SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
MAKALAH
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
(Filosofis, Psikologis, Sosial Budaya, Iptek)
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu : Dr. H. Musleh, M. Pd. I
Di Susun Oleh:
JAMILUDDIN
MOH SAKUM
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH
AL-AMIN PRENDUAN 2022
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B.Rumusan Masalah.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum.....................................2
B.Landasan Filosofis. .....................................................................................3
C.Landasan Psikologis.................................................................................... 7
D. Landasan Sosial-Budaya.........................................................................13
E.Landasan IPTEK.......................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. ............................................................................................19
B.Saran......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki
pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya
kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan
pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap
kegagalan proses pengembangan manusia.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini
berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan
agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan empat
landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: filosofis, psikologis,
sosial-budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum?
2. Apa itu Landasan Filosofis?
3. Apa itu Landasan Psikologis?
4. Apa itu Landasan Sosial-Budaya?
5. Apa itu Landasan IPTEK?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan pengembangan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
penting, sehinga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan
gedung yang tidak mengunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika
diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah
roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar
pijakan yang kuat, maka kurikulum akan mudah terombang-ambing dan yang
akan di pertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh
pendidikan itu sendiri.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini
berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan
agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.1
Menurut Hornby c.s dalam “The Advance Learner‟s Dictionary of
Current English ” mengemukakan definisi landasan sebagai berikut: landasan
adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu
prinsip yang mendasari sesuatu. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah
segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir
untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”. Dengan demikian
landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan,
asumsi atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.
B. Landasan Filosofis
1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari Yunani kuno, yaitu philosophia (philore =
cinta, senang, suka, dan Sophia = Kebaikan, kebijaksanaan atau Kebenaran).
Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang suka
1
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), hlm.16.,
t.t.
berfilsafat adalah orang yang senang dengan kebenaran. Orang yang ahli
dalam berfilsafat disebut Philosopher (Inggris), Failasuf (Arab), dan Filsuf
(Indonesia). Dengan demikian, filsuf adalah orang yang cinta akan kebenaran,
berusaha untuk mendapatkanya, memusatkan perhatian padanya, dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakikat sesuatu,
berusaha menghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran
atas pengalaman-pengalaman manusia. Berfikir filsafat berarti berfikir secara
menyeluruh, sistematis, logis, dan radikal.2
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan”.
Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti kebijakan dan
berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui proses berfikir, yaitu berpikkir secara sistematis, logis, dan
mendalam. Secara akademik, filsafat bererti upaya untuk menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam
semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.3
Secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni sebagai
proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (sistem teori dan pemikiran).
Dalam kaitanya dengan definisi filsafat sebagai proses, socrates
mengemukakan bahwa filsafat adalah cara berfikir secara radikal, menyeluruh,
dan mendalam atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.4
Menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat bukan hanya sekedar
pengertahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai
dibalik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti filsafat mengunakan berfikir
secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hhukum yang ada. Logis
berarti proses berfikir filsafat mengunakan logika dengan sedalam-dalamnya.
Radikal (radic = akar) berarti berfikir sampai keakar-akarnya.
Meskipun demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran relatif.
Artinya, kebenaran itu selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan zaman dan peradaban manusia. Kebenaran itu dianggap benar
jika sesuai dengan ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar oleh
masyarakat belum tentu benar oleh masyarakat lain meskipun dalam kurun
waktu yang sama. kebenaran filsafat adalaah kebenaran yang bergantung
2.Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Cet.4;Bandung : Remaj Rosda Karya.2014),
hlm.47., t.t.
3
Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja
Rosda Karya.2015), hlm.39., t.t.
4
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran.hlm.17., t.t.
sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia.
Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban itu
merupakan hasil pemikiran yang menyeluruh, sistematis, logis, dan radikal.
Jawaban itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan
manusia, termasuk bidang pendidikan. Adapun filsafat yang khusus digunakan
atau diterapkan dalam bidang pendidikan disebut filsafat pendidikan.menurut
Jhon Dewey, pendidika adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar
yang fundamental, baik yang menyngkut daya pikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia.5
Dengan demikian, objek pendidikan yang paling utama dan pertama
adalah manusia. Objek filsafat juga adalah manusia. Persamaan objek ini
menimbulkan pemikiran dan disiplin ilmu baru yaitu filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi teori pendidikan dan pandangan
filsafat tentang pengalaman manusia dalam bidang pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan. Filsafat diartikan juga sebagai teori umum pendidikan dan
landasan dari semua pemikiran tantang pendidikan. Jika dikaitkan dengan
persoalan pendidikan secara luas, maka filsafat pendidikan merupakan arah
dan pedoman bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan.
Ada beberapa bentuk filsafat yang punya hubungan lebih erat dengan
pendidikan yaitu:
a) Metafisika : yaitu filsafat yang membahas tentang segala yang di
dalam alam itu.
b) Efistimologi : yaitu membahas tentang sutu kebenaran.
c) Aksiolagi : yaitu filsafat yang membahas tentang nilai filsafat adalah
merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan.
d) Humanologi Filsafat : membahas berbagai masalah yang dihadapi
oleh manusia termasuk juga tentang masalah-masalah pendidikan dan
filsafat juga merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosof
untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan.6
2. Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-
pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan
5
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.48, t.t.
6
Ibid., 49.
demikian, filsafat memiliki manfaat dan memberikan konstribusi yang besar
terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan
pendidikan. Nasution mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan,
yaitu:
a) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak-
anak melalui pendidikan sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang
didirikan untuk mendidik anak-anak kearah yang dicita-citakan oleh
masyarakat, bangasa dan negara.
b) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang
dianut, kita mendapat ganbaran yang jelas tentang hasil yang harus
dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkan melalui
usaha-usaha pendidikan itu?
c) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat keepada
segala usaha pendidikan.
d) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik melalui usahanya,
hingga manakah tujuan itu tercapai.
e) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi
kegiatan-kegiatan pendidikan.7
3. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Karena tujuan pndidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau
pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan yang
dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang
dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat
erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara disuatu negara dengan
filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh pada waktu bangsa Indonesia
dijajah oleh belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat
berorientasi pada kepentingan poliltik Belanda.
Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi
kurikulumnya disesuikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut
oleh negara maatahari terbit tersebut. Setelah Indonesia mencapai
kemerdekaanya yang secara bulat dan utuh mengunkan pancasila sebagai
dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu
7
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), hlm.18.
sendiri. Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program pendidikan,
pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan, peranan yang
harus dilakukan pendidik/peserta didik senantiasa harus sesuai dengan falsafah
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.8
Dari pembahasan diatas, Menurut saya sangat tepat sekali bila
landasan Pengembangan di Indonesia harus diacu adalah Filsafat pendidikan
pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah sedangkan
pelaksanaanya melalui pendidikan juga karena filsafat pancasila merupakan
cara pandang orang-orang terdahulu tentang perumusan dasar negaradan juga
tujuan pencapaian pendidikan.
C. Landasan Psikologi
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis
individu yang terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan
menuntut peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar atau sering di
sebut proses belajar. Dalam proses pembelajaran juga terjadi interaksi yang
bersifat multiarah antara peserta didik dengan pendidik (guru). Untuk itu,
paling tidak dalam pengembangan kurikulum di perlukan dua landasan
psikologi, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Kedua
landasan ini dianggap penting terutama dalam memilih dan menyusun isi
kurikulum, proses pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan.9
Pendidikan bekenaan dengan perilaku manusia sebab melalui
pendidikan diharapkan adanya perubahan pribadi menuju kedewasaan, baik
fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial. Kurikulum sebagai program
pendidikan sudah pasti berkenaan pula dengan seleksi dan organisasi bahan
yang secara ampuh dapat mengubah prilaku manusia. Namun harus diingat
pula bahwa perubahan prilaku pada manusia tidak seluruhnya sebagai akibat
Intervensi dari program pendidikan tetapi juga sebagai akibat kematangan
dirinya dan faktor lingkungan yang membentuknya diluar program
pendidikan yang diberikan di sekolah.10
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah
prilaku manusia. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus
dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana
8
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran, hlm.21
9
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.56, t.t.
10
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Cet. 3; Bandung:Sinar Baru
Algensindo.1996), hlm.14, t.t.
prilaku tersebut harus dikembangkan. Dengan kata lain pentingnya landasan
psikologi dalam kurikulum terutama, dalam (a) bagaimana kurikulum harus di
susun, (b) bagaimana kurikulum diberikan dalam bentuk pengajaran, dan (c)
bagaimana proses belajar siswa dalam mempelajari kurikulum.
1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menetapkan isi
kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman
bahan pelajaran sesuai dengan taraf perkembangan anak. Adanya jenjang atau
tingkat pendidikan dalam sistem persekolahan merupakan satu bukti bahwa
psikologi perkembangan menjadi landasan dalam pendidikan, khususnya
kurikulum.11
Tujuan akhir pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia-
manusia terdidik. Asumsinya, setiap peserta didik dapat dibimbing, dilatih,
dan dididik (educabel). Jika terjadi kegagalan berarti kegagalan guru, orang
tua, dan masyarakat, bukan kegagalan peserta didik karena tidak ada peserta
didik yang unteachable. Untuk menjadi manusia terdidik tentu peserta didik
tidak dapat hanya mengikuti pendidkan formal saja melainkan harus ditopang
dengan pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
Tidak hanya mempelajari pendidikan umum saja melainkan
pendidikan agama, pendidikan kejuruan, pendidikan teknologi, pendidikan
bahasa dan seni, pendidikan humaniora dan lain-lain sesuai dengan aspek-
aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional. Seseorang dapat
menjadi manusia terdidik apabila ia sudah mencapai kematangan. Kematangan
hanya dapat dicapai melalui kehidupan orang dewasa dan kedalaman
pengalaman.12
Selanjutnya, Jean Piaget mengemukakan perkembangan kognitif anak
berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan
umurnya. Anak dapat mencapai kematangan dan mampu berfikir seperti
orang dewasa, proses berfikir anak membaginya menjadi empat tahapan,
yakni:
a. Tahap Senso motorik (0,0 – 2,0) tahap ini disebut juga tahap discriminating
and labeling. Kemampuan anak terbatas pada gerakan- gerakan refleks,
bahasa awal, waktu sekarang, dan ruang yang dekat saja. Pada tahap ini
anak melakukan kegiatan intelektual yang diterima secara langsung
11
Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja
Rosda Karya.2015), hlm.14–15.
12
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.48, 58.
melalui indra. Ketika anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh
keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya pada objek-objek
yang nyata.
b. Tahap pra-operasional (2,0 – 7,0). Tahap ini disebut juga tahap
prakonseptual atau masa intuitif. Kemampuan anak menerima perangsang
masih terbatas, perkembangan bahasa sangat pesat, pemikirannya masih
statis, belum dapat berfikir abstrak. Keputusan yang diambil hanya
berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional. Anak mengambil
kesimpulan hanya berdasarkan sebagian kecil yang diketahuinya dari suatu
keseluruhan yang besar.
c. Tahap operasi konkret (7,0 – 11,0). Tahap ini disebut juga perfoming
operation. Anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir logis dan
sistematis dalam memecahkan masalah. Permasalahan yang dihadapi
adalah permasalahan yang konkret. Mereka menyukai soal- soal yang
tersedia jawabanya.
d. Tahap operasi formal (11,0 – 15,0). Tahap ini disebut juga proporsional
thinking. Anak mulai menggunkan pola pikir orang dewasa, mampu
