SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF
PERBAIKAN KENDARAAN RINGAN
GENERAL
PENGENDALIAN POLUSI DI
TEMPAT KERJA
OTO.KR01.016.03.04
MODUL 4 DARI 6
BUKU
INFORMASI
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Daftar Isi Halaman
Bagian - 1 2
Pendahuluan 2
Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan 2
Disain Modul 2
Isi Modul 3
Pelaksanaan Modul 3
Definisi istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia
4
Hasil Pelatihan 5
Pengenalan 5
Prasyarat 5
Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) 5
Bagian - 2 6
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja 6
• Polusi di Tempat Kerja dengan Mesin 6
• Bahaya-bahaya 6
• Bahan Kimia Beracun dan Penyebab Karat 8
• Suara yang Terlalu Keras 9
• Radiasi Terionisasi dan Tak Terionisasi 11
• Getaran yang Berbahaya 13
• Getaran Tangan/Tubuh yang Berulang dan Bersifat Membuat
Stres
14
• Lingkungan yang Panas dan Dingin 15
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia OTO.KR01.016.01
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 2/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Bagian - 1
Pendahuluan
Modul ini terdiri dari tiga buku petunjuk yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku
Penilaian. Ketiga buku tersebut saling berhubungan dan menjadi referensi Modul
Pelatihan. Berikut ini adalah Buku Informasi.
Modul Pelatihan ini menggunakan Pelatihan Berbasis Kompetensi sebagai
pendekatan untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai di tempat kerja.
Pelatihan Berbasis Kompetensi memfokuskan pada keterampilan seseorang yang
harus dimilki di tempat kerja. Fokusnya adalah pada pencapaian keterampilan dan
bukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti pelatihan.
Modul Pelatihan ini disusun berdasarkan pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah pernyataan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diakui secara nasional yang diperlukan
untuk penanganan perbaikan di sektor otomotif.
Modul Pelatihan ini digunakan sebagai Kriteria Penilaian terhadap Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia OTO.KR01.016.01.
Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan
Pada modul Pelatihan ini, seseorang yang menyampaikan materi pelatihan lebih
dikenal sebagai Pelatih. Di sekolah-sekolah, institusi-institusi dan pusat-pusat
pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan guru, instruktur, pembimbing
atau sebutan lainnya.
Berkaitan dengan keterangan di atas, seseorang yang berusaha mencapai
kemampuan disebut sebagai Peserta Pelatihan. Pada sekolah-sekolah, institusi-
institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan
siswa, murid, pelajar, peserta, atau sebutan lainnya.
Pelatihan adalah proses pengajaran yang berlangsung di sekolah, institusi ataupun
Balai Latihan Kerja.
Disain Modul
Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan
Individual/mandiri :
• Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih.
• Pelatihan Individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta
dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan
bantuan dari pelatih.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 3/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Isi Modul
Buku Informasi
Buku Informasi ini adalah sumber untuk pelatih dan peserta pelatihan yang berisi :
• informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek
kerja.
Buku Kerja
Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap
pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan
Individual/mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
• kegiatan-kegiatan akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan
memahami informasi
• kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan
peserta pelatihan.
• kegiatan penilaian untuk menilai pengetahuan peserta pelatihan
• kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam
melaksanakan praktek kerja.
Buku Penilaian
Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan
peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
• kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan
keterampilan
• metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta
pelatihan
• sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan
• semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja
• petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek
• catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
Pelaksanaan modul
Pada Pelatihan Klasikal, pelatih akan :
• menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai
sumber pelatihan
• menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan
• menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan
pelatihan
• memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan
menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja
• menggunakan Buku Penilaian untuk menilai jawaban/tanggapan dan hasil-hasil
peserta pelatihan pada Buku Kerja.
Pada Pelatihan Individual/mandiri, peserta pelatihan akan :
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 4/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
• menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan
• menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja
• memberikan jawaban pada Buku Kerja
• mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja
• memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh Pelatih.
Definisi Istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia
Prasyarat
Kompetensi yang dibutuhkan sebelum memulai suatu kompetensi tertentu.
Elemen Kompetensi
Tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keterampilan.
Kriteria Unjuk Kerja
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjukkan keterampilan pada setiap
elemen.
Batasan Variabel
Ruang lingkup materi dan persyaratan yang memenuhi kriteria unjuk kerja yang
ditetapkan.
Panduan Penilaian
Merupakan petunjuk bagaimana peserta pelatihan dinilai berdasarkan kriteria unjuk
kerja.
Konteks
Merupakan penjelasan tentang dari mana, bagaimana dan metode penilaian apa
yang seharusnya digunakan.
Aspek-aspek yang diperlukan
Menentukan kegiatan inti yang harus dinilai.
Persyaratan Level Literasi dan Numerasi
Persyaratan Modul Literasi Level 1 dan Numerasi Level 1
Level Literasi
1 Kemampuan untuk membaca, memahami dan menghasilkan teks dasar.
2 Kemampuan untuk memahami hubungan yang kompleks pada teks dan
memahami informasi lisan dan tulisan yang diberikan.
3 Kemampuan untuk menulis, menganalisa kritik dan mengevaluasi teks.
Level Numerasi
1 Kemampuan untuk menggunakan simbul-simbul dasar, diagram, istilah
secara matematik dan dapat memahami konteks serta dapat
mengkomunikasikan secara matematik.
2 Kemampuan untuk menguji, memahami dan menggunakan konsep
matematik yang kompleks pada batasan konteks.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 5/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
3 Kemampuan untuk menganalisa kritik, mengevaluasi dan menggunakan
simbol-simbol matematik, diagram, chart dan teori-teori yang kompleks.
Hasil Pelatihan
Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini, tanpa bantuan orang lain peserta harus
dapat mengidentifikasi sumber polusi dalam lingkungan kerja yang berhubungan
dengan alat transportasi dan membuat garis besar pengukuran pengendaliannya.
• Jelaskan sumber polusi dalam suatu lingkungan kerja dengan mesin dan mem-
buat garis besar pengukuran pengendaliannya.
Pengenalan
Sumber polusi dalam suatu lingkungan kerja yang berhubungan dengan alat
transportasi dapat termasuk : suara, udara, lingkungan pada umumnya dan berbagai
macam polusi yang lain. Polusi yang sumbernya tidak teridentifikasi dan terkontrol
dapat menyebabkan sakit serius bagi pekerja. Dalam unit kegiatan ini akan diteliti dan
diidentifikasi serta dicari metode pengendaliannya yang tepat dari berbagai macam
polutan.
Prasyarat
Tidak ada prasyarat.
Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC)
Jika seorang peserta menyatakan dia mampu/cakap dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang ditentukan pada hasil pelatihan, dia harus dapat membuktikan
kemampuannya kepada pelatih.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 6/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Bagian - 1
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja
Polusi di Tempat Kerja dengan Mesin
Sebagian besar hidup kita dihabiskan untuk bekerja dan setiap usaha memerlukan
waktu untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Banyak situasi yang berbahaya yang dapat mengakibatkan "luka" (ketidaknyamanan,
kerugian, sakit, kerusakan, dll.) perorangan baik untuk kita sendiri atau teman sekerja
kita. Dalam bagian ini kita akan memahami bahaya yang khas di tempat kerja dan
metode pengendaliannya.
Benda-benda dapat merusak tubuh eseorang dengan empat cara:
Mengambil nafas (inhalation)
Bersentuhan dengan kulit (absorption)
Menelan (ingestion)
Terkena benda runcing (injection)
Gambar 1. Contoh gambar "inhalation" dan "absorption".
Banyak bahaya dapat mengenai perorangan dengan semua cara tersebut di atas.
Bahaya
Akibat yang dirasakan dalam tubuh manusia dapat akut atau kronis dan kadang-
