SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
SPMI pada Satuan Pendidikan
19 Maret 2019 21:27 Diperbarui: 19 Maret 2019 21:30 8602 0 0
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud
mendorong setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
(SPMI) agar dapat mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Adapun yang menjadi payung
hukumnya adalah Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah.
Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses
terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan
menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan."
Lalu pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan
Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI-Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang
terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan
yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk
menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional
Pendidikan."
Menurut saya, agar implementasi SPMI dapat berjalan sukses, ada 8 (delapan) kunci yang perlu
dilakukan. Pertama, Sosialisasi SPMI kepada Warga Sekolah. Hal ini bisa dilakukan oleh
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah
(TPMPD), fasilitator daerah (pengawas), kepala sekolah, atau Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah (TPMPS).
Ada yang beranggapan bahwa SPMI merupakan sebuah proyek yang sewaktu-waktu bisa datang
dan pergi, padahal SPMI adalah amanat dari Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016.
Sekolah-sekolah yang sibuk melakukan SPMI hanya sekolah yang berlabel sebagai "sekolah
model" SPMI saja, sedangkan sekolah-sekolah yang tidak "bertatus" sebagai sekolah model
kurang peduli melakukan SPMI. Bahkan nama SPMI pun masih asing di telinga mereka. Oleh
karena itu, sekolah-sekolah yang belum mengenal SPMI harus mendapatkan sosialisasi.
Bentuk sosialisasi antara lain dalam bentuk tatap muka seperti seminar, In House Training (IHT),
Workshop, atau penyebaran informasi baik secara tertulis maupun melalui media audio visual
melalui media sosial. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah model pun memiliki lima
sekolah imbas agar "virus" penjaminan mutu dapat semakin banyak menyebar.
Adanya program pengimbasan disamping dapat mempercepat dan memperluas implementasi
SPMI, juga dapat membantu peran pemerintah dalam menyosialisasikan SPMI. Ruang lingkup
sosialisasi antara lain; latar belakang, tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan, mekanisme, siklus
dan tahapan SPMI, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kedua, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat. Maksud kuat disini bukan otoriter, tapi kuat
dari sisi visi, kompetensi, dan komitmennya dalam mengimplementasikan SPMI. Kepala
Sekolah merupakan pemimpin sekaligus lokomotif perubahan di satuan pendidikan yang
dipimpinnya. Dalam konteks implementasi SPMI, kepala sekolah diharapkan menjadi penggerak
utama, mendorong, memotivasi, bahkan memberikan contoh kepada semua pendidik dan tenaga
kependidikan.
Dengan kewenangan yang dimilikinya, kepala sekolah dapat mengomandoi pembentukan
TPMPS, menyusun tupoksi dari TPMPS, menyusun komitmen semua warga sekolah dalam
melaksanakan SPMI, memberikan pembinaan, arahan, dan pengawasan agar SPMI dapat
berjalan dengan baik. Walau demikian, kepala sekolah tentunya tidak one man show, tetapi
memberdayakan semua sumber daya manusia yang ada di sekolah.
Kepala sekolah juga perlu mewujudkan dirinya sebagai pemelajar agar kompeten dan menguasai
seputar masalah SPMI, karena sebagai pemimpin, dia wajib memberikan arahan dan bimbingan
seputar implementasi SPMI.
Dia pun perlu mendengarkan berbagai aspirasi dan harapan dari para stafnya berkaitan dengan
berbagai program yang perlu dilakukan untuk menyukseskan SPMI, karena kesuksesan SPMI
tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi memerlukan team work. Dengan kata lain, kepemimpinan
transformatif dan manajemen perubahan harus diwujudkan oleh kepala sekolah jika SPMI ingin
sukses diimplementasikan.
Ketiga, perubahan paradigma warga sekolah. Pelaksanaan SPMI memerlukan perubahan
paradigm semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf administrasi, hingga
petugas lapangan. Jika selama ini sulit berubah, karena sudah berada di zona nyaman, maka mind
set tersebut perlu diubah secara bertahap. Tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks
dan dinamis perlu dijawab dengan peningkatan kualitas satuan pendidikan. Apalagi Indonesia
saat ini dihadapkan pada misi besar menyiapkan generasi emas tahun 2045.