berpikir tingkat tinggi, mampu berpikir deduktif- induktif, berpikir analitis-
sistesis, mampu berpikir abstrak dan reflektif serta memecahkan berbagai
masalah. Mereka dapat megaplikasikan cara berpikir logis, baik
masalahnya yang abstrak maupun yang konkreat. Anak dapat
mengemukakan ide atau gagasan, berfikir tentang masa depan secara
realistis.13
Dalam hubunganya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu
Yusuf, menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang digunakan
sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi
bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang
erat. Menurut Syamsu Yusuf tahap-tahapperkembangan peserta didik menurut usia
yaitu:
Tahap Perkembangan Usia
Masa usia Pra sekolah 0 tahun-6 tahun
Masa usia sekolah dasar 6tahun-12 tahun
Masa usia sekolah menengah 12 tahun-18 tahun
Setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri, karena
13
Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja
Rosda Karya.2015), hlm. 61–62.
ada dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan
dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya. Atas dasar itu kita dapat
memahami karakteristik profil pada setiap tahapan perkembangannya
Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik, diharapkan upaya
pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik
penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang
harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan
penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran14
2. Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar,
yang secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang
terjadi melalui pengalaman. Segala perubaha tingkah laku baik yang
berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik terjadi karena proses
pengalaman yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai perilaku belajar.
Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi karena instink atau karena
kematangan serta pengaruh hal-hal yang bersifat kimiawi tidak termasuk
belajar.
Menurut P. Hunt, ada tiga keluarga atau rumpunan teori belajar yang
dibahas dalam psikologi belajar, yaitu teori disiplin mental, teori
behaviourisme dan teori cognitif Gestald Field.15
1) Teori disiplin mental
Teori ini juga disebut sebagai teori Daya, Menurut teori ini bahwa dari
sejak kelahirannya atau secara herediter, seorang anak telah memiliki daya,
seperti daya melihat, meraba, mengigat, dan berpikir. Daya-daya tersebut
dapat dilatih atau didisiplinkan sehingga dapat berfungsi atau digunakan
untuk berbagai bidang pengetahuan. Menurut teori ini belajar adalah
merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut.
Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental, yaitu;
a. Teori disiplin mental theistik
b. Teori disiplin mental humanistik
c. Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self-actualization
d. Apersepsi atau Herbartisme.16
2) Teori behaviorisme
14
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), hlm. 27.
15
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah,hlm.16, t.t.
16
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. hlm.52-53, t.t.
Teori ini berpijak pada sebuah asumsi bahwa anak atau individu tidak
memiliki atau tidak membawa potensi apa-apa dari kelahirannya.
Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan, seperti lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, alam, budaya,
religi, yang membentuknya. Menurut teori ini manusia aadalah organisme
yang pasif, sepenuhya adalah dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Teori ini
juga disebut teori S – R (stimulus respon) yang terdiri atas tiga teori yaitu:
a. Teori S – R Bond.
b. Teori Conditoning.
c. Teori Reinforcement.
3) Teori kognitif Gestald field
Menurut teori ini, belajar adalah proses pengembangan insight atau
pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman tersebut terjadi
apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur- unsur yang ada
dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri.Gestalt Field melihat bahwa
belajar, merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, dan kreatif.
Pemahaman atau insight merupakan citra dari perasaan tentang pola-pola atau
hubungan.17
Teori Gesalt mengutamakan pentingnya keseluruhan dalam proses
belajar sehingga pemahaman merupakan hal yang sangat penting dalam
mencapai hasil belajar yang bermakna. Oleh sebab itu proses belajar harus
mengutamakan proses pemahaman pada diri anak, bukan sekedar melatih
hubungan stimulus-respon.18
Menurut saya, Mengenai Landasan Psikologi Intinya adalah, psikologi
merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Kurikulum adalah
upaya menetukan program pendidikan untuk mengubah perilaku manusia.
Sehingga bahwa psikologi sangat membantu para guru dalam merancang
sebuah kegiatan pembelajaran khusunya untuk pengembangan kurikulum,
Implikasinya adalah isi kurikulum harus ada mata pelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia.
D. Landasan Sosial –Budaya
S. Nasution mengemukakan: “mendidik anak dengan baik hanya
mungkin jika kita memahami masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena
itu, setiap pembina kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan,
17
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.57.
18
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah,hlm. 16.
perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat.”19
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta
didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik
berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke
masyarakat. Ketika peserta didik kembali kemasyarakat tentu ia harus di
bekali dengan sejumlah kompetensi, sehinga ia dapat berbakti dan berguna
bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang di peroleh peserta didik melalui
berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah.
Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut diorganisasi dalam
pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan kurikulum. Berdasarkan
alur pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum
berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran
lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan
merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila
pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan
harus ditunjang oleh masyarakat.
Dalam perfektif sosiologi, banyak ditemui pengertian pendidikan.
Talcott Parsons menjelaskan pendidikan adalah proses sosialisasi yang dalam
diri individu-individu memungkinkan berkembangnya rasa tanggung jawab
dan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam melaksanakan peran-peran
sosial. Pengertian ini menunjukan bahwa pendidikan bukan hanya
mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga kecakapan atau
keterampilan, sikap dan nilai-nilai serta tanggung jawab agar peserta didik
dalam menjalankan fungsi dan peran sosialnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam kurikulum 1984 dan
kurikulum 1994, dikembangkan sebuah konsep yang disebut dengan muatan
local kemudian disempurnakan lagi dalam kurikulum 2004 yang disebut
dengan kecakapan hidup (life style). Hal ini menunjukan bahwa kurikulum di
Indonesia berorientasi pada pola kehidupan masyarakat.20
Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang
diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum
harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama,
19
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), hlm.36, t.t.
20
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.65–66.
berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang berbudaya.
Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal
dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.
Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-
anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal,
maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu
terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan
budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak
dalam melaksanakan pendidikan.
Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan
masyarakat tersebut. Sosiologi dalam pembahasannya mencakup secara garis
besar akan perkembagan masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam
masyarakat yang ada di Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya budaya
masyarakat yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya
juga harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga akan menjadi objek
pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan tersebut.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi
insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks itulah anak didik
dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan
nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia
berbudaya. Kebudayaan adalah hasil, cipta, karsa dan rasa manusia yang
diwujudkan dalam tiga gejala;
a. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dll
b. Kegiatan, yakni tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat
c. Benda hasil karya manusia.
Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan
mengembangkan cipta, karsa, dan rasanya dalam ketiga wujud di atas.
Proses pembudayaan tidak terjadi dalam keadaan vakum, tetapi dalam
keadaan selalu berinteraksi dengan lingkungan budaya yang oleh Linton
dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni: (a) budaya umum dan (b) budaya
khusus.
Budaya Umum mencakupi nilai-nilai, kepercayaan dan kebiasaan
yang dianut oleh orang-orang dewasa pada umumnya dari satu suku bangsa,
atau bangsa-bangsa di dunia yang mencakupi prilaku kehidupan sehari-hari
yang teramati, misalnya, bahasa, cara berpakaian, makanan, kesenian, cara
mendidik anak, agama yang dianut, kehidupan sosial, politikdan
perekonomian.
Sedangkan Budaya Khusus mencakupi unsur-unsur budaya yang
berkembang hanya dalam kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat,
yang sifatnya vokasional (kejuruan), unsur khusus dari setiap kebudayaan
umum akan terdapat didalamnya. Misalnya bahasa secara unvirsal setiap
manusia mempunyai bahasa, namun bahasa tersebut untuk setiap
masyarakat/negara berbeda satu sama lain.21
Isi pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia yang
senantiasa berkembang. Baik kebudayaan umum/universal maupun
kebudayaan khusus yang sesuai dengan masyarakat setempat. Kebudayaan
universal terutama bahasa, religi, dan sistem pengetahuan serta teknologi,
adalah unsur-unsur utama isi kurikulum secara umum, sedangkan unsur
kebudayaan khusus masuk sebagai isi kurikulum dalam bentuk kurikulum
muatan lokal.
Di sinilah pentingnya guru, para pembina dan pelaksanaan kurikulum
dituntut lebih peka mengantisiasi perkembangan masyarakat, agar apa yang
diberikan kepada siswa relevan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa di
masyarakat. Apa yang telah diprogramkan dalam kurikulum secara nasional,
tidak berarti barang mati, mengingat penerapan konsep-konsep yang ada di
dalamnya harus sesuai dengan kehidupan masyarakat setempat.
Kurikulum tidak hanya dipandang sebagai isi, tetapi juga dapat
digunakan sebagai media,sumber belajar dan atau pendekatan belajar. Teori,
prinsip, konsep, hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang
ada dalam kurikulum, penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya di masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai anak
lebih bermakna dalam hidupnya.22
Dengan demikian, Menurut saya dengan adanya Perealisasian
Kurikulum Muatan lokal saya pikir sangatla efektif dalam mengembangkan
kebudayaan dan potensi-potensi yang ada pada daerah tersebut, tetapi pada
pelasanaanya hanya sebagian kecil saja sekolah yang mewujudkan kurikulum
21
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), hlm.38.
22
Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah,hlm.12–13.
muatan lokal tesebut ini seharusnya menjadi acuan agar budaya dapat di
lestarikan shingga kurikulum di indonesia kaya akan budayanya.
E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun
secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan
teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-
masalah dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan.
Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.Tujuannya
adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien dan sinergis
terhadap pola perilaku manusia.
Perkembangan yang begitu cepat pada beberapa dekade terakhir
adalah perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan informatika,
serta media cetak.Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad
ke-20 berkenaan dengan penjelajahan luar angkasa.Temuan-temuan dibidang
fisika, kimia, dan matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan
kemiliteran.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak
dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia
seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu
bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula
terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik
dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai
macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung
dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia
yang handal untuk mengaplikasikannya.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-
alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan
lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi
komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan
serta kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program
pendidikan lainnya.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa
menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat,
termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup
pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media
pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung
menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah pendidikan.23
Menurut saya, Dengan adanya landasan pengembangan IPTEK
Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan
teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan
kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali
dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan
masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu
sendiri.
23
Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran hlm.42.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi
yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan
pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi
yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana,
pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus
mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum
tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan
yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar
dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu: Landasan Filosofis, Landasan
psikologis, Landasan Sosial-Budaya dan Landasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK).
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Cet.4;Bandung : Remaj
Rosda Karya.2014), hlm.47., t.t.
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Cet. 3;
Bandung:Sinar Baru Algensindo.1996), hlm.14, t.t.
Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet.
18;Bandung:Remaja Rosda Karya.2015), hlm.39., t.t.
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan (Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010),
Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali
Pers.2015),

