Kampus STAN Bintaro, kabar gembira
dari civitas akademika STAN yang kembali meraih prestasi
dalam perlombaan CPA Accounting, dan berita tentang
Stapala yang menggelar acara peringatan hari bumi.
Tabloid kali ini juga mengangkat profil Organisasi
Kedaerahan (Organda) Papua, STAN Papua Community,
dan Unit Kegiatan Mahasiswa Sabdanusa. Kami juga
menyajikan hasil survei mengenai urgensi pembangunan
ATM Center di lingkungan Kampus Ali Wardhana. Kami
juga menyoroti kegiatan Kampus STAN yang jarang
melibatkan kampus lain.
Tidak hanya itu, kami juga mengulik informasi dari
beberapa dosen mengenai apa dan bagaimana peran
mahasiswa dalam politik dewasa ini. Terakhir, di rubrik
Wawancara, kami juga menyuguhkan hasil wawancara
eksklusif dengan Pandji Pragiwaksono dan Budi
Setiawan.
Di tengah momen Ujian Tengah Semester (UTS) kali
ini, kami kembali hadir menyapa para pembaca untuk
menyajikan berita yang informatif yang tentunya kami
harapkan sesuai dengan slogan yang kami usung:
mencerdaskan dan mencerahkan.
Selamat menempuh ujian dan semoga sukses untuk kita
semua. Manisnya perjuangan akan terasa setelah lelah
berjuang. Semangat dan selamat membaca!
Selamat Bergabung Angkatan 16
Media Center STAN
Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka
pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang
umurnya.
-Helvi Tiana Rosa-
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
3
Surat Pembaca
Budaya 3-S, ke Mana Ia Pergi ?
Akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi senyum manis atau
pun ucapan salam dari mahasiswa STAN. Kalaupun
ada, hanya samar-samar saja terdengar. Kontras sekali
keadaan ini dengan tiga bulan yang lalu, tiap bertemu,
entah kenal atau pun tidak, satu spesialisasi atau tidak,
tua atau muda, semuanya saling menyapa. Tanpa kita
sadari budaya 3-S (Senyum, Sapa, dan Salam) hilang bak
ditelan bumi. Ke manakah ia pergi?
Sebuah budaya baru yang baik untuk masa depan
pantas sekali untuk diperjuangkan. Namun, segigih apa
kita memperjuangkannya? Hal tersulit dalam membuat
budaya baru dan bisa berkembang dengan subur adalah
menyadarkan semua anggota dalam suatu organisasi,
membuat mereka sadar kalau mereka adalah bagian dari
tubuh organisasi. Waktu yang dibutuhkan tidak singkat,
bukan dalam hitungan jam, hari, atau minggu. Jangan
senang dulu jika anggota masyarakat ini sudah sadar akan
kepedulian terhadap budaya baru. Langkah selanjutnya
adalah mengajak mereka untuk menerapkan budaya
baru, dalam konteks ini adalah budaya 3-S. Anggota
masyarakat atau pun semua individu yang ada di STAN
harus sadar bahwa merekalah penentu keberhasilan
budaya 3-S ini.
Ada banyak sekali kendala yang secara tidak langsung
melunturkan budaya 3-S ini. Hilangnya sebuah
budaya bukanlah masalah “salah siapa”, melainkan
masalah sejauh mana pihak-pihak yang bersangkutan
berkontribusi. Kalangan mahasiswa sendiri pada awalnya
menunjukkan bahwa mereka berkontribusi secara baik.
Sayangnya, tanpa tekanan, budaya ini sedikit demi sedikit
mulai hilang. Penerapan budaya yang terlalu memaksa
seolah-olah ditodong pisau membuat budaya ini langsung
berkobar drastis. Namun, lihatlah akibatnya sekarang,
budaya 3-S hilang entah ke mana. Tak perlu terlalu cepat
dalam melakukan perubahan, lakukan saja dengan
perlahan, tetapi konsisten dan hasilnya di masa depan
pun juga terlihat.
Faktor lingkungan STAN yang notabene adalah
lingkungan PNS kental sekali dengan budaya birokrat
sangat memengaruhi. Budaya birokrat itu ditunjukkan
dengan menghormati yang lebih tua atau yang lebih
tinggi posisinya, baik jabatan maupun golongannya.
Ajaranya juga begitu, berikan salam kepada yang lebih
tua darimu. Realitas berbicara, mahasiswa D-3 atau D-1
dituntut menyapa terlebih dahulu kepada yang lebih
tua, lebih tinggi tingkat pendidikannya, atau lebih tinggi
jabatannya.
Penerapan sistem seperti ini guna menanamkan budaya
baru dinilai kurang pas, bijaknya yang tua sebagai
golongan yang lebih berpengalaman memberikan teladan
pada yang lebih muda maupun junior. “Sebuah generasi
yang baik akan selalu melahirkan generasi yang lebih
baik” adalah sebuah kata bijak yang menjelaskan bahwa
berilah teladan kepada mereka yang lebih muda. Konsep
keteladanan perlu digarisbawahi sebagai strategi untuk
melahirkan budaya baru. Keteladanan itu sendiri akan
mudah diterima bila dilakukan oleh orang-orang yang
kita anggap lebih tinggi dari kita. Sulit sekali membangun
budaya dari kalangan bawah, apalagi tidak semua
kalangan bisa berkontribusi. Mahasiswa STAN bukannya
tidak peduli dengan perubahan, mahasiswa STAN juga
bukan mahasiswa yang apatis, hanya saja mereka perlu
keteladanan untuk memoles kembali dan mengemas
lahirnya budaya baru ini, sedikit demi sedikit menghapus
ego yang masih tertanam kuat dalam diri mahasiswa
dalam usia remaja maupun dewasa awal.
Sebuah keberhasilan tentu saja diawali dengan persiapan.
Salah satu kasus adalah dengan membuat masyarakat
tidak golput tidak terjadi begitu saja, tentunya ada pihak
yang memprakarsai dan menjadi tim sukses. Mungkin
kita juga perlu membentuk tim sukses untuk melahirkan
budaya 3-S di Kampus STAN ini. Menarik seluruh elemen
di Kampus STAN untuk ikut serta dalam gerakan Senyum,
Sapa, dan Salam. Memberi teladan kepada yang muda,
mengapresiasi, bahkan bisa jadi memberikan hadiah
kepada mereka yang ikut serta menyukseskan gerakan
3-S di Kampus STAN.
Ghina Latifatul Umah
Mahasiswi D-3 Akuntansi Kelas 2-V
Lentera
Dinamika Bercerita
“Yang abadi dan berarti tak akan pernah bisa diraih dengan instan, semua butuh proses, semua butuh perjuangan, perjalanan ini tidak dinilai
dari berapa banyak kesuksesan yang didapat, tetapi berapa banyak kegagalan yang menjadikan bangkit.”
Setiap pagi, mentari tak pernah hadir seorang diri.
Meski kelopak mata seringkali berat untuk beranjak,
tak sanggup membendungnya untuk terus mengusik
lewat celah daun pintu. Menebarkan hangat yang siap
panaskan jiwa, matangkan semangat. Seakan menggelitik
agar segera terjaga dan melihat sesuatu yang segera
hadirsetelah keberadaannya. Sesuatu yang tak pernah
luput dibawa sang fajar, tak pernah ditinggalnya.
Sesuatu yang membangunkan seantero semesta,
layaknya mesin yang baru dinyalakan. Sesuatu yang
menggulung mimpi menjadi realita yang harus dihadapi
dan ditaklukkan. Sesuatu yang membuat jalanan yang
lengang menjadi sesak oleh kendaraan. Sesuatu yang
menggenggam ruh-ruh yang siap meramaikan sudut kota.
Bahkan gedung-gedung pencakar langit nan sombong
pun tak sanggup menghalangi ruh-ruh tersebut untuk
mengisi celahnya, mengubah yang statis jadi hidup. Ialah
sihir yang mengakhiri malam yang tenang. Menjagakan
dunia yang terlelap melalui energi yang dipancarkannya.
Membangkitkan jiwa yang telah kembali dari peraduan
untuk bergegas memulai kesibukan. Memutar kembali
rutinitas yang tidak pernah tertarik batas. Sesuatu yang
acapkali disebut dengan, dinamika kehidupan.
Ya, dinamika. Suatu keadaan yang bergerak, tidak
stagnan. Suatu kondisi yang terus-menerus mengalami
perubahan, berkesinambungan, dan tidak pernah
dijumpai kata putus atau diam sejenak. Sebuah perjalanan
yang ujungnya adalah titik permulaan untuk mengulang
kembali perjalanan yang sama. Ialah hidup, yang diwarnai
proses dan re-proses. Termasuk di dalamnya regenerasi
atau pergantian subjek proses dan reformasi atau
tata ulang komponen, yang didamba olah agen-agen
perubahan sebab menjadi momen paling tepat untuk
berikrar “jadi lebih baik”. Tak hanya dilukiskan oleh sihir
pagi. Berbagai hal berbeda yang kita alami tiap detik pun
merupakan bagian dari dinamika.
Saat awal dan akhir adalah titik yang sama. Disitulah
mengajarkan kita bahwa pasti ada saat dimana semua
kembali dimulai dari nol. Akhir dari suatu proses bukanlah
akhir yang dimaksud, justru adalah awal, gerbang
menapaki proses selanjutnya. Berkat proses yang terus-
menerus itulah, manusia-manusia hebat dan tangguh bisa
tumbuh dan menampakkan batang hidungnya.
Ya proses, bukan sesuatu yang instan. Proses yang
diwarnai tetes keringat, jatuh bangun, gagal bangkit,
pantang menyerah dan tak berhenti melangkah saat
sampai di hadapan sesuatu yang didamba. Karena
sesungguhnya seusai puncak pasti ada lembah. Lembah
yang siap meluncurkan kita kembali pada titik yang sama
seperti saat akan memulai.
Puncak yang acapkali menjadi dambaan anak-anak
manusia ternyata telah banyak membutakan mata
mereka. Perjuangan yang semu acapkali dipilih demi
menjadi yang tercepat, yang terkuat. Segala yang instan
rela dicicipi demi nomor satu. Bahkan yang tak baik pun
seringkali ikut larut.
Sedangkan yang memilih jalan tak instan justru menemui
sekelumit rintangan dan tantangan yang tak biasa.
Mereka harus menyiapkan lebih banyak bekal, mental
yang lebih tangguh, jalur yang lebih susah, bebatuan
yang lebih terjal. Inilah yang membuat mereka mengerti
medan, karena mereka melalui tiap tahapnya dengan
pengorbanan.Berkutat dengan kegagalan. Namun hal
ini takkan menjadikan mereka putus harapan karena
mereka berpikir bahwa gagal itu biasa, tetapi kegagalan
yang sesungguhnya adalah saat mereka menyerah dan
berhenti mencoba. Saat mereka terlempar sampai garis
batas bertahan atau menyerah, mereka akan mengingat
kembali alasan mengapa dan bagaimana selama ini
mereka berusaha untuk bertahan.Karena yang hebat
dan tangguh bukanlahyang tercepat dan terkuat, tetapi
yang paling bisa memetik arti dari tiap hal yang dilalui,
mendapat pelajaran dari tiap rintangan yang dihadapi dan
pengalaman dari tiap tantangan yang ditaklukkan.
Pengorbanan tak instan inilah merupakan cikal bakal
perjuangan yang layak untuk dikenang. Sedang yang
semu akan menjadi sia-sia teronggok masa, terlupakan
oleh sejarah dan tergerus oleh dinamika.Sekali berarti
langsung mati. Bukan tak layak dikenang tetapi memang
tak ada alasan untuk terus berarti karena seleksi alam
telah memilih yang pantas dan eksistensinya dibutuhkan
oleh komunitas.
Mereka yang hebat dan tangguh tentu takkan biarkan
sedikit celah tak terisi oleh pikiran positif. Karena mereka
mampu menghebatkan eksekusi tak sekedar ekspektasi
dengan jiwa-jiwa yang tangguh. Ekspektasi yang hanya
lamunan dan cenderung berlebihan tidak akan sanggup
membutakan pikiran mereka untuk malas bereksekusi.
Karena eksekusi adalah kunci dari pencapaian. Satu
pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif.
Layaknya, korek api yang mempunyai kepala, tetapi tidak
mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan
kecil, sang korek api langsung terbakar. Syukurlah,
manusia dianugerahi kepala dan juga otak sehingga
gesekan kecil tak perlu membakar segalanya. Karena
kunci dari eksekusi yang lebih hebat dari ekspektasi
adalah pikiran positif. Pikiran negatif hanya menjadi
racun yang tidak bertanggung jawab. Racun yang mudah
mengalihkan eksekusi menjadi bobrok dan tak enak diam
di jalan yang baik. Bukan mencari jalan yang lebih baik
justru terjerumus ke jalan yang tak seharusnya.
Segalanya butuh proses, butuh pengorbanan, dimulai
dari semangat pagi, mari merubah diri. Menjadi lebih
baik, dengan cara-cara yang baik. Ekpektasi realistis yang
diwujudkan dengan eksekusi yang hebat. Jika semua
yang dikehendaki mudah untuk dimiliki, darimana bisa
belajarmemulai perjuangan. Jika semua yang diimpikan
segera terwujud, darimana bisa belajar kesabaran. Jika
setiap harapan terus dikabulkan, darimana bisa belajar
pengorbanan.Jika tak memulai perjuangan, bersabar dan
berkorban, bagaimana bisa merasakan sukses yang sejati,
keberhasilan yang sesungguhnya dan pencapaian yang
layak untuk dikenang.
[Herrera Derby Martharina]
“Peduli itu bukan karena digiring, tapi bersama-sama berjalan beriringan.”
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
4
Pengesahan itu merupakan hasil dari rangkaian
Musyawarah Nasional (Munas) KM STAN 2014 yang
dilaksanakan pada 25-27 April 2014. Acara yang dibuka
oleh Agus Sunarya Sulaeman, Kepala Sekretariat STAN di
Gedung G, Kampus STAN Ali Wardhana tersebut dihadiri
oleh seluruh perwakilan elemen Kampus STAN serta
perwakilan dari mahasiswa STAN yang tersebar di dua
belas lokasi pendidikan lainnya, yaitu di Rawamangun,
Medan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta,
Malang, Denpasar, Pontianak, Makassar, Balikpapan, dan
Manado.
Dalam sambutannya, Agus menyampaikan, Munas ini
diadakan untuk menyamakan persepsi penyelenggaraan
kegiatan non-akademik STAN agar dapat dibangun satu
sinergi antara elemen-elemen Kampus di STAN dengan
elemen kampus yang berada di BDK dan Rawamangun.
“Harapan saya, agar terjadi satu pemahaman yang
sama terhadap pentingnya pengembangan kegiatan
kemahasiswaan, termasuk kesinergian dalam
penyelenggaraan akademik khusunya bagi penyelenggara
BDK”, tutur Agus.
Munas ini didasari oleh satu keinginan untuk menjadikan
seluruh mahasiswa STAN masuk dalam naungan KM STAN.
Selama ini, sebagaimana yang diatur dalam AD/ART KM
STAN, anggota KM STAN hanya mahasiswa STAN yang
berlokasi pendidikan di Kampus Ali Wardhana. Sementara
itu, mahasiswa STAN yang tersebar di dua belas lokasi
pendidikan lainnya bukan merupakan anggota KM STAN,
padahal mereka merupakan mahasiswa STAN yang dalam
hal akademik tidak dibedakan dengan mahasiswa STAN
yang berlokasi di Kampus Ali Wardhana.
Berkaitan dengan kegiatan kemahasiswaan, pihak
lembaga juga membutuhkan rekam jejak untuk keperluan
akreditasi. Sampai saat ini, STAN belum terakreditasi oleh
Badan Akreditasi Nasional Pergururuan Tinggi (BAN-
PT). Salah satu aspek penilaiannya BAN-PT adalah aspek
kemahasiswaan, dengan poin penilaiannya yang meliputi
prestasi mahasiswa, penelitian dan publikasi di jurnal
yang terakreditasi, kegiatan pengabdian masyarakat, dan
organisasi di dalam Kampus.
Dari keempat poin tersebut, tidak ada satu pun yang
terdata oleh lembaga. Hal ini mengakibatkan STAN
mendapat nilai nol atau E pada aspek kemahasiswaannya.
Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab belum
terakreditasinya Kampus STAN oleh BAN-PT. Dengan
diadakannya Munas tahun ini, pihak lembaga
mengharapkan adanya sinkronisasi rencana strategis
dengan KM STAN agar setiap kegiatan mahasiswa bisa
terdata dengan baik.
Rangkaian Kegiatan Munas
Setelah dibuka oleh Agus Sunarya pada pukul 14.00
WIB, rangkaian acara munas diawali dengan menjaring
pendapat dan penyepakatan target kegiatan rapat
koordinasi (rakor). Dalam kesempatan ini, pihak lembaga
yang diwakili oleh Chairul Denyl Setiawan, Kepala
Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu
Akuntan, menyampaikan alasan diadakannya Munas
beserta gambaran kegiatannya yang dilaksanakan selama
tiga hari tersebut.
Dalam acara ini, mahasiswa BDK memaparkan sistem
organisasi yang dijalankan oleh tiap-tiap BDK dan kegiatan
kemahasiswaan yang pernah dilakukan di tiap BDK.
Dari pemaparan mahasiswa BDK, sebagian besar BDK
memisahkan struktur organisasi antara Spesialisasi Pajak
dan Bea Cukai. Hal itu dikarenakan Spesialisasi Bea Cukai di
BDK telah tergabung dalam KMBC Nasional. Di sisi lain, ada
juga BDK yang menyatukan organisasinya dalam organisasi
yang dinamakan Senat.
Pada hari kedua pelaksanaan munas, pembahasan mulai
difokuskan pada isu-isu strategis. Sidang dipimpin oleh
Ketua BLM, Alhadi Sembiring, bersama Chandra Ari
Nugroho, Aziva Ruslina, Haris Fuad, Birochi P. Raharjo,
dan Fatimah Ernawati selaku representasi Badan Legislatif
Mahasiswa (BLM) yang memiliki hak suara dalam Munas
kali ini. Artinya, yang berhak mengambil keputusan
dalam Munas kali ini adalah anggota BLM dengan melihat
pertimbangan dan pendapat dari para peserta seperti
yang terlampir dalam pasal 17 Anggaran Rumah Tangga
(ART) KM STAN.
BLM memaparkan cikal bakal KM STAN yang berasal
dari organisasi senat dan memberikan sedikit gambaran
tentang apa yang mesti dibahas dan sasaran pada Munas
kali ini, seperti memasukkan semua mahasiswa STAN ke
dalam KM STAN, membentuk elemen Kampus di daerah,
menata pengelolaan iuran kemahasiswaan, mengubah
status Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS),
menyampaikan usulan tentang Himpunan Mahasiswa
Tugas Belajar(HMTB), menghidupkan kembali BLM di
tiap Spesialisasi, dan menyesuaikan penggunaan istilah
pimpinan dan anggota di Badan Audit Kemahasiswaan
(BAK).
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM STAN) juga turut
menyumbangkan ide mengenai KM STAN Nasional ini.
Presiden mahasiswa BEM STAN STAN, Daeng Ahmad,
mengusulkan amandemen ART pasal 1 menjadi ,“Anggota
KM STAN adalah semua orang yang terdaftar sebagai
mahasiswa STAN yang berikatan dinas.” Selain itu, ada
juga usulan bahwa selayaknya yang memegang kekuasaan
tertinggi dalam Rapat Akbar Keluarga Mahasiswa (RAKM)
STAN adalah para peserta karena mresiden mahasiswa
dipilih secara langsung oleh mahasiswa dan tidak ditunjuk
langsung oleh BLM. Jadi, kedua organisasi memiliki
kedudukan yang setara.
Wakil presiden mahasiswa BEM STAN STAN, Rino
Romadhoni, juga menjelaskan kegiatan apa saja yang
dapat dibuat oleh BEM STAN selaku koordinator kegiatan
KM STAN. Akan ada beberapa kegiatan yang akan
dilaksanakan seperti Pekan Olahraga Mahasiswa (Porma)
atau Pekan Mahasiswa (Pekma) Nasional yang format
penyelenggaraannya bisa dengan waktu bersamaan atau
bahkan adanya perwakilan dari mahasiswa dari seluruh
Indonesia untuk datang ke Bintaro. Selain itu, ada juga
Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) yang seluruhnya
melibatkan mahasiswa STAN dengan cara mengirimkan
karya mereka melalui surat elektronik.
Pemaparan dari Menteri Keuangan BEM STAN STAN,
Andy Wijaya, menjadi penutup presentasi dari BEM
STAN STAN. Ia memaparkan dua opsi pengelolaan dan
pertanggungjawaban dana dari KM STAN nantinya,
yaitu KM STAN Single Account dan mekanisme dana
perimbangan. Mekanisme KM STAN Single Account sendiri
memasukkan semua iuran dana kemahasiswaan ke
dalam rekening KM STAN yang dikelola oleh BEM STAN
sehingga ketika mahasiswa di daerah akan membuat
kegiatan, pencairan akan dapat dilakukan secara periodik
dan proporsional sesuai dengan rencana kegiatan yang
disetujui. Di lain hal, mekanisme dana perimbangan
memberikan kewenangan kepada setiap BDK untuk
mengelola dananya sendiri dan akan ada transfer dana
perimbangan yang besarnya tidak terlalu signifikan.
Namun, apa pun bentuk pengelolaan keuangan yang
dipilih, semua harus dilaporkan ke BEM STAN yang
ada di Bintaro agar semua laporan keuangan bisa
dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan BEM STAN.
Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) sebagai organisasi
yang melakukan fungsi audit memaparkan sekilas
mengenai proses audit dan pentingnya laporan keuangan
terhadap akuntabilitas suatu entitas. Selain itu, BAK juga
menjelaskan bahwa nantinya laporan keuangan seluruh
organisasi KM STAN, termasuk yang ada di daerah,
akan diaudit oleh BAK. BAK juga memutuskan untuk
tidak membentuk BAK di daerah karena menilai jumlah
kelas di daerah yang sedikit. Oleh karena itu, auditing
bisa dilakukan dengan mengirimkan soft copy atau pun
hardcopy untuk diperiksa oleh BAK. Jika memungkinkan,
BAK akan datang untuk melakukan pemeriksaan.
Badan Otonom Stapala, STAN English Club (STAN EC),
STAN Music Community (SMC), dan Koperasi Mahasiswa
(Kopma) juga memaparkan apa rencana mereka berkaitan
dengan KM STAN Nasional. Stapala merencanakan
kaderisasi terhadap mahasiswa BDK dengan bantuan
anggota Stapala yang kebetulan bekerja di lokasi tersebut
seperti yang pernah dilakukan di BDK Cimahi dan Manado.
STAN EC sendiri berencana mendirikan STAN EC BDK
yang langsung di bawah kendali STAN EC yang berada di
Kampus Ali Wardhana. SMC juga berencana membuat SMC
di daerah yang diharapkan dapat terealisasi bertepatan
dengan ulang tahun SMC yang ke-10 pada 21 April 2015.
Seperti Badan Otonom yang lain, Kopma juga akan
melebarkan sayapnya ke BDK.
Lembaga Pers Mahasiswa Media Center STAN
memutuskan untuk tidak mendirikan perwakilan di daerah
karena proses magang yang cukup panjang dan masa
pendidikan mahasiswa di BDK yang hanya satu tahun.
Konsekuensinya, jika tetap dipaksakan untuk dibentuk,
proses regenerasi akan mandek dan tidak efektif.
Lembaga Keagamaan yang ada di lingkungan Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara sepakat untuk menyerahkan
pembentukan lembaga keagamaan di daerah kepada
organisasi yang menjadi induk di lokasi pendidikan masing-
masing. Masjid Baitul Maal (MBM) sendiri mengusulkan
dibentuknya seksi keagamaan di setiap daerah. Keluarga
Mahasiswa Katolik (KMK) juga mengusulkan pembentukan
kelompok kerohanian di daerah. Persekutuan Mahasiswa
Kristen (PMK) juga tidak akan membentuk organisasi
mereka di daerah, tetapi mereka akan meminta perwakilan
dari BDK untuk memberikan kontak siapa yang menjadi
koordinator kegiatan keagamaan. Kerukunan Mahasiswa
Hindu dan Budha (KMHB) sendiri memaparkan bahwa
mereka telah berkoordinasi dengan mahasiswa yang ada
di BDK Bali sebelumnya. Ke depan, KMHB mengharapkan
adanya forum untuk berbagi pengalaman dengan
mahasiswa STAN di seluruh Indonesia.
Sikap BDK
Dua perwakilan BDK, Mahendra dari BDK Malang dan
Fahriza dari BDK Pekanbaru, memaparkan bahwa mereka
mengusulkan pembentukan elemen Kampus baru yang
bernama senat. Organisasi senat ini rencananya akan
dikomandoi oleh dua orang dewan senat yang ditunjuk
sebagai perwakilan dari senat yang ada di setiap BDK.
Organisasi senat nantinya merupakan organisasi yang
memiliki hierarki di BDK yang membawahi HMS yang ada
di BDK tersebut. Dalam senat sendiri nanti akan dibentuk
lima divisi, yaitu divisi keagamaan, akademik, humas,
sosial, dan olahraga, yang akan diawasi kinerjanya oleh
kepatuhan internal.
Melalui perwakilannya, Naufal, BDK Cimahi, mengutarakan
bahwa mereka menginginkan posisi yang setara dengan
BEM STAN dan bertanggung jawab langsung dengan BLM.
Namun, mereka siap untuk melakukan koordinasi dengan
BEM STAN yang merupakan koordinator kegiatan di KM
STAN serta siap melaksanakan AD/ART KM STAN.
Rencana Strategis STAN
Acara hari kedua diakhiri dengan penyusunan rencana
strategis KM STAN. Denyl selaku perwakilan dari lembaga
memaparkan bahwa rencana strategis STAN ke depannya
adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi proses
akreditasi dari BAN-PT. Hal-hal yang perlu dipersiapkan
salah satunya ialah pencatatan prestasi mahasiswa melalui
Student Activity Monitoring System (SAMS) yang aturannya
tinggal menunggu pengesahan.
Selain itu, lembaga juga telah menyiapkan paket peraturan
kemahasiswaan. Nantinya lembaga akan memberikan izin
kepada mahasiswa yang mengikuti perlombaan dengan
persyaratan tertentu. Lomba tersebut diikuti dengan
membawa nama STAN yang dilaksanakan oleh organisasi
ternama atau organisasi pemerintah dan mereka harus
memiliki potensi untuk memenangkan lomba agar citra
Kampus STAN tetap terjaga.
Liputan Utama
Musyawarah Nasional: Momentum Lahirnya
KM STAN Nasional
Minggu (27-04-2014) menjadi salah satu hari yang bersejarah bagi perjalanan Keluarga Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (KM STAN). Pasalnya, hari itu mahasiswa
STAN yang ada di Balai Diklat Keuangan (BDK) disahkan sebagai anggota KM STAN serta kembalinya Korps Mahasiswa Bea dan Cukai (KMBC) ke dalam KM STAN.
Dok.MediaCenter
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
5
Hasil Munas
Semua ketetapan tersebut disahkan pada hari terakhir
pelaksanaan munas, sedangkan pembahasan mengenai
pembentukan Himpunan Mahasiswa Tugas Belajar
(HMTB) dan BLM Spesialisasi akan dibahas lebih lanjut di
kesempatan lain.
Kegiatan munas ditutup oleh Denyl selaku perwakilan dari
lembaga. Dalam kesempatan ini Denyl menyampaikan
bahwa lembaga membutuhkan peran dari mahasiswa
untuk kebaikan Kampus. “Kami butuh prestasi dan
keaktifan teman-teman. Dengan terbukanya gerbang ini
mudah-mudahan kedepannya menjadi lebih baik,” kata
Denyl.
[Adam M./M. Fajri]
Untuk Apa Ikut Elkam dan Kepanitiaan?
Liputan Utama
Berbagai kegiatan kemahasiswaan, seperti terlibat dalam kepanitiaan acara atau kepengurusan Elemen Kampus (Elkam) memberikan wadah bagi mahasiswa STAN untuk melatih soft
skill dalam berorganisasi. Sebagian mahasiswa antusias mengikuti berbagai kegiatan sesuai dengan preferensi dan ketertarikan mereka. Namun, sebagian juga ada yang bersikap tak
acuh dengan kehadiran kegiatan tersebut. Lantas, mengapa mahasiswa STAN dihadapkan pada berbagai pilihan organisasi? Apakah sekadar untuk mengisi waktu luang dan mengasah
soft skill? Atau ada penilaian plus dari Lembaga STAN terhadap mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan?
Setelah Dinamika usai, Kampus STAN diramaikan dengan
sebuah acara bertajuk Elkam Fest. Acara ini bertujuan
untuk memperkenalkan berbagai kegiatan non-akademik
kepada para mahasiswa baru. Dalam kegiatan ini,
mahasiswa diharapkan dapat memilih berbagai Elkam
untuk dijadikan sarana berorganisasi.
Usai acara Elkam Fest, sebagian mahasiswa antusias
mengikuti Open Recruitment (Oprec) kepanitiaan dan
organisasi Kampus seperti Himpunan Mahasiswa
Akuntansi STAN (HIMAS), Lembaga Pers Mahasiswa
(LPM), dan Badan Legislatif Mahasiswa (BEM). Latar
belakang mengikuti Oprec tersebut pun beragam, mulai
dari ingin mengembangkan minat dan bakat, mencari
pengalaman baru, sampai merasa takut dikenai sanksi
apabila tidak mengikuti Elkam apa pun.
Lembaga STAN Tidak Bertanggung Jawab Secara
Langsung
Berdasarkan penjelasan Kepala Kesekretariatan STAN,
Agus Sunarya, pihak lembaga tidak bertanggung jawab
secara langsung terhadap kegiatan kemahasiswaan yang
berlangsung di STAN. Namun, hal tersebut bukan berarti
bahwa pihak lembaga lepas tangan terhadap kegiatan
Elkam dan kepanitiaan di STAN. Lembaga tetap membina
dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa tidak melenceng dari aturan yang ada di
Kampus.
Batasan yang diberikan oleh pihak lembaga terhadap
kegiatan mahasiswa misalnya tidak boleh ada plonco dan
mahasiswa harus menjaga ketertiban Kampus. Ketika
mahasiswa mengajukan izin ke pihak lembaga terkait
dengan kegiatan kemahasiswaan, pihak lembaga dituntut
untuk memahami kegiatan yang akan dilaksanakan.
Selain itu, pihak lembaga juga menuntut ketertiban dalam
pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan.
Dalam menilai suatu kegiatan kemahasiswaan, pihak
lembaga lebih melihat pada penataan Kampus secara
keseluruhan. “Namanya, kan, Kampus, berinteraksi
dengan berbagai elemen. Jangan sampai ada yang
berbahagia, tapi ada pula yang tidak berbahagia di
tempat lain,” ujarnya.
Selain membina kegiatan kemahasiswaan, pihak lembaga
juga bertanggung jawab terhadap ajang kompetisi yang
diikuti oleh mahasiswa sepanjang kompetisi tersebut
bertujuan mengharumkan almamater. Mengenai
peraturan perizinan lomba, menurut Agus, peraturan
tersebut sampai saat ini belum disahkan.
Ada beberapa masalah yang disampaikan oleh Agus
mengenai keikutsertaan mahasiswa STAN dalam
kompetisi atau perlombaan, seperti status STAN
sebagai sekolah kedinasan dan masalah biaya. STAN
sebagai sekolah kedinasan memiliki berbagai aturan,
salah satunya wajib hadir ketika ujian. Oleh sebab itu,
penugasan untuk mengikuti lomba tidak diperkenankan
ketika ujian. Mengenai biaya, pihak lembaga bertanggung
jawab atas biaya yang dikeluarkan untuk lomba, tetapi
tetap harus menganut prinsip APBN: hemat, efisien, dan
tidak double biaya.
Selain berbicara mengenai tanggung jawab pihak
lembaga atas kegiatan kemahasiswaan dan perizinan
lomba, Agus juga mengingatkan bahwa kegiatan
kemahasiswaan diperbolehkan untuk mencari donasi
dari luar Kampus. “Namun, ketika donatur mensyaratkan
sesuatu, misalnya memasang spanduk di jalanan, perlu
dipertimbangkan lebih matang lagi,” tuturnya.
Keikutsertaan Kegiatan Non-Akademik dan Penempatan
Kerja
Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu
Akuntan, Chairul Denyl Setiawan, menuturkan kepada
Reporter Civitas bahwa sistem penilaian yang kini sedang
berlangsung di STAN meliputi nilai ujian dan nilai aktivitas.
“Nilai aktivitas merupakan hak prerogatif dosen, apakah
hanya absensi, penugasan, kuis, atau kegiatan di luar,”
paparnya.
Mengenai kegiatan non-akademik, seperti Elkam dan
kepanitiaan, Denyl beranggapan bahwa manfaatnya
cukup besar dan dapat digunakan ketika memasuki dunia
kerja. “Kalau untuk Elkam (berdasarkan peraturan) yang
sedang berlangsung, ketika kita punya lulusan mahasiswa
dan diserahterimakan ke Kementerian Keuangan, ada
catatan prestasi dan sertifikat kegiatan. Entah dipakai
atau tidak saat penempatan di unit tertentu, kita tetap
berikan catatan itu ke Kementerian Keuangan,” ujarnya.
Berdasarkan konsep yang sedang dibangun oleh pihak
lembaga, mahasiswa diberikan pilihan untuk ikut
berkontribusi berdasarkan minat masing-masing. Mereka
yang tidak berminat mengikuti Elkam dapat memberikan
kontribusi di lingkungan Kampus atau berkompetisi ke
luar Kampus membawa nama STAN. “Itu yang sedang kita
usulkan agar masing-masing orang diberikan pilihan dan
wajib memilih mau eksis ke mana agar kita punya catatan
mengenai kegiatan mahasiswa. Proses peraturannya
sedang dipersiapkan. Mungkin teman-teman dari D-1 tidak
kena peraturan tersebut.” tambah Denyl.
Mengenai sanksi dari peraturan yang sedang
direncanakan tersebut, menurut Denyl, tidak ada sanksi
mengikat untuk mahasiswa yang tidak aktif dalam
kegiatan non-akademik. Namun, saat penempatan kerja,
pihak lembaga akan memberikan catatan terkait kegiatan
non-akademik mahasiswa kepada instansi Kementerian
Keuangan. Nilai dari kegiatan non-akademik itu tidak
bisa mengeluarkan mahasiswa dari Kampus (drop out),
tetapi ketika mahasiswa mempunyai catatan khusus
ketika perkuliahan, mahasiswa tersebut akan mendapat
rekomendasi plus. “Hidup tidak cukup dari ilmu di kelas.
Bagi unit yang akan meminta pegawai, yang diminta, kan,
yang di atas (rekomendasi plus), yang di bawah entah
dibuang kemana. Bagi saya, sanksi itu lebih mengerikan
untuk beberapa tahun ke depan, bukan sekarang.”
SAMS Siap Pantau Kegiatan Mahasiswa
Student Activity Monitoring System (SAMS) adalah
sebuah sistem berupa portal mahasiswa yang tengah
dipersiapkan oleh STAN. Menurut Denyl, setiap
mahasiswa nantinya akan diberikan akun portal
mahasiswa ini.
“Sistem dan aplikasinya sudah ada, namun kita masih
butuh aturan yang mendasarinya,” tutur Denyl. Dengan
adanya portal mahasiswa ini, mahasiswa diharapkan
STAN mampu mengoptimalisasi potensi dirinya untuk
menghadapi persaingan di dunia kerja mendatang. “Itu
dari pengalaman kita di sini, kita ikut kepanitiaan, ikut
organisasi, menghandle sebuah acara, memecahkan
masalah. Itu hanya bisa kita dapatkan jika kita terjun
sekarang, (walaupun) manfaatnya bukan (dirasakan)
sekarang,” tutupnya.
[Bella/Fauzan/Rachma]
Ketepan Badan Legislatif Mahasiswa hasil Musyawarah
Nasional 25-27 April 2014:
1.	 Ketetapan BLM Nomor 004/TAP.02/BLM/IV/2014
tentang Perubahan Anggaran Dasar
2.	 Ketetapan BLM Nomor 005/TAP.02/BLM/IV/2014
tentang Perubahan Anggaran Rumah Tangga
3.	 Ketetapan BLM Nomor 006/TAP.02/BLM/IV/2014
tentang Pengakuan Himpunan Mahasiswa
Akuntansi, Ikatan Mahasiswa Pajak, Himpunan
Mahasiswa Penilai, Himpunan Mahasiswa
Pengurusan Piutang Lelang Negara, Forum
Komunikasi Mahasiswa Anggaran, dan Korps
Mahasiswa Bea dan Cukai
4.	 Ketetapan BLM Nomor 007/TAP.02/BLM/IV/2014
tentang Senat Mahasiswa STAN Medan, Senat
Mahasiswa STAN Pekanbaru, Senat Mahasiswa
STAN Palembang, Senat Mahasiswa STAN Cimahi,
Senat Mahasiswa STAN Yogyakarta, Senat
Mahasiswa STAN Malang, Senat Mahasiswa STAN
Denpasar, Senat Mahasiswa STAN Pontianak,
Senat Mahasiswa STAN Balikpapan, Senat
Mahasiswa STAN Makassar, dan Senat Mahasiswa
STAN Manado.
Komentar Mahasiswa BDK
“Kami dari BDK merasa menjadi satu keluarga dan
juga mendapat bantuan secara moral dan hukum.
Semoga kelanjutannya lebih baik untuk KM STAN,”
Nova Ginanjar Hidayat, perwakilan BDK Cimahi.
“Alhamdulilah sangat bersyukur, yang sebelumnya
tidak pernah diakui dalam KM STAN sekarang kita
bisa menjadi satu keluarga. Terima kasih telah
diundang ke sini. Harapannya ke depan kita semua
selaras antar seluruh mahasiswa STAN,” Akhmad
Umar, perwakilan BDK Yogyakarta.
“Munas ini sangat bermanfaat untuk ke depannya,
dengan terlaksananya Munas ini semoga tidak ada
ada lagi gap antara STAN yang di pusat dan yang di
BDK,” Tri Sadewo, perwakilan BDK Palembang.
Pada Tabloid edisi 20, terdapat beberapa kesalahan
yang luput dari perhatian Redaksi Media Center
STAN. Melalui erata ini kami sampaikan koreksinya
dan Redaksi meminta maaf atas kesalahan tersebut.
1. Halaman 9, foto yang digunakan untuk artikel
Capacity Building Lagi? , bersumber dari akun Twitter
Sekretariat Bidang Akuntan.
2. Halaman 10 untuk artikel berjudul STAN Pecinta
Alam: Antara Alam dan Risiko, seharusnya berjudul
Stapala: Antara Alam dan Risiko
BLM
BEM BAK BO LPM LK Senat
Daerah
Struktur Organisasi KM STAN
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
6
Pencurian yang terjadi pada hari Minggu (6-4-2014) terjadi
di salah satu kos pria di Jalan Haji Sarmili RT 04 RW 02
Kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tangerang Selatan. Peristiwa pencurian itu
terjadi dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Pencuri berhasil
mengambil sebuah laptop serta dompet korban.
“Waktu kejadian, saya di dalam kamar sedang tidur,
tapi saya tidak tahu apa-apa, tiba-tiba di pagi hari,
pintu sudah terbuka tanpa ada yang rusak,” ujar Edho,
korban sekaligus penghuni kamar kos. Korban yakin
pintu kamarnya sudah di kunci dan kuncinya disimpan di
rak yang ada di kamarnya. Begitu juga dengan jendela,
semua sudah tertutup sebelum dia tidur. Pagi hari setelah
kejadian pencurian di kamar kosnya, Edo langsung
melapor ke Ketua RT setempat dan kantor polisi. Akan
tetapi, sampai berita ini ditulis, masih belum diketahui
siapa pelaku pencurian tersebut.
“Kalau kejadian kemalingan seperti ini di Sarmili sudah
pernah terjadi, tetapi untuk satu tahun terakhir ini
peristiwa kemalingan baru pertama kali terjadi,” ujar Abdul
Karim, Ketua RT setempat. Pemilik kos tidak tinggal di
daerah Sarmili sehingga tidak bisa selalu mengontrol dan
mengawasi kos tersebut. Pemilik kos baru mengetahui
kejadian pencurian yang menimpa salah satu anak kosnya
pada pagi harinya.
Menurut dugaan Edo, pelaku sudah lama mengincar
kamar kosnya sehingga ketika kejadian tersebut pencuri
bisa masuk dengan mudah tanpa merusak pintu, atap,
atau jendela kamarnya. “Kemalingan itu bukan karena
kurang hati-hati, ya mungkin karena dianya (pelaku) sudah
mengincar sejak lama,” ujar Edo.“Kalau masalah hati-hati,
semua orang pasti hati-hati. Tidak mungkin juga pintu tidak
dikunci, terus ditinggal tidur,” tambahnya.
Setelah peristiwa yang menimpa salah satu warganya
tersebut terjadi, Abdul Karim mengimbau seluruh warga
untuk lebih berhati-hati, terutama bagi para penghuni
kos. Kegiatan ronda malam pun akan lebih digiatkan
lagi. “Untuk meminimalisir kejahatan-kejahatan tersebut
harus ada kerjasama yang baik antara lingkungandan para
mahasiswa. Apabila ada hal-hal yg mencurigakan segera
lapor. Untuk mahasiswa yang membawa kendaraan
harus lebih berhati-hati dalam mengamankan, pintu
kos usahakan selalu terkunci, jangan sampai ada orang
asing yang bisa masuk. Semoga kejadian seperti ini tidak
terulang kembali,” tutur Abdul Karim.
Di daerah Kalimangso, warga setempat menjamin bahwa
pelaku kejahatan bukan berasal dari daerahnya, melainkan
berasal dari luar Kalimangso. Warga setempat pun
mengimbau agar mahasiswa STAN berhati-hati.
Selain itu, warga menyarankan agar mahasiswa STAN lebih
bersosialisasi dengan warga sekitar agar mereka merasa
nyaman dengan kehadiran mahasiswa STAN di daerah
mereka. Dengan begitu, kondisi akan kondusif dengan
sendirinya.
Pernyataan serupa juga dituturkan Ardes, Staf Bidang
Akuntan. Menurut Ardes, mahasiswa STAN harus
bersosialisasi dengan warga sekitar minimal menerapkan
salam, senyum dan sapa kepada mereka. Selain itu Ardes
juga mengimbau agar para mahasiswa menjaga perilaku.
“Kita ini adalah tamu, jadi kita harus bersikap layaknya
tamu.”tuturnya. “Cukup dengan menjaga sikap, tidak
bepergian dengan pakaian yang berlebihan dan jangan
keluar sendiri,”tambahnya. Ardes juga menyarankan
mahasiswa untuk belajar bela diri jika diperlukan, seperti
yang diajarkannya kepada mahasiswa spesialisasi
Kebendaharaan Negara.
Ketika disinggung mengenai koordinasi STAN dengan
pihak keamanan setempat, Ardes mengungkapkan
bahwa sebenarnya koordinasi telah lama dilakukan, tetapi
bentuk koordinasinya seperti apa beliau tidak tau pasti.
“Sebenarnya koordinasi dengan pihak keamanan terkait,
tapi untuk lebih jelasnya coba tanyakan ke Pak Pratin,”
Kata Ardes. Akan tetapi, Pratin belum bersedia untuk
diwawancarai sampai berita ini naik cetak. Ardes juga
menambahkan, tanggung jawab STAN hanya terbatas
dalam lingkungan kampus yang merupakan batas daerah
yuridiksi.
[Ain/Ardi/Ria]
Pemira merupakan sarana pelaksanaan demokrasi
anggota Keluarga Mahasiswa STAN dalam bentuk
pemberian suara mahasiswa yang dilaksanakan setiap
satu tahun sekali. Pemira dilaksanakan untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), Ketua dan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa
Spesialisasi (HMS), dan anggota BLM. Ketentuan
tersebut diatur dalam Ketetapan Badan Legislatif
Mahasiswa Nomor 008/TAP.02/BLM/VI/2013 tentang
Pemilihan Raya.
Pemira dilaksanakan oleh Panitia Pemira (PPR) yang
bersifat independen. PPR adalah badan mandiri yang
bertugas menyelenggarakan pemira sebagaimana
dimaksud dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) KM STAN. “Untuk teknis pelaksanaan
di lapangan, itu wewenang penuh dari PPR. BLM tidak
boleh melakukan intervensi sama sekali,” jelas P. Alhadi
Sembiring, Ketua BLM.
PPR dibentuk berdasarkan hasil Open Recruitment PPR
yang diselenggarakan oleh BEM dan disetujui oleh BLM.
Sementara itu, kelengkapan anggota PPR yang lain akan
diseleksi oleh koordinator pelaksana. “Target terpilihnya
koordinator pelaksana awal Mei, kecuali ada force
majeure seperti tidak ada yang mendaftar,” tutur Hadi.
PPR memiliki masa aktif dua bulan yang secara umum
bertugas mengumpulkan suara, mengatur kampanye,
dan memutuskan presiden mahasiswa dan wakil
presiden mahasiswa baru. Dalam pelaksanaan pemira,
pengawasan dilakukan oleh panitia khusus yang dibentuk
oleh BLM STAN yang disebut Panitia Pengawas Pemira
(Panwas Pemira).
Pelaksanaan pemira tahun ini akan sedikit berbeda
dengan tahun sebelumnya karena melibatkan mahasiswa
STAN di Rawamangun dan Balai Diklat Keuangan (BDK).
Hal tersebut mengacu pada hasil Musyawarah Nasional
yang diadakan pada tanggal 25 -- 27 April 2014.
Pemira akan diadakan di kampus STAN Ali Wardhana dan
di sebelas Balai Diklat Keuangan (BDK). “Ketika kemarin
kita sahkan seluruh mahasiswa yang terdaftar di STAN
merupakan Keluarga Mahasiswa STAN (KM STAN),
mereka punya hak yang sama untuk dipilih dan memilih,
hanya saja untuk dipilih kemungkinan tidak,” kata Alhadi.
“Mahasiswa STAN di BDK tidak dapat dipilih dikarenakan
