SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
PEMBEKALAN TEKNIS
PENGUKURAN KAYU BULAT
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN ESTARI
SUDBIT. PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN, DIREKTORAT IURAN DAN PEREDARAN HASIL
HUTAN
DASAR HUKUM
1. PP No.23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan
Pasal 175
Ayat (5) Semua hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara, dilakukan pengukuran dan pengujian
meliputi volume/berat, penghitungan jumlah dan penetapan jenis oleh tenaga teknis di bidang pengelolaan
Hutan sebagai dasar pengenaan PNBP atas Pemanfaatan Hutan.
Pasal 178)
Ayat (3) Pengukuran dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 21 dilakukan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia.
2. PermenLHK No.8 Tahun 2021 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta
Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi,
Bagian Ketujuh Pengukuran dan Pengujian;
• Pasal 292,
(1) Semua hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara, dilakukan Pengukuran dan Pengujian meliputi
volume/berat, penghitungan jumlah, dan penetapan jenis oleh Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan
sebagai dasar pengenaan PNBP atas Pemanfaatan Hutan.
(2) Semua hasil Hutan yang berasal dari Hutan Hak, dilakukan penetapan jenis, pengukuran
volume/berat, dan penghitungan jumlah serta dilengkapi dengan surat keterangan asal usul hasil Hutan
Hak.
(3) Penetapan jenis, pengukuran volume/berat dan penghitungan jumlah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan oleh pemilik hasil Hutan.
(4) Dalam hal terdapat hasil Hutan yang tumbuh alami sebelum terbitnya hak atas tanah pada Hutan
Hak, Pengukuran dan Pengujian dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
• Pasal 293
Semua hasil Hutan yang berasal dari kegiatan pengelolaan perhutanan sosial, dilakukan Pengukuran
dan Pengujian oleh GANISPH atau pendamping perhutanan sosial dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Pasal 294
Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau alat uji yang
standar/baku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pasal 295
(1) Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan dilakukan berdasarkan metode sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia.
(2) Dalam hal terdapat hasil Hutan yang belum ditentukan metode Pengukuran dan Pengujian dalam
Standar Nasional Indonesia, Menteri menetapkan metode Pengukuran dan Pengujian.
3. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 8911:2020 Pengukuran dan penetapan isi kayu bundar
KEGIATAN UNTUK MENETAPKAN PANJANG DAN DIAMETER KAYU
DALAM RANGKA PENETAPAN ISI (VOLUME)
KAYU BULAT ADALAH :
BAGIAN BATANG DAN ATAU CABANG DARI DARI POHON,
BERBENTUK BUNDAR DAN MEMANJANG DENGAN UKURAN
TERTENTU.
PENGUKURAN KAYU BULAT ADALAH :
(1) Maksud adalah untuk menentukan ukuran panjang dan diameter
kayu bulat sebagai dasar untuk menetapkan isi (volume)
(2) Tujuan adalah agar diperoleh keseragaman dalam menentukan
ukuran panjang, diameter dan menetapkan volume kayu bulat,
serta sebagai dasar pengenaan PNBP, menentukan harga jual,
perhitungan laba rugi perusahaan dan perhitungan upah.
Syarat kayu bundar yang akan diukur
a) Kayu sudah terbebas dari banir, cabang, ranting dan benjolan;
b) Bontos siku dan rata;
c) Kayu bundar terbebas dari kulit, kecuali untuk jenis-jenis yang mudah diserang organisme
perusak kayu dan yang mudah pecah;
Syarat ukuran
Sistem satuan ukuran yang diterapkan adalah sistem Satuan Internasional (SI), yaitu:
a) Satuan untuk diameter (d) adalah centimeter (cm), dengan kelipatan 1 cm penuh, maksudnya
apabila hasil pengukuran atau perhitungan terdapat angka di belakang koma (desimal), harus
diabaikan atau dibulatkan ke bawah;
b) Satuan untuk panjang kayu (p) adalah meter (m), dengan kelipatan 10 cm, maksudnya apabila
hasil pengukuran terdapat angka kurang dari 10 cm, harus diabaikan atau dibulatkan ke
bawah;
c) Satuan untuk isi kayu adalah meter kubik (m3), dengan penulisan 2 (dua) angka di belakang
koma, kecuali diameter 4 cm sampai dengan diameter 10 cm dan panjang kurang dari 2 m
penulisannya 3 (tiga) angka di belakang koma (desimal). Untuk diameter dan panjang yang
tidak terdapat pada Lampiran B, tata cara penetapan isi kayu bundar dengan mengacu pada
rumus Brereton metric.
d) satuan untuk berat kayu adalah ton, dengan penulisan 3 (tiga) angka dibelakang koma
e) satuan untuk isi kayu tumpukan adalah sm, dengan penulisan 2 (dua) angka di belakang koma
SISTEM SATUAN UKURAN
Sistem satuan ukuran yg dipergunakan adalah sistem metrik,
yaitu sistem ukuran yang menggunakan satuan cm, m, Sm
dan meter kubik (M3)
Peralatan pengukuran terdiri dari:
a. Pita Ukur
b. Pita Phi (π band)
c. Tongkat Ukur
Catatan:
- Peralatan harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang
- Pita ukur dan pita phi (π band) terbuat dari bahan yang tidak mudah mengembang dan tidak
mudah patah atau putus
- Alat pengukuran panjang menggunakan pita ukur, dan alat pengukuran diameter menggunakan
tongkat ukur atau pita ukur
• Kayu bundar yang akan diukur disusun sedemikian rupa
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan pengukuran.
• Pengukuran dilaksanakan pada siang hari atau di tempat
yang terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga
dapat mengamati semua kelainan yang dapat mempengaruhi
isi kayu.
TENAGA TEKNIS PENGELOLAAN HUTAN PENGUJI KAYU
BULAT
(GANISPH-PKB)
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN :
1. PENETAPAN JENIS KAYU
2. PENGUKURAN PANJANG KAYU
- Cara pengukuran kayu bundar lurus, potongan bontos siku dan rata.
- Pengukuran panjang kayu bundar dilakukan dengan cara
meletakkan meteran pada badan kayu sejajar dengan sumbu kayu.
- Panjang ditetapkan dengan cara mengukur jarak terpendek antara
kedua bontos sejajar sumbu kayu dalam satuan meter dengan
kelipatan 10 cm
Cara-cara pengukuran panjang (p)
a. Kayu lurus, potongan bontos siku
------------------- P ---------------------
p - panjang kayu
b. Kayu Iengkung
p = panjang kayu bulat rimba dan bukan p'
------------------- P’ ---------------
c) Kayu bundar dengan bontos tidak rata (pusat bontos berada di
luar ½ lingkaran bontos)
Ukur panjang kayu bundar terpendek sejajar sumbu kayu.
Contoh penetapan panjang:
Hasil Pengukuran Panjang (p)
6,50 m 6,50 m
4,19 m 4,10 m
2,09 m 2,00 m
3. PENGUKURAN DIAMETER