More Related Content

Similar to MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

Similar to MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM (20)

Makalah filsafat pendidikan (2)
Makalah filsafat pendidikan (2)Makalah filsafat pendidikan (2)
Makalah filsafat pendidikan (2)
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Landasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikanLandasan dan asas pendidikan
Landasan dan asas pendidikan
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Pendidikan dalam-perspektif-filosofis-makalah
Pendidikan dalam-perspektif-filosofis-makalahPendidikan dalam-perspektif-filosofis-makalah
Pendidikan dalam-perspektif-filosofis-makalah
 
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
 
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
Kegunaan memahami-filsafat-bagi-guru-pertemuan-4
 
Landasan teori
Landasan teoriLandasan teori
Landasan teori
 
Tema 1
Tema 1Tema 1
Tema 1
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2 (2)
Makalah filsafat 2 (2)Makalah filsafat 2 (2)
Makalah filsafat 2 (2)
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2Makalah filsafat 2
Makalah filsafat 2
 
Tema 1
Tema 1Tema 1
Tema 1
 
Technopreneurship
TechnopreneurshipTechnopreneurship
Technopreneurship
 
1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc1. Filsafat pendidikan.doc
1. Filsafat pendidikan.doc
 
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdfResume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
Resume Filsafat Pendidikan Kel1.pdf
 
