Jual Obat Cytotec Di Palembang 0823.2222.3014 Pusat Pelancar Haid Ampuh Berga...
skripsi senam jantung.docx
1. SKRIPSI
PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP PERUBAHAN
HEMODINAMIK PADA HIPERTENSI DI KELURAHAN
PACCERAKKANG, KOTA MAKASSAR
Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
NURHIDAYANTI M.S
C121 14 017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
2. Skripsi dengan jUdul:
PBNGARUH 5éNAM JANTUNG SEHAT TERHADAP PERUBAHAN
NFMODfNAhffX PAOA BIP'ZRT€ fsl DI KELURARAN PACC€RA¥XANC,
Cl21 t4 e17
[Jixgujui ur¥ukéiajtdxn d3uda[Bfl VW yu Skripsi Fakukas Kc$Kzflw8¥zn
Univezsitas Hsaumldic
Pmnbimbing I
Dr. 6Ily L. Sjaesr, &Xqx, M.X••
O{Dtti Dizat1on Software:
www.balesio.CDFFI
5. v
ABSTRACT
Nurhidayanti M.S. C12114017. THE EFFECT OF HEALTHY CARDIAC EXERCISE ON
HEMODYNAMIC CHANGE OF HYPERTENSION IN PACCERAKKANG, CITY OF
MAKASSAR. Supervised by Elly L. Sjattar and Syahrul Ningrat.
Background: Hypertension is a big and serious problem around the world.Hypertension can be
caused by lack of physical activity. One method to prevent hypertension is by doing physical
activity, in this term, namely, healthy cardiac exercise.
Objective: This study aims to explore effects of healthy cardiac exercise on hemodynamic
changes in hypertensive patients in Paccerakkang, City of Makassar.
Methods : This research uses Quasi Experimental research design Time Series model.
Intervention in the form of healthy cardiac exercise is given for 9 times. The number of samples in
this research is 9 people taken by using sampling technique, namely, purposive sampling.
Result : Based on the the result of ANOVA and Kruska Wallis Tests, it reveals that there is no
significant hemodynamic change in systolic blood pressure p=0.464 (p>0.05), diastolic blood
pressure p=0.750 (p>0.50) and respiration rate p=0.144 (p>0.05). However, there is a significant
hemodynamic change in pulse rate p=0.002 (p>0.05) for 9 times measuring.
Conclusion and Suggestions : The results show that there is a positive effect of healthy cardiac
exercise on hemodynamic changes such as on pulse rate in hypertensive patients before and after
healthy cardiac exercise is given for 9 times. Additionally, there is no effect of healthy cardiac
respiratory rate in hypertensive patients before and after healthy cardiac exercise is given for 9
times. Therefore, healthy cardiac exercise is expected to be used as one of alternative and
complementary therapies with regular administration to reduce hypertension.
Keywords: Healthy Cardiac Exercise, Hemodynamics, Hypertension
Kepustakaan: 32 Reviewed Literatures (2000-2017)
6. vi
ABSTRAK
Nurhidayanti M.S. C12114017. PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP
PERUBAHAN HEMODINAMIK PADA HIPERTENSI DI KELURAHAN
PACCERAKKANG, KOTA MAKASSAR. Dibimbing oleh Elly L. Sjattar dan Syahrul Ningrat.
Latar Belakang: Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius di seluruh dunia.
Hipertensi bisa diakibatkan karena kurangnya aktifitas fisik, salah satu cara untuk mencegah
hipertensi yaitu dengan melakukan aktifitas fisik dalam hal ini senam jantung sehat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap
perubahan hemodinamik pada pasien hipertensi di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment dengan desain
penelitian Time Series. Intervensi berupa senam jantung sehat yang diberikan selama 9 kali.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 9 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling.
Hasil: Berdasarkan Uji Anova dan Kruska-Wallis diperoleh hasil tidak ada perubahan
hemodinamik yang signifikan pada tekanan darah sistol p=0.464 (p>0.05), tekanan darah diastol
p=0.750 (p>0.50) dan pernapasan p=0.144 (p>0.05). Namun ada perubahan hemodinamik pada
denyut nadi yang signifikan p=0.002 (p<0.05) selama 9 kali pengukuran.
Kesimpulan dan Saran: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh senam jantung sehat
terhadap perubahan hemodinamik seperti nadi pada pasien hipertensi sebelum dan setelah
diberikan senam jantung selama 9 kali dan tidak ada pengaruh senam jantung sehat terhadap
perubahan hemodinamik seperti tekanan darah sistol, diastol, dan pernapasan pada pasien
hipertensi sebelum dan setelah diberikan senam jantung sehat selama 9 kali. Untuk itu diharapkan
senam jantung sehat dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif terapi komplementer dengan
pemberian yang teratur untuk menurunkan hipertensi.
Kata Kunci: Senam Jantung Sehat, Hemodinamik, Hipertensi
Kepustakaan: 32 Kepustakaan (2000-2017)
7. vii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas peneliti ucapkan kecuali ucapan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap
Perubahan Hemodinamik Pada Hipertensi Di Kelurahan Paccerakkang, Kota
Makassar”, yang merupakan salah satu syarat kelulusan pendidikan Strata-1 (S1)
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan
sejak awal hingga akhir penyusunannya. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan
kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi
peneliti dapat diatasi. Oleh karena itu perkenankanlah saya menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas
Hasanuddin.
2. Dr.Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.
3. Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pengembangan.
4. Ibu Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Hasanuddin.
5. Ibu Dr. Elly L. Sjattar, S.Kp., M.Kes., dan Bapak Syahrul Ningrat, S.Kep.,
Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Dosen Pembimbing skripsi. Peneliti
8. viii
mengucapkan banyak terima kasih karena senantiasa memberi masukan dan
arahan-arahan dalam penyelesaian dan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Takdir Tahir, S.Kep., Ns., M.Kes., dan Bapak Abdul Majid.,
S.Kep., Ns., M.Kep. Sp.KMB, selaku Dosen Penguji skripsi. Peneliti
mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
7. Ibu Arnis Puspitha, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing
Akademik, terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah meluangkan
waktu untuk memberikan arahan, bimbingan dan menjadi tempat
mencurahkan keluh kesah serta menjadi orang tua kedua di kampus selama 3
tahun lebih.
8. Seluruh dosen dan staff/karyawan (i) Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin serta semua pihak yang tidak
sempat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
9. Orang tua tercinta, Bapak (Muh. Saeni) dan Mama (Sadariah) yang telah
banyak berkontribusi mendidik, mendukung dan memberikan segala kasih dan
sayang serta selalu mendoakan peneliti, serta adik-adikku tersayang (Muliana,
Muh.Ali Saputra, dan Ayu Angraeni) serta seluruh keluarga besar atas do’a
dan dukungannya baik moril maupun materil, sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terlaksana dengan baik.
10. Teman-teman angkatan 2014 “CRANIAL” terima kasih atas dukungan,
motivasi, dan bantuannya kepada peneliti setiap saat.
9. ix
11. Sahabat-sahabatku, Sulfianah Arafah, Andi Putri Hapzah, Miftahul Jannah,
Nurfadilah Rezky, Leni Dirgahayu, Nur Fadillah Juanda Puti, Nurhidayah M,
dan Sulaeha yang selalu memberikan semangat dan do’anya.
12. Teman seperjuangan “ISBAR” yang telah bersama-sama mengarungi
kehidupan berasrama dalam sebuah naungan Beastudi Etos Makassar.
13. Teman-teman halaqoh Ibu Ruchwana, Nur Alawiyah K, Wahdani Sariwarsih,
Kak Suryani, Kak Atri, Kak Ayu, Kak Fiqa yang selalu mengingatkan dalam
hal kebaikan, bertukar pikiran, dan menimba ilmu agama, semoga Allah
mempertemukan kita kembali di syurga-Nya.
14. Teman-teman KKN-PK Posko Somba Palioi, Kec. Kindang, Kab. Bulukumba
yang selalu memberikan semangat dan do’anya kepada peneliti.
15. Kepada seluruh organisasi yang peneliti ikuti BK LISAN UNHAS, LDM AL-
Aqsho, KAMMI Komsat UNHAS, Radio Kampus EBS FM, Hasanuddin
Archery Club, Makassar Adventure Club, Campy Scout, PMI Kab.Takalar,
dan Dompet Dhuafa Volunteer. Terima kasih telah memberikan wadah untuk
menyalurkan aspirasi dan juga mengembangkan bakat peneliti.
Semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, peneliti tentunya
tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-Nya
yang senantiasa membantu sesamanya. Peneliti hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari salah dan khilaf dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini,
karena sesungguhnya kebenaran sempurna hanya milik Allah semata.
10. x
Peneliti mengharapkan masukan yang konstruktif kepada pembaca untuk
kesempurnaan skripsi ini. Mohon maaf atas segala salah dan khilaf.
Makassar, 26 Februari 2018
Nurhidayanti M.S.
11. xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Konsep Hipertensi........................................................................................ 7
1. Definisi ..................................................................................................... 7
2. Klasifikasi................................................................................................. 8
3. Etiologi ..................................................................................................... 9
4. Patofisiologi............................................................................................ 10
5. Tanda dan Gejala.................................................................................... 11
6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi ............................. 11
7. Komplikasi ............................................................................................. 15
8. Penatalaksanaan Hipertensi.................................................................... 16
B. Konsep Hemodinamik................................................................................ 19
1. Tekanan darah ........................................................................................ 19
2. Nadi ........................................................................................................ 21
3. Frekuensi Pernapasan ............................................................................. 22
12. xii
C. Konsep Senam Jantung Sehat .................................................................... 23
1. Definisi ................................................................................................... 23
2. Sistematika Senam Jantung Sehat .......................................................... 24
3. Fisiologi Senam Jantung Sehat............................................................... 27
4. Porsi Latihan........................................................................................... 28
5. Pengaruh dan Manfaat Senam Jantung Sehat......................................... 29
D. Hubungan Senam Jantung Sehat Terhadap Perubahan Hemodinamik...... 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS....................................... 35
A. Kerangka Konsep....................................................................................... 35
B. Hipotesis..................................................................................................... 36
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Rancangan Penelitian................................................................................. 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 38
D. Alur Penelitian ........................................................................................... 41
E. Variabel Penelitian..................................................................................... 42
F. Istrumen Penelitian..................................................................................... 44
G. Pengolahan dan Analisa Data..................................................................... 44
H. Masalah Etik............................................................................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 49
A. Hasil ........................................................................................................... 49
B. Pembahasan................................................................................................ 56
C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 67
A. Kesimpulan ................................................................................................ 67
B. Saran........................................................................................................... 68
DAFTA PUSTAKA............................................................................................. 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................73
13. xiii
H
DAFTAR TABEL
NAMA TABEL HAL
Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut AHA 8
Tabel 2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO 9
Tabel 3 Desain Penelitian Time Series 37
Tabel 4
Tabel 5
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan
Lama Riwayat Hipertensi di Kelurahan Paccerakkang,
Kota Makassar
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai
50
51
Tabel 6
Hemodinamik Tekanan Darah Sistol dan Diastol
diKelurahan Paccerakkang, Kota Makassar
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan 52
Tabel 7
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Merokok,
Konsumsi Kopi, dan Aktifitas Fisik dan Lama
Riwayat Hipertensi di Kelurahan Paccerakkang,
Kota Makassar
Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Perubahan 53
Tabel 8
Hemodinamik (Tekanan Darah Sistol dan Diastol)
di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar
Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Perubahan 54
Tabel 9
Hemodinamik (Nadi dan Pernapasan) di Kelurahan
Paccerakkang, Kota Makassar
Perbandingan Senam Jantung Sehat Terhadap Perubahan 55
emodinamik pada Hipertensi di Kelurahan
Paccerakkang, Kota Makassar
15. xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penjelasan penelitian
Lampiran 2 : Formulir persetujuan menjadi responden
Lampiran 3 : Kartu kontrol responden
Lampiran 4 : Buku panduan Senam Jantung Sehat
Lampiran 5 : Data karakteristik demografi
Lampiran 6 : Master tabel penelitian
Lampiran 7 : Hasil uji normalitas dan analisa data
Lampiran 8 : Rekomendasi Etik
16. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius di seluruh dunia.
