SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Membaca Fenomena Gerindra dan Berharap Perubahan dari 'Sang Pemimpin'
Luar biasa! Komentar teman saya, ketika melihat QQ di internet. Gerindra melejit, katanya.
Saya tidak kaget dengan hasil yang dicapai Gerindra. karena semua ini adalah buah (hasil) dari
kerja keras mereka. Man Jadda Wa Jada (Siapa pun yang mau bersungguh-sungguh, dia akan
menunai hasil dari kesungguhannya). Gerindra telah membuktikan kerja keras dan cerdasnya.
Sementara, partai yang lain kalah 'cerdas' dibanding Gerindra.
Kita harus sadar bahwa para pemilih itu akan tertarik untuk memilih bukan hanya karena satu
faktor saja, dan Gerindra menyadari. Loyal Voters (Para Pemilih Loyal) PDIP, Golkar dan partai-
partai Islam pun ada yang dengan santainya pindah pilihan ke Gerindra, karena ada sesuatu
yang menarik darinya. Selain Faktor Prabowo, masih ada juga faktor yang lain, antara lain
komunkiasi efektif yang dilakukan oleh mesin politiknya di kantong-kantong mereka. Tim sukses
Gerindra sudah lama bergerilya untuk membangun komunikasi dengan para calon pemilihnya.
Dengan kesabaran yang luar biasa mereka memasarkan 'jualannya' dari waktu ke waktu di
kantong-kantong potensial mereka. Dan hasilnya, bisa kita lihat seperti sekarang.
Kalau dengan hasil PDIP dan Golkar serta PKB saya kira tidak ada yang perlu dianalisis secara
khusus. Semuanya sangat mudah dipahami. Mereka punya Loyal Voters yang sangat banyak
untuk tetap 'leading'. Saya agak kecewa dengan PKS dan PAN yang sebenarnya potensial untuk
meraup suara lebih daripada 8 persen, kalau mereka mau bekerja lebih keras dan cerdas, karena
mereka punya konstituen di basis massa mereka yang bisa digarap lebih bagus. Tetapi mereka
telah banyak menyia-nyiakan peluang. Komunikasi PAN dengan Muhammadiyah -- misalnya --
terasa agak renggang, Dan ini sisi lemah yang perlu dibenahi. Sementara sepak terjang PKS di
bawah terlalu 'lugu' dan sangat mudah dibaca. Apalagi setelah kasus korupsi yang melibatkan
LHI. Citra mereka di masyarakat menjadi kurang bagus. Sementara para kadernya tidak cukup
cerdas untuk berkomunikasi dengan lapisan bawah (grass-root), utama kelompok yang sudah
bisa berpikir lebih rasional. Tawaran PKS tidak begitu menarik untuk kalangan grass-root, apalagi
orang Islam yang pernah tersakiti karena beberapa kasus yang menimpa PKS dan mereka
lakukan beberapa kali. Ingat! Muhammadiyah sudah sering terluka dengan sepak terjang kader-
kader PKS yang kurang cerdas dan agak 'kasar' (baca: kurang santun) ketika bermain di bawah.
Lain lagi dengan PKB yang bisa bermain lebih cerdas, dengan memainkan kelekatan emosional
para konstituennya di basis massa mereka, plus menampilkan dua figur yang bisa sedikit
memanggil: "Mahfud MD dan Rhoma Irama". Bahkan teman-teman saya ada yang berkomentar
bahwa Rhoma-Effect itu cukup penting bagi PKB.
Sementara itu, Gerindra bisa mengambil kesempatan, dan bermain lebih cantik untuk meggaet
para pemilih rasional. Sehingga tidak sedikit dari 'massa mengambang' di negeri kita yang
merapat ke partai Gerindra. Dan para kadernya pun mampu menyapa mereka dengan sangat
bagus.