Landasan Pendidikan
Landasan PendidikanLandasan Pendidikan
Landasan Pendidikan
 

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

  • 1. MAKALAH LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM (Filosofis, Psikologis, Sosial Budaya, Iptek) Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI Dosen Pengampu : Dr. H. Musleh, M. Pd. I Di Susun Oleh: JAMILUDDIN MOH SAKUM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIN PRENDUAN 2022
  • 2. DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................1 B.Rumusan Masalah.......................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum.....................................2 B.Landasan Filosofis. .....................................................................................3 C.Landasan Psikologis.................................................................................... 7 D. Landasan Sosial-Budaya.........................................................................13 E.Landasan IPTEK.......................................................................................16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan. ............................................................................................19 B.Saran......................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: filosofis, psikologis, sosial-budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengertian Landasan Pengembangan Kurikulum? 2. Apa itu Landasan Filosofis? 3. Apa itu Landasan Psikologis? 4. Apa itu Landasan Sosial-Budaya? 5. Apa itu Landasan IPTEK?
  • 4. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Landasan pengembangan Kurikulum Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, sehinga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak mengunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum akan mudah terombang-ambing dan yang akan di pertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.1 Menurut Hornby c.s dalam “The Advance Learner‟s Dictionary of Current English ” mengemukakan definisi landasan sebagai berikut: landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari sesuatu. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”. Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, asumsi atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. B. Landasan Filosofis 1. Pengertian Filsafat Kata filsafat berasal dari Yunani kuno, yaitu philosophia (philore = cinta, senang, suka, dan Sophia = Kebaikan, kebijaksanaan atau Kebenaran). Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang suka 1 Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), hlm.16., t.t.
  • 5. berfilsafat adalah orang yang senang dengan kebenaran. Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut Philosopher (Inggris), Failasuf (Arab), dan Filsuf (Indonesia). Dengan demikian, filsuf adalah orang yang cinta akan kebenaran, berusaha untuk mendapatkanya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakikat sesuatu, berusaha menghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia. Berfikir filsafat berarti berfikir secara menyeluruh, sistematis, logis, dan radikal.2 Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan”. Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berfikir, yaitu berpikkir secara sistematis, logis, dan mendalam. Secara akademik, filsafat bererti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya.3 Secara operasional filsafat mengandung dua pengertian, yakni sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (sistem teori dan pemikiran). Dalam kaitanya dengan definisi filsafat sebagai proses, socrates mengemukakan bahwa filsafat adalah cara berfikir secara radikal, menyeluruh, dan mendalam atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.4 Menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat bukan hanya sekedar pengertahuan melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai dibalik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti filsafat mengunakan berfikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hhukum yang ada. Logis berarti proses berfikir filsafat mengunakan logika dengan sedalam-dalamnya. Radikal (radic = akar) berarti berfikir sampai keakar-akarnya. Meskipun demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran relatif. Artinya, kebenaran itu selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia. Kebenaran itu dianggap benar jika sesuai dengan ruang dan waktu. Apa yang dianggap benar oleh masyarakat belum tentu benar oleh masyarakat lain meskipun dalam kurun waktu yang sama. kebenaran filsafat adalaah kebenaran yang bergantung 2.Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Cet.4;Bandung : Remaj Rosda Karya.2014), hlm.47., t.t. 3 Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja Rosda Karya.2015), hlm.39., t.t. 4 Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran.hlm.17., t.t.
  • 6. sepenuhnya pada kemampuan daya nalar manusia. Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang menyeluruh, sistematis, logis, dan radikal. Jawaban itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Adapun filsafat yang khusus digunakan atau diterapkan dalam bidang pendidikan disebut filsafat pendidikan.menurut Jhon Dewey, pendidika adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyngkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia.5 Dengan demikian, objek pendidikan yang paling utama dan pertama adalah manusia. Objek filsafat juga adalah manusia. Persamaan objek ini menimbulkan pemikiran dan disiplin ilmu baru yaitu filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan aplikasi teori pendidikan dan pandangan filsafat tentang pengalaman manusia dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Filsafat diartikan juga sebagai teori umum pendidikan dan landasan dari semua pemikiran tantang pendidikan. Jika dikaitkan dengan persoalan pendidikan secara luas, maka filsafat pendidikan merupakan arah dan pedoman bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Ada beberapa bentuk filsafat yang punya hubungan lebih erat dengan pendidikan yaitu: a) Metafisika : yaitu filsafat yang membahas tentang segala yang di dalam alam itu. b) Efistimologi : yaitu membahas tentang sutu kebenaran. c) Aksiolagi : yaitu filsafat yang membahas tentang nilai filsafat adalah merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan. d) Humanologi Filsafat : membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia termasuk juga tentang masalah-masalah pendidikan dan filsafat juga merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosof untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan.6 2. Manfaat Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran- pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Dengan 5 Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.48, t.t. 6 Ibid., 49.
  • 7. demikian, filsafat memiliki manfaat dan memberikan konstribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Nasution mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu: a) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak- anak melalui pendidikan sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak kearah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bangasa dan negara. b) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat ganbaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkan melalui usaha-usaha pendidikan itu? c) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat keepada segala usaha pendidikan. d) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik melalui usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai. e) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.7 3. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pndidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara disuatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh pada waktu bangsa Indonesia dijajah oleh belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan poliltik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulumnya disesuikan dengan kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara maatahari terbit tersebut. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaanya yang secara bulat dan utuh mengunkan pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu 7 Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), hlm.18.