Selain prevelensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang
akan datang, juga karena tingkat keganasannya berupa kecacatan permanen
dan kematian mendadak (Adib, 2009). Hipertensi menjadi penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu mencapai 6,7% dari populasi
kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes RI, 2012). Menurut World
Health Organization (2011), hampir 1 milyar orang di dunia menderita
hipertensi dan tiap tahunnya hampir 8 juta orang meninggal akibat hipertensi.
Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat.
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES 2003-2004) menunjukkan bahwa pravalensi hipertensi pada orang
dewasa dengan usia 18 tahun ke atas di Amerika adalah 29,6% atau 58-65
juta penduduk Amerika menderita hipertensi. Berdasarkan analisis
multivariate NHANES pada tahun 2003-2004, meningkatnya usia dan indeks
massa tubuh, ras kulit hitam non hispanik dan rendahnya pendidikan terkait
dengan hipertensi secara bermakna. Kemudian untuk di kawasan Asia hampir
1,5 juta orang setiap tahun meninggal akibat hipertensi. Hal ini menandakan
satu dari tiga orang menderita hipertensi (Kompas, 2013). Analisis hipertensi
terbatas pada usia 15-17 tahun. Data dari The Joint National Committee on
17. Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure sangat
2
(JNC VII 2003) didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3% (laki-laki 6,0%
dan perempuan 4,7%), pedesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum
obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 26,5% (25,8% + 0,7 %). Di Indonesia berdasarkan survey
RISKESDAS tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%), sedangkan di Sulawesi Selatan sebesar
(28,1%).
Hipertensi merupakan penyakit ketiga dari 10 jenis penyakit penyebab
utama kematian di Kota Makassar (Dinkes Makassar, 2014). Pada tahun yang
sama diperoleh data bahwa pada tahun 2010 jumlah kasus hipertensi
mencapai 13.802 kasus, tahun 2011 sebanyak 25.332 kasus dan pada tahun
2012 sebanyak 12.298 kasus. Pemerintah berharap kasus hipertensi ini bisa
menurun setiap tahunnya.
Hasil berbagai penelitian epidemiologi terbukti bahwa ada keterkaitan
antara gaya hidup kurang aktif dengan hipertensi. Oleh karena itu, WHO,
ACSM, The National Heart Foundation Joint National Committee on
18. pada kelompok intervensi sebelum senam rerata sistolik 141.33 mmHg,
3
menganjurkan untuk meningkatkan akivitas fisik sebagai intervensi pertama
dalam upaya pencegahan dan pengobatan hipertensi (Dalimartha, dkk, 2008).
Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi salah satunya
ialah senam aerobik dengan intensitas ringan sedang dalam hal ini senam
jantung sehat dengan cara berkelompok. Senam jantung sehat adalah senam
yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot
besar dan kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen sebanyak
mungkin ke dalam tubuh. Senam jantung sehat bertujuan merawat jantung
dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sehat, membuat kerja jantung
menjadi optimal, karena kedua organ tersebut bekerja saling berhubungan
(Sarvasty, 2012).
Keadaan hemodinamik sangat mempengaruhi fungsi penghantaran
oksigen dalam tubuh dan melibatkan fungsi jantung. Pada kondisi gangguan
hemodinamik, diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat sesuai
dengan kondisi penderita (Laksana, 2011). Aliran darah sistemik berefek pada
hemodinamik. Kontrol dari aliran darah selama olahraga sangat penting untuk
memastikan bahwa darah dan oksigen ditransportasikan ke jaringan-jaringan
yang membutuhkannya.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspa Ayu Priadi
terhadap lansia penderita hipertensi di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna
Jakarta Selatan yang berjumlah 30 responden yang dibagi menjadi 2 yaitu 15
kelompok intervensi dan 15 kelompok kontrol, didapatkan hasil penelitian
19. 4
diastolik 86 mmHg dan setelah melakukan senam jantung sehat selama 9 kali
dalam 3 minggu rerata sistolik 122 mmHg, diastolik 74.67 mmHg.
Data awal dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, didapatkan bahwa
jumlah penderita hipertensi terbanyak berada di wilayah kerja Puskesmas
Paccerakkang. Untuk jumlah kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Paccerakkang pada bulan Juli - Agustus 2017 sebanyak 36 kasus, dengan
persentasi terdiagnosa lama sebanyak 73% dan diagnosa baru 27%
(Puskesmas Paccerakkang, 2017). Menurut mereka yang mengalami
hipertensi, mereka jarang berolahraga.
Berdasarkan data-data tersebut, yang menjelaskan pentingnya suatu
aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan taraf
kesehatan seseorang, maka peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat
di Kelurahan Paccerakkang mengenai “Pengaruh Senam Jantung Sehat
Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Hipertensi Di Kelurahan
Paccerakkang, Kota Makassar.”
B. Rumusan Masalah
Senam jantung sehat sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan jasmani. Salah satu efek senam jantung sehat yaitu mampu
menurunkan tekanan darah jika dilakukan secara teratur dan sesuai dengan
SOP. Untuk itu, peneliti mengambil rumusan masalah dengan pertanyaan
penelitian apakah ada pengaruh senam jantung sehat terhadap perubahan
hemodinamik pada hipertensi di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar?
20. 5
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh senam jantung sehat terhadap perubahan
hemodinamik pada pasien hipertensi di Kelurahan Paccerakkang, Kota
Makassar.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya hemodinamik sebelum melakukan senam jantung
sehat.
2) Diketahuinya perubahan hemodinamik setelah melakukan senam
jantung sehat.
3) Diketahuinya perbedaan perubahan hemodinamik sebelum dan
setelah melakukan senam jantung sehat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan
masukan serta wawasan dibidang kesehatan dalam hal ini manfaat senam
jantung sehat terhadap perubahan hemodinamik pada penderita hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a). Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
untuk memperhatikan penderita hipertensi serta mendukung mendirikan
klub-klub senam jantung sehat di setiap puskesmas sehingga
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
21. 6
b). Bagi Institusi Pendidikan, Puskesmas, Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi
pendidikan, puskesmas, dan rumah sakit untuk meningkatkan program
penurunan penyakit tidak menular dalam hal ini hipertensi serta dapat
menambah pengetahuan dalam pengembangan ilmu dan asuhan
keperawatan
d). Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
informasi serta dijadikan sebagai salah satu referensi untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan hipertensi dan senam jantung
sehat.
22. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan naiknya tekanan darah sistolik maupun
diastolik secara intermitten atau terus-menerus yang muncul dalam dua
tipe utama yaitu hipertensi esensial yang disebut juga sebagai hipertensi
primer atau idiopatik dan hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat
diidentifikasi seperti disebabkan oleh penyakit ginjal (Williams & Wilkins,
2011). Hipertensi juga dapat diartikan sebagai tekanan darah persiten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah di pembuluh darah
meningkat secara kronis yang dapat terjadi karena jantung bekerja lebih
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Akibatnya hipertensi dapat memicu berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, seperti penyebab timbulnya penyakit jantung,
stroke dan ginjal. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering juga disebut
the silent killer (pembunuh diam-diam), sebab seseorang dapat mengidap
hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadari kerusakan organ vital
yang cukup berat bahkan dapat membawa kematian (Adib, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) hipertensi
didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg dengan dua kali pengukuran terpisah (Imelda & Kurniawan,
23. 8
2013). Definisi menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2014), hipertensi adalah hasil dari dua kali pengukuran tekanan darah
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
dimana tekanan darah sitolik maupun diastolik mengalami peningkatan
yakni tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg.
Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) tahun
2003 sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal, tinggi sampai hipertensi maligna.
Dari berbagai definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah meningkat yakni
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg.
2. Klasifikasi
Klasifikasi baru tekanan darah berdasarkan AHA (American Heart
Association) tahun 2017 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut AHA
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal tensi
Normal tinggi
Hipertensi tingkat 1 (ringan)
Hipertensi tingkat 2 (sedang)
Hipertensi tingkat 3 (berat)
< 120
120 – 129
130 – 139
≥ 140
≥ 180
< 80
< 80
80 – 89
≥ 90
≥ 120
24. 9
Berikut klasifikasi hipertensi menurut WHO yang akan disajikan
dalam tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut World Health
Organization (WHO)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
High normal 130-139 85-89
Grade I Hypertension (mild) 140-159 90-99
Grade II Hypertension (Moderate) 160-179 100-109
Grade III Hypertension (Severe) ≥180 ≥110
Isolated Systolic Hypertension ≥140 <90
3. Etiologi
Berdasarkan etiologi hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Kabo,
2010)
1) Hipertensi primer/hipertensi esensial adalah tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang
tidak diketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi
duduk, kemudian diambil reratanya pada 2 kali atau lebih kunjungan.
Sebanyak 95% penderita hipertensi termasuk golongan hipertensi
primer atau penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan, 2014).
25. korteks adrenal yang menyebabkan retensi natrium dalam dan air oleh
10
2) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial: meningkatnya tekanan
darah dengan penyebab yang spesifik seperti penyakit arterial, penyakit
ginjal, obat tertentu, tumor dan kehamilan (Baughman & Hackley,
2000).
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol vasokontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari vasomotor
ini, bermula dari syaraf simpatis yang berlanjut ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simptis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf pusat simpatis ke ganglia
simptis. Pada titik ini, ganglion melepas asetikolin, yang merangsang
serabut syaraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya non epineprin akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh
darah. Pada saat yang bersamaan dimana sistem syaraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi.
Kortek adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang dapat memperkuat
vasokontriksor pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, sehingga menyebabkan pelepasan renin. Selanjutnya renin
menyebabkan pelepasan angiotensin I yang diubah menjadi angiotensin II
suatu konstriktor yang kuat, kemudian merangsang sekresi aldosteron oleh
26. 11
tubulus ginjal yang mengakibatkan volume intravaskuler meningkat
sehingga dapat menyebabkan hipertensi (Tjokonegoro, 2004).
5. Tanda dan Gejala
Gejala hipertensi pada umumnya tidak spesifik. Pada hipertensi
primer yang belum mengalami komplikasi, pasien biasanya tidak
mengalami gejala dan hanya mengeluh sakit kepala serta tegangan di
belakang leher. Gejala apabila telah terjadi kerusakan organ target dan
gejala yang timbul biasanya sesuai dengan organ yang terganggu.
Sedangkan pada hipertensi sekunder pada umumnya keluhan mengarah ke
penyakit penyebabnya (Kabo, 2010).
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala lain baru muncul setelah terjadi komplikasi
pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan
seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer et
al, 2001).
