Tiga kalimat ringkasan:
Modernisme telah membawa perubahan teknologi dan ekonomi namun juga menimbulkan ketimpangan sosial dan kesenjangan antara kelas sosial. Manusia modern terfokus pada inovasi dan kompetisi material namun seringkali melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Perlu dipertimbangkan kembali orientasi peradaban masa depan agar lebih mementingkan keseimbangan dan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Modernisme dan postmodernisme manusia dihidupkan atau modernisme menghidupkan
1. "Modernisme dan Postmodernisme: Manusia Dihidupkan atau Modernisme
Menghidupkan"
Oleh Muhammad Syarif Hidayatullah (Direktur Eksekutif @salajapustaka Institute;
www.salajapustaka96.blogspot.com)
Hampir beberapa abad yang lalu kemajuan melewati evolusinya dengan bentuk-bentuk yang
paling sederhana hingga kompleks mengemuka. Beberapa penemuan yang menjadi pilar
peradaban ditemukan dan diusahakan hadir untuk membantu dan melayani segala kebutuhan
hingga keinginan manusia. Metafisika kemudian perlahan tapi menggerogoti direduksi dari cara
hidup manusia dalam beberapa abad ini (Indonesia: Man of Zaman Now). Kebutuhan yang
mengiming-imingi perfeksi padahal pada dasarnya bahwa banyak hal-hal yang kita anggap
"kebutuhan" sebenarnya hanya keinginan yang dipoles menjadi keharusan yang tak boleh
pergi. Sehingga manusia abad ini sedang dililit sebuah proses hegemoni yang hampir tak kasat
oleh kacamata hati.
Penemuan kata modern diawali oleh sejarah revolusi industri, kata revolusi industri pertama
kali dikenalkan oleh Friedrich Engels bersama Louis Auguste Blanqui pada tengah Abad XIX,
manusia awalnya hanya mengenal teknologi paling sederhana. Melihat zaman silam, contoh
paling manual dari manusia sejak dahulu biasanya menumbuk atau memproduksi hanya
dengan alat-alat sederhana; batu atau bantuan keledai menggiling gandum menjadi tepung;
sebuah cara atau usaha demi meringankan bentuk kerja manual yang menghabiskan waktu dan
tenaga manusia sebagai makhluk yang berakal, pada prosesnya memotori usaha-usaha tertentu
agar dapat meng-efisiensi-kan kemudahan atas nama peradaban.
Manusia dengan nalurinya terus berpikir dan menciptakan, hingga tiba pada penemuan lebih
maju dari masa sebelumnya, yaitu pada bidang tekstil tahun 1767 ditemukannya alat pemintal
benang oleh James Hargreaves yang diberi nama Spinning Jenny. Selanjutnya pada
perkembangan ini, hingga Richard Arkwright menemukan alat pemintal benang tenaga air yang
menghasilkan struktur benang lebih halus dan sempurna. Tak menunggu lama, pabrik dan
industri katun tumbuh sumbur untuk memenuhi permintaan masyarakat Inggris dan negara-
negara Eropa kala itu. Dari mesin pemintal benang tenaga uap yang pertama kali ditemukan
oleh Thomas Newcomen, mengilhami penemuan mesin tenaga uap yang lebih sempurna oleh
2. James Watt. Watt kemudian akhirnya membuka jalan bagi penemuan kapal uap oleh Robert
Fulton dan kereta api penumpang oleh George Stephenson.
Dalam proses yang sederhana tersebut, hingga selanjutnya mereka mengenal evolusi kemajuan
menciptakan mesin tenaga uap hingga menemui penemuan sempurna yaitu listrik. Ketika
energi listrik ditemukan maka menginspirasi penemuan-penemuan yang menyertainya.
Manusia mencoba mengubah-ubah peradaban ortodoks dan konservatif, hingga berusaha
semaksimal usaha mengupayakan perubahan dan bentuk kebaruan yang memudahkan juga
mencerahkan peradaban umat manusia. Dari listrik yang ditemukan, kita mencoba menerangi
rumah-rumah dan bumi dari gelapnya malam, sehingga kegiatan produksi dan transaksi tak
hanya berhenti di siang hari. Lampu sebagai bentuk penemuan yang mencerahkan memantik
sinar baru dalam akal manusia dalam upaya menemukan kemajuan lain. Kita dalam peradaban
kemudian membutuhkan hiburan dan penyebaran informasi melalui penemuan mesin cetak
oleh Gutenberg, sebagai bentuk evolusi informasi dan teknologi.