  • 8. sendiri. Perumusan tujuan pendidikan, penyusunan program pendidikan, pemilihan dan penggunaan pendekatan atau strategi pendidikan, peranan yang harus dilakukan pendidik/peserta didik senantiasa harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.8 Dari pembahasan diatas, Menurut saya sangat tepat sekali bila landasan Pengembangan di Indonesia harus diacu adalah Filsafat pendidikan pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah sedangkan pelaksanaanya melalui pendidikan juga karena filsafat pancasila merupakan cara pandang orang-orang terdahulu tentang perumusan dasar negaradan juga tujuan pencapaian pendidikan. C. Landasan Psikologi Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis individu yang terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntut peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar atau sering di sebut proses belajar. Dalam proses pembelajaran juga terjadi interaksi yang bersifat multiarah antara peserta didik dengan pendidik (guru). Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum di perlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Kedua landasan ini dianggap penting terutama dalam memilih dan menyusun isi kurikulum, proses pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan.9 Pendidikan bekenaan dengan perilaku manusia sebab melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan pribadi menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral maupun sosial. Kurikulum sebagai program pendidikan sudah pasti berkenaan pula dengan seleksi dan organisasi bahan yang secara ampuh dapat mengubah prilaku manusia. Namun harus diingat pula bahwa perubahan prilaku pada manusia tidak seluruhnya sebagai akibat Intervensi dari program pendidikan tetapi juga sebagai akibat kematangan dirinya dan faktor lingkungan yang membentuknya diluar program pendidikan yang diberikan di sekolah.10 Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah prilaku manusia. Oleh sebab itu dalam mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana 8 Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran, hlm.21 9 Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.56, t.t. 10 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Cet. 3; Bandung:Sinar Baru Algensindo.1996), hlm.14, t.t.
  • 9. prilaku tersebut harus dikembangkan. Dengan kata lain pentingnya landasan psikologi dalam kurikulum terutama, dalam (a) bagaimana kurikulum harus di susun, (b) bagaimana kurikulum diberikan dalam bentuk pengajaran, dan (c) bagaimana proses belajar siswa dalam mempelajari kurikulum. 1. Psikologi Perkembangan Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menetapkan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman bahan pelajaran sesuai dengan taraf perkembangan anak. Adanya jenjang atau tingkat pendidikan dalam sistem persekolahan merupakan satu bukti bahwa psikologi perkembangan menjadi landasan dalam pendidikan, khususnya kurikulum.11 Tujuan akhir pendidikan adalah agar peserta didik menjadi manusia- manusia terdidik. Asumsinya, setiap peserta didik dapat dibimbing, dilatih, dan dididik (educabel). Jika terjadi kegagalan berarti kegagalan guru, orang tua, dan masyarakat, bukan kegagalan peserta didik karena tidak ada peserta didik yang unteachable. Untuk menjadi manusia terdidik tentu peserta didik tidak dapat hanya mengikuti pendidkan formal saja melainkan harus ditopang dengan pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Tidak hanya mempelajari pendidikan umum saja melainkan pendidikan agama, pendidikan kejuruan, pendidikan teknologi, pendidikan bahasa dan seni, pendidikan humaniora dan lain-lain sesuai dengan aspek- aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional. Seseorang dapat menjadi manusia terdidik apabila ia sudah mencapai kematangan. Kematangan hanya dapat dicapai melalui kehidupan orang dewasa dan kedalaman pengalaman.12 Selanjutnya, Jean Piaget mengemukakan perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Anak dapat mencapai kematangan dan mampu berfikir seperti orang dewasa, proses berfikir anak membaginya menjadi empat tahapan, yakni: a. Tahap Senso motorik (0,0 – 2,0) tahap ini disebut juga tahap discriminating and labeling. Kemampuan anak terbatas pada gerakan- gerakan refleks, bahasa awal, waktu sekarang, dan ruang yang dekat saja. Pada tahap ini anak melakukan kegiatan intelektual yang diterima secara langsung 11 Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja Rosda Karya.2015), hlm.14–15. 12 Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.48, 58.
  • 10. melalui indra. Ketika anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya pada objek-objek yang nyata. b. Tahap pra-operasional (2,0 – 7,0). Tahap ini disebut juga tahap prakonseptual atau masa intuitif. Kemampuan anak menerima perangsang masih terbatas, perkembangan bahasa sangat pesat, pemikirannya masih statis, belum dapat berfikir abstrak. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan berdasarkan analisis rasional. Anak mengambil kesimpulan hanya berdasarkan sebagian kecil yang diketahuinya dari suatu keseluruhan yang besar. c. Tahap operasi konkret (7,0 – 11,0). Tahap ini disebut juga perfoming operation. Anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan yang konkret. Mereka menyukai soal- soal yang tersedia jawabanya. d. Tahap operasi formal (11,0 – 15,0). Tahap ini disebut juga proporsional thinking. Anak mulai menggunkan pola pikir orang dewasa, mampu berpikir tingkat tinggi, mampu berpikir deduktif- induktif, berpikir analitis- sistesis, mampu berpikir abstrak dan reflektif serta memecahkan berbagai masalah. Mereka dapat megaplikasikan cara berpikir logis, baik masalahnya yang abstrak maupun yang konkreat. Anak dapat mengemukakan ide atau gagasan, berfikir tentang masa depan secara realistis.13 Dalam hubunganya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu Yusuf, menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang erat. Menurut Syamsu Yusuf tahap-tahapperkembangan peserta didik menurut usia yaitu: Tahap Perkembangan Usia Masa usia Pra sekolah 0 tahun-6 tahun Masa usia sekolah dasar 6tahun-12 tahun Masa usia sekolah menengah 12 tahun-18 tahun Setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri, karena 13 Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja Rosda Karya.2015), hlm. 61–62.
  • 11. ada dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya. Atas dasar itu kita dapat memahami karakteristik profil pada setiap tahapan perkembangannya Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran14 2. Psikologi Belajar Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubaha tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik terjadi karena proses pengalaman yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai perilaku belajar. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi karena instink atau karena kematangan serta pengaruh hal-hal yang bersifat kimiawi tidak termasuk belajar. Menurut P. Hunt, ada tiga keluarga atau rumpunan teori belajar yang dibahas dalam psikologi belajar, yaitu teori disiplin mental, teori behaviourisme dan teori cognitif Gestald Field.15 1) Teori disiplin mental Teori ini juga disebut sebagai teori Daya, Menurut teori ini bahwa dari sejak kelahirannya atau secara herediter, seorang anak telah memiliki daya, seperti daya melihat, meraba, mengigat, dan berpikir. Daya-daya tersebut dapat dilatih atau didisiplinkan sehingga dapat berfungsi atau digunakan untuk berbagai bidang pengetahuan. Menurut teori ini belajar adalah merupakan upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut. Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental, yaitu; a. Teori disiplin mental theistik b. Teori disiplin mental humanistik c. Teori naturalisme atau natural unfoldment atau self-actualization d. Apersepsi atau Herbartisme.16 2) Teori behaviorisme 14 Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015), hlm. 27. 15 Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah,hlm.16, t.t. 16 Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. hlm.52-53, t.t.
