SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
BERACARA
DI MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
Johny Koynja, SH., MH
DOMAIN MK
Pasal 24C
Ayat (1)
• mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yg
putusannya bersifat final
• menguji UU terhadap UUD,
• memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
• memutus pembubaran parpol, dan
• memutus perselisihan tentang hasil pemilu
Ayat (2)
• wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.
• Hak uji materil: menguji
substansi UU
• Hak uji formil: menguji
prosedur pembentukan dan
bentuk formal
• Pengujian oleh MK (court of
law) dan pengujian oleh MA
(court of justice)
Sengketa Kewenangan Lembaga Negara
• Sengketa kewenangan yg pertama diperiksa oleh MK
adalah sengketa kewenangan yg diajukan oleh DPD
berkaitan dgn pengangkatan anggota BPK oleh
Presiden.
• Sengketa kedua diajukan oleh Gubernur Lampung
berkaitan dgn Keputusan DPRD Prov lampung utk
tidak lagi berkerjasama dgn Gub Lampung
(Permohonan ini kemudian dicabut sebelum
diperiksa).
• Kasus ketiga diajukan oleh Badrul Kamal dan
Pasangannya dlm Pilkada Depok th 2005. Pokok
persoalan adalah pengajuan PK oleh KPUD atas
Putusan PT Jabar, yg memutus sengketa hasil Pilkada
Depok.
• Kasus keempat diajukan oleh Saleh Manaf
PEMBUBARAN PARPOL
• Parpol dilindungi konstitusi
• kewajiban konstitusional pemerintah memberi
ruang hidup bagi Parpol.
• kalau pemerintah memiliki kemauan
membubarkan Parpol hanya dimungkinkan bila
pemerintah menempuh jalur peradilan dgn cara
mengajukan permohonan kepada MK.
• haruslah jelas alasannya.
• menguraikan dengan jelas dalam permohonan
tentang ideologi, asas, tujuan, program, dan
kegiatan parpol ybs, yg dianggap bertentangan
dgn UUD 1945.
• Sebuah Parpol dapat saja membubarkan diri
karena alasan internal Parpol.
• Dalam praktek parpol dapat pecah atau
mekar menjadi dua atau lebih parpol. Parpol
asal mungkin saja tetap bertahan akan tetapi
dapt saja bubar karena syarat tidak dipenuhi
lagi (bubar dgn sendirinya)
• Parpol juga dapat membubarkan diri jika
dalam Pemilu tidak memenuhi threshold atau
tidak berhasil memperoleh dukungan minimal
yg disyaratkan
Sengketa hasil Pemilu
• Perselisihan hasil Pemilu adalah
keberatan pemohon terhadap penetapan
hasil Pemilu oleh KPU.
• Keberatan dapat diajukan jika pemohon
memiliki alasan bahwa penghitungan hasil
perolehan suara yg ditetapkan oleh KPU
berbeda dgn penghitungan hasil
perolehan suara menurut pemohon
Pemohon sengketa hasil
Pemilu
• perorangan warga negara Indonesia calon
anggota DPD peserta pemilihan umum;
• pasangan Capres dan Cawapres peserta
pemilihan umum Presiden dan Wakil
Presiden;
• Parpol peserta Pemilu.
• permohonan hanya dapat diajukan
terhadap penetapan hasil Pemilu yg
dilakukan secara nasional oleh KPU yg
mempengaruhi:
• terpilihnya calon anggota DPD;
• penentuan pasangan calon yg masuk pada
putaran kedua pilpres serta terpilihnya
pasangan capres dan cawapres;
• perolehan kursi Parpol peserta Pemilu di
suatu daerah pemilihan.
• Permohonan hanya dapat
diajukan dalam jangka
waktu paling lambat 3 X 24
(tiga kali dua puluh empat)
jam sejak KPU
mengumumkan penetapan
hasil Pemilu secara nasional
Syarat penting dari permohonan
uraian yg jelas tentang:
• kesalahan hasil penghitungan suara yg
diumumkan oleh KPU dan hasil
penghitungan yg benar menurut
pemohon.
• permintaan untuk membatalkan hasil
penghitungan suara yg diumumkan oleh
KPU dan menetapkan hasil penghitungan
suara yg benar menurut pemohon.
• Putusan MK thd permohonan atas
perselisihan hasil Pilpres wajib diputus
paling lambat 14 hari kerja sejak
permohonan diregister dalam Buku
Registrasi Perkara Konstitusi;
• paling lambat 30 hari kerja sejak
permohonan atas hasil Pemilu legislatif
diregister dalam Buku Registrasi
Perkara Konstitusi.
Isi putusan MK
dalam perkara hasil Pemilu
• Dalam hal MK berpendapat bahwa
pemohon dan/atau permohonannya tidak
memenuhi syarat, maka amar putusan
menyatakan permohonan tidak dapat
diterima,
• dalam hal MK berpendapat bahwa
permohonan beralasan, maka amar
putusan menyatakan permohonan
dikabulkan.
• Dalam hal permohonan dikabulkan
MK menyatakan membatalkan hasil
penghitungan suara yg diumumkan
oleh KPU dan menetapkan hasil
penghitungan suara yang benar.
• Jika permohonan menurut MK
tidak beralasan, maka amar
putusan menyatakan permohonan
ditolak.
PROSEDUR BERPERKARA
DALAM SENGKETA HASIL PEMILUKADA
PMK No. 15/2008
 PEMILUKADA =pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah
 KPU Provinsi =penyelenggara
Pemilukada provinsi
 KIP Provinsi = Komisi Independen
Pemilihan Provinsi Aceh
 KPU Kabupaten/Kota = penyelenggara
pemilukada Kabupaten/Kota
 KIP Kabupaten/Kota = Komisi Independen
Pemilukada Kabupaten/Kota di Prov Aceh
 Pasangan Calon = pasangan calon peserta
Pemilukada
 Permohonan = pengajuan keberatan thd
penetapan hasil perhituangan suara
Pemilukada
 Pemohon = pasangan calon Pemilukada
 Termohon = KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP
Kab/Kota sebagai penyelenggara
Pemilukada
 Panitera = Panitera MK
PRINSIP PERADILAN
PEMILUKADA
Pasal 2
Peradilan perselisihan hasil
Pemilukada bersifat cepat dan
sederhana, sebagai peradilan
tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final dan
mengikat.
PARA PIHAK
• Pasangan calon sbg Pemohon
• KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP
Kab/Kota
• Pasangan Calon selain Pemohon dapat
menjadi Pihak Terkait
• Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait
dapat diwakili dan/atau didampingi oleh
kuasa hukumnya masing2 yg
mendapatkan surat kuasa khusus
dan/atau surat keterangan untuk itu.
OBYEK PERSELISIHAN
Pasal 4
Objek perselisihan Pemilukada = hasil
penghitungan suara yg ditetapkan oleh
Termohon yg mempengaruhi:
a. penentuan Pasangan Calon yang dapat
mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau
b. terpilihnya Pasangan Calon sBG kepala
daerah dan wakil kepala daerah.
TATA CARA PENGAJUAN
PERMOHONAN
Pasal 5