kadang kedua-duanya.
Bahaya yang akut adalah reaksi langsung pada bahaya yang mengenainya, misalnya:
adanya bintik-bintik merah pada kulit, batuk-batuk, sulit bernafas, tidak sadar, atau
meninggal. Akibat terkena bahaya akut dapat pula lama atau cacat / kerusakan yang
permanen pada tubuh kita.
Bahaya yang kronis mungkin tidak segera kelihatan jelas dan akibatnya lama tidak
dirasakan si penderita. Bahaya yang kronis umumnya tidak dapat sembuh, misalnya:
kanker yang disebabkan oleh pengaruh asbes.
Banyak bahaya yang mudah dikenal seperti misalnya: gir (roda besi) atau pulley tanpa
pengaman.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 7/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Gambar 2. Sistem pulley tanpa pengaman.
Beberapa bahaya tidak mudah dikenal tetapi dalam jangka waktu lama atau akibat
kronisnya dapat lebih berbahaya daripada gir atau pulley yang tanpa pengaman.
Berikut ini adalah contoh-contoh garis besar akibat yang dapat timbul pada tubuh kita
dari polutan yang "tidak jelas" di tempat kerja. Pada dasarnya hal itu adalah:
Polutan atmosfer,
Karat dan bahan kimia beracun,
Suara yang terlalu keras,
Radiasi,
Getaran,
Gerakan badan atau tangan yang berulang-ulang dan melelahkan,
Lingkungan yang panas atau dingin.
Tubuh dapat menolak atau menyaring partikel besar melalui hidung dan membran
mukosa (selaput lendir) dengan meludah atau menelannya. Partikel kecil yang dapat
lolos dari mekanisme pertahanan itu dapat menembus paru-paru dan menyebabkan
penyakit paru-paru. Debu apa saja mempunyai potensi menciptakan penyakit paru-
paru. Beberapa kasus khusus dalam lingkungan tempat kerja adalah asbes (penyebab
sakit paru-paru), debu fibreglass / fibre (juga penyebab sakit paru-paru), penyemprot
cat dan debu (reaksi alergi terhadap larutan).
Gambar 3. Penyedotan partikel debu.
Seperti halnya dengan semua bahaya yang dipentingkan adalah pada pengendalian
dan pencegahan. APP dipandang sebagai ukuran sementara ketika pengendali secara
maksinal dikembangkan atau sebagai penambah keamanan terhadap bahaya. Bahaya
asbes, fibreglass, dan penyemprot cat hampir semua dapat dikendalikan dengan
pengendalian khusus bahaya pada sumbernya. Alat khusus tersedia untuk melindungi
pekerja dan harus selalu digunakan. Namun demikian masih ada macam kotoran yang
ada dalam atmosfer yang memerlukan perlindungan yang berupa respirator (alat
penyaring untuk udara yang dihirup).
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 8/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Gambar 4. Contoh tiga tipe respirator
Penggunaan respirator yang tepat untuk pekerjaan tertentu sangatlah penting sekali.
Alat yang tidak tepat atau tidak terawat dengan baik sama bahayanya dengan tanpa
menggunakan alat sama sekali.
Bahan Kimia Beracun dan Penyebab Karat
Gambar 5. Simbol Hazchem.
Berbagai bahan kimia dan bahan-bahan lain digunakan di tempat kerja (bengkel).
Banyak dari bahan-bahan ini beracun, menyebabkan karat, atau mengandung sifaat
berbahaya yang lainnya.
Bersinggungan dengan bahan kimia harus se minimal mungkin untuk mengurangi
akibat yang tidak perlu. Lembar Data Keamanan Material (LDKM) dan informasi pada
label bahan kimia perlu diteliti secara menyeluruh dan harus dipahami sebelum
menggunakan. Jangan menggunakan bahan kimia / bahan lain sampai anda puas
betul bahwa semua syarat kesehatan dan keamanan telah dipertimbangkan,
termasuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan dan keamanan.
Bahan kima / bahan lain yang berbahaya dapat menyebabkan akibat yang tidak
dibayangkan sebelumnya dan akibat cacat permanen pada tubuh kita.
Gambar 6. Akibat yang dapat terjadi dari bahan kimia beracun.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 9/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Akibat-akibat utama yang terjadi:
Bahan penyebab karat -- membakar kulit, mata, paru-paru.
Bahan beracun -- kerusakan pada tubuh yang akut dan kronis.
Bahan yang menyebabkan iritasi -- sakit kulit, atau kerusakan paru-paru.
Bahan yang sensitif -- menyebabkan asma dan reaksi alergi lainnya.
Bahan yang berbau menyengat – mendesak oksigen dalam paru-paru yang
mengakibatkan kekurangan oksigen.
Bahan yang dapat meledak -- kerusakan karena panas atau api.
Berbahaya!
Gambar 7. Cara menyimpan bahan kimia yang betul.
Karena derajat keracunan dari bahan kimia itu sangat bervariasi, maka metode pe-
ngendalian secara umum tidak dapat direkomendasikan. Lembar Data Keamanan
Material (LDKM) yang khusus disusun untuk masing-masing bahan kimia perlu diteliti
secara menyeluruh dan metode pengendalian yang direkomendasikan harus benar-
benar diikuti. Majikan dan petugas kesehatan dan keamanan perlu dimintai pendapat
mengenai masalah bahan kimia penyebab karat dan beracun ini.
Suara yang Terlalu Keras
Ada tiga bahaya yang mungkin terjadi jika kita mendengar suara kebisingan yang
terlalu keras.
• Suara itu mengganggu komunikasi bicara dan tidak mendengar tanda bahaya, dan
karenanya bisa menyebabkan kecelakaan.
• Suara itu menurunkan moril, efisiensi, dan kepedulian umum dari para pekerja,
dan hal ini mungkin menyebabkan kecelakaan dan meningkatkan tingkat stres.
• Suara yang tinggi berakibat langsung pada pekerja dengan pendengaran yang
tidak seimbang dan dapat mengakibatkan tunarungu dalam kasus yang serius.
Gambar 8. Memonitor tingkat kebisingan sama pentingnya de-ngan memakai alat
pengaman perorangan yang tepat.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 10/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Ukuran tingkat bunyi yang dipergunakan untuk mengukur suara. Ukuran ini memper-
gunakan filter yang bereaksi sama seperti telinga manusia.
Beberapa contoh kusus dari tingkat suara (kebisingan) dan akibatnya yang terlihat
dalam tabel berikut ini:
Sumber Suara Tingkat Akibat yang Ditimbulkan
Percakapan pada umumnya
Rata-rata mobil jarak10m
Pabrik pada umumnya
60-65 dB(A)
70-75 dB(A)
dapat mengganggu
percakapan dan tidak
nyaman80 dB(A)
Grinda sudut
Truk besar
Gergaji bulat
Gergaji rantai
90 dB(A)
90 dB(A)
100 dB(A)
110 dB(A)
dapat menyebabkan sakit
Pres hidrolik Rivet
Hammer(Amer keling)
Mesin jet
120 dB(A)
30 dB(A)
140 dB(A)
sangat menyakitkan
Suara yang sama akan mengakibatkan kerusakan pendengaran yang diderita berbeda
bagi pendengar yang berbeda pula. Orang-orang tertentu lebih sensitif dari yang lain,
jadi tidak ada tingkat yang tepat untuk menentukan kapan suara (kebisingan) jadi
masalah.
Gambar 9. Suara yang keras dapat menimbulkan kerusakan serius.
Kehilaangan pendengaran dapat disebabkan karena terkena puncak-puncak suara
tingkat tinggi. Kerusakan dapat disebabkan oleh terlalu dekatnya dengan ledakan atau
suara tembakan keras.
Namun demikian, kehilangan pendengaran biasanya dikaitkan dengan jumlah rata-
rata suara yang diterima oleh seseorang yang melakukan pekerjaan pada hari itu.
Itulah sebabnya maka seseorang akan mempunyai risiko lebih besar untuk kehi-
langan pendengarannya dengan tingkat suara yang lebih rendah selama ia bekerja
(sepanjang hari) daripada seseorang yang mendengar suara dengan tingkat lebih
tinggi tetapi hanya sebentar.
Di bawah ini adalah contoh rekomendasi tingkat suara maksimum tanpa pengaman
telinga (periksalah State/Territory Regulations).
Jam per hari Tingkat suara maksimum dalam dB(A)
8
4
2
1
0.5
0.25
90
93
96
99
102
105
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 11/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Seperti halnya untuk semua macam bahaya, pemecahan masalah yang dipilih untuk
urusan polusi suara tidak pada APP (PPE), tetapi pada menghilangkan atau
mengendalikan bahaya pada sumbernya. Hal ini dapat dicapai dengan :
• Ahli pengendali suara yang handal harus dapat mengembangkan metode
pengendalian.
• Hilangkan atau pindahkan mesin pembangkit suara itu ke luar.
• Mesin atau pekerjaan yang menghasilkan kebisingan dimasukkan ke dalam
ruangan yang kedap suara.
• Peredam yang dipasangkan pada mesin pnumatik.
• Perawatan peralatan yang tepat dan teratur.
• Penggantian peralatan yang bising dengan yang kurang bising.
Gambar 10. Alat Pengaman Perorangan (APP).
Penggunaan APP (PPE) dalam bentuk macam-macam pengaman telinga harus di-
pandang hanya sebagai pengukuran sementara, dalam pada itu pemecahan masalah
secara teknis harus dicari dan diterapkan. Seperti halnya semua APP (PPE),
perawatan alat-alat pengaman, cocoknya peralatan itu dipakai, dan kecocokan
peralatan itu bagi pribadi merupakan hal yang sangat penting.
Radiasi Terionisasi dan Tak Terionisasi
Manusia selalu hidup dalam dunia di mana ia terkena radio-aktif: ada radiasi di dalam
udara yang kita hirup, ada radiasi dalam makanan yang kita makan, dan ada radiasi
dalam air yang kita minum.
Namun demikian, manusia telah berhasil mengembangkan dan menggunakan bahan
radio-aktif dengan kekuatan yang berlipat ganda dari radiasi alam yang disebutkan di
atas.
Gambar 11. Emisi radiasi terionisasi dari peralatan Sinar-X
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 12/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Radiasi Terionisasi
Radiasi terionisasi dihasilkan oleh peralatan sinar-X atau sinar gamma yang dike-