Saat ini, setelah kesuksesan mendulang suara yang sangat signifikan, Gerindra sedang
berkonsolidasi, dan dalam beberapa kesempatan membangun komunikasi dengan beberapa
pihak untuk meyakinkan bahwa mereka layak diharapkan. Utamanya (mereka) sudah bergerilya
untuk (mulai) menjual Fgur Prabowo, seorang yang ditawarkan kepada rakyat sebagai calon
pemimpin Indonesia yang sangat menjanjikan perubahan ke arah yang lebih baik, bahkan
terbaik. Mereka menyatakan bahwa Indonesia -- sekarang ini -- memerlukan Strong Leader, dan
Prabowolah orangnya. Berkali-kali kader-kader Gerindra mengampanyekan Prabowo dengan
kalimat seperti itu. Dan, saat ini, tidak sedikit orang yang mulai meyakini 'kata-kata' itu. Bahkan
kalau selama +/- 3 bulan ini mereka (Gerindra) benar-benar bisa all-out, bukan tidak mungkin
Prabowo akan bisa mengalahkan Jokowi, Figur yang tengah dipasarkan oleh PDIP, dengan
proyek pencitraan yang agak berlebihan. Prabowo, dengan sedikit iklan pencitraan yang dipoles
dengan kelembutan dan ketegasan, yang dalam istilah Islam disebut dengan al-Hilm, bisa
menjadi fenomena (seperti) Umar bin al-Khaththab pada masanya, yang ditunggu-tunggu
kehadirannya oleh rakyat untuk segera melakukan perubahan. Tinggal bagaimana Gerindra
memaikan 'orkestra' yang terbaik selama 3 bulan ke depan. dan, saya kira, Prof. Suhardi dan
kawan-kawannya sudah sangat siap untuk menabuh genderang 'perang' untuk (kemudian)
menyalip 'Jokowi' yang tak sekuat Prabowo.
Saya ibaratkan Prabowo ini adalah Mobil Balap Formula I yang belum dipacu di landasan pacau
secara maksimal, sementara Jokowi ini adalah Mobil Sedan yang dipaksa untuk berpacu di
sirkuit balap. Sebentar lagi saya prediksi 'Jokowi' akan 'kehabisan tenaga'. Maaf, ini adalah
sebuah analisis sederhana saya. Dan ini saya katakan, bukan karena saya adalah pendukung atau
kurang mendukung salah satu dari keduanya. Kalau saya boleh jujur, saya lebih merindukan
capres-cawapres dari kalangan partai Islam. Tapi sampai detik ini figurnya belum saya temukan.
Dan kalau pun saya telah menemukannya, saya belum yakin "bisa dijual', salah satunya teman
saya pernah menyebut "Irman Gusman", orang Muhammmadiyah (Pengusaha yang Cukup
Cerdas) yang kini menjadi 'komandan' DPD. Atau Hatta Rajasa yang bisa diajak jalan-jalan oleh
Pak Amien Rais ke jantung-jantung massa Muhammadiyah. Aatau Mahfud MD, manatan Ketua
MK yang hendak dijuakl oleh NU. Tapi, menurut pendapat saya, saat ini kedua figur (Jokowi-
Prabowo) inilah yang paling layak jual. Yang lain, masih sulit untuk dijual dan bersaing dengan
mereka. Kalau mau menjual Irman Gusman, Hatta Rajasa atau Mahfud MD, mestinya tinggal
tawarkan saja mereka pada Jokowi atau Prabowo. Inilah realitas politik yang perlu kita pahami.
Saya menduga dan (sebenarnya) sangat berharap, Prof. Suhardi (orang yang sangat dekat dan
pernah menjadi pengurus Muhammadiyah) segera mendekat ke beberapa komunitas muslim
dan merapat kepada mereka, termasuk kepada para Kyai NU (bukan pengurus PKB) dan
Pimpinan Muhammadiyah, serta membangun komunikasi yang lebih intens dengan berapa
kalangan yang diharapkan 'bisa' menjadi basis dukungan kepada Prabowo. Sebab untuk