Warga sekolah yang kurang peduli terhadap budaya mutu perlu dirangkul dan diajak untuk mulai
peduli dan berpartisipasi dalam implementasi SPMI. Hal ini tentunya bukan hal yang mudah.
Kepala sekolah atau TPMPS akan dihadapan pada sikap apatis atau sikap acuh tak acuh terhadap
program yang dilaksanakan oleh sekolah. Mungkin saja ada yang beranggapan bahwa SPMI
hanya menjadi beban baru bagi mereka yang merasa sudah dibebani oleh beragam administrasi
sekolah.
Perlu ditegaskan bahwa SPMI bukanlah tumpukan administrasi, tetapi pola pikir, saling
keterkaitan dan kesatuan dari beragam elemen pendukung peningkatan mutu dalam rangka
mencapai SNP. Adapun tumpukan administrasi merupakan pedoman, Prosedur Operasional
Standar (POS), bukti fisik, atau dokumentasi dari program atau kegiatan yang telah dilakukan.
Warga sekolah yang belum paham dan sadar terhadap pentingnya penjaminan mutu perlu terus
dibina dan diberikan pemahaman. SPMI bukan beban tetapi sebuah proses untuk membantu
sekolah meningkatkan mutunya secara bertahap dan berkelanjutan. SPMI bukan hanya sekedar
menjalankan kebijakan pemerintah atau perintah atasan, tetapi menjadi sebuah kebutuhan bagi
sekolah untuk mencapai SNP.
Keempat, komitmen dari TPMPS dan warga sekolah. Komitmen mudah diucapkan, tetapi
kadang sulit untuk diucapkan. Komitmen muncul dari kepedulian, tanggung jawab, dan rasa
memiliki. Komitmen juga muncul dari rasa ikut dilibatkan dalam sebuah program atau kegiatan.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di
satuan pendidikan yang dipimpinnya. Komitmen juga dibangun dari keteladanan kepala sekolah,
karena jika kepala sekolahnya kurang berkomitmen dalam mengimplementasikan SPMI,
bagaimana dengan para guru stafnya? Hampir dipastikan komitmen mereka pun akan rendah.
Biasanya sekolah membuat spanduk yang berisi komitmen untuk mengimplementasikan SPMI
dan ditandatangani oleh semua warga sekolah, tetapi hal itu belum cukup. Komitmen bukan
hanya tertera pada untaian kata-kata indah yang ada pada spanduk, tetapi yang lebih penting
adalah pada sejauhmana pada pelaksanaannya dan disertai dengan bukti-bukti pendukungnya.
Dalam perjalanannya, komitmen bisa naik dan bisa turun. Tergantung situasi dan kondisi. Di
awal-awal implementasi SPMI, komitmennya biasanya tinggi. Semangat ber-SPMI menggema,
SPMI menjadi euforia.
Setelah komitmen terbentuk, maka yang diperlukan adalah "merawat" komitmen tersebut. Dan
hal tersebut tidak mudah. Perlu keseriusan dari kepala sekolah dan TPMPS. Sikap saling
mengingatkan diperlukan untuk "merawat" komitmen tersebut. Sekolah biasanya memiliki grup
WA sebagai sarana penyebaran informasi dan komunikasi termasuk yang berkaitan dengan
SPMI.
Cara "merawat" komitmen tidak harus selalu dilakukan dengan cara yang formil, satu arah, dan
kaku, tetapi bisa dilakukan melaui cara yang santai tetapi serius seperti melalui acara ngopi
bareng, makan bersama, piknik, atau acara capacity building bagi semua warga sekolah.
Kelima, berjiwa pemelajar. Agar SPMI bisa dipahami dengan baik, maka semua warga sekolah
harus mau menjadi pemelajar atau harus literat. Mereka harus mau membaca berbagai perangkat
perundang-undangan yang berkaitan dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP),
petunjuk implementasi SPMI, siklus dan tahapan SPMI, format-format yang diperlukan dalam
implementasi SPMI, dan sebagainya.
Sekolah dapat memfasilitasi atau menyediakan berbagai sumber informasi yang diperlukan,
mencetaknya, atau menyebarkannya melalui e-mail atau grup WA. Selain itu, juga bisa melalui
diskusi yang diselenggarakan oleh TPMPS, atau melakukan studi banding ke sekolah lain yang
telah "mapan" dalam mengimplementasikan SPMI.
Keenam, memahami setiap tahapan SPMI. Hal ini pada dasarnya dengan jiwa pemelajar dan
tingkat literasi warga sekolah dalam mengimplementasikan SPMI, hanya lebih teknis. Siklus
SPMI terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) pemetaan mutu, (2) penyusunan rencana pemenuhan
mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5) penyusunan
strategi pemenuhan mutu baru. Setiap tahapan tersebut perlu dipahami dengan baik oleh TPMPS.
Pemetaan mutu bisa dalam bentuk pengisian intrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) atau
pengisian instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP). Rencana pemenuhan mutu mengacu
kepada hasil pemetaan mutu dan menganut skala prioritas, lalu dimasukkan ke dalam program
sekolah jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang, Rencana Kerja Tahunan (RKT),