persyaratan untuk dipilih, seperti jenjang semester, tidak
terpenuhi,” sambungnya.
Menurut Alhadi, persiapan pemira ini dimulai sejak bulan
April. Pihak BLM sudah pernah melakukan sosialisasi
pemira pada hari Jumat (04-04-2014) yang berlokasi di
Student Center. Sosialisasi pemira juga akan dilakukan
di BDK. Selanjutnya, pelaksanaan Pemira berupa
pemungutan suara akan diselenggarakan sekitar bulan
Juni, kemudian satu bulan berikutnya akan diadakan
Rapat Akbar Keluarga Mahasiswa (RAKM). RAKM adalah
sidang pergantian kepengurusan BLM STAN dan BEM
STAN yang dipimpin oleh Dewan Pimpinan (DP) BLM
STAN serta dihadiri oleh anggota BLM STAN dan dapat
dihadiri undangan.
Dalam pelaksanaan pemira ini, jumlah dana yang
dianggarkan sekitar dua belas juta rupiah. Dana tersebut
sudah masuk dalam perhitungan AD/ART yang ditetapkan
setiap tahun. Dana sebesar dua belas juta rupiah ini
belum termasuk dana mahasiswa STAN di BDK. BLM
sebagai wakil mahasiswa masih mempertimbangkan
beberapa hal mengenai dana yang akan dikucurkan
oleh BDK. “Nanti kita akan melakukan perhitungan,
karena kita belum mempunyai data yang valid, jumlah
mahasiswa di BDK itu berapa,” ungkap Alhadi.
Gambaran pelaksanaan pemira mirip dengan
penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Nantinya
akan ada beberapa tempat pemungutan suara (TPS) yang
disediakan di sekitar lingkungan kampus. Rencananya,
untuk di kampus Ali Wardhana TPS tersebut akan
tersebar di setiap gedung perkuliahan di lantai dasar agar
memudahkan mahasiswa mengaksesnya.
Seluruh mahasiswa melakukan pemilihan pada
kertas suara di TPS yang sudah ditentukan. Setelah
penyelenggaraan pemungutan suara selesai, akan
diadakan perhitungan suara secara langsung. Lama
waktu perhitungan suara tergantung dari banyaknya
calon peserta yang ikut. Hasil pemira ditetapkan oleh
PPR paling lama lima belas hari sejak hari terakhir
pemungutan suara. Rencananya akan diumumkan lewat
media online.
“Semoga terpilih orang-orang yang memang terbaik
untuk menduduki posisi-posisi tertentu dan selama
pelaksanaan Pemira tidak banyak goncangan yang
terjadi,” ujar Alhadi yang menyampaikan harapan terkait
dengan pelaksanaan Pemira.
[Alan/Mirza/Rachma]
Liputan Khusus
Berbagai modus kejahatan mulai dari perampokan, penodongan, dan pencurian sedang marak terjadi di beberapa tempat di sekitar kampus STAN. Setelah banyak peris-
tiwa kejahatan yang terjadi di daerah Pondok Jurangmangu Indah (PJMI) dan Kalimangso, daerah Sarmili yang sebelumnya dianggap paling aman ternyata tak luput dari
aksi para pencuri.
Pemira 2014 Libatkan BDK
Mulai tahun 2014, pelaksanaan pemilihan raya (pemira) akan diselenggarakan di seluruh kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), baik di pusat maupun di daerah. Badan
Legislatif Mahasiswa (BLM) selaku badan kelengkapan tertinggi di Keluarga Mahasiswa STAN (KM STAN) terus melakukan berbagai persiapan, di antaranya sosialisasi ke seluruh
mahasiswa STAN.
sumber: mahasiswastan.com
Logo Pemira STAN 2013
Maraknya Kejahatan
di Sekitar Kampus STAN
sumber: google.com
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
7
Polemik Seragam BC
Menjadi sebuah kebanggaan bagi mahasiswa D-1 Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai (BC) STAN memakai seragam
kuliah khusus BC di lingkungan kampus. Akan tetapi, kepuasan itu sulit untuk direalisasikan karena terbentur
peraturan dari lembaga.
Liputan Khusus
Beberapa waktu lalu terlihat di lingkungan kampus STAN
mahasiswa D-1 BC mengenakan seragam yang berbeda
dari mahasiswa lain. Mereka memakai seragam khusus
untuk spesialisasinya. Banyak mahasiswa yang bertanya-
tanya apakah mahasiswa BC setelah pelantikan akan
terus memakai seragam khusus itu di lingkungan kampus
STAN. Setelah ditelisik, ternyata penggunaaan seragam
khusus BC hanya untuk kuliah umum di hari bersangkutan,
selebihnya hanya untuk acara-acara khusus. Lantas,
bagaimana harapan mahasiswa BC yang ingin memakai
seragam khusus BC di lingkungan kampus Ali Wardhana
ini?
Semua Seragam Harus Sama
Ali Tafriji Biswan, Kepala Subbidang Pengembangan Ajun
Akuntan menjelaskan, “Mereka yang kuliah di lingkungan
Jurangmangu harus menggunakan seragam yang sama,
termasuk D-1 BC, pengecualian hanya untuk di pusdiklat
BC Rawamangun. Di Rawamangun situasinya semi militer,
yang mengajar orang pusdiklat BC, mantan pejabat BC,
juga widyaiswara BC. Mereka bergabung dengan peserta
diklat yang notabene orang BC di pusdiklat. Makanya
dimaklumi dan diperbolehkan untuk memakai seragam
cokelat khusus BC.”
Ali mengungkapkan bahwa pemakaian seragam selain
dari ketentuan yang sudah ada di lingkungan kampus
STAN diperbolehkan untuk kegiatan tertentu yang
terkait dengan kegiatan akademik dan non-akademik
yang melibatkan anak BC, seperti workshop atau kuliah
umum. “Kemarin, waktu seminggu full mahasiswa
D-1 BC workshop justru permintaan agar mereka bisa
memakai seragam khusus BC waktu workshop datang dari
narasumber workshop itu sendiri yaitu pejabat Bea Cukai,”
pungkasnya.
Seragam Khusus BC
“Ada kegiatan yang mana mahasiswa BC diperbolehkan
memakai seragam khusus BC. Kegiatan tersebut antara
lain workshop yang berkenaan tentang tugas-tugas
teknis di bidang Kepabeanan dan Cukai, kuliah umum
Kepala Pusdiklat BC, dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL),
baik di bandara Soekarno Hatta, pelabuhan Tanjung Priok,
maupun di Bekasi,” jelas Ali.
Disinggung mengenai apakah ada semacam petisi berisi
pro-kontra yang membuat seragam khusus BC tidak
diperbolehkan untuk kuliah sehari-hari, Ali menyatakan,
selama ini tidak mendengar ada petisi atau berita pro-
kontra seperti itu. Yang jelas, ia menyatakan setiap
informasi harus dikonfirmasi terlebih dahulu ke Ketua
Angkatan.
Menerima Keputusan Lembaga
Sebelumnya, mahasiswa D-1 BC menyebarkan angket
untuk melihat tolok ukur apabila mereka memakai
seragam. Angket tersebut akan menjadi evaluasi tentang
yang harus mereka perbaiki dan mereka jaga. Meski
ada yang tidak setuju dengan penggunaan seragam BC,
mayoritas responden angket setuju karena hak mahasiswa
D-1 BC.
Ketua Angkatan D-1 BC, Nanda Cahyo Kuncoro,
mengatakan bahwa penggunaan seragam belum jelas
karena bukannya mereka tidak mau memperjuangkan
atau karena acuh, melainkan itu merupakan hak
direktur untuk menyamakan seragam di kampus STAN
Bintaro. Mereka juga telah mendapat lampu hijau untuk
memakai seragam pada tiga acara tertentu seperti yang
telah dijelaskan di atas. “Itu adalah bentuk pengertian
Sekretariat Ajun Akuntan kepada mahasiswa BC atas
seragam yang telah susah payah kita dapatkan,” kata
Nanda.
[Dicky/Hilda/Rachma]
Kata Mahasiswa
Ahmad Singgih, Ketua KM D-3 Akuntansi
“Aku sih enggak apa-apa untuk pemakaian seragam.
Ya, tapi ditetapkan di hari apa aja, misalnya Selasa
berseragam hari lainnya sama seperti spesialisasi
yang lain. Jadi ada rasa kecintaan dan tenggang rasa
terhadap spesialisasi lain.”
Sinung Jati, Ketua KM D-3 Penilai
“Kalau aku enggak setuju kalau itu diberlakukan karena
kalung KTM sudah menunjukkan identitas spesialisasi,
toh di peraturan juga sudah jelas mengenai pemakaian
seragam kuliah.”
Fahri, Ketua Angkatan D-3 Pajak
“Menurut saya pemakaian seragam untuk satu
spesialisasi boleh-boleh saja, kalau hanya ada
spesialisasi itu saja yang ada di kampus. Kalau di
kampus STAN Bintaro ini kan banyak spesialisasi,
termasuk D-1 Pemda, D-1 Papua, Dan juga D-4. Kalau
semuanya minta punya seragam sendiri bagaimana?
Takutnya nanti akan terjadi ketimpangan atau malah
jadi saing-saingan seragam siapa yang paling oke.
Alangkah indahnya kita berseragam yang sama semua
satu kampus walaupun beda spesialisasi. Toh, kita
satu keluarga KM STAN bukan hanya keluarga per
spesialisasi.”
Nazrul Bari, Ketua Angkatan D-3 PPLN
“Oh ya, mengenai wacana tersebut, pemakaian
seragam BC seharusnya sejalan dengan fungsi dan
falsafah seragam tersebut. Seragam bukan hanya
tentang fashion atau gagah-gagahan tetapi juga
tentang identitas dan tanggung jawab yang besar,
selama bisa menjaga identitas diri dan korps dengan
baik saat menggunakan seragam. Ya sah-sah saja.”
Edi, Ketua Angkatan D-3 KBN
“Enggak apa-apa BC pake seragam, untuk memberikan
toleransi dan menghormati karena mereka sudah
membeli seragam, dan kalau tidak dipakai sia-sia, kalau
pakai seragam hanya boleh seminggu sekali saja.”
dok.ArifIsmayana
Kami segenap Keluarga besar Media Center STAN
mengucapkan
Turut berduka cita atas meninggalnya saudara kita
HARTATI MARBUN
D-1 Pajak
Semoga amal dan ibadahnya diterima di sisi-Nya
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
8
Ragam Mahasiswa
Stapala Earthday: Satu Hati Selamatkan Bumi
Dalam rangka memperingati Hari Bumi, (22-04-2014), Stapala menyelenggarakan serangkaian kegiatan bertajuk “Stapala Earthday”. Dengan mengusung
tema Creativity to Regain The Earth’s Health, acara ini diharapkan dapat menyadarkan mahasiswa STAN tentang kerusakan yang terjadi di lingkungan seki-
tar agar terdorong untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
“Banyak sampah yang menumpuk di lingkungan STAN
dan itu terlihat jelas. Tetapi, respek dan kesadaran
warga Kampus STAN terhadap lingkungan sangat
minim, padahal seharusnya kita menjaga bumi ini mulai
sekarang demi kelangsungan masa depan. Inilah yang
menjadi latar belakang diadakannya acara tersebut,”
ujar Nailin Nurul Hikmah, Koordinator Pelaksana I
Stapala Earthday.
Dalam acara tersebut, ada beberapa lomba yang
diselengarakan, yaitu Climbing Competition, Essay
Competition, Photography Competition, Trashure
Hunt, Recycling Product Competition, dan audisi band
akustik. Untuk mengikuti lomba tersebut, peserta
harus berstatus mahasiswa aktif STAN dan membayar
sepuluh ribu rupiah sebagai persyaratan administratif.
Lomba Climbing Competiton merupakan ajang bagi
mahasiswa yang cinta dengan panjat dinding sekaligus
menambah pengetahuan tentang panjat dinding karena
akan diajarkan dasar-dasar dalam olahraga panjat
dinding. Babak penyisihan diselenggarakan pada 21 dan
23 April, sedangkan babak final diselenggarakan pada
tanggal 25 April. Adapun Essay Competition merupakan
lomba yang bertujuan meningkatkan kepedulian
mahasiswa akan pentingnya kebersihan lingkungan
melalui gagasan-gagasan yang disampaikan secara
tertulis.
Tema kebersihan lingkungan diharapkan dapat
menyadarkan mahasiswa tentang masalah-masalah
lingkungan yang sedang kita hadapi bersama dengan
memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif sebagai solusi
atas masalah lingkungan tersebut. Peserta diberikan
waktu pengerjaan esai dari tanggal 13 -- 21 April. Karya
esai yang dikumpulkan diseleksi dan hanya dipilih satu
karya terbaik oleh juri dari Media Center, Hendra Abadi
Firman T. Hasil karya pemenang juga dimuat dalam
tabloid Civitas ini.
Dalam Photography Competition yang mengusung
tema “Kerusakan Lingkungan”, peserta harus
mencetak karya foto dalam kertas foto berukuran 10R.
Seluruh hasil karya dipamerkan dalam acara puncak
Stapala Earthday. Sementara itu, lomba Trashure Hunt
merupakan lomba membaca peta dan mengikuti
petunjuk yang ada di peta yang diselenggarakan
pada tanggal 24 dan 25 April. Tujuan dari lomba ini
adalah memperkenalkan orienteering dan mengurangi
sampah di lingkungan Kampus STAN. Peserta diminta
mendatangi setiap pos sesuai dengan peta sambil
memungut sampah selama perjalanan. Peserta yang
paling cepat sampai finish menjadi pemenang. Lomba
ini relevan bagi mahasiswa yang suka memecahkan
teka-teki layaknya seorang detektif.
“Acara ini bagus dan bermanfaat. Kita bisa turut
membersihkan lingkungan Kampus STAN sekaligus
berolahraga ringan. Semoga acara ini terus ada setiap
tahun, karena dapat mengajak kita untuk lebih peduli
dengan lingkungan dan menyadarkan kita agar tidak
merusak lingkungan apalagi dengan tangan kita
sendiri,” komentar salah satu peserta Trashure Hunt,
Mohammad Imam.
Dalam lomba Recycling Product Competition, peserta
harus mengubah barang-barang di sekitar yang tidak
berguna untuk menjadi lebih berdaya guna dengan
tujuan mengurangi sampah yang ada di lingkungan
rumah tangga. Peserta juga dituntut untuk mendesain
barang-barang dari limbah rumah tangga tersebut.
Hasil karya dikumpulkan di posko Stapala dan kemudian
dipilih satu karya terbaik oleh tim juri yang diisi oleh
Sebastian Napitupulu dan Raden Demokratianto
Mahardika. Karya terbaik dipamerkan pada hari puncak
acara Stapala Earthday. Setelah itu, hasil karya akan
dijual dan hasil uangnya akan didonasikan kepada
Bambu Pelangi, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) STAN. Sementara itu, lomba band akustik
dilaksanakan di posko Stapala pada 20 April. Dalam
audisi tersebut, dipilih tiga grup terbaik dan berhak
tampil dalam acara puncak Stapala Earthday.
Setelah serangkaian acara lomba selesai, puncak
acara Green Party diselenggarakan di Plasa Mahasiswa
(Plasma). Acara dimulai dengan penampilan band
akustik “A & B” dan dilanjutkan dengan pemberian
materi oleh Ketua DKM Kantor Pusat Bea dan Cukai,
Nugroho Wahyu Widodo. Materi yang disampaikan
mengingatkan kita untuk mulai peduli terhadap bumi
sejak dini. Salah satu wejangan yang diberikan ialah
peduli, lakukan, dan ajak. Setelah acara dilanjutkan
dengan hiburan penampilan musik oleh Suleman Is
Dead. Rincian nama para pemenang ialah sebagai
berikut:
1. Climbing Competition 	
	 Putra 	 : M. Nizar
	 Putri		 : Bonita Sorchita S.
2. Essay Competition	 : Hendro Cahyo
3. Photography Competition : Dimas
4. Trashure Hunt		 : Moh. Imam
5. Recycling Product Competition : Ryan Andika
6. Lomba akustik 	 	 : A & B, Suleman Is 	
Dead, dan The
Kwaci Kosong
[Arif/Hilda/Mirza]
STAN SABET JUARA 1 CPA
AUSTRALIA COMPETITION 2014
Sabtu (22-03-2014) CPA Australia Accounting Competition digelar untuk kedua kalinya. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang diwakili oleh Fadli M.Nur, Fauziah
Noor, dan Rahmad Karim Harahap berhasil menyabet juara satu dalam kompetisi tersebut.
CPA Australia Accounting Competition 2014, merupakan
kompetisi yang diselenggarakan oleh Certified
Practising Accountants (CPA) Australia, badan akuntansi
profesional Australia. Kompetisi ini berlangsung di Aula
Gedung Widya Graha, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta
Selatan.
Dalam kompetisi yang diikuti oleh dua puluh tim ini,
STAN mengirimkan satu tim perwakilan dari mahasiswa
D-4. Menurut keterangan dari Fadli, tim yang dikirimkan
merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh Dyah
Purwanti. Awalnya, BEM STAN, menginformasikan
lomba tersebut kepada seluruh mahasiswa melalui
akun twitter miliknya. Hanya empat mahasiswa yang
memasukkan CV ke BEM. Proses seleksi dilakukan
dengan metode wawancara, hingga akhirnya terpilih
tiga orang yang berhak mewakili STAN yakni Fadli,
Rahmad, dan Fauziah.
STAN sendiri pernah menjadi runner up pada tahun
pertama CPA Australia Accounting Competition ini
diadakan. Di tahun ini STAN berhasil membuktikan
eksistensinya sebagai salah satu kampus yang
berprestasi dalam bidang akuntansi, dengan meraih
juara pertama pada kompetisi tersebut.Tim yang
mewakili STAN berhak atas sebuah trofi dan uang
senilai tiga puluh lima juta rupiah dalam bentuk
scholarship dan voucher.
Berdasarkan informasi dari Fadli, fokus utama materi
yang dilombakan ialah Auditing dan Akuntansi
Keuangan, serta materi tambahannya yaitu Akuntansi
Pemerintah, Sistem Informasi Akuntansi, Akuntansi
Biaya, dan Teori Akuntansi. Mengingat waktu persiapan
yang hanya dua pekan dan pelaksanaan lomba
bertepatan dangan UAS. Tim yang menjadikan Rahmad
sebagai juru bicaranya ini, melakukan pembagian tugas
dengan mewajibkan setiap masing-masing dari mereka
membaca materi Intermediate Accounting dan Auditing.
Selebihnya dibagi rata, Fadli mendapat jatah Akuntansi
Biaya, Rahmad Advance Accounting, dan Fauziah
Sistem Informasi Akuntansi.
Seperti yang dilansir dari blog Fadli, perlombaan ini
sendiri terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu babak
penyisihan (preliminary round) dan babak final (final
round). Babak penyisihan sendiri dibagi menjadi dua
babak, yaitu babak soal wajib dan babak soal rebutan/
bonus. Untuk babak soal wajib, STAN memperoleh
soal yang tepat dengan kualifikasi yang tim STAN miliki
yaitu perpajakan. Pada posisi ini, tim STAN mampu
berada di lima besar. Di babak soal rebutan, ada 35
pertanyaan yang akan disuguhkan panitia dengan poin
menjawab soal benar +20 dan jika salah -10. Di babak
ini, tim STAN berhasil menyalip ke posisi teratas dengan
total nilai 140. Pada babak final, setiap tim dipersilakan
memilih amplop yang berisi pertanyaan dari salah satu
juri. Untuk menjawab soal tersebut tiap tim diberikan
waktu lima menit untuk mempersiapkan jawaban dan
lima menit untuk mempresentasikannya. Jawabannya
wajib di presentasikan dalam bahasa Inggris.
Setelah semua babak dijalani, dewan juri memutuskan,
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara meraih juara ke-1.
Diikuti oleh Prasetiya Mulya Business School yang
berhasil mendapatkan juara ke-2 dan Universitas
Pelita Harapan yang meraih juara ke-3. Faktor yang
menyebabkan tim STAN mampu meraih juara adalah
faktor pengalaman. “Sebagai mahasiswa D-4 kami
telah banyak belajar berbagai cabang ilmu akuntansi
serta memahami filosofinya,” kata Fadli. “Sementara
lawan dalam kompetisi ini merupakan mahasiswa
tingkat awal yang belum terlalu menguasai hal
tersebut,” sambungnya. Menurut Fadli, salah satu
penentu yang menguntungkan tim STAN adalah
penguasaan Ilmu Auditing yang baik, mengingat soal-
soal yang diperlombakan sebagian besar berkaitan
dengan Auditing.
Pihak lembaga sendiri memberikan dukungan
penuh bagi mereka.“ Lembaga menyediakan uang
transportasi dan uang makan siang, itu semua sudah
lebih dari cukup,” tutur Fadli. Fadli menyayangkan
tidak adanya supporter dari mahasiswa D-3 yang
menyaksikan jalannya perlombaan. “Mungkin karena
kurangnya distribusi informasi kepada teman-teman
D-3, sehingga mereka tidak ada yang datang. Padahal
kami berharap mereka menyaksikan jalannya
perlombaan, supaya proses kaderisasi berjalan baik,”
jelasnya.
[Dewanty A./M.Fajri]
dok. CPA Australia
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
9
Wawancara
Pada acara puncak Youtee (Youth Writing Evolution Week)
2014, Civitas berhasil mewawancarai Pandji Pragiwaksono,
entertainer dan penulis buku Nasional Is Me yang menjadi
narasumber pada sebuah workshop kepenulisan. Berikut
kutipan wawancaranya.
Bagaimana pandangan Anda sekarang sebagai aktivis?
Dan bagaimana peran mereka sebagai aktivis dalam
pembangunan Indonesia?
Beban menjadi mahasiswa adalah ada kata ‘maha’ nya
di depan siswa. Artinya, siswa tersebut seharusnya
paling unggul, paling tinggi, dan paling mulia. Beban
itu menempel di mahasiswa, terutama mahasiswa yang
sadar bahwa ia punya tanggung jawab tinggi terhadap
lingkungannya. Kalau siswa tugasnya cuma belajar, lain
halnya dengan mahasiswa yang punya intelektualitas lebih
sehingga punya tanggung jawab moral kepada masyarakat
Menjadi mahasiswa kritis itu penting, bahkan dianjurkan.
Kektritisan mahasiswa biasanya bentuknya aktivisme.
Aktivisme banyak bentuknya. Aktivisme itu tidak hanya
turun ke jalan. Aktivisme itu ketika ia memanfaatkan
kekritisannya dalam bentuk aktivitas yang ia yakini
aktivitas itu berdampak. Aktivisme itu ada dua, yaitu
menuntut perubahan (demonstrasi) dan melakukan
perubahan (melakukan kegiatan sosial)
Jadi, opini saya tentang pemuda dan aktivisme itu sah-
sah saja, tetapi pemuda tetap harus menentukan pilihan
apakah menuntut atau melakukan perubahan. Dua-duanya
benar tapi lu harus milih yang mana.
Bagaimana peran mahasiswa sebagai kontrol masyarakat?
Saya rasa kontrolnya bukan kepada masyarakat, tetapi
kepada pemerintah. Kontrol masyarakat bisa semua orang.
Kenapa mahasiswa kontrol pemerintah? Masyarakat juga,
tetapi dalam hal ini mahasiswa tidak punya beban sebesar
orang yang sudah berkeluarga. Mahasiswa lebih bisa
mengatur dan mengalokasikan waktunya untuk melakukan
tindakan kritis seperti demonstrasi dan kegiatan aktivisme
lain. Jadi, saya akan selalu lebih fokus pada anjuran kepada
mahasiswa untuk kritis kepada pemerintah.
Seberapa penting peran sebagai aktivis yang dilakukan
oleh mahasiswa STAN yang notabene akan bekerja di
bidang keuangan?
Menurut saya, setiap orang harus punya layer. Salah satu
layer-nya adalah kepedulian sosial. Misalnya, saya seorang
entertainer, seorang ayah, dan suami juga, tetapi saya
mempunyai Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia. Saya
membantu pasien anak-anak kanker yang tidak mampu.
Misalnya lagi, ada orang yang bekerja di bank, punya
pacar, tetapi ia peduli dengan anak-anak jalanan. Ada lagi,
dia bekerja di sebuah perusahaan multinasional, tetapi ia
juga mempunyai kepedulian dengan anak-anak difabel.
Jadi, setiap orang, termasuk teman-teman STAN yang
kelak akan bekerja di pemerintahan, harus tetap punya
aktivisme dan kepedulian sosial. Lebih baik dekat dengan
lingkungan atau jauh dengan lingkungan itu dikembalikan
ke masing-masing orang. Bekerja di pemerintahan, swasta,
atau pun tidak bekerja, setiap orang harus memiliki layer
kegiatan sosial, karena hidupnya tidak terkait dirinya
sendiri tapi terkait dengan orang-orang di sekitarnya.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap sikap mahasiswa
yang acuh terhadap politik? Bagaimana seharusnya sikap
mahasiswa terhadap politik?
Kalau saya dengar ada mahasiswa yang tidak suka politik,
saya bisa paham. Namun, ketika anak muda bilang enggak
peduli politik, saya bingung. Semua keputusan yang
menyangkut hidup kita ditentukan oleh politisi. Enggak
ada satu pun aspek dalam kehidupan kita yang tidak
ditentukan oleh politisi. Makan, minum, mandi, tanah,
kesehatan, hiburan, dan lain-lain diatur oleh negara. Jadi,
kalau ada orang yang bilang enggak peduli dengan politik,
berarti ia enggak peduli dengan dirinya sendiri. Enggak
mungkin kalau dia enggak peduli dengan dirinya sendiri.
Jadi, lebih baik kita bilang peduli dengan politik, walaupun
kita tidak suka dengan politik daripada kita bilang tidak
peduli dan kita terkena dampaknya. Contoh masyarakat
yang tidak peduli dengan politik adalah di era Soeharto.
Pada masa Soekarno, semuanya berpolitik bahkan pemilu
paling ideal adalah pemilu 1955. Anjuran saya adalah anak
muda mending peduli aja, masalah lu suka atau enggak itu
belakangan.
[Bella M.A./Hilda P.]
Pandji Pragiwaksono: Pemuda
Harus Peduli Politik
Dalam rubrik Wawancara kali ini, Civitas berhasil
mewawancarai Kepala Balai Diklat Keuangan (BDK)
Malang, Budi Setiawan, yang pada saat itu hadir sebagai
keynote speaker dalam acara Summer Camp yang diadakan
oleh MBM pada 18 – 19 April di Puspiptek, Serpong.
Sebelum menjadi Kepala BDK Malang, Beliau sempat
menjabat sebagai Kepala Subbidang Pengembangan
Pendidikan Ajun Akuntan STAN dan Kepala BDK Manado.
Semasa menjadi mahasiswa di STAN, Beliau juga pernah
menjabat sebagai Presiden mahasiswa BEM STAN.
Dalam kesempatan itu, berlangsung perbincangan
mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
kemahasiswaan. Berikut hasil wawancara tersebut.
Bagaimana cara agar mahasiswa mampu aktif di
organisasi kampus tanpa mengganggu kegiatan
akademik?
Dunia mahasiswa itu dunia belajar, belajar banyak hal,
belajar di kampus, organisasi, kemahasiswaan, dan
masyarakat. Jadi, mahasiswa jangan hanya terkungkung
pada teori-teori perkuliahan saja karena nanti kalau fight di
masyarakat dia harus memahami bagaimana berhubungan
dengan masyarakat secara baik dan itu hanya bisa
diperoleh kalau dia aktif bermasyarakat sejak muda dan
aktif lewat organisasi. Ya, harus seimbang, jangan harus
berkutat dengan perkuliahan juga dan jangan sampai DO.
Mahasiswa STAN adalah mahasiswa pilihan, jadi aktif di
organsiasi pun tidak mengganggu kuliah. Justru waktunya
jadi lebih efektif karena saking pinternya. Kalau gak aktif di
organisasi dan masyarakat, kan, jadi banyak nganggurnya,
tidur, main game, justru kalau aktif jadi lebih bermanfaat.
Namun, aktifnya jangan sampai mengalahkan perkuliahan.
Apa yang dibutuhkan mahasiswa STAN di dunia kerja?
Intinya itu ada dua, yaitu hard skill dan soft skill. Hard
skill termasuk lingkungan teknis yang berarti Anda harus
memahami dan mengimplementasikan pekerjaaan yang
berhubungan dengan tugas pokok fungsi. Seperti kalau di
Pajak, Anda harus tahu cara menghitung pajak, ya intinya
hal-hal teknis yang berhubungan dengan pajak.
Hard skill itu konon 40 %, yang 60% itu soft skill. Soft skill
itu attitude, rasa percaya diri, ramah, amanah, jujur, saling
menghargai, dan rajin. Justru sekarang banyak orang
sukses selain hard skill kuat, dia punya soft skill yg unggul,
seperti cara berkomunikasi yang baik yang tidak bisa
dipelajari di buku, tetapi melakukan latihan dan berasal
dari hati nurani serta keikhlasan. Jadi, intinya hard skill dan
soft skill, gak bisa salah satu, misalnya hanya soft skill aja,
kita rajin, ramah, namun gak punya hard skill ya gak bisa
dipakai juga.
Bagaimana seharusnya hubugan mahasiswa dengan
politik?
Politik itu adalah sarana untuk menyejahterakan
masyarakat. Politik di kampus itu ya kita harus belajar
berpolitik secara sehat. Kalau di kampus, kan, misalnya ada
debat kandididat yang sehat. Terus ada fraksi-fraksinya
gak apa-apa misalnya untuk kandidat tersendiri. Jadi,
saling berkompetisi pemikiran, bukan kompetisi adu
otot, tapi adu otak. Justru dengan adanya perpolitikan
di kampus kita harus belajar ide-ide terbaik yang harus
dipilih oleh mahasiswa. Kalau ada hal-hal yang negatif
justru kita harus berpikir bagaimana hal-hal negatif ini
bisa kita tutup dengan hal-hal yang positif. Jadi jangan
berkecil hati. Misalnya kita punya ide baik tapi di-bully,
justru itulah tantangan. Jadi, ide positif itu bukan hanya
sekadar ide, tapi bagaimana cara menyakinkan orang
bahwa kita itu menjadi orang yang mengayomi mahasiswa,
itulah politik mahasiswa. Tapi jangan politik praktis seperti
parpol. Kampus itu bebas parpol. Parpol ini bisa memecah
kesatuan (mahasiswa). Nanti di dunia kerja pun kita ada
politiknya. Kita perlu menggalang orang-orang yang seide
untuk menggolkan ide baik kita. Misalnya kita punya ide
“saya harus mengubah pajak jadi bersih”. Kalau kita tidak
punya pendukung, ya susah. Cara mencari pendukung bisa
dengan berkomunikasi dan silaturahmi. Ini juga salah satu
bentuk politik.
Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai
Kementerian Keuangan?
Mayoritas mahasiswa STAN masuk Kemenkeu, kementrian
yang paling sukses reformasi birokrasinya dan yang
paling strategis. Nilai-nilai Kemenkeu seperti integritas,
profesional, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan itu
bukanlah hal yang baru. Nilai-nilai tersebut sudah kita
dapatkan dari dulu, pokoknya gue banget deh. Nilai-nilai
itu sudah kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari kita,
misalnya dalam Islam hal tersebut sudah diajarkan sejak
kecil melalui kisah-kisah Nabi dan orang-orang saleh. Jadi
dengan menjadi seorang muslim yang kaffah, misalnya,
kita sudah mengimplementasikan nilai-nilai Kementerian
Keuangan tersebut.
Apa harapan ke depannya bagi mahasiswa STAN?
Mereka-mereka yang masih punya kepedulian dengan
organisasi harusnya berani menjadi gerbong perubah dan
seharusnya lembaganya juga yang mendorong. Kalau
orang muda itu fisiknya lebih kuat daripada orang tua,
otaknya lebih cemerlang, hatinya lebih terbuka. Nah, itu
saatnya kita untuk aktualisasi kreatifitas kita di kampus,
nanti di kantor itu nyatanya. Istilahnya di kampus itu
laboratoriumnya. Nanti kalau di kampus gak dibuat seperti
itu, nanti di kantor jadi orang yang ‘garing’, ngomong
garing, kerja garing, gak ada kreativitas gitu. Salah satu
caranya itu bisa diwujudkan misalnya melalui mentoring,
yang mencetak mahasiswa-mahasiswa yang dapat menjadi
unsur pendobrak. Harapan saya, ya, mahasiswa STAN itu
jadi unsur-unsur pengubah di Kemenkeu dan sekarang
sudah kelihatan. Perubahan di Kemenkeu itu sebagian
besar dilakukan oleh alumni STAN. Jadi, mahasiswa STAN
harus bisa melanjutkan perjuangan alumni-alumni STAN
untuk mengubah Kemenkeu ke arah yang lebih baik.
[Fauzan Hayyu]
Budi Setiawan: Sayang Kalau Mahasiswa
Pinter Enggak Aktif Organisasi
sumber:indonesiakreatif.net
sumber:bppk.depkeu.go.id
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
10
Seiring berkembangnya zaman, kemajuan teknologi
semakin memengaruhi gaya hidup manusia. Sistem
komputerisasi yang semakin canggih membawa implikasi
besar bagi kemudahan penyimpanan uang. Dengan
tingginya mobilitas manusia, penggunaan kartu Anjungan
Tunai Mandiri (ATM) kini menjadi idola masyarakat karena
memungkinkan kita untuk melakukan tarik tunai dengan
mudah dan dimana pun.
Tim Selidik kali ini tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai sejauh mana penggunaan kartu ATM oleh
mahasiswa STAN. Esensinya, penelitian ini dilakukan untuk
mendapat jawaban mengenai suara mahasiswa terkait
kebutuhan pengadaan ATM Center di lingkungan kampus
STAN disertai harapan mereka apabila fasilitas tersebut
benar akan diadakan. Penelitian ini dilaksanakan 14 -- 18
April 2014 dengan menyebarkan seribu lembar kuesioner
kepada mahasiswa STAN dari seluruh spesialisasi.
Sampelnya diambil dengan metode random sampling
dengan sampling error sebesar 5%. Adapun kuesioner yang
berhasil kembali dan memenuhi syarat untuk dijadikan
data adalah 841 kuesioner atau 84,1%.
Sejauh mana kartu ATM mempengaruhi kehidupan
mahasiswa STAN yang mayoritas merupakan mahasiswa
rantau
Berdasarkan hasil penelitian Tim Selidik, 96% responden
mengaku mempunyai kartu ATM, sedangkan sisanya
4% tidak punya. Kartu ATM telah memengang peranan
penting sebagai modal melanjutkan hidup dari orang tua
kepada mahasiswa di kota perantauan. Sementara itu,
frekuensi penarikan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa
STAN bergantung pada besar kebutuhan dan jumlah yang
ditarik dalam sekali penarikan. Ketika ditanya berapa
kali responden melakukan penarikan dalam kurun waktu
seminggu, mereka menjawab beragam, kisarannya yakni
tidak menentu hingga tiga kali penarikan.
Sedangkan fasilitas mesin ATM yang seringkali digunakan
oleh mahasiswa STAN untuk melakukan tarik tunai
maupun transaksi antara lain ATM Center di sepanjang
Jalan Raya Ceger digunakan oleh 62% responden dan
sepanjang Jalan Bintaro Raya digunakan oleh 20%
responden. Sedangkan fasilitas ATM Center dari pihak
lembaga berupa mobil keliling yang biasa berada di
sebelah selatan Bendungan STAN dimanfaatkan oleh 11%
responden, sedang 7% sisanya harus mendatangi lokasi
lain yang menyediakan fasilitas tarik tunai bank yang
bersangkutan.
Namun, keberadaan fasilitas mesin ATM tersebut masih
ditemui berbagai kendala yang dikeluhkan mahasiswa
STAN, di antaranya jauh dari tempat kos (59% responden),
keamanan dalam penggunaan (15% responden),
ketidaktersediaan mesin ATM untuk bank yang digunakan
(15% responden), dan mesin ATM sering bermasalah serta
ATM keliling hanya datang sesekali (8 responden). Sisanya
yakni 3% mengaku tidak memiliki kendala berarti.
Bagimana pendapat mahasiswa terkait kebutuhan
pengadaan ATM Center di lingkungan kampus
Ketika responden ditanya mengenai pembangunan
ATM Center di lingkungan kampus STAN, 95% responden
menilai pembangunan ATM Center tersebut sangat
dibutuhkan. Hanya 2% responden yang mengungkapkan
bahwa pembangunan ATM Center kurang dibutuhkan
dan 1% responden menyatakan bahwa ATM Center
tidak dibutuhkan di lingkungan kampus STAN. Dari
hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden, yaitu 800 orang dari 841 responden,
berpendapat bahwa keberadaan ATM Center yang
mudah dijangkau di lingkungan kampus STAN sangat
dibutuhkan. Alasannya adalah efisiensi waktu, kemudahan
akses, dan jaminan keamanan sehingga jika sewaktu-
waktu ada keperluan mendesak, mereka dapat langsung
mengunjungi ATM Center di jam-jam kuliah.
Bagaimana tanggapan pihak lembaga terkait kebutuhan
mahasiswa akan ATM Center di lingkungan kampus STAN
Kepala Subbagian Kepegawaian dan Peralatan STAN,
Pratin, saat dikonfirmasi oleh Tim Selidik mengungkapkan
pelimpahan keamanan kepada pihak kampus menjadi
sebab mengapa kemungkinan pembangunan ATM Center
di dalam kampus masih jauh dari realisasi. Pratin juga
mengungkapkan bahwa Bank Mandiri sudah dihubungi
karena bank tersebut dirasa memiliki mayoritas nasabah di
antara warga kampus. Sayangnya, Bank Mandiri mengaku
keberatan saat diminta membangun ATM Center di dalam
kampus. Alasannya tidak lain adalah faktor keamanan dan
penggunanya akan terbatas pada kalangan kampus, bukan
untuk masyarakat umum.
Bukan hanya Bank Mandiri, Pratin juga mengungkap
bahwa beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan
pembicaraan dengan Bank BNI. Untuk Bank Mandiri sudah
ada pembicaraan, meski masih berat untuk membuka
ATM Center di lingkungan kampus STAN karena meminta
pihak STAN menyediaan fasilitas keamanan, “Beda halnya
dengan Bank Mandiri, BNI justru pihak bank yang meminta
adanya pengadaan ATM Center mereka di dalam kampus,
tepatnya di gedung KNPK. Tapi ya begitu, BNI meminta
lokasi dekat satpam. Apalagi alasannya kalau bukan
keamanan. Kalau minta pembangunan di dekat satpam, ya
nanti dulu, karena lahan ini milik STAN, jika sewaktu-waktu
digunakan oleh STAN ya susah, kalau mau buat bangunan
baru harus diperhitungkan dan dipikir matang-matang
dulu,” tuturnya.
Jika pembangunan ATM Center di lingkungan kampus
STAN benar akan diadakan, dimana lokasi yang ideal
Jika pihak lembaga menilai bahwa keberadaan ATM Center
di lingkungan kampus STAN penting bagi mahasiswa,
tentu pihak lembaga harus memulai pengadaan dengan
menimbang lokasi mana yang efektif dan efisien untuk
meletakkan sarana tersebut. Tak lupa Tim Selidik juga
menanyakan hal terkait kepada responden. Didapatkan
bahwa 85% responden mengusulkan alangkah baiknya
apabila ATM Center diletekkan di area tengah kampus.
Area tengah kampus banyak dipilih karena sering dilalui
oleh mahasiswa saat akan melakukan perkuliahan dan
kembali ke indekos, di samping jarak yang dekat dengan
gedung sekretariat.
Terakhir, tak luput Tim Selidik merangkum harapan
para responden apabila pembangunan ATM Center
di lingkungan kampus STAN benar akan diadakan, di
antaranya:
1.	 ATM Center berisi bank yang lengkap, terutama ATM
BRI dan BNI.
2.	 Sarana terawat dan dijaga kebersihannya. Dilengkapi
CCTV dan AC serta papan informasi.
3.	 ATM Center buka 24 jam dan setiap hari.
4.	 ATM Center tidak sering bermasalah.
5.	 Lokasi strategis, dapat dijangkau bersamaan dengan
berangkat/pulang kuliah dan hemat waktu untuk
sampai kesana.
6.	 Sistem keamanan yang baik, selalu dijaga satpam
karena daerah sekitar STAN rawan perampokan dan
kriminalitas.
7.	 ATM menyediakan pecahan lima puluh ribuan.
Sebagai tambahan, harapan-harapan tersebut berujung
pada hal yang sama, yaitu agar pembangunan ATM Center
di lingkungan kampus STAN bukan sebatas wacana, tetapi
juga segera dapat direalisasikan demi kemudahan dan
keamanan.
[Alan/Dicky/Herrera]
Selidik
KOMENTAR MAHASISWA
Bagaimana Pendapat Anda mengenai wacana
Pembangunan ATM Center di Lingkungan Kampus?
Lebih aman, apalagi dengan maraknya preman di
sekitar kampus, mahasiswa jadi was-was.
(Inka F. A. – 2H D3 Pajak)
Brilliant! Marvelous!
(M. Harry F. – 2Y D3 Akuntansi)
ATM kampus = Lebih efektif.
(Ahmad Syafii K. – 2R D3 Akuntansi)
Mesin ATM jadi lebih dekat.
(Arindya M. – 2F D3 KBN)
Selayaknya sebuah perguruan tinggi harus memiliki
ATM Center di lingkungan kampus.
(Rezky Mahakurnia – 2Y D3 Akuntansi)
Untuk mengurangi biaya sol sepatu.
(M. Faqih Syah - 2A D3 Pajak)
ATM CENTER, Akankah
	Segera Terealisasi?
Apa kendala yang sering Anda hadapi selama
menggunakan fasilitas ATM ?
Dimana Anda sering Menggunakan Fasilitas ATM ?
Pendapat Anda mengenai wacana pembangu-
nan ATM Center di lingkungan STAN
Apakah Anda mempunyai Kartu ATM?
sumber:www.google.com
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
11
Ala Dosen
MAHASISWA STAN,
	 PEMILU, DAN POLITIK
Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus berpartisipasi dalam pemilu
ini. Kita tidak boleh apatis, apalagi golput. Apa pun alasannya, misalnya tidak
mengenal calon yang akan dipilih, sebagai warga negara yang baik kita harus tetap
menggunakan hak suara.
Jika Anda tanyakan bagaimana cara mahasiswa STAN berpartisipasi dalam
pemilu ini sementara mereka, asumsinya, tidak memiliki pengetahuan politik
yang memadai karena bidangnya adalah akuntansi, saya pikir ada berbagai cara.
Salah satunya diawali dengan keaktifan mahasiswa itu sendiri. Sebagai contoh,
mahasiswa STAN harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, seperti
terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan masyarakat setempat.
Masyarakat pada dasarnya menganggap mahasiswa STAN sebagai pionir di
lingkungannya. Karena apa? Karena masyarakat berpikir bahwa mahasiswa STAN
pada umumnya memiliki kecerdasan dan potensi yang besar untuk berkontribusi di
lingkungan mereka.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah, misalnya, dengan terlibat dalam pengawasan
atau bahkan kepanitiaan. Tidak ada larangan bagi siapa pun, termasuk mahasiswa,
untuk mengawasi atau menjadi penyelenggara pemilu tersebut. Intinya, kita harus
mau peduli dengan penyelenggaraan pemilu ini.
Saya juga mengimbau kepada mahasiswa STAN agar lebih peduli dengan pemilu
ini karena kita masih punya pemilihan presiden (pilpres). Menurut saya, Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) harus menjadi pihak yang terlibat aktif dalam
menyosialisasikan ini agar mahasiswa STAN dapat menggunakan hak suaranya
secara penuh di pilpres nanti. BEM dapat menampilkan kriteria atau visi dan
misi calon presiden kepada mahasiswa STAN agar mereka tau siapa yang paling
berkapasitas untuk dipilih. Terlepas apakah calon yang kita pilih pada saat itu
terpilih atau tidak, yang penting kita menggunakan hak suara kita.
Akan tetapi, setelah saya cermati secara lebih mendalam, kendala yang dihadapi
mahasiswa di sini bukan apatisme atau keengganan mereka dalam menggunakan
hak suara. Saya lebih melihat itu ke arah persoalan administratif. Setelah saya tinjau
mahasiswa yang saya ajar, mereka sebenarnya sangat antusias mengikuti proses
pemilu ini. Mereka hanya mengeluhkan kendala administratif yang pada akhirnya
menghambat mereka untuk menggunakan hak suara. Pada dasarnya, mahasiswa di
sini memiliki kepedulian dan antusiasme dalam pemilu ini, tetapi masalah-masalah
teknis seperti itu yang menghambat mahasiswa dalam menggunakan hak suara
mereka.
Kita seharusnya bertanya kepada diri sendiri apa yang telah kita berikan kepada
negara ini. Berangkat dari kalimat tersebut, mahasiswa seharusnya menjadi warga
negara yang mampu mengubah negara ini menjadi lebih baik. Jika aparatur negara
dan warga negaranya baik, negara ini juga akan menjadi lebih baik ke depannya.
									