(1) Permohonan pembatalan penetapan hasil
penghitungan suara Pemilukada diajukan ke
Mahkamah paling lambat 3 hari kerja setelah
Termohon menetapkan hasil penghitungan
suara Pemilukada di daerah yBS;
(2) Permohonan yg diajukan setelah melewati
tenggat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak dapat diregistrasi.
Pasal 6
(1) Permohonan diajukan secara tertulis dlm bahasa
Indonesia sebanyak 12 rangkap yg ditandatangani
oleh Pemohon atau kuasa hukumnya yg
mendapatkan surat kuasa khusus dari Pemohon;
(2) Permohonan sekurang2nya memuat:
a. identitas lengkap Pemohon yg dilampiri fotokopi
KTP dan bukti sbg peserta Pemilukada;
b. uraian yg jelas mengenai:
1. kesalahan hasil penghitungan suara yg
ditetapkan oleh Termohon;
2. permintaan/petitum utk membatalkan hasil
penghitungan suara yg ditetapkan oleh Termohon;
3. permintaan/petitum untuk menetapkan hasil
penghitungan suara yg benar menurut Pemohon.
(3) Permohonan yg diajukan disertai alat bukti.
REGISTRASI PERKARA DAN
PENJADWALAN SIDANG
Pasal 7
(1) Panitera memeriksa persyaratan dan
kelengkapan permohonan;
(2) Panitera mencatat permohonan yang
sudah memenuhi syarat dan lengkap
dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi
(BRPK);
Pasal 7
(3) Dalam hal permohonan belum
memenuhi syarat dan belum
lengkap, Pemohon dapat
melakukan perbaikan
sepanjang masih dalam tenggat
mengajukan permohonan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) peraturan ini;
Pasal 7 (lanjutan)
(4) Panitera mengirim salinan
permohonan yg sudah diregistrasi
kpd Termohon, disertai
pemberitahuan hari sidang pertama
dan permintaan keterangan tertulis yg
dilengkapi bukti2 hasil penghitungan
suara yg diperse-lisihkan;
(5) Penentuan hari sidang pertama dan
pemberitahuan kepada pihak2
dilakukan paling lambat 3 hari kerja
sejak registrasi.
PERSIDANGAN
Pasal 8
(1) Sidang untuk memeriksa permohonan dpt
dilakukan oleh Panel Hakim dgn sekurang2nya
terdiri atas 3 org hakim konstitusi atau Pleno
Hakim dgn sekurang2nya 7 org hakim konstitusi;
(2) Proses pemeriksaan persidangan dilakukan dgn
tahapan sbb:
a. penjelasan permohonan dan perbaikan apabila
dipandang perlu;
b. jawaban Termohon;
c. keterangan Pihak Terkait apabila ada;
d. pembuktian oleh Pemohon, Termohon, dan Pihak
Terkait; dan
e. kesimpulan.
(3) Untuk kepentingan pembuktian,
Mahkamah dapat melakukan
pemeriksaan melalui persidangan
jarak jauh (video conference);
(4) Untuk kepentingan pemeriksaan,
Mahkamah dapat menetapkan
putusan sela yg terkait dengan
penghitungan suara ulang.
Pemakzulan
• Dalam sistem presidensial murni perkara
impeachment yg mengajukan permohonan
adalah DPR.
• DPR wajib menguraikan dg jelas dalam
permohonannya ttg dugaan: a. Pres dan/atau
Wapres telah melakukan pelanggaran hukum
berupa: pengkhianatan thp negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau b. Pres dan/atau
Wapres tidak lagi memenuhi syarat sbg Pres
dan/atau Wapres berdasarkan UUD 1945.
PUTUSAN MK TERHADAP
PENDAPAT DPR
• Jika MK memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum
seperti didakwakan DPR misalnya: pengkhianatan thp
negara, atau korupsi, atau penyuapan (menyuap atau
disuap), atau tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sbg
Presiden dan/atau Wakil Presiden, amar putusan
menyatakan membenarkan pendapat DPR.
• Sebaliknya jika menurut MK tidak terbukti, maka MK
menyatakan permohonan ditolak
PENGAJUAN PERMOHONANPENGAJUAN
PERMOHONAN
Pasal 29
• Permohonan diajukan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia oleh pemohon
atau kuasanya kepada MK.
• Ditandatangani oleh pemohon atau
kuasanya dalam 12 (dua belas)
rangkap.
SUBSTANSI PERMOHONAN
Pasal 31
• Permohonan sekurang2nya harus memuat:
• nama dan alamat pemohon;
• uraian mengenai prihal yg menjadi dasar
permohonan
• hal-hal lain yg diminta untuk diputus.
• Permohonan harus disertai dgn alat bukti yg
mendukung permohonan tersebut.
Dasar permohonan
Legal standing:
• kedudukan hukum pemohon sesuai
dengan hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dalam Pasal 51 (1),
misalnya sbg PNS, Konsumen,
Pembayar pajak, Pemilih, Parpol
peserta Pemilu, Calon DPD, Pasangan
Capres-Cawapres dll
• Posita
• Posita: alasan permohonan
• Misalnya Pengujian UUkerugian
konstitusional baik yg sdh
ada/dialami maupun kerugian
konstitusional potensial (yg akan
muncul)
Alasan pengujian UU
• pemohon menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan
oleh berlakunya UU.
• pemohon adalah: perorangan WNI; atau
kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI
yg diatur dalam undang-undang; atau badan
hukum publik atau privat; atau lembaga
negara.
PERMOHONAN
PASAL 30
 Permohonan wajib dibuat dengan uraian
yang jelas mengenai, misalnya:
• Pengujian UU terhadap UUDNegara RI Tahun
1945;
• Sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD Negara
RI Tahun 1945;
Sengketa hasil Pemilu, pilpres atau Pilkada
• Format Permohonan:
Pasal 31 ayat (1)
• Permohonan sekurang2nya harus memuat:
nama dan alamat pemohon;
uraian mengenai prihal yang menjadi dasar
permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30; dan
hal-hal lain yang diminta untuk diputus.
• Pengajuan permohonan sebaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disertai
dengan alat bukti yang mendukung
permohonan tersebut
Dasar permohonan
• Legal standing:
kedudukan hukum pemohon sesuai
dengan hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dalam Pasal 51 (1),
misalnya sebagai PNS, Konsumen,
Pembayar pajak, Pemilih, Parpol
peserta Pemilu, Calon DPD, Pasangan
Capres-Cawapres dll
Syarat kerugian konstitusional (Putusan MK
006/PUU-III/2005)
• Adanya hak konstitusional yg diberikan UUD
1945
• Hak konstitusional pemohon tsb dianggap
telah dirugikan olh UU yg diuji
• Kerugian konstitusoional bersifat spesifik dan
katual dan setidaknya bersifat potensial yg
menurut penalaran yg wajar dpt dipastikan
akan terjadi;
• Ada causal verband antara kerugian dengan
berlakunya UU yg diuji;