luarkan oleh bahan radio-aktif. Bahan radio-aktif digunakan dalam peralatan teknik
dalam pengujian metal yang tidak merusak, misalnya: menguji ketebalan metal, dan
baiknya atau sempurnanya pengelasan.
Untuk melindungi para pekerja, waktu kerja harus dibatasi lamanya.
Radiasi yang Tak Terionisasi
Gelombang radiasi elektro-magnetik adalah sebagai berikut:
Gelombang frekuensi rendah -- transformator, pemanas hasil induksi, radio, televisi,
dan radar.
Jika berada dekat pemancar berkekuatan tinggi, seseorang dapat terkena induksi
berupa percikan dengan kemungkinan terjadinya ledakan.
Microwaves -- digunakan untuk memamsak, fisio-terapi, dan pengujian yang tak
merusakkan. Microwaves dapat menyebabkan rasa sakit dan kerusakan kulit terbatas.
Microwaves juga dapat menguapkan & menyebabkan bahan terbakar..
Radiasi infra-merah -- dilepaskan oleh benda-benda panas dan yang digunakan yntuk
pembakaran. Bahaya yang utama terletak pada kerusakan di belakang permukaan
lensa mata karena terkena cukup lama. Pengelasan dan pemotongan dengan gas
melepaskan radiati infra-merah.
Radiasi yang terlihat -- tidak merupakan masalah yang serius, tetapi perlin-dungan
terhadap sinar yang terang sekali harus dilakukan.
Radiasi ultra-violet -- las listrik, lampu UV, dan snar matahari langsung adalah sumber
kerusakan yang umum oleh radiasi UV. Kulit dan mata dapat terkena.
Gambar 12. APP yang digunakan menanggulangi radiasi UV.
Sinar Laser -- dipakai pada mesin potong metal, pengelasan plastik, dan pengu-kuran
peralatan. Laser berkekuatan tinggi dapat menyebabkan cacat permanen.
Perlindungan terhadap bahaya radiasi ini biasanya dilakukan dengan perisai pen-
cegah, pakaian pencegah, macam-macam kacamata, "topeng", krim kulit, dan
pengendalian atau pembatasan penggunaan.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 13/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Getaran yang berbahaya
Getaran, dalam segala bentuknya, ditimbulkan oleh mesin yang sedang digunakan,
dan hal ini dapat mempengaruhi keamanan mesin dengan cara sebagai berikut:
Getaran metal dalam waktu yang lama dapat menyebabkan "kelelahan" pada
komponennya yang menyebabkan tidak berfungsi.
Dengan getaran, begian yang terpisah pada mesin, meja kerja, dan rak dapat terjatuh
dan mengakibatkan kecelakaan.
Getaran dapat menyebabkan pengencang (mur, baut, dll.) terlepas yang kemu-dian
mengakibatkan kerusakan pada mesin atau melukai operatornya.
Getaran yang dialami para pekerja umumnya digolongkan dalam getaran tubuh secara
keseluruhan dan getaran tangan atau lengan.
Gambar 13. Getaran tubuh dialami pada getaran struktur.
Getaran seluruh tubuh terjadi jika bekerja para pekerja duduk, berdiri, atau ber-baring
pada suatu struktur (bisa mesin, bisa alat yang berjalan) yang bergetar. Getaran yang
sangat menyebabkan pusing, mau muntah, belakang (Jawa: geger) yang sakit, dan
gangguan mental. Sebagian besar organ tubuh dapat terpengaruh.
Gambar 14 Getaran pada tangan dan lengan juga menyebabkan sakit.
Getaran pada tangan dan lengan dihasilkan oleh pemakaian terus-menerus dari alat-
alat tangan dengan gerak maju-mundur dan gerak lingkaran, seperti gergaji, alat
pelubang, mesin penghalus, grinda, dll.
Getaran semacam itu dapat menghasilkan beberapa macam kekacauan pekerjaan.
Tulang yang menipis.
Pengerasan kulit halus pada tangan, khususnya di telapak tangan.
Bengkak dan sakit, pada persendian, khususnya di siku.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 14/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Gambar 15. Akibat bengkak dan sakit.
Gangguan berputar, dikenal dengan nama "sakit amer pnumatik" arau "jari mati atau
putih".
Strategi pengendalian getaran di tempat kerja akan diarahkan pada menghilangkan
atau mengurangi sumber getaran.
Mengganti mesin yang banyak getaran dengan yang sedikit getarannya.
Memperbaiki pir kendaraan dan tempat duduk untuk mengurangi getaran.
Mengurangi getaran mesin dengan menggunakan alas karet.
Memperhatikan betul perawatan dan reparasi yang tepat pada mesin.
Kenakan giliran kerja dan waktu istirahat yang diatur baik.
Gerakan Tangan/Tubuh yang Berulang dan Besifat Membuat Stres
"Overuse injuries" (rasa sakit karena terlalu lama menggunakan alat) adalah istilah
yang digunakan untuk menerangkan adanya ketidak-nyamanan atau rasa sakit yang
terus-menerus pada ootot-otot dan lapisan halus lainnya.
Di Australia istilah di atas lebh dikenal dengan "Repetitive Strain Injuries" (Rasa sakit
karena kelelahan yang disebabkan gerakan yang sama dan berulang-ulang), karena
istilah itu telah dipopulerkan akhir-akhir ini. Namun demikian, rasa sakit seperti
disebutkan di atas telah dikenal sejak orang membuat alat-alat; istilah yang digunakan
adalah "housemaid's knee", "tennis elbow", dan "writer's cramp".
"Overuse Injuries" disebabkan karena gerakan berulang-ulang yang sama. Stres
mungkin juga salah satu penyebab "overuse injuries". "Overuse Injuries" dapat
menyebabkan orang tidak mungkin mengerjakan tugas yang sangat mudah seperti
mengancingkan baju.
Penangkalan "overuse injuries" haruslah melalui pergantian tugas yang mengguna-
kan gerakan berulang yang sedang dikerjakan itu.
Pengaturan postur tubuh yang lebih baik, mengurangi beban, dan modifikasi lainnya
yang mengurangi kelelahan otot akan membantu pekerja.
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 15/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Gejala Lamanya waktu
Prognosis
(Perkiraan akibatnya)
Tingkat 1
Rasa sakit yang tak
menentu dan lelah terjadi
selama be kerja, tetapi
hilang setelah istirahat, se
hari sesudahnya, dan
setelah akhir minggu
Beberapa minggu se
mentara pengerjaan tugas
dengan gerakan berulang
berlanjut
Pengurangan minimal
dalam kapasitas pekerjaan
atau perlu diganti jika
gejala ting kat 1 ini
ditemukan
Tingkat 2
Rasa sakit dan lelah itu
terjadi tidak lama setelah
orang mulai bekerja dan
hal itu terus dirasakan
setelah selesai bekerja
Sampai dengan bebera pa
minggu setelah berhenti
mengerjakan pekerjaan
dengan gerakan berulang
Perlu ditangani segera,
sebab akan berkembang
dengan mudah ke tingkat
3 jika tidak ditangai
Tingkat 3
Rasa sakit dan lelah nya
tetap, dan lemah ketika
istirahat, dan rasa sakit
meskipuntidak melakukan
g e rakan berulang.
Berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun meskipun
sudah tidak melakukan
Payah, kronis, dan condisi
yang mungkin sudah
menetap pekerjaan itu
Gambar 16. Pelaku pekerjaan dengan gerakan berulang perlu diberitahu.
Lingkungan yang Panas dan Dingin
Tubuh manusia mirip dengan mesin pembakaran dalam dimana bahan bakar yang
dikonsumsi dan pada ukurannya (sekitar dua belas persen) akanmenyediakan energi
untk otot sedangkan sisa energi bahan bakar (delapan persen) diubah menjadi panas
dan dikeluarkan tubuh.
Semakin kita keras bekerja akan banyak panas yang ditimbulkan.
Bekerja ditempat yang panas akan mnghambat laju pengeluaran panas dan membuat
keadaan pekerja lebih buruk
Gambar 17. Lingkungan panas dan dingin menciptakan masalah ditempat kerja
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 16/16
Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General
Keadaan terlampau panas menyebabkan cepat lelah dan rasa mengantuk dimana ini
meningkatkan kesalahan kerja.
Keadaan terlampau dingin pada sisi lain mengakibatkan kegelisahan dan penurunnan
tingkat perhatian dimana efek mental ini mengganggu ketelitian bekerja.
Kerja yang lebih berat sangat diperlukan pada situasi yang dingin, tetapi peluh yang
keluar akan menambah masalah dan pakaian pelindung diri yang sesuai adalah
penyelesaian yang baik.
Efek dari tekanan perubahan suhu akan berbeda tiap orang pada :
Usia - pekerja yang lebih tua peka menderita perubahan suhu yang hebat/drastis
Jenis kelamin - wanita umumnya memiliki lebih banyak kesulitan saat menyesuaikan
pada suhu yang tinggi
Kondisi fisik - pekerja/tukang umumnya dapat menahan lebih banyak stress.
Penyakit Gejala Perlakuan
Kejang akibat panas
Mengigau karena
panas
Kelelahan karena
panas
Stroke
urat kejang dan sakit
pingsan
lemas, kulit dingin dan pucat
Denyut nadi cepat,Tekanan
darah turun
Demam, kulit panas dan
kering warna kulit merah
Tekanan darah naik denyut
nadi meningkat cepat
istirahat, berikan
minum dengan air
dan garam
Pindahkan
penderita dari
tempat panas
pindahkan
penderita,
istirahatkan, berikan
air dan garam
Cepat pindahkan
penderita dari
tempat panas
mandikan penderita
untuk menurunkan
suhunya berikan
obat sebagai
pertolongan.
Pada banyak industri, selalu dibutuhkan untuk menempatkan pekerja dan menjadi
sasaran untuk tempat dengan perubahan suhu yang hebat antara dingin dan panas
Pada beberapa kasus, alat pelindung dapat menguntungkan dengan pakaian dan
sepatu yang sesuai, seperti pada gangguan suara dan getaran, pengurangan seawal
mungkin akan memberikan keuntungan
Ketika bekerja pada keadaan yang panas ada tiga hal yang penting untuk
dikendalikan, untuk meyakinkan kesehatan andatetap baik yaitu
Secara teratur minum air, aliran undara yang baik dan tempat dingin untuk istirahat
sementara.
Gambar 18. Minum air adalah hal yang penting dikondisi yang panas
Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01
Buku Informasi 17/16