kalangan militer -- misalnya -- tinggal pukul genderang atau tiup terompet yang keras dan indah,
saya yakin Prabowo sudah bisa menjadi yang paling didukung oleh mereka. Dan bukti awalnya
adalah hasil pemilihan (pileg) di jantung militer (kemarin): "Gerindra menjadi juara". Untuk
kalangan pengusaha, Pak Hashim dan para mitra bisnisnya sudah bisa dipercaya untuk
meyakinkan mereka, dengan caranya sendiri". Tinggal untuk beberapa kalangan -- termasuk
para santri dan kelompok muslim yang ada di kalangan bawah -- yang perlu diyakinkan, melalui
NU dan Muhammadiyah, misalnya, dan kemudian tinggal menunggu hasil yang terbaik dari
proses komunikasi yang terbaik.
Akhir kata, meskipun sebenarnya saya bukan pendukung Prabowo, dan juga bukan orang yang
tidak atau kurang mendukung Jokowi, saya berpendapat bahwa Indonesia saat ini lebih butuh
seorang pemimpin seperti Prabowo (dengan segala kelebihan dan kekurangannya) daripada
Jokowi. Dengan catatan, Prabowo dan mesin politik Gerindranya bisa bermain lebih cantik. Dan
untuk hal itu, menurut pendapat saya, tidak terlalu sulit bagi orang secerdas Prabowo dan para
pengikutnya, yang saya yakini bisa bermain lebih cantik dan (lebih) cerdas lagi daripada yang
pernah ditampilkan sebelum Pileg kemarin.
Untuk itu, Prabowo dan mesin politik Gerindranya jangan pernah salah langkah. Begitu sedikit
'teledor', bukan tidak mungkin Jokowi dengan mesin politik PDIP-nya dan orang-orang yang siap
memanfaatkannya, karena dia -- saya kira -- terlalu mudah untuk dimanfaatkan, akan segera
menyalip dengan sangat cepat dan meninggalkan Prabowo dan mesin politiknya.
Selamat bekerja keras dan cerdas Partai Gerindra, dan bangunlah komunikasi dengan siapa pun
dengan seefektif mungkin. Saya tunggu, 'Prabowo' bisa memimpin Indonesia dengan
keberanian, ketegasan dan kelembutannya bersama wakilnya yang terbaik, yang bisa 'dipilih'
dengan pertimbangan yang cermat.
Bekerjalah untuk Indonesia menuju "Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur." Dan bagi capres-
cawapres yang lain, silakan berkompetisi dengan Prabowo. dan andaikata Allah berkehendak
untuk memenangkan Prabowo, mari kita dukung Dia untuk bekerja demi kemashlahatan
Indonesia ke depan. Dan kalau ternyata 'Bukan Prabowo' yang memenangkan kompetisi ini,
marilah kita sama-sama berbesar hati dan ikhlas menerimanya. Dan marilah kita bersama-sama
membangun Indonesia ke depan dengan semangat: Fastabiqû al-Khairât, dalam rangka ‘beramar
ma’ruf nahi-mungkar’.
Sekali lagi, saya bukanlah seorang pendukung siapa pun, Tetapi saya tetap akan mendukung
siapa pun yang terbaik, dan bisa diharapkan bersama rakyat untuk membangun Indonesia ke
depan. Bagi saya Prabowo, Jokowi atau siapa pun tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah:
"Kami bangsa Indonesia ini segera mendapatkan pemimpin yang memiliki kemauan dan
kemampuan, --- dengan segala kelebihan dan kekurangannya -- untuk membangun Indonesia.
Bisa jadi pempimpin itu bukan Prabowo atau Jokowi, tetapi justeru muncul dari selain mereka,
yang dengan gagah-berani bisa berbuat sesuatu yang lebih baik.
Amien.
Jayalah Indonesia. Nasrun Minnallaah, wa Fathun Qariib.