• Ada kemungkinan bahwa dengan
dikabulkannya permohonan maka kerugian
konstitusional yg didalilkan tdk akan atau tidak
lagi terjadi.
Alasan Permohonan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 30
• Contoh: pengujian UU terhadap UUD
Negara RI Tahun 1945
Misalnya hak sdr dilanggar oleh suatu
UU (dalam pasal terentu) padahal
dalam UUD Negara RI Tahun 1945 hak
sdr tersebut dilindungi (Pasal 28A s.d.
28I)
HAL YANG DIMINTA
• Hal yang diminta atau potitum:
mengacu kepada Pasal 56 ayat (2), (3) dan
Pasal 57 ayat (1) maka potitum permohonan
seyogyanya dirumuskan:
Menyatakan permohonan pemohon
dikabulkan;
Menyatakan bahwa Pasal….ayat …. UU
No…..tahun …… bertentangan dengan UUD
Negara RI tahun 1945
Menyatakan bahwa Pasal….ayat….. UU
No….tahun…. tidak mempunyai kekuatan
mengikat.
HAL YANG DIMINTA (Potitum)
• Mengacu kepada Pasal 56 ayat
(4), maka potitum permohonan
dirumuskan :
Menyatakan bahwa permohonan
dikabulkan.
ALAT BUKTI
• Alat Bukti:
Pasal 36
• surat atau tulisan; misalnya Akte Yayasan, AD/ART
Yayasan, Organisasi Profesi (Notaris, Advokat dll),
UU, PP, Perda, BAP, Surat Panggilan, Surat
Perintah Penahanan, Putusan Pengadilan dll.
•
Keterangan saksi; [menerangkan apa yang dialami,
dilihat, didengar] Contoh: dalam PUU KADIN, Adi
Sasono, mantan Menkop UKM dihadirkan oleh
Pemohon sebagai saksi karena pengalamannya
sebagai anggota organisasi KADIN.
• Keterangan ahli; [keterangan berdasarkan
keahlian (pengalaman kerja/profesi atau ahli
dalam bidang tertentu karena memiliki
dasar-dasar keilmuan)]
• Keterangan para pihak; [termasuk pihak
terkait (dalam perkara Pilkada diajukan oleh
KPU prov/Kab/Kota, atas pasal-pasal dalam
UU No.32/2004 KPU dipanggil oleh MK untuk
memberi keterangan sebagai pihak terkait;
dalam perkara PUU Kepailitan pihak KADIN
merasa perlu hadir sebagai pihak terkait,
keterangan yg disampaikan dalam
persidangan lisan atau tertulis]
Petunjuk;
• Informasi yang diucapkan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan secara elektronik
dengan alat optic atau yang serupa dengan
itu (ayat 1).
• Alat-alat bukti yg diajukan harus dapat
dipertanggungjawabkan perolehannya
secara hukum, Jika sebaliknya, maka alat
bukti tersebut tidak dapat dijadikan alat
bukti.
Sah atau tidaknya suatu alat bukti ditentukan
dalam persidangan MK
Alasan Permohonan
• Alasan permohonan
Contoh; Untuk menemukan rumusan hak
dan/atau kewenangan konstitusional
pemohon perlu menyusun secara runtut
alasan. Untuk sekedar contoh soal dapat
dikemukakan sebagai berikut:
• Bahwa kami pemohon adalah WNI
bertempat tinggal di desa…. adalah
kesatuan masyarakat hukum adat dalam
wilayah Provinsi/ Kabupaten…….;
• Bahwa pemohon memiliki hak ulayat seluas
kurang lebih….hektar;
Alasan permohonan:
• Bahwa sebagian hak ulayat pemohon
tersebut sebagian (….hektar) diserahkan
kepada PN …. Untuk dimanfaatkan bagi
usaha produktif untuk kepentingan dan
kemakmuran rakyat;
• Bahwa PN…. Pada tahun 1994 telah diubah
statusnya menjadi PTPN… berdasarkan
UU….;
Bahwa berdasarkan UU No. X/2004 PTPN….
diubah statusnya menjadi perusahaan
swasta;
• Bahwa setiap UU menurut sistem hukum
positif Indonesia berlaku, berdasar dan
bersumber pada UUD 1945;
• Bahwa Pasal 33 UUD 1945 adalah dasar
pembentukan UU No.X/2004;
• Bahwa obyek yang diatur dalam UU
No.X/2004 adalah kebutuhan semua warga
negara yang diolah dari sumber daya alam;
• Bahwa oleh karena obyek yang diatur dalam
UU.X/2004 tersebut diolah dari sumber daya
alam termasuk ke dalam cabang produksi
yang penting bagi Negara yang menguasai
hajat hidup orang banyak, maka obyek yang
diatur dalam UU No. X/2004 tsb harus
dikuasai oleh Negara;
• Bahwa penguasaan oleh Negara
dimaksudkan agar cabang-cabang produksi
tersebut tidak dikuasai orang perorangan
untuk menarik keuntungan bagi segelintir
orang;
• Bahwa ketentuan Pasal…UU No. X/2004
yang menyatakan ”PN diubah bentuknya
menjadi PT (Pesero) dst…..” bertentangan
dengan UUD 1945 khususnya Pasal 33 UUD
1945 dengan alasan-alasan:
• Bahwa ketentuan Pasal…UU No.X/2004 yang
menyatakan “Sebagian wilayah kerja
PN…diserahkan kepada PT…” bertentangan
dengan Pasal 33 UUD Negara RI Tahun 1945
dengan alasan-alasan:
• Bahwa ketentuan Pasal …..ayat….
menyebabkan obyek yang diatur dalam UU.
No.X/2004 yang berada dalam wilayah hak
ulayat pemohon beralih kepada dan untuk
keuntungan sebesar-besar bagi swasta;
• Bahwa beralihnya obyek yang diatur dalam
Pasal… UU No.X/2004 merugikan pemohon
karena dengan diberlakukan Pasal ….
tersebut hak ulayat pemohon dimanfaatkan
oleh swasta dan menguntungkan bagi
segelintir orang;
Pasal 58
• Uu yang diuji oleh MK tetap berlaku, sebelum
ada putusan yang menyatakan bahwa UU
tersebut bertentangan dengan UUD 1945.
• Pasal 59Putusan MK mengenai pengujian UU
terhadap UUD1945 disampaikan kepada DPR,
DPR, Presiden, dan MA.
Pasal 60
• Terhadap materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dalam undang-undang
yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan
pengujian kembali.
SENGKETA KEWENANGAN
LEMBAGA NEGARA
Pasal 61
• Pemohon adalah lembaga negara yg
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 yg
mempunyai kepentingan langsung terhadap
kewenangan yg dipersengketakan.
• Pemohon wajib menguraikan dengan jelas
dalam permohonannya tentang kepentingan
langsung pemohon dan menguraikan
kewenangan yg dipersengketakan serta
menyebutkan dengan jelas lembaga negara yg
menjadi termohon.
Pasal 62
MK menyampaikan permohonan yg sudah
dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi kepada termohon dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam Buku Registrasi
Perkara Konstitusi.
Pasal 63
MK dapat mengeluarkan penetapan yg
memerintahkan pada pemohon dan/atau
termohon untuk menghentikan sementara
pelaksanaan kewenangan yang
dipersengketakan sampai ada putusan MK.
Pasal 64
 Dalam hal MK berpdt bahwa pemohon dan/atau
permohonannya tidak memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, amar
putusan menyatakan permohonan tidak dapat