[Mhd Ricky Karunia]
“Mahasiswa
Jangan
Apatis”
Susi Purwati
Dosen Kewarganegaraan
Thomas Yudhistira
Dosen Ekonomi Mikro
Pertama, perlu disadari bahwa mahasiswa termasuk kelompok yang beruntung
dapat menikmati pendidikan tinggi. Oleh karena keberuntungan itu, sebelum
mengurus hal lain seperti berpolitik praktis, mereka tentunya harus menjalankan
tugas utama mereka terlebih dahulu: belajar dengan baik dan berprestasi secara
akademik.
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang mestinya bisa cerdas dalam menyikapi
kondisi perpolitikan negara ini. Oleh karenanya, mereka harus “melek”
politik dalam mengambil tindakan yang perlu untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan atau kongkalikong politik yang menguntungkan
kelompok tertentu. Mahasiswa memiliki kekuatan untuk melakukan itu.
Hal tersebut terbukti dari sejarah bahwa rezim-rezim tergulingkan oleh aksi
mahasiswa. Namun, sejarah juga mencatat bahwa aksi mahasiswa seperti itu
juga terindikasi telah ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu. Jadi, mahasiswa
tetap harus hati-hati dalam menentukan posisinya. Banyak juga aktivis
mahasiswa yang begitu idealis ketika masih muda. Namun, pada saat menjadi
politikus, mereka terlibat korupsi dan sama saja dengan orang-orang yang
awalnya mereka benci dan ingin mereka gulingkan.
Mahasiswa harus dapat memosisikan pandangannya sesuai dengan dunia kerja
yang akan digelutinya. Mahasiswa STAN yang basic-nya adalah mahasiswa
akuntansi yang nantinya akan berkecimpung di birokrasi pemerintahan,
khususnya di Kementerian Keuangan, sebenarnya memiliki keterkaitan dengan
politik. Saya yakin bahwa mahasiswa STAN adalah yang terbaik di setiap
generasinya. Kecemerlangan mereka adalah berkah bagi negeri ini. Mahasiswa
STAN jangan menyia-nyiakan talentanya dengan menjadi pasif. PNS memang
tidak boleh berpolitik praktis, tetapi bukan berarti tidak “melek” politik. Menjadi
pengamat dan kemudian menulis artikel opini di media massa tentunya bukan
sebuah masalah. Kajian yang berimbang dan didasari oleh niat tulus untuk
kebaikan rakyat tentunya patut diapresiasi oleh publik.
Pada suatu waktu, ada sebuah Rancangan Undang-Undang diterbitkan yang
intinya melucuti kewenangan eksklusivitas sebuah lembaga negara. Para
pegawai di lembaga negara tersebut sadar sepenuhnya atas implikasi negatif
dari hal tersebut dan berusaha mendesak agar pimpinan lembaga negara
tersebut untuk secara aktif berjuang di DPR sehingga UU tersebut direvisi untuk
meminimalkan implikasi negatif terhadap lembaganya. Namun, karena ada
indikasi conflict of interest dari pihak pimpinan lembaga, maka perjuangannya
hanya setengah hati dan imbasnya terbitlah UU tersebut dan terjadilah implikasi
negatif tersebut. Hal yang sama bisa juga terjadi pada mahasiswa STAN.
Dalam politik tentu ada kebijakan-kebijakan yang diambil dan pasti ada kebijakan
pemerintah yang memengaruhi mahasiswa STAN secara langsung dan tidak
langsung. Oleh karena itu, mereka harus selalu memonitor berita aktual dan
menganalisis secara aktif rencana kebijakan pemerintah, rancangan UU, serta
peraturan terkait untuk dapat mengetahui kemungkinan-kemungkinan dampak
dari kebijakan tersebut dan kemudian mengambil tindakan untuk mengoreksi
apabila memang dibutuhkan.
									