More Related Content

Viewers also liked

Asteroïden.ppt
Asteroïden.ppt Asteroïden.ppt
Asteroïden.ppt Miranda VDP
 
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)Muhsin Hariyanto
 
Belajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aBelajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aMuhsin Hariyanto
 
Iift gk model paper 1
Iift gk model paper 1Iift gk model paper 1
Iift gk model paper 1ankianki71986
 
La musique au coeur de la société
La musique au coeur de la sociétéLa musique au coeur de la société
La musique au coeur de la sociétéWendy Ln
 
[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé
[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé
[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébéOVHcloud
 

Viewers also liked (9)

Asteroïden.ppt
Asteroïden.ppt Asteroïden.ppt
Asteroïden.ppt
 
Asteroide
AsteroideAsteroide
Asteroide
 
New technology
New technologyNew technology
New technology
 
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
 
Al hikmah
Al hikmahAl hikmah
Al hikmah
 
Belajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub aBelajar sabar dari nabi ayyub a
Belajar sabar dari nabi ayyub a
 
Iift gk model paper 1
Iift gk model paper 1Iift gk model paper 1
Iift gk model paper 1
 
La musique au coeur de la société
La musique au coeur de la sociétéLa musique au coeur de la société
La musique au coeur de la société
 
[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé
[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé
[FR] Timeseries appliqué aux couches de bébé
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Membaca fenomena gerindra dan berharap perubahan dari 'sang pemimpin'