DIAMETER adalah angka rata-rata dari diameter pangkal (Dp)
dan diameter ujung (Du)
Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) melalui
titik pusat bontos (B) pada bontos pangkal (Bp), kemudian ukur garis
tengah terpendek (d3) dan garis tengah terpanjang (d4) melalui titik pusat
bontos (B) pada bontos ujung (Bu) tanpa kulit
MENENTUKAN DIAMETER PADA BONTOS PANGKAL (Bp)
Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) yg
melalui titik pusat bontos (B) pada bontos pangkal (Bp) dalam kelipatan
1 cm penuh
Hasil rata-rata antara d1 dan d2 merupakan diameter bontos pangkal
(Dp)
CARA PENGUKURAN DIAMETER
Penetapan diameter ujung (Du) sama seperti dalam penetapan diameter
Pangkal (Dp), yaitu rata-rata dari diameter terpendek (d3) melalui titik pusat
Bontos (B) dan diameter terpanjang juga melalui titik pusat bontos.
Dalam rumus dituliskan :
D = Dp + Du = ½ (d1 + d2) + ½ (d3 + d4)
2 2
MENENTUKAN DIAMETER PADA BONTOS UJUNG (Bu)
Contoh :
Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) yang
melalui titik pusat bontos (B) pada Bp, kemudian ukur garis tengah terpendek
(d3) dan garis tengah terpanjang (d4) melalui titik pusat bontos (B) pada Bu
Pengukuran sebenarnya Pengukuran perhitungan
d1 = 97,6 cm
d2 = 102,9 cm
d3 = 93,2 cm
d4 = 96,0 cm
d1 = 97 cm
d2 = 102 cm
d3 = 93 cm
d4 = 96 cm
D = ½ (97 + 102) + ½ (93 + 96) = (99,5 + 94,5)
2 2
D = 99 + 94 = 96,5 cm = 96 cm
2
(3) Dalam hal kayu bulat rimba terdapat tonjolan yang panjangnya kurang
dari ½ panjang kayu bulat maka pengukuran diameter dilakukan dengan
mengabaikan tonjolan tersebut
Contoh gambar :
Dp = d1 + d2 tidak termasuk x
2
x = tonjolan yang tidak ikut dihitung dalam pengukuran diameter
(4) Dalam hal kayu bulat rimba terdapat tonjolan yang panjangnya
lebih dari ½ panjang kayu bulat rimba maka pengukuran dilakukan
termasuk tonjolan.
Dp = d1 + d2 termasuk x
2
Contoh gambar :
(5) Dalam hal ada pecah/belah :
Penetapan Isi (Volume)
Menggunakan rumus sebagai berikut:
I = 1⁄4 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑝
10.000
atau
I = 0,7854 x 𝑑2 x p
10.000
Keterangan:
I adalah isi kayu bundar, dinyatakan dalam m3
𝜋 adalah 3,1416 (pembulatan 4 desimal dibelakang koma)
¼ 𝜋 adalah 0,7854 (pembulatan 4 desimal dibelakang koma) d adalah diameter
kayu bundar, dinyatakan dalam cm
p adalah panjang kayu bundar, dinyatakan dalam m
- Kayu bundar eboni dan jenis kayu lainnya yang mempunyai sifat kekhususan dan atau telah
ditetapkan menurut perundangan yang berlaku, selain dalam satuan isi (m3), dapat juga dinyatakan
dalam satuan berat (ton) dengan konversi 1 ton = 0,833 m3 (1 m3 = 1,2 ton).
- Angka konversi hasil hutan sortimen Kayu Bulat Kecil (KBK) kayu energi jenis Kaliandra (Caliandra
calothyrsus) dan Gamal (Gliricida sephium) adalah 1 sm = 0,41 m3 = 331,7 kg. Angka konversi ini
ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran kayu secara langsung setelah penebangan/pemanenan
(kayu segar).
CARA MENGHITUNG ISI BERSIH KAYU BULAT JIKA TERDAPAT
CACAT BONTOS/CBo ( GEROWONG, TERAS BUSUK DAN
LGB > 10 BH/TMP) DAN CACAT GUBAL/GUBAL BUSUK (GB)
DALAM HAL ADA CACAT GUBAL BUSUK DAN LGB > 10 BH/TMP,
TERAS BUSUK/GEROWONG, MAKA DALAM PENETAPAN ISI BERSIH (IB), CACAT-CACAT
TERSEBUT HARUS DIREDUKSI/DIKURANGI DENGAN CARA MENGURANGI ISI BAGIAN
CACATNYA DARI ISI KOTOR (ISI SELURUHNYA), DENGAN RUMUS :
ISI BERSIH = ISI KOTOR – ISI CACAT
Isi Bersih = Isi kayu bulat setelah isi cacad direduksi dlm m3
Isi Kotor = Isi kayu bulat seluruhnya
Isi Cacat = Isi bagian cacat (Gb, Lgb > 10 bh/tmp dan/atau teras busuk/growong)
CATATAN Persentase reduksi cacat bontos dinyatakan dalam pembulatan 1 desimal di belakang koma pada
Lampiran C. Apabila persentase cacat (%) pada ukuran cacat bontos (cm) tidak ada pada Lampiran C, tata cara
penetapan isi cacat bontos (ICBo) mengacu pada rumus cacat bontos.
CARA PERHITUNGAN ISI BERSIH KAYU BULAT YANG MEMPUNYAI
CACAT BONTOS (TERAS BUSUK/GROWONG)
Dasar perhitungan :
a. Isi Kayu Bulat Kotor (termasuk Tb/Gr)
V = 0,7854 . D². P
- Diameter rata-rata : D = ½ (d1 + d2) + ½ (d3 + d4)
2
Maka isi kayu bulat kotor :
- Panjang kayu = P
----------------- P ---------------------
b. Isi cacat bontos (ICbo), dihitung berdasarkan isi balok persegi yg dibentuk
dari sisi-sisi diameter cacat bontos dan panjang cacat bontos baik tembus
atau tidak tembus.
Rumus ICbo KB
ICbo = (Ø Cb)² x P (M3)
10.000
Maka rumus untuk mencari % Cbo adalah :
% Cbo = 1,273 x ( Cbo)² x 100 %
d ²
Keterangan : % Cbo = Isi Tb/Gr (%)
d = Diameter kayu bulat (cm)
 Cbo = Diameter Cacat bontos (Tb/Gr) terbesar diantara
kedua bontos
CATATAN: dapat menggunakan Tabel C pada Lampiran SNI
(PRESENTASE REDUKSI CACAT BONTOS)
CARA MENGUKUR DIAMETER
CACAT BONTOS (Tb/Gr)
UKUR PANJANG DAN LEBAR CACAT BONTOS (Tb/Gr) YANG TERBESAR
DARI KEDUA BONTOS, KEMUDIAN RATA-RATAKAN DENGAN SATUAN
CM PENUH, DIAMBIL CACAT BONTOS YANG TERBESAR.
Contoh :
Keterangan :
X1 = Panjang Cb pada Bp
X2 = Lebar Cb pada Bp
X3 = Panjang Cb pada Bu
X4 = Lebar Cb pada Bu
Cb1 = x1 + x2 adalah Cb terbesar
2
Cb2 = x3 + x4 adalah Cb terkecil
2
Ø Cb yg dipergunakan adalah cacat bontos yg Terbesar (Cb1)
Ø Cb = Cb1
PENETAPAN ISI BERSIH (Ib) KAYU BULAT RIMBA YANG MEMPUNYAI
CACAT GUBAL/Cgu (Gb dan Lgb > 10 bh/tmp)
Panjang cacat Gb dianggap sepanjang kayu, sedang cacat Lgb > 10 bh/tmp,
panjang cacat hanya dihitung sepanjang kayu yg mempunyai Lgb > 10 bh/tmp
dengan satuan 1 m penuh
Cgu berupa gubal busuk (Gb) :
Mengukur Tebal Gb terbesar dan tebal Gb terkecil pada setiap bontos,
kemudian dirata-ratakan dan Ukur besarnya Gb pada bontos yang mempunyai
Gb terbesar
Cgu berupa Lubang gerek besar (Lgb) :
Cgu Lgb> 10 bh/tmp sama dengan penilaian gubal busuk (Gb).
CARA PERHITUNGAN ISI BERSIH KAYU BULAT YANG MEMPUNYAI
CACAT GUBAL/Cgu (GUBAL BUSUK DAN LGB > 10 BH/TMP))
Dasar perhitungan :
a. Isi Kayu Bulat Kotor (termasuk Gb dan Lgb > 10 bh/tmp)
- Diameter rata-rata : D = ½ (d1 + d2) + ½ (d3 + d4)
2
- Panjang kayu = P
Maka isi kotor kayu bulat : Ik = 0,7854 . D². P
b. Isi kayu bulat yg sehat (tanpa Gb dan LGb > 10 bh/tmp)
--------------------- P-----------------------
- Diameter rata-rata : D' = ½ (d1' + d2') + ½ (d3' + d4')
2
- Panjang kayu = P
Maka isi kayu bulat : Ib = 0,7854 . (D')². P
c. Rumus prosentase Cacat Gubal (Gb dan Lgb > 10 bh/tmp) :
% Cgu = 4.tCgu x (d - tCgu) x 100 %
d²
Dimana :
% Cgu = besarnya prosentase Isi Gb dan atau Lgb >10 bh/tmp
tCgu (Gb) = rata2 tebal Gbu terbesar dari kedua bontos
