1. VENTILASI DAN ZONA
KENYAMANAN RUANGAN
REFRIGERATINGANDAIRCONDITIONINGTECHNICALSKILLPROGRAM
SMKN 1 CIREBON
2012
Acuan :
ASHRAE HANDBOOK 2008
HVAC Systems and Equipment
2. Ventilasi Udara
Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam
bangunan/gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Tujuan Ventilasi adalah :
1. Menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan yang ditimbulkan oleh resfirasi
dan hasil pembakaran.
2. Menghilangkan uap air yang berlebihan.
3. Menghilangkan kalor yang berlebihan.
4. Membantu mendapatkan kenyamanan thermal.
Berdasarkan media yang digunakan, dapat di bagi menjadi dua tipe :
1. Ventilasi Alami
2. Ventilasi Mekanis
3. Ventilasi Alami
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu
bangunan/gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya
perbedaan temperature dan tekanan, sehingga gas-gas panas yang
naik di dalam saluran ventilasi.
Ventilasi udara alami yang harus disediakan harus terdiri dari bukaan
permanen seperti pintu, jendela dan sarana lain yang dapat di buka.
4. Perancangan sistem Ventilasi Udara Alami
Yang perlu diperhatikan dalam merancang ventilasi alami adalah :
Tentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
Tentukan ventilasi gaya angin dan gaya thermal yang akan digunakan.
Ventilasi Gaya Angin
Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin adalah :
Kecepatan rata-rata angin
Arah angin yang kuat
Variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian
Hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dsb.
5. A.3 Penempatan outlet
Berikut ini beberapa posisi outlet untuk ventilasi alami yang
direkomendasikan oleh ASHRAE :
Sisi arah tempat yang teduh dari bangunan dan berlawanan langsung
dengan inlet.
Pada atap bangunan, di dalam area yang bertekanan rendah yang
disebabkan oleh aliran angin yang tidak menerus.
Pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin dimana area tekanan
rendah terjadi.
Dalam pantauan pada sisi arah tempat teduh.
Dalam ventilator atap
Pada cerobong.
Inlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah bertekanan tinggi, sedangkan
outlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah negatif atau bertekanan
rendah.
6. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik menggunakan bantuan alat/mesin untuk menghasilkan
perbedaan tekanan/temperatur sehingga terjadi aliran udara.
Persyaratan teknis untuk ventilasi mekanis diantaranya :
Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut
dihuni.
Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi
ruangan harus sesuai ketentuan. Contoh ketentuan dari ASHRAE :
Tipe Bangunan
Pengambilan minimal udara segar
Pertukaran udara/jam m3/jam per orang
Pabrik, Bengkel
Kelas, Bioskop
6
8
18
18
7. B.1 Perancangan sistem Ventilasi Mekanis
Perancangan sistem Ventilasi Mekanis dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi
ruangan.
2. Tentukan kapasitas fan.
3. Rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan ducting atau
fan yang dipasang pada dinding/atap.
Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi
mengikuti harus ketentuan untuk menjaga supaya temperatur udara di
dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan.
8. Contoh ketentuan jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan pada
suatu ruang berdasarkan standar ASHRAE :
Fungsi Gedung Satuan
Kebutuhan udara luar
Merokok Tidak merokok
Hotel
a. Kamar tidur
b. Ruang tamu
c. Kamar mandi
d. Lobi
(m3/min)/orang
(m3/min)/orang
(m3/min)/orang
(m3/min)/orang
0,42
-
-
0,45
0,21
0,75
-
0,15
Ruang Umum
a. Lift
b. WC Umum
(m3/min)/orang
(m3/min)/orang
-
2,25
0,45
2,25
9. Infiltrasi dan Exfiltrasi
Infiltrasi adalah aliran udara luar yang tidak disengaja yang masuk
melalui celah ataupun bagian yang terbuka dari gedung ketika
tekanan udara di luar lebih tinggi dari tekanan udara di dalam gedung
pada ketinggian yang sama.
Sedangkan exfiltrasi adalah aliran udara yang tidak disengaja yang
keluar melalui celah ataupun bagian yang terbuka dari gedung ketika
tekanan udara di dalam gedung lebih tinggi dari tekanan udara di luar.
10. Kriteria Kenyamanan Ruangan
Faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal manusia
C.1.1 Faktor Udara Kering (Dry Bulb)
Faktor temperatur dry bulb sangat besar pengaruhnya terhadap
besar kecilnya kalor yang dilepas melalui penguapan (evaporasi)
dan melalui konveksi. Berdasarkan standar ASHRAE, daerah
kenyamanan thermal untuk daerah tropis dapat dibagi menjadi :
Sejuk nyaman, antara temperatur 20,5°C – 22,8°C
Nyaman optimal, antara temperatur 22,8°C – 25,8°C
Hangat nyaman, antara temperatur 25,8°C – 27,1 °C
11. C.1.2 Faktor Kelembapan Udara Relatif (Relative
Humidity/RH)
Berdasarkan standar ASHRAE, untuk daerah tropis, RH
yang dianjurkan antara 40-50%, namun untuk ruangan
yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan, RH
55 – 60% masih diperbolehkan.
12. Kecepatan udara [m/detik] 0,1 0,2 0,25 0,3 0,35
Temperatur udara kering [°C] 25 26,8 26,9 27,1 27,2
C.1.3 Faktor Kecepatan/Pergerakan Udara (Air Velocity)
Untuk mempertahankan kenyamanan udara, maka kecepatan udara
yang jatuh di atas kepala tidak boleh lebih besar dari 0,25 m/detik dan
sebaiknya lebih kecil dari 0,15 m/detik. Namun, kecepatan udara dapat
lebih besar dari 0,25 m/detik bergantung dari rancangan temperatur
udara kering. Untuk lebih jelas lihat tabel!
13. C.1.5 Faktor aktivitas orang di ruangan
Dalam perhitungan sistem pengkondisian udara, besarnya kalor yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia di dalam ruangan sangat
mempengaruhi tingkat kenyamanan ruangan. Untuk wanita dewasa
dapat diambil 85% dari kalor yang dihasilkan pria dewasa dan anak-
anak 75% dari kalor yang dihasilkan pria dewasa.
Sebagai contoh lihat table di bawah.
Tingkat Aktivitas Tipe penggunaan
Kalor total
Dewasa, Pria
Btu/Jam Watt
Duduk, kerja amat ringan Kantor, hotel, apartemen 390 114
Pekerjaan mesin yang berat, mengangkat Pabrik 1600 440
Berjalan, Berdiri Apotik, Bank 550 162
14. C.2 Zona kenyamanan ruangan
Berdasarkan standar ASHRAE, maka zona kenyamanan dibagi
menjadi :
1. Musim dingin, dimana temperatur operatif 20°C-23,5°C dengan
kelembapan 60% dan dibatasi oleh temperatur efektif 20°C dan
23,5°C.
2. Musim panas, dimana temperatur operatif 22,5°C-26°C dengan
kelembapan 60% dan dibatasi oleh temperatur efektif 23°C dan
26°C.
3. Untuk Indonesia, maka diambil temperatur operatif 25°C ±1°C
dengan kelembapan relative 55%±10%.