  • 1. Membaca Fenomena Gerindra dan Berharap Perubahan dari 'Sang Pemimpin' Luar biasa! Komentar teman saya, ketika melihat QQ di internet. Gerindra melejit, katanya. Saya tidak kaget dengan hasil yang dicapai Gerindra. karena semua ini adalah buah (hasil) dari kerja keras mereka. Man Jadda Wa Jada (Siapa pun yang mau bersungguh-sungguh, dia akan menunai hasil dari kesungguhannya). Gerindra telah membuktikan kerja keras dan cerdasnya. Sementara, partai yang lain kalah 'cerdas' dibanding Gerindra. Kita harus sadar bahwa para pemilih itu akan tertarik untuk memilih bukan hanya karena satu faktor saja, dan Gerindra menyadari. Loyal Voters (Para Pemilih Loyal) PDIP, Golkar dan partai- partai Islam pun ada yang dengan santainya pindah pilihan ke Gerindra, karena ada sesuatu yang menarik darinya. Selain Faktor Prabowo, masih ada juga faktor yang lain, antara lain komunkiasi efektif yang dilakukan oleh mesin politiknya di kantong-kantong mereka. Tim sukses Gerindra sudah lama bergerilya untuk membangun komunikasi dengan para calon pemilihnya. Dengan kesabaran yang luar biasa mereka memasarkan 'jualannya' dari waktu ke waktu di kantong-kantong potensial mereka. Dan hasilnya, bisa kita lihat seperti sekarang. Kalau dengan hasil PDIP dan Golkar serta PKB saya kira tidak ada yang perlu dianalisis secara khusus. Semuanya sangat mudah dipahami. Mereka punya Loyal Voters yang sangat banyak untuk tetap 'leading'. Saya agak kecewa dengan PKS dan PAN yang sebenarnya potensial untuk meraup suara lebih daripada 8 persen, kalau mereka mau bekerja lebih keras dan cerdas, karena mereka punya konstituen di basis massa mereka yang bisa digarap lebih bagus. Tetapi mereka telah banyak menyia-nyiakan peluang. Komunikasi PAN dengan Muhammadiyah -- misalnya -- terasa agak renggang, Dan ini sisi lemah yang perlu dibenahi. Sementara sepak terjang PKS di bawah terlalu 'lugu' dan sangat mudah dibaca. Apalagi setelah kasus korupsi yang melibatkan LHI. Citra mereka di masyarakat menjadi kurang bagus. Sementara para kadernya tidak cukup cerdas untuk berkomunikasi dengan lapisan bawah (grass-root), utama kelompok yang sudah bisa berpikir lebih rasional. Tawaran PKS tidak begitu menarik untuk kalangan grass-root, apalagi orang Islam yang pernah tersakiti karena beberapa kasus yang menimpa PKS dan mereka lakukan beberapa kali. Ingat! Muhammadiyah sudah sering terluka dengan sepak terjang kader- kader PKS yang kurang cerdas dan agak 'kasar' (baca: kurang santun) ketika bermain di bawah. Lain lagi dengan PKB yang bisa bermain lebih cerdas, dengan memainkan kelekatan emosional para konstituennya di basis massa mereka, plus menampilkan dua figur yang bisa sedikit memanggil: "Mahfud MD dan Rhoma Irama". Bahkan teman-teman saya ada yang berkomentar bahwa Rhoma-Effect itu cukup penting bagi PKB. Sementara itu, Gerindra bisa mengambil kesempatan, dan bermain lebih cantik untuk meggaet para pemilih rasional. Sehingga tidak sedikit dari 'massa mengambang' di negeri kita yang merapat ke partai Gerindra. Dan para kadernya pun mampu menyapa mereka dengan sangat bagus.
  • 2. Saat ini, setelah kesuksesan mendulang suara yang sangat signifikan, Gerindra sedang berkonsolidasi, dan dalam beberapa kesempatan membangun komunikasi dengan beberapa pihak untuk meyakinkan bahwa mereka layak diharapkan. Utamanya (mereka) sudah bergerilya untuk (mulai) menjual Fgur Prabowo, seorang yang ditawarkan kepada rakyat sebagai calon pemimpin Indonesia yang sangat menjanjikan perubahan ke arah yang lebih baik, bahkan terbaik. Mereka menyatakan bahwa Indonesia -- sekarang ini -- memerlukan Strong Leader, dan Prabowolah orangnya. Berkali-kali kader-kader Gerindra mengampanyekan Prabowo dengan kalimat seperti itu. Dan, saat ini, tidak sedikit orang yang mulai meyakini 'kata-kata' itu. Bahkan kalau selama +/- 3 bulan ini mereka (Gerindra) benar-benar bisa all-out, bukan tidak mungkin Prabowo akan bisa mengalahkan Jokowi, Figur yang tengah dipasarkan oleh PDIP, dengan proyek pencitraan yang agak berlebihan. Prabowo, dengan sedikit iklan pencitraan yang dipoles dengan kelembutan dan ketegasan, yang dalam istilah Islam disebut dengan al-Hilm, bisa menjadi fenomena (seperti) Umar bin al-Khaththab pada masanya, yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh rakyat untuk segera melakukan perubahan. Tinggal bagaimana Gerindra memaikan 'orkestra' yang terbaik selama 3 bulan ke depan. dan, saya kira, Prof. Suhardi dan kawan-kawannya sudah sangat siap untuk menabuh genderang 'perang' untuk (kemudian) menyalip 'Jokowi' yang tak sekuat Prabowo. Saya ibaratkan Prabowo ini adalah Mobil Balap Formula I yang belum dipacu di landasan pacau secara maksimal, sementara Jokowi ini adalah