Jual Obat Cytotec Di Palembang 0823.2222.3014 Pusat Pelancar Haid Ampuh Berga...
MAKALAH analisis ayahku pulang.docx
1. MAKALAH
KONFLIK DALAM DRAMA
AYAHKU PULANG KARYA UMAR ISMAIL
DENGAN MENGGUNAKAN KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
DOSEN PENGAMPU: YESSI SONIATIN, M.Pd.
MATA KULIAH: TEORI SASTRA
Oleh:
JUK MELLI JAYATRI
NIM: 20032126
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2020/2021
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini. Yang Alhamdulillah tepat pada waktunya berjudul “Analisis Konflik
dalam Drama Ayahku Pulang karya Umar Ismail dengan Menggunakan Teori
Psikologi Sastra”.
Tak lupa pula sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari
kegelapan menuju jalan yang terang benerang yakni agama islam.
Makalah ini berisikan tentang wujud konflik batin internal drama Ayahku
Pulang karya Umar Ismail yang akan kami bahas secara lebih dalam. Kita perlu
memahami dan mengerti gambaran umum dalam drama tersebut, kita juga akan
mengetahui konflik yang terdapat dalam Drama Ayahku Pulang karya Umar
Ismail.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasihkepadasemua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir.Terutama untuk Ibu Yessy Soniatin, M.Pd. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Teori Sastra.Semoga dari makalah ini, kita dapat
menambah pengetahuan mengenai Analisis Konflik dalam Drama Ayahku Pulang
karya Umar Ismail dengan Menggunakan Teori Psikologi Sastra.
Lamongan, 23 Desember 2021
Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Psikologi Sastra Menurut Beberapa Pakar.........
B. Teori Psikologi Sastra Menurut Endraswara...............
BAB III PEMBAHASAN
A. Konflik Batin Internal Dalam Drama
1. Wujud Konflik Internal Tokoh Gunarto ..........................................
2. Wujud Konflik Internal Tokoh Tina..................................................
3. Wujud Konflik Internal Tokoh Raden Saleh.....................................
4. Wujud Konflik Internal Tokoh Maimun..........................................
5. Wujud Konflik Internal Tokoh Mintarsih........................................
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................................
B. SARAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan
‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu. (Ekspres, Badung. 2020: Online).
Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan
berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam
bentuk yang imajinatif, cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam
kemasan estetis melalui media bahasa. Pengertian di atas diperkuat oleh
Sumardjo dan Saini (1997: 3) yang berpendapat bahwa Sastra adalah
ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,
ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Konflik Batin dalam Drama Ayahku Pulang karya Umar Ismail berupa
tokoh Gunarto, Tina, Raden Saleh, Maimun dan Mintarsih.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana wujud konflik internal tokoh Gunarto?
2. Bagaimana wujud konflik internal tokoh Tina?
3. Bagaimana wujud konflik internal tokoh Raden Saleh?
4. Bagaimana wujud konflik internal tokoh Maimun?
5. Bagaimana wujud konflik internal tokoh Mintarsih?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui wujud konflik internal tokoh Gunarto
2. Mengetahui wujud konflik internal tokoh Tina
3. Mengetahui wujud konflik internal tokoh Raden Saleh
4. Mengetahui wujud konflik internal tokoh Maimun
5. Mengetahui wujud konflik internal tokoh Mintarsih
5. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Teori Pskologi Sastra Menurut Beberapa Pakar
1. Menurut Endraswara (2011:96)
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya
dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis,
akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan
teks berupa drama maupun prosa. (Manis, Asem. 2009: Online)
2. Menurut Roekhan (dalam Endaswara, 2011:97-98)
Psikologi sastra akan dipotong oleh tiga pendekatan sekaligus.
Pertama, pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam
karya sastra.
Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis
pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya
yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra.
Ketiga, pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis
ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik
penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya. (Manis, Asem. 2009:
Online)
3. Menurut Semi, (1993:76)
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi
bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan
manusia.Untuk melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh
diperlukan psikologi. (Manis, Asem. 2009: Online)
6. B. Teori Psikologi Sastra Menurut Endraswara
Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas
kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya.
Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan
aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama
maupun prosa.
Endraswara mengemukakan bahwa ada tiga cara untuk memahami teori
psikologi sastra yakni, pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi
kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih
dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian teori-
teori psikologi yang dianggap relevan untuk digunakan. Ketiga , secara simultan
menemukan teori dan objek penelitan. Teks yang ditampilkan melalui teknik
dalam teori sastra dapat mencerminkan suatu konsep dari psikologi yang diusung
oleh tokoh fiksional. Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan
kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan ketimpangan. (Manis, Asem.
2009: Online)
7. BAB III
PEMBAHASAN
A. Konflik Batin Internal Dalam Drama
1. Wujud Konflik Internal Tokoh Gunarto
a. Dendam
Wujud konflik yang dialami tokoh Gunarto yang pertama kali
dirasakan adalah rasa Dendam, dendam adalah wujud dari konflik Gunarto
dimana ia adalah anak yang ditinggal ayahnya sejak kecil.
“...ia lupa kepada kewajibannya karena nafsunya telah membawanya
kepintu neraka! Hutangnya yang ditinggalkan kepada kita bertimbun-
timbun! Sampai-sampai buku tabunganku yang disimpan oleh Ibu ikut
hilang juga bersama Ayah yang minggat itu! Yah, masa kecil kita
sungguh-sungguh sangat tersiksa. Maka jika memang kita mempunyai
Ayah, maka Ayah itulah musuhku yang sebesar-besarnya!” (Ismail, 2013:
Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Gunarto sendiri membawa
dendam dari masa lalunya.
b. Marah
Marah merupakan konflik internal dari tokoh bernama Gunarto ketika
ayahnya pulang dan ibu serta adik-adiknya menerima ayahnya kembali.
Namun Gunarto marah dengan semuanya.
“Jangan kau membela dia! Ingat, siapa yang membesarkan kau! Kau
lupa! Akulah yang membiayaimu selama ini dari penghasilanku sebagai
kuli dan kacung suruhan! Ayahmu yang sebenar-benarnya adalah aku!”
(Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Gunarto merasa marah karena
adiknya membela ayahnya.
c. Memendam Luka
Wujud konflik internal yang dialami Gunarto juga tentang memendam
luka karena tidak ada sosok ayah untuk menemani masa kecilnya dan
menafkahinya.
8. “......Dan kau Maimun. Lupakah engkau waktu menangis disekolah
rendah dulu? Karena kau tidak bisa membeli kelereng seperti kawan-
kawanmu yang lain. Dan kau pergi kesekolah dengan pakaian yang sudah
robek dan tambalan sana-sini? Itu semua terjadi karena kita tidak
mempunyai seorang Ayah! Kalau kita punya seorang Ayah, lalu kenapa
hidup kita melarat selama ini!” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Gunarto memendam luka pahit
getir hidupnya sendirian.
d. Sombong
Wujud konflik internal yang dialami Gunarto juga tentang perasaan
yang sombong karena merasa dirinya bisa hidup tanpa sosok ayah.
"Ayah kandung? Memang Gunarto yang dulu pernah punya Ayah, tapi
dia sudah meninggal dunia dua puluh tahun yang lalu. Dan Gunarto yang
sekarang adalah Gunarto yang dibentuk oleh Gunarto sendiri! aku tidak
pernah berhutang budi kepada siapapun diatas dunia ini. Aku merdeka,
semerdeka merdekanya, Bu!” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Gunarto sombong. Ia merasa
bahwa dirinya bisa hidup tanpa sosok ayah selama ini.
e. Penyesalan
Wujud konflik internal yang dialami Gunarto juga tentang
penyesalannya karena telah menghina dan mengusir ayah kandungnya
sendiri.
“Dia tak tahan menerima penghinaan dariku. Dia yang biasa
dihormati orang, dan dia yang angkuh, yah, angkuh seperti diriku juga…
Ayahku. Aku telah membunuh Ayahku. Ayahku sendiri. Ayahku pulang,
Ayahku pulang!” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Gunarto merasa menyesal
karena telah memperlakukan ayah kandungnya dengan buruk.