tCgu (Lgb>10) = tebal Lgb sama tebal gubal busuk
d = diameter kayu
CATATAN: dapat menggunakan Tabel C pada Lampiran SNI (PRESENTASE
REDUKSI CACAT GUBAL)
Cara pengukuran cacat growong badan
• Ukur panjang cacat growong badan (pgrb).
• Kedalaman growong = diameter rata-rata growong
• Rumus mencari Isi kotor (Ik), isi cacat growong badan (ICgrb) dan isi bersih (Ib) adalah
sebagai berikut:
Ik = 0,7854 X d2 X p ICgrb = 0,7854 X d2 X pgrb 𝐼𝑏 = 𝐼𝑘 − 𝐼𝐶𝑔𝑟𝑏
10.000 10.000
Keterangan:
• ICgrb adalah Isi cacat growong badan, dinyatakan dalam m3
• d adalah diameter rata-rata kayu bundar bila growong tembus atau jari-jari kayu bundar bila
growong tidak tembus
• p adalah panjang kayu bundar
• pgrb adalah panjang growong badan
• Ik adalah isi kotor
• Ib adalah isi bersih
PENETAPAN ISI BERSIH (Ib) KAYU BULAT YANG MEMPUNYAI
CACAT GEROWONG BADAN (Grb)
CACAT GEROWONG BADAN (Cgrb)
• Keterangan gambar:
• X adalah growong badan
• pgrb adalah panjang growong badan
x
pgrb
Cara Pengukuran kayu bulat sortimen KBK menggunakan metode / sistem
stapel meter (sm)
Pengukuran dilakukan batang/per-batang (ukur diameter dan panjang) atau dengan menggunakan satuan
stapel meter, atau berat, atau jumlah batang.
Penetapan isi dengan satuan stapel meter (sm)
KBK yang akan diukur sedapat mungkin ditumpuk secara teratur, sehingga setiap tumpukan mempunyai
ukuran lebar yang sama (sebagai cerminan penumpukan kayu yang mempunyai panjang yang sama), serta
tinggi yang sama. Untuk memudahkan perhitungan, setiap panjang tumpukan dapat mencerminkan isi tertentu
diberi tanda pancang
Gambar :
Keterangan gambar:
ttp adalah tinggi tumpukan ptp adalah panjang tumpukan
ltp adalah lebar tumpukan
Tumpukan kayu bundar kecil yang teratur
- Isi tumpukan merupakan hasil perkalian dari lebar (m), tinggi (m) dan panjang tumpukan (m), dengan
satuan sm.
- 1 sm = 1 m ltp (lebar tumpukan) x 1 m ttp (tinggi tumpukan) x 1 m ptp (panjang tumpukan).
- Untuk menghitung sm di dalam truk, dapat dihitung dengan mengalikan lebar, panjang dan tinggi tumpukan
kayu dalam bak truk.
- Untuk kayu bundar yang panjangnya sama, akan tetapi tumpukannya tidak teratur, maka pengukurannya
dapat dilakukan dengan metode segmen
Isi segmen dicari dengan menggunakan rumus metode segmen sebagai berikut:
In = tn + tn+1 x Istp x pstp
2
Keterangan:
In adalah Isi segmen ke-i, i=1,2, .... ,n
tn adalah tinggi tumpukan pada segmen ke-n lstp adalah lebar segmen tumpukan
pstp adalah panjang segmen tumpukan
𝑛
𝑙 = Σ 𝐼𝑛
𝑖=1
CATATAN Panjang, lebar, dan tinggi dalam satuan meter kelipatan 10 cm penuh
Contoh 1. Menghitung isi KB
Diketahui : d1 = 70 cm
d2 = 77 cm
d3 = 68 cm
d4 = 73 cm
P (hasil pengukuran) = 10,46 m
Ditanya : Berapa isi KB ?
Jawab : D = ½ (70 + 77) + ½ (68 + 73)
2
D = 73,5 + 70,5 = 73 + 70 = 71,5 cm
2 2
D = 71 cm
P’ = 10,46 m P = 10,40 m
Isi = 0,7854 x (71)² x 10,40
10.000
= 4,12 m³
CONTOH PERHITUNGAN PENEPATAN ISI KAYU BULAT
Contoh 2. Contoh menghitung isi KB yg mempunyai CBo (Gr/Tb)
Diketahui : d1 = 78 cm
d2 = 85 cm
d3 = 62 cm
d4 = 75 cm
P (hasil pengukuran) = 17,18 m
Ditanya : Berapa isi bersih KB ?
Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75)
2
D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm
2 2
D = 74 cm
P’ = 17,18 m P = 17,10 m
Isi Kotor = 0,7854 x (74)² x 17,10
10.000
= 7,35 m³
øCbo1 = 30,3 cm
øCbo 2 = 23,5 cm
øCbo1 = 30,3 cm = 31cm
øCbo2 = 23,5 cm = 24 cm
øCbo = øCbo1 = 31cm
Cara mencari isi Cacat bontos (Cbo) :
a. Dengan cara langsung, yaitu menggunakan rumus balok
Isi balok = Ø balok x Ø balok x p kayu
10.000
Isi Cbo = 31 x 31 x 17,10 = 1,64 m³
10.000
b. Dengan menggunakan rumus
% Cbo = 1,273 x Cb² x 100 %
d²
% Cbo = 1,273 x 31² x 100 % = 22,3 %
(74)²
Isi Cbo = % Cbo x Isi kotor = 22,3 % x 7,35 m³ = 1,64 m³
Jadi Isi bersih (Ib) = Isi kotor (Ik) – Isi Cacat bontos (ICbo)= 7,35 – 1,64 = 5,71 m³
Contoh 3. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgu (Gb)
Diketahui : d1 = 78 cm
d2 = 85 cm
d3 = 62 cm
d4 = 75 cm
P (hasil pengukuran) = 17,18 m
Ditanya : Berapa isi bersih KB tersebut apabila mengandung Gubal
busuk (Gb), sbb :
t Gb1 = 3,4 cm (tertebal)
t Gb2 = 1,1 cm
Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75)
2
D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm
2 2
D = 74 cm
P’ = 17,18 m P = 17,10 m
IK = 0,7854 x (74)² x 17,10
10.000
IK = 7,35 m³
t Gb1 = 3,4 cm = 4 cm, t Gb2 = 1,1 cm = 2 cm
t Gb = (4 + 2)/2 = 3 cm
% Gb = 4.tGb (d – tGb) x 100 %
d²
% Gb = 4.3 (74 – 3) x 100 % = 15,6 %
(74)²
Isi Gb = 15,6 % x 7,35 = 1,15 m³
IB = 7,35 m3 – 1,15 m3 = 6,20 m3
Contoh 4. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgu (Lgb > 10 bh/tmp)
Diketahui : d1 = 78 cm
d2 = 85 cm
d3 = 62 cm
d4 = 75 cm
P (hasil pengukuran) = 17,18 m
Ditanya : Berapa isi bersih KB tersebut apabila mengandung Cacat Lgb =
12 bh/tmp pada 2 meter ditengah badan.
Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75)
2
D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm
2 2
D = 74 cm
P’ = 17,18 m P = 17,10 m
IK = 0,7854 x (74)² x 17,10
10.000
IK = 7,35 m³
Kedalaman Lgb>10 bh/tmp sama dengan tebal gubal/gubal busuk yang
telah diketahui sesuai contoh no.3, yaitu sebesar 3 cm yang dianggap
sepanjang badan.
% Gb = 4.tGb (d – tGb) x 100 %
d²
% Gb = 4.3 (74 – 3) x 100 % = 15,6 %
(74)²
Isi Gb = 15,6 % x 7,35 = 1,15 m³ IB = 7,35 m3 – 1,15 m3 = 6,20 m3
Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75)
2
D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm
2 2
D = 74 cm
P’ = 17,18 m P = 17,10 m
IK = 0,7854 x (74)² x 17,10
10.000
= 7,35 m³
Isi Cgrb = 0.7854 x (74)² x 2m = 0,86 m³
10.000
IB = 7,35 m3 – 0,86 m3 = 6,49 m3
Contoh 5. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgrb (grb) tembus.
Diketahui : d1 = 78 cm
d2 = 85 cm
d3 = 62 cm
d4 = 75 cm
P’ = 17,18 m
Panjang CGrb, diketahui 2 m
Isi Cgrb = 0.7854 x (D)² x (pGrb)
10.000
Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75)
2
D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm
2 2
D = 74 cm
P’ = 17,18 m P = 17,10 m
IK = 0,7854 x (74)² x 17,10
10.000
IK = 7,35 m³
Isi Cgrb = 0.7854 x (½ 74)² x 2 = 0,86 m³
10.000
IB = 7,35 m3 – 0,21 m3 = 7,14 m3
Contoh 5. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgrb (grb) tidak tembus.
Diketahui : d1 = 78 cm
d2 = 85 cm
d3 = 62 cm
d4 = 75 cm
P’ = 17,18 m
Panjang CGrb, diketahui 2 m
Isi Cgrb = 0.7854 x (½ D)² x (pGrb)
10.000
Isi Cgrb = 0.7854 x (37)² x 2m = 0,21 m³
10.000
Terima kasih atas perhatiannya
SEMOGA BERMANFAAT

