1. Tafsir ayat Saba' 34:39 menjelaskan bahwa Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi hamba-Nya sesuai kehendak-Nya. Allah akan mengganti apa yang disedekahkan dengan yang lebih baik.
2. Sedekah merupakan pemberian sukarela yang bersifat sunnah. Sedekah tidak hanya berupa harta tetapi juga sikap yang menyenangkan. Sedekah dapat mendekatkan manusia kepada Allah dan mend
1. Tafsir QS Saba’/34: 39
“Sedekah Yang Baik”
(Disampaikan dalam acara Pengajian Rutin Senin Petang, Ba’da
Maghrib, di Masjid Beteng Binangun, Kadipaten Wetan, Kelurahan
Kadipaten, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, 24 Februari 2014)
Teks Ayat
ْ ِ
قل إِن ربي يبسط الرزق لمن يشاء من
َ َ
َ ِ َ ْ ّ ُ ُ َْ
َّ ّ ْ ُ
َعباده ويقدر له وما أنفقتم من شيء فهو
ُ َ ٍ ْ َ
ّ
ُْ َ َ َ َ ُ َ ُ ِ ْ ََ ِ ِ َِ
َيخلفه وهو خير الرازقين
ِ ِ ّ ُ َْ َ ُ َ ُ ُ ِْ ُ
”Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan
bagi (siapa yang dikehendaki-Nya), dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki
yang sebaik-baiknya.” (QS Saba’/34: 39).
Tafsîr al-Mufradât
ُ ُ َْ
يبسط
َالرزق
ْ ّ
ُ َ ُ ِ ْ َ
يقدر له
ُ ُ ِْ ُ
يخلفه
: Melapangkan rezeki; yaitu: “melancarkan perolehan rezeki
dengan pemberian yang banyak, sehingga yang diberi dan
memerolehnya menjadi berkecukupan.“
: Menyempitkan (rezeki) baginya;
yaitu: .“menghambat
pemberian, sehingga yang berharap rezeki itu merasa
berkekurangan.“
: Menggantinya; yaitu: “memberikan nilai tambah bagi mereka
yang bersedia untuk menafkahkan sebagian rezeki yang
diperolehnya di jalan Allah, dengan perolehan yang lebih
bernilai daripada sesuatu yang pernah dinafkahkan jalan
Allah.”
Penjelasan
Istilah sedekah mengacu pada pemberian yang bersifat sukarela dan
hukumnya sunnah. Kata sedekah seakar dengan kata ash-shidqu yang berarti
benar. Ini mengandung makna bahwa orang yang bersedekah telah melakukan
1
2. cara yang benar dalam menggunakan harta. Meskipun demikian, sedekah
bukan hanya dengan menggunakan harta. Sikap yang baik dan menyenangkan
hati sesama manusia pun termasuk sedekah.
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda,
ٌ َ َ َ َ ِ ِ ْ َ ِ َ ُ ّ ََ
تبسمك في وجه أَخيك صدقة
“Senyum simpulmu kepada saudaramu ketika bertemu adalah sedekah.”
(HR at-Tirmidzi dari Abu Dzar al-Ghiffari, Sunan at-Tirmidzi,
IV/339, hadits no. 1956).
Islam menganjurkan pemeluknya banyak bersedekah, karena hal itu
tidak mendatangkan kerugian dan membuat orang jatuh miskin, tetapi justeru
memberikan manfaat positif dunia dan akhirat. Allah SWT akan mengganti
yang disedekahkan dengan karunia lebih baik, sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS Saba’/34: 39 tersebut di atas.
Melalui sedekah, seorang muslim akan semakin dekat kepada Allah. Ia –
dengan sedekahnya -- akan dibalas Allah SWT dengan karuniaNya, yang – di
samping mendapatkan kenikmatan di dunia -- berupa kenikmatan surga di
akhirat kelak.
Allah SWT berfirman,
ِ ِ
ومن ال َعراب من يؤمن بالله واليوم الخر
ِ ْ َْ َ ِ ّ ِ ُ ِ ْ ُ َ ِ َ ْ
َ ِ َ
ِويتخذ ما ينفق قربات عند الله وصلوات
َ ََ َ ِ ّ َ ِ ٍ َُ ُ ُ ِ ُ َ ُ ِ ََّ
الرسول أل إِنها قربة لهم سيدخلهم الله في
ِ ُ ّ ُ ُ ُِ ْ َُ ْ ُ ّ ٌ َْ ُ َ ّ َ ِ ُ ّ
ٌ ِ ّ ٌ ُ َ َ ّ ّ ِ َِ ْ َ
رحمته إِن الله غفور رحيم
”Di antara orang-orang Arab Badui itu ada orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di
jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan
sebagai jalan untuk memeroleh doa rasul. Ketahuilah, sesungguhnya
nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri
(kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka ke dalam rahmat
(surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS at-Taubah/9: 99).
Agar sedekah bermanfaat di dunia dan akhirat kita perlu memerhatikan
beberapa ketentuan:
2
3. Pertama, sesuatu yang disedekahkan merupakan yang terbaik dan
disenangi bagi yang memberikan dan menerimanya.
Allah SWT berfirman,
ويطعمون الطعام على حبه مسكينا ويتيما
ً ََِ ً ِ ْ ِ ِ ُّ
ََ َ َ ّ
َ ُ ِ ْ َُ
وأ َسيرا
ً ِ َ
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang
miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS al-Insân/76: 8).
Kedua, sedekah dilakukan secara sukarela, ikhlas, dan tidak riya’
(pamer). Sedekah bertujuan menjalankan perintah Allah dan mengharapkan
keridhaan-Nya.
Allah berfirman,
إِنما نطعمكم لوجه الله ل نريد منكم جزاء
َ َ ْ ُ ِ ُ ِ ُ
ِ ّ ِ ْ َ ِ ْ ُ ُ ِ ْ ُ َ ّ
ول شكورا
ً ُ ُ
َ
”Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari
kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS al-Insân, 76: 9).
Ketiga, memberikan sedekah dengan wajar, tidak berlebih-lebihan dan
tidak kikir.
Allah berfirman,
والذين إ ِذا أنفقوا لم يسرفوا ولم يقتروا
ُ ُْ َ ْ ََ
ُ ِ ْ ُ ْ َ
ُ َ َ َ َ ِ ّ َ
وكان بين ذلك قواما
ً َ َ َ َِ َ َْ َ َ َ
”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.” (QS al-Furqân/25: 67).
Keempat, pemberian sedekah tidak bertujuan mendapatkan balasan
kembali, baik dengan jumlah sama atau lebih banyak dari yang disedekahkan.
Allah berfirman,
ُ ِْ َْ َ ُْ َ َ
ول تمنن تستكثر
Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memeroleh (balasan)
yang lebih banyak. (QS al-Muddatstsir/74: 6).
3
4. Sedekah dengan karakteristik di atas perlu menjadi budaya muslim,
sebagai wujud kesalehan, solidaritas sosial, dan bukti persaudaraan antara
sesama kita (umat Islam). Apalagi pada saat ini banyak saudara-saudara kita
yang tengah dihimpit kemiskinan, dan menunggu uluran tangan, bantuan,
serta sedekah dari siapa pun yang berkemauan dan berkemampuan untuk
membantu mereka.
Saatnya kini “kita” (umat Islam) mulai berbuat, dan mengakhiri wacana
sedekah yang tak berujung pangkal.
Wallâhu A'lamu bish-Shawâb.
4