2. Wujud Konflik Internal Tokoh Tina
a. Rindu
Wujud konflik yang dialami tokoh Tina yang pertama kali dirasakan
adalah rasa rindu kepada mantan suaminya yang sangat lama
meninggalkannya.
9. “Malam Hari Raya Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut
Sahutan. Pada malam hari raya seperti inilah Ayahmu pergi dengan tidak
meninggalkan sepatah katapun.” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Tina merasa rindu kepada
ayah dari anaknya tersebut.
b. Trauma
Trauma merupakan konflik internal dari tokoh bernama Tina ini, ia
trauma mempunyai suami hartawan.
“Uang Narto! Tidak Narto, tidak… aku tidak mau terkena dua kali,
aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang Hartawan, tidak… cukuplah
aku saja sendiri. Biarlah ia hidup sederhana, Mintarsih mestilah
bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti…”(Ismail, 2013:
Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Tina merasa Trauma bersuami
hartawan.
c. Pemaaf
Wujud konflik internal yang dialami Tina juga tentang sifatnya yang
pemaaf. Besar sekali kesalahan yang dilakukan oleh suaminya, namun
Tina tetap menerimanya kembali.
“Tentu saja boleh. Mari…” "Ayahmu pulang, Nak." (Ismail, 2013:
Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Tina adalah orang yang
pemaaf.
3. Wujud Konflik Internal Tokoh Raden Saleh
a. Malu
Wujud konflik yang dialami tokoh Gunarto yang pertama kali
dirasakan adalah rasa malu karena ingin bertemu dengan keluarganya yang
dulu ia tinggalkan.
“Tepi jalan atau dalam sungai. Aku cuma seorang pengemis sekarang.
Seharusnya memang aku malu untuk masuk kedalam rumah ini yang
kutinggalkan dulu. Aku sudah tua lemah dan sadar, langkahku terayun
kembali. Yah, sudah tiga hari aku berdiri didepan sana, tapi aku malu tak
10. sanggup sebenarnya untuk masuk kesini. Aku sudah tua, dan…”(Ismail,
2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Raden Saleh merasa malu ingin
kembali ke keluarganya yang dulu ia tinggalkan.
b. Putus asa
Putus asa merupakan konflik internal dari tokoh bernama Raden Saleh.
Ia merasa tak pantas untuk kembali pada keluarganya yang dulu pernah ia
tinggalkan.
“Aku mengerti, bagiku tidak ada jalan untuk kembali. Jika Aku
kembali aku hanya mengganggu kedamaian dan kebahagiaan anakku saja.
Biarlah aku pergi. Inilah jalan yang terbaik. Tidak ada jalan untuk
kembali." (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Raden Saleh merasa putus
asa.
c. Penolakan
Kehidupan yang sangat keras selalu menempa Raden Saleh. Ia tidak
pernah membayangkan bahwa harga dirinya sampai di injak-injak oleh
anaknya sendiri.
“Baiklah aku akan pergi. Tapi tahukah kau Narto, bagaimana sedih
rasa hatiku. Aku yang pernah dihormati, orang kaya yang memiliki uang
berjuta-juta banyaknya, sekarang diusir sebagai pengemis oleh seorang
anak kandungnya sendiri… tapi biarlah sedalam apapun aku terjerumus
kedalam kesengsaraan, aku tidak akan mengganggu kalian lagi.” (Ismail,
2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Raden Saleh merasa dirinya
ditolak untuk kembali ke keluarganya yang dulu oleh Gunarto.
4. Wujud Konflik Internal Tokoh Maimun
a. Tegas
Tegas merupakan konflik internal dari tokoh bernama Maimun. Ia tak
rela jika Ayahnya diusir dari rumah.
“Tunggu dulu, Ayah! Jika Bang Narto tidak mau menerima Ayah,
akulah yang menerima Ayah. Aku tidak perduli apa yang terjadi!” (Ismail,
2013: Online)
11. Kutipan di atas menggambarkan bahwa Maimun adalah orang yang
tegas.
b. Kesal
Wujud konflik internal yang dialami Maimun juga tentang perasaan
yang kesal karena perlakuan kakaknya terhadap ayahnya.