diterima.
 Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan
beralasan, amar putusan menyatakan permohonan
dikabulkan.
 Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), MK menyatakan dgn tegas
bahwa termohon tidak mempunyai kewenangan
untuk melaksanakan kewenangan yg
dipersengketakan.
 Dalam hal permohonan tidak beralasan, amar
putusan menyatakan permohonan ditolak.
Pasal 65
MK tidak dapat menjadi pihak dalam SKLN negara yg
kewenangannya diberikan oleh UUD1945 pada MK.
Pasal 66
• Putusan MK yg amar putusannya menyatakan bahwa
termohon tidak mempunyai kewenangan
untuk melaksanakan kewenangan yg dipersengketa
kan, termohon wajib melaksanakan putusan tersebut
dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak putusan diterima. Jika putusan tersebut tidak
dilaksana-kan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan kewenangan
termohon batal demi hukum. Dalam hal permohonan
tidak beralasan, amar putusan menyatakan
permohonan ditolak.
Pasal 67
• Putusan MK mengenai
sengketa kewenangan
disampaikan kepada DPR,
DPD, dan Presiden.
PEMBUBARAN PARPOL
Pasal 68
• Pemohon adalah Pemerintah.
• Pemohon wajib menguraikan dengan
jelas dalam permohonannya tentang
ideologi, asas, tujuan, program, dan
kegiatan partai politik yang
bersangkutan, yang dianggap
bertentangan dengan UUD 1945.
Pasal 69
• MK menyampaikan permohonan yang sudah dicatat
dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi kepada
partai politik yang bersangkutan dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi.
Pasal 70
• Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan
tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68, amar putusan menyatakan
permohonan tidak dapat diterima.
• Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan
beralasan, amar putusan menyatakan permohonan
dikabulkan.
• Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan
tidak beralasan, amar putusan menyatakan
permohonan ditolak.
• Pasal 71
Putusan MK mengenai permohonan atas
pembubaran parpol wajib diputus dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam
puluh) hari kerja sejak permohonan
dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi.
• Pasal 72
Putusan MK mengenai pembubaran
partai politik disampaikan kepada partai
politik yang bersangkutan.
Pasal 73
• Pelaksanaan putusan pembubaran
parpol sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 71, dilakukan dengan
membatalkan pendaftaran pada
Pemerintah.
• Putusan MK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diumumkan oleh
Pemerintah dalam Berita Negara
Republik Indonesia dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas)
hari sejak putusan diterima.
ALAT BUKTI
Pasal 9
Alat bukti dalam perselisihan hasil
Pemilukada dapat berupa:
a. keterangan para pihak;
b. surat atau tulisan;
c. keterangan saksi;
d. keterangan ahli;
e. petunjuk; dan
f. alat bukti lain berupa informasi
dan/atau komunikasi elektronik.
Pasal 10
(1) Alat bukti surat atau tulisan terdiri
atas:
a. berita acara dan salinan pengumuman
hasil pemungutan suara dari TPS;
b. berita acara dan salinan sertifikat hasil
penghitungan suara dari PPS;
c. berita acara dan salinan rekapitulasi
jumlah suara dari PPK;
d. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil
penghitungan suara dari KPU/KIP
provinsi atau kabupaten/kota;
e. berita acara dan salinan penetapan
hasil penghitungan suara pasangan
calon kepala dan wakil kepala daerah
provinsi atau kabupaten/kota;
f. berita acara dan salinan rekapitulasi
hasil penghitungan suara dari KPU/KIP
provinsi;
g. penetapan calon terpilih dari KPU/KIP
provinsi atau kabupaten/kota; dan/atau
h. dokumen tertulis lainnya.
(2) Alat bukti sbgmn dimaksud pada
ayat (1) adalah alat bukti yg terkait
langsung dgn objek perselisihan
hasil Pemilukada yg dimohonkan
ke Mahkamah.
(3) Alat bukti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibubuhi
materai secukupnya sesuai
dengan peraturan perundang2an
yg berlaku.
RAPAT PERMUSYAWARATAN
HAKIM
• Pasal 12
• (1) Rapat Permusyawaratan Hakim diselenggarakan
untuk mengambil putusan
• setelah pemeriksaan persidangan dipandang
cukup;
• (2) Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan
secara tertutup oleh sekurangkurangnya
• 7 (tujuh) orang hakim konstitusi;
• (3) Pengambilan putusan dalam Rapat
Permusyawaratan Hakim dilakukan secara
• musyawarah untuk mufakat;
(4) Dalam hal musyawarah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak mencapai
mufakat bulat, pengambilan putusan
diambil dengan suara terbanyak;
(5) Dalam hal pengambilan putusan
dengan suara terbanyak sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai,
suara terakhir Ketua Rapat
Permusyawaratan Hakim menentukan.
PUTUSAN
Pasal 13
(1) Putusan mengenai perselisihan hasil
Pilkada diucapkan paling lama 14 hari
kerja sejak permohonan dicatat dalam
Buku Registrasi Perkara Konstitusi;
(2) Putusan yang telah diambil dalam
Rapat Permusyawaratan Hakim
diucapkan dlm Sidang Pleno terbuka
utk umum yg dihadiri oleh
sekurangkurangnya 7 org hakim
konstitusi;
(3) Amar Putusan dapat menyatakan:
a. permohonan tidak dapat diterima apabila
Pemohon dan/atau permohonan tidak
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6
peraturan ini;
b. permohonan dikabulkan apabila permohonan
terbukti beralasan dan selanjutnya
Mahkamah menyatakan membatalkan hasil
penghitungan suara yg ditetapkan oleh
KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP
kabupaten/kota, serta menetapkan hasil
penghitungan suara yg benar menurut
Mahkamah;
c. Permohonan ditolak apabila permohonan
tidak beralasan.
(4) Putusan Mahkamah bersifat final dan
mengikat;
(5) Putusan Mahkamah disampaikan kepada
Pemohon, Termohon, DPRD setempat,
Pemerintah, dan Pihak Terkait;
(6) KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP
kabupaten/kota, DPRD setempat, dan
Pemerintah wajib menindaklanjuti Putusan
Mahkamah sebagaimana mestinya;
PROSES BERACARA DI MAHKAMH KONSTITUSI - Johny Koynja