Mobil Sedan yang dipaksa untuk berpacu di sirkuit balap. Sebentar lagi saya prediksi 'Jokowi' akan 'kehabisan tenaga'. Maaf, ini adalah sebuah analisis sederhana saya. Dan ini saya katakan, bukan karena saya adalah pendukung atau kurang mendukung salah satu dari keduanya. Kalau saya boleh jujur, saya lebih merindukan capres-cawapres dari kalangan partai Islam. Tapi sampai detik ini figurnya belum saya temukan. Dan kalau pun saya telah menemukannya, saya belum yakin "bisa dijual', salah satunya teman saya pernah menyebut "Irman Gusman", orang Muhammmadiyah (Pengusaha yang Cukup Cerdas) yang kini menjadi 'komandan' DPD. Atau Hatta Rajasa yang bisa diajak jalan-jalan oleh Pak Amien Rais ke jantung-jantung massa Muhammadiyah. Aatau Mahfud MD, manatan Ketua MK yang hendak dijuakl oleh NU. Tapi, menurut pendapat saya, saat ini kedua figur (Jokowi- Prabowo) inilah yang paling layak jual. Yang lain, masih sulit untuk dijual dan bersaing dengan mereka. Kalau mau menjual Irman Gusman, Hatta Rajasa atau Mahfud MD, mestinya tinggal tawarkan saja mereka pada Jokowi atau Prabowo. Inilah realitas politik yang perlu kita pahami. Saya menduga dan (sebenarnya) sangat berharap, Prof. Suhardi (orang yang sangat dekat dan pernah menjadi pengurus Muhammadiyah) segera mendekat ke beberapa komunitas muslim dan merapat kepada mereka, termasuk kepada para Kyai NU (bukan pengurus PKB) dan Pimpinan Muhammadiyah, serta membangun komunikasi yang lebih intens dengan berapa kalangan yang diharapkan 'bisa' menjadi basis dukungan kepada Prabowo. Sebab untuk kalangan militer -- misalnya -- tinggal pukul genderang atau tiup terompet yang keras dan indah, saya yakin Prabowo sudah bisa menjadi yang paling didukung oleh mereka. Dan bukti awalnya adalah hasil pemilihan (pileg) di jantung militer (kemarin): "Gerindra menjadi juara". Untuk kalangan pengusaha, Pak Hashim dan para mitra bisnisnya sudah bisa dipercaya untuk
  • 3. meyakinkan mereka, dengan caranya sendiri". Tinggal untuk beberapa kalangan -- termasuk para santri dan kelompok muslim yang ada di kalangan bawah -- yang perlu diyakinkan, melalui NU dan Muhammadiyah, misalnya, dan kemudian tinggal menunggu hasil yang terbaik dari proses komunikasi yang terbaik. Akhir kata, meskipun sebenarnya saya bukan pendukung Prabowo, dan juga bukan orang yang tidak atau kurang mendukung Jokowi, saya berpendapat bahwa Indonesia saat ini lebih butuh seorang pemimpin seperti Prabowo (dengan segala kelebihan dan kekurangannya) daripada Jokowi. Dengan catatan, Prabowo dan mesin politik Gerindranya bisa bermain lebih cantik. Dan untuk hal itu, menurut pendapat saya, tidak terlalu sulit bagi orang secerdas Prabowo dan para pengikutnya, yang saya yakini bisa bermain lebih cantik dan (lebih) cerdas lagi daripada yang pernah ditampilkan sebelum Pileg kemarin. Untuk itu, Prabowo dan mesin politik Gerindranya jangan pernah salah langkah. Begitu sedikit 'teledor', bukan tidak mungkin Jokowi dengan mesin politik PDIP-nya dan orang-orang yang siap memanfaatkannya, karena dia -- saya kira -- terlalu mudah untuk dimanfaatkan, akan segera menyalip dengan sangat cepat dan meninggalkan Prabowo dan mesin politiknya. Selamat bekerja keras dan cerdas Partai Gerindra, dan bangunlah komunikasi dengan siapa pun dengan seefektif mungkin. Saya tunggu, 'Prabowo' bisa memimpin Indonesia dengan keberanian, ketegasan dan kelembutannya bersama wakilnya yang terbaik, yang bisa 'dipilih' dengan pertimbangan yang cermat. Bekerjalah untuk Indonesia menuju "Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur." Dan bagi capres- cawapres yang lain, silakan berkompetisi dengan Prabowo. dan andaikata Allah berkehendak untuk memenangkan Prabowo, mari kita dukung Dia untuk bekerja demi kemashlahatan Indonesia ke depan. Dan kalau ternyata 'Bukan Prabowo' yang memenangkan kompetisi ini, marilah kita sama-sama berbesar hati dan ikhlas menerimanya. Dan marilah kita bersama-sama membangun Indonesia ke depan dengan semangat: Fastabiqû al-Khairât, dalam rangka ‘beramar ma’ruf nahi-mungkar’. Sekali lagi, saya bukanlah seorang pendukung siapa pun, Tetapi saya tetap akan mendukung siapa pun yang terbaik, dan bisa diharapkan bersama rakyat untuk membangun Indonesia ke depan. Bagi saya Prabowo, Jokowi atau siapa pun tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah: "Kami bangsa Indonesia ini segera mendapatkan pemimpin yang memiliki kemauan dan kemampuan, --- dengan segala kelebihan dan kekurangannya -- untuk membangun Indonesia. Bisa jadi pempimpin itu bukan Prabowo atau Jokowi, tetapi justeru muncul dari selain mereka, yang dengan gagah-berani bisa berbuat sesuatu yang lebih baik. Amien. Jayalah Indonesia. Nasrun Minnallaah, wa Fathun Qariib.