[Dewanty Asmaningrum]
“Mahasiswa
Harus Melek
Politik”
Menurut pandangan saya, kampus seharusnya steril dari politik. Mahasiswa sebagai
bagian dari kampus juga harus free dari unsur-unsur politik seperti itu. Memang
ranahnya akan berbeda ketika mahasiswa sebagai anggota dalam entitas kampus
tidak terlibat di dalam politik praktis. Sementara itu, ketika mahasiswa sebagai
individu berada di luar kampus, sebagai warga negara ia mempunyai hak pribadi
untuk terlibat dalam politik praktis. Jadi, lebih tepatnya, mahasiswa harus bisa
mengambil peran secara tepat, kapan ia berperan sebagai anggota dari entitas
kampus dan kapan ia berperan sebagai individu yang mempunyai hak-hak pribadi
dalam pelaksanaan politik.
Mahasiswa STAN saat ini disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga birokrasi. Pengaruh
politik secara langsung terhadap mahasiswa tidak terlalu mudah untuk ditangkap.
Akan tetapi, secara tidak langsung, bagaimana pun kebijakan terhadap birokrasi
nantinya akan sangat dipengaruhi oleh Senayan (DPR). Ketika pergerakan di Senayan
menjadi dapat dicermati oleh mahasiswa, dampaknya terhadap birokrasi dapat
mereka tangkap. Oleh sebab itu, apa yang perlu disiapkan oleh mahasiswa sebagai
calon birokrat menjadi lebih terang arahnya. Mahasiswa bisa saja mengusulkan
kepada pihak kampus untuk menghadapi situasi yang berkembang saat ini. Mereka
perlu dibekali dengan knowledge tertentu.
Dalam konteks akademik, mahasiswa juga mempunyai kapasitas tertentu yang
konstruktif bagi dunia perpolitikan di Indonesia. Hal ini menjadi benar ketika
mahasiwa dengan kapasitas yang dimiliki dapat membuat semacam kajian-kajian. Kita
dapat mengkaji, misalnya, tentang bagaimana sebenarnya praktik-praktik politik yang
selama ini ada di Indonesia, apakah hal itu mempunyai dampak yang baik terhadap
perkembangan Indonesia secara umum, atau benarkah praktik-praktik politik tidak
sehat seperti money politics terjadi. Alternatif pemecahan terhadap hal itu mungkin
bisa saja dihasilkan dari teman-teman mahasiswa ini.
[Adam Maulana Malik]
Ganti Lis Ariadi
Dosen Organisasi Tata Kerja
“Kampus
Harus Steril
dari Politik”
dok.Pribadi
dok.Pribadi
dok.MediaCenter
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
12
Motif
Sabdanusa adalah singkatan dari Sanggar Budaya
Nusantara. Sabdanusa sendiri adalah unit kegiatan
mahasiswa (UKM) yang secara khusus bergerak di bidang
pelestarian budaya Indonesia, utamanya seni tari dan
musik tradisional.
Tujuan sabdanusa sendiri adalah melestarikan budaya
tradisonal Indonesia. Hal ini tergambar dari visi mereka,
yaitu mewujudkan dan melestarikan budaya nusantara
melalui Sabdanusa. Dalam rangka mewujudkan visi mereka
tersebut, Sabdanusa melakukan beberapa kegiatan seperti
melakukan latihan, baik tari maupun musik tradisional.
Selain kegiatan tersebut, Sabdanusa juga turut aktif dalam
berbagai kegiatan di STAN sebagai pengisi acara baik
kegiatan yang bersifat internal STAN maupun kegiatan
berskala nasional seperti Reuni Akbar Ikatan Alumni
Kedinasan (IKANAS). Dalam waktu dekat ini, Sabdanusa
akan mengadakan Pentas Tunggal Pringgandana.
Pertunjukan yang paling sering dimainkan Sabdanusa
antara lain tari Saman dan pertunjukan musik angklung.
Tari Saman dimainkan oleh penari dengan jumlah ganjil.
Biasanya mereka duduk rapat membentuk satu baris.
Selain pemain, ada juga satu orang penyanyi yang disebut
syekh dan satu orang pengiring musik yang disebut rapai.
Inti gerakan Saman adalah gerakan tangan, tepuk tangan,
tepuk dada, dan geleng kepala. Keindahan tarian ini
tampak ketika para pemain membentuk satu formasi
gerakan badan, tangan, dan kepala secara seragam dan
dinamis. Gerakan Saman dimulai dari gerakan tempo
lambat lalu lama-lama gerakan makin cepat dan akhirnya
berhenti secara mendadak.
Smenetara itu, angklung adalah alat musik multitonal
(bernada ganda) yang secara tradisional berkembang
dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat
musik ini terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara
digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa
bambu) untuk menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran,
baik besar maupun kecil.
UKM yang telah berdiri sekitar tiga tahun ini, sejak tahun
2011, juga sempat menjadi juara Festival Tari Ratouh Jaroe
Ke-6 dan Ke-7 se-Jabodetabek. Setelah tiga tahun berjalan,
kepengurusan Sabdanusa berganti beberapa kali. Saat
ini, posisi ketua umum diduduki oleh Erdin Riyanto, Riska
Indira Andayani sebagai Wakil Bidang Tari, dan Muhammad
Mukti Abadi sebagai Wakil Bidang Musik.
[Ardian Ahmad]
Sabdanusa: Amunisi Pelestarian Budaya
Tradisional Indonesia di STAN
sumber: google.com
STAN Papua Community
Penerimaan jalur khusus STAN bagi pelajar Papua
tahun 2013 menjadi latar belakang berdirinya organisasi
kedaerahan (organda) ini. STAN Papua Community berdiri
pada tahun 2013 dan menjadi organda termuda di kampus
STAN. Hal ini sejalan dengan penerimaan perdana pelajar
Papua untuk melanjutkan pendidikan mereka di STAN yang
baru dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2013.
Seperti organda-organda lain, STAN Papua Community
dibentuk sebagai upaya menjaga solidaritas antar
mahasiswa yang berasal dari Papua dan Papua Barat. Saat
ini, ada 210 mahasiswa asal Papua dan Papua Barat yang
sedang menempuh pendidikan di STAN.
Untuk di STAN Bintaro sendiri, hanya program
D-1 Kebendaharaan Negara yang dikhususkan untuk
mahasiswa yang berasal dari Papua dan Papua Barat.
Selain di STAN Bintaro, mahasiswa asal pulau Papua
tersebut juga tersebar di seluruh Balai Diklat Keuangan
(BDK) se-Indonesia. Di beberapa BDK seperti BDK Medan,
Palembang, dan Malang, ada dua spesialisasi yang
dikhususkan untuk mahasiswa asal pulau Papua, yaitu
prodip I Kebendaharaan Negara dan Perpajakan.
Program khusus yang diadakan oleh pemerintah pusat,
yang dalam kasus ini adalah Kementerian Keuangan,
bekerja sama dengan pemerintah daerah Papua yang
diprakarsai oleh UP4B (Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua) membuka akses bagi para
pemuda asal Papua dalam rangka mempercepat
pembangunan di wilayah tersebut. Salah seorang
mahasiswa asal Jayapura, Selo, menganggap
bahwa program ini mengimplikasikan bahwa
pemerintah saat ini sudah fair ke semua daerah,
dari Sabang sampai Merauke.
Setelah lulus, mahasiswa asal Papua dan Papua
Barat ini akan ditempatkan oleh Kementerian
Keuangan kembali ke daerah asal mereka
karena program ini memang dikhususkan untuk
mempercepat pembangunan di sana. Tentunya,
kualitas sumber daya manusia adalah variabel
utama untuk mewujudkan itu semua. Untuk itulah
program ini dicanangkan.
Saat ini, STAN Papua Community dipimpin oleh
Stenly. Posisi ketua di organda ini dinamakan Ketua Senat.
Wakil Ketua Senat diduduki oleh Simson Bonai, sedangkan
posisi Sekretaris dan Bendahara Senat masing-masing diisi
oleh Vicky Waromi dan Betty.
Seperti yang dipaparkan oleh Selo, mereka berkomitmen
untuk membangun daerah asal mereka agar tidak terjadi
lagi semacam gap antar wilayah. Setelah lulus dan
dipulangkan ke daerah asal, mereka berjanji akan bekerja
sepenuh hati sesuai dengan harapan pemerintah dan
publik. Mereka juga bertekad membawa Papua ke arah
yang lebih baik dan menjauhkan praktik-praktik korupsi
agar pembangunan dapat berjalan sesuai harapan.
Selamat datang kami ucapkan dan semoga sukses! We are
Indonesia!
						