Rencana Kerja Sekolah (RKS), dan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Pelaksanaan pemenuhan mutu sebagai tindak lanjut rencana pemenuhan mutu. Monitoring dan
evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian proses keterlaksanaan program atau kegiatan
yang dilakukan dengan rencana yang telah disusun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Dan
strategi pemenuhan mutu baru dilakukan jika pemenuhuan mutu sebelumnya sudah tercapai.
Karena pelaksanaan siklus dan tahapan SPMI selain konsep juga berkaitan dengan hal yang
bersifat teknis, maka TPMPS harus paham dan menguasainya, serta harus melek teknologi
informasi (TI), karena pengisian instrumen tidak lepas dari penggunaan perangkat TI seperti
laptop, mampu mengakses internet, dan sebagainya. Biasanya operator sekolah menjadi andalan
atau ujung tombak kalau sudah berkaitan dengan TI, karena disamping pekerjaannya tidak lepas
dari perangkat TI, ada juga guru yang gaptek dengan perangkat TI.
Ketujuh, konsistensi dalam pelaksanaan SPMI. Konsistensi berkaitan dengan komitmen, dan
hal ini pun tidak mudah untuk dilaksanakan. Dalam mengimplementasikan SPMI, sekolah akan
dihadapkan berbagai tantangan, baik yang berasal dari pola pikir warga sekolah, keterbasan
jumlah SDM, maupun yang berkaitan dengan pendanaan, sarana dan prasarana. Ditambah
sekolah pun dihadapkan pada berbagai kegiatan yang datang silih berganti, dan tentunya perlu
untuk diikuti, dilaksanakan, atau diselesaikan secara cepat.
Berdasarkan kepada hal tersebut, maka peran kepala sekolah sangat diperlukan sebagai
pemimpin dan motor perubahan di sekolah. Mental pejuang, pengabdi, dan pekerja keras perlu
terus dipupuk dan ditumbuhkan oleh kepala sekolah terhadap TPMPS dan semua warga sekolah.
Menurut saya, budaya apresiasi baik secara materil maupun immateril dapat menjadi "pupuk"
untuk tetap menyuburkan dan mempertahankan konsistensi tersebut.
Kedelapan, pembinaan yang optimal dari TPMPD. Sesuai amanat Permendikbud Nomor 28
tahun 2016, pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota membentuk Tim Penjaminan
Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD). TPMPD provinsi diatur pada 9 ayat (1) sampai
dengan (5), dan TPMPD kabupaten/kota diatur dalam pasal 10 ayat (1) sampai dengan (5).
Anggota TPMPD sedikitnya terdiri atas unsur; bidang pada bidang pendidikan, pengawas
sekolah, dan dewan pendidikan.
Dalam konteks implementasi SPMI di satuan pendidikan, TPMPD Provinsi memiliki tugas dan
wewenang untuk melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan supervisi terhadap
satuan pendidikan dalam pengembangan SPMI-Dikdasmen di satuan pendidikan pada
pendidikan menengah dan pendidikan khusus, sedangkan TPMPD kabupaten/kota memiliki
tugas dan wewenang melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan supervisi
terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan SPMI-Dikdasmen pada pendidikan dasar.
Dukungan TPMPD bukan hanya menghadiri atau membuka acara yang bersifat seremonial yang
berkaitan dengan SPMI, tetapi diharapkan lebih kepada hal yang lebih konkrit seperti; menunjuk
sekolah-sekolah model yang belum didampingi oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP), pembinaan dan pendampingan langsung ke satuan pendidikan, peningkatan kompetensi
TPMPS, dan menindaklanjuti hasil pemetaan mutu yang dilakukan oleh TPMPS yang
memerlukan "intervensi" langsung dari pemerintah daerah, seperti yang berkaitan dengan standar
sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, dan
standar pembiayaan.
TPMPD provinsi dan kabupaten/kota juga bertugas dan berwenang memetakan mutu pendidikan
dan pelaksanaan SPMI-Dikdasmen di satuan pendidikan pada pendidikan dasar berdasarkan data
dan informasi dalam sistem informasi mutu pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota.
Selain itu, menyusun laporan rekomendasi strategi peningkatan mutu pendidikan di tingkat
provinsi, kabupaten/kota.
Dengan demikian, peran TPMPD dalam penjaminan mutu pendidikan sangat strategis. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, TPMPD melakukan koordinasi dan kerja sama dengan
LPMP sebagai perwakilan Direktorat Jenderal di daerah.
Berdasarkan kepada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi SPMI di satuan
pendidikan dapat berjalan dengan baik jika 8 (delapan) kunci ini dilaksanakan, karena pada
dasarnya penjaminan mutu pendidikan bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak, tetapi
perlu sinergi dan koordinasi berbagai pihak (stakeholder) yang terkait. Wallaahu a'lam.
Oleh: IDRIS APANDI, Widyaiswara Ahli Madya LPMP Jawa Barat, Penulis Buku Sekolah
Kaizen)