More Related Content

Similar to PROSES BERACARA DI MAHKAMH KONSTITUSI - Johny Koynja

Potensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan Pilkada
Potensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan PilkadaPotensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan Pilkada
Potensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan PilkadaElection Commision
 
[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf
[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf
[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdfMDTASABILULHAQ
 
[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx
[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx
[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptxChipDomino
 
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017Ahsanul Minan
 
Materi Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptx
Materi Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptxMateri Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptx
Materi Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptxUlfiansyahRifki
 
Bimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptx
Bimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptxBimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptx
Bimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptxHahHehHoh
 
MATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptx
MATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptxMATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptx
MATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptxKhairunNada2
 
59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf
59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf
59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdfHumasBawasluKabupate
 
Perbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnya
Perbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnyaPerbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnya
Perbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnyaWandaSeftiawan
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung riHak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung riEri Triwanda
 
AAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptx
AAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptxAAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptx
AAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptxMuhammadAliHanafiah4
 
PKPU NO 3 Tahun 2022.pdf
PKPU NO 3 Tahun 2022.pdfPKPU NO 3 Tahun 2022.pdf
PKPU NO 3 Tahun 2022.pdfUsmanHadiyanto1
 
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022shirizkiku
 
Penanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptx
Penanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptxPenanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptx
Penanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptxAndreFuadi
 

Similar to PROSES BERACARA DI MAHKAMH KONSTITUSI - Johny Koynja (20)

Potensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan Pilkada
Potensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan PilkadaPotensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan Pilkada
Potensi Pelanggaran dan Tindak Pidana Pada Tahapan Pilkada
 
Uu 19 1956
Uu 19 1956Uu 19 1956
Uu 19 1956
 
[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf
[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf
[Materi_rev1] DPTb dan DPK.pdf
 
[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx
[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx
[Materi_rev1] DPTb dan DPK RL.pptx
 
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
Memahami UU Pemilu Nomor 7 tahun 2017
 
PENANGANAN PELANGGARAN PADA PILKADA TAHUN 2020
PENANGANAN PELANGGARAN PADA PILKADA TAHUN 2020PENANGANAN PELANGGARAN PADA PILKADA TAHUN 2020
PENANGANAN PELANGGARAN PADA PILKADA TAHUN 2020
 
Materi Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptx
Materi Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptxMateri Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptx
Materi Tupoksi PTPS Cililin panwASLU KECAMATAN CILILIN KAB BANDUNG BARAT.pptx
 
Penegakan hukum pemilukada
Penegakan hukum pemilukadaPenegakan hukum pemilukada
Penegakan hukum pemilukada
 
Muktiono materi presentasi
Muktiono materi presentasiMuktiono materi presentasi
Muktiono materi presentasi
 
Bimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptx
Bimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptxBimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptx
Bimtek Tungsura Petugas KPPS Pemilu 2024.pptx
 
MATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptx
MATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptxMATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptx
MATERI PUNGUT HITUNG BPK. ANDREAS.pptx
 
59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf
59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf
59ee2577fe14fee406cffd1400fed84f.pdf
 
Perbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnya
Perbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnyaPerbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnya
Perbawaslu 4 tahun 2019 tentang kode etik panwascam dan jajaran di bawahnya
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung riHak uji materil ke mahkamah agung ri
Hak uji materil ke mahkamah agung ri
 
AAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptx
AAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptxAAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptx
AAlur Penanganan Pelanggaran Pemilu.pptx
 
PKPU NO 3 Tahun 2022.pdf
PKPU NO 3 Tahun 2022.pdfPKPU NO 3 Tahun 2022.pdf
PKPU NO 3 Tahun 2022.pdf
 
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022
Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022
 
Materi Coklit.pptx
Materi Coklit.pptxMateri Coklit.pptx
Materi Coklit.pptx
 
Penanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptx
Penanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptxPenanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptx
Penanganan Pelanggaran _Orientasi WasCam.pptx
 