[Mhd Ricky Karunia]
dok. STAN Papua Community
Di sini tempatnya!
Jersey Grade ori/player
Issue harga hanya 90k-100k saja
Bisa pasang patch & nama pemain
Kalau mau bikin jersey tim sendiri
Minimal pembelian 10 pcs, reseller harga spesial
Beli banyak harga lebih murah
Barang tidak sesuai pesanan bisa ditukar
Takut tipu-tipu? Tenang di sini kami profesional
Cicaheum, Bandung(belum ada toko) | BBM:74EBA7C6 |
@IzzuJersey | facebook.com/izzu.jersey
www.izzujersey.blogspot.com
Belum punya jersey klub atau negara kesayangan
kamu?
Gak mau beli gara-gara kemahalan?
Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014
13
“Temukankebebasanpemberitaan
tanpaintervensi”
Survei membuktikan bahwa volume sampah di Indonesia
adalah 130.000 ton/hari, setara dengan 34.391.534 galon
air bersih yang bisa dibagikan kepada masyarakat per
hari. Cukup besar bukan? Kalau kita lihat lagi, itu adalah
sampah yang tertampung di tempat pembuangan
akhir, belum dijumlahkan dengan sampah yang masih
berserakan di pinggir jalan. Seandainya semua sampah
dikumpulkan mungkin bisa menjadi sebuah “gunung”
atau sebuah “pulau” dengan nama “sampah”.
Pertanyaannya, ke manakah kepedulian masyarakat
terhadap sampah hingga menumpuk sedemikian rupa?
Kepedulian akan sampah sebenarnya telah dipersuasikan
saat kita menginjak usia dini. Ingatkah saat kita masih
kecil, saat taman kanak-kanak, ataupun sekolah dasar,
orang tua maupun guru kita mengingatkan kita untuk
membuang sampah pada tempatnya? Tidak hanya itu,
saat kita sekolah pun kita bisa melihat banyak papan-
papan reklame kecil di sekolah yang bertebaran di
koridor sekolah dengan kalimat “Buanglah Sampah pada
Tempatnya”. Selain itu, saat kita hendak berpergian kita
pun dapat melihat reklame bertuliskan “Jangan Buang
Sampah Sembarangan” atau “Buang Sampah Denda
Lima Juta Rupiah” yang diiklankan oleh pemerintah
setempat. Namun semua itu belumlah cukup. Meskipun
ada suatu nasihat atau alarm sepertinya kesadaran untuk
peduli sampah belum tumbuh.
Jika kita definisikan, sampah adalah benda yang sudah
tidak terpakai yang muncul akibat berakhirnya masa
suatu pemakaian yang digunakan oleh manusia. Dengan
kata lain, sampah lahir dari manusia itu sendiri. Meskipun
lahir dari manusia, tetapi hanya sedikit dari kita yang mau
“merawat” mereka dengan benar. Bahkan, tak sedikit
dari kita menggantungkan hidupnya dengan sampah,
sebut saja para pemulung. Tanpa sampah, mereka tidak
tau lagi dengan cara apa dapat memenuhi nafkah untuk
keluarga. Sedangkan beberapa dari kita, melakukan
“lemparan bebas” dengan sampah tanpa peduli sekitar.
Sekarang, pernahkah kita berimajinasi menjadi
pemulung? Membayangkan merasakan kehidupan
pemulung, memungut sampah, dan terkadang menerima
ejekan karena pekerjaan tersebut. Dengan kata lain,
peduli akan sampah sama seperti pemulung yang tahan
terhadap godaan suara-suara bising memilukan.
Pernahkah kita berpikir bahwa hidup sebagai pemulung
telah memberikan seribu perubahan? Maksudnya,
pekerjaan pemulung, yakni dengan memungut satu
sampah telah turut serta dalam mencegah seribu
kejadian yang mungkin terjadi akibat sampah: banjir,
polusi udara, sarang kuman, sarang penyakit, longsor,
dan lain-lain? Jika pernah, berarti kita telah memulai
langkah awal akan kesadaran peduli sampah, yaitu sadar
akan adanya perubahan melalui satu sampah.
Bagaimana kita melanjutkan langkah tersebut? Langkah
selanjutnya adalah tindakan. Ya, kalau hanya niat namun
tidak ada tindakan sama saja nol, kapan perubahan
itu akan terjadi? Tindakan kecil yang mungkin kita bisa
mulai adalah cukup dengan membuang sampah pada
tempatnya. Meskipun terlihat sepele, hal tersebut dapat
menolong beberapa pihak, misalnya office boy. Kita telah
membantu pekerjaan mereka dalam hal membersihkan
sampah dalam ruang kelas ataupun koridor.
Selain office boy, kita telah turut serta mengurangi
adanya kemungkinan kecelakaan, misalnya terpeleset
akibat sampah. Selain membuang sampah, tindakan
lain yang bisa kita perbuat adalah memungut sampah
berserakan. Memungut sampah yang berserakan sama
saja kita telah membantu pemulung, membantu untuk
menghilangkan stigma buruk terhadap pekerjaan
pemulung, stigma yang mengatakan memulung adalah
tindakan yang cukup nista. Untuk memulai tindakan-
tindakan tersebut; membuang sampah pada tempatnya
atau memungut sampah, janganlah menunggu orang
lain, don’t be a follower, tapi jadilah teladan, be a
trendsetter. Satu perubahan sikap seseorang mampu
untuk menarik perhatian orang untuk mengikuti apa
yang kita perbuat.
Kita pun bisa menantang diri kita untuk melakukan hal
yang lebih terhadap sampah, bukan hanya membuang
atau memungut saja, tetapi juga bisa melakukan
pengolahan. Pengolahan yang dimaksud adalah
mengubah sampah menjadi semula, make it used again.
Meskipun sampah merupakan hasil akhir pakai, namun
masih bisa digunakan. Kita bisa lihat, di beberapa tempat
bahkan sekolah, tersedia tempat sampah organik
maupun non-organik, mengapa itu ada? Karena sampah
yang bersifat organik masih bisa diolah kembali menjadi
sebuah pupuk bahkan minyak.
Lalu, bagaimana dengan sampah non-organik? Sampah
non-organik dapat dijadikan suatu pernak-pernik atau
kerajinan lainnya yang masih bisa bermanfaat bahkan
digunakan sebagai barang sehari-hari. Ambil contoh
tutup botol minuman; tutup botol tersebut dapat diolah
kembali menjadi sebuah gantungan kunci yang indah.
Selain tutup botol, ada bungkusan bekas makan snack.
Bungkusan tersebut jika kita kumpulkan dapat kita olah
menjadi sebuah tas atau bahkan suatu kipas. Begitu juga
dengan botol minuman yang juga bisa dijadikan menjadi
kipas. Selain pernak-pernik atau kerajinan, ternyata
beberapa sampah dapat dijadikan perahu. Di beberapa
saluran televisi, telah menampilkan bagaimana kumpulan
botol yang disatukan, kaleng maupun kardus, dapat
dibentuk menjadi perahu untuk menyeberangi sungai.
Untuk masalah pengolahan sampah menjadi pupuk,
minyak, pernak-pernik, atau bahan kerajinan, perlu
adanya bantuan pemerintah. Pemerintah bisa membuka
lapangan kerja untuk mengelolah sampah menjadi
barang yang kembali berguna. Membentuk suatu
kawasan yang memiliki volume sampah cukup besar
untuk diolah oleh masyarakat. Namun, ada tertulis tidak
selamanya pemerintah sanggup melakukan itu. Lalu
siapa yang harus memulai untuk membantu menumbuh
kembangkan potensi yang ada? Itu bisa saya, kamu, atau
kita, bersama-sama memulai suatu perubahan, yakinlah
tanpa bantuan pemerintah pun pasti bisa. Seperti kisah
Khilda Baiti Rohmah asal Bandung, ia membuat suatu
perkumpulan; perkumpulan yang mengajak seluruh
pengumpul sampah untuk mengolah sampah menjadi
barang yang bisa dipergunakan kembali. Meskipun saat
itu Khilda hanya seorang mahasiswi, namun niatnya
untuk membantu kesejahteraan hidup para pengumpul
sampah tidaklah pudar. Alhasil, dengan modal seadanya,
ia berhasil menyulap sampah menjadi pupuk kompos,
parfum, dan barang kerajinan. Lihat, selama niat dan
tindakan itu ada, maka timbullah suatu pencapaian yang
diinginkan.
Sampah-sampah yang ada di sekitar lingkungan kita
dapat menentukan nasib seseorang atau bahkan suatu
perkumpulan. Banyak nasib yang bisa terjadi melalui
sampah, pemulung tanpa sampah mereka tidak bisa
hidup, pejalan kaki dengan adanya sampah memberikan
potensi adanya kecelakaan, dan creator tanpa sampah
mereka tidak tahu ide-ide luar biasa apa lagi yang bisa
dibuat. Bahkan kalau mau merenung lebih mendalam
lagi, bukankah kita sama seperti sampah yang dipungut
oleh Tuhan untuk diolah menjadi manusia yang baik? Iya
atau tidak, jawabannya kembali ke diri kita lagi. Yang
pasti, apa pun di dunia tetaplah sesuatu yang berharga
dan sesuatu yang berharga dapat membawa perubahan,
termasuk sampah.
Jika saya menjadi seorang Duta Lingkungan, yang
akan saya lakukan adalah bagaimana menjadi teladan,
trendsetter dalam bersikap terhadap sampah yang ada
disekitar saya: membuangnya atau memungutnya.
Kedua, mengajak beberapa orang untuk mengolah
sampah menjadi barang yang berharga. Terakhir,
memotivasi orang untuk berpikir bahwa sampah sama
berharganya dengan diri masing-masing, sehingga
rasa peduli akan sampah meningkat. Satu sampah
dapat memberikan seribu perubahan, mari sama-sama
menolong bumi dari ancaman tergerusnya udara bersih,
air bersih, bahkan kesehatan kita oleh sampah.
Hendrocahyo
Mahasiswa D-3 Kebendaharaan Negara Kelas 2-F
*Tulisan ini merupakan esai terbaik dalam lomba Essay
Earthday STAN 2014
Satu Sampah Seribu Perubahan
Opini
www.mediacenterstan.com
sumber:DewataNews
tabloid-21-blackwhiteEditedFinal
tabloid-21-blackwhiteEditedFinal
tabloid-21-blackwhiteEditedFinal

More Related Content

Similar to tabloid-21-blackwhiteEditedFinal

Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga NegaraEksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negaraqhusnul
 
Gerakan Pendidikan dan Media Sosial
Gerakan Pendidikan dan Media SosialGerakan Pendidikan dan Media Sosial
Gerakan Pendidikan dan Media SosialKreshna Aditya
 
Buletin dobel track 16 maret 2020
Buletin dobel track   16 maret 2020Buletin dobel track   16 maret 2020
Buletin dobel track 16 maret 2020Fajar Baskoro
 
Competition Public Relations 2013 , Winner
Competition Public Relations 2013 , Winner Competition Public Relations 2013 , Winner
Competition Public Relations 2013 , Winner Novri
 
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Sofyan Verink
 
Persiapan pembekalan materi imt
Persiapan pembekalan materi imtPersiapan pembekalan materi imt
Persiapan pembekalan materi imtMediaToli
 
Pendidikan Nasional dan Penguatan Budaya Bangsa
Pendidikan Nasional dan Penguatan Budaya BangsaPendidikan Nasional dan Penguatan Budaya Bangsa
Pendidikan Nasional dan Penguatan Budaya BangsaDadang Solihin
 
KUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITAS
KUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITASKUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITAS
KUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITASdikiiiey
 
Kkn siti munadifah
Kkn siti munadifahKkn siti munadifah
Kkn siti munadifahDifahNadifah
 
Laporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti Munadifah
Laporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti MunadifahLaporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti Munadifah
Laporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti MunadifahDifahNadifah
 
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikangambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikanYayu Ferdian
 
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)putra prasojo
 
UTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdfUTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdfdinifitriaaa1529
 
UTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdfUTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdfdinifitriaaa1529
 
UTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdfUTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdfdinifitriaaa1529
 

Similar to tabloid-21-blackwhiteEditedFinal (20)

Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga NegaraEksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
Eksistensi Mahasiswa sebagai Warga Negara
 
Gerakan Pendidikan dan Media Sosial
Gerakan Pendidikan dan Media SosialGerakan Pendidikan dan Media Sosial
Gerakan Pendidikan dan Media Sosial
 
Buletin dobel track 16 maret 2020
Buletin dobel track   16 maret 2020Buletin dobel track   16 maret 2020
Buletin dobel track 16 maret 2020
 
Buletinpdf
BuletinpdfBuletinpdf
Buletinpdf
 
Competition Public Relations 2013 , Winner
Competition Public Relations 2013 , Winner Competition Public Relations 2013 , Winner
Competition Public Relations 2013 , Winner
 