6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)
seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau
aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium
27. 12
rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan
(Suhadak, 2010).
a. Usia
Usia berpengaruh pada resiko terkena penyakit kardiovaskuler,
dimana usia menyebabkan perubahan di dalam jantung dan pembuluh
darah. Tekanan darah meningkat sesuai dengan usia, karena arteri
secara perlahan kehilangan keelatisannya. Dengan meningkatnya usia
maka gejala arteriosklerosis semakin nampak dan ini menunjang
peningkatan tekanan perifer total dan dapat menyebabkan hipertensi.
Namun berdasarkan kelompok umur, grafik rata-rata kenaikan tekanan
darah mengikuti rata-rata kenaikan umur. Pada laki-laki, hipertensi pada
umur > 55 tahun dan perempuan pada umur > 65 tahun. Resiko wanita
meningkat setelah mengalami menopause. Disimpulkan bahwa
prevelensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
(Kurnia, 2007).
b. Jenis Kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin
perempuan dibanding jenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan pada
perempuan, tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Pada
masa menopause perempuan cenderung memiliki tekanan darah rendah
lebih rendah daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause,
wanita relatif terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon
estrogen sedangkan kadar estrogen menurun pada masa menopause.
28. cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi.
13
c. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan
hipertensi, antara lain minum-minuman beralkohol, kurang berolahraga,
dan merokok.
1) Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil di dalam
paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak,
nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau memiliki efek
cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan
kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh
darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan
ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya.
2) Kurangnya aktifitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan
darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik
29. 14
Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding
arteri sehingga meningkatkan tekanan perifer yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat.
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara
teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan
darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga
banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan
dengan peran obesitas pada hipertensi.
d. Konsumsi garam berlebihan
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Asupan garam kurang dari 3 gram/hari menyebabkan
prevelensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam antara
5-15 gram/hari menyebabkan prevelensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Garam mempunyai peranan dalam patogenesis hipertensi
melalui masukan natrium yang tinggi (Kurnia, 2007).
Selain faktor risiko yang dikemukakan di atas terdapat beberapa
faktor risiko hipertensi menurut Bustan (2007), seperti ras/suku dimana
orang kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dibandingkan orang kulit
30. 15
putih, pada daerah kota lebih banyak ditemukan terkena hipertensi
dibandingkan dengan orang desa, letak geografis dimana pada daerah
pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari pada daerah pegunungan,
kemudian tipe kepribadian orang juga mempengaruhi kejadian hipertensi,
banyak ditemukan hipertensi pada tipe kepribadian A.
7. Komplikasi
Menurut Gray et al (2003), derajat keparahan hipertensi dapat
mempengaruhi perubahan pada organ-organ utama seperti jantung, ginjal,
dan otak yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ tersebut.
Penjelasan mengenai bagaimana hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi pada organ-organ tersebut akan diuraikan pada penjelasan
dibawah ini.
a. Jantung
Pada jantung terjadinya hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan
peningkatan kekakuan dinding terhadap pengisian sistol dan diastol.
Penyakit jantung koroner sering terjadi pada hipertensi dan bersama
dengan disfungsi ventrikel kiri mungkin menyebabkan tingginya angka
kematian penyakit jantung. Risiko kejadian jantung (kematian, infark
miokard, gagal jantung, aritmia ventrikel) akan berkurang jika
hipertensi diturunkan.
b. Ginjal
Pada ginjal dapat terjadi kerusakan dan gagal ginjal pada penderita
hipertensi menahun, khususnya dengan kontrol yang tidak teratur. Pada
hipertensi hebat (hipertensi maligna), gagal ginjal akut sering terjadi
31. 16
dan merupakan penyebab utama kematian jika hipertensi tidak diterapi
dengan tepat.
c. Otak
Komplikasi pada otak yakni berupa stroke dan serangan iskemik
transien. Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah
otak yang dipengaruhi oleh salah satu faktor risiko yang dapat diubah
seperti hipertensi (Dinata, Safrita, & Sastri, 2013). Selama stroke,
tekanan darah dapat meningkat secara akut dan perlu kehati-hatian
untuk menurunkannya terlalu cepat atau mendadak. Resistensi vaskular
serebral akan meningkat karena efek hipertensi jangka panjang, juga
kemungkinan efek akut edema serebral, dan reduksi berlebihan tekanan
perfusi arteri serebral dapat meningkatkan iskemia serebral.
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi bertujuan
untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai
dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Pedoman
penatalaksanaan hipertensi dari British Hypertension Society
menganjurkan terapi obat antihipertensi pada orang dengan TD sistolik
>160 mmHg yang menetap atau TD diastolik >100 mmHg yang menetap.
a. Terapi Farmakologis
Dalam buku farmakologi untuk keperawatan (2001) terdapat
beberapa terapi farmakologi untuk penderita hipertensi yaitu :
32. 17
1) Diuretik
Terapi farmakologi yang bersifat diuretik ada 2 macam yaitu
diuretik thiazid, terapi dengan agens ini untuk hipertensi ringan
sampai sedang dan sering diberi bersama obat anti hipertensi lain.
Sedangkan diuretik non thiazid (natrilix) adalah obat anti hipertensi
oral, yang dipakai dengan dosis rendah (sampai 2,5 mg per hari)
dipakai untuk pengobatan hipertensi esensial. Obat ini mengurangi
sympathetic outflow dari system saraf autonom.
2) Obat penyekat beta
Obat penyekat beta non selektif memblok reseptor beta 1 dan
beta 2. Penyekat beta kardioselektif terutama memblok reseptor beta
1 dan tidak terlalu memblok reseptor beta 2 yang mengakibatkan
bronkodilatasi dalam paru.
3) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium banyak dipakai untuk angina pektoris, kini
juga untuk hipertensi. Mekanisme kerjanya adalah memblok
masuknya ion kalsium ke dalam sel, akibatnya terjadi dilatasi
koroner dan penurunan tahanan perifer dan koroner.
4) Inhibitor ACE
Inhibitor ACE (angiotensin converting enzyme) menghambat
system renin angiotensin aldosteron, sehingga tekanan darah turun.
Inhibitor ACE menghambat enzim untuk mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II (vasokonstriktor kuat).
(Tambayong, 2001)
33. 18
b. Terapi Nonfarmakologis
Menurut Muttaqin (2009) pendekatan nonfarmakologis yang dapat
mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)
Olahraga yang efektif dalam menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi adalah olahraga dinamis sedang. Olahraga
aerobik teratur seperti senam, jalan cepat, berenang dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi rata-rata 4,9/3,9
mmHg. Olahraga lari dan jogging termasuk olahraga ringan yang
lebih efektif menurunkan tekanan darah sistolik sekitar kira-kira 4-
8 mmHg. Olahraga yang memiliki efek stressor harus dihindari
seperti olahraga isometrik (Aziza, 2007).
2) Penurunan berat badan
Dengan mengurangi beban kerja jantung yang
mengakibatkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup
juga berkurang dapat mengurangi tekanan darah (Elizabeth, 2009)
3) Pembatasan Alkohol, Natrium, Tembakau (Muttaqin, 2009)
4) Relaksasi
Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi anti hipertensi (Muttaqin, 2009).
34. 19
B. Konsep Hemodinamik
Hemodinamika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah
dan daya yang berperan di dalamnya. Hemodinamika erat kaitannya
dengan mekanisme sirkulasi darah dalam tubuh (Saputro, 2013).
Hemodinamik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume,
jantung, dan pembuluh darah. Hemodinamik ini diatur oleh sistem saraf
simpatik dan parasimpatik (Katili, 2015).
Menurut Katili (2015) bahwa, komponen hemodinamik secara
umum terdiri atas tiga komponen utama yaitu :
1. Volume (darah dan cairan)
2. Pembuluh darah (arteri, vena, dan kapiler)
3. Jantung sebagai pompa
Hemodinamik dapat dipantau secara invasif dan noninvasif.
Pemantauan hemodinamik secara noninvasif terdiri dari beberapa
komponen antara lain tekanan darah, nadi, heart rate, pernapasan,
indikator perfusi perifer, produksi urin, saturasi oksigen, dan GCS (Katili,
2015).
Pada penelitian ini, hemodinamik yang dinilai yaitu antara lain :
1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh sistem
vaskular terhadap dinding pembuluh darah atau sistem sirkulasi. Tekanan
darah merujuk pada tekanan darah arteri. Dalam satu denyut jantung terdiri
dari gelombang kontraksi yang disebut sistol, yang diikuti oleh fase
relaksasi yang disebut diastol (James, Baker, & Swain, 2008). Nilai
35. 20
normal tekanan darah menurut American Heart Association (AHA) 2017
yaitu sistol < 120 mmHg dan diastole < 80 mmHg.
Adapun mekanisme yang terjadi pada sistol dan diastol yaitu:
a) Sistol
1) Sistol berlangsung selama 0,3 detik
2) Dirangsang oleh nodus sinoatrial, dinding atrium berkontraksi
memeras sisa darah dari atrium ke dalam ventrikel
3) Ventrikel melebar untuk menerima darah dari atrium dan kemudian
memulai berkontraksi
4) Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam atrium,
katup AV menutup. Chordae tandinea mencegah katup terdorong ke
dalam atrium
5) Ventrikel terus berkontraksi. Katup pulmonalis dan aorta membuka
akibat peningkatan tekanan ini
6) Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke dalam arteria
pulmonalis dan darah dari ventrikel kiri menyembur ke dalam aorta
7) Kontraksi otot kemudian berhenti dan dengan dimulainya relaksasi
otot, siklus baru di mulai
b) Diastol
1) Pada awalnya darah vena memasuki atrium kanan melalui vena kava
superior dan inferior
2) Darah yang teroksigenasi melewati atrium kiri melalui vena
pulmonalis
36. 21
3) Kedua katup antriol ventrikular (tricuspid dan mitralis) tertutup dan
darah dicegah untuk memasuki atrium ke dalam ventrikel
4) Katup pulmonalis dan aorta tertutup, mencegah kembalinya darah
dari arteri pulmonalis ke dalam ventrikel kanan dan dari aorta ke
dalam ventrikel kiri
5) Dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki atrium, tekanan
di dalamnya meningkat dan ketika tekanan di dalamnya lebih besar
dari ventrikel, katup AV terbuka dan darah mulai mengalir dari
atrium ke dalam ventrikel.
2. Nadi
Nadi atau biasa juga disebut denyut jantung adalah beberapa kali
jantung memompa atau berdenyut setiap menitnya. Dalam keadaan
istirahat nilai jantung normal berkisar dari 60-100x/menit. Nilai nadi setiap
orang berbeda-beda. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai nadi seperti
suhu udara, posisi tubuh, berat badan, dan penggunaan obat-obatan (AHA,
2015).
a) Mekanisme Timbulnya Denyut Nadi
Denyut nadi dapat dirasakan disebuah arteri yang terletak di dekat
dengan permukaan kulit disebabkan oleh perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan ini dikenal sebagai tekanan
nadi. Ketika tekanan darah 120/80 mmHg tekanan nadi adalah 40
mmHg (120 mmHg-80 mmHg). Frekuensi nadi menurun pada
istirahat dan blok jantung.
37. 22
b) Letak-letak Denyut Nadi
Adapun letak-letak denyut nadi yaitu : belakang lutut (peplitea),
kunci paha (femuralis), leher (arterikarotis), sisi atas bagian dalam
kaki (dorsalpedis), pelipis (temporalis), pergelangan tangan (radialis),
dan lengan atas (brakialis).