PROSES BERACARA DI MAHKAMH KONSTITUSI - Johny Koynja

  • 1. BERACARA DI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Johny Koynja, SH., MH
  • 2. DOMAIN MK Pasal 24C Ayat (1) • mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yg putusannya bersifat final • menguji UU terhadap UUD, • memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, • memutus pembubaran parpol, dan • memutus perselisihan tentang hasil pemilu Ayat (2) • wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.
  • 3. • Hak uji materil: menguji substansi UU • Hak uji formil: menguji prosedur pembentukan dan bentuk formal • Pengujian oleh MK (court of law) dan pengujian oleh MA (court of justice)
  • 4. Sengketa Kewenangan Lembaga Negara • Sengketa kewenangan yg pertama diperiksa oleh MK adalah sengketa kewenangan yg diajukan oleh DPD berkaitan dgn pengangkatan anggota BPK oleh Presiden. • Sengketa kedua diajukan oleh Gubernur Lampung berkaitan dgn Keputusan DPRD Prov lampung utk tidak lagi berkerjasama dgn Gub Lampung (Permohonan ini kemudian dicabut sebelum diperiksa). • Kasus ketiga diajukan oleh Badrul Kamal dan Pasangannya dlm Pilkada Depok th 2005. Pokok persoalan adalah pengajuan PK oleh KPUD atas Putusan PT Jabar, yg memutus sengketa hasil Pilkada Depok. • Kasus keempat diajukan oleh Saleh Manaf
  • 5. PEMBUBARAN PARPOL • Parpol dilindungi konstitusi • kewajiban konstitusional pemerintah memberi ruang hidup bagi Parpol. • kalau pemerintah memiliki kemauan membubarkan Parpol hanya dimungkinkan bila pemerintah menempuh jalur peradilan dgn cara mengajukan permohonan kepada MK. • haruslah jelas alasannya. • menguraikan dengan jelas dalam permohonan tentang ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan parpol ybs, yg dianggap bertentangan dgn UUD 1945.
  • 6. • Sebuah Parpol dapat saja membubarkan diri karena alasan internal Parpol. • Dalam praktek parpol dapat pecah atau mekar menjadi dua atau lebih parpol. Parpol asal mungkin saja tetap bertahan akan tetapi dapt saja bubar karena syarat tidak dipenuhi lagi (bubar dgn sendirinya) • Parpol juga dapat membubarkan diri jika dalam Pemilu tidak memenuhi threshold atau tidak berhasil memperoleh dukungan minimal yg disyaratkan
  • 7. Sengketa hasil Pemilu • Perselisihan hasil Pemilu adalah keberatan pemohon terhadap penetapan hasil Pemilu oleh KPU. • Keberatan dapat diajukan jika pemohon memiliki alasan bahwa penghitungan hasil perolehan suara yg ditetapkan oleh KPU berbeda dgn penghitungan hasil perolehan suara menurut pemohon
  • 8. Pemohon sengketa hasil Pemilu • perorangan warga negara Indonesia calon anggota DPD peserta pemilihan umum; • pasangan Capres dan Cawapres peserta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden; • Parpol peserta Pemilu.
  • 9. • permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil Pemilu yg dilakukan secara nasional oleh KPU yg mempengaruhi: • terpilihnya calon anggota DPD; • penentuan pasangan calon yg masuk pada putaran kedua pilpres serta terpilihnya pasangan capres dan cawapres; • perolehan kursi Parpol peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan.
  • 10. • Permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak KPU mengumumkan penetapan hasil Pemilu secara nasional
  • 11. Syarat penting dari permohonan uraian yg jelas tentang: • kesalahan hasil penghitungan suara yg diumumkan oleh KPU dan hasil penghitungan yg benar menurut pemohon. • permintaan untuk membatalkan hasil penghitungan suara yg diumumkan oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yg benar menurut pemohon.
  • 12. • Putusan MK thd permohonan atas perselisihan hasil Pilpres wajib diputus paling lambat 14 hari kerja sejak permohonan diregister dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi; • paling lambat 30 hari kerja sejak permohonan atas hasil Pemilu legislatif diregister dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi.
  • 13. Isi putusan MK dalam perkara hasil Pemilu • Dalam hal MK berpendapat bahwa pemohon dan/atau permohonannya tidak memenuhi syarat, maka amar putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima, • dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan beralasan, maka amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan.
  • 14. • Dalam hal permohonan dikabulkan MK menyatakan membatalkan hasil penghitungan suara yg diumumkan oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar. • Jika permohonan menurut MK tidak beralasan, maka amar putusan menyatakan permohonan ditolak.
  • 15. PROSEDUR BERPERKARA DALAM SENGKETA HASIL PEMILUKADA PMK No. 15/2008  PEMILUKADA =pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah  KPU Provinsi =penyelenggara Pemilukada provinsi  KIP Provinsi = Komisi Independen Pemilihan Provinsi Aceh  KPU Kabupaten/Kota = penyelenggara pemilukada Kabupaten/Kota
  • 16.  KIP Kabupaten/Kota = Komisi Independen Pemilukada Kabupaten/Kota di Prov Aceh  Pasangan Calon = pasangan calon peserta Pemilukada  Permohonan = pengajuan keberatan thd penetapan hasil perhituangan suara Pemilukada  Pemohon = pasangan calon Pemilukada  Termohon = KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP Kab/Kota sebagai penyelenggara Pemilukada  Panitera = Panitera MK
  • 17. PRINSIP PERADILAN PEMILUKADA Pasal 2 Peradilan perselisihan hasil Pemilukada bersifat cepat dan sederhana, sebagai peradilan tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final dan mengikat.
  • 18. PARA PIHAK • Pasangan calon sbg Pemohon • KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP Kab/Kota • Pasangan Calon selain Pemohon dapat menjadi Pihak Terkait • Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait dapat diwakili dan/atau didampingi oleh kuasa hukumnya masing2 yg mendapatkan surat kuasa khusus dan/atau surat keterangan untuk itu.
  • 19. OBYEK PERSELISIHAN Pasal 4 Objek perselisihan Pemilukada = hasil penghitungan suara yg ditetapkan oleh Termohon yg mempengaruhi: a. penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau b. terpilihnya Pasangan Calon sBG kepala daerah dan wakil kepala daerah.
  • 20. TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN Pasal 5 (1) Permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada diajukan ke Mahkamah paling lambat 3 hari kerja setelah Termohon menetapkan hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yBS; (2) Permohonan yg diajukan setelah melewati tenggat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diregistrasi.
  • 21. Pasal 6 (1) Permohonan diajukan secara tertulis dlm bahasa Indonesia sebanyak 12 rangkap yg ditandatangani oleh Pemohon atau kuasa hukumnya yg mendapatkan surat kuasa khusus dari Pemohon; (2) Permohonan sekurang2nya memuat: a. identitas lengkap Pemohon yg dilampiri fotokopi KTP dan bukti sbg peserta Pemilukada; b. uraian yg jelas mengenai: 1. kesalahan hasil penghitungan suara yg ditetapkan oleh Termohon; 2. permintaan/petitum utk membatalkan hasil penghitungan suara yg ditetapkan oleh Termohon; 3. permintaan/petitum untuk menetapkan hasil penghitungan suara yg benar menurut Pemohon. (3) Permohonan yg diajukan disertai alat bukti.
  • 22. REGISTRASI PERKARA DAN PENJADWALAN SIDANG Pasal 7 (1) Panitera memeriksa persyaratan dan kelengkapan permohonan; (2) Panitera mencatat permohonan yang sudah memenuhi syarat dan lengkap dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK);
  • 23. Pasal 7 (3) Dalam hal permohonan belum memenuhi syarat dan belum lengkap, Pemohon dapat melakukan perbaikan sepanjang masih dalam tenggat mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) peraturan ini;
  • 24. Pasal 7 (lanjutan) (4) Panitera mengirim salinan permohonan yg sudah diregistrasi kpd Termohon, disertai pemberitahuan hari sidang pertama dan permintaan keterangan tertulis yg dilengkapi bukti2 hasil penghitungan suara yg diperse-lisihkan; (5) Penentuan hari sidang pertama dan pemberitahuan kepada pihak2 dilakukan paling lambat 3 hari kerja sejak registrasi.