More Related Content

What's hot

Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUANTugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUANRofidatul Mu'afiyah
 
Rps sdn merak i 2010 2014
Rps sdn merak i 2010 2014Rps sdn merak i 2010 2014
Rps sdn merak i 2010 2014Ade Adji
 
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Joko Prasetiyo
 
Hbef2803 professional development
Hbef2803 professional developmentHbef2803 professional development
Hbef2803 professional developmentSuzzita Esa
 
Buku mmi 2 pengurusan final
Buku mmi 2   pengurusan finalBuku mmi 2   pengurusan final
Buku mmi 2 pengurusan finalAdila Dila
 
Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3
Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3
Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3Drs. HM. Yunus
 
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu SekolahFungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu SekolahPuspawijaya Putra
 
Buku mmi 1 pelaksanaan final
Buku mmi 1  pelaksanaan finalBuku mmi 1  pelaksanaan final
Buku mmi 1 pelaksanaan finalNadzari Baharom
 
Buku mmi 1 pelaksanaan final
Buku mmi 1  pelaksanaan finalBuku mmi 1  pelaksanaan final
Buku mmi 1 pelaksanaan finalAdila Dila
 
Tesis caroline lorena_david
Tesis caroline  lorena_davidTesis caroline  lorena_david
Tesis caroline lorena_davidzaidizakaria1978
 
Pelan pembangunan professionalisme berterusan
Pelan pembangunan professionalisme berterusanPelan pembangunan professionalisme berterusan
Pelan pembangunan professionalisme berterusanroszelan majid
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
Revitalisasi peran pengawas sekolah
Revitalisasi peran pengawas sekolahRevitalisasi peran pengawas sekolah
Revitalisasi peran pengawas sekolahJoko Prasetiyo
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPuspawijaya Putra
 
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikanSentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikanLSP3I
 

What's hot (19)

Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUANTugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Tugas Profesi Pendidikan - PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
 
Rps sdn merak i 2010 2014
Rps sdn merak i 2010 2014Rps sdn merak i 2010 2014
Rps sdn merak i 2010 2014
 
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
Revitalisasi Peran Pengawas Sekolah Sebagai Quality Control Mutu Pendidikan. ...
 