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
 
Persiapan pembekalan materi imt
Persiapan pembekalan materi imtPersiapan pembekalan materi imt
Persiapan pembekalan materi imt
 
Sumpa pemuda
Sumpa pemudaSumpa pemuda
Sumpa pemuda
 
Pendidikan Nasional dan Penguatan Budaya Bangsa
Pendidikan Nasional dan Penguatan Budaya BangsaPendidikan Nasional dan Penguatan Budaya Bangsa
Pendidikan Nasional dan Penguatan Budaya Bangsa
 
E magazine setara news edisi i
E magazine setara news edisi iE magazine setara news edisi i
E magazine setara news edisi i
 
BUDAYA DIGITAL.pptx
BUDAYA DIGITAL.pptxBUDAYA DIGITAL.pptx
BUDAYA DIGITAL.pptx
 
KUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITAS
KUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITASKUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITAS
KUANTITATIF, PENGARUH EVENT TERHADAP CITRA UNIVERSITAS
 
Kkn siti munadifah
Kkn siti munadifahKkn siti munadifah
Kkn siti munadifah
 
Laporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti Munadifah
Laporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti MunadifahLaporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti Munadifah
Laporan Akhir KKN 2020 desa Kajeksan Siti Munadifah
 
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikangambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
 
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
 
UTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdfUTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-SMT01-WPS Office.pdf
 
UTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdfUTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-smt01-WPS Office.pdf
 
UTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdfUTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdf
UTS KEWARGANEGARAAN-semester1-WPS Office.pdf
 