3. Frekuensi Pernapasan
Secara harfiah, pernapasan yaitu pergerakan oksigen (O2) dari
atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel ke
atmosfer. Secara fisiologi, pernapasan adalah proses dimana O2
dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan
ke udara ekspirasi, dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu ventilasi,
transportasi, dan respirasi sel (Price & Wilson, 2005). Pengaturan
pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di medulla
oblongata dan pons di batang otak, yang pada bagian bilateralnya terdapat
beberapa kelompok neuron (Guyton & Hall, 2007).
Pada daerah tersebut dibagi menjadi tiga kelompok neuron utama
yaitu kelompok pernapasan dorsal yang bertanggungjawab mengatur
inspirasi, kelompok pernapasan ventral yang bertanggungjawab mengatur
ekspirasi, dan pusat pneumotaksik yang bertanggungjawab mengatur
kecepatan dan kedalaman pernapasan (Guyton & Hall, 2007). Selain itu,
pengontrolan jalan napas juga diatur oleh saraf otonom, yaitu saraf
simpatis yang menyebabkan relaksasi otot bronkus, bronkodilatasi, dan
berkurangnya sekresi bronkus dan saraf parasimpatis yang menyebabkan
38. 23
bronkokontriksi dan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan sel-sel
goblet (Price & Wilson, 2005).
C. Konsep Senam Jantung Sehat
1. Definisi
Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan
sengaja dan berencana, disusun secara sistematik dengan tujuan
membentuk dan mengembangkan keseluruhan yang harmonis. Menurut
Agus Mahendra (2000) senam merupakan kegiatan fisik yang paling kaya
struktur geraknya. Jika dilihat dari taksonomi gerak umum, senam dapat
secara lengkap diwakili oleh gerak-gerak dasar yang membangun pola
gerak yang lengkap mulai pola gerak lokomotor, non lokomotor sampai ke
manipulatif.
Senam jantung sehat termasuk ke dalam olahraga aerobik dengan
intensitas sedang (Fakhruddin, 2013). Senam jantung sehat adalah
olahraga yang disusun dengan selalu mengutamakan kemampuan jantung,
gerakan otot besar dan kelenturan sendi, agar dapat memasukkan oksigen
sebanyak mungkin ke dalam tubuh. Senam jantung sehat bertujuan
merawat jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sehat,
membuat kerja jantung menjadi optimal, karena kedua organ tersebut
bekerja saling berhubungan (Sarvasty, 2012). Senam jantung sehat
menjadi salah satu olahraga atau aktivitas fisik yang dapat menurunkan
resiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
Senam jantung sehat terdapa 5 seri, yaitu terdiri dari seri I dimana
gerakannya menggunakan irama musik yang pelan dan tidak rumit, seri II
39. 24
gerakan yang dilakukan agak cepat namun masih sederhana, seri III
gerakan diiringi dengan musik yang lebih cepat dan gerakan mulai
bervariasi, seri IV dan V gerakan diiringi dengan musik yang semakin
cepat dan durasi dari gerakan lebih panjang. Pada usia lanjut dapat
menggunakan seri I, II, dan III. Sedangkan pada remaja bisa dilakukan seri
IV dan V (Lalarni, 2015).
Untuk mengetahui apakah seseorang dikatakan telah berhasil
mencapai program latihan, dapat dipakai beberapa tolak ukur/parameter,
antara lain : a) Program latihan tercapai; b) Berat dan tinggi badan
seimbang; c) Tekanan darah normal atau terkendali; d) denyut nadi
istirahat semakin bertambah lambat (relatif bradikardi); e) Faktor resiko
hilang atau terkendali; h) Tingkat kesegaran jasmaninya baik.
2. Sistematika Senam Jantung Sehat
Senam jantung sehat adalah olahraga aerobik yang disusun dengan
selalu mengutamakan kemampuan jantung, gerakan otot besar dan
kelenturan sendi, serta upaya memasukkan oksigen sebanyak mungkin
yang dilakukan secara mudah, murah, meriah, massal dan bermanfaat serta
aman (Anggriyana, 2010). Tujuan inti dari olahraga senam jantung sehat
adalah untuk menyehatkan jantung, memperbaiki denyut nadi,
menurunkan tekanan sistolik dan diastolik (Made Ayu, 2013). Pada
penelitian ini menggunakan senam jantung sehat seri v yang berdurasi 18
menit, 48 detik.
40. 25
Ada 5 prinsip dasar dalam melakukan senam jantung sehat, yaitu :
1) Latihan pemanasan/peregangan
2) Latihan inti
3) Latihan pendinginan/pemulihan/penenangan
4) Intensitas latihan
5) Durasi/lamanya latihan
1. Pemanasan
Pemanasan adalah persiapan emosional, psikologis dan fisik untuk
melakukan latihan (Mukholid, 2007). Gerakan ini dilakukan sebelum
memasuki gerakan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai
sistem tubuh sebelum memasuki latihan yang sebenarnya. Tujuan
latihan ini adalah menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung
mendekati intensitas latihan. Selain itu, pemanasan perlu untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga. Lama
pemanasan biasanya 5-10 menit (Tapan, 2005). Pada senam jantung
sehat seri v, lama pemanasan yaitu 6 menit, 57 detik.
Adapun gerakan pemanasan pada senam jatung sehat yaitu :
a) Sikap awal : sikap sempurna.
b) Tujuan : menaikkan denyut jantung secara perlahan untuk
persiapan melakukan olahraga senam jantung sehat dan
menghilangkan kehalaman pada otot dan sendi.
c) Menghitung denyut nadi : tangan kanan memegang pergelangan
tangan kiri, posisi di depan dada, setelah 6 detik, posisi kembali ke
sikap sempurna.
41. 26
2. Inti
Gerakan inti biasanya merupakan gerakan yang telah aktif dengan
mengikuti alur tertentu. Gerakan ini bertujuan untuk menguatkan otot-
otot tubuh seperti lengan, tungkai, perut, pinggul dan juga melatih
koordinasi gerak anggota tubuh. Gerakan ini dilakukan kurang lebih
antara 20-30 menit atau disesuaikan dengan tujuan dan latihan yang
dilakukan (Sumintarsih, 2006). Pada senam jantung sehat seri v, lama
gerakan inti (latihan) yaitu 10 menit, 21 detik.
Adapun gerakan inti pada senam jatung sehat yaitu :
a) Bersiap-siap menghitung denyut nadi
b) Gerakan : diawali dengan gerakan peralihan
c) Tujuan : untuk memacu denyut nadi dan menyesuaikan irama yang
lebih cepat
3. Pendinginan
Pelaksanaan gerakan ini merupakan penurunan gerakan secara
bertahap dari intensitas tinggi ke intensitas rendah (Mukholid, 2007).
Gerakan ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti
sebelum berlatih dan mengembalikan darah ke jantung untuk
reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah di otot kaki dan
tangan. Gerakan ini dilakukan kira-kira 5-10 menit (Sumintarsih, 2006).
Latihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5
kali/minggu dengan durasi latihan 20-30 menit setiap kali latihan
(Wilmore & Costill , 2004).
42. pada tekanan darah (Divine, 2006).
27
Menurut (Gian & The , 2002) mengatakan bahwa durasi latihan 15-
30 menit dinilai cukup apabila latihan dilakukan secara terus menerus
dan didahului 5-10 menit pemanasan dan diakhiri 5-10 menit
pendinginan. Pada senam jantung sehat seri v, lama pendinginan yaitu 2
menit, 10 detik.
3. Fisiologi Senam Jantung Sehat
Olahraga ini banyak tergantung pada energi yang diambil dari
konsumsi oksigen (aerobik). Sumber energi yang dibutuhkan pada waktu
berolahraga berasal dari glukosa dan asam lemak bebas. Kedua bahan
tersebut merupakan sumber utama, namun pemakaian glukosa pada tingkat
ini lebih cepat. Pada saat berolahraga energi berasal dari ATP otot, setelah
itu didapatkan dari cadangan glikogen otot, selanjutnya barulah digunakan
glukosa. Bila olahraga berlangsung terus maka energi diperoleh dari
glukosa yang didapat dari pemecahan simpanan glikogen hepar
(glikogenolisis). Bila olahraga berlangsung lebih dari 30 menit maka
sumber energi utama adalah asam bebas yang berasal dari lipolisis
jaringan adipose (Ilyas, 2009).
Olahraga ini akan menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah
meningkat untuk memenuhi permintaan oksigen sehingga seseorang akan
bernapas lebih cepat dan membiarkan oksigen melewati pembuluh darah
setiap menit. Kebutuhan oksigen ini akan dipenuhi oleh jantung dengan
meningkatkan aliran darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah
dengan melebarkan diameternya (vasodilatasi) sehingga akan berdampak
43. kelelahan dan membahayakan. Sebaliknya jika latihan di bawah 70%,
28
4. Porsi Latihan
a. Frekwensi
Frekwensi yang dimaksud di sini ialah berapa kali seminggu
olahraga ini dilakukan agar memberi efek latihan. Melakukan latihan
minimal 3 kali seminggu pada hari yang bergantian artinya selang
sehari. Ini dikarenakan bahwa tubuh memerlukan pemulihan selesai
berolahraga sehingga otot dan persendian diberi kesempatan untuk
memulihkan diri. Dalam salah satu pengamatan yang dilakukan, Cooper
dikutip dalam Arif (2007) pernah menganjurkan untuk melakukan
olahraga setiap hari, namun akhirnya ia berkesimpulan bahwa olahraga
3 kali seminggu sudah cukup. Olahraga yang dilakukan melebihi 5 kali
seminggu akan menimbulkan berbagai komplikasi baik secara
psikologis maupun fisiologi.
b. Intensitas
Intensitas mengandung arti berat badan latihan yang diberikan tidak
mengakibatkan efek yang membahayakan. Reaksi denyut jantung yang
timbul dapat dipakai sebagai cerminan dari reaksi pembebanan. Beban
yang diterima oleh jantung berkisar antara 60-80% dari kekuatan
maksimal jantung. Beban seberat ini dijabarkan dengan denyut jantung
antara 70-85% dari denyut jantung maksimal. Dengan demikian senam
jantung sehat sudah cukup memperbaiki atau meningkatkan
kemampuan jantung bila diberi beban seperti diuraikan di atas. Bila
senam dilakukan sampai denyut jantung maksimal akan menyebabkan
44. adaptasi. Dengan demikian apabila melakukan senam jantung sehat secara
29
maka efek latihan sangat sedikit atau kurang bermanfaat bagi jantung
khususnya bagi orang sehat (Kusman dikutip dalam Arif, 2007).
c. Tempo
Menurut Kusman dikutip dalam Arif, (2007) yang dimaksud
dengan tempo latihan adalah waktu atau lamanya latihan yang diberikan
agar memberi manfaat. Penelitian menunjukkan lama latihan antara 20-
30 menit sudah cukup memberikan kenaikan kemampuan sebanyak
35% bila dilakukan 3 kali dalam seminggu dalam jangka waktu satu
setengan bulan. Bila latihan senam selama 6 bulan akan menghasilkan
peningkatan kemampuan sampai optimal. Makin lama seseorang
berlatih pada dosis latihan yang dianjurkan berarti makin tahan
jantungnya, semakin banyak darah yang dialirkan, dan semakin banyak
oksigen yang dipakai keseluruh tubuh. Senam yang dilakukan selama
30 menit akan memberikan efek bagi tubuh kita yaitu meningkatkan
aliran darah dan memecahkan metabolisme lemak dan kolestrol.