“Tidak ada rasa belas kasihan. Tidak ada rasa tanggung jawab
terhadap adik-adiknya yang tidak berAyah lagi.” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Maimun merasa kesal
terhadap perlakuan kakaknya terhadap ayahnya.
5. Wujud Konflik Internal Tokoh Mintarsih
a. Lemah
Wujud konflik yang dialami tokoh Mintarsih yang pertama kali yaitu
sifatnya yang lemah dan tidak tegas.
“Engkau menyakiti hati Ibu, Bang.” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Mintarsih adalah orang yang
lemah lembut sehingga tak berani melawan kakaknya yang keterlaluan.
b. Kecewa
Wujud konflik internal yang dialami Mintarsih juga tentang perasaan
yang kecewa oleh sikap kakaknya.
“Bang, bagaimanakah Abang? Tidak dapatkah Abang memaafkan
Ayah? Besok hari raya, sudah semestinya kita saling memaafkan. Abang
tidak kasihan? Kemana dia akan pergi setua itu?” (Ismail, 2013: Online)
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Mintarsih merasa kecewa
dengan sikap kakaknya.
12. BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisis yang penulis lakukan dalam penelitian resolusi konflik internal
dalam Drama Ayahku Pulang karya Umar Ismail dengan menggunakan teori
psikologi sastra, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Wujud konflik internal tokoh Gunarto
a. Dendam terhadap ayahnya karena ditinggal sejak kecil
b. Marah terhadap keluarganya karena membela ayahnya
c. Memendam luka karena tidak ada sosok ayah untuk menemani masa
kecilnya dan menafkahinya.
d. Sombong karena merasa dirinya bisa hidup tanpa sosok ayah.
e. Menyesal karena telah menghina dan mengusir ayahnya hingga ayahnya
putus asa dan bunuh diri.
2. Wujud konflik internal tokoh Tina
a. Rindu kepada mantan suaminya yang sangat lama meninggalkannya
b. Trauma mempunyai suami hartawan.
c. Pemaaf, sebesar aapapun kesalahan mantan suaminya, namun Tina tetap
menerimanya kembali.
3. Wujud konflik internal tokoh Raden Saleh
a. Malu karena ingin bertemu dengan keluarganya yang dulu ia tinggalkan
b. Putus asa karena merasa tak pantas untuk kembali pada keluarganya yang
dulu pernah ia tinggalkan
c. Penolakan, ia ditolak untuk kembali ke keluarganya yang dulu oleh
Gunarto
4. Wujud konflik internal tokoh Maimun
a. Tegas, ia tak rela jika Ayahnya diusir dari rumah.
b. Kesal karena perlakuan kakaknya terhadap ayahnya.
5. Wujud konflik internal tokoh Mintarsih
a. Lemah, karena sifatnya yang lemah lembut sehingga tak berani melawan
kakaknya yang keterlaluan.
b. kecewa dengan sikap kakaknya.
13. B. SARAN
Melalui hasil penelitian tentang resolusi konflik dalam drama Ayahku Pulang
karya Umar Ismail, peneliti meyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat
berguna bagi kepentingan-kepentingan yang terkait.Saran penelitian ini ditujukan
bagi para pembaca dan peneliti lanjutan.
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dari aspek psikologi
pengarang dan pembaca sehingga lebih utuh aspek yang didapat.
2. Pembaca karya sastra dapat mengambil nilai-nilai positif dari karya yang
telah dibaca dalam drama Ayahku Pulang karya Umar Ismail.
14. DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Umar. 2013. Ayahku Pulang: Online
https://mbahbrata.wordpress.com/2013/03/28/ayahku-pulang/
Ekspres, Badung. 2020. Pengertian Teori Sastra: Online
https://bandungekspres.co.id/pengertian-teori-sastra/
Manis, Asem. 2009. Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para Ahli: Online
https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secaraumum-dan-menurut-
para-ahli/