Hbef2803 professional development
Hbef2803 professional developmentHbef2803 professional development
Hbef2803 professional development
 
Buku mmi 2 pengurusan final
Buku mmi 2   pengurusan finalBuku mmi 2   pengurusan final
Buku mmi 2 pengurusan final
 
Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3
Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3
Pos ktsp kkg dan mgmp buku 3
 
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu SekolahFungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
 
Buku mmi 1 pelaksanaan final
Buku mmi 1  pelaksanaan finalBuku mmi 1  pelaksanaan final
Buku mmi 1 pelaksanaan final
 
Buku mmi 1 pelaksanaan final
Buku mmi 1  pelaksanaan finalBuku mmi 1  pelaksanaan final
Buku mmi 1 pelaksanaan final
 
Tesis caroline lorena_david
Tesis caroline  lorena_davidTesis caroline  lorena_david
Tesis caroline lorena_david
 
Pelan pembangunan professionalisme berterusan
Pelan pembangunan professionalisme berterusanPelan pembangunan professionalisme berterusan
Pelan pembangunan professionalisme berterusan
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab III by HELDY ERISTON
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab IV by HELDY ERISTON
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab II by HELDY ERISTON
 
Revitalisasi peran pengawas sekolah
Revitalisasi peran pengawas sekolahRevitalisasi peran pengawas sekolah
Revitalisasi peran pengawas sekolah
 
PPPB
PPPBPPPB
PPPB
 
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolahPeran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
 
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikanSentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikan
 

Similar to Spmi pada satuan pendidikan

Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3
Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3
Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3susi kustantini
 
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)Mulyati Rahman
 
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)Potpotya Fitri
 
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptManagemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptAkbarSetia1
 
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbs
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbsPengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbs
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbssman 2 mataram
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdfadhanoorfedy2
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiDanajaya Mahmudz
 
Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...
Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...
Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...Indonesia Mengajar
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanAWEY MULYANA
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanZainuddin Jay
 
Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]
Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]
Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]Mpsm Cawangan Melaka
 
Inisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolahInisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolahAzman Adnan
 

Similar to Spmi pada satuan pendidikan (20)

Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1
 
Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3
Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3
Kepemimpinan pendidikan spmp sekolah-kelompok 3
 
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
 
data
data data
data
 
Irma Kurikulum
Irma KurikulumIrma Kurikulum
Irma Kurikulum
 
Irma Kurikulum
Irma KurikulumIrma Kurikulum
Irma Kurikulum
 
Irma Kurikulum
Irma KurikulumIrma Kurikulum
Irma Kurikulum
 
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
 
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptManagemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
 
3 permasalahan pm
3 permasalahan pm3 permasalahan pm
3 permasalahan pm
 
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbs
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbsPengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbs
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbs
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
 
kewirausahaan.pdf
kewirausahaan.pdfkewirausahaan.pdf
kewirausahaan.pdf
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
 
Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...
Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...
Refleksi terhadap Kinerja Indonesia Mengajar Tahun 2010-2015 (Ringkasan Eksek...
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikan
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikan
 
Manajemen sekolah
Manajemen sekolahManajemen sekolah
Manajemen sekolah
 
Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]
Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]
Pengetua teraju kecemerlangan sekolah[1]
 
Inisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolahInisiatif majukan sekolah
Inisiatif majukan sekolah
 