5. Pengaruh dan Manfaat Senam Jantung Sehat
Senam jantung sehat yang dilakukan dengan benar dapat memberi
manfaat bagi kebugaran jasmani. Kebugaran sering dikaitkan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa rasa
lelah yang berarti dan masih mempunyai cadangan energi untuk keperluan
mendadak. Kebugaran merupakan pendukung utama penampilan dan
prestasi, ditopang oleh kerja sama sistem tubuh. Pengaruh seketika disebut
respon dan pengaruh jangka panjang akibat latihan teratur disebut
45. senam dengan intensitas sedang, dan lama waktu 20-60 menit serta
30
kontinu/terus-menerus, akan memberi dampak terhadap : respon dan
adaptasi pada jantung, sistem pernapasan, sistem energi, dan respon
adaptasi khusus (Farida Mulyaningsih, 2006).
D. Hubungan Senam Jantung Sehat Terhadap Perubahan Hemodinamik
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan
bahwa dengan latihan olahraga secara teratur dapat meningkatkan fungsi
tubuh terutama fungsi jantung. Jantung merupakan salah satu organ vital
tubuh sudah seharusnya dijaga kesehatannya. Kerusakan pada jantung
mempengaruhi semua sistem tubuh. Sebagai contoh penyakit hipertensi,
jika tidak tertangani secara baik akan berakibat fatal salah satunya dapat
menyebabkan penyakit stroke yang dapat berakhir dengan kematian. Salah
satu cara untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga yang
teratur. Olahraga ringan yang mudah dilakukan adalah senam. Senam
memiliki banyak manfaat diantaranya adalah melancarkan peredaran darah
dan meningkatkan jumlah volume darah sehingga dengan melakukan
senam secara teratur dapat meminimalkan terjadinya penyakit jantung
terutama hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rismayanthi tahun
2009 menyatakana bahwa senam dapat menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik. Senam menimbulkan efek beta blocker yang dapat
menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi penurunan
aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk
penurunan tekanan darah. Hasil penelitian Rismayanthi jika melakukan
46. sehat menimbulkan efek seperti: beta blocker yang dapat menenangkan
31
dilakukan 3 kali seminggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik pada
penderita hipertensi sebesar 3,346% dan menurunkan tekanan darah
diastolik sebesar 4,273%.
Senam jantung sehat juga dapat merilekskan pembuluh-pembuluh
darah, penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat aktivitas
memompa jantung berkurang. Otot jantung pada orang yang rutin
berolahraga sangat kuat, maka otot jantung dari individu yang rajin
berolahraga berkontraksi lebih sedikit dari pada otot jantung orang yang
jarang berolahraga untuk memompakan volume darah yang sama. Karena
latihan aktivitas fisik senam jantung sehat dapat menyebabkan penurunan
denyut jantung maka akan menurunkan cardiac output, yang pada
akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Peningkatan efisiensi
kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan
penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan
diastolik (Harber, 2009)
Senam jantung sehat dapat melemaskan pembuluh-pembuluh
darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya
pipa air akan menurunkan tekanan air. Latihan senam senam jantung sehat
juga dapat menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon, dan produksi
hormon-hormon tertentu menurun. Bagi penderita hipertensi, senam
jantung sehat cukup aman karena telah dirancang khusus untuk setiap usia
juga dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang yang
mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan. Olahraga senam jantung
47. 32
sistem saraf simpatik dan melambatkan denyut jantung. Senam jantung
sehat yang dilakukan akan mengurangi kadar hormon norepinefrin
(noradrenalin) dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang
dapat menaikkan tekanan darah (Nanny Selamiharja:
http://www.indomedia.com).
Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah
jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan volume/aliran darah. Rata-
rata tekanan darah arteri ditentukan oleh curah jantung dan resistensi
perifer total. Penurunan tekanan arteri setelah latihan harus dimediasi oleh
penurunan satu atau kedua variabel tersebut. Penurunan resistensi perifer
total tampaknya menjadi mekanisme utama yang menjadikan penurunan
tekanan darah setelah olahraga. Penurunan perifer dapat dijelaskan dari
mekanisme :
1. Adaptasi Neurohormonal
a) Sistem saraf simpatik
Aktivitas sistem saraf simpatik yang meningkat adalah ciri
penting dari hipertensi. Aktivitas saraf simpatik dan adanya
pelepasan norepinefrin (NE) memediasi vasokontriksi dan
meningkatkan resistensi vaskuler. Penurunan aliran saraf simpatis
pusat atau sirkulasi norepinefrin (NE) menipiskan vasokontriksi dan
menyebabkan penurunan tekanan darah. Meskipun bukti yang
terbatas untuk mendukung pengurangan eferen aktivitas saraf
simpatis setelah latihan/olahraga, pengurangan norepinefrin (NE)
plasma telah dibuktikan setelah latihan/olahraga. Penelitian yang
48. 33
dilakukan oleh meredith et al. Menemukan bahwa penurunan NE
plasma setelah latihan berhubungan dengan penurunan spillover
yang menunjukkan penurunan aktivitas sistem saraf simpatik.
Berkurangnya NE pada sinapsis akan menjadi salah satu mekanisme
yang memfasilitasi pengurangan resistensi pembuluh darah
(Pascestello, 2010).
b) Sistem Renin-Angiotensin
Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat dan pengatur volume
darah, penurunan renin danangiotensin II dengan latihan
kemungkinan akan menjadi faktor penurunan tekanan darah
(Pascestello, 2010).
c) Respon Vaskular
Adaptasi vaskular yang akan memberikan kontribusi untuk
menurunkan tekanan darah setelah latihan. Latihan mengubah respon
vaskular dua vaskonstiktor kuat, NE dan Endotelin-1. Endotelin 1
mendorong pengeluaran NO (nitrat oxide) dan mempertahankan
keseimbangan antara efek vasodilatasi dari NO dan efek
vasokonstriktor dari endotelin 1 itu sendiri. Endotel sangat
bergantung pada vasodilatasi yang berkaitan erat produksi oksida
nitrat. Endotel memproduksi NO, yaitu faktor vasorelaksan ampuh
yang memberikan kontribusi dalam pembuluh darah. NO dibentuk
oleh sintesis enzim NO (NOS) yang terbentuk dari asam amino L-
Arginin. NO berdifusi ke sel-sel otot polos pembuluh darah,
mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasilkan vasorelaksasi
49. 34
(Mancia, 2014). Olahraga diduga dapat mengubah vasokonstriktor
menjadi vasodilator (mengurangi vasokonstriksi dan tekanan pada
pembuluh darah). Latihan olahraga juga terbukti meningkatkan
produksi oksida nitrat dan meningkatkan fungsi vasodilatasi yang
akan mengurangi resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah
(Pascestello, 2010).
Menurut Lee et al (2002) yang dimuat dalam The Physician
and Sportmedicine, olahraga dapat menurunkan resiko penyakit
jantung koroner melalui mekanisme : penurunan denyut jantung
dan tekanan darah, penurunan tonus simpatik, meningkatkan
diameter arteri koroner dan sistem koleteralisasi pembuluh darah,
meningkatkan HDL dan menurunkan LDL darah (Suharjo &
Cahyono, 2008).
50. 35
Usia
Jenis kelamin
Merokok
Kurangnya aktivitas fisik
Konsumsi garam
berlebihan
Hemodinamik
Senam Jantung Sehat
Seri V
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan
pustaka, maka konsep penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu
hemodinamik pada hipetensi (tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan).
Sedangkan variabel independennya yaitu senam jantung sehat seri V.
Variabel Independent Variabel Dependent
Variabel Moderat
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Bagan 1. Kerangka Konsep
51. 36
B. Hipotesis
Ho : Tidak ada perubahan hemodinamik sebelum dan sesudah dilakukan
senam jantung sehat.
Ha : Ada perubahan hemodinamik sebelum dan sesudah dilakukan
senam jantung sehat.
52. 37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi
Eksperimen yang merupakan pengembangan dari True Experimental Design.
Metode Quasi Experimen mempunyai ciri utama yaitu tidak dilakukannya
penugasan secara random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang
sudah ada.
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Time Series
Design yaitu tidak menggunakan kelompok kontrol tetapi hanya
menggunakan satu kelompok saja namun pengukuran dilakukan secara
berulang pada individu yang sama. Sebelum diberikan perlakuan berupa
senam jantung sehat seri v, kelompok diberikan pretest (mengukur TD, nadi,
dan pernapasan) sampai tiga kali dengan maksud untuk mengetahui
kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuakuan.
Bila hasil pretest selama tiga kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti
kelompok tersebut kedaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten.
Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka
baru diberi treatment/perlakuan.
Berikut merupakan tabel desain penelitian time series design.
Tabel 3
Desain penelitian Time Series
Pretest Treatment Posttest
H1
H2
H3
SJS1
SJS2
SJS3
H4
H5
H6
53. 38
Keterangan :
H1 H2 H3 : Nilai hemodinamik (TD, Nadi, Pernapasan)
pretest sebelum perlakuan
SJS1 SJS2 SJS3 : Memberikan perlakuan senam jantung sehat
H4 H5 H6 : Nilai hemodinamik (TD, Nadi, Pernapasan)
posttest setelah diberikan perlakuan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar.
Tempat penelitian dipilih berdasarkan data yang peneliti dapatkan bahwa
jumlah penderita hipertensi terbanyak di Kota Makassar berada di wilayah
kerja Puskesmas Paccerakkang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi sebagai objek penelitian merupakan hal yang penting
untuk ditentukan dalam penelitian. Menurut Fathoni (2006:103) populasi
adalah “keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga
melalui statistika hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel
penelitian”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua
masyarakat di Kelurahan Paccerakkang yang telah terdiagnosa mengalami
hipertensi yaitu berjumlah 35 orang yang diperoleh berdasarkan data
pengukuran tekanan darah oleh petugas Puskesmas Paccerakkang.
2. Sampel
54. 39
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005). Jenis sampel pada
penelitian ini adalah non probability dengan teknik purposive sampling.
Sampling purposive yaitu penentuan sampel berdasarkan pada
pertimbangan subjektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan
informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian dan
memenuhi kriteria penelitian.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Yang dimaksud dengan kriteria inklusi adalah batasan ciri atau
karakter umum pada subjek penelitian (Saryono & Anggraeni, 2013).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Bersedia mengikuti latihan senam jantung sehat selama 3x/minggu
selama 3 minggu.
2. Tidak memiliki gangguan/cedera (luka atau fraktur) pada ekstremitas
b. Kriteria Eksklusi
Yang dimaksud dengan kriteria eksklusi merupakan ciri atau
karakter umum subjek penelitian yang harus dikeluarkan dari penelitian
karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
sehingga dapat menyebabkan bias penelitian (Saryono & Anggraeni,
2013). Pada penelitian ini yang termasuk kriteria eksklusi yaitu:
1. Tidak hadir pada saat program latihan
2. Memiliki riwayat penyakit stroke, gagal ginjal, gagal jantung dan
sindrome koroner akut
55. 40
c. Besar Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 35 responden dengan
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Adapun rumus yang digunakan peneliti dalam menghitung besar
sampel penelitian adalah rumus Slovin :
� =
�
1+��2
Keterangan:
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
e = taraf signifikansi
Dengan menggunakan rumus di atas, maka perhitungan sampel
adalah:
�
�=
1+��2
35
� =
1 + 35(0,05)2
� =
35
1+0,0875
� =
35
1,0875
� = 32,1 (dibulatkan menjadi 32 orang)
56. 41
Penyajian hasil dan kesimpulan penelitian
Penyusunan dan pengajuan proposal
Persetujuan judul
Observasi tempat penelitian dan populasi
Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Program Studi
Mengajukan surat permohonan kegiatan senam jantung sehat ke Kepala
Desa/Kelurahan
Menentukan sampel dari semua populasi sesuai dengan kriteria inklusi
Mengumpulkan responden dengan teknik purposive sampling
Persetujuan Informed Consent
Memeriksa hemodinamik (pre test) sebelum senam jantung sehat esesehat
Intervensi senam jantung sehat 3 kali seminggu setiap hari selasa, kamis,
dan sabtu selama 3 minggu sesuai buku panduan senam jantung sehat
Memeriksa perubahan hemodinamik (pos test) setelah senam jantung
sehat dengan jeda waktu
Mencatat hasil pengukuran hemodinamik di kartu kontrol
Pengumpulan dan pengolahan data responden
Analisis data menggunakan program SPSS
D. Alur Penelitian
Bagan 2. Alur Kerja Penelitian
57. 42
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Menurut Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa variabel
penelitian merupakan suatu ukuran, ciri, atau sifat yang dimiliki oleh suatu
kelompok yang berbeda dengan kelompok lain seperti pekerjaan,
pengetahuan, dan sebagainya.