More Related Content

What's hot

PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNG
PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNGPENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNG
PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNGALDI KURNIA SANDI POHAN
 
ekonomi sumberdaya alam
ekonomi sumberdaya alamekonomi sumberdaya alam
ekonomi sumberdaya alamFirman Ferdian
 
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan BerkelanjutanHubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan BerkelanjutanIpin Okehzz
 
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...TV Desa
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPT. SASA
 
Materi 7 peduli lingkungan hidup
Materi 7 peduli lingkungan hidupMateri 7 peduli lingkungan hidup
Materi 7 peduli lingkungan hidupIin Ernawati
 
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEDIS BLOG
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISnautika
 
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009EDIS BLOG
 
Kemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - Kemitraan
Kemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - KemitraanKemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - Kemitraan
Kemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - KemitraanFazrin Rahmadani
 
Bab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etatBab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etatmarsudi suharto
 
Materi Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHK
Materi Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHKMateri Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHK
Materi Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHKAkademi Desa 4.0
 
Dasar desain X TATA BUSANA
Dasar desain X TATA BUSANA Dasar desain X TATA BUSANA
Dasar desain X TATA BUSANA khanzakarend
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasdenotsudiana
 
Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah Kalimantan
Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah KalimantanStrategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah Kalimantan
Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah KalimantanTri Widodo W. UTOMO
 
Pim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawe
Pim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawePim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawe
Pim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawePT. SASA
 

What's hot (20)

PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNG
PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNGPENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNG
PENGANGKUTAN KELAPA SAWIT BY SMKN 1 TAPUNG
 
ekonomi sumberdaya alam
ekonomi sumberdaya alamekonomi sumberdaya alam
ekonomi sumberdaya alam
 