Dalam esai ini penulis tidak bermaksud mengurutkan secara kronologis penemuan-penemuan
dan item-item spesifiknya dalam sejarah, akan tetapi kita ingin melihat kembali penemuan
sejak masa lampau dan hingga yang kita kenal sekarang; seluruhnya sebenarnya menjadi bukti
bahwa manusia akan terus menciptakan dan menemukan peradaban-peradaban baru di masa
mendatang. Akan tetapi perlu kita meninjau ulang peradaban-peradaban itu kembali sehingga
ia dapat disebut sebagai kemajuan yang sesungguhnya. Menginsafi kemajuan berarti kita
mampu melihat secara jernih aspek-aspek atau bentuknya yang sesungguhnya. Sebagai contoh,
kemajuan teknologi saat ini bersifat bebas nilai (barang atau jasa diciptakan tanpa
memperhatikan kembali manfaat dan penggunaannya oleh manusia), Albert Einstein dengan
penemuan rumus Bom Atom (E=mc2) dalam pernyataannya tak menyangka bahwa rumusnya
akan membawa malapetaka bagi dunia sekarang. Terbukti begitu dahsyatnya Bom Atom
menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Kemajuan teknologi tidak mensyaratkan sepenuhnya
alasan-alasan kemanusiaan namun hanya melihat dan mempertimbangkan kepentingan
golongan, bangsa atau negara-negara tertentu saja (terutama negara adidaya).
Betapa kita dapat menyaksikan "kemajuan" yang sebenarnya hanya kekejaman. Dinamit
ditemukan oleh Alfred Nobel (sosok kontradiktif yang menyeru perdamaian juga sebagai sosok
yang bertanggung jawab atas banyak kematian), setelah sebelumnya ayahnya; Immanuel Nobel
dikenal sebagai insinyur penemu ranjau peledak kapal selam. Alfred merasa bersalah telah
menemukan peradaban yang salah atas nama kemajuan, inilah modern yang selama ini kita
3. berada di dalamnya. Bagaimana mungkin kemajuan yang dipuji-puji manusia modern hanya
memusnahkan peradaban manusia itu sendiri dengan alat atau temuannya? Kita masih punya
waktu (relatif pendek) untuk memikirkan kembali orientasi kemajuan atau bentuk peradaban
seperti apa yang ingin dan akan dibentuk di masa yang akan datang.
Kemajuan informasi saat ini meniscayakan setiap orang untuk mampu menguasai dan
mempelajari bidang kehidupan tertentu dengan bertarung di atas arena kompetisi (Battle of
Competition). Dunia menyuruh kita untuk terus berkompetisi dan berinovasi tentang materi
semata (consumtive material) sehingga kita kemudian sadar bahwa modernisme hanya
menguntungkan dan me-modern-kan pemodal dan pengusaha. Apakah modernisme juga telah
membawa perubahan (modern) bagi kaum marginal (miskin dan tak punya)?.
Jika kita melihat secara ekonomi bahwa pembagian kekuatan dan kekuasaan tidak merata
kepada manusia modern yang bertali hidup di dalamnya. Begitupun secara sosial, membentuk
kasta-kasta struktur masyarakat yang terlampaui berbeda (sekat) antara kelas-kelas sosial yang
hidup di masa modern sekarang. Secara tidak cermat untuk menyadari bahwa kita terhegemoni
oleh sistem non-simetris peradaban (peradaban tak seimbang dan merata) oleh bangsa-bangsa
dan golongan pemilik kekuatan dan kekuasaan. Manusia modern tertuntut untuk hanya
memikirkan inovasi, motivasi, dan penemuan materi agar dapat memenuhi "kebutuhan"
modern tanpa lagi berpikir apakah kebutuhan dan keinginan-keinginan materi tersebut telah
cukup atau takkan pernah cukup baginya. Oleh sebab itu kuasa akal kemudian berdiri dengan
tak punya rival lagi berbicara dan membentuk masa depan sendiri menurut rasionalitasnya
dengan bekerja dan menerapkan secara terus menerus slogan atas nama "peradaban" dan
"kemajuan" kepada manusia modern.
Idealisme yang telah dipelajari dengan panjang lebar yang didapat dalam pendidikan dan
institusi-institusi modern melekat dan menggerakkan manusia hanya untuk bertarung
(compete) dan cenderung meng-individualitas-kan kepentingan dan logika sendiri di atas nilai-
nilai kemanusiaan. Kita kemudian tiba pada pertanyaan; apakah manusia "dihidupkan"
modernisme atau sebaliknya, modernisme "menghidupkan" manusia?. Pertanyaan yang tak
bisa hanya dijawab oleh akal dan hingar bingar bising kesibukan materialisme bukan pula
semata oleh filsafat rasionalisme modern, justru kita juga membutuhkan atensi (perhatian
lebih) kepada hati dan keimanan sebagai instrumen membangkitkan kembali nilai-nilai
kemanusiaan dalam memproyeksi masa depan umat manusia; kemanusiaan yang bukan
4. tercemar dan tergoda oleh materi dan kekuasaan, bukan pula nafsu kepentingan sesaat dan
kepalsuan.