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah senam jantung sehat
seri v.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hemodinamik.
2. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
a. Senam jantung sehat dalam penelitian ini adalah senam jantung sehat
seri 5. Kegiatan senam jantung sehat terdiri dari 3 tahap yaitu latihan
pemanasan, latihan inti dan latihan pendinginan. Latihan ini dilakukan
selama 3 kali seminggu selama 3 minggu dengan frekwensi, intensitas
dan durasi latihan 18.48 menit dilakukan pada hari selasa, kamis dan
sabtu dengan berpedoman pada buku panduan senam jantung sehat seri
5 terlampir.
58. 43
b. Hemodinamik
1) Tekanan Darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh sistem
vaskular terhadap dinding pembuluh darah atau sistem sirkulasi.
Tekanan darah yang diukur dalam penelitian ini adalah tekanan
darah sistol yaitu bunyi pertama pada saat mengukur tekanan darah
yang diukur sebelum dan sesudah melakukan senam jantung sehat
dan tekanan darah diastol yaitu bunyi kedua pada saat mengukur
tekanan darah yang diukur sebelum dan sesudah melakukan senam
jantung sehat. Pengukuran tekanan darah ini menggunakan
spygmomanometer digital dan dicatat pada kartu kontrol setiap
responden.
2) Nadi atau biasa juga disebut denyut jantung adalah beberapa kali
jantung memompa atau berdenyut setiap menitnya. Dalam keadaan
istirahat nilai jantung normal berkisar dari 60-100x/menit. Pada
penelitian ini, jumlah pengukuran nadi dilakukan sebanyak 3x yaitu
sebelum melakukan senam (denyut nadi istirahat), saat melakukan
senam (denyut nadi latihan) dan setelah melakukan senam. Adapun
alat yang digunakan peneliti untuk mengukur nadi yaitu jam tangan
dengan jarum detik.
3) Pernapasan yaitu pergerakan O2 dari atmosfer menuju ke sel dan
keluarnya CO2 dari sel ke atmosfer. Pada pene2itian ini, jumlah
pengukuran frekuensi napas dilakukan sebanyak 2x yaitu sebelum
dan setelah melakukan senam jantung sehat.
59. panduan senam jantung sehat, dan kartu kontrol).
44
F. Istrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Instrumen atau alat-
alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Spigmomanometer digital yaitu alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah responden. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan
termometer digital.
2. Jam tangan jarum detik yaitu alat yang digunakan untuk menghitung
nadi dan frekuensi pernapasan responden.
3. Buku panduan Senam Jantung Sehat yaitu alat yang digunakan sebagai
acuan dalam melakukan gerakan senam jantung sehat.
4. Laptop, LCD dan Speaker yaitu media yang digunakan untuk melihat
gerakan dan mendengarkan bunyi/irama senam jantung sehat.
5. Kartu kontrol yaitu alat yang digunakan untuk mencatat karakteristik
responden (data demografi) dan hasil pengukuran perubahan hemodinamik
pre dan post selama pemberian senam jantung sehat.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan pengumpulan data menggunakan
lembar isian karakteristik demografi responden dan hasil yang bisa dilihat
dari kartu kontrol responden. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
dan dibantu oleh tiga orang asisten untuk mencatat hasil pengukuran
hemodinamik sebelum dan setelah diberikan perlakuan pada kartu kontrol
responden. Pengumpulan status hemodinamik menggunakan instrumen
penelitian (spygmomanometer digital, jam tangan jarum detik, buku
60. uji statistik dengan cara komputerisasi. Analisa data tersebut antara lain :
45
Data yang terkumpul kemudian diolah, menurut Natoadmodjo (2012)
pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing
Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan pemeriksaan
kelengkapan data dan kesinambungan data. Peneliti memeriksa data
untuk nilai tekanan darah sistolik dan diastolik, nadi, dan frekuensi
pernapasan setiap responden sebelum dan setelah diberikan perlakuan
senam jantung sehat.
b. Coding
Data yang berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk
angka/bilangan. Setiap data diberikan kode 1 hingga 3 sesuai dengan
definisi operasional untuk memudahkan pengelolaan data dan entry
data pada komputer.
c. Entry Data
Entry data dilakukan dengan cara memasukkan data ke program
SPSS 20 di komputer sehingga dapat dianalisis. Data yang dimasukkan
berupa nomor responden, umur, jenis kelamin, tekanan darah sistol dan
diastol, nadi, dan frekuensi pernapasan.
d. Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah diproses apakah ada
kesalahan, ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi.
2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakuakan dengan menggunakan
61. 46
a. Analisis Univariate
Analisis univariate merupakan analisis yang dilakukan untuk
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Setiap kategori
jawaban pada variabel dependent dan independent disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan dilakukan analisis (Notoatmodjo,
2012). Variabel-variabel yang akan dianalisis dengan analisa univariat
ini adalah umur, jenis kelamin, lama riwayat hipertensi, tingkat
pendidikan, merokok, dan aktivitas fisik.
b. Analisis Bivariate
Analisis data berdistribusi normal dengan menggunakan uji paired
t-test. Uji paired t-test digunakan pada sampel berpasangan yaitu
membandingkan hasil pre test dan post test pada kelompok intervensi
yang berbeda. Selain uji paired t-test, juga akan digunakan uji Analysis
of Variance (ANOVA). Uji ANOVA ini digunakan untuk menganalisis
perbedaan rata-rata (nilai tengah) hasil post test yang dilakukan dalam
penelitian ini. Kelebihan uji ANOVA ialah dapat menguji perbedaan
lebih dari 2 kelompok. Alternatif lain yang digunakan peneliti jika hasil
uji normalitas one way anova tidak berdistribusi normal, maka peneliti
menggunakan uji kruskal-wallis.
Hasil akhir dari analisis ANOVA adalah nilai F test atau F hitung.
Nilai F hitung ini yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai pada
tabel f. Jika nilai f hitung lebih dari f tabel, maka dapat disimpulkan
bahwa menerima H1 dan menolak H0 atau yang berarti ada perbedaan
bermakna rerata pada semua kelompok.
62. 47
H. Masalah Etik
Semua penelitian yang erat kaitannya dengan manusia sebagai obyek harus
mempertimbangkan masalah etik. Penelitian ini mengacu pada Komisi
Nasional Etik Penelitian Kesehatan (KNEPK, 2011), antara lain:
1. Respect for person (menghormati harkat dan martabat manusia)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian,
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Tindakan yang terkait dengan
prinsip menghormati harkat dan martabat manusia yaitu peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang
didalamnya mencakup maksud dan tujuan dan manfaat penelitian
pengaruh senam jantung sehat terhadap perubahan hemodinamik. Jika
calon responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut. Selain itu, peneliti juga akan
menjaga kerahasiaan dan atau informasi yang didapatkan dengan memberi
huruf inisial sebagai pengganti nama responden dan dokumentasi
penelitian tidak menampilkan wajah atau identitas responden.
2. Beneficiency (manfaat)
Penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan
hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan
dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficience). Peneliti
meminimalisasikan dampak yang merugikan bagi subyek
(nonmaleficience). Apabila senam jantung sehat yang diberikan peneliti
63. 48
berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan, maka subyek
dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera,
kesakitan, stres, maupun kematian subyek.
3. Justice (keadilan)
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor
ketetapan, keseksamaan, kecermatan, psikologi subyek penelitian.
Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan
yaitu kejelasan prosedur penelitian.
64. 49
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 2 Januari sampai dengan 26
Januai 2018. Pelaksanaannya bertempat di Kelurahan Paccerakkang, Kota
Makassar. Seluruh responden termasuk dalam kriteria inklusi yang didapat
dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 32
orang. Untuk jumlah responden tersebut, hanya 20 orang yang bersedia untuk
dilakukan intervensi (senam jantung sehat). Namun yang datang selama 3
minggu atau 9 kali pertemuan sebanyak 9 responden. Sebelum penelitian
dimulai, peneliti meminta izin kepada responden dengan mengajukan lembar
persetujuan responden yang disertakan bersama dengan penjelasan penelitian
dan lembar data karakteristik responden untuk ditandatangani.
Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
memeriksa tekanan darah, fekuensi napas dan nadi sebelum diberikan
intervensi guna mendapatkan data pre test. Pemeriksaan tersebut dilakukan
oleh peneliti dan dibantu oleh rekan peneliti sebanyak 3-4 orang. Setelah
tekanan darah, frekuensi napas dan nadi diukur, kemudian peneliti
mengarahkan para responden mengambil tempat dan merapikan barisan untuk
siap-siap melakukan senam jantung sehat. Setelah melakukan senam jantung
sehat selama kurang lebih 18.48 menit, responden kemudian istirahat kurang
lebih 1 menit lalu kemudian diukur kembali tekanan darah, frekuensi napas
dan nadi untuk mendapatkan data post test.
65. 50
Peneliti melakukan pengolahan dan analisa data dengan menggunakan
aplikasi statistik untuk mendistribusikan data-data karakteristik responden
dalam penelitian ini dan data-data hasil pemeriksaan perubahan hemodinamik.
Pengumpulan data dilanjutkan dengan pengolahan data untuk
memperoleh hasil penelitian. Penelitian menyajikan analisis data univariat
untuk karakteristik responden dan tiap variabel penelitian dalam bentuk
distribusi frekuensi dan analisis bivariat dilakukan dengan uji one way anova
jika berdistribusi normal, dan menggunaka uji kruskal wallis jika data
berdistribusi tidak normal. Selain itu peneliti juga menggunakan uji paired t
test untuk membandingkan hasil pre test dan post test terakhir pada kelompok
intervensi yang melakukan senam jantung sehat.
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Demografi
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia dan Lama Riwayat Hipertensi
di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar (n=9)
Karakteristik
Intervensi(n=9)
Mean±SD Min-maks
Usia (tahun) 59.00±10.78 42-73
Lama riwayat hipertensi(tahun) 4.00±2.50 1-7
Sumber : Data Primer (2018)
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 59
tahun dengan usia minimal 42 tahun dan maksimal 73 tahun. Lama
menderita hipertensi rata-rata 4 tahun.