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan BerkelanjutanHubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
Hubungan Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
 
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
Pengantar diskusi perhutanan sosial dan sdgs desa point 8 dan 9 6 juli 2021 l...
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
 
Materi 7 peduli lingkungan hidup
Materi 7 peduli lingkungan hidupMateri 7 peduli lingkungan hidup
Materi 7 peduli lingkungan hidup
 
arang kayu
arang kayuarang kayu
arang kayu
 
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata air
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
BUKU AJAR MANAJEMEN HUTAN 2009
 
Kemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - Kemitraan
Kemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - KemitraanKemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - Kemitraan
Kemenhut _ Sosialisasi SVLK di Padang Prov. Sumbar - Kemitraan
 
Bab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etatBab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etat
 
Materi Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHK
Materi Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHKMateri Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHK
Materi Ngopi 14 - Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat oleh PSM KLHK
 
Dasar desain X TATA BUSANA
Dasar desain X TATA BUSANA Dasar desain X TATA BUSANA
Dasar desain X TATA BUSANA
 
Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan das
 
Salinitas
SalinitasSalinitas
Salinitas
 
Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah Kalimantan
Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah KalimantanStrategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah Kalimantan
Strategi Kebijakan Penanganan Illegal Logging di Wilayah Kalimantan
 
Pim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawe
Pim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawePim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawe
Pim1221 10 menangkap ikan dengan pancing rawe
 

Pengukuran-KB (SNI)