  • 12. Teori ini berpijak pada sebuah asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki atau tidak membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan, seperti lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga, alam, budaya, religi, yang membentuknya. Menurut teori ini manusia aadalah organisme yang pasif, sepenuhya adalah dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Teori ini juga disebut teori S – R (stimulus respon) yang terdiri atas tiga teori yaitu: a. Teori S – R Bond. b. Teori Conditoning. c. Teori Reinforcement. 3) Teori kognitif Gestald field Menurut teori ini, belajar adalah proses pengembangan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Pemahaman tersebut terjadi apabila individu menemukan cara baru dalam menggunakan unsur- unsur yang ada dalam lingkungan, termasuk struktur tubuhnya sendiri.Gestalt Field melihat bahwa belajar, merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Pemahaman atau insight merupakan citra dari perasaan tentang pola-pola atau hubungan.17 Teori Gesalt mengutamakan pentingnya keseluruhan dalam proses belajar sehingga pemahaman merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar yang bermakna. Oleh sebab itu proses belajar harus mengutamakan proses pemahaman pada diri anak, bukan sekedar melatih hubungan stimulus-respon.18 Menurut saya, Mengenai Landasan Psikologi Intinya adalah, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Kurikulum adalah upaya menetukan program pendidikan untuk mengubah perilaku manusia. Sehingga bahwa psikologi sangat membantu para guru dalam merancang sebuah kegiatan pembelajaran khusunya untuk pengembangan kurikulum, Implikasinya adalah isi kurikulum harus ada mata pelajaran yang dapat mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia. D. Landasan Sosial –Budaya S. Nasution mengemukakan: “mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita memahami masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu, setiap pembina kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, 17 Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.57. 18 Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah,hlm. 16.
  • 13. perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat.”19 Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik kembali kemasyarakat tentu ia harus di bekali dengan sejumlah kompetensi, sehinga ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang di peroleh peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah. Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut diorganisasi dalam pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat. Dalam perfektif sosiologi, banyak ditemui pengertian pendidikan. Talcott Parsons menjelaskan pendidikan adalah proses sosialisasi yang dalam diri individu-individu memungkinkan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam melaksanakan peran-peran sosial. Pengertian ini menunjukan bahwa pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga kecakapan atau keterampilan, sikap dan nilai-nilai serta tanggung jawab agar peserta didik dalam menjalankan fungsi dan peran sosialnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam kurikulum 1984 dan kurikulum 1994, dikembangkan sebuah konsep yang disebut dengan muatan local kemudian disempurnakan lagi dalam kurikulum 2004 yang disebut dengan kecakapan hidup (life style). Hal ini menunjukan bahwa kurikulum di Indonesia berorientasi pada pola kehidupan masyarakat.20 Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, 19 Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), hlm.36, t.t. 20 Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.65–66.
  • 14. berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang berbudaya. Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak- anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Sosiologi dalam pembahasannya mencakup secara garis besar akan perkembagan masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam masyarakat yang ada di Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya budaya masyarakat yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya juga harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga akan menjadi objek pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan tersebut. Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks itulah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia berbudaya. Kebudayaan adalah hasil, cipta, karsa dan rasa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala; a. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dll b. Kegiatan, yakni tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat c. Benda hasil karya manusia. Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan cipta, karsa, dan rasanya dalam ketiga wujud di atas. Proses pembudayaan tidak terjadi dalam keadaan vakum, tetapi dalam keadaan selalu berinteraksi dengan lingkungan budaya yang oleh Linton dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni: (a) budaya umum dan (b) budaya khusus. Budaya Umum mencakupi nilai-nilai, kepercayaan dan kebiasaan
  • 15. yang dianut oleh orang-orang dewasa pada umumnya dari satu suku bangsa, atau bangsa-bangsa di dunia yang mencakupi prilaku kehidupan sehari-hari yang teramati, misalnya, bahasa, cara berpakaian, makanan, kesenian, cara mendidik anak, agama yang dianut, kehidupan sosial, politikdan perekonomian. Sedangkan Budaya Khusus mencakupi unsur-unsur budaya yang berkembang hanya dalam kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, yang sifatnya vokasional (kejuruan), unsur khusus dari setiap kebudayaan umum akan terdapat didalamnya. Misalnya bahasa secara unvirsal setiap manusia mempunyai bahasa, namun bahasa tersebut untuk setiap masyarakat/negara berbeda satu sama lain.21 Isi pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia yang senantiasa berkembang. Baik kebudayaan umum/universal maupun kebudayaan khusus yang sesuai dengan masyarakat setempat. Kebudayaan universal terutama bahasa, religi, dan sistem pengetahuan serta teknologi, adalah unsur-unsur utama isi kurikulum secara umum, sedangkan unsur kebudayaan khusus masuk sebagai isi kurikulum dalam bentuk kurikulum muatan lokal. Di sinilah pentingnya guru, para pembina dan pelaksanaan kurikulum dituntut lebih peka mengantisiasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan bermanfaat bagi kehidupan siswa di masyarakat. Apa yang telah diprogramkan dalam kurikulum secara nasional, tidak berarti barang mati, mengingat penerapan konsep-konsep yang ada di dalamnya harus sesuai dengan kehidupan masyarakat setempat. Kurikulum tidak hanya dipandang sebagai isi, tetapi juga dapat digunakan sebagai media,sumber belajar dan atau pendekatan belajar. Teori, prinsip, konsep, hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai anak lebih bermakna dalam hidupnya.22 Dengan demikian, Menurut saya dengan adanya Perealisasian Kurikulum Muatan lokal saya pikir sangatla efektif dalam mengembangkan kebudayaan dan potensi-potensi yang ada pada daerah tersebut, tetapi pada pelasanaanya hanya sebagian kecil saja sekolah yang mewujudkan kurikulum 21 Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), hlm.38. 22 Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di sekolah,hlm.12–13.
  • 16. muatan lokal tesebut ini seharusnya menjadi acuan agar budaya dapat di lestarikan shingga kurikulum di indonesia kaya akan budayanya. E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah- masalah dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Perkembangan yang begitu cepat pada beberapa dekade terakhir adalah perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan informatika, serta media cetak.Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-20 berkenaan dengan penjelajahan luar angkasa.Temuan-temuan dibidang fisika, kimia, dan matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran. Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat- alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.
  • 17. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat, termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.23 Menurut saya, Dengan adanya landasan pengembangan IPTEK Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. 23 Tim Pengembangan MKDP,Kurikulum dan Pembelajaran hlm.42.
  • 18. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU no. 20 tahun 2003. Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu: Landasan Filosofis, Landasan psikologis, Landasan Sosial-Budaya dan Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Cet.4;Bandung : Remaj Rosda Karya.2014), hlm.47., t.t. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah (Cet. 3; Bandung:Sinar Baru Algensindo.1996), hlm.14, t.t. Nana Syaodhi Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Cet. 18;Bandung:Remaja Rosda Karya.2015), hlm.39., t.t. Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet.4;Jakarta: Rajawali Pers.2015),