Makna sumpah pemuda
Makna sumpah pemudaMakna sumpah pemuda
Makna sumpah pemuda
 

tabloid-21-blackwhiteEditedFinal

  • 1. Liputan Utama Musyawarah Nasional: Momentum Lahirnya KM STAN Nasional Surat Pembaca Budaya 3-S, ke Mana Ia Pergi? Ragam Mahasiswa STAN Sabet Juara 1 CPA Australia Accounting Competition 2014 Edisi No.21/Tahun VIII/Minggu III Mei/2014 Mencerdaskan dan Mencerahkan
  • 2. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 2 Suara Bengkel “Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.” – Mahatma Gandhi. Suara Bengkel kali ini kita awali dengan kutipan tokoh utama gerakan kemerdekaan India, Mahatma Gandhi. Sebuah kalimat yang terlalu umum, tetapi juga terlalu disepelekan. Dalam dunia Kampus Ali Wardhana yang ketat akan persaingan ini, Indeks Prestasi menjadi faktor utama yang dijadikan tolok ukur keberhasilan seorang mahasiswa. Sebuah pertanyaan yang paling banyak dilontarkan kepada kita sebagai mahasiswa adalah berapa Indeks Prestasi yang diperoleh. Terlepas dari pertanyaan orang-orang bahkan teman kita sendiri, banyak yang mengabaikan betapa penuh liku, tanjakan, dan turunan perjalanan yang kita lewati dalam mendapatkan sebuah angka yang diwakili dalam Indeks Prestasi. Orang lain tidak tahu bagaimana cara kita merangkak dari bawah ketika terpeleset di puncak bukit yang telah kita daki atau cara kita membanting setir ketika jalan yang kita lalui menyimpang dari jalur. Semua itu butuh usaha dan kerja keras. Ketika kita sudah merasa letih, malas, dan bosan, akan ada rasa yang menyentuh hati dan membangkitkan semangat kita: motivasi. Sesuatu yang tak tampak dari luar, tetapi besar pengaruhnya pada tindakan di luar. Kita setuju bahwa keberhasilan bukan mengenai apa yang hasil akhir katakan, melainkan berasal dari apa yang kita lakukan dan usahakan selama proses menuju hasil akhir. Mahasiswa seharusnya tidak melulu pada nilai Indeks Prestasi tinggi, tetapi bagaimana proses usaha mereka dalam belajar. Ilmu tidak lahir dari simpulan, tetapi digali dengan tindakan. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang kami, Makhluk Bengkel #16, alami. Tidak ada yang tahu jatuh bangun proses wawancara, peliputan, hingga penyusunan berita yang akan disajikan kepada pembaca. Entak kaki kesana kemari mengejar narasumber kenamaan yang begitu padat dengan pekerjaannya, di tengah-tengah kewajiban kami sebagai mahasiswa untuk belajar. Sungguh, komitmen kami diuji dalam proses peliputan ini. Bukan berarti kami mengeluh. Kami menikmati proses ini. Di sela istirahat kami, sembari menikmati proses ini, tak lupa rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang memberi kami kekuatan untuk menyelesaikan Tabloid Civitas Edisi ke-21 hingga bisa berada di hadapan Anda. Sebuah kesempatan luar biasa bagi kami karena diberikan amanah menyusun tabloid yang menyajikan isu-isu hangat di dalam Kampus. Betapa bahagianya apabila tabloid yang kami susun ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Semoga di tengah perjalanan kita pada semester kedua ini jiwa kebersamaan dan semangat juang kita senantiasa terjaga. Kepedulian kita meningkat untuk saling mengoreksi kesalahan yang diperbuat juga. Sehingga kita dapat membuktikan pada dunia betapa pentingnya sebuah proses ketimbang hasil akhir lebih ditekankan. Namun, yang paling utama, untuk berjuang bersama- sama mengawal segala proses yang tengah kita jalankan di antara tumpukan amanah. Sebagai mahasiswa Kampus Ali Wardhana, kita harus mampu mengabdi kepada masyarakat yang semakin dinamis, membawa sebaik-baiknya usaha. Salam Pers Mahasiswa! Editorial Pemimpin Umum : Arief Kurniawan Sekretaris Umum : Muwardhani Wahyu Utami Pemimpin Redaksi :Yayan Puji Riyanto Koordinator Peliputan : Muhammad Fajri Reporter : Adam Maulana Malik, Ain Salsabilla, Alan Kurniawan, Fauzan Hayyu, Ardian Ahmad, Arif Prakarsa Diliarda, Bella Mutia Alyumatin, Dewanty Asmaningrum, Dicky Yolan Eka, Herrera Derby Martharina, Hilda Permatasari, Latifah Eka Riana, Mhd Ricky Karunia, Mirza Gilstari Rahmadani, Muhammad Fajri, Siti Rachmawati Desain dan Tata Letak : Alan kurniawan, Ardian Ahmad, Dewanty Asmaningrum Editor : Adam Maulana Malik, Hilda Permatasari, Mhd Ricky Karunia Kontributor: Fandi Anggara Putra, Ghina Latifatul Umah, Hendrocahyo Alamat redaksi: Plasa Mahasiswa Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jalan Bintaro Utama Sektor V,Tangerang Selatan, 15222, e-mail: stan.mediacenter@gmail.com- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - “Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul akibat sejarah bangsa itu sendiri.” Mohammad Yamin pernah mengungkapkan bahwa cita-cita persatuan bangsa ini bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan. Walaupun harus melawan para penjajah berkat seluruh sumbangsih pahlawan bangsa kita saat itu, Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya. Tepatnya pada 17 Agustus 1945, sejarah itu terjadi. Bangsa Indonesia yang dulunya belum menjadi satu kesatuan dan memiliki identitas masing-masing kini telah memiliki satu identitas nasional. Indonesia! Menilik hal tersebut, seharusnya mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang melewati proses seleksi yang sama juga harus memiliki satu identitas. Penempatan di lokasi pendidikan yang berbeda tidak menjadi suatu penghalang untuk menyatukan diri dalam sebuah entitas. Oleh karena itu, Tabloid Civitas kembali hadir dengan liputan mengenai Keluarga Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (KM STAN) yang untuk pertama kalinya menyelenggarakan musyawarah nasional. Pertemuan yang dihadiri perwakilan elemen Kampus yang ada di STAN Bintaro dan perwakilan dari sebelas Balai Diklat Keuangan (BDK) yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan dapat menjadi sebuah momentum untuk menghimpun seluruh mahasiswa dalam rumah Keluarga Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Selain isu tersebut, kami juga akan mengupas tentang Student Activity Monitoring System (SAMS). Pihak lembaga yang menjadi inisiator dari SAMS ini harus benar-benar memperhatikan hal ini. SAMS diharapkan dapat merekam seluruh rekam jejak dan prestasi mahasiswa baik di bidang akademik maupun non- akademik mengingat selama ini belum ada perhatian khusus dari lembaga tentang hal ini. Selain itu, Tabloid Civitas kali ini juga mengangkat berita mengenai pemakaian seragam oleh mahasiswa D-1 Bea dan Cukai di lingkungan Kampus STAN Bintaro, informasi mengenai maraknya tindak kriminal yang terjadi di sekitar lingkungan Kampus STAN Bintaro, kabar gembira dari civitas akademika STAN yang kembali meraih prestasi dalam perlombaan CPA Accounting, dan berita tentang Stapala yang menggelar acara peringatan hari bumi. Tabloid kali ini juga mengangkat profil Organisasi Kedaerahan (Organda) Papua, STAN Papua Community, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Sabdanusa. Kami juga menyajikan hasil survei mengenai urgensi pembangunan ATM Center di lingkungan Kampus Ali Wardhana. Kami juga menyoroti kegiatan Kampus STAN yang jarang melibatkan kampus lain. Tidak hanya itu, kami juga mengulik informasi dari beberapa dosen mengenai apa dan bagaimana peran mahasiswa dalam politik dewasa ini. Terakhir, di rubrik Wawancara, kami juga menyuguhkan hasil wawancara eksklusif dengan Pandji Pragiwaksono dan Budi Setiawan. Di tengah momen Ujian Tengah Semester (UTS) kali ini, kami kembali hadir menyapa para pembaca untuk menyajikan berita yang informatif yang tentunya kami harapkan sesuai dengan slogan yang kami usung: mencerdaskan dan mencerahkan. Selamat menempuh ujian dan semoga sukses untuk kita semua. Manisnya perjuangan akan terasa setelah lelah berjuang. Semangat dan selamat membaca! Selamat Bergabung Angkatan 16 Media Center STAN Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya. -Helvi Tiana Rosa-
  • 3. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 3 Surat Pembaca Budaya 3-S, ke Mana Ia Pergi ? Akhir-akhir ini sudah tidak ada lagi senyum manis atau pun ucapan salam dari mahasiswa STAN. Kalaupun ada, hanya samar-samar saja terdengar. Kontras sekali keadaan ini dengan tiga bulan yang lalu, tiap bertemu, entah kenal atau pun tidak, satu spesialisasi atau tidak, tua atau muda, semuanya saling menyapa. Tanpa kita sadari budaya 3-S (Senyum, Sapa, dan Salam) hilang bak ditelan bumi. Ke manakah ia pergi? Sebuah budaya baru yang baik untuk masa depan pantas sekali untuk diperjuangkan. Namun, segigih apa kita memperjuangkannya? Hal tersulit dalam membuat budaya baru dan bisa berkembang dengan subur adalah menyadarkan semua anggota dalam suatu organisasi, membuat mereka sadar kalau mereka adalah bagian dari tubuh organisasi. Waktu yang dibutuhkan tidak singkat, bukan dalam hitungan jam, hari, atau minggu. Jangan senang dulu jika anggota masyarakat ini sudah sadar akan kepedulian terhadap budaya baru. Langkah selanjutnya adalah mengajak mereka untuk menerapkan budaya baru, dalam konteks ini adalah budaya 3-S. Anggota masyarakat atau pun semua individu yang ada di STAN harus sadar bahwa merekalah penentu keberhasilan budaya 3-S ini. Ada banyak sekali kendala yang secara tidak langsung melunturkan budaya 3-S ini. Hilangnya sebuah budaya bukanlah masalah “salah siapa”, melainkan masalah sejauh mana pihak-pihak yang bersangkutan berkontribusi. Kalangan mahasiswa sendiri pada awalnya menunjukkan bahwa mereka berkontribusi secara baik. Sayangnya, tanpa tekanan, budaya ini sedikit demi sedikit mulai hilang. Penerapan budaya yang terlalu memaksa seolah-olah ditodong pisau membuat budaya ini langsung berkobar drastis. Namun, lihatlah akibatnya sekarang, budaya 3-S hilang entah ke mana. Tak perlu terlalu cepat dalam melakukan perubahan, lakukan saja dengan perlahan, tetapi konsisten dan hasilnya di masa depan pun juga terlihat. Faktor lingkungan STAN yang notabene adalah lingkungan PNS kental sekali dengan budaya birokrat sangat memengaruhi. Budaya birokrat itu ditunjukkan dengan menghormati yang lebih tua atau yang lebih tinggi posisinya, baik jabatan maupun golongannya. Ajaranya juga begitu, berikan salam kepada yang lebih tua darimu. Realitas berbicara, mahasiswa D-3 atau D-1 dituntut menyapa terlebih dahulu kepada yang lebih tua, lebih tinggi tingkat pendidikannya, atau lebih tinggi jabatannya. Penerapan sistem seperti ini guna menanamkan budaya baru dinilai kurang pas, bijaknya yang tua sebagai golongan yang lebih berpengalaman memberikan teladan pada yang lebih muda maupun junior. “Sebuah generasi yang baik akan selalu melahirkan generasi yang lebih baik” adalah sebuah kata bijak yang menjelaskan bahwa berilah teladan kepada mereka yang lebih muda. Konsep keteladanan perlu digarisbawahi sebagai strategi untuk melahirkan budaya baru. Keteladanan itu sendiri akan mudah diterima bila dilakukan oleh orang-orang yang kita anggap lebih tinggi dari kita. Sulit sekali membangun budaya dari kalangan bawah, apalagi tidak semua kalangan bisa berkontribusi. Mahasiswa STAN bukannya tidak peduli dengan perubahan, mahasiswa STAN juga bukan mahasiswa yang apatis, hanya saja mereka perlu keteladanan untuk memoles kembali dan mengemas lahirnya budaya baru ini, sedikit demi sedikit menghapus ego yang masih tertanam kuat dalam diri mahasiswa dalam usia remaja maupun dewasa awal. Sebuah keberhasilan tentu saja diawali dengan persiapan. Salah satu kasus adalah dengan membuat masyarakat tidak golput tidak terjadi begitu saja, tentunya ada pihak yang memprakarsai dan menjadi tim sukses. Mungkin kita juga perlu membentuk tim sukses untuk melahirkan budaya 3-S di Kampus STAN ini. Menarik seluruh elemen di Kampus STAN untuk ikut serta dalam gerakan Senyum, Sapa, dan Salam. Memberi teladan kepada yang muda, mengapresiasi, bahkan bisa jadi memberikan hadiah kepada mereka yang ikut serta menyukseskan gerakan 3-S di Kampus STAN. Ghina Latifatul Umah Mahasiswi D-3 Akuntansi Kelas 2-V Lentera Dinamika Bercerita “Yang abadi dan berarti tak akan pernah bisa diraih dengan instan, semua butuh proses, semua butuh perjuangan, perjalanan ini tidak dinilai dari berapa banyak kesuksesan yang didapat, tetapi berapa banyak kegagalan yang menjadikan bangkit.” Setiap pagi, mentari tak pernah hadir seorang diri. Meski kelopak mata seringkali berat untuk beranjak, tak sanggup membendungnya untuk terus mengusik lewat celah daun pintu. Menebarkan hangat yang siap panaskan jiwa, matangkan semangat. Seakan menggelitik agar segera terjaga dan melihat sesuatu yang segera hadirsetelah keberadaannya. Sesuatu yang tak pernah luput dibawa sang fajar, tak pernah ditinggalnya. Sesuatu yang membangunkan seantero semesta, layaknya mesin yang baru dinyalakan. Sesuatu yang menggulung mimpi menjadi realita yang harus dihadapi dan ditaklukkan. Sesuatu yang membuat jalanan yang lengang menjadi sesak oleh kendaraan. Sesuatu yang menggenggam ruh-ruh yang siap meramaikan sudut kota. Bahkan gedung-gedung pencakar langit nan sombong pun tak sanggup menghalangi ruh-ruh tersebut untuk mengisi celahnya, mengubah yang statis jadi hidup. Ialah sihir yang mengakhiri malam yang tenang. Menjagakan dunia yang terlelap melalui energi yang dipancarkannya. Membangkitkan jiwa yang telah kembali dari peraduan untuk bergegas memulai kesibukan. Memutar kembali rutinitas yang tidak pernah tertarik batas. Sesuatu yang acapkali disebut dengan, dinamika kehidupan. Ya, dinamika. Suatu keadaan yang bergerak, tidak stagnan. Suatu kondisi yang terus-menerus mengalami perubahan, berkesinambungan, dan tidak pernah dijumpai kata putus atau diam sejenak. Sebuah perjalanan yang ujungnya adalah titik permulaan untuk mengulang kembali perjalanan yang sama. Ialah hidup, yang diwarnai proses dan re-proses. Termasuk di dalamnya regenerasi atau pergantian subjek proses dan reformasi atau tata ulang komponen, yang didamba olah agen-agen perubahan sebab menjadi momen paling tepat untuk berikrar “jadi lebih baik”. Tak hanya dilukiskan oleh sihir pagi. Berbagai hal berbeda yang kita alami tiap detik pun merupakan bagian dari dinamika. Saat awal dan akhir adalah titik yang sama. Disitulah mengajarkan kita bahwa pasti ada saat dimana semua kembali dimulai dari nol. Akhir dari suatu proses bukanlah akhir yang dimaksud, justru adalah awal, gerbang menapaki proses selanjutnya. Berkat proses yang terus- menerus itulah, manusia-manusia hebat dan tangguh bisa tumbuh dan menampakkan batang hidungnya. Ya proses, bukan sesuatu yang instan. Proses yang diwarnai tetes keringat, jatuh bangun, gagal bangkit, pantang menyerah dan tak berhenti melangkah saat sampai di hadapan sesuatu yang didamba. Karena sesungguhnya seusai puncak pasti ada lembah. Lembah yang siap meluncurkan kita kembali pada titik yang sama seperti saat akan memulai. Puncak yang acapkali menjadi dambaan anak-anak manusia ternyata telah banyak membutakan mata mereka. Perjuangan yang semu acapkali dipilih demi menjadi yang tercepat, yang terkuat. Segala yang instan rela dicicipi demi nomor satu. Bahkan yang tak baik pun seringkali ikut larut. Sedangkan yang memilih jalan tak instan justru menemui sekelumit rintangan dan tantangan yang tak biasa. Mereka harus menyiapkan lebih banyak bekal, mental yang lebih tangguh, jalur yang lebih susah, bebatuan yang lebih terjal. Inilah yang membuat mereka mengerti medan, karena mereka melalui tiap tahapnya dengan pengorbanan.Berkutat dengan kegagalan. Namun hal ini takkan menjadikan mereka putus harapan karena mereka berpikir bahwa gagal itu biasa, tetapi kegagalan yang sesungguhnya adalah saat mereka menyerah dan berhenti mencoba. Saat mereka terlempar sampai garis batas bertahan atau menyerah, mereka akan mengingat kembali alasan mengapa dan bagaimana selama ini mereka berusaha untuk bertahan.Karena yang hebat dan tangguh bukanlahyang tercepat dan terkuat, tetapi yang paling bisa memetik arti dari tiap hal yang dilalui, mendapat pelajaran dari tiap rintangan yang dihadapi dan pengalaman dari tiap tantangan yang ditaklukkan. Pengorbanan tak instan inilah merupakan cikal bakal perjuangan yang layak untuk dikenang. Sedang yang semu akan menjadi sia-sia teronggok masa, terlupakan oleh sejarah dan tergerus oleh dinamika.Sekali berarti langsung mati. Bukan tak layak dikenang tetapi memang tak ada alasan untuk terus berarti karena seleksi alam telah memilih yang pantas dan eksistensinya dibutuhkan oleh komunitas. Mereka yang hebat dan tangguh tentu takkan biarkan sedikit celah tak terisi oleh pikiran positif. Karena mereka mampu menghebatkan eksekusi tak sekedar ekspektasi dengan jiwa-jiwa yang tangguh. Ekspektasi yang hanya lamunan dan cenderung berlebihan tidak akan sanggup membutakan pikiran mereka untuk malas bereksekusi. Karena eksekusi adalah kunci dari pencapaian. Satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif. Layaknya, korek api yang mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak, oleh karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar. Syukurlah, manusia dianugerahi kepala dan juga otak sehingga gesekan kecil tak perlu membakar segalanya. Karena kunci dari eksekusi yang lebih hebat dari ekspektasi adalah pikiran positif. Pikiran negatif hanya menjadi racun yang tidak bertanggung jawab. Racun yang mudah mengalihkan eksekusi menjadi bobrok dan tak enak diam di jalan yang baik. Bukan mencari jalan yang lebih baik justru terjerumus ke jalan yang tak seharusnya. Segalanya butuh proses, butuh pengorbanan, dimulai dari semangat pagi, mari merubah diri. Menjadi lebih baik, dengan cara-cara yang baik. Ekpektasi realistis yang diwujudkan dengan eksekusi yang hebat. Jika semua yang dikehendaki mudah untuk dimiliki, darimana bisa belajarmemulai perjuangan. Jika semua yang diimpikan segera terwujud, darimana bisa belajar kesabaran. Jika setiap harapan terus dikabulkan, darimana bisa belajar pengorbanan.Jika tak memulai perjuangan, bersabar dan berkorban, bagaimana bisa merasakan sukses yang sejati, keberhasilan yang sesungguhnya dan pencapaian yang layak untuk dikenang. [Herrera Derby Martharina] “Peduli itu bukan karena digiring, tapi bersama-sama berjalan beriringan.”
  • 4. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 4 Pengesahan itu merupakan hasil dari rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) KM STAN 2014 yang dilaksanakan pada 25-27 April 2014. Acara yang dibuka oleh Agus Sunarya Sulaeman, Kepala Sekretariat STAN di Gedung G, Kampus STAN Ali Wardhana tersebut dihadiri oleh seluruh perwakilan elemen Kampus STAN serta perwakilan dari mahasiswa STAN yang tersebar di dua belas lokasi pendidikan lainnya, yaitu di Rawamangun, Medan, Pekanbaru, Palembang, Cimahi, Yogyakarta, Malang, Denpasar, Pontianak, Makassar, Balikpapan, dan Manado. Dalam sambutannya, Agus menyampaikan, Munas ini diadakan untuk menyamakan persepsi penyelenggaraan kegiatan non-akademik STAN agar dapat dibangun satu sinergi antara elemen-elemen Kampus di STAN dengan elemen kampus yang berada di BDK dan Rawamangun. “Harapan saya, agar terjadi satu pemahaman yang sama terhadap pentingnya pengembangan kegiatan kemahasiswaan, termasuk kesinergian dalam penyelenggaraan akademik khusunya bagi penyelenggara BDK”, tutur Agus. Munas ini didasari oleh satu keinginan untuk menjadikan seluruh mahasiswa STAN masuk dalam naungan KM STAN. Selama ini, sebagaimana yang diatur dalam AD/ART KM STAN, anggota KM STAN hanya mahasiswa STAN yang berlokasi pendidikan di Kampus Ali Wardhana. Sementara itu, mahasiswa STAN yang tersebar di dua belas lokasi pendidikan lainnya bukan merupakan anggota KM STAN, padahal mereka merupakan mahasiswa STAN yang dalam hal akademik tidak dibedakan dengan mahasiswa STAN yang berlokasi di Kampus Ali Wardhana. Berkaitan dengan kegiatan kemahasiswaan, pihak lembaga juga membutuhkan rekam jejak untuk keperluan akreditasi. Sampai saat ini, STAN belum terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pergururuan Tinggi (BAN- PT). Salah satu aspek penilaiannya BAN-PT adalah aspek kemahasiswaan, dengan poin penilaiannya yang meliputi prestasi mahasiswa, penelitian dan publikasi di jurnal yang terakreditasi, kegiatan pengabdian masyarakat, dan organisasi di dalam Kampus. Dari keempat poin tersebut, tidak ada satu pun yang terdata oleh lembaga. Hal ini mengakibatkan STAN mendapat nilai nol atau E pada aspek kemahasiswaannya. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab belum terakreditasinya Kampus STAN oleh BAN-PT. Dengan diadakannya Munas tahun ini, pihak lembaga mengharapkan adanya sinkronisasi rencana strategis dengan KM STAN agar setiap kegiatan mahasiswa bisa terdata dengan baik. Rangkaian Kegiatan Munas Setelah dibuka oleh Agus Sunarya pada pukul 14.00 WIB, rangkaian acara munas diawali dengan menjaring pendapat dan penyepakatan target kegiatan rapat koordinasi (rakor). Dalam kesempatan ini, pihak lembaga yang diwakili oleh Chairul Denyl Setiawan, Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu Akuntan, menyampaikan alasan diadakannya Munas beserta gambaran kegiatannya yang dilaksanakan selama tiga hari tersebut. Dalam acara ini, mahasiswa BDK memaparkan sistem organisasi yang dijalankan oleh tiap-tiap BDK dan kegiatan kemahasiswaan yang pernah dilakukan di tiap BDK. Dari pemaparan mahasiswa BDK, sebagian besar BDK memisahkan struktur organisasi antara Spesialisasi Pajak dan Bea Cukai. Hal itu dikarenakan Spesialisasi Bea Cukai di BDK telah tergabung dalam KMBC Nasional. Di sisi lain, ada juga BDK yang menyatukan organisasinya dalam organisasi yang dinamakan Senat. Pada hari kedua pelaksanaan munas, pembahasan mulai difokuskan pada isu-isu strategis. Sidang dipimpin oleh Ketua BLM, Alhadi Sembiring, bersama Chandra Ari Nugroho, Aziva Ruslina, Haris Fuad, Birochi P. Raharjo, dan Fatimah Ernawati selaku representasi Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) yang memiliki hak suara dalam Munas kali ini. Artinya, yang berhak mengambil keputusan dalam Munas kali ini adalah anggota BLM dengan melihat pertimbangan dan pendapat dari para peserta seperti yang terlampir dalam pasal 17 Anggaran Rumah Tangga (ART) KM STAN. BLM memaparkan cikal bakal KM STAN yang berasal dari organisasi senat dan memberikan sedikit gambaran tentang apa yang mesti dibahas dan sasaran pada Munas kali ini, seperti memasukkan semua mahasiswa STAN ke dalam KM STAN, membentuk elemen Kampus di daerah, menata pengelolaan iuran kemahasiswaan, mengubah status Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS), menyampaikan usulan tentang Himpunan Mahasiswa Tugas Belajar(HMTB), menghidupkan kembali BLM di tiap Spesialisasi, dan menyesuaikan penggunaan istilah pimpinan dan anggota di Badan Audit Kemahasiswaan (BAK). Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM STAN) juga turut menyumbangkan ide mengenai KM STAN Nasional ini. Presiden mahasiswa BEM STAN STAN, Daeng Ahmad, mengusulkan amandemen ART pasal 1 menjadi ,“Anggota KM STAN adalah semua orang yang terdaftar sebagai mahasiswa STAN yang berikatan dinas.” Selain itu, ada juga usulan bahwa selayaknya yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Rapat Akbar Keluarga Mahasiswa (RAKM) STAN adalah para peserta karena mresiden mahasiswa dipilih secara langsung oleh mahasiswa dan tidak ditunjuk langsung oleh BLM. Jadi, kedua organisasi memiliki kedudukan yang setara. Wakil presiden mahasiswa BEM STAN STAN, Rino Romadhoni, juga menjelaskan kegiatan apa saja yang dapat dibuat oleh BEM STAN selaku koordinator kegiatan KM STAN. Akan ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan seperti Pekan Olahraga Mahasiswa (Porma) atau Pekan Mahasiswa (Pekma) Nasional yang format penyelenggaraannya bisa dengan waktu bersamaan atau bahkan adanya perwakilan dari mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk datang ke Bintaro. Selain itu, ada juga Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) yang seluruhnya melibatkan mahasiswa STAN dengan cara mengirimkan karya mereka melalui surat elektronik. Pemaparan dari Menteri Keuangan BEM STAN STAN, Andy Wijaya, menjadi penutup presentasi dari BEM STAN STAN. Ia memaparkan dua opsi pengelolaan dan pertanggungjawaban dana dari KM STAN nantinya, yaitu KM STAN Single Account dan mekanisme dana perimbangan. Mekanisme KM STAN Single Account sendiri memasukkan semua iuran dana kemahasiswaan ke dalam rekening KM STAN yang dikelola oleh BEM STAN sehingga ketika mahasiswa di daerah akan membuat kegiatan, pencairan akan dapat dilakukan secara periodik dan proporsional sesuai dengan rencana kegiatan yang disetujui. Di lain hal, mekanisme dana perimbangan memberikan kewenangan kepada setiap BDK untuk mengelola dananya sendiri dan akan ada transfer dana perimbangan yang besarnya tidak terlalu signifikan. Namun, apa pun bentuk pengelolaan keuangan yang dipilih, semua harus dilaporkan ke BEM STAN yang ada di Bintaro agar semua laporan keuangan bisa dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan BEM STAN. Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) sebagai organisasi yang melakukan fungsi audit memaparkan sekilas mengenai proses audit dan pentingnya laporan keuangan terhadap akuntabilitas suatu entitas. Selain itu, BAK juga menjelaskan bahwa nantinya laporan keuangan seluruh organisasi KM STAN, termasuk yang ada di daerah, akan diaudit oleh BAK. BAK juga memutuskan untuk tidak membentuk BAK di daerah karena menilai jumlah kelas di daerah yang sedikit. Oleh karena itu, auditing bisa dilakukan dengan mengirimkan soft copy atau pun hardcopy untuk diperiksa oleh BAK. Jika memungkinkan, BAK akan datang untuk melakukan pemeriksaan. Badan Otonom Stapala, STAN English Club (STAN EC), STAN Music Community (SMC), dan Koperasi Mahasiswa (Kopma) juga memaparkan apa rencana mereka berkaitan dengan KM STAN Nasional. Stapala merencanakan kaderisasi terhadap mahasiswa BDK dengan bantuan anggota Stapala yang kebetulan bekerja di lokasi tersebut seperti yang pernah dilakukan di BDK Cimahi dan Manado. STAN EC sendiri berencana mendirikan STAN EC BDK yang langsung di bawah kendali STAN EC yang berada di Kampus Ali Wardhana. SMC juga berencana membuat SMC di daerah yang diharapkan dapat terealisasi bertepatan dengan ulang tahun SMC yang ke-10 pada 21 April 2015. Seperti Badan Otonom yang lain, Kopma juga akan melebarkan sayapnya ke BDK. Lembaga Pers Mahasiswa Media Center STAN memutuskan untuk tidak mendirikan perwakilan di daerah karena proses magang yang cukup panjang dan masa pendidikan mahasiswa di BDK yang hanya satu tahun. Konsekuensinya, jika tetap dipaksakan untuk dibentuk, proses regenerasi akan mandek dan tidak efektif. Lembaga Keagamaan yang ada di lingkungan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara sepakat untuk menyerahkan pembentukan lembaga keagamaan di daerah kepada organisasi yang menjadi induk di lokasi pendidikan masing- masing. Masjid Baitul Maal (MBM) sendiri mengusulkan dibentuknya seksi keagamaan di setiap daerah. Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) juga mengusulkan pembentukan kelompok kerohanian di daerah. Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) juga tidak akan membentuk organisasi mereka di daerah, tetapi mereka akan meminta perwakilan dari BDK untuk memberikan kontak siapa yang menjadi koordinator kegiatan keagamaan. Kerukunan Mahasiswa Hindu dan Budha (KMHB) sendiri memaparkan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan mahasiswa yang ada di BDK Bali sebelumnya. Ke depan, KMHB mengharapkan adanya forum untuk berbagi pengalaman dengan mahasiswa STAN di seluruh Indonesia. Sikap BDK Dua perwakilan BDK, Mahendra dari BDK Malang dan Fahriza dari BDK Pekanbaru, memaparkan bahwa mereka mengusulkan pembentukan elemen Kampus baru yang bernama senat. Organisasi senat ini rencananya akan dikomandoi oleh dua orang dewan senat yang ditunjuk sebagai perwakilan dari senat yang ada di setiap BDK. Organisasi senat nantinya merupakan organisasi yang memiliki hierarki di BDK yang membawahi HMS yang ada di BDK tersebut. Dalam senat sendiri nanti akan dibentuk lima divisi, yaitu divisi keagamaan, akademik, humas, sosial, dan olahraga, yang akan diawasi kinerjanya oleh kepatuhan internal. Melalui perwakilannya, Naufal, BDK Cimahi, mengutarakan bahwa mereka menginginkan posisi yang setara dengan BEM STAN dan bertanggung jawab langsung dengan BLM. Namun, mereka siap untuk melakukan koordinasi dengan BEM STAN yang merupakan koordinator kegiatan di KM STAN serta siap melaksanakan AD/ART KM STAN. Rencana Strategis STAN Acara hari kedua diakhiri dengan penyusunan rencana strategis KM STAN. Denyl selaku perwakilan dari lembaga memaparkan bahwa rencana strategis STAN ke depannya adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi proses akreditasi dari BAN-PT. Hal-hal yang perlu dipersiapkan salah satunya ialah pencatatan prestasi mahasiswa melalui Student Activity Monitoring System (SAMS) yang aturannya tinggal menunggu pengesahan. Selain itu, lembaga juga telah menyiapkan paket peraturan kemahasiswaan. Nantinya lembaga akan memberikan izin kepada mahasiswa yang mengikuti perlombaan dengan persyaratan tertentu. Lomba tersebut diikuti dengan membawa nama STAN yang dilaksanakan oleh organisasi ternama atau organisasi pemerintah dan mereka harus memiliki potensi untuk memenangkan lomba agar citra Kampus STAN tetap terjaga. Liputan Utama Musyawarah Nasional: Momentum Lahirnya KM STAN Nasional Minggu (27-04-2014) menjadi salah satu hari yang bersejarah bagi perjalanan Keluarga Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (KM STAN). Pasalnya, hari itu mahasiswa STAN yang ada di Balai Diklat Keuangan (BDK) disahkan sebagai anggota KM STAN serta kembalinya Korps Mahasiswa Bea dan Cukai (KMBC) ke dalam KM STAN. Dok.MediaCenter
  • 5. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 5 Hasil Munas Semua ketetapan tersebut disahkan pada hari terakhir pelaksanaan munas, sedangkan pembahasan mengenai pembentukan Himpunan Mahasiswa Tugas Belajar (HMTB) dan BLM Spesialisasi akan dibahas lebih lanjut di kesempatan lain. Kegiatan munas ditutup oleh Denyl selaku perwakilan dari lembaga. Dalam kesempatan ini Denyl menyampaikan bahwa lembaga membutuhkan peran dari mahasiswa untuk kebaikan Kampus. “Kami butuh prestasi dan keaktifan teman-teman. Dengan terbukanya gerbang ini mudah-mudahan kedepannya menjadi lebih baik,” kata Denyl. [Adam M./M. Fajri] Untuk Apa Ikut Elkam dan Kepanitiaan? Liputan Utama Berbagai kegiatan kemahasiswaan, seperti terlibat dalam kepanitiaan acara atau kepengurusan Elemen Kampus (Elkam) memberikan wadah bagi mahasiswa STAN untuk melatih soft skill dalam berorganisasi. Sebagian mahasiswa antusias mengikuti berbagai kegiatan sesuai dengan preferensi dan ketertarikan mereka. Namun, sebagian juga ada yang bersikap tak acuh dengan kehadiran kegiatan tersebut. Lantas, mengapa mahasiswa STAN dihadapkan pada berbagai pilihan organisasi? Apakah sekadar untuk mengisi waktu luang dan mengasah soft skill? Atau ada penilaian plus dari Lembaga STAN terhadap mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan? Setelah Dinamika usai, Kampus STAN diramaikan dengan sebuah acara bertajuk Elkam Fest. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai kegiatan non-akademik kepada para mahasiswa baru. Dalam kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat memilih berbagai Elkam untuk dijadikan sarana berorganisasi. Usai acara Elkam Fest, sebagian mahasiswa antusias mengikuti Open Recruitment (Oprec) kepanitiaan dan organisasi Kampus seperti Himpunan Mahasiswa Akuntansi STAN (HIMAS), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), dan Badan Legislatif Mahasiswa (BEM). Latar belakang mengikuti Oprec tersebut pun beragam, mulai dari ingin mengembangkan minat dan bakat, mencari pengalaman baru, sampai merasa takut dikenai sanksi apabila tidak mengikuti Elkam apa pun. Lembaga STAN Tidak Bertanggung Jawab Secara Langsung Berdasarkan penjelasan Kepala Kesekretariatan STAN, Agus Sunarya, pihak lembaga tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap kegiatan kemahasiswaan yang berlangsung di STAN. Namun, hal tersebut bukan berarti bahwa pihak lembaga lepas tangan terhadap kegiatan Elkam dan kepanitiaan di STAN. Lembaga tetap membina dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tidak melenceng dari aturan yang ada di Kampus. Batasan yang diberikan oleh pihak lembaga terhadap kegiatan mahasiswa misalnya tidak boleh ada plonco dan mahasiswa harus menjaga ketertiban Kampus. Ketika mahasiswa mengajukan izin ke pihak lembaga terkait dengan kegiatan kemahasiswaan, pihak lembaga dituntut untuk memahami kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, pihak lembaga juga menuntut ketertiban dalam pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan. Dalam menilai suatu kegiatan kemahasiswaan, pihak lembaga lebih melihat pada penataan Kampus secara keseluruhan. “Namanya, kan, Kampus, berinteraksi dengan berbagai elemen. Jangan sampai ada yang berbahagia, tapi ada pula yang tidak berbahagia di tempat lain,” ujarnya. Selain membina kegiatan kemahasiswaan, pihak lembaga juga bertanggung jawab terhadap ajang kompetisi yang diikuti oleh mahasiswa sepanjang kompetisi tersebut bertujuan mengharumkan almamater. Mengenai peraturan perizinan lomba, menurut Agus, peraturan tersebut sampai saat ini belum disahkan. Ada beberapa masalah yang disampaikan oleh Agus mengenai keikutsertaan mahasiswa STAN dalam kompetisi atau perlombaan, seperti status STAN sebagai sekolah kedinasan dan masalah biaya. STAN sebagai sekolah kedinasan memiliki berbagai aturan, salah satunya wajib hadir ketika ujian. Oleh sebab itu, penugasan untuk mengikuti lomba tidak diperkenankan ketika ujian. Mengenai biaya, pihak lembaga bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan untuk lomba, tetapi tetap harus menganut prinsip APBN: hemat, efisien, dan tidak double biaya. Selain berbicara mengenai tanggung jawab pihak lembaga atas kegiatan kemahasiswaan dan perizinan lomba, Agus juga mengingatkan bahwa kegiatan kemahasiswaan diperbolehkan untuk mencari donasi dari luar Kampus. “Namun, ketika donatur mensyaratkan sesuatu, misalnya memasang spanduk di jalanan, perlu dipertimbangkan lebih matang lagi,” tuturnya. Keikutsertaan Kegiatan Non-Akademik dan Penempatan Kerja Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu Akuntan, Chairul Denyl Setiawan, menuturkan kepada Reporter Civitas bahwa sistem penilaian yang kini sedang berlangsung di STAN meliputi nilai ujian dan nilai aktivitas. “Nilai aktivitas merupakan hak prerogatif dosen, apakah hanya absensi, penugasan, kuis, atau kegiatan di luar,” paparnya. Mengenai kegiatan non-akademik, seperti Elkam dan kepanitiaan, Denyl beranggapan bahwa manfaatnya cukup besar dan dapat digunakan ketika memasuki dunia kerja. “Kalau untuk Elkam (berdasarkan peraturan) yang sedang berlangsung, ketika kita punya lulusan mahasiswa dan diserahterimakan ke Kementerian Keuangan, ada catatan prestasi dan sertifikat kegiatan. Entah dipakai atau tidak saat penempatan di unit tertentu, kita tetap berikan catatan itu ke Kementerian Keuangan,” ujarnya. Berdasarkan konsep yang sedang dibangun oleh pihak lembaga, mahasiswa diberikan pilihan untuk ikut berkontribusi berdasarkan minat masing-masing. Mereka yang tidak berminat mengikuti Elkam dapat memberikan kontribusi di lingkungan Kampus atau berkompetisi ke luar Kampus membawa nama STAN. “Itu yang sedang kita usulkan agar masing-masing orang diberikan pilihan dan wajib memilih mau eksis ke mana agar kita punya catatan mengenai kegiatan mahasiswa. Proses peraturannya sedang dipersiapkan. Mungkin teman-teman dari D-1 tidak kena peraturan tersebut.” tambah Denyl. Mengenai sanksi dari peraturan yang sedang direncanakan tersebut, menurut Denyl, tidak ada sanksi mengikat untuk mahasiswa yang tidak aktif dalam kegiatan non-akademik. Namun, saat penempatan kerja, pihak lembaga akan memberikan catatan terkait kegiatan non-akademik mahasiswa kepada instansi Kementerian Keuangan. Nilai dari kegiatan non-akademik itu tidak bisa mengeluarkan mahasiswa dari Kampus (drop out), tetapi ketika mahasiswa mempunyai catatan khusus ketika perkuliahan, mahasiswa tersebut akan mendapat rekomendasi plus. “Hidup tidak cukup dari ilmu di kelas. Bagi unit yang akan meminta pegawai, yang diminta, kan, yang di atas (rekomendasi plus), yang di bawah entah dibuang kemana. Bagi saya, sanksi itu lebih mengerikan untuk beberapa tahun ke depan, bukan sekarang.” SAMS Siap Pantau Kegiatan Mahasiswa Student Activity Monitoring System (SAMS) adalah sebuah sistem berupa portal mahasiswa yang tengah dipersiapkan oleh STAN. Menurut Denyl, setiap mahasiswa nantinya akan diberikan akun portal mahasiswa ini. “Sistem dan aplikasinya sudah ada, namun kita masih butuh aturan yang mendasarinya,” tutur Denyl. Dengan adanya portal mahasiswa ini, mahasiswa diharapkan STAN mampu mengoptimalisasi potensi dirinya untuk menghadapi persaingan di dunia kerja mendatang. “Itu dari pengalaman kita di sini, kita ikut kepanitiaan, ikut organisasi, menghandle sebuah acara, memecahkan masalah. Itu hanya bisa kita dapatkan jika kita terjun sekarang, (walaupun) manfaatnya bukan (dirasakan) sekarang,” tutupnya. [Bella/Fauzan/Rachma] Ketepan Badan Legislatif Mahasiswa hasil Musyawarah Nasional 25-27 April 2014: 1. Ketetapan BLM Nomor 004/TAP.02/BLM/IV/2014 tentang Perubahan Anggaran Dasar 2. Ketetapan BLM Nomor 005/TAP.02/BLM/IV/2014 tentang Perubahan Anggaran Rumah Tangga 3. Ketetapan BLM Nomor 006/TAP.02/BLM/IV/2014 tentang Pengakuan Himpunan Mahasiswa Akuntansi, Ikatan Mahasiswa Pajak, Himpunan Mahasiswa Penilai, Himpunan Mahasiswa Pengurusan Piutang Lelang Negara, Forum Komunikasi Mahasiswa Anggaran, dan Korps Mahasiswa Bea dan Cukai 4. Ketetapan BLM Nomor 007/TAP.02/BLM/IV/2014 tentang Senat Mahasiswa STAN Medan, Senat Mahasiswa STAN Pekanbaru, Senat Mahasiswa STAN Palembang, Senat Mahasiswa STAN Cimahi, Senat Mahasiswa STAN Yogyakarta, Senat Mahasiswa STAN Malang, Senat Mahasiswa STAN Denpasar, Senat Mahasiswa STAN Pontianak, Senat Mahasiswa STAN Balikpapan, Senat Mahasiswa STAN Makassar, dan Senat Mahasiswa STAN Manado. Komentar Mahasiswa BDK “Kami dari BDK merasa menjadi satu keluarga dan juga mendapat bantuan secara moral dan hukum. Semoga kelanjutannya lebih baik untuk KM STAN,” Nova Ginanjar Hidayat, perwakilan BDK Cimahi. “Alhamdulilah sangat bersyukur, yang sebelumnya tidak pernah diakui dalam KM STAN sekarang kita bisa menjadi satu keluarga. Terima kasih telah diundang ke sini. Harapannya ke depan kita semua selaras antar seluruh mahasiswa STAN,” Akhmad Umar, perwakilan BDK Yogyakarta. “Munas ini sangat bermanfaat untuk ke depannya, dengan terlaksananya Munas ini semoga tidak ada ada lagi gap antara STAN yang di pusat dan yang di BDK,” Tri Sadewo, perwakilan BDK Palembang. Pada Tabloid edisi 20, terdapat beberapa kesalahan yang luput dari perhatian Redaksi Media Center STAN. Melalui erata ini kami sampaikan koreksinya dan Redaksi meminta maaf atas kesalahan tersebut. 1. Halaman 9, foto yang digunakan untuk artikel Capacity Building Lagi? , bersumber dari akun Twitter Sekretariat Bidang Akuntan. 2. Halaman 10 untuk artikel berjudul STAN Pecinta Alam: Antara Alam dan Risiko, seharusnya berjudul Stapala: Antara Alam dan Risiko BLM BEM BAK BO LPM LK Senat Daerah Struktur Organisasi KM STAN
  • 6. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 6 Pencurian yang terjadi pada hari Minggu (6-4-2014) terjadi di salah satu kos pria di Jalan Haji Sarmili RT 04 RW 02 Kelurahan Jurangmangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Peristiwa pencurian itu terjadi dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Pencuri berhasil mengambil sebuah laptop serta dompet korban. “Waktu kejadian, saya di dalam kamar sedang tidur, tapi saya tidak tahu apa-apa, tiba-tiba di pagi hari, pintu sudah terbuka tanpa ada yang rusak,” ujar Edho, korban sekaligus penghuni kamar kos. Korban yakin pintu kamarnya sudah di kunci dan kuncinya disimpan di rak yang ada di kamarnya. Begitu juga dengan jendela, semua sudah tertutup sebelum dia tidur. Pagi hari setelah kejadian pencurian di kamar kosnya, Edo langsung melapor ke Ketua RT setempat dan kantor polisi. Akan tetapi, sampai berita ini ditulis, masih belum diketahui siapa pelaku pencurian tersebut. “Kalau kejadian kemalingan seperti ini di Sarmili sudah pernah terjadi, tetapi untuk satu tahun terakhir ini peristiwa kemalingan baru pertama kali terjadi,” ujar Abdul Karim, Ketua RT setempat. Pemilik kos tidak tinggal di daerah Sarmili sehingga tidak bisa selalu mengontrol dan mengawasi kos tersebut. Pemilik kos baru mengetahui kejadian pencurian yang menimpa salah satu anak kosnya pada pagi harinya. Menurut dugaan Edo, pelaku sudah lama mengincar kamar kosnya sehingga ketika kejadian tersebut pencuri bisa masuk dengan mudah tanpa merusak pintu, atap, atau jendela kamarnya. “Kemalingan itu bukan karena kurang hati-hati, ya mungkin karena dianya (pelaku) sudah mengincar sejak lama,” ujar Edo.“Kalau masalah hati-hati, semua orang pasti hati-hati. Tidak mungkin juga pintu tidak dikunci, terus ditinggal tidur,” tambahnya. Setelah peristiwa yang menimpa salah satu warganya tersebut terjadi, Abdul Karim mengimbau seluruh warga untuk lebih berhati-hati, terutama bagi para penghuni kos. Kegiatan ronda malam pun akan lebih digiatkan lagi. “Untuk meminimalisir kejahatan-kejahatan tersebut harus ada kerjasama yang baik antara lingkungandan para mahasiswa. Apabila ada hal-hal yg mencurigakan segera lapor. Untuk mahasiswa yang membawa kendaraan harus lebih berhati-hati dalam mengamankan, pintu kos usahakan selalu terkunci, jangan sampai ada orang asing yang bisa masuk. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” tutur Abdul Karim. Di daerah Kalimangso, warga setempat menjamin bahwa pelaku kejahatan bukan berasal dari daerahnya, melainkan berasal dari luar Kalimangso. Warga setempat pun mengimbau agar mahasiswa STAN berhati-hati. Selain itu, warga menyarankan agar mahasiswa STAN lebih bersosialisasi dengan warga sekitar agar mereka merasa nyaman dengan kehadiran mahasiswa STAN di daerah mereka. Dengan begitu, kondisi akan kondusif dengan sendirinya. Pernyataan serupa juga dituturkan Ardes, Staf Bidang Akuntan. Menurut Ardes, mahasiswa STAN harus bersosialisasi dengan warga sekitar minimal menerapkan salam, senyum dan sapa kepada mereka. Selain itu Ardes juga mengimbau agar para mahasiswa menjaga perilaku. “Kita ini adalah tamu, jadi kita harus bersikap layaknya tamu.”tuturnya. “Cukup dengan menjaga sikap, tidak bepergian dengan pakaian yang berlebihan dan jangan keluar sendiri,”tambahnya. Ardes juga menyarankan mahasiswa untuk belajar bela diri jika diperlukan, seperti yang diajarkannya kepada mahasiswa spesialisasi Kebendaharaan Negara. Ketika disinggung mengenai koordinasi STAN dengan pihak keamanan setempat, Ardes mengungkapkan bahwa sebenarnya koordinasi telah lama dilakukan, tetapi bentuk koordinasinya seperti apa beliau tidak tau pasti. “Sebenarnya koordinasi dengan pihak keamanan terkait, tapi untuk lebih jelasnya coba tanyakan ke Pak Pratin,” Kata Ardes. Akan tetapi, Pratin belum bersedia untuk diwawancarai sampai berita ini naik cetak. Ardes juga menambahkan, tanggung jawab STAN hanya terbatas dalam lingkungan kampus yang merupakan batas daerah yuridiksi. [Ain/Ardi/Ria] Pemira merupakan sarana pelaksanaan demokrasi anggota Keluarga Mahasiswa STAN dalam bentuk pemberian suara mahasiswa yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Pemira dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Ketua dan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS), dan anggota BLM. Ketentuan tersebut diatur dalam Ketetapan Badan Legislatif Mahasiswa Nomor 008/TAP.02/BLM/VI/2013 tentang Pemilihan Raya. Pemira dilaksanakan oleh Panitia Pemira (PPR) yang bersifat independen. PPR adalah badan mandiri yang bertugas menyelenggarakan pemira sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KM STAN. “Untuk teknis pelaksanaan di lapangan, itu wewenang penuh dari PPR. BLM tidak boleh melakukan intervensi sama sekali,” jelas P. Alhadi Sembiring, Ketua BLM. PPR dibentuk berdasarkan hasil Open Recruitment PPR yang diselenggarakan oleh BEM dan disetujui oleh BLM. Sementara itu, kelengkapan anggota PPR yang lain akan diseleksi oleh koordinator pelaksana. “Target terpilihnya koordinator pelaksana awal Mei, kecuali ada force majeure seperti tidak ada yang mendaftar,” tutur Hadi. PPR memiliki masa aktif dua bulan yang secara umum bertugas mengumpulkan suara, mengatur kampanye, dan memutuskan presiden mahasiswa dan wakil presiden mahasiswa baru. Dalam pelaksanaan pemira, pengawasan dilakukan oleh panitia khusus yang dibentuk oleh BLM STAN yang disebut Panitia Pengawas Pemira (Panwas Pemira). Pelaksanaan pemira tahun ini akan sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya karena melibatkan mahasiswa STAN di Rawamangun dan Balai Diklat Keuangan (BDK). Hal tersebut mengacu pada hasil Musyawarah Nasional yang diadakan pada tanggal 25 -- 27 April 2014. Pemira akan diadakan di kampus STAN Ali Wardhana dan di sebelas Balai Diklat Keuangan (BDK). “Ketika kemarin kita sahkan seluruh mahasiswa yang terdaftar di STAN merupakan Keluarga Mahasiswa STAN (KM STAN), mereka punya hak yang sama untuk dipilih dan memilih, hanya saja untuk dipilih kemungkinan tidak,” kata Alhadi. “Mahasiswa STAN di BDK tidak dapat dipilih dikarenakan persyaratan untuk dipilih, seperti jenjang semester, tidak terpenuhi,” sambungnya. Menurut Alhadi, persiapan pemira ini dimulai sejak bulan April. Pihak BLM sudah pernah melakukan sosialisasi pemira pada hari Jumat (04-04-2014) yang berlokasi di Student Center. Sosialisasi pemira juga akan dilakukan di BDK. Selanjutnya, pelaksanaan Pemira berupa pemungutan suara akan diselenggarakan sekitar bulan Juni, kemudian satu bulan berikutnya akan diadakan Rapat Akbar Keluarga Mahasiswa (RAKM). RAKM adalah sidang pergantian kepengurusan BLM STAN dan BEM STAN yang dipimpin oleh Dewan Pimpinan (DP) BLM STAN serta dihadiri oleh anggota BLM STAN dan dapat dihadiri undangan. Dalam pelaksanaan pemira ini, jumlah dana yang dianggarkan sekitar dua belas juta rupiah. Dana tersebut sudah masuk dalam perhitungan AD/ART yang ditetapkan setiap tahun. Dana sebesar dua belas juta rupiah ini belum termasuk dana mahasiswa STAN di BDK. BLM sebagai wakil mahasiswa masih mempertimbangkan beberapa hal mengenai dana yang akan dikucurkan oleh BDK. “Nanti kita akan melakukan perhitungan, karena kita belum mempunyai data yang valid, jumlah mahasiswa di BDK itu berapa,” ungkap Alhadi. Gambaran pelaksanaan pemira mirip dengan penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Nantinya akan ada beberapa tempat pemungutan suara (TPS) yang disediakan di sekitar lingkungan kampus. Rencananya, untuk di kampus Ali Wardhana TPS tersebut akan tersebar di setiap gedung perkuliahan di lantai dasar agar memudahkan mahasiswa mengaksesnya. Seluruh mahasiswa melakukan pemilihan pada kertas suara di TPS yang sudah ditentukan. Setelah penyelenggaraan pemungutan suara selesai, akan diadakan perhitungan suara secara langsung. Lama waktu perhitungan suara tergantung dari banyaknya calon peserta yang ikut. Hasil pemira ditetapkan oleh PPR paling lama lima belas hari sejak hari terakhir pemungutan suara. Rencananya akan diumumkan lewat media online. “Semoga terpilih orang-orang yang memang terbaik untuk menduduki posisi-posisi tertentu dan selama pelaksanaan Pemira tidak banyak goncangan yang terjadi,” ujar Alhadi yang menyampaikan harapan terkait dengan pelaksanaan Pemira. [Alan/Mirza/Rachma] Liputan Khusus Berbagai modus kejahatan mulai dari perampokan, penodongan, dan pencurian sedang marak terjadi di beberapa tempat di sekitar kampus STAN. Setelah banyak peris- tiwa kejahatan yang terjadi di daerah Pondok Jurangmangu Indah (PJMI) dan Kalimangso, daerah Sarmili yang sebelumnya dianggap paling aman ternyata tak luput dari aksi para pencuri. Pemira 2014 Libatkan BDK Mulai tahun 2014, pelaksanaan pemilihan raya (pemira) akan diselenggarakan di seluruh kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), baik di pusat maupun di daerah. Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) selaku badan kelengkapan tertinggi di Keluarga Mahasiswa STAN (KM STAN) terus melakukan berbagai persiapan, di antaranya sosialisasi ke seluruh mahasiswa STAN. sumber: mahasiswastan.com Logo Pemira STAN 2013 Maraknya Kejahatan di Sekitar Kampus STAN sumber: google.com
  • 7. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 7 Polemik Seragam BC Menjadi sebuah kebanggaan bagi mahasiswa D-1 Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai (BC) STAN memakai seragam kuliah khusus BC di lingkungan kampus. Akan tetapi, kepuasan itu sulit untuk direalisasikan karena terbentur peraturan dari lembaga. Liputan Khusus Beberapa waktu lalu terlihat di lingkungan kampus STAN mahasiswa D-1 BC mengenakan seragam yang berbeda dari mahasiswa lain. Mereka memakai seragam khusus untuk spesialisasinya. Banyak mahasiswa yang bertanya- tanya apakah mahasiswa BC setelah pelantikan akan terus memakai seragam khusus itu di lingkungan kampus STAN. Setelah ditelisik, ternyata penggunaaan seragam khusus BC hanya untuk kuliah umum di hari bersangkutan, selebihnya hanya untuk acara-acara khusus. Lantas, bagaimana harapan mahasiswa BC yang ingin memakai seragam khusus BC di lingkungan kampus Ali Wardhana ini? Semua Seragam Harus Sama Ali Tafriji Biswan, Kepala Subbidang Pengembangan Ajun Akuntan menjelaskan, “Mereka yang kuliah di lingkungan Jurangmangu harus menggunakan seragam yang sama, termasuk D-1 BC, pengecualian hanya untuk di pusdiklat BC Rawamangun. Di Rawamangun situasinya semi militer, yang mengajar orang pusdiklat BC, mantan pejabat BC, juga widyaiswara BC. Mereka bergabung dengan peserta diklat yang notabene orang BC di pusdiklat. Makanya dimaklumi dan diperbolehkan untuk memakai seragam cokelat khusus BC.” Ali mengungkapkan bahwa pemakaian seragam selain dari ketentuan yang sudah ada di lingkungan kampus STAN diperbolehkan untuk kegiatan tertentu yang terkait dengan kegiatan akademik dan non-akademik yang melibatkan anak BC, seperti workshop atau kuliah umum. “Kemarin, waktu seminggu full mahasiswa D-1 BC workshop justru permintaan agar mereka bisa memakai seragam khusus BC waktu workshop datang dari narasumber workshop itu sendiri yaitu pejabat Bea Cukai,” pungkasnya. Seragam Khusus BC “Ada kegiatan yang mana mahasiswa BC diperbolehkan memakai seragam khusus BC. Kegiatan tersebut antara lain workshop yang berkenaan tentang tugas-tugas teknis di bidang Kepabeanan dan Cukai, kuliah umum Kepala Pusdiklat BC, dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), baik di bandara Soekarno Hatta, pelabuhan Tanjung Priok, maupun di Bekasi,” jelas Ali. Disinggung mengenai apakah ada semacam petisi berisi pro-kontra yang membuat seragam khusus BC tidak diperbolehkan untuk kuliah sehari-hari, Ali menyatakan, selama ini tidak mendengar ada petisi atau berita pro- kontra seperti itu. Yang jelas, ia menyatakan setiap informasi harus dikonfirmasi terlebih dahulu ke Ketua Angkatan. Menerima Keputusan Lembaga Sebelumnya, mahasiswa D-1 BC menyebarkan angket untuk melihat tolok ukur apabila mereka memakai seragam. Angket tersebut akan menjadi evaluasi tentang yang harus mereka perbaiki dan mereka jaga. Meski ada yang tidak setuju dengan penggunaan seragam BC, mayoritas responden angket setuju karena hak mahasiswa D-1 BC. Ketua Angkatan D-1 BC, Nanda Cahyo Kuncoro, mengatakan bahwa penggunaan seragam belum jelas karena bukannya mereka tidak mau memperjuangkan atau karena acuh, melainkan itu merupakan hak direktur untuk menyamakan seragam di kampus STAN Bintaro. Mereka juga telah mendapat lampu hijau untuk memakai seragam pada tiga acara tertentu seperti yang telah dijelaskan di atas. “Itu adalah bentuk pengertian Sekretariat Ajun Akuntan kepada mahasiswa BC atas seragam yang telah susah payah kita dapatkan,” kata Nanda. [Dicky/Hilda/Rachma] Kata Mahasiswa Ahmad Singgih, Ketua KM D-3 Akuntansi “Aku sih enggak apa-apa untuk pemakaian seragam. Ya, tapi ditetapkan di hari apa aja, misalnya Selasa berseragam hari lainnya sama seperti spesialisasi yang lain. Jadi ada rasa kecintaan dan tenggang rasa terhadap spesialisasi lain.” Sinung Jati, Ketua KM D-3 Penilai “Kalau aku enggak setuju kalau itu diberlakukan karena kalung KTM sudah menunjukkan identitas spesialisasi, toh di peraturan juga sudah jelas mengenai pemakaian seragam kuliah.” Fahri, Ketua Angkatan D-3 Pajak “Menurut saya pemakaian seragam untuk satu spesialisasi boleh-boleh saja, kalau hanya ada spesialisasi itu saja yang ada di kampus. Kalau di kampus STAN Bintaro ini kan banyak spesialisasi, termasuk D-1 Pemda, D-1 Papua, Dan juga D-4. Kalau semuanya minta punya seragam sendiri bagaimana? Takutnya nanti akan terjadi ketimpangan atau malah jadi saing-saingan seragam siapa yang paling oke. Alangkah indahnya kita berseragam yang sama semua satu kampus walaupun beda spesialisasi. Toh, kita satu keluarga KM STAN bukan hanya keluarga per spesialisasi.” Nazrul Bari, Ketua Angkatan D-3 PPLN “Oh ya, mengenai wacana tersebut, pemakaian seragam BC seharusnya sejalan dengan fungsi dan falsafah seragam tersebut. Seragam bukan hanya tentang fashion atau gagah-gagahan tetapi juga tentang identitas dan tanggung jawab yang besar, selama bisa menjaga identitas diri dan korps dengan baik saat menggunakan seragam. Ya sah-sah saja.” Edi, Ketua Angkatan D-3 KBN “Enggak apa-apa BC pake seragam, untuk memberikan toleransi dan menghormati karena mereka sudah membeli seragam, dan kalau tidak dipakai sia-sia, kalau pakai seragam hanya boleh seminggu sekali saja.” dok.ArifIsmayana Kami segenap Keluarga besar Media Center STAN mengucapkan Turut berduka cita atas meninggalnya saudara kita HARTATI MARBUN D-1 Pajak Semoga amal dan ibadahnya diterima di sisi-Nya