66. 51
b. Hemodinamik
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Nilai Hemodinamik Tekanan Darah
Sistol dan Diastol di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar
Perlakuan
Hemodinamik Kategori
Pre
test
f %
Post
1
f %
Post
2
f %
Post
3
f %
Post
4
f %
Post
5
f %
Post
6
f %
Post
7
f %
Post
8
f %
Post
9
f %
Normal 0 0.0% 1 11% 1 11% 1 11% 2 22% 0 0.0 % 2 22% 2 22% 5 55% 2 22%
Ht tingkat 1 4 44% 3 33% 2 22% 3 33% 6 66% 5 55% 3 33% 5 55% 2 22% 4 44%
TD Sistolik Ht tingkat 2 5 55% 5 55% 6 66% 5 55% 1 11% 444% 4 44% 2 22% 2 22% 3 33%
Normal 1 11% 1 11% 1 11% 2 22% 4 44% 0 0.0% 1 11% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.0%
TD Diastolik
Ht tingkat 1
Ht tingkat 2
2 22%
6 66%
3 33%
5 55%
2 22%
6 66%
4 44%
3 33%
2 22%
3 33%
7 77%
2 22%
6 66%
2 22%
7 77%
2 22%
7 77%
2 22%
7 77%
2 22%
Total 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel 5 menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik pada kelompok
perlakuan sebelum (pre test) diberikan intervensi tidak ada yang normal
(0.0%), yang mengalami hipertensi tingkat 1 sebanyak 4 orang (44.4%)
dan yang mengalami hipertensi tingkat 2 sebanyak 5 orang (55.5).
Sedangkan untuk tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan
sebelum (pre test) diberikan intervensi ada 1 orang (1.11) yang normal
Sedangkan yang mengalami hipertensi tingkat 1 sebanyak 2 orang
(22.2%) dan hipertensi tingkat 2 sebanyak 6 orang (6.66%).
67. 52
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan,
Pekerjaan, Merokok, Konsumsi Kopi dan Aktivitas Fisik di Kelurahan
Paccerakkang, Kota Makassar (n=9)
Karakteristik
Intervensi
(n=9)
N %
Jenis Kelamin
Perempuan 9 100.0
Laki-laki 0 0
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 2 22.2
SD 5 55.6
SMP 1 11.1
SMA 1 11.1
Pekerjaan
Bekerja 1 11.1
Tidak Bekerja 8 88.9
Riwayat Merokok
Ya 0 0
Tidak 9 100.0
Konsumsi Kopi
Ya 4 44.4
Tidak Pernah 5 55.6
Aktivitas Fisik
Jalan Santai 9 100.0
Tidak Pernah 0 0
Sumber : Data Primer (2018)
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi seluruh
responden berjenis kelamin perempuan 9 orang (100%). Pada kriteria
tingkat pendidikan, mayoritas responden hanya sampai pada tingkatan
Sekolah Dasar yaitu 5 orang (55.6%). Sebagian besar responden tidak
memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 8 orang (88.9%).
Responden secara keseluruhan tidak merokok sebanyak 9 orang
(100%) serta tidak mengkonsumsi kopi yaitu sebanyak 5 orang (55.6%).
Seluruh responden pernah melakukan aktivitas fisik seperti jalan santai
sebanyak 9 orang (100%).
68. 53
c. Analisa Bivariat One Way Anova
Pengaruh senam jantung sehat terhadap perubahan hemodinamik
pada penderita hipertensi menggunakan uji normalitas shapiro-wilk dan uji
statistik one way anova dan kruska-wallis. Setelah dilakukan uji normalitas
data dengan menggunakan shapiro-wilk didapatkan data yang berdistribusi
normal adalah tekanan darah diastolik dan nadi, sehingga menggunakan uji
statistik one way anova dan data yang tidak berdistribusi normal adalah
tekanan darah sistolik dan pernapasan, sehingga menggunakan uji statistik
kruska-wallis.
Tabel 7
Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Perubahan Hemodinamik (TD Sistolik dan
Diastolik) di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar (n=9)
Hemodinamik Mean SD 95%CI P
TD Sistolik
Pre Test 140.78 10.365 132.81 – 148.75
Post 1 143.78 15.587 131.80 – 155.76
Post 2 141.00 13.757 130.43 – 151.57
Post 3 139.67 10.559 131.55 – 147.78
Post 4 136.33 9.772 128.82 – 143.85 0.464*
Post 5 139.33 10.075 131.59 – 147.08
Post 6 137.78 11.606 128.86 – 146.70
Post 7 134.56 11.092 126.03 – 143.08
Post 8 133.22 10.895 124.85 – 141.60
Post 9 135.67 10.149 127.87 – 143.47
TD Diastolik
Pre Test 88.44 8.472 81.93 – 94.96
Post 1 88.78 6.960 83.43 – 94.13
Post 2 90.00 8.846 83.20 – 96.80
Post 3 87.11 6.660 81.99 – 92.23
Post 4 84.22 6.852 78.96 – 89.49 0.750 **
Post 5 85.67 5.431 81.49 – 89.84
Post 6 86.44 4.667 82.86 – 90.03
Post 7 87.78 5.263 83.73 – 91.82
Post 8 87.44 4.126 84.27 – 90.62
Post 9 85.56 4.978 81.73 – 89.38
*Uji One Way Anova **Uji Kruska-Wallis
69. 54
Tabel 8
Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Perubahan Hemodinamik
(Nadi dan Pernapasan) di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar (n=9)
Hemodinamik Mean SD 95%CI P
Nadi
Pre Test 73.33 15.969 61.06 – 85.61
Post 1 95.67 8.916 88.81 – 102.52
Post 2 87.67 10.548 79.56 – 95.77
Post 3 94.78 15.474 82.88 – 106.67
Post 4 91.00 9.526 83.68 – 98.32 0.002*
Post 5 90.67 8.573 84.08 – 97.26
Post 6 87.22 9.997 79.54 – 94.91
Post 7 87.56 8.502 81.02 – 94.09
Post 8 86.78 5.403 82.62 – 90.93
Post 9 91.56 6.064 86.89 – 96.22
Pernapasan
Pre Test 26.00 6.164 21.26 – 30.74
Post 1 26.56 4.216 22.31 – 28.80
Post 2 24.11 4.256 20.84 – 27.38
Post 3 22.67 4.000 19.59 – 25.74
Post 4 27.56 4.667 23.97 – 31.14
Post 5 23.56 3.127 21.15 – 25.96
Post 6 25.33 4.000 22.26 – 28.41 0.144**
Post 7 23.56 3.712 20.70 – 26.41
Post 8 21.78 2.108 20.16 – 23.40
Post 9 26.00 4.243 22.74 – 29.26
*Uji One Way Anova **Uji Kruska-Wallis
Berdasarkan uji one way anova di atas pada tabel 6 dan 7 diketahui
hasil pre test dan post test selama 9 kali pengukuran diperoleh nilai
tekanan darah diastolik p=0.750 dan nadi p=0.002. Sedangkan hasil uji
kruska wallis diperoleh nilai tekanan darah sistolik p=0.464 dan
pernapasan p=0.144. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh senam jantung sehat seri 5 terhadap nadi dan tidak ada pengaruh
pada tekanan darah sistolik, diastolik dan pernapasan.
70. 55
Tabel 9
Perbandingan Pengaruh Senam Jantung Sehat pada Perubahan Hemodinamik
di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar (n=9)
Sebelum Setelah
Hemodinamik
Mean SD Min-Maks Mean SD Min-Maks P
TD Sistolik 140.77 10.365 130-160 135.66 10.148 123-152 0.075
TD Diastolik 88.44 8.472 76-100 85.55 4.977 80-95 0.190
Nadi 73.33 15.968 48-100 91.55 6.064 82-98 0.016
Frekuensi
Pernapasan
26.00 6.164 16-38 26.00 4.242 20-32 1,000
*Uji Paired T Test
Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
memiliki nilai sygnificancy 0.075 (p>0.05) dengan nilai mean sebelum
diberikan senam jantung sehat 140.77 mmHg menurun menjadi 135.66
mmHg setelah diberikan senam jantung sehat. Tekanan darah diastolik
memiliki nilai sygnificancy 0.190 (p>0.05) dengan nilai mean sebesar 88.44
mmHg sebelum diberikan senam jantung sehat menurun menjadi 85.55
mmHg. Nadi memiliki nilai sygnificancy 0.016 (p<0.05) dengan nilai mean
sebelum diberikan senam jantung sehat sebesar 73.33 kali/menit meningkat
menjadi 91.55 kali/menit setelah diberikan senam jantung sehat. Frekuensi
pernapasan memiliki nilai sygnificancy 1.000 (p>0.05) dengan nilai mean
sebelum dan setelah diberikan senam jantung sehat tetap 26 kali/menit.
71. 56
m
B. Pembahasan
1. Karakteristik data demografi responden
Dilihat dari hasi karakteristik data demografi responden
berdasarkan usia didapatkan rata-rata usia responden termasuk dalam
kategori lansia dini yaitu 59 tahun dengan usia termuda 42 tahun dan usia
tertua adalah 73 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti juga sesuai dengan
penelitian Sugiharto (2007) yang mengatakan bahwa antara responden
pada kelompok usia 25-35 tahun dibandingkan dengan umur 56-65 tahun,
terbukti bahwa umur 56-65 tahun memiliki faktor resiko hipertensi lebih
tinggi dengan nilai p=0.0001
Menurut penelitian Lewa (2010) yang juga mendukung hasil
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terdapat suatu faktor resiko
kardiovaskular pada hipertensi sebesar 1% dari populasi usia 55 tahun di
Amerika Serikat, 5% pada usia 60 tahun, 12,5% pada usia 70 tahun dan
23,6% pada usia 75-80 tahun.
Responden pada penelitian ini termasuk kategori lansia. Hal ini
dikarenakan kejadian hipertensi dan gangguan hemodinamik semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Lestraningsih, 2012).
Menurut Jagadeesh (2013) peningkatan tekanan darah pada usia lanjut
disebabkan karena berkurangnya elastisitas arteri sentral. Peningkatan
tekanan darah diastolik disebabkan karena konstriksi dari penyempitan
arteri, sedangkan peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan karena
enurunnya kemampuan distensi dari pelebaran arteri, terutama pada
aorta.
72. 57
d
Pada penelitian ini terjadi beberapa perubahan-perubahan
fungsional yang terjadi pada responden sebagai respons terhadap satu
sesi olahraga dan adaptasi yang terjadi akibat sesi olahraga yang berulang
teratur. Olahraga pada awalnya mengganggu homeostasis. Perubahan
yang terjadi sebagai respons terhadap olahraga adalah upaya tubuh untuk
memenuhi keharusan mempertahankan homeostasis ketika tuntutan
terhadap tubuh meningkat. Olahraga sering memerlukan koordinasi
berkepanjangan di antara berbagai sistem tubuh, termasuk sistem otot,
tulang, saraf, sirkulasi, pernapasan, kemih, integumen (kulit), dan
endokrin (pembentuk hormon).
Kecepatan denyut jantung adalah salah satu faktor yang paling
mudah dipantau yang memperlihatkan respons segera terhadap olahraga
dan adaptasi jangka-panjang terhadap program olahraga teratur. Saat
seseorang mulai berolahraga, sel-sel otot yang aktif menggunakan lebih
banyak O2 untuk menunjang peningkatan kebutuhan energi mereka.
Kecepatan denyut jantung meningkat untuk menyalurkan lebih banyak
darah beroksigen ke otot-otot yang aktif tersebut. Jantung beradaptasi
terhadap olahraga teratur yang intensitas dan durasinya memadai dengan
meningkatkan kekuatan dan efisiensinya sehingga jantung tersebut
mampu memompa lebih banyak darah per denyutnya. Karena
peningkatan kemampuan memompa tersebut, jantung tidak perlu
berdenyut terlalu cepat untuk memompa sejumlah darah seperti yang
ilakukannya sebelum program olahraga teratur ( (Sherwood, 2014).