Spmi pada satuan pendidikan

  • 1. SPMI pada Satuan Pendidikan 19 Maret 2019 21:27 Diperbarui: 19 Maret 2019 21:30 8602 0 0 Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud mendorong setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMI) agar dapat mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP). Adapun yang menjadi payung hukumnya adalah Permendikbud Nomor 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan Menengah. Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan." Lalu pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa "Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang selanjutnya disingkat SPMI-Dikdasmen adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas kebijakan dan proses yang terkait untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan." Menurut saya, agar implementasi SPMI dapat berjalan sukses, ada 8 (delapan) kunci yang perlu dilakukan. Pertama, Sosialisasi SPMI kepada Warga Sekolah. Hal ini bisa dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD), fasilitator daerah (pengawas), kepala sekolah, atau Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS). Ada yang beranggapan bahwa SPMI merupakan sebuah proyek yang sewaktu-waktu bisa datang dan pergi, padahal SPMI adalah amanat dari Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016. Sekolah-sekolah yang sibuk melakukan SPMI hanya sekolah yang berlabel sebagai "sekolah model" SPMI saja, sedangkan sekolah-sekolah yang tidak "bertatus" sebagai sekolah model kurang peduli melakukan SPMI. Bahkan nama SPMI pun masih asing di telinga mereka. Oleh karena itu, sekolah-sekolah yang belum mengenal SPMI harus mendapatkan sosialisasi. Bentuk sosialisasi antara lain dalam bentuk tatap muka seperti seminar, In House Training (IHT), Workshop, atau penyebaran informasi baik secara tertulis maupun melalui media audio visual melalui media sosial. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah model pun memiliki lima sekolah imbas agar "virus" penjaminan mutu dapat semakin banyak menyebar.
  • 2. Adanya program pengimbasan disamping dapat mempercepat dan memperluas implementasi SPMI, juga dapat membantu peran pemerintah dalam menyosialisasikan SPMI. Ruang lingkup sosialisasi antara lain; latar belakang, tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan, mekanisme, siklus dan tahapan SPMI, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan. Kedua, kepemimpinan kepala sekolah yang kuat. Maksud kuat disini bukan otoriter, tapi kuat dari sisi visi, kompetensi, dan komitmennya dalam mengimplementasikan SPMI. Kepala Sekolah merupakan pemimpin sekaligus lokomotif perubahan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Dalam konteks implementasi SPMI, kepala sekolah diharapkan menjadi penggerak utama, mendorong, memotivasi, bahkan memberikan contoh kepada semua pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan kewenangan yang dimilikinya, kepala sekolah dapat mengomandoi pembentukan TPMPS, menyusun tupoksi dari TPMPS, menyusun komitmen semua warga sekolah dalam melaksanakan SPMI, memberikan pembinaan, arahan, dan pengawasan agar SPMI dapat berjalan dengan baik. Walau demikian, kepala sekolah tentunya tidak one man show, tetapi memberdayakan semua sumber daya manusia yang ada di sekolah. Kepala sekolah juga perlu mewujudkan dirinya sebagai pemelajar agar kompeten dan menguasai seputar masalah SPMI, karena sebagai pemimpin, dia wajib memberikan arahan dan bimbingan seputar implementasi SPMI. Dia pun perlu mendengarkan berbagai aspirasi dan harapan dari para stafnya berkaitan dengan berbagai program yang perlu dilakukan untuk menyukseskan SPMI, karena kesuksesan SPMI tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi memerlukan team work. Dengan kata lain, kepemimpinan transformatif dan manajemen perubahan harus diwujudkan oleh kepala sekolah jika SPMI ingin sukses diimplementasikan. Ketiga, perubahan paradigma warga sekolah. Pelaksanaan SPMI memerlukan perubahan paradigm semua warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, staf administrasi, hingga petugas lapangan. Jika selama ini sulit berubah, karena sudah berada di zona nyaman, maka mind set tersebut perlu diubah secara bertahap. Tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks dan dinamis perlu dijawab dengan peningkatan kualitas satuan pendidikan. Apalagi Indonesia saat ini dihadapkan pada misi besar menyiapkan generasi emas tahun 2045. Warga sekolah yang kurang peduli terhadap budaya mutu perlu dirangkul dan diajak untuk mulai peduli dan berpartisipasi dalam implementasi SPMI. Hal ini tentunya bukan hal yang mudah. Kepala sekolah atau TPMPS akan dihadapan pada sikap apatis atau sikap acuh tak acuh terhadap program yang dilaksanakan oleh sekolah. Mungkin saja ada yang beranggapan bahwa SPMI hanya menjadi beban baru bagi mereka yang merasa sudah dibebani oleh beragam administrasi sekolah. Perlu ditegaskan bahwa SPMI bukanlah tumpukan administrasi, tetapi pola pikir, saling keterkaitan dan kesatuan dari beragam elemen pendukung peningkatan mutu dalam rangka