  • 1. PEMBEKALAN TEKNIS PENGUKURAN KAYU BULAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN ESTARI SUDBIT. PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN, DIREKTORAT IURAN DAN PEREDARAN HASIL HUTAN
  • 2. DASAR HUKUM 1. PP No.23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan Pasal 175 Ayat (5) Semua hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara, dilakukan pengukuran dan pengujian meliputi volume/berat, penghitungan jumlah dan penetapan jenis oleh tenaga teknis di bidang pengelolaan Hutan sebagai dasar pengenaan PNBP atas Pemanfaatan Hutan. Pasal 178) Ayat (3) Pengukuran dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 21 dilakukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. 2. PermenLHK No.8 Tahun 2021 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi, Bagian Ketujuh Pengukuran dan Pengujian; • Pasal 292, (1) Semua hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara, dilakukan Pengukuran dan Pengujian meliputi volume/berat, penghitungan jumlah, dan penetapan jenis oleh Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan sebagai dasar pengenaan PNBP atas Pemanfaatan Hutan. (2) Semua hasil Hutan yang berasal dari Hutan Hak, dilakukan penetapan jenis, pengukuran volume/berat, dan penghitungan jumlah serta dilengkapi dengan surat keterangan asal usul hasil Hutan Hak. (3) Penetapan jenis, pengukuran volume/berat dan penghitungan jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemilik hasil Hutan. (4) Dalam hal terdapat hasil Hutan yang tumbuh alami sebelum terbitnya hak atas tanah pada Hutan Hak, Pengukuran dan Pengujian dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
  • 3. • Pasal 293 Semua hasil Hutan yang berasal dari kegiatan pengelolaan perhutanan sosial, dilakukan Pengukuran dan Pengujian oleh GANISPH atau pendamping perhutanan sosial dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Pasal 294 Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau alat uji yang standar/baku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. • Pasal 295 (1) Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan dilakukan berdasarkan metode sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. (2) Dalam hal terdapat hasil Hutan yang belum ditentukan metode Pengukuran dan Pengujian dalam Standar Nasional Indonesia, Menteri menetapkan metode Pengukuran dan Pengujian. 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 8911:2020 Pengukuran dan penetapan isi kayu bundar
  • 4. KEGIATAN UNTUK MENETAPKAN PANJANG DAN DIAMETER KAYU DALAM RANGKA PENETAPAN ISI (VOLUME) KAYU BULAT ADALAH : BAGIAN BATANG DAN ATAU CABANG DARI DARI POHON, BERBENTUK BUNDAR DAN MEMANJANG DENGAN UKURAN TERTENTU. PENGUKURAN KAYU BULAT ADALAH :
  • 5. (1) Maksud adalah untuk menentukan ukuran panjang dan diameter kayu bulat sebagai dasar untuk menetapkan isi (volume) (2) Tujuan adalah agar diperoleh keseragaman dalam menentukan ukuran panjang, diameter dan menetapkan volume kayu bulat, serta sebagai dasar pengenaan PNBP, menentukan harga jual, perhitungan laba rugi perusahaan dan perhitungan upah.
  • 6. Syarat kayu bundar yang akan diukur a) Kayu sudah terbebas dari banir, cabang, ranting dan benjolan; b) Bontos siku dan rata; c) Kayu bundar terbebas dari kulit, kecuali untuk jenis-jenis yang mudah diserang organisme perusak kayu dan yang mudah pecah; Syarat ukuran Sistem satuan ukuran yang diterapkan adalah sistem Satuan Internasional (SI), yaitu: a) Satuan untuk diameter (d) adalah centimeter (cm), dengan kelipatan 1 cm penuh, maksudnya apabila hasil pengukuran atau perhitungan terdapat angka di belakang koma (desimal), harus diabaikan atau dibulatkan ke bawah; b) Satuan untuk panjang kayu (p) adalah meter (m), dengan kelipatan 10 cm, maksudnya apabila hasil pengukuran terdapat angka kurang dari 10 cm, harus diabaikan atau dibulatkan ke bawah; c) Satuan untuk isi kayu adalah meter kubik (m3), dengan penulisan 2 (dua) angka di belakang koma, kecuali diameter 4 cm sampai dengan diameter 10 cm dan panjang kurang dari 2 m penulisannya 3 (tiga) angka di belakang koma (desimal). Untuk diameter dan panjang yang tidak terdapat pada Lampiran B, tata cara penetapan isi kayu bundar dengan mengacu pada rumus Brereton metric. d) satuan untuk berat kayu adalah ton, dengan penulisan 3 (tiga) angka dibelakang koma e) satuan untuk isi kayu tumpukan adalah sm, dengan penulisan 2 (dua) angka di belakang koma
  • 7. SISTEM SATUAN UKURAN Sistem satuan ukuran yg dipergunakan adalah sistem metrik, yaitu sistem ukuran yang menggunakan satuan cm, m, Sm dan meter kubik (M3)
  • 8. Peralatan pengukuran terdiri dari: a. Pita Ukur b. Pita Phi (π band) c. Tongkat Ukur Catatan: - Peralatan harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang - Pita ukur dan pita phi (π band) terbuat dari bahan yang tidak mudah mengembang dan tidak mudah patah atau putus - Alat pengukuran panjang menggunakan pita ukur, dan alat pengukuran diameter menggunakan tongkat ukur atau pita ukur
  • 9. • Kayu bundar yang akan diukur disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan pengukuran. • Pengukuran dilaksanakan pada siang hari atau di tempat yang terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang dapat mempengaruhi isi kayu.
  • 10. TENAGA TEKNIS PENGELOLAAN HUTAN PENGUJI KAYU BULAT (GANISPH-PKB)
  • 11. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN : 1. PENETAPAN JENIS KAYU 2. PENGUKURAN PANJANG KAYU - Cara pengukuran kayu bundar lurus, potongan bontos siku dan rata. - Pengukuran panjang kayu bundar dilakukan dengan cara meletakkan meteran pada badan kayu sejajar dengan sumbu kayu. - Panjang ditetapkan dengan cara mengukur jarak terpendek antara kedua bontos sejajar sumbu kayu dalam satuan meter dengan kelipatan 10 cm
  • 12. Cara-cara pengukuran panjang (p) a. Kayu lurus, potongan bontos siku ------------------- P --------------------- p - panjang kayu b. Kayu Iengkung p = panjang kayu bulat rimba dan bukan p' ------------------- P’ ---------------
  • 13. c) Kayu bundar dengan bontos tidak rata (pusat bontos berada di luar ½ lingkaran bontos) Ukur panjang kayu bundar terpendek sejajar sumbu kayu.
  • 14. Contoh penetapan panjang: Hasil Pengukuran Panjang (p) 6,50 m 6,50 m 4,19 m 4,10 m 2,09 m 2,00 m