73. 58
Berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan hasil seluruh
responden adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (100%).
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti
(2015) yaitu sebagian besar kelompok senam jantung sehat berjenis
kelamin perempuan. Hal ini dimungkinkan minat dari perempuan lebih
besar daripada laki-laki dan laki-laki beranggapan bahwa sudah
melakukan kerja sehingga tidak perlu lagi melakukan senam. Hasil ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Eksanoto (2011) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,000 dengan mayoritas penderita
hipertensi adalah perempuan. Tekanan darah perempuan pasca
menopause cenderung lebih tinggi bila dibandingkan laki-laki usia
tersebut (Potter & Perry, 2015).
Perempuan terlindungi dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Perempuan yang mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL yang
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Pada premanopause perempuan mulai kehilangan sedikit
demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur perempuan secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada umur 45-55 tahun (Anggraeni
et al, 2009)
74. kopi juga merupakan salah satu faktor pemicu peningkatan tekanan darah
59
Responden yang memiliki tekanan darah sistolik dengan nilai
maksimun merupakan responden yang telah menderita hipertensi selama
kurang lebih 7 tahun yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan,
responden yang memilki nilai tekanan darah diastolik maksimum
merupakan responden yang menderita hipertensi kurang lebih 5 dan 7
tahun yang juga berjenis kelamin perempuan serta berumur 70 tahun.
Untuk tingkat pendidikan, mayoritas responden hanya pada
tingkatan Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini didapatkan jumlah
responden sebanyak 2 (22.2%) yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan dan tingkat pendidikan responden paling tinggi berada pada
tingkat SMA dan hanya ada 1 (11.1%) dari 9 responden. Penelitian ini
sejalan dengan peneitian yang dilakukan oleh Rahajeng dan Tuminah
(2009) yang menyatakan bahwa hipertensi lebih tinggi pada responden
yang berpendidikan tamatan SD (55.6%).
Selanjutnya karakteristik pekerjaan responden yang sebagian besar
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Rahajeng dan Tuminah (2009) juga
mengatakan bahwa yang menderita hipertensi kebanyakan adalah orang
yang tidak bekerja. Resiko hipertensi meningkat sejalan dengan
kurangnya aktifitas fisik. Resiko hipertensi semakin meningkat
disebabkan karena gaya hidup pasif dan kegemukan. Hal ini dikarenakan
otot jantung tidak bekerja secara efisien dan perlu bekerja lebih keras
untuk memompa darah (Kowalski, 2010). Selain itu, responden juga ada
yang mengkonsumsi kopi sebanyak 5 orang. Hal ini bahwa konsumsi
75. diastolik tidak signifikan setiap pengukuran (9 kali). Hal ini bisa dilihat
60
karena mengandung kafein. Kafein memiliki efek untuk meningkatkan
tekanan darah karena dapat berikatan dengan reseptor adenosin yang
akan mengaktifkan sistem saraf simpatik sehingga membuat
vasokonstriksi pembuluh darah (Kurniawaty & Insan, 2016).
2. Pengaruh Senam Jantung Sehat terhadap Perubahan Hemodinamik pada
Hipertensi di Kelurahan Paccerakkang, Kota Makassar.
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh sistem
vaskular terhadap dinding pembuluh darah atau sistem sirkulasi. Tekanan
darah merujuk pada tekanan darah arteri. Dalam satu denyut jantung
terdiri dari gelombang kontraksi yang disebut sistol, yang diikuti oleh fase
relaksasi yang disebut diastol (James, Baker, & Swain, 2008).
Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil penurunan tekanan darah
sistolik tidak signifikan setiap pengukuran (9 kali). Hal ini bisa dilihat dari
nilai p=0.464 (p>0.05) nilai rata-rata sebelum diberikan senam jantung
sehat yaitu 140.78 mmHg meningkat menjadi 143.78 mmhHg pada
pengukuran pertama, menurun kembali pada pengukuran kedua, ketiga dan
keempat menjadi 141.00 mmHg, 139.67 mmHg, dan 136.33 mmHg.
Kemudian pada pengukuran kelima meningkat kembali menjadi 139.33
mmHg dan menurun kembali menjadi 137.78 mmHg pada pengukuran
keenam 134.56 mmHg pada pengukuran ke tujuh, 133.22 mmHg pada
pengukuran kedelapan dan meningkat kembali pada pengukuran terakhir
menjadi 135.67 mmHg.
Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil penurunan tekanan darah
76. tekanan darah diastolik responden mengalami peningkatan. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2014) pada saat
61
dari nilai p=0.750 (p>0.05) rata-rata sebelum diberikan senam jantung
sehat yaitu 88.44 mmHg meningkat pada pengukuran pertama dan kedua
menjadi 88.78 mmhHg dan 90.00 mmHg, menurun kembali pada
pengukuran ketiga dan keempat menjadi 87.11 mmHg dan 84.22 mmHg.
Kemudian pada pengukuran kelima, keenam dan ketujuh meningkat
kembali menjadi 85.67 mmHg, 86.44 mmHg dan 87.78 mmHg, serta
menurun kembali pada pengukuran kedelapan dan kesembilan menjadi
87.44 mmHg dan 85.56 mmHg.
Menurut Kusmana (dikutip dalam Anggraini, 2012), latihan fisik
teratur akan menghasilkan penurunan tekanan darah dan akan menetap
selama latihan fisik terus dilakukan. Menurut Syatria (2006), penurunan
tekanan darah ini antara lain terjadi karena pembuluh darah mengalami
pelebaran dan relaksasi. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun,
sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air.
Dalam hal ini, olahraga senam dapat mengurangi tahanan perifer.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rismayanthi tahun
2009 menyatakana bahwa senam dapat menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik. Senam menimbulkan efek beta blocker yang dapat
menenangkan sistem saraf simpatikus, dimana bila terjadi penurunan
aktivitas simpatik pada pembuluh darah perifer dapat menjadi petunjuk
penurunan tekanan darah. Namun dari hasil penelitian Moniaga (2013)
77. Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil perubahan denyut nadi
signifikan setiap pengukuran (9 kali). Hal ini bisa dilihat dari nilai
62
dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum mengikuti senam jantung
sehat berikutnya, pada sebagian responden menunjukkan tekanan darah
yang kembali meningkat. Kembali meningkatnya tekanan darah bisa
disebabkan karena faktor lain seperti gaya hidup yang kurang sehat dan
minum kopi. Olahraga dimulai dari gerakan pemanasan, gerakan inti,
hingga gerakan pendinginan. Pada saat melakukan aktivitas fisik, tekanan
darah akan meningkat. Naiknya tekanan darah tersebut merupakan bagian
dari proses untuk mempersiapkan dan mempertahankan tubuh, karena
selama beraktivitas terjadi peningkatan aliran darah ke otot-otot besar
tubuh tetapi kenaikan tersebut hanya sebentar dan bersifat sementara.
Namun setelah selesai tekanan darah akan turun sampai di bawah normal
dan berlangsung selama 30-120 menit (Sumosardjono, 2006).
Pada penelitian ini, olahraga yang dilakukan tidak teratur, karena
ada hari di mana peneliti tidak memberikan senam jantung sehat
dikarenakan cuaca (hujan) sehingga pada pengukuran selanjutnya terjadi
peningkatan kembali pada tekanan darah sistol dan diastol.
Nadi atau biasa juga disebut denyut jantung adalah beberapa kali
jantung memompa atau berdenyut setiap menitnya. Dalam keadaan
istirahat nilai jantung normal berkisar dari 60-100x/menit. Nilai nadi setiap
orang berbeda-beda. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai nadi seperti
suhu udara, posisi tubuh, berat badan, dan penggunaan obat-obatan (AHA,
2015).
78. regangan dan curah jantung meningkat sehingga frekuensi denyut
63
p=0.002 (p<0.05) nilai rata-rata sebelum diberikan senam jantung sehat
yaitu 73.33 mmHg meningkat pada pengukuran pertama menjadi 95.67
kali/menit, menurun kembali pada pengukuran kedua menjadi 87.67
kali/menit, kemudian pada pengukuran ketiga meningkat kembali menjadi
94.78 kali/menit, menurun kembali pada pengukuran keempat, kelima, dan
keenam menjadi 91.00 kali/menit, 90.67 kali/menit, dan 87.22 kali/menit,
kemudian meningkat kembali pada pengukuran ketujuh menjadi 87.56
kali/menit, dan menurun kembali menjadi 86.78 kali/menit dan meningkat
kembali pada pengukuran kesembilan yaitu 91.56 kali/menit.
Olahraga teratur membuat sistem kardiovaskular lebih efisien
memompa darah dan menyalurkan oksigen ke otot-otot yang bekerja.
Pelepasan adrenalin dan asam laktat ke darah akan meningkatkan denyut
jantung. Olahraga meningkatkan kerja beberapa komponen berbeda pada
sistem kardiovaskular, seperti stroke volume (SV), cardiac output, tekanan
darah sistolik dan tekanan arterial rata-rata. Saat istirahat, otot menerima
kurang lebih 20% dari aliran darah total, tetapi selama olahraga, aliran
darah ke otot meningkat 80-85% selama olahraga, pompa respiratori
membantu meningkatkan venous rteturn. Tekanan pada dada menurun dan
tekanan di abdomen menigkat dengan inhalasi, dan karena itu
memfasilitasi darah mengalir kembali ke jantung.
Saat melakukan kontraksi dan relaksasi otot, kerja katup vena
jantung optimal sehingga darah yang kembali ke jantung menjadi lebih
banyak. Jumlah darah yang cukup banyak menyebabkan menyebabkan
79. 64
jantung/nadi dan volume jantung meningkat. Hal tersebut menyebabkan
terpenuhinya kebutuhan oksigen pada tubuh dan saat membuang karbon
dioksida jantung tidak memompa dengan frekuensi yang tinggi, sehingga
jantung akan terlatih untuk menerima beban latihan fisik yang dapat
merangsang jantung untuk memompa lebih banyak.
Tekanan nadi pada orang lanjut usia, kadang-kadang meningkat
sampai 2 kali nilai normal. Hal ini karena arteri menjadi lebih kaku akibat
arteriosklerosis dan karenanya arteri reltif tidak lentur.
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil perubahan pernapasan tidak
signifikan setiap pengukuran (9 kali). Hal ini bisa dilihat dari nilai
p=0.144 nilai rata-rata sebelum diberikan senam jantung sehat yaitu 26.00
kali/menit, meningkat pada pengukuran pertama menjadi 26.56 kali/menit,
menurun kembali pada pengukuran kedua dan ketiga menjadi 24.11
kali/menit dan 22.67 kali/menit, kemudian pada pengukuran keempat
meningkat kembali menjadi 27.56 kali/menit, menurun kembali pada
pengukuran kelima menjadi 23.56 kali/menit meningkat kembali pada
pengukuran keenam menjadi 25.33 kali/menit, menurun kembali pada
pengukuran ketujuh dan delapan menjadi 23.56 kali/menit dan 21.78
kali/menit, serta meningkat kembali pada pengukuran kesembilan yaitu
26.00 kali/menit.
Pengaturan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terletak
di medulla oblongata dan pons di batang otak, yang pada bagian
bilateralnya terdapat beberapa kelompok neuron (Guyton & Hall, 2007).