More Related Content

What's hot

Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)Eko Supriyadi
 
10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)
10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)
10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)Eko Supriyadi
 
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)Eko Supriyadi
 
30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)Eko Supriyadi
 
Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1
Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1
Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1Hendra Cipta
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)Eko Supriyadi
 
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)Eko Supriyadi
 
40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)Eko Supriyadi
 
40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)Eko Supriyadi
 

What's hot (20)

Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (3)
 
10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)
10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)
10 019-1-pelatihan cbt otomotif (1)
 
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (2)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (1)
 
30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)
30 001-1-pelatihan cbt otomotif power train (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (2)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-2-i (2)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (2)
 
Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1
Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1
Kelas 10 smk_pekerjaan_dasar_teknik_otomotif_1
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-14-i (1)
 
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)
30 001-2-pelatihan cbt otomotif power train (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-18-i (3)
 
40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 001-4-pelatihan cbt otomotif chasis (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-12-i (3)
 
40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 012-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
 

Similar to Pengendalian Polusi di Tempat Kerja

Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)Eko Supriyadi
 
10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)Eko Supriyadi
 
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)Eko Supriyadi
 
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)Eko Supriyadi
 
40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)Eko Supriyadi
 
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)Eko Supriyadi
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)Eko Supriyadi
 

Similar to Pengendalian Polusi di Tempat Kerja (18)

Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (2)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-1-i (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-15-p (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (1)
 
10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-5-pelatihan cbt otomotif (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-6-i (3)
 
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-1-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 016-3-i (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-16-k (3)
 
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
10 019-2-pelatihan cbt otomotif (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-2-i (3)
 