  • 8. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 8 Ragam Mahasiswa Stapala Earthday: Satu Hati Selamatkan Bumi Dalam rangka memperingati Hari Bumi, (22-04-2014), Stapala menyelenggarakan serangkaian kegiatan bertajuk “Stapala Earthday”. Dengan mengusung tema Creativity to Regain The Earth’s Health, acara ini diharapkan dapat menyadarkan mahasiswa STAN tentang kerusakan yang terjadi di lingkungan seki- tar agar terdorong untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. “Banyak sampah yang menumpuk di lingkungan STAN dan itu terlihat jelas. Tetapi, respek dan kesadaran warga Kampus STAN terhadap lingkungan sangat minim, padahal seharusnya kita menjaga bumi ini mulai sekarang demi kelangsungan masa depan. Inilah yang menjadi latar belakang diadakannya acara tersebut,” ujar Nailin Nurul Hikmah, Koordinator Pelaksana I Stapala Earthday. Dalam acara tersebut, ada beberapa lomba yang diselengarakan, yaitu Climbing Competition, Essay Competition, Photography Competition, Trashure Hunt, Recycling Product Competition, dan audisi band akustik. Untuk mengikuti lomba tersebut, peserta harus berstatus mahasiswa aktif STAN dan membayar sepuluh ribu rupiah sebagai persyaratan administratif. Lomba Climbing Competiton merupakan ajang bagi mahasiswa yang cinta dengan panjat dinding sekaligus menambah pengetahuan tentang panjat dinding karena akan diajarkan dasar-dasar dalam olahraga panjat dinding. Babak penyisihan diselenggarakan pada 21 dan 23 April, sedangkan babak final diselenggarakan pada tanggal 25 April. Adapun Essay Competition merupakan lomba yang bertujuan meningkatkan kepedulian mahasiswa akan pentingnya kebersihan lingkungan melalui gagasan-gagasan yang disampaikan secara tertulis. Tema kebersihan lingkungan diharapkan dapat menyadarkan mahasiswa tentang masalah-masalah lingkungan yang sedang kita hadapi bersama dengan memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif sebagai solusi atas masalah lingkungan tersebut. Peserta diberikan waktu pengerjaan esai dari tanggal 13 -- 21 April. Karya esai yang dikumpulkan diseleksi dan hanya dipilih satu karya terbaik oleh juri dari Media Center, Hendra Abadi Firman T. Hasil karya pemenang juga dimuat dalam tabloid Civitas ini. Dalam Photography Competition yang mengusung tema “Kerusakan Lingkungan”, peserta harus mencetak karya foto dalam kertas foto berukuran 10R. Seluruh hasil karya dipamerkan dalam acara puncak Stapala Earthday. Sementara itu, lomba Trashure Hunt merupakan lomba membaca peta dan mengikuti petunjuk yang ada di peta yang diselenggarakan pada tanggal 24 dan 25 April. Tujuan dari lomba ini adalah memperkenalkan orienteering dan mengurangi sampah di lingkungan Kampus STAN. Peserta diminta mendatangi setiap pos sesuai dengan peta sambil memungut sampah selama perjalanan. Peserta yang paling cepat sampai finish menjadi pemenang. Lomba ini relevan bagi mahasiswa yang suka memecahkan teka-teki layaknya seorang detektif. “Acara ini bagus dan bermanfaat. Kita bisa turut membersihkan lingkungan Kampus STAN sekaligus berolahraga ringan. Semoga acara ini terus ada setiap tahun, karena dapat mengajak kita untuk lebih peduli dengan lingkungan dan menyadarkan kita agar tidak merusak lingkungan apalagi dengan tangan kita sendiri,” komentar salah satu peserta Trashure Hunt, Mohammad Imam. Dalam lomba Recycling Product Competition, peserta harus mengubah barang-barang di sekitar yang tidak berguna untuk menjadi lebih berdaya guna dengan tujuan mengurangi sampah yang ada di lingkungan rumah tangga. Peserta juga dituntut untuk mendesain barang-barang dari limbah rumah tangga tersebut. Hasil karya dikumpulkan di posko Stapala dan kemudian dipilih satu karya terbaik oleh tim juri yang diisi oleh Sebastian Napitupulu dan Raden Demokratianto Mahardika. Karya terbaik dipamerkan pada hari puncak acara Stapala Earthday. Setelah itu, hasil karya akan dijual dan hasil uangnya akan didonasikan kepada Bambu Pelangi, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) STAN. Sementara itu, lomba band akustik dilaksanakan di posko Stapala pada 20 April. Dalam audisi tersebut, dipilih tiga grup terbaik dan berhak tampil dalam acara puncak Stapala Earthday. Setelah serangkaian acara lomba selesai, puncak acara Green Party diselenggarakan di Plasa Mahasiswa (Plasma). Acara dimulai dengan penampilan band akustik “A & B” dan dilanjutkan dengan pemberian materi oleh Ketua DKM Kantor Pusat Bea dan Cukai, Nugroho Wahyu Widodo. Materi yang disampaikan mengingatkan kita untuk mulai peduli terhadap bumi sejak dini. Salah satu wejangan yang diberikan ialah peduli, lakukan, dan ajak. Setelah acara dilanjutkan dengan hiburan penampilan musik oleh Suleman Is Dead. Rincian nama para pemenang ialah sebagai berikut: 1. Climbing Competition Putra : M. Nizar Putri : Bonita Sorchita S. 2. Essay Competition : Hendro Cahyo 3. Photography Competition : Dimas 4. Trashure Hunt : Moh. Imam 5. Recycling Product Competition : Ryan Andika 6. Lomba akustik : A & B, Suleman Is Dead, dan The Kwaci Kosong [Arif/Hilda/Mirza] STAN SABET JUARA 1 CPA AUSTRALIA COMPETITION 2014 Sabtu (22-03-2014) CPA Australia Accounting Competition digelar untuk kedua kalinya. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang diwakili oleh Fadli M.Nur, Fauziah Noor, dan Rahmad Karim Harahap berhasil menyabet juara satu dalam kompetisi tersebut. CPA Australia Accounting Competition 2014, merupakan kompetisi yang diselenggarakan oleh Certified Practising Accountants (CPA) Australia, badan akuntansi profesional Australia. Kompetisi ini berlangsung di Aula Gedung Widya Graha, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Dalam kompetisi yang diikuti oleh dua puluh tim ini, STAN mengirimkan satu tim perwakilan dari mahasiswa D-4. Menurut keterangan dari Fadli, tim yang dikirimkan merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh Dyah Purwanti. Awalnya, BEM STAN, menginformasikan lomba tersebut kepada seluruh mahasiswa melalui akun twitter miliknya. Hanya empat mahasiswa yang memasukkan CV ke BEM. Proses seleksi dilakukan dengan metode wawancara, hingga akhirnya terpilih tiga orang yang berhak mewakili STAN yakni Fadli, Rahmad, dan Fauziah. STAN sendiri pernah menjadi runner up pada tahun pertama CPA Australia Accounting Competition ini diadakan. Di tahun ini STAN berhasil membuktikan eksistensinya sebagai salah satu kampus yang berprestasi dalam bidang akuntansi, dengan meraih juara pertama pada kompetisi tersebut.Tim yang mewakili STAN berhak atas sebuah trofi dan uang senilai tiga puluh lima juta rupiah dalam bentuk scholarship dan voucher. Berdasarkan informasi dari Fadli, fokus utama materi yang dilombakan ialah Auditing dan Akuntansi Keuangan, serta materi tambahannya yaitu Akuntansi Pemerintah, Sistem Informasi Akuntansi, Akuntansi Biaya, dan Teori Akuntansi. Mengingat waktu persiapan yang hanya dua pekan dan pelaksanaan lomba bertepatan dangan UAS. Tim yang menjadikan Rahmad sebagai juru bicaranya ini, melakukan pembagian tugas dengan mewajibkan setiap masing-masing dari mereka membaca materi Intermediate Accounting dan Auditing. Selebihnya dibagi rata, Fadli mendapat jatah Akuntansi Biaya, Rahmad Advance Accounting, dan Fauziah Sistem Informasi Akuntansi. Seperti yang dilansir dari blog Fadli, perlombaan ini sendiri terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu babak penyisihan (preliminary round) dan babak final (final round). Babak penyisihan sendiri dibagi menjadi dua babak, yaitu babak soal wajib dan babak soal rebutan/ bonus. Untuk babak soal wajib, STAN memperoleh soal yang tepat dengan kualifikasi yang tim STAN miliki yaitu perpajakan. Pada posisi ini, tim STAN mampu berada di lima besar. Di babak soal rebutan, ada 35 pertanyaan yang akan disuguhkan panitia dengan poin menjawab soal benar +20 dan jika salah -10. Di babak ini, tim STAN berhasil menyalip ke posisi teratas dengan total nilai 140. Pada babak final, setiap tim dipersilakan memilih amplop yang berisi pertanyaan dari salah satu juri. Untuk menjawab soal tersebut tiap tim diberikan waktu lima menit untuk mempersiapkan jawaban dan lima menit untuk mempresentasikannya. Jawabannya wajib di presentasikan dalam bahasa Inggris. Setelah semua babak dijalani, dewan juri memutuskan, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara meraih juara ke-1. Diikuti oleh Prasetiya Mulya Business School yang berhasil mendapatkan juara ke-2 dan Universitas Pelita Harapan yang meraih juara ke-3. Faktor yang menyebabkan tim STAN mampu meraih juara adalah faktor pengalaman. “Sebagai mahasiswa D-4 kami telah banyak belajar berbagai cabang ilmu akuntansi serta memahami filosofinya,” kata Fadli. “Sementara lawan dalam kompetisi ini merupakan mahasiswa tingkat awal yang belum terlalu menguasai hal tersebut,” sambungnya. Menurut Fadli, salah satu penentu yang menguntungkan tim STAN adalah penguasaan Ilmu Auditing yang baik, mengingat soal- soal yang diperlombakan sebagian besar berkaitan dengan Auditing. Pihak lembaga sendiri memberikan dukungan penuh bagi mereka.“ Lembaga menyediakan uang transportasi dan uang makan siang, itu semua sudah lebih dari cukup,” tutur Fadli. Fadli menyayangkan tidak adanya supporter dari mahasiswa D-3 yang menyaksikan jalannya perlombaan. “Mungkin karena kurangnya distribusi informasi kepada teman-teman D-3, sehingga mereka tidak ada yang datang. Padahal kami berharap mereka menyaksikan jalannya perlombaan, supaya proses kaderisasi berjalan baik,” jelasnya. [Dewanty A./M.Fajri] dok. CPA Australia
  • 9. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 9 Wawancara Pada acara puncak Youtee (Youth Writing Evolution Week) 2014, Civitas berhasil mewawancarai Pandji Pragiwaksono, entertainer dan penulis buku Nasional Is Me yang menjadi narasumber pada sebuah workshop kepenulisan. Berikut kutipan wawancaranya. Bagaimana pandangan Anda sekarang sebagai aktivis? Dan bagaimana peran mereka sebagai aktivis dalam pembangunan Indonesia? Beban menjadi mahasiswa adalah ada kata ‘maha’ nya di depan siswa. Artinya, siswa tersebut seharusnya paling unggul, paling tinggi, dan paling mulia. Beban itu menempel di mahasiswa, terutama mahasiswa yang sadar bahwa ia punya tanggung jawab tinggi terhadap lingkungannya. Kalau siswa tugasnya cuma belajar, lain halnya dengan mahasiswa yang punya intelektualitas lebih sehingga punya tanggung jawab moral kepada masyarakat Menjadi mahasiswa kritis itu penting, bahkan dianjurkan. Kektritisan mahasiswa biasanya bentuknya aktivisme. Aktivisme banyak bentuknya. Aktivisme itu tidak hanya turun ke jalan. Aktivisme itu ketika ia memanfaatkan kekritisannya dalam bentuk aktivitas yang ia yakini aktivitas itu berdampak. Aktivisme itu ada dua, yaitu menuntut perubahan (demonstrasi) dan melakukan perubahan (melakukan kegiatan sosial) Jadi, opini saya tentang pemuda dan aktivisme itu sah- sah saja, tetapi pemuda tetap harus menentukan pilihan apakah menuntut atau melakukan perubahan. Dua-duanya benar tapi lu harus milih yang mana. Bagaimana peran mahasiswa sebagai kontrol masyarakat? Saya rasa kontrolnya bukan kepada masyarakat, tetapi kepada pemerintah. Kontrol masyarakat bisa semua orang. Kenapa mahasiswa kontrol pemerintah? Masyarakat juga, tetapi dalam hal ini mahasiswa tidak punya beban sebesar orang yang sudah berkeluarga. Mahasiswa lebih bisa mengatur dan mengalokasikan waktunya untuk melakukan tindakan kritis seperti demonstrasi dan kegiatan aktivisme lain. Jadi, saya akan selalu lebih fokus pada anjuran kepada mahasiswa untuk kritis kepada pemerintah. Seberapa penting peran sebagai aktivis yang dilakukan oleh mahasiswa STAN yang notabene akan bekerja di bidang keuangan? Menurut saya, setiap orang harus punya layer. Salah satu layer-nya adalah kepedulian sosial. Misalnya, saya seorang entertainer, seorang ayah, dan suami juga, tetapi saya mempunyai Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia. Saya membantu pasien anak-anak kanker yang tidak mampu. Misalnya lagi, ada orang yang bekerja di bank, punya pacar, tetapi ia peduli dengan anak-anak jalanan. Ada lagi, dia bekerja di sebuah perusahaan multinasional, tetapi ia juga mempunyai kepedulian dengan anak-anak difabel. Jadi, setiap orang, termasuk teman-teman STAN yang kelak akan bekerja di pemerintahan, harus tetap punya aktivisme dan kepedulian sosial. Lebih baik dekat dengan lingkungan atau jauh dengan lingkungan itu dikembalikan ke masing-masing orang. Bekerja di pemerintahan, swasta, atau pun tidak bekerja, setiap orang harus memiliki layer kegiatan sosial, karena hidupnya tidak terkait dirinya sendiri tapi terkait dengan orang-orang di sekitarnya. Bagaimana tanggapan Anda terhadap sikap mahasiswa yang acuh terhadap politik? Bagaimana seharusnya sikap mahasiswa terhadap politik? Kalau saya dengar ada mahasiswa yang tidak suka politik, saya bisa paham. Namun, ketika anak muda bilang enggak peduli politik, saya bingung. Semua keputusan yang menyangkut hidup kita ditentukan oleh politisi. Enggak ada satu pun aspek dalam kehidupan kita yang tidak ditentukan oleh politisi. Makan, minum, mandi, tanah, kesehatan, hiburan, dan lain-lain diatur oleh negara. Jadi, kalau ada orang yang bilang enggak peduli dengan politik, berarti ia enggak peduli dengan dirinya sendiri. Enggak mungkin kalau dia enggak peduli dengan dirinya sendiri. Jadi, lebih baik kita bilang peduli dengan politik, walaupun kita tidak suka dengan politik daripada kita bilang tidak peduli dan kita terkena dampaknya. Contoh masyarakat yang tidak peduli dengan politik adalah di era Soeharto. Pada masa Soekarno, semuanya berpolitik bahkan pemilu paling ideal adalah pemilu 1955. Anjuran saya adalah anak muda mending peduli aja, masalah lu suka atau enggak itu belakangan. [Bella M.A./Hilda P.] Pandji Pragiwaksono: Pemuda Harus Peduli Politik Dalam rubrik Wawancara kali ini, Civitas berhasil mewawancarai Kepala Balai Diklat Keuangan (BDK) Malang, Budi Setiawan, yang pada saat itu hadir sebagai keynote speaker dalam acara Summer Camp yang diadakan oleh MBM pada 18 – 19 April di Puspiptek, Serpong. Sebelum menjadi Kepala BDK Malang, Beliau sempat menjabat sebagai Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Ajun Akuntan STAN dan Kepala BDK Manado. Semasa menjadi mahasiswa di STAN, Beliau juga pernah menjabat sebagai Presiden mahasiswa BEM STAN. Dalam kesempatan itu, berlangsung perbincangan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kemahasiswaan. Berikut hasil wawancara tersebut. Bagaimana cara agar mahasiswa mampu aktif di organisasi kampus tanpa mengganggu kegiatan akademik? Dunia mahasiswa itu dunia belajar, belajar banyak hal, belajar di kampus, organisasi, kemahasiswaan, dan masyarakat. Jadi, mahasiswa jangan hanya terkungkung pada teori-teori perkuliahan saja karena nanti kalau fight di masyarakat dia harus memahami bagaimana berhubungan dengan masyarakat secara baik dan itu hanya bisa diperoleh kalau dia aktif bermasyarakat sejak muda dan aktif lewat organisasi. Ya, harus seimbang, jangan harus berkutat dengan perkuliahan juga dan jangan sampai DO. Mahasiswa STAN adalah mahasiswa pilihan, jadi aktif di organsiasi pun tidak mengganggu kuliah. Justru waktunya jadi lebih efektif karena saking pinternya. Kalau gak aktif di organisasi dan masyarakat, kan, jadi banyak nganggurnya, tidur, main game, justru kalau aktif jadi lebih bermanfaat. Namun, aktifnya jangan sampai mengalahkan perkuliahan. Apa yang dibutuhkan mahasiswa STAN di dunia kerja? Intinya itu ada dua, yaitu hard skill dan soft skill. Hard skill termasuk lingkungan teknis yang berarti Anda harus memahami dan mengimplementasikan pekerjaaan yang berhubungan dengan tugas pokok fungsi. Seperti kalau di Pajak, Anda harus tahu cara menghitung pajak, ya intinya hal-hal teknis yang berhubungan dengan pajak. Hard skill itu konon 40 %, yang 60% itu soft skill. Soft skill itu attitude, rasa percaya diri, ramah, amanah, jujur, saling menghargai, dan rajin. Justru sekarang banyak orang sukses selain hard skill kuat, dia punya soft skill yg unggul, seperti cara berkomunikasi yang baik yang tidak bisa dipelajari di buku, tetapi melakukan latihan dan berasal dari hati nurani serta keikhlasan. Jadi, intinya hard skill dan soft skill, gak bisa salah satu, misalnya hanya soft skill aja, kita rajin, ramah, namun gak punya hard skill ya gak bisa dipakai juga. Bagaimana seharusnya hubugan mahasiswa dengan politik? Politik itu adalah sarana untuk menyejahterakan masyarakat. Politik di kampus itu ya kita harus belajar berpolitik secara sehat. Kalau di kampus, kan, misalnya ada debat kandididat yang sehat. Terus ada fraksi-fraksinya gak apa-apa misalnya untuk kandidat tersendiri. Jadi, saling berkompetisi pemikiran, bukan kompetisi adu otot, tapi adu otak. Justru dengan adanya perpolitikan di kampus kita harus belajar ide-ide terbaik yang harus dipilih oleh mahasiswa. Kalau ada hal-hal yang negatif justru kita harus berpikir bagaimana hal-hal negatif ini bisa kita tutup dengan hal-hal yang positif. Jadi jangan berkecil hati. Misalnya kita punya ide baik tapi di-bully, justru itulah tantangan. Jadi, ide positif itu bukan hanya sekadar ide, tapi bagaimana cara menyakinkan orang bahwa kita itu menjadi orang yang mengayomi mahasiswa, itulah politik mahasiswa. Tapi jangan politik praktis seperti parpol. Kampus itu bebas parpol. Parpol ini bisa memecah kesatuan (mahasiswa). Nanti di dunia kerja pun kita ada politiknya. Kita perlu menggalang orang-orang yang seide untuk menggolkan ide baik kita. Misalnya kita punya ide “saya harus mengubah pajak jadi bersih”. Kalau kita tidak punya pendukung, ya susah. Cara mencari pendukung bisa dengan berkomunikasi dan silaturahmi. Ini juga salah satu bentuk politik. Bagaimana cara mengimplementasikan nilai-nilai Kementerian Keuangan? Mayoritas mahasiswa STAN masuk Kemenkeu, kementrian yang paling sukses reformasi birokrasinya dan yang paling strategis. Nilai-nilai Kemenkeu seperti integritas, profesional, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan itu bukanlah hal yang baru. Nilai-nilai tersebut sudah kita dapatkan dari dulu, pokoknya gue banget deh. Nilai-nilai itu sudah kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari kita, misalnya dalam Islam hal tersebut sudah diajarkan sejak kecil melalui kisah-kisah Nabi dan orang-orang saleh. Jadi dengan menjadi seorang muslim yang kaffah, misalnya, kita sudah mengimplementasikan nilai-nilai Kementerian Keuangan tersebut. Apa harapan ke depannya bagi mahasiswa STAN? Mereka-mereka yang masih punya kepedulian dengan organisasi harusnya berani menjadi gerbong perubah dan seharusnya lembaganya juga yang mendorong. Kalau orang muda itu fisiknya lebih kuat daripada orang tua, otaknya lebih cemerlang, hatinya lebih terbuka. Nah, itu saatnya kita untuk aktualisasi kreatifitas kita di kampus, nanti di kantor itu nyatanya. Istilahnya di kampus itu laboratoriumnya. Nanti kalau di kampus gak dibuat seperti itu, nanti di kantor jadi orang yang ‘garing’, ngomong garing, kerja garing, gak ada kreativitas gitu. Salah satu caranya itu bisa diwujudkan misalnya melalui mentoring, yang mencetak mahasiswa-mahasiswa yang dapat menjadi unsur pendobrak. Harapan saya, ya, mahasiswa STAN itu jadi unsur-unsur pengubah di Kemenkeu dan sekarang sudah kelihatan. Perubahan di Kemenkeu itu sebagian besar dilakukan oleh alumni STAN. Jadi, mahasiswa STAN harus bisa melanjutkan perjuangan alumni-alumni STAN untuk mengubah Kemenkeu ke arah yang lebih baik. [Fauzan Hayyu] Budi Setiawan: Sayang Kalau Mahasiswa Pinter Enggak Aktif Organisasi sumber:indonesiakreatif.net sumber:bppk.depkeu.go.id
  • 10. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 10 Seiring berkembangnya zaman, kemajuan teknologi semakin memengaruhi gaya hidup manusia. Sistem komputerisasi yang semakin canggih membawa implikasi besar bagi kemudahan penyimpanan uang. Dengan tingginya mobilitas manusia, penggunaan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kini menjadi idola masyarakat karena memungkinkan kita untuk melakukan tarik tunai dengan mudah dan dimana pun. Tim Selidik kali ini tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sejauh mana penggunaan kartu ATM oleh mahasiswa STAN. Esensinya, penelitian ini dilakukan untuk mendapat jawaban mengenai suara mahasiswa terkait kebutuhan pengadaan ATM Center di lingkungan kampus STAN disertai harapan mereka apabila fasilitas tersebut benar akan diadakan. Penelitian ini dilaksanakan 14 -- 18 April 2014 dengan menyebarkan seribu lembar kuesioner kepada mahasiswa STAN dari seluruh spesialisasi. Sampelnya diambil dengan metode random sampling dengan sampling error sebesar 5%. Adapun kuesioner yang berhasil kembali dan memenuhi syarat untuk dijadikan data adalah 841 kuesioner atau 84,1%. Sejauh mana kartu ATM mempengaruhi kehidupan mahasiswa STAN yang mayoritas merupakan mahasiswa rantau Berdasarkan hasil penelitian Tim Selidik, 96% responden mengaku mempunyai kartu ATM, sedangkan sisanya 4% tidak punya. Kartu ATM telah memengang peranan penting sebagai modal melanjutkan hidup dari orang tua kepada mahasiswa di kota perantauan. Sementara itu, frekuensi penarikan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa STAN bergantung pada besar kebutuhan dan jumlah yang ditarik dalam sekali penarikan. Ketika ditanya berapa kali responden melakukan penarikan dalam kurun waktu seminggu, mereka menjawab beragam, kisarannya yakni tidak menentu hingga tiga kali penarikan. Sedangkan fasilitas mesin ATM yang seringkali digunakan oleh mahasiswa STAN untuk melakukan tarik tunai maupun transaksi antara lain ATM Center di sepanjang Jalan Raya Ceger digunakan oleh 62% responden dan sepanjang Jalan Bintaro Raya digunakan oleh 20% responden. Sedangkan fasilitas ATM Center dari pihak lembaga berupa mobil keliling yang biasa berada di sebelah selatan Bendungan STAN dimanfaatkan oleh 11% responden, sedang 7% sisanya harus mendatangi lokasi lain yang menyediakan fasilitas tarik tunai bank yang bersangkutan. Namun, keberadaan fasilitas mesin ATM tersebut masih ditemui berbagai kendala yang dikeluhkan mahasiswa STAN, di antaranya jauh dari tempat kos (59% responden), keamanan dalam penggunaan (15% responden), ketidaktersediaan mesin ATM untuk bank yang digunakan (15% responden), dan mesin ATM sering bermasalah serta ATM keliling hanya datang sesekali (8 responden). Sisanya yakni 3% mengaku tidak memiliki kendala berarti. Bagimana pendapat mahasiswa terkait kebutuhan pengadaan ATM Center di lingkungan kampus Ketika responden ditanya mengenai pembangunan ATM Center di lingkungan kampus STAN, 95% responden menilai pembangunan ATM Center tersebut sangat dibutuhkan. Hanya 2% responden yang mengungkapkan bahwa pembangunan ATM Center kurang dibutuhkan dan 1% responden menyatakan bahwa ATM Center tidak dibutuhkan di lingkungan kampus STAN. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden, yaitu 800 orang dari 841 responden, berpendapat bahwa keberadaan ATM Center yang mudah dijangkau di lingkungan kampus STAN sangat dibutuhkan. Alasannya adalah efisiensi waktu, kemudahan akses, dan jaminan keamanan sehingga jika sewaktu- waktu ada keperluan mendesak, mereka dapat langsung mengunjungi ATM Center di jam-jam kuliah. Bagaimana tanggapan pihak lembaga terkait kebutuhan mahasiswa akan ATM Center di lingkungan kampus STAN Kepala Subbagian Kepegawaian dan Peralatan STAN, Pratin, saat dikonfirmasi oleh Tim Selidik mengungkapkan pelimpahan keamanan kepada pihak kampus menjadi sebab mengapa kemungkinan pembangunan ATM Center di dalam kampus masih jauh dari realisasi. Pratin juga mengungkapkan bahwa Bank Mandiri sudah dihubungi karena bank tersebut dirasa memiliki mayoritas nasabah di antara warga kampus. Sayangnya, Bank Mandiri mengaku keberatan saat diminta membangun ATM Center di dalam kampus. Alasannya tidak lain adalah faktor keamanan dan penggunanya akan terbatas pada kalangan kampus, bukan untuk masyarakat umum. Bukan hanya Bank Mandiri, Pratin juga mengungkap bahwa beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan Bank BNI. Untuk Bank Mandiri sudah ada pembicaraan, meski masih berat untuk membuka ATM Center di lingkungan kampus STAN karena meminta pihak STAN menyediaan fasilitas keamanan, “Beda halnya dengan Bank Mandiri, BNI justru pihak bank yang meminta adanya pengadaan ATM Center mereka di dalam kampus, tepatnya di gedung KNPK. Tapi ya begitu, BNI meminta lokasi dekat satpam. Apalagi alasannya kalau bukan keamanan. Kalau minta pembangunan di dekat satpam, ya nanti dulu, karena lahan ini milik STAN, jika sewaktu-waktu digunakan oleh STAN ya susah, kalau mau buat bangunan baru harus diperhitungkan dan dipikir matang-matang dulu,” tuturnya. Jika pembangunan ATM Center di lingkungan kampus STAN benar akan diadakan, dimana lokasi yang ideal Jika pihak lembaga menilai bahwa keberadaan ATM Center di lingkungan kampus STAN penting bagi mahasiswa, tentu pihak lembaga harus memulai pengadaan dengan menimbang lokasi mana yang efektif dan efisien untuk meletakkan sarana tersebut. Tak lupa Tim Selidik juga menanyakan hal terkait kepada responden. Didapatkan bahwa 85% responden mengusulkan alangkah baiknya apabila ATM Center diletekkan di area tengah kampus. Area tengah kampus banyak dipilih karena sering dilalui oleh mahasiswa saat akan melakukan perkuliahan dan kembali ke indekos, di samping jarak yang dekat dengan gedung sekretariat. Terakhir, tak luput Tim Selidik merangkum harapan para responden apabila pembangunan ATM Center di lingkungan kampus STAN benar akan diadakan, di antaranya: 1. ATM Center berisi bank yang lengkap, terutama ATM BRI dan BNI. 2. Sarana terawat dan dijaga kebersihannya. Dilengkapi CCTV dan AC serta papan informasi. 3. ATM Center buka 24 jam dan setiap hari. 4. ATM Center tidak sering bermasalah. 5. Lokasi strategis, dapat dijangkau bersamaan dengan berangkat/pulang kuliah dan hemat waktu untuk sampai kesana. 6. Sistem keamanan yang baik, selalu dijaga satpam karena daerah sekitar STAN rawan perampokan dan kriminalitas. 7. ATM menyediakan pecahan lima puluh ribuan. Sebagai tambahan, harapan-harapan tersebut berujung pada hal yang sama, yaitu agar pembangunan ATM Center di lingkungan kampus STAN bukan sebatas wacana, tetapi juga segera dapat direalisasikan demi kemudahan dan keamanan. [Alan/Dicky/Herrera] Selidik KOMENTAR MAHASISWA Bagaimana Pendapat Anda mengenai wacana Pembangunan ATM Center di Lingkungan Kampus? Lebih aman, apalagi dengan maraknya preman di sekitar kampus, mahasiswa jadi was-was. (Inka F. A. – 2H D3 Pajak) Brilliant! Marvelous! (M. Harry F. – 2Y D3 Akuntansi) ATM kampus = Lebih efektif. (Ahmad Syafii K. – 2R D3 Akuntansi) Mesin ATM jadi lebih dekat. (Arindya M. – 2F D3 KBN) Selayaknya sebuah perguruan tinggi harus memiliki ATM Center di lingkungan kampus. (Rezky Mahakurnia – 2Y D3 Akuntansi) Untuk mengurangi biaya sol sepatu. (M. Faqih Syah - 2A D3 Pajak) ATM CENTER, Akankah Segera Terealisasi? Apa kendala yang sering Anda hadapi selama menggunakan fasilitas ATM ? Dimana Anda sering Menggunakan Fasilitas ATM ? Pendapat Anda mengenai wacana pembangu- nan ATM Center di lingkungan STAN Apakah Anda mempunyai Kartu ATM? sumber:www.google.com
  • 11. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 11 Ala Dosen MAHASISWA STAN, PEMILU, DAN POLITIK Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus berpartisipasi dalam pemilu ini. Kita tidak boleh apatis, apalagi golput. Apa pun alasannya, misalnya tidak mengenal calon yang akan dipilih, sebagai warga negara yang baik kita harus tetap menggunakan hak suara. Jika Anda tanyakan bagaimana cara mahasiswa STAN berpartisipasi dalam pemilu ini sementara mereka, asumsinya, tidak memiliki pengetahuan politik yang memadai karena bidangnya adalah akuntansi, saya pikir ada berbagai cara. Salah satunya diawali dengan keaktifan mahasiswa itu sendiri. Sebagai contoh, mahasiswa STAN harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, seperti terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan masyarakat setempat. Masyarakat pada dasarnya menganggap mahasiswa STAN sebagai pionir di lingkungannya. Karena apa? Karena masyarakat berpikir bahwa mahasiswa STAN pada umumnya memiliki kecerdasan dan potensi yang besar untuk berkontribusi di lingkungan mereka. Cara lain yang bisa dilakukan adalah, misalnya, dengan terlibat dalam pengawasan atau bahkan kepanitiaan. Tidak ada larangan bagi siapa pun, termasuk mahasiswa, untuk mengawasi atau menjadi penyelenggara pemilu tersebut. Intinya, kita harus mau peduli dengan penyelenggaraan pemilu ini. Saya juga mengimbau kepada mahasiswa STAN agar lebih peduli dengan pemilu ini karena kita masih punya pemilihan presiden (pilpres). Menurut saya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) harus menjadi pihak yang terlibat aktif dalam menyosialisasikan ini agar mahasiswa STAN dapat menggunakan hak suaranya secara penuh di pilpres nanti. BEM dapat menampilkan kriteria atau visi dan misi calon presiden kepada mahasiswa STAN agar mereka tau siapa yang paling berkapasitas untuk dipilih. Terlepas apakah calon yang kita pilih pada saat itu terpilih atau tidak, yang penting kita menggunakan hak suara kita. Akan tetapi, setelah saya cermati secara lebih mendalam, kendala yang dihadapi mahasiswa di sini bukan apatisme atau keengganan mereka dalam menggunakan hak suara. Saya lebih melihat itu ke arah persoalan administratif. Setelah saya tinjau mahasiswa yang saya ajar, mereka sebenarnya sangat antusias mengikuti proses pemilu ini. Mereka hanya mengeluhkan kendala administratif yang pada akhirnya menghambat mereka untuk menggunakan hak suara. Pada dasarnya, mahasiswa di sini memiliki kepedulian dan antusiasme dalam pemilu ini, tetapi masalah-masalah teknis seperti itu yang menghambat mahasiswa dalam menggunakan hak suara mereka. Kita seharusnya bertanya kepada diri sendiri apa yang telah kita berikan kepada negara ini. Berangkat dari kalimat tersebut, mahasiswa seharusnya menjadi warga negara yang mampu mengubah negara ini menjadi lebih baik. Jika aparatur negara dan warga negaranya baik, negara ini juga akan menjadi lebih baik ke depannya. [Mhd Ricky Karunia] “Mahasiswa Jangan Apatis” Susi Purwati Dosen Kewarganegaraan Thomas Yudhistira Dosen Ekonomi Mikro Pertama, perlu disadari bahwa mahasiswa termasuk kelompok yang beruntung dapat menikmati pendidikan tinggi. Oleh karena keberuntungan itu, sebelum mengurus hal lain seperti berpolitik praktis, mereka tentunya harus menjalankan tugas utama mereka terlebih dahulu: belajar dengan baik dan berprestasi secara akademik. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang mestinya bisa cerdas dalam menyikapi kondisi perpolitikan negara ini. Oleh karenanya, mereka harus “melek” politik dalam mengambil tindakan yang perlu untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan atau kongkalikong politik yang menguntungkan kelompok tertentu. Mahasiswa memiliki kekuatan untuk melakukan itu. Hal tersebut terbukti dari sejarah bahwa rezim-rezim tergulingkan oleh aksi mahasiswa. Namun, sejarah juga mencatat bahwa aksi mahasiswa seperti itu juga terindikasi telah ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu. Jadi, mahasiswa tetap harus hati-hati dalam menentukan posisinya. Banyak juga aktivis mahasiswa yang begitu idealis ketika masih muda. Namun, pada saat menjadi politikus, mereka terlibat korupsi dan sama saja dengan orang-orang yang awalnya mereka benci dan ingin mereka gulingkan. Mahasiswa harus dapat memosisikan pandangannya sesuai dengan dunia kerja yang akan digelutinya. Mahasiswa STAN yang basic-nya adalah mahasiswa akuntansi yang nantinya akan berkecimpung di birokrasi pemerintahan, khususnya di Kementerian Keuangan, sebenarnya memiliki keterkaitan dengan politik. Saya yakin bahwa mahasiswa STAN adalah yang terbaik di setiap generasinya. Kecemerlangan mereka adalah berkah bagi negeri ini. Mahasiswa STAN jangan menyia-nyiakan talentanya dengan menjadi pasif. PNS memang tidak boleh berpolitik praktis, tetapi bukan berarti tidak “melek” politik. Menjadi pengamat dan kemudian menulis artikel opini di media massa tentunya bukan sebuah masalah. Kajian yang berimbang dan didasari oleh niat tulus untuk kebaikan rakyat tentunya patut diapresiasi oleh publik. Pada suatu waktu, ada sebuah Rancangan Undang-Undang diterbitkan yang intinya melucuti kewenangan eksklusivitas sebuah lembaga negara. Para pegawai di lembaga negara tersebut sadar sepenuhnya atas implikasi negatif dari hal tersebut dan berusaha mendesak agar pimpinan lembaga negara tersebut untuk secara aktif berjuang di DPR sehingga UU tersebut direvisi untuk meminimalkan implikasi negatif terhadap lembaganya. Namun, karena ada indikasi conflict of interest dari pihak pimpinan lembaga, maka perjuangannya hanya setengah hati dan imbasnya terbitlah UU tersebut dan terjadilah implikasi negatif tersebut. Hal yang sama bisa juga terjadi pada mahasiswa STAN. Dalam politik tentu ada kebijakan-kebijakan yang diambil dan pasti ada kebijakan pemerintah yang memengaruhi mahasiswa STAN secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, mereka harus selalu memonitor berita aktual dan menganalisis secara aktif rencana kebijakan pemerintah, rancangan UU, serta peraturan terkait untuk dapat mengetahui kemungkinan-kemungkinan dampak dari kebijakan tersebut dan kemudian mengambil tindakan untuk mengoreksi apabila memang dibutuhkan. [Dewanty Asmaningrum] “Mahasiswa Harus Melek Politik” Menurut pandangan saya, kampus seharusnya steril dari politik. Mahasiswa sebagai bagian dari kampus juga harus free dari unsur-unsur politik seperti itu. Memang ranahnya akan berbeda ketika mahasiswa sebagai anggota dalam entitas kampus tidak terlibat di dalam politik praktis. Sementara itu, ketika mahasiswa sebagai individu berada di luar kampus, sebagai warga negara ia mempunyai hak pribadi untuk terlibat dalam politik praktis. Jadi, lebih tepatnya, mahasiswa harus bisa mengambil peran secara tepat, kapan ia berperan sebagai anggota dari entitas kampus dan kapan ia berperan sebagai individu yang mempunyai hak-hak pribadi dalam pelaksanaan politik. Mahasiswa STAN saat ini disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga birokrasi. Pengaruh politik secara langsung terhadap mahasiswa tidak terlalu mudah untuk ditangkap. Akan tetapi, secara tidak langsung, bagaimana pun kebijakan terhadap birokrasi nantinya akan sangat dipengaruhi oleh Senayan (DPR). Ketika pergerakan di Senayan menjadi dapat dicermati oleh mahasiswa, dampaknya terhadap birokrasi dapat mereka tangkap. Oleh sebab itu, apa yang perlu disiapkan oleh mahasiswa sebagai calon birokrat menjadi lebih terang arahnya. Mahasiswa bisa saja mengusulkan kepada pihak kampus untuk menghadapi situasi yang berkembang saat ini. Mereka perlu dibekali dengan knowledge tertentu. Dalam konteks akademik, mahasiswa juga mempunyai kapasitas tertentu yang konstruktif bagi dunia perpolitikan di Indonesia. Hal ini menjadi benar ketika mahasiwa dengan kapasitas yang dimiliki dapat membuat semacam kajian-kajian. Kita dapat mengkaji, misalnya, tentang bagaimana sebenarnya praktik-praktik politik yang selama ini ada di Indonesia, apakah hal itu mempunyai dampak yang baik terhadap perkembangan Indonesia secara umum, atau benarkah praktik-praktik politik tidak sehat seperti money politics terjadi. Alternatif pemecahan terhadap hal itu mungkin bisa saja dihasilkan dari teman-teman mahasiswa ini. [Adam Maulana Malik] Ganti Lis Ariadi Dosen Organisasi Tata Kerja “Kampus Harus Steril dari Politik” dok.Pribadi dok.Pribadi dok.MediaCenter
  • 12. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 12 Motif Sabdanusa adalah singkatan dari Sanggar Budaya Nusantara. Sabdanusa sendiri adalah unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang secara khusus bergerak di bidang pelestarian budaya Indonesia, utamanya seni tari dan musik tradisional. Tujuan sabdanusa sendiri adalah melestarikan budaya tradisonal Indonesia. Hal ini tergambar dari visi mereka, yaitu mewujudkan dan melestarikan budaya nusantara melalui Sabdanusa. Dalam rangka mewujudkan visi mereka tersebut, Sabdanusa melakukan beberapa kegiatan seperti melakukan latihan, baik tari maupun musik tradisional. Selain kegiatan tersebut, Sabdanusa juga turut aktif dalam berbagai kegiatan di STAN sebagai pengisi acara baik kegiatan yang bersifat internal STAN maupun kegiatan berskala nasional seperti Reuni Akbar Ikatan Alumni Kedinasan (IKANAS). Dalam waktu dekat ini, Sabdanusa akan mengadakan Pentas Tunggal Pringgandana. Pertunjukan yang paling sering dimainkan Sabdanusa antara lain tari Saman dan pertunjukan musik angklung. Tari Saman dimainkan oleh penari dengan jumlah ganjil. Biasanya mereka duduk rapat membentuk satu baris. Selain pemain, ada juga satu orang penyanyi yang disebut syekh dan satu orang pengiring musik yang disebut rapai. Inti gerakan Saman adalah gerakan tangan, tepuk tangan, tepuk dada, dan geleng kepala. Keindahan tarian ini tampak ketika para pemain membentuk satu formasi gerakan badan, tangan, dan kepala secara seragam dan dinamis. Gerakan Saman dimulai dari gerakan tempo lambat lalu lama-lama gerakan makin cepat dan akhirnya berhenti secara mendadak. Smenetara itu, angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) untuk menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. UKM yang telah berdiri sekitar tiga tahun ini, sejak tahun 2011, juga sempat menjadi juara Festival Tari Ratouh Jaroe Ke-6 dan Ke-7 se-Jabodetabek. Setelah tiga tahun berjalan, kepengurusan Sabdanusa berganti beberapa kali. Saat ini, posisi ketua umum diduduki oleh Erdin Riyanto, Riska Indira Andayani sebagai Wakil Bidang Tari, dan Muhammad Mukti Abadi sebagai Wakil Bidang Musik. [Ardian Ahmad] Sabdanusa: Amunisi Pelestarian Budaya Tradisional Indonesia di STAN sumber: google.com STAN Papua Community Penerimaan jalur khusus STAN bagi pelajar Papua tahun 2013 menjadi latar belakang berdirinya organisasi kedaerahan (organda) ini. STAN Papua Community berdiri pada tahun 2013 dan menjadi organda termuda di kampus STAN. Hal ini sejalan dengan penerimaan perdana pelajar Papua untuk melanjutkan pendidikan mereka di STAN yang baru dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2013. Seperti organda-organda lain, STAN Papua Community dibentuk sebagai upaya menjaga solidaritas antar mahasiswa yang berasal dari Papua dan Papua Barat. Saat ini, ada 210 mahasiswa asal Papua dan Papua Barat yang sedang menempuh pendidikan di STAN. Untuk di STAN Bintaro sendiri, hanya program D-1 Kebendaharaan Negara yang dikhususkan untuk mahasiswa yang berasal dari Papua dan Papua Barat. Selain di STAN Bintaro, mahasiswa asal pulau Papua tersebut juga tersebar di seluruh Balai Diklat Keuangan (BDK) se-Indonesia. Di beberapa BDK seperti BDK Medan, Palembang, dan Malang, ada dua spesialisasi yang dikhususkan untuk mahasiswa asal pulau Papua, yaitu prodip I Kebendaharaan Negara dan Perpajakan. Program khusus yang diadakan oleh pemerintah pusat, yang dalam kasus ini adalah Kementerian Keuangan, bekerja sama dengan pemerintah daerah Papua yang diprakarsai oleh UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua) membuka akses bagi para pemuda asal Papua dalam rangka mempercepat pembangunan di wilayah tersebut. Salah seorang mahasiswa asal Jayapura, Selo, menganggap bahwa program ini mengimplikasikan bahwa pemerintah saat ini sudah fair ke semua daerah, dari Sabang sampai Merauke. Setelah lulus, mahasiswa asal Papua dan Papua Barat ini akan ditempatkan oleh Kementerian Keuangan kembali ke daerah asal mereka karena program ini memang dikhususkan untuk mempercepat pembangunan di sana. Tentunya, kualitas sumber daya manusia adalah variabel utama untuk mewujudkan itu semua. Untuk itulah program ini dicanangkan. Saat ini, STAN Papua Community dipimpin oleh Stenly. Posisi ketua di organda ini dinamakan Ketua Senat. Wakil Ketua Senat diduduki oleh Simson Bonai, sedangkan posisi Sekretaris dan Bendahara Senat masing-masing diisi oleh Vicky Waromi dan Betty. Seperti yang dipaparkan oleh Selo, mereka berkomitmen untuk membangun daerah asal mereka agar tidak terjadi lagi semacam gap antar wilayah. Setelah lulus dan dipulangkan ke daerah asal, mereka berjanji akan bekerja sepenuh hati sesuai dengan harapan pemerintah dan publik. Mereka juga bertekad membawa Papua ke arah yang lebih baik dan menjauhkan praktik-praktik korupsi agar pembangunan dapat berjalan sesuai harapan. Selamat datang kami ucapkan dan semoga sukses! We are Indonesia! [Mhd Ricky Karunia] dok. STAN Papua Community Di sini tempatnya! Jersey Grade ori/player Issue harga hanya 90k-100k saja Bisa pasang patch & nama pemain Kalau mau bikin jersey tim sendiri Minimal pembelian 10 pcs, reseller harga spesial Beli banyak harga lebih murah Barang tidak sesuai pesanan bisa ditukar Takut tipu-tipu? Tenang di sini kami profesional Cicaheum, Bandung(belum ada toko) | BBM:74EBA7C6 | @IzzuJersey | facebook.com/izzu.jersey www.izzujersey.blogspot.com Belum punya jersey klub atau negara kesayangan kamu? Gak mau beli gara-gara kemahalan?
  • 13. Edisi No. 21/Tahun XII/Minggu III/Mei/2014 13 “Temukankebebasanpemberitaan tanpaintervensi” Survei membuktikan bahwa volume sampah di Indonesia adalah 130.000 ton/hari, setara dengan 34.391.534 galon air bersih yang bisa dibagikan kepada masyarakat per hari. Cukup besar bukan? Kalau kita lihat lagi, itu adalah sampah yang tertampung di tempat pembuangan akhir, belum dijumlahkan dengan sampah yang masih berserakan di pinggir jalan. Seandainya semua sampah dikumpulkan mungkin bisa menjadi sebuah “gunung” atau sebuah “pulau” dengan nama “sampah”. Pertanyaannya, ke manakah kepedulian masyarakat terhadap sampah hingga menumpuk sedemikian rupa? Kepedulian akan sampah sebenarnya telah dipersuasikan saat kita menginjak usia dini. Ingatkah saat kita masih kecil, saat taman kanak-kanak, ataupun sekolah dasar, orang tua maupun guru kita mengingatkan kita untuk membuang sampah pada tempatnya? Tidak hanya itu, saat kita sekolah pun kita bisa melihat banyak papan- papan reklame kecil di sekolah yang bertebaran di koridor sekolah dengan kalimat “Buanglah Sampah pada Tempatnya”. Selain itu, saat kita hendak berpergian kita pun dapat melihat reklame bertuliskan “Jangan Buang Sampah Sembarangan” atau “Buang Sampah Denda Lima Juta Rupiah” yang diiklankan oleh pemerintah setempat. Namun semua itu belumlah cukup. Meskipun ada suatu nasihat atau alarm sepertinya kesadaran untuk peduli sampah belum tumbuh. Jika kita definisikan, sampah adalah benda yang sudah tidak terpakai yang muncul akibat berakhirnya masa suatu pemakaian yang digunakan oleh manusia. Dengan kata lain, sampah lahir dari manusia itu sendiri. Meskipun lahir dari manusia, tetapi hanya sedikit dari kita yang mau “merawat” mereka dengan benar. Bahkan, tak sedikit dari kita menggantungkan hidupnya dengan sampah, sebut saja para pemulung. Tanpa sampah, mereka tidak tau lagi dengan cara apa dapat memenuhi nafkah untuk keluarga. Sedangkan beberapa dari kita, melakukan “lemparan bebas” dengan sampah tanpa peduli sekitar. Sekarang, pernahkah kita berimajinasi menjadi pemulung? Membayangkan merasakan kehidupan pemulung, memungut sampah, dan terkadang menerima ejekan karena pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, peduli akan sampah sama seperti pemulung yang tahan terhadap godaan suara-suara bising memilukan. Pernahkah kita berpikir bahwa hidup sebagai pemulung telah memberikan seribu perubahan? Maksudnya, pekerjaan pemulung, yakni dengan memungut satu sampah telah turut serta dalam mencegah seribu kejadian yang mungkin terjadi akibat sampah: banjir, polusi udara, sarang kuman, sarang penyakit, longsor, dan lain-lain? Jika pernah, berarti kita telah memulai langkah awal akan kesadaran peduli sampah, yaitu sadar akan adanya perubahan melalui satu sampah. Bagaimana kita melanjutkan langkah tersebut? Langkah selanjutnya adalah tindakan. Ya, kalau hanya niat namun tidak ada tindakan sama saja nol, kapan perubahan itu akan terjadi? Tindakan kecil yang mungkin kita bisa mulai adalah cukup dengan membuang sampah pada tempatnya. Meskipun terlihat sepele, hal tersebut dapat menolong beberapa pihak, misalnya office boy. Kita telah membantu pekerjaan mereka dalam hal membersihkan sampah dalam ruang kelas ataupun koridor. Selain office boy, kita telah turut serta mengurangi adanya kemungkinan kecelakaan, misalnya terpeleset akibat sampah. Selain membuang sampah, tindakan lain yang bisa kita perbuat adalah memungut sampah berserakan. Memungut sampah yang berserakan sama saja kita telah membantu pemulung, membantu untuk menghilangkan stigma buruk terhadap pekerjaan pemulung, stigma yang mengatakan memulung adalah tindakan yang cukup nista. Untuk memulai tindakan- tindakan tersebut; membuang sampah pada tempatnya atau memungut sampah, janganlah menunggu orang lain, don’t be a follower, tapi jadilah teladan, be a trendsetter. Satu perubahan sikap seseorang mampu untuk menarik perhatian orang untuk mengikuti apa yang kita perbuat. Kita pun bisa menantang diri kita untuk melakukan hal yang lebih terhadap sampah, bukan hanya membuang atau memungut saja, tetapi juga bisa melakukan pengolahan. Pengolahan yang dimaksud adalah mengubah sampah menjadi semula, make it used again. Meskipun sampah merupakan hasil akhir pakai, namun masih bisa digunakan. Kita bisa lihat, di beberapa tempat bahkan sekolah, tersedia tempat sampah organik maupun non-organik, mengapa itu ada? Karena sampah yang bersifat organik masih bisa diolah kembali menjadi sebuah pupuk bahkan minyak. Lalu, bagaimana dengan sampah non-organik? Sampah non-organik dapat dijadikan suatu pernak-pernik atau kerajinan lainnya yang masih bisa bermanfaat bahkan digunakan sebagai barang sehari-hari. Ambil contoh tutup botol minuman; tutup botol tersebut dapat diolah kembali menjadi sebuah gantungan kunci yang indah. Selain tutup botol, ada bungkusan bekas makan snack. Bungkusan tersebut jika kita kumpulkan dapat kita olah menjadi sebuah tas atau bahkan suatu kipas. Begitu juga dengan botol minuman yang juga bisa dijadikan menjadi kipas. Selain pernak-pernik atau kerajinan, ternyata beberapa sampah dapat dijadikan perahu. Di beberapa saluran televisi, telah menampilkan bagaimana kumpulan botol yang disatukan, kaleng maupun kardus, dapat dibentuk menjadi perahu untuk menyeberangi sungai. Untuk masalah pengolahan sampah menjadi pupuk, minyak, pernak-pernik, atau bahan kerajinan, perlu adanya bantuan pemerintah. Pemerintah bisa membuka lapangan kerja untuk mengelolah sampah menjadi barang yang kembali berguna. Membentuk suatu kawasan yang memiliki volume sampah cukup besar untuk diolah oleh masyarakat. Namun, ada tertulis tidak selamanya pemerintah sanggup melakukan itu. Lalu siapa yang harus memulai untuk membantu menumbuh kembangkan potensi yang ada? Itu bisa saya, kamu, atau kita, bersama-sama memulai suatu perubahan, yakinlah tanpa bantuan pemerintah pun pasti bisa. Seperti kisah Khilda Baiti Rohmah asal Bandung, ia membuat suatu perkumpulan; perkumpulan yang mengajak seluruh pengumpul sampah untuk mengolah sampah menjadi barang yang bisa dipergunakan kembali. Meskipun saat itu Khilda hanya seorang mahasiswi, namun niatnya untuk membantu kesejahteraan hidup para pengumpul sampah tidaklah pudar. Alhasil, dengan modal seadanya, ia berhasil menyulap sampah menjadi pupuk kompos, parfum, dan barang kerajinan. Lihat, selama niat dan tindakan itu ada, maka timbullah suatu pencapaian yang diinginkan. Sampah-sampah yang ada di sekitar lingkungan kita dapat menentukan nasib seseorang atau bahkan suatu perkumpulan. Banyak nasib yang bisa terjadi melalui sampah, pemulung tanpa sampah mereka tidak bisa hidup, pejalan kaki dengan adanya sampah memberikan potensi adanya kecelakaan, dan creator tanpa sampah mereka tidak tahu ide-ide luar biasa apa lagi yang bisa dibuat. Bahkan kalau mau merenung lebih mendalam lagi, bukankah kita sama seperti sampah yang dipungut oleh Tuhan untuk diolah menjadi manusia yang baik? Iya atau tidak, jawabannya kembali ke diri kita lagi. Yang pasti, apa pun di dunia tetaplah sesuatu yang berharga dan sesuatu yang berharga dapat membawa perubahan, termasuk sampah. Jika saya menjadi seorang Duta Lingkungan, yang akan saya lakukan adalah bagaimana menjadi teladan, trendsetter dalam bersikap terhadap sampah yang ada disekitar saya: membuangnya atau memungutnya. Kedua, mengajak beberapa orang untuk mengolah sampah menjadi barang yang berharga. Terakhir, memotivasi orang untuk berpikir bahwa sampah sama berharganya dengan diri masing-masing, sehingga rasa peduli akan sampah meningkat. Satu sampah dapat memberikan seribu perubahan, mari sama-sama menolong bumi dari ancaman tergerusnya udara bersih, air bersih, bahkan kesehatan kita oleh sampah. Hendrocahyo Mahasiswa D-3 Kebendaharaan Negara Kelas 2-F *Tulisan ini merupakan esai terbaik dalam lomba Essay Earthday STAN 2014 Satu Sampah Seribu Perubahan Opini www.mediacenterstan.com sumber:DewataNews