Utusan Pandawa dan Kaurawa berusaha mencari jalan damai namun tidak membuahkan hasil. Yudhistira
menyampaikan pesan kepada Sanjaya untuk disampaikan kepada Dritarastra dan Duryodhana, menawarkan
jalan damai dengan mengembalikan lima desa kepemilikan Pandawa serta mengakhiri permusuhan, tetapi
juga menyatakan siap untuk perang jika diperlukan.
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Balarama dan krishna mengunjungi tempat pengasingan pandawa di hutan rimba
1. 36. Usaha Mencari Jalan Damai
Pada waktu Pendita Negeri Matsya berangkat ke Hastinapura membawa pesan perdamaian, perkemahan
Pandawa di Upaplawya didatangi raja-raja yang ingin bergabung dengan mereka. Para raja itu membawa
balatentara masing-masing, lengkap dengan persenjataan mereka. Keseluruhan balatentara Pandawa
berjumlah tujuh divisi, sedangkan balatentara Kaurawa berjumlah sebelas divisi. Adapun kekuatan satu divisi
pada jaman itu kira-kira terdiri dari 21.870 kereta, 21.870 gajah, 65.500 kuda dan 109.350 prajurit darat yang
dilengkapi dengan berbagai senjata perang .
Pendita utusan Raja Drupada tiba di istana Dritarastra, upaya mencari jalan damai tidak ditemukan. Sidang itu
menjadi ramai dan kacau. Raja Dritarastra dituntun Sanjaya naik ke mimbar. Setelah menyuruh semua yang
hadir diam, ia berkata kepada utusan itu, “Demi keselamatan dunia dan kesejahteraan Pandawa, aku putuskan
untuk mengirim Sanjaya berunding dengan Pandawa. Pulanglah, hai sang duta. Sampaikan hal ini kepada
Yudhistira.”
Dritarastra kemudian memberikan pesan-pesan kepada Sanjaya. Maka berangkatlah Sanjaya ke Upaplawya
dengan membawa pesan perdamaian! Dalam pertemuan khusus yang diadakan untuk menyambut
kedatangannya. Setelah mendengar pesan Dritarastra dari Sanjaya. Yudhistira berkata lagi, “Wahai Sanjaya,
kembalilah ke Hastinapura dan sampaikan pesanku ini kepada Paman Dritarastra.
“Bukankah berkat ketulusan hati Paman, kami memperoleh sebagian wilayah kerajaan sebagai warisan ketika
kami masih muda? Paman pernah menjadikan aku sebagai raja dan Paman seharusnya mengakui hak kami
sebagai pewaris yang sah. Paman seharusnya tidak mengusir kami, hingga kami terpaksa hidup seperti
pengemis yang menggantungkan nasib pada belas kasihan orang. Paman yang kami hormati, sesungguhnya
kerajaan kita cukup luas untuk dibagi dua. Karena itu, mari hindari permusuhan di antara kita .
“Demikianlah hendaknya engkau sampaikan pesanku kepada Raja Dritarastra. Sampaikan salam hormat dan
kasihku kepada Kakek Bhisma dan mohonkan restunya agar semua cucunya hidup bahagia dan bersatu, tanpa
permusuhan. Salam juga untuk Widura. Ia adalah orang yang paling bisa melihat dengan lurus dan dapat
memberi nasihat dengan adil. Tolong sampaikan pesanku ini kepada Duryodhana .
“‘... Saudaraku tercinta, engkau telah menyebabkan kami, putra-putra pamanmu, hidup mengembara di
hutan dan mengenakan pakaian kulit kayu. Engkau telah menghina dan menyeret istri kami , Kami terima
semua itu dengan sabar. Kini, kembalikan milik kami yang sah. Kami ini berlima, setidak-tidaknya
kembalikan lima desa kepada kami. Dan marilah kita berdamai. Sambutlah uluran tangan kami dengan
hati ikhlas dan damai.’
“Ya, Sanjaya, sampaikan ini kepada Duryodhana. Kami siap menempuh jalan damai, tapi ... jika Kaurawa
menghendaki, kami pun siap menempuh jalan perang.” Sanjaya kembali ke Hastinapura dengan membawa
pesan penting untuk Dritarastra dan dan Duryodhana .