40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
40 001-2-pelatihan cbt otomotif chasis (1)
 
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
40 002-1 -pelatihan cbt otomotif chasis (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-17-i (3)
 
Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)
Pelatihan cbt otomotif 10 001-3-i (1)
 

More from Eko Supriyadi

Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabKamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabEko Supriyadi
 
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Eko Supriyadi
 
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomKata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomEko Supriyadi
 
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019   salinanPermendikbud nomor 16 tahun 2019   salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinanEko Supriyadi
 
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaBuku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaEko Supriyadi
 
1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didikEko Supriyadi
 
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaJabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaEko Supriyadi
 
Ppt penyusunan soal hots
Ppt  penyusunan soal  hotsPpt  penyusunan soal  hots
Ppt penyusunan soal hotsEko Supriyadi
 
Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Eko Supriyadi
 
Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifikPendekatan saintifik
Pendekatan saintifikEko Supriyadi
 
Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Eko Supriyadi
 
Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Eko Supriyadi
 
Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Eko Supriyadi
 
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdLk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdEko Supriyadi
 

More from Eko Supriyadi (20)

Metode pembelajaran
Metode pembelajaranMetode pembelajaran
Metode pembelajaran
 
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabKamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
 
Hots templates 2019
Hots templates  2019Hots templates  2019
Hots templates 2019
 
Buku penilaian hots
Buku penilaian hotsBuku penilaian hots
Buku penilaian hots
 
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
 
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomKata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
 
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019   salinanPermendikbud nomor 16 tahun 2019   salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
 
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaBuku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
 
1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik
 
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaJabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
 
Teori x y
Teori   x yTeori   x y
Teori x y
 
Ppt penyusunan soal hots
Ppt  penyusunan soal  hotsPpt  penyusunan soal  hots
Ppt penyusunan soal hots
 
Personality plus
Personality plusPersonality plus
Personality plus
 
Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2
 
Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifikPendekatan saintifik
Pendekatan saintifik
 
Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016
 
Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013
 
Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017
 
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdLk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
 