  • 3. mencapai SNP. Adapun tumpukan administrasi merupakan pedoman, Prosedur Operasional Standar (POS), bukti fisik, atau dokumentasi dari program atau kegiatan yang telah dilakukan. Warga sekolah yang belum paham dan sadar terhadap pentingnya penjaminan mutu perlu terus dibina dan diberikan pemahaman. SPMI bukan beban tetapi sebuah proses untuk membantu sekolah meningkatkan mutunya secara bertahap dan berkelanjutan. SPMI bukan hanya sekedar menjalankan kebijakan pemerintah atau perintah atasan, tetapi menjadi sebuah kebutuhan bagi sekolah untuk mencapai SNP. Keempat, komitmen dari TPMPS dan warga sekolah. Komitmen mudah diucapkan, tetapi kadang sulit untuk diucapkan. Komitmen muncul dari kepedulian, tanggung jawab, dan rasa memiliki. Komitmen juga muncul dari rasa ikut dilibatkan dalam sebuah program atau kegiatan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus melibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Komitmen juga dibangun dari keteladanan kepala sekolah, karena jika kepala sekolahnya kurang berkomitmen dalam mengimplementasikan SPMI, bagaimana dengan para guru stafnya? Hampir dipastikan komitmen mereka pun akan rendah. Biasanya sekolah membuat spanduk yang berisi komitmen untuk mengimplementasikan SPMI dan ditandatangani oleh semua warga sekolah, tetapi hal itu belum cukup. Komitmen bukan hanya tertera pada untaian kata-kata indah yang ada pada spanduk, tetapi yang lebih penting adalah pada sejauhmana pada pelaksanaannya dan disertai dengan bukti-bukti pendukungnya. Dalam perjalanannya, komitmen bisa naik dan bisa turun. Tergantung situasi dan kondisi. Di awal-awal implementasi SPMI, komitmennya biasanya tinggi. Semangat ber-SPMI menggema, SPMI menjadi euforia. Setelah komitmen terbentuk, maka yang diperlukan adalah "merawat" komitmen tersebut. Dan hal tersebut tidak mudah. Perlu keseriusan dari kepala sekolah dan TPMPS. Sikap saling mengingatkan diperlukan untuk "merawat" komitmen tersebut. Sekolah biasanya memiliki grup WA sebagai sarana penyebaran informasi dan komunikasi termasuk yang berkaitan dengan SPMI. Cara "merawat" komitmen tidak harus selalu dilakukan dengan cara yang formil, satu arah, dan kaku, tetapi bisa dilakukan melaui cara yang santai tetapi serius seperti melalui acara ngopi bareng, makan bersama, piknik, atau acara capacity building bagi semua warga sekolah. Kelima, berjiwa pemelajar. Agar SPMI bisa dipahami dengan baik, maka semua warga sekolah harus mau menjadi pemelajar atau harus literat. Mereka harus mau membaca berbagai perangkat perundang-undangan yang berkaitan dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP), petunjuk implementasi SPMI, siklus dan tahapan SPMI, format-format yang diperlukan dalam implementasi SPMI, dan sebagainya.
  • 4. Sekolah dapat memfasilitasi atau menyediakan berbagai sumber informasi yang diperlukan, mencetaknya, atau menyebarkannya melalui e-mail atau grup WA. Selain itu, juga bisa melalui diskusi yang diselenggarakan oleh TPMPS, atau melakukan studi banding ke sekolah lain yang telah "mapan" dalam mengimplementasikan SPMI. Keenam, memahami setiap tahapan SPMI. Hal ini pada dasarnya dengan jiwa pemelajar dan tingkat literasi warga sekolah dalam mengimplementasikan SPMI, hanya lebih teknis. Siklus SPMI terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) pemetaan mutu, (2) penyusunan rencana pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5) penyusunan strategi pemenuhan mutu baru. Setiap tahapan tersebut perlu dipahami dengan baik oleh TPMPS. Pemetaan mutu bisa dalam bentuk pengisian intrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) atau pengisian instrumen Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP). Rencana pemenuhan mutu mengacu kepada hasil pemetaan mutu dan menganut skala prioritas, lalu dimasukkan ke dalam program sekolah jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang, Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Sekolah (RKS), dan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS). Pelaksanaan pemenuhan mutu sebagai tindak lanjut rencana pemenuhan mutu. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian proses keterlaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan dengan rencana yang telah disusun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Dan strategi pemenuhan mutu baru dilakukan jika pemenuhuan mutu sebelumnya sudah tercapai. Karena pelaksanaan siklus dan tahapan SPMI selain konsep juga berkaitan dengan hal yang bersifat teknis, maka TPMPS harus paham dan menguasainya, serta harus melek teknologi informasi (TI), karena pengisian instrumen tidak lepas dari penggunaan perangkat TI seperti laptop, mampu mengakses internet, dan sebagainya. Biasanya operator sekolah menjadi andalan atau ujung tombak kalau sudah berkaitan dengan TI, karena disamping pekerjaannya tidak lepas dari perangkat TI, ada juga guru yang gaptek dengan perangkat TI. Ketujuh, konsistensi dalam pelaksanaan SPMI. Konsistensi berkaitan dengan komitmen, dan hal ini pun tidak mudah untuk dilaksanakan. Dalam mengimplementasikan SPMI, sekolah akan dihadapkan berbagai tantangan, baik yang berasal dari pola pikir warga sekolah, keterbasan jumlah SDM, maupun yang berkaitan dengan pendanaan, sarana dan prasarana. Ditambah sekolah pun dihadapkan pada berbagai kegiatan yang datang silih berganti, dan tentunya perlu untuk diikuti, dilaksanakan, atau diselesaikan secara cepat. Berdasarkan kepada hal tersebut, maka peran kepala sekolah sangat diperlukan sebagai pemimpin dan motor perubahan di sekolah. Mental pejuang, pengabdi, dan pekerja keras perlu terus dipupuk dan ditumbuhkan oleh kepala sekolah terhadap TPMPS dan semua warga sekolah. Menurut saya, budaya apresiasi baik secara materil maupun immateril dapat menjadi "pupuk" untuk tetap menyuburkan dan mempertahankan konsistensi tersebut. Kedelapan, pembinaan yang optimal dari TPMPD. Sesuai amanat Permendikbud Nomor 28 tahun 2016, pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota membentuk Tim Penjaminan
  • 5. Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah (TPMPD). TPMPD provinsi diatur pada 9 ayat (1) sampai dengan (5), dan TPMPD kabupaten/kota diatur dalam pasal 10 ayat (1) sampai dengan (5). Anggota TPMPD sedikitnya terdiri atas unsur; bidang pada bidang pendidikan, pengawas sekolah, dan dewan pendidikan. Dalam konteks implementasi SPMI di satuan pendidikan, TPMPD Provinsi memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan supervisi terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan SPMI-Dikdasmen di satuan pendidikan pada pendidikan menengah dan pendidikan khusus, sedangkan TPMPD kabupaten/kota memiliki tugas dan wewenang melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan supervisi terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan SPMI-Dikdasmen pada pendidikan dasar. Dukungan TPMPD bukan hanya menghadiri atau membuka acara yang bersifat seremonial yang berkaitan dengan SPMI, tetapi diharapkan lebih kepada hal yang lebih konkrit seperti; menunjuk sekolah-sekolah model yang belum didampingi oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), pembinaan dan pendampingan langsung ke satuan pendidikan, peningkatan kompetensi TPMPS, dan menindaklanjuti hasil pemetaan mutu yang dilakukan oleh TPMPS yang memerlukan "intervensi" langsung dari pemerintah daerah, seperti yang berkaitan dengan standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. TPMPD provinsi dan kabupaten/kota juga bertugas dan berwenang memetakan mutu pendidikan dan pelaksanaan SPMI-Dikdasmen di satuan pendidikan pada pendidikan dasar berdasarkan data dan informasi dalam sistem informasi mutu pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota. Selain itu, menyusun laporan rekomendasi strategi peningkatan mutu pendidikan di tingkat provinsi, kabupaten/kota. Dengan demikian, peran TPMPD dalam penjaminan mutu pendidikan sangat strategis. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, TPMPD melakukan koordinasi dan kerja sama dengan LPMP sebagai perwakilan Direktorat Jenderal di daerah. Berdasarkan kepada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi SPMI di satuan pendidikan dapat berjalan dengan baik jika 8 (delapan) kunci ini dilaksanakan, karena pada dasarnya penjaminan mutu pendidikan bukan hanya tanggung jawab salah satu pihak, tetapi perlu sinergi dan koordinasi berbagai pihak (stakeholder) yang terkait. Wallaahu a'lam. Oleh: IDRIS APANDI, Widyaiswara Ahli Madya LPMP Jawa Barat, Penulis Buku Sekolah Kaizen)