  • 25. PERSIDANGAN Pasal 8 (1) Sidang untuk memeriksa permohonan dpt dilakukan oleh Panel Hakim dgn sekurang2nya terdiri atas 3 org hakim konstitusi atau Pleno Hakim dgn sekurang2nya 7 org hakim konstitusi; (2) Proses pemeriksaan persidangan dilakukan dgn tahapan sbb: a. penjelasan permohonan dan perbaikan apabila dipandang perlu; b. jawaban Termohon; c. keterangan Pihak Terkait apabila ada; d. pembuktian oleh Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; dan e. kesimpulan.
  • 26. (3) Untuk kepentingan pembuktian, Mahkamah dapat melakukan pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh (video conference); (4) Untuk kepentingan pemeriksaan, Mahkamah dapat menetapkan putusan sela yg terkait dengan penghitungan suara ulang.
  • 27. Pemakzulan • Dalam sistem presidensial murni perkara impeachment yg mengajukan permohonan adalah DPR. • DPR wajib menguraikan dg jelas dalam permohonannya ttg dugaan: a. Pres dan/atau Wapres telah melakukan pelanggaran hukum berupa: pengkhianatan thp negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau b. Pres dan/atau Wapres tidak lagi memenuhi syarat sbg Pres dan/atau Wapres berdasarkan UUD 1945.
  • 28. PUTUSAN MK TERHADAP PENDAPAT DPR • Jika MK memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum seperti didakwakan DPR misalnya: pengkhianatan thp negara, atau korupsi, atau penyuapan (menyuap atau disuap), atau tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sbg Presiden dan/atau Wakil Presiden, amar putusan menyatakan membenarkan pendapat DPR. • Sebaliknya jika menurut MK tidak terbukti, maka MK menyatakan permohonan ditolak
  • 29. PENGAJUAN PERMOHONANPENGAJUAN PERMOHONAN Pasal 29 • Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pemohon atau kuasanya kepada MK. • Ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dalam 12 (dua belas) rangkap.
  • 30. SUBSTANSI PERMOHONAN Pasal 31 • Permohonan sekurang2nya harus memuat: • nama dan alamat pemohon; • uraian mengenai prihal yg menjadi dasar permohonan • hal-hal lain yg diminta untuk diputus. • Permohonan harus disertai dgn alat bukti yg mendukung permohonan tersebut.
  • 31. Dasar permohonan Legal standing: • kedudukan hukum pemohon sesuai dengan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dalam Pasal 51 (1), misalnya sbg PNS, Konsumen, Pembayar pajak, Pemilih, Parpol peserta Pemilu, Calon DPD, Pasangan Capres-Cawapres dll • Posita
  • 32. • Posita: alasan permohonan • Misalnya Pengujian UUkerugian konstitusional baik yg sdh ada/dialami maupun kerugian konstitusional potensial (yg akan muncul)
  • 33. Alasan pengujian UU • pemohon menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya UU. • pemohon adalah: perorangan WNI; atau kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yg diatur dalam undang-undang; atau badan hukum publik atau privat; atau lembaga negara.
  • 34. PERMOHONAN PASAL 30  Permohonan wajib dibuat dengan uraian yang jelas mengenai, misalnya: • Pengujian UU terhadap UUDNegara RI Tahun 1945; • Sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD Negara RI Tahun 1945; Sengketa hasil Pemilu, pilpres atau Pilkada
  • 35. • Format Permohonan: Pasal 31 ayat (1) • Permohonan sekurang2nya harus memuat: nama dan alamat pemohon; uraian mengenai prihal yang menjadi dasar permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30; dan hal-hal lain yang diminta untuk diputus. • Pengajuan permohonan sebaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan tersebut
  • 36. Dasar permohonan • Legal standing: kedudukan hukum pemohon sesuai dengan hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dalam Pasal 51 (1), misalnya sebagai PNS, Konsumen, Pembayar pajak, Pemilih, Parpol peserta Pemilu, Calon DPD, Pasangan Capres-Cawapres dll
  • 37. Syarat kerugian konstitusional (Putusan MK 006/PUU-III/2005) • Adanya hak konstitusional yg diberikan UUD 1945 • Hak konstitusional pemohon tsb dianggap telah dirugikan olh UU yg diuji • Kerugian konstitusoional bersifat spesifik dan katual dan setidaknya bersifat potensial yg menurut penalaran yg wajar dpt dipastikan akan terjadi; • Ada causal verband antara kerugian dengan berlakunya UU yg diuji; • Ada kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yg didalilkan tdk akan atau tidak lagi terjadi.
  • 38. Alasan Permohonan Sesuai dengan ketentuan Pasal 30 • Contoh: pengujian UU terhadap UUD Negara RI Tahun 1945 Misalnya hak sdr dilanggar oleh suatu UU (dalam pasal terentu) padahal dalam UUD Negara RI Tahun 1945 hak sdr tersebut dilindungi (Pasal 28A s.d. 28I)
  • 39. HAL YANG DIMINTA • Hal yang diminta atau potitum: mengacu kepada Pasal 56 ayat (2), (3) dan Pasal 57 ayat (1) maka potitum permohonan seyogyanya dirumuskan: Menyatakan permohonan pemohon dikabulkan; Menyatakan bahwa Pasal….ayat …. UU No…..tahun …… bertentangan dengan UUD Negara RI tahun 1945 Menyatakan bahwa Pasal….ayat….. UU No….tahun…. tidak mempunyai kekuatan mengikat.
  • 40. HAL YANG DIMINTA (Potitum) • Mengacu kepada Pasal 56 ayat (4), maka potitum permohonan dirumuskan : Menyatakan bahwa permohonan dikabulkan.
  • 41. ALAT BUKTI • Alat Bukti: Pasal 36 • surat atau tulisan; misalnya Akte Yayasan, AD/ART Yayasan, Organisasi Profesi (Notaris, Advokat dll), UU, PP, Perda, BAP, Surat Panggilan, Surat Perintah Penahanan, Putusan Pengadilan dll. • Keterangan saksi; [menerangkan apa yang dialami, dilihat, didengar] Contoh: dalam PUU KADIN, Adi Sasono, mantan Menkop UKM dihadirkan oleh Pemohon sebagai saksi karena pengalamannya sebagai anggota organisasi KADIN.
  • 42. • Keterangan ahli; [keterangan berdasarkan keahlian (pengalaman kerja/profesi atau ahli dalam bidang tertentu karena memiliki dasar-dasar keilmuan)] • Keterangan para pihak; [termasuk pihak terkait (dalam perkara Pilkada diajukan oleh KPU prov/Kab/Kota, atas pasal-pasal dalam UU No.32/2004 KPU dipanggil oleh MK untuk memberi keterangan sebagai pihak terkait; dalam perkara PUU Kepailitan pihak KADIN merasa perlu hadir sebagai pihak terkait, keterangan yg disampaikan dalam persidangan lisan atau tertulis]
  • 43. Petunjuk; • Informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optic atau yang serupa dengan itu (ayat 1). • Alat-alat bukti yg diajukan harus dapat dipertanggungjawabkan perolehannya secara hukum, Jika sebaliknya, maka alat bukti tersebut tidak dapat dijadikan alat bukti. Sah atau tidaknya suatu alat bukti ditentukan dalam persidangan MK
  • 44. Alasan Permohonan • Alasan permohonan Contoh; Untuk menemukan rumusan hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon perlu menyusun secara runtut alasan. Untuk sekedar contoh soal dapat dikemukakan sebagai berikut: • Bahwa kami pemohon adalah WNI bertempat tinggal di desa…. adalah kesatuan masyarakat hukum adat dalam wilayah Provinsi/ Kabupaten…….; • Bahwa pemohon memiliki hak ulayat seluas kurang lebih….hektar;
  • 45. Alasan permohonan: • Bahwa sebagian hak ulayat pemohon tersebut sebagian (….hektar) diserahkan kepada PN …. Untuk dimanfaatkan bagi usaha produktif untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat; • Bahwa PN…. Pada tahun 1994 telah diubah statusnya menjadi PTPN… berdasarkan UU….; Bahwa berdasarkan UU No. X/2004 PTPN…. diubah statusnya menjadi perusahaan swasta;
  • 46. • Bahwa setiap UU menurut sistem hukum positif Indonesia berlaku, berdasar dan bersumber pada UUD 1945; • Bahwa Pasal 33 UUD 1945 adalah dasar pembentukan UU No.X/2004; • Bahwa obyek yang diatur dalam UU No.X/2004 adalah kebutuhan semua warga negara yang diolah dari sumber daya alam; • Bahwa oleh karena obyek yang diatur dalam UU.X/2004 tersebut diolah dari sumber daya alam termasuk ke dalam cabang produksi yang penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka obyek yang diatur dalam UU No. X/2004 tsb harus dikuasai oleh Negara;