Literacy mh
Literacy mhLiteracy mh
Literacy mh
 

Pengendalian Polusi di Tempat Kerja

  • 1. BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF PERBAIKAN KENDARAAN RINGAN GENERAL PENGENDALIAN POLUSI DI TEMPAT KERJA OTO.KR01.016.03.04 MODUL 4 DARI 6 BUKU INFORMASI
  • 2. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Daftar Isi Halaman Bagian - 1 2 Pendahuluan 2 Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan 2 Disain Modul 2 Isi Modul 3 Pelaksanaan Modul 3 Definisi istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia 4 Hasil Pelatihan 5 Pengenalan 5 Prasyarat 5 Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) 5 Bagian - 2 6 Pengendalian Polusi di Tempat Kerja 6 • Polusi di Tempat Kerja dengan Mesin 6 • Bahaya-bahaya 6 • Bahan Kimia Beracun dan Penyebab Karat 8 • Suara yang Terlalu Keras 9 • Radiasi Terionisasi dan Tak Terionisasi 11 • Getaran yang Berbahaya 13 • Getaran Tangan/Tubuh yang Berulang dan Bersifat Membuat Stres 14 • Lingkungan yang Panas dan Dingin 15 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia OTO.KR01.016.01 Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 2/16
  • 3. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Bagian - 1 Pendahuluan Modul ini terdiri dari tiga buku petunjuk yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian. Ketiga buku tersebut saling berhubungan dan menjadi referensi Modul Pelatihan. Berikut ini adalah Buku Informasi. Modul Pelatihan ini menggunakan Pelatihan Berbasis Kompetensi sebagai pendekatan untuk mendapatkan keterampilan yang sesuai di tempat kerja. Pelatihan Berbasis Kompetensi memfokuskan pada keterampilan seseorang yang harus dimilki di tempat kerja. Fokusnya adalah pada pencapaian keterampilan dan bukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti pelatihan. Modul Pelatihan ini disusun berdasarkan pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah pernyataan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diakui secara nasional yang diperlukan untuk penanganan perbaikan di sektor otomotif. Modul Pelatihan ini digunakan sebagai Kriteria Penilaian terhadap Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia OTO.KR01.016.01. Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan dan Pelatihan Pada modul Pelatihan ini, seseorang yang menyampaikan materi pelatihan lebih dikenal sebagai Pelatih. Di sekolah-sekolah, institusi-institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan guru, instruktur, pembimbing atau sebutan lainnya. Berkaitan dengan keterangan di atas, seseorang yang berusaha mencapai kemampuan disebut sebagai Peserta Pelatihan. Pada sekolah-sekolah, institusi- institusi dan pusat-pusat pelatihan, orang tersebut lebih dikenal dengan sebutan siswa, murid, pelajar, peserta, atau sebutan lainnya. Pelatihan adalah proses pengajaran yang berlangsung di sekolah, institusi ataupun Balai Latihan Kerja. Disain Modul Modul ini didisain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri : • Pelatihan Klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih. • Pelatihan Individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 3/16
  • 4. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Isi Modul Buku Informasi Buku Informasi ini adalah sumber untuk pelatih dan peserta pelatihan yang berisi : • informasi yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan sebelum melaksanakan praktek kerja. Buku Kerja Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual/mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: • kegiatan-kegiatan akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi • kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. • kegiatan penilaian untuk menilai pengetahuan peserta pelatihan • kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Buku Penilaian Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : • kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan • metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan • sumber-sumber yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan • semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja • petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek • catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Pelaksanaan modul Pada Pelatihan Klasikal, pelatih akan : • menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan • menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan • menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan • memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja • menggunakan Buku Penilaian untuk menilai jawaban/tanggapan dan hasil-hasil peserta pelatihan pada Buku Kerja. Pada Pelatihan Individual/mandiri, peserta pelatihan akan : Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 4/16
  • 5. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General • menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan • menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja • memberikan jawaban pada Buku Kerja • mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja • memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh Pelatih. Definisi Istilah-istilah yang digunakan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Prasyarat Kompetensi yang dibutuhkan sebelum memulai suatu kompetensi tertentu. Elemen Kompetensi Tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keterampilan. Kriteria Unjuk Kerja Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjukkan keterampilan pada setiap elemen. Batasan Variabel Ruang lingkup materi dan persyaratan yang memenuhi kriteria unjuk kerja yang ditetapkan. Panduan Penilaian Merupakan petunjuk bagaimana peserta pelatihan dinilai berdasarkan kriteria unjuk kerja. Konteks Merupakan penjelasan tentang dari mana, bagaimana dan metode penilaian apa yang seharusnya digunakan. Aspek-aspek yang diperlukan Menentukan kegiatan inti yang harus dinilai. Persyaratan Level Literasi dan Numerasi Persyaratan Modul Literasi Level 1 dan Numerasi Level 1 Level Literasi 1 Kemampuan untuk membaca, memahami dan menghasilkan teks dasar. 2 Kemampuan untuk memahami hubungan yang kompleks pada teks dan memahami informasi lisan dan tulisan yang diberikan. 3 Kemampuan untuk menulis, menganalisa kritik dan mengevaluasi teks. Level Numerasi 1 Kemampuan untuk menggunakan simbul-simbul dasar, diagram, istilah secara matematik dan dapat memahami konteks serta dapat mengkomunikasikan secara matematik. 2 Kemampuan untuk menguji, memahami dan menggunakan konsep matematik yang kompleks pada batasan konteks. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 5/16
  • 6. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General 3 Kemampuan untuk menganalisa kritik, mengevaluasi dan menggunakan simbol-simbol matematik, diagram, chart dan teori-teori yang kompleks. Hasil Pelatihan Setelah menyelesaikan materi pelatihan ini, tanpa bantuan orang lain peserta harus dapat mengidentifikasi sumber polusi dalam lingkungan kerja yang berhubungan dengan alat transportasi dan membuat garis besar pengukuran pengendaliannya. • Jelaskan sumber polusi dalam suatu lingkungan kerja dengan mesin dan mem- buat garis besar pengukuran pengendaliannya. Pengenalan Sumber polusi dalam suatu lingkungan kerja yang berhubungan dengan alat transportasi dapat termasuk : suara, udara, lingkungan pada umumnya dan berbagai macam polusi yang lain. Polusi yang sumbernya tidak teridentifikasi dan terkontrol dapat menyebabkan sakit serius bagi pekerja. Dalam unit kegiatan ini akan diteliti dan diidentifikasi serta dicari metode pengendaliannya yang tepat dari berbagai macam polutan. Prasyarat Tidak ada prasyarat. Pengakuan Kompetensi Tertentu (RCC) Jika seorang peserta menyatakan dia mampu/cakap dalam menyelesaikan tugas- tugas yang ditentukan pada hasil pelatihan, dia harus dapat membuktikan kemampuannya kepada pelatih. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 6/16
  • 7. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Bagian - 1 Pengendalian Polusi di Tempat Kerja Polusi di Tempat Kerja dengan Mesin Sebagian besar hidup kita dihabiskan untuk bekerja dan setiap usaha memerlukan waktu untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat. Banyak situasi yang berbahaya yang dapat mengakibatkan "luka" (ketidaknyamanan, kerugian, sakit, kerusakan, dll.) perorangan baik untuk kita sendiri atau teman sekerja kita. Dalam bagian ini kita akan memahami bahaya yang khas di tempat kerja dan metode pengendaliannya. Benda-benda dapat merusak tubuh eseorang dengan empat cara: Mengambil nafas (inhalation) Bersentuhan dengan kulit (absorption) Menelan (ingestion) Terkena benda runcing (injection) Gambar 1. Contoh gambar "inhalation" dan "absorption". Banyak bahaya dapat mengenai perorangan dengan semua cara tersebut di atas. Bahaya Akibat yang dirasakan dalam tubuh manusia dapat akut atau kronis dan kadang- kadang kedua-duanya. Bahaya yang akut adalah reaksi langsung pada bahaya yang mengenainya, misalnya: adanya bintik-bintik merah pada kulit, batuk-batuk, sulit bernafas, tidak sadar, atau meninggal. Akibat terkena bahaya akut dapat pula lama atau cacat / kerusakan yang permanen pada tubuh kita. Bahaya yang kronis mungkin tidak segera kelihatan jelas dan akibatnya lama tidak dirasakan si penderita. Bahaya yang kronis umumnya tidak dapat sembuh, misalnya: kanker yang disebabkan oleh pengaruh asbes. Banyak bahaya yang mudah dikenal seperti misalnya: gir (roda besi) atau pulley tanpa pengaman. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 7/16