  • 15. 3. PENGUKURAN DIAMETER DIAMETER adalah angka rata-rata dari diameter pangkal (Dp) dan diameter ujung (Du) Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) melalui titik pusat bontos (B) pada bontos pangkal (Bp), kemudian ukur garis tengah terpendek (d3) dan garis tengah terpanjang (d4) melalui titik pusat bontos (B) pada bontos ujung (Bu) tanpa kulit MENENTUKAN DIAMETER PADA BONTOS PANGKAL (Bp) Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) yg melalui titik pusat bontos (B) pada bontos pangkal (Bp) dalam kelipatan 1 cm penuh Hasil rata-rata antara d1 dan d2 merupakan diameter bontos pangkal (Dp) CARA PENGUKURAN DIAMETER
  • 16. Penetapan diameter ujung (Du) sama seperti dalam penetapan diameter Pangkal (Dp), yaitu rata-rata dari diameter terpendek (d3) melalui titik pusat Bontos (B) dan diameter terpanjang juga melalui titik pusat bontos. Dalam rumus dituliskan : D = Dp + Du = ½ (d1 + d2) + ½ (d3 + d4) 2 2 MENENTUKAN DIAMETER PADA BONTOS UJUNG (Bu)
  • 17. Contoh : Ukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah terpanjang (d2) yang melalui titik pusat bontos (B) pada Bp, kemudian ukur garis tengah terpendek (d3) dan garis tengah terpanjang (d4) melalui titik pusat bontos (B) pada Bu
  • 18. Pengukuran sebenarnya Pengukuran perhitungan d1 = 97,6 cm d2 = 102,9 cm d3 = 93,2 cm d4 = 96,0 cm d1 = 97 cm d2 = 102 cm d3 = 93 cm d4 = 96 cm D = ½ (97 + 102) + ½ (93 + 96) = (99,5 + 94,5) 2 2 D = 99 + 94 = 96,5 cm = 96 cm 2
  • 19. (3) Dalam hal kayu bulat rimba terdapat tonjolan yang panjangnya kurang dari ½ panjang kayu bulat maka pengukuran diameter dilakukan dengan mengabaikan tonjolan tersebut Contoh gambar : Dp = d1 + d2 tidak termasuk x 2 x = tonjolan yang tidak ikut dihitung dalam pengukuran diameter
  • 20. (4) Dalam hal kayu bulat rimba terdapat tonjolan yang panjangnya lebih dari ½ panjang kayu bulat rimba maka pengukuran dilakukan termasuk tonjolan. Dp = d1 + d2 termasuk x 2 Contoh gambar :
  • 21. (5) Dalam hal ada pecah/belah :
  • 22. Penetapan Isi (Volume) Menggunakan rumus sebagai berikut: I = 1⁄4 𝜋 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑝 10.000 atau I = 0,7854 x 𝑑2 x p 10.000 Keterangan: I adalah isi kayu bundar, dinyatakan dalam m3 𝜋 adalah 3,1416 (pembulatan 4 desimal dibelakang koma) ¼ 𝜋 adalah 0,7854 (pembulatan 4 desimal dibelakang koma) d adalah diameter kayu bundar, dinyatakan dalam cm p adalah panjang kayu bundar, dinyatakan dalam m - Kayu bundar eboni dan jenis kayu lainnya yang mempunyai sifat kekhususan dan atau telah ditetapkan menurut perundangan yang berlaku, selain dalam satuan isi (m3), dapat juga dinyatakan dalam satuan berat (ton) dengan konversi 1 ton = 0,833 m3 (1 m3 = 1,2 ton). - Angka konversi hasil hutan sortimen Kayu Bulat Kecil (KBK) kayu energi jenis Kaliandra (Caliandra calothyrsus) dan Gamal (Gliricida sephium) adalah 1 sm = 0,41 m3 = 331,7 kg. Angka konversi ini ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran kayu secara langsung setelah penebangan/pemanenan (kayu segar).
  • 23. CARA MENGHITUNG ISI BERSIH KAYU BULAT JIKA TERDAPAT CACAT BONTOS/CBo ( GEROWONG, TERAS BUSUK DAN LGB > 10 BH/TMP) DAN CACAT GUBAL/GUBAL BUSUK (GB) DALAM HAL ADA CACAT GUBAL BUSUK DAN LGB > 10 BH/TMP, TERAS BUSUK/GEROWONG, MAKA DALAM PENETAPAN ISI BERSIH (IB), CACAT-CACAT TERSEBUT HARUS DIREDUKSI/DIKURANGI DENGAN CARA MENGURANGI ISI BAGIAN CACATNYA DARI ISI KOTOR (ISI SELURUHNYA), DENGAN RUMUS : ISI BERSIH = ISI KOTOR – ISI CACAT Isi Bersih = Isi kayu bulat setelah isi cacad direduksi dlm m3 Isi Kotor = Isi kayu bulat seluruhnya Isi Cacat = Isi bagian cacat (Gb, Lgb > 10 bh/tmp dan/atau teras busuk/growong) CATATAN Persentase reduksi cacat bontos dinyatakan dalam pembulatan 1 desimal di belakang koma pada Lampiran C. Apabila persentase cacat (%) pada ukuran cacat bontos (cm) tidak ada pada Lampiran C, tata cara penetapan isi cacat bontos (ICBo) mengacu pada rumus cacat bontos.
  • 24. CARA PERHITUNGAN ISI BERSIH KAYU BULAT YANG MEMPUNYAI CACAT BONTOS (TERAS BUSUK/GROWONG) Dasar perhitungan : a. Isi Kayu Bulat Kotor (termasuk Tb/Gr) V = 0,7854 . D². P - Diameter rata-rata : D = ½ (d1 + d2) + ½ (d3 + d4) 2 Maka isi kayu bulat kotor : - Panjang kayu = P ----------------- P ---------------------
  • 25. b. Isi cacat bontos (ICbo), dihitung berdasarkan isi balok persegi yg dibentuk dari sisi-sisi diameter cacat bontos dan panjang cacat bontos baik tembus atau tidak tembus. Rumus ICbo KB ICbo = (Ø Cb)² x P (M3) 10.000 Maka rumus untuk mencari % Cbo adalah : % Cbo = 1,273 x ( Cbo)² x 100 % d ² Keterangan : % Cbo = Isi Tb/Gr (%) d = Diameter kayu bulat (cm)  Cbo = Diameter Cacat bontos (Tb/Gr) terbesar diantara kedua bontos CATATAN: dapat menggunakan Tabel C pada Lampiran SNI (PRESENTASE REDUKSI CACAT BONTOS)
  • 26. CARA MENGUKUR DIAMETER CACAT BONTOS (Tb/Gr) UKUR PANJANG DAN LEBAR CACAT BONTOS (Tb/Gr) YANG TERBESAR DARI KEDUA BONTOS, KEMUDIAN RATA-RATAKAN DENGAN SATUAN CM PENUH, DIAMBIL CACAT BONTOS YANG TERBESAR. Contoh : Keterangan : X1 = Panjang Cb pada Bp X2 = Lebar Cb pada Bp X3 = Panjang Cb pada Bu X4 = Lebar Cb pada Bu Cb1 = x1 + x2 adalah Cb terbesar 2 Cb2 = x3 + x4 adalah Cb terkecil 2 Ø Cb yg dipergunakan adalah cacat bontos yg Terbesar (Cb1) Ø Cb = Cb1
  • 27. PENETAPAN ISI BERSIH (Ib) KAYU BULAT RIMBA YANG MEMPUNYAI CACAT GUBAL/Cgu (Gb dan Lgb > 10 bh/tmp) Panjang cacat Gb dianggap sepanjang kayu, sedang cacat Lgb > 10 bh/tmp, panjang cacat hanya dihitung sepanjang kayu yg mempunyai Lgb > 10 bh/tmp dengan satuan 1 m penuh Cgu berupa gubal busuk (Gb) : Mengukur Tebal Gb terbesar dan tebal Gb terkecil pada setiap bontos, kemudian dirata-ratakan dan Ukur besarnya Gb pada bontos yang mempunyai Gb terbesar Cgu berupa Lubang gerek besar (Lgb) : Cgu Lgb> 10 bh/tmp sama dengan penilaian gubal busuk (Gb).
  • 28. CARA PERHITUNGAN ISI BERSIH KAYU BULAT YANG MEMPUNYAI CACAT GUBAL/Cgu (GUBAL BUSUK DAN LGB > 10 BH/TMP)) Dasar perhitungan : a. Isi Kayu Bulat Kotor (termasuk Gb dan Lgb > 10 bh/tmp) - Diameter rata-rata : D = ½ (d1 + d2) + ½ (d3 + d4) 2 - Panjang kayu = P Maka isi kotor kayu bulat : Ik = 0,7854 . D². P b. Isi kayu bulat yg sehat (tanpa Gb dan LGb > 10 bh/tmp) --------------------- P----------------------- - Diameter rata-rata : D' = ½ (d1' + d2') + ½ (d3' + d4') 2 - Panjang kayu = P Maka isi kayu bulat : Ib = 0,7854 . (D')². P
  • 29. c. Rumus prosentase Cacat Gubal (Gb dan Lgb > 10 bh/tmp) : % Cgu = 4.tCgu x (d - tCgu) x 100 % d² Dimana : % Cgu = besarnya prosentase Isi Gb dan atau Lgb >10 bh/tmp tCgu (Gb) = rata2 tebal Gbu terbesar dari kedua bontos tCgu (Lgb>10) = tebal Lgb sama tebal gubal busuk d = diameter kayu CATATAN: dapat menggunakan Tabel C pada Lampiran SNI (PRESENTASE REDUKSI CACAT GUBAL)