  • 47. • Bahwa penguasaan oleh Negara dimaksudkan agar cabang-cabang produksi tersebut tidak dikuasai orang perorangan untuk menarik keuntungan bagi segelintir orang; • Bahwa ketentuan Pasal…UU No. X/2004 yang menyatakan ”PN diubah bentuknya menjadi PT (Pesero) dst…..” bertentangan dengan UUD 1945 khususnya Pasal 33 UUD 1945 dengan alasan-alasan: • Bahwa ketentuan Pasal…UU No.X/2004 yang menyatakan “Sebagian wilayah kerja PN…diserahkan kepada PT…” bertentangan dengan Pasal 33 UUD Negara RI Tahun 1945 dengan alasan-alasan:
  • 48. • Bahwa ketentuan Pasal …..ayat…. menyebabkan obyek yang diatur dalam UU. No.X/2004 yang berada dalam wilayah hak ulayat pemohon beralih kepada dan untuk keuntungan sebesar-besar bagi swasta; • Bahwa beralihnya obyek yang diatur dalam Pasal… UU No.X/2004 merugikan pemohon karena dengan diberlakukan Pasal …. tersebut hak ulayat pemohon dimanfaatkan oleh swasta dan menguntungkan bagi segelintir orang;
  • 49. Pasal 58 • Uu yang diuji oleh MK tetap berlaku, sebelum ada putusan yang menyatakan bahwa UU tersebut bertentangan dengan UUD 1945. • Pasal 59Putusan MK mengenai pengujian UU terhadap UUD1945 disampaikan kepada DPR, DPR, Presiden, dan MA. Pasal 60 • Terhadap materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah diuji, tidak dapat dimohonkan pengujian kembali.
  • 50. SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA Pasal 61 • Pemohon adalah lembaga negara yg kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 yg mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yg dipersengketakan. • Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang kepentingan langsung pemohon dan menguraikan kewenangan yg dipersengketakan serta menyebutkan dengan jelas lembaga negara yg menjadi termohon.
  • 51. Pasal 62 MK menyampaikan permohonan yg sudah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi kepada termohon dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi. Pasal 63 MK dapat mengeluarkan penetapan yg memerintahkan pada pemohon dan/atau termohon untuk menghentikan sementara pelaksanaan kewenangan yang dipersengketakan sampai ada putusan MK.
  • 52. Pasal 64  Dalam hal MK berpdt bahwa pemohon dan/atau permohonannya tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, amar putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima.  Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan beralasan, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan.  Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), MK menyatakan dgn tegas bahwa termohon tidak mempunyai kewenangan untuk melaksanakan kewenangan yg dipersengketakan.  Dalam hal permohonan tidak beralasan, amar putusan menyatakan permohonan ditolak.
  • 53. Pasal 65 MK tidak dapat menjadi pihak dalam SKLN negara yg kewenangannya diberikan oleh UUD1945 pada MK. Pasal 66 • Putusan MK yg amar putusannya menyatakan bahwa termohon tidak mempunyai kewenangan untuk melaksanakan kewenangan yg dipersengketa kan, termohon wajib melaksanakan putusan tersebut dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan diterima. Jika putusan tersebut tidak dilaksana-kan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan kewenangan termohon batal demi hukum. Dalam hal permohonan tidak beralasan, amar putusan menyatakan permohonan ditolak.
  • 54. Pasal 67 • Putusan MK mengenai sengketa kewenangan disampaikan kepada DPR, DPD, dan Presiden.
  • 55. PEMBUBARAN PARPOL Pasal 68 • Pemohon adalah Pemerintah. • Pemohon wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannya tentang ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan partai politik yang bersangkutan, yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945.
  • 56. Pasal 69 • MK menyampaikan permohonan yang sudah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi kepada partai politik yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi. Pasal 70 • Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, amar putusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima. • Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan beralasan, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan. • Dalam hal MK berpendapat bahwa permohonan tidak beralasan, amar putusan menyatakan permohonan ditolak.
  • 57. • Pasal 71 Putusan MK mengenai permohonan atas pembubaran parpol wajib diputus dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi. • Pasal 72 Putusan MK mengenai pembubaran partai politik disampaikan kepada partai politik yang bersangkutan.
  • 58. Pasal 73 • Pelaksanaan putusan pembubaran parpol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dilakukan dengan membatalkan pendaftaran pada Pemerintah. • Putusan MK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh Pemerintah dalam Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak putusan diterima.
  • 59. ALAT BUKTI Pasal 9 Alat bukti dalam perselisihan hasil Pemilukada dapat berupa: a. keterangan para pihak; b. surat atau tulisan; c. keterangan saksi; d. keterangan ahli; e. petunjuk; dan f. alat bukti lain berupa informasi dan/atau komunikasi elektronik.
  • 60. Pasal 10 (1) Alat bukti surat atau tulisan terdiri atas: a. berita acara dan salinan pengumuman hasil pemungutan suara dari TPS; b. berita acara dan salinan sertifikat hasil penghitungan suara dari PPS; c. berita acara dan salinan rekapitulasi jumlah suara dari PPK; d. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari KPU/KIP provinsi atau kabupaten/kota;
  • 61. e. berita acara dan salinan penetapan hasil penghitungan suara pasangan calon kepala dan wakil kepala daerah provinsi atau kabupaten/kota; f. berita acara dan salinan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari KPU/KIP provinsi; g. penetapan calon terpilih dari KPU/KIP provinsi atau kabupaten/kota; dan/atau h. dokumen tertulis lainnya.
  • 62. (2) Alat bukti sbgmn dimaksud pada ayat (1) adalah alat bukti yg terkait langsung dgn objek perselisihan hasil Pemilukada yg dimohonkan ke Mahkamah. (3) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibubuhi materai secukupnya sesuai dengan peraturan perundang2an yg berlaku.
  • 63. RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM • Pasal 12 • (1) Rapat Permusyawaratan Hakim diselenggarakan untuk mengambil putusan • setelah pemeriksaan persidangan dipandang cukup; • (2) Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan secara tertutup oleh sekurangkurangnya • 7 (tujuh) orang hakim konstitusi; • (3) Pengambilan putusan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim dilakukan secara • musyawarah untuk mufakat;
  • 64. (4) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak mencapai mufakat bulat, pengambilan putusan diambil dengan suara terbanyak; (5) Dalam hal pengambilan putusan dengan suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, suara terakhir Ketua Rapat Permusyawaratan Hakim menentukan.
  • 65. PUTUSAN Pasal 13 (1) Putusan mengenai perselisihan hasil Pilkada diucapkan paling lama 14 hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi; (2) Putusan yang telah diambil dalam Rapat Permusyawaratan Hakim diucapkan dlm Sidang Pleno terbuka utk umum yg dihadiri oleh sekurangkurangnya 7 org hakim konstitusi;
  • 66. (3) Amar Putusan dapat menyatakan: a. permohonan tidak dapat diterima apabila Pemohon dan/atau permohonan tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 peraturan ini; b. permohonan dikabulkan apabila permohonan terbukti beralasan dan selanjutnya Mahkamah menyatakan membatalkan hasil penghitungan suara yg ditetapkan oleh KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP kabupaten/kota, serta menetapkan hasil penghitungan suara yg benar menurut Mahkamah; c. Permohonan ditolak apabila permohonan tidak beralasan.
  • 67. (4) Putusan Mahkamah bersifat final dan mengikat; (5) Putusan Mahkamah disampaikan kepada Pemohon, Termohon, DPRD setempat, Pemerintah, dan Pihak Terkait; (6) KPU/KIP provinsi atau KPU/KIP kabupaten/kota, DPRD setempat, dan Pemerintah wajib menindaklanjuti Putusan Mahkamah sebagaimana mestinya;