  • 8. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Gambar 2. Sistem pulley tanpa pengaman. Beberapa bahaya tidak mudah dikenal tetapi dalam jangka waktu lama atau akibat kronisnya dapat lebih berbahaya daripada gir atau pulley yang tanpa pengaman. Berikut ini adalah contoh-contoh garis besar akibat yang dapat timbul pada tubuh kita dari polutan yang "tidak jelas" di tempat kerja. Pada dasarnya hal itu adalah: Polutan atmosfer, Karat dan bahan kimia beracun, Suara yang terlalu keras, Radiasi, Getaran, Gerakan badan atau tangan yang berulang-ulang dan melelahkan, Lingkungan yang panas atau dingin. Tubuh dapat menolak atau menyaring partikel besar melalui hidung dan membran mukosa (selaput lendir) dengan meludah atau menelannya. Partikel kecil yang dapat lolos dari mekanisme pertahanan itu dapat menembus paru-paru dan menyebabkan penyakit paru-paru. Debu apa saja mempunyai potensi menciptakan penyakit paru- paru. Beberapa kasus khusus dalam lingkungan tempat kerja adalah asbes (penyebab sakit paru-paru), debu fibreglass / fibre (juga penyebab sakit paru-paru), penyemprot cat dan debu (reaksi alergi terhadap larutan). Gambar 3. Penyedotan partikel debu. Seperti halnya dengan semua bahaya yang dipentingkan adalah pada pengendalian dan pencegahan. APP dipandang sebagai ukuran sementara ketika pengendali secara maksinal dikembangkan atau sebagai penambah keamanan terhadap bahaya. Bahaya asbes, fibreglass, dan penyemprot cat hampir semua dapat dikendalikan dengan pengendalian khusus bahaya pada sumbernya. Alat khusus tersedia untuk melindungi pekerja dan harus selalu digunakan. Namun demikian masih ada macam kotoran yang ada dalam atmosfer yang memerlukan perlindungan yang berupa respirator (alat penyaring untuk udara yang dihirup). Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 8/16
  • 9. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Gambar 4. Contoh tiga tipe respirator Penggunaan respirator yang tepat untuk pekerjaan tertentu sangatlah penting sekali. Alat yang tidak tepat atau tidak terawat dengan baik sama bahayanya dengan tanpa menggunakan alat sama sekali. Bahan Kimia Beracun dan Penyebab Karat Gambar 5. Simbol Hazchem. Berbagai bahan kimia dan bahan-bahan lain digunakan di tempat kerja (bengkel). Banyak dari bahan-bahan ini beracun, menyebabkan karat, atau mengandung sifaat berbahaya yang lainnya. Bersinggungan dengan bahan kimia harus se minimal mungkin untuk mengurangi akibat yang tidak perlu. Lembar Data Keamanan Material (LDKM) dan informasi pada label bahan kimia perlu diteliti secara menyeluruh dan harus dipahami sebelum menggunakan. Jangan menggunakan bahan kimia / bahan lain sampai anda puas betul bahwa semua syarat kesehatan dan keamanan telah dipertimbangkan, termasuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan dan keamanan. Bahan kima / bahan lain yang berbahaya dapat menyebabkan akibat yang tidak dibayangkan sebelumnya dan akibat cacat permanen pada tubuh kita. Gambar 6. Akibat yang dapat terjadi dari bahan kimia beracun. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 9/16
  • 10. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Akibat-akibat utama yang terjadi: Bahan penyebab karat -- membakar kulit, mata, paru-paru. Bahan beracun -- kerusakan pada tubuh yang akut dan kronis. Bahan yang menyebabkan iritasi -- sakit kulit, atau kerusakan paru-paru. Bahan yang sensitif -- menyebabkan asma dan reaksi alergi lainnya. Bahan yang berbau menyengat – mendesak oksigen dalam paru-paru yang mengakibatkan kekurangan oksigen. Bahan yang dapat meledak -- kerusakan karena panas atau api. Berbahaya! Gambar 7. Cara menyimpan bahan kimia yang betul. Karena derajat keracunan dari bahan kimia itu sangat bervariasi, maka metode pe- ngendalian secara umum tidak dapat direkomendasikan. Lembar Data Keamanan Material (LDKM) yang khusus disusun untuk masing-masing bahan kimia perlu diteliti secara menyeluruh dan metode pengendalian yang direkomendasikan harus benar- benar diikuti. Majikan dan petugas kesehatan dan keamanan perlu dimintai pendapat mengenai masalah bahan kimia penyebab karat dan beracun ini. Suara yang Terlalu Keras Ada tiga bahaya yang mungkin terjadi jika kita mendengar suara kebisingan yang terlalu keras. • Suara itu mengganggu komunikasi bicara dan tidak mendengar tanda bahaya, dan karenanya bisa menyebabkan kecelakaan. • Suara itu menurunkan moril, efisiensi, dan kepedulian umum dari para pekerja, dan hal ini mungkin menyebabkan kecelakaan dan meningkatkan tingkat stres. • Suara yang tinggi berakibat langsung pada pekerja dengan pendengaran yang tidak seimbang dan dapat mengakibatkan tunarungu dalam kasus yang serius. Gambar 8. Memonitor tingkat kebisingan sama pentingnya de-ngan memakai alat pengaman perorangan yang tepat. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 10/16
  • 11. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Ukuran tingkat bunyi yang dipergunakan untuk mengukur suara. Ukuran ini memper- gunakan filter yang bereaksi sama seperti telinga manusia. Beberapa contoh kusus dari tingkat suara (kebisingan) dan akibatnya yang terlihat dalam tabel berikut ini: Sumber Suara Tingkat Akibat yang Ditimbulkan Percakapan pada umumnya Rata-rata mobil jarak10m Pabrik pada umumnya 60-65 dB(A) 70-75 dB(A) dapat mengganggu percakapan dan tidak nyaman80 dB(A) Grinda sudut Truk besar Gergaji bulat Gergaji rantai 90 dB(A) 90 dB(A) 100 dB(A) 110 dB(A) dapat menyebabkan sakit Pres hidrolik Rivet Hammer(Amer keling) Mesin jet 120 dB(A) 30 dB(A) 140 dB(A) sangat menyakitkan Suara yang sama akan mengakibatkan kerusakan pendengaran yang diderita berbeda bagi pendengar yang berbeda pula. Orang-orang tertentu lebih sensitif dari yang lain, jadi tidak ada tingkat yang tepat untuk menentukan kapan suara (kebisingan) jadi masalah. Gambar 9. Suara yang keras dapat menimbulkan kerusakan serius. Kehilaangan pendengaran dapat disebabkan karena terkena puncak-puncak suara tingkat tinggi. Kerusakan dapat disebabkan oleh terlalu dekatnya dengan ledakan atau suara tembakan keras. Namun demikian, kehilangan pendengaran biasanya dikaitkan dengan jumlah rata- rata suara yang diterima oleh seseorang yang melakukan pekerjaan pada hari itu. Itulah sebabnya maka seseorang akan mempunyai risiko lebih besar untuk kehi- langan pendengarannya dengan tingkat suara yang lebih rendah selama ia bekerja (sepanjang hari) daripada seseorang yang mendengar suara dengan tingkat lebih tinggi tetapi hanya sebentar. Di bawah ini adalah contoh rekomendasi tingkat suara maksimum tanpa pengaman telinga (periksalah State/Territory Regulations). Jam per hari Tingkat suara maksimum dalam dB(A) 8 4 2 1 0.5 0.25 90 93 96 99 102 105 Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 11/16
  • 12. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Seperti halnya untuk semua macam bahaya, pemecahan masalah yang dipilih untuk urusan polusi suara tidak pada APP (PPE), tetapi pada menghilangkan atau mengendalikan bahaya pada sumbernya. Hal ini dapat dicapai dengan : • Ahli pengendali suara yang handal harus dapat mengembangkan metode pengendalian. • Hilangkan atau pindahkan mesin pembangkit suara itu ke luar. • Mesin atau pekerjaan yang menghasilkan kebisingan dimasukkan ke dalam ruangan yang kedap suara. • Peredam yang dipasangkan pada mesin pnumatik. • Perawatan peralatan yang tepat dan teratur. • Penggantian peralatan yang bising dengan yang kurang bising. Gambar 10. Alat Pengaman Perorangan (APP). Penggunaan APP (PPE) dalam bentuk macam-macam pengaman telinga harus di- pandang hanya sebagai pengukuran sementara, dalam pada itu pemecahan masalah secara teknis harus dicari dan diterapkan. Seperti halnya semua APP (PPE), perawatan alat-alat pengaman, cocoknya peralatan itu dipakai, dan kecocokan peralatan itu bagi pribadi merupakan hal yang sangat penting. Radiasi Terionisasi dan Tak Terionisasi Manusia selalu hidup dalam dunia di mana ia terkena radio-aktif: ada radiasi di dalam udara yang kita hirup, ada radiasi dalam makanan yang kita makan, dan ada radiasi dalam air yang kita minum. Namun demikian, manusia telah berhasil mengembangkan dan menggunakan bahan radio-aktif dengan kekuatan yang berlipat ganda dari radiasi alam yang disebutkan di atas. Gambar 11. Emisi radiasi terionisasi dari peralatan Sinar-X Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 12/16