  • 30. Cara pengukuran cacat growong badan • Ukur panjang cacat growong badan (pgrb). • Kedalaman growong = diameter rata-rata growong • Rumus mencari Isi kotor (Ik), isi cacat growong badan (ICgrb) dan isi bersih (Ib) adalah sebagai berikut: Ik = 0,7854 X d2 X p ICgrb = 0,7854 X d2 X pgrb 𝐼𝑏 = 𝐼𝑘 − 𝐼𝐶𝑔𝑟𝑏 10.000 10.000 Keterangan: • ICgrb adalah Isi cacat growong badan, dinyatakan dalam m3 • d adalah diameter rata-rata kayu bundar bila growong tembus atau jari-jari kayu bundar bila growong tidak tembus • p adalah panjang kayu bundar • pgrb adalah panjang growong badan • Ik adalah isi kotor • Ib adalah isi bersih PENETAPAN ISI BERSIH (Ib) KAYU BULAT YANG MEMPUNYAI CACAT GEROWONG BADAN (Grb)
  • 31. CACAT GEROWONG BADAN (Cgrb) • Keterangan gambar: • X adalah growong badan • pgrb adalah panjang growong badan x pgrb
  • 32. Cara Pengukuran kayu bulat sortimen KBK menggunakan metode / sistem stapel meter (sm) Pengukuran dilakukan batang/per-batang (ukur diameter dan panjang) atau dengan menggunakan satuan stapel meter, atau berat, atau jumlah batang. Penetapan isi dengan satuan stapel meter (sm) KBK yang akan diukur sedapat mungkin ditumpuk secara teratur, sehingga setiap tumpukan mempunyai ukuran lebar yang sama (sebagai cerminan penumpukan kayu yang mempunyai panjang yang sama), serta tinggi yang sama. Untuk memudahkan perhitungan, setiap panjang tumpukan dapat mencerminkan isi tertentu diberi tanda pancang Gambar : Keterangan gambar: ttp adalah tinggi tumpukan ptp adalah panjang tumpukan ltp adalah lebar tumpukan
  • 33. Tumpukan kayu bundar kecil yang teratur - Isi tumpukan merupakan hasil perkalian dari lebar (m), tinggi (m) dan panjang tumpukan (m), dengan satuan sm. - 1 sm = 1 m ltp (lebar tumpukan) x 1 m ttp (tinggi tumpukan) x 1 m ptp (panjang tumpukan). - Untuk menghitung sm di dalam truk, dapat dihitung dengan mengalikan lebar, panjang dan tinggi tumpukan kayu dalam bak truk. - Untuk kayu bundar yang panjangnya sama, akan tetapi tumpukannya tidak teratur, maka pengukurannya dapat dilakukan dengan metode segmen Isi segmen dicari dengan menggunakan rumus metode segmen sebagai berikut: In = tn + tn+1 x Istp x pstp 2 Keterangan: In adalah Isi segmen ke-i, i=1,2, .... ,n tn adalah tinggi tumpukan pada segmen ke-n lstp adalah lebar segmen tumpukan pstp adalah panjang segmen tumpukan 𝑛 𝑙 = Σ 𝐼𝑛 𝑖=1 CATATAN Panjang, lebar, dan tinggi dalam satuan meter kelipatan 10 cm penuh
  • 34.
  • 35. Contoh 1. Menghitung isi KB Diketahui : d1 = 70 cm d2 = 77 cm d3 = 68 cm d4 = 73 cm P (hasil pengukuran) = 10,46 m Ditanya : Berapa isi KB ? Jawab : D = ½ (70 + 77) + ½ (68 + 73) 2 D = 73,5 + 70,5 = 73 + 70 = 71,5 cm 2 2 D = 71 cm P’ = 10,46 m P = 10,40 m Isi = 0,7854 x (71)² x 10,40 10.000 = 4,12 m³ CONTOH PERHITUNGAN PENEPATAN ISI KAYU BULAT
  • 36. Contoh 2. Contoh menghitung isi KB yg mempunyai CBo (Gr/Tb) Diketahui : d1 = 78 cm d2 = 85 cm d3 = 62 cm d4 = 75 cm P (hasil pengukuran) = 17,18 m Ditanya : Berapa isi bersih KB ? Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75) 2 D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm 2 2 D = 74 cm P’ = 17,18 m P = 17,10 m Isi Kotor = 0,7854 x (74)² x 17,10 10.000 = 7,35 m³ øCbo1 = 30,3 cm øCbo 2 = 23,5 cm
  • 37. øCbo1 = 30,3 cm = 31cm øCbo2 = 23,5 cm = 24 cm øCbo = øCbo1 = 31cm Cara mencari isi Cacat bontos (Cbo) : a. Dengan cara langsung, yaitu menggunakan rumus balok Isi balok = Ø balok x Ø balok x p kayu 10.000 Isi Cbo = 31 x 31 x 17,10 = 1,64 m³ 10.000 b. Dengan menggunakan rumus % Cbo = 1,273 x Cb² x 100 % d² % Cbo = 1,273 x 31² x 100 % = 22,3 % (74)² Isi Cbo = % Cbo x Isi kotor = 22,3 % x 7,35 m³ = 1,64 m³ Jadi Isi bersih (Ib) = Isi kotor (Ik) – Isi Cacat bontos (ICbo)= 7,35 – 1,64 = 5,71 m³
  • 38. Contoh 3. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgu (Gb) Diketahui : d1 = 78 cm d2 = 85 cm d3 = 62 cm d4 = 75 cm P (hasil pengukuran) = 17,18 m Ditanya : Berapa isi bersih KB tersebut apabila mengandung Gubal busuk (Gb), sbb : t Gb1 = 3,4 cm (tertebal) t Gb2 = 1,1 cm
  • 39. Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75) 2 D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm 2 2 D = 74 cm P’ = 17,18 m P = 17,10 m IK = 0,7854 x (74)² x 17,10 10.000 IK = 7,35 m³ t Gb1 = 3,4 cm = 4 cm, t Gb2 = 1,1 cm = 2 cm t Gb = (4 + 2)/2 = 3 cm % Gb = 4.tGb (d – tGb) x 100 % d² % Gb = 4.3 (74 – 3) x 100 % = 15,6 % (74)² Isi Gb = 15,6 % x 7,35 = 1,15 m³ IB = 7,35 m3 – 1,15 m3 = 6,20 m3
  • 40. Contoh 4. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgu (Lgb > 10 bh/tmp) Diketahui : d1 = 78 cm d2 = 85 cm d3 = 62 cm d4 = 75 cm P (hasil pengukuran) = 17,18 m Ditanya : Berapa isi bersih KB tersebut apabila mengandung Cacat Lgb = 12 bh/tmp pada 2 meter ditengah badan.
  • 41. Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75) 2 D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm 2 2 D = 74 cm P’ = 17,18 m P = 17,10 m IK = 0,7854 x (74)² x 17,10 10.000 IK = 7,35 m³ Kedalaman Lgb>10 bh/tmp sama dengan tebal gubal/gubal busuk yang telah diketahui sesuai contoh no.3, yaitu sebesar 3 cm yang dianggap sepanjang badan. % Gb = 4.tGb (d – tGb) x 100 % d² % Gb = 4.3 (74 – 3) x 100 % = 15,6 % (74)² Isi Gb = 15,6 % x 7,35 = 1,15 m³ IB = 7,35 m3 – 1,15 m3 = 6,20 m3
  • 42. Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75) 2 D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm 2 2 D = 74 cm P’ = 17,18 m P = 17,10 m IK = 0,7854 x (74)² x 17,10 10.000 = 7,35 m³ Isi Cgrb = 0.7854 x (74)² x 2m = 0,86 m³ 10.000 IB = 7,35 m3 – 0,86 m3 = 6,49 m3 Contoh 5. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgrb (grb) tembus. Diketahui : d1 = 78 cm d2 = 85 cm d3 = 62 cm d4 = 75 cm P’ = 17,18 m Panjang CGrb, diketahui 2 m Isi Cgrb = 0.7854 x (D)² x (pGrb) 10.000
  • 43. Jawab : D = ½ (78 + 85) + ½ (62 + 75) 2 D = 81,5 + 68,5 = 81+ 68 = 74 cm 2 2 D = 74 cm P’ = 17,18 m P = 17,10 m IK = 0,7854 x (74)² x 17,10 10.000 IK = 7,35 m³ Isi Cgrb = 0.7854 x (½ 74)² x 2 = 0,86 m³ 10.000 IB = 7,35 m3 – 0,21 m3 = 7,14 m3 Contoh 5. Menghitung isi KB yg mempunyai Cgrb (grb) tidak tembus. Diketahui : d1 = 78 cm d2 = 85 cm d3 = 62 cm d4 = 75 cm P’ = 17,18 m Panjang CGrb, diketahui 2 m Isi Cgrb = 0.7854 x (½ D)² x (pGrb) 10.000 Isi Cgrb = 0.7854 x (37)² x 2m = 0,21 m³ 10.000
  • 44. Terima kasih atas perhatiannya SEMOGA BERMANFAAT

Editor's Notes

  1. DANA DIPA BSPHH-IV JAMBI TA 2006
  2. DANA DIPA BSPHH-IV JAMBI TA 2006
  3. DANA DIPA BSPHH-IV JAMBI TA 2006
  4. DANA DIPA BSPHH-IV JAMBI TA 2006