  • 13. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Radiasi Terionisasi Radiasi terionisasi dihasilkan oleh peralatan sinar-X atau sinar gamma yang dike- luarkan oleh bahan radio-aktif. Bahan radio-aktif digunakan dalam peralatan teknik dalam pengujian metal yang tidak merusak, misalnya: menguji ketebalan metal, dan baiknya atau sempurnanya pengelasan. Untuk melindungi para pekerja, waktu kerja harus dibatasi lamanya. Radiasi yang Tak Terionisasi Gelombang radiasi elektro-magnetik adalah sebagai berikut: Gelombang frekuensi rendah -- transformator, pemanas hasil induksi, radio, televisi, dan radar. Jika berada dekat pemancar berkekuatan tinggi, seseorang dapat terkena induksi berupa percikan dengan kemungkinan terjadinya ledakan. Microwaves -- digunakan untuk memamsak, fisio-terapi, dan pengujian yang tak merusakkan. Microwaves dapat menyebabkan rasa sakit dan kerusakan kulit terbatas. Microwaves juga dapat menguapkan & menyebabkan bahan terbakar.. Radiasi infra-merah -- dilepaskan oleh benda-benda panas dan yang digunakan yntuk pembakaran. Bahaya yang utama terletak pada kerusakan di belakang permukaan lensa mata karena terkena cukup lama. Pengelasan dan pemotongan dengan gas melepaskan radiati infra-merah. Radiasi yang terlihat -- tidak merupakan masalah yang serius, tetapi perlin-dungan terhadap sinar yang terang sekali harus dilakukan. Radiasi ultra-violet -- las listrik, lampu UV, dan snar matahari langsung adalah sumber kerusakan yang umum oleh radiasi UV. Kulit dan mata dapat terkena. Gambar 12. APP yang digunakan menanggulangi radiasi UV. Sinar Laser -- dipakai pada mesin potong metal, pengelasan plastik, dan pengu-kuran peralatan. Laser berkekuatan tinggi dapat menyebabkan cacat permanen. Perlindungan terhadap bahaya radiasi ini biasanya dilakukan dengan perisai pen- cegah, pakaian pencegah, macam-macam kacamata, "topeng", krim kulit, dan pengendalian atau pembatasan penggunaan. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 13/16
  • 14. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Getaran yang berbahaya Getaran, dalam segala bentuknya, ditimbulkan oleh mesin yang sedang digunakan, dan hal ini dapat mempengaruhi keamanan mesin dengan cara sebagai berikut: Getaran metal dalam waktu yang lama dapat menyebabkan "kelelahan" pada komponennya yang menyebabkan tidak berfungsi. Dengan getaran, begian yang terpisah pada mesin, meja kerja, dan rak dapat terjatuh dan mengakibatkan kecelakaan. Getaran dapat menyebabkan pengencang (mur, baut, dll.) terlepas yang kemu-dian mengakibatkan kerusakan pada mesin atau melukai operatornya. Getaran yang dialami para pekerja umumnya digolongkan dalam getaran tubuh secara keseluruhan dan getaran tangan atau lengan. Gambar 13. Getaran tubuh dialami pada getaran struktur. Getaran seluruh tubuh terjadi jika bekerja para pekerja duduk, berdiri, atau ber-baring pada suatu struktur (bisa mesin, bisa alat yang berjalan) yang bergetar. Getaran yang sangat menyebabkan pusing, mau muntah, belakang (Jawa: geger) yang sakit, dan gangguan mental. Sebagian besar organ tubuh dapat terpengaruh. Gambar 14 Getaran pada tangan dan lengan juga menyebabkan sakit. Getaran pada tangan dan lengan dihasilkan oleh pemakaian terus-menerus dari alat- alat tangan dengan gerak maju-mundur dan gerak lingkaran, seperti gergaji, alat pelubang, mesin penghalus, grinda, dll. Getaran semacam itu dapat menghasilkan beberapa macam kekacauan pekerjaan. Tulang yang menipis. Pengerasan kulit halus pada tangan, khususnya di telapak tangan. Bengkak dan sakit, pada persendian, khususnya di siku. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 14/16
  • 15. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Gambar 15. Akibat bengkak dan sakit. Gangguan berputar, dikenal dengan nama "sakit amer pnumatik" arau "jari mati atau putih". Strategi pengendalian getaran di tempat kerja akan diarahkan pada menghilangkan atau mengurangi sumber getaran. Mengganti mesin yang banyak getaran dengan yang sedikit getarannya. Memperbaiki pir kendaraan dan tempat duduk untuk mengurangi getaran. Mengurangi getaran mesin dengan menggunakan alas karet. Memperhatikan betul perawatan dan reparasi yang tepat pada mesin. Kenakan giliran kerja dan waktu istirahat yang diatur baik. Gerakan Tangan/Tubuh yang Berulang dan Besifat Membuat Stres "Overuse injuries" (rasa sakit karena terlalu lama menggunakan alat) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan adanya ketidak-nyamanan atau rasa sakit yang terus-menerus pada ootot-otot dan lapisan halus lainnya. Di Australia istilah di atas lebh dikenal dengan "Repetitive Strain Injuries" (Rasa sakit karena kelelahan yang disebabkan gerakan yang sama dan berulang-ulang), karena istilah itu telah dipopulerkan akhir-akhir ini. Namun demikian, rasa sakit seperti disebutkan di atas telah dikenal sejak orang membuat alat-alat; istilah yang digunakan adalah "housemaid's knee", "tennis elbow", dan "writer's cramp". "Overuse Injuries" disebabkan karena gerakan berulang-ulang yang sama. Stres mungkin juga salah satu penyebab "overuse injuries". "Overuse Injuries" dapat menyebabkan orang tidak mungkin mengerjakan tugas yang sangat mudah seperti mengancingkan baju. Penangkalan "overuse injuries" haruslah melalui pergantian tugas yang mengguna- kan gerakan berulang yang sedang dikerjakan itu. Pengaturan postur tubuh yang lebih baik, mengurangi beban, dan modifikasi lainnya yang mengurangi kelelahan otot akan membantu pekerja. Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 15/16
  • 16. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Gejala Lamanya waktu Prognosis (Perkiraan akibatnya) Tingkat 1 Rasa sakit yang tak menentu dan lelah terjadi selama be kerja, tetapi hilang setelah istirahat, se hari sesudahnya, dan setelah akhir minggu Beberapa minggu se mentara pengerjaan tugas dengan gerakan berulang berlanjut Pengurangan minimal dalam kapasitas pekerjaan atau perlu diganti jika gejala ting kat 1 ini ditemukan Tingkat 2 Rasa sakit dan lelah itu terjadi tidak lama setelah orang mulai bekerja dan hal itu terus dirasakan setelah selesai bekerja Sampai dengan bebera pa minggu setelah berhenti mengerjakan pekerjaan dengan gerakan berulang Perlu ditangani segera, sebab akan berkembang dengan mudah ke tingkat 3 jika tidak ditangai Tingkat 3 Rasa sakit dan lelah nya tetap, dan lemah ketika istirahat, dan rasa sakit meskipuntidak melakukan g e rakan berulang. Berbulan-bulan sampai bertahun-tahun meskipun sudah tidak melakukan Payah, kronis, dan condisi yang mungkin sudah menetap pekerjaan itu Gambar 16. Pelaku pekerjaan dengan gerakan berulang perlu diberitahu. Lingkungan yang Panas dan Dingin Tubuh manusia mirip dengan mesin pembakaran dalam dimana bahan bakar yang dikonsumsi dan pada ukurannya (sekitar dua belas persen) akanmenyediakan energi untk otot sedangkan sisa energi bahan bakar (delapan persen) diubah menjadi panas dan dikeluarkan tubuh. Semakin kita keras bekerja akan banyak panas yang ditimbulkan. Bekerja ditempat yang panas akan mnghambat laju pengeluaran panas dan membuat keadaan pekerja lebih buruk Gambar 17. Lingkungan panas dan dingin menciptakan masalah ditempat kerja Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 16/16
  • 17. Sektor Otomotif Sub Sektor Kendaraan Ringan General Keadaan terlampau panas menyebabkan cepat lelah dan rasa mengantuk dimana ini meningkatkan kesalahan kerja. Keadaan terlampau dingin pada sisi lain mengakibatkan kegelisahan dan penurunnan tingkat perhatian dimana efek mental ini mengganggu ketelitian bekerja. Kerja yang lebih berat sangat diperlukan pada situasi yang dingin, tetapi peluh yang keluar akan menambah masalah dan pakaian pelindung diri yang sesuai adalah penyelesaian yang baik. Efek dari tekanan perubahan suhu akan berbeda tiap orang pada : Usia - pekerja yang lebih tua peka menderita perubahan suhu yang hebat/drastis Jenis kelamin - wanita umumnya memiliki lebih banyak kesulitan saat menyesuaikan pada suhu yang tinggi Kondisi fisik - pekerja/tukang umumnya dapat menahan lebih banyak stress. Penyakit Gejala Perlakuan Kejang akibat panas Mengigau karena panas Kelelahan karena panas Stroke urat kejang dan sakit pingsan lemas, kulit dingin dan pucat Denyut nadi cepat,Tekanan darah turun Demam, kulit panas dan kering warna kulit merah Tekanan darah naik denyut nadi meningkat cepat istirahat, berikan minum dengan air dan garam Pindahkan penderita dari tempat panas pindahkan penderita, istirahatkan, berikan air dan garam Cepat pindahkan penderita dari tempat panas mandikan penderita untuk menurunkan suhunya berikan obat sebagai pertolongan. Pada banyak industri, selalu dibutuhkan untuk menempatkan pekerja dan menjadi sasaran untuk tempat dengan perubahan suhu yang hebat antara dingin dan panas Pada beberapa kasus, alat pelindung dapat menguntungkan dengan pakaian dan sepatu yang sesuai, seperti pada gangguan suara dan getaran, pengurangan seawal mungkin akan memberikan keuntungan Ketika bekerja pada keadaan yang panas ada tiga hal yang penting untuk dikendalikan, untuk meyakinkan kesehatan andatetap baik yaitu Secara teratur minum air, aliran undara yang baik dan tempat dingin untuk istirahat sementara. Gambar 18. Minum air adalah hal yang penting dikondisi yang panas Pengendalian Polusi di Tempat Kerja OTO.KR01.016.01 Buku Informasi 17/16