Ilmu mantiq merupakan ilmu yang mempelajari kemungkinan antara sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah. Setiap manusia terkadang masih ada kesalahan-kesalahan yang mereka sendiri belum tau penyelesaiannya. Ilmu mantiq akan mengarahkan manusia agar tidak terjebak dalam kesalahan. Ilmu mantiq juga meminimalisir manusia kepada hal yang sulit.
Dari pernyataan tersebut bias di selesaikan dan bisa teratasi dengan suatu penelitian atau eksperimen. Dalam makalah ini kami akan membahas Ilmu Mantiq pada materi Qadhiyyah yaitu sebuah kalimat pernyataan yang mungkin benar dan mungkin salah yang ditinjau dari segi kalimat pernyataan itu sendiri.
2. Pengertian
Proposisi
(Qadhiyyah)
Qadhiyyah (Proposisi) adalah sebuah kalimat pernyataan yang mungkin benar dan
mungkin salah, ditinjau dari segi kalimat pernyataan itu sendiri. Dalam ilmu tata
Bahasa, Qadhiyyah disebut dengan kalam.
Menurut Aristoteles Qodhiyyah(Proposisi) adalah kalimat berita yang menyatakan
pembenaran atau penyangkalan.Kalimat ini memiliki sifat benar atau salah.
(Purwanto, 2019, p. 67)
3. Qadhiyyah dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
A. Qadhiyyah hamliyyah, yaitu qadhiyyah yang
di dalamnya mengandung hukum untuk
menghubungkan suatu mufrad dengan mufrad
yang lain. Seperti, penyakit ilmu ialah lupa, besi
merupakan logam yang bermanfaat, emas
merupakan logam yang mahal harganya.
B.Qadhiyyah syarthiyyah, yaitu suatu qadhiyyah
yang di dalamnya mengandung hukum untuk
menghubungkan qadhiyyah yang satu dengan
qadhiyyah yang lain disertai salah satunya
dengan
4. Qadhiyyah Hamliyyah
Qadhiyyah hamliyyah tersusun dari tiga juz atau bagian, yaitu:
Mahkum ‘alaih, yaitu mubtada’, fa’il atau naib fa’il menurut ilmu nahwu, sedang
menurut ilmu mantiq disebut .( )موضوع ‘maudhu .
Mahkum bih, yaitu khabar atau fa’il menurut ilmu nahwu, sedang menurut ilmu
mantiq disebut mahmul .( )مـحمول
Lafadz yang menjadi alat penghubung antara maudhu’ dan mahmul, yang disebut
dengan rabithah. Lafadz penghubung itu ialah dhamir fashl,
seperti:
ََانَكُدَمْحَأ
ًابِتاَك
Akan tetapi, di dalam suatu qadhiyyah kadang-kadang rabithah itu dihilangkan,
karena dianggap sudah terang, bahwa antara maudhu’ dan mahmul itu ada
hubungannya walaupun tanpa rabithah,
5. * Pembagian Qadhiyyah Hamliyyah
Qadhiyyah hamliyyah dilihat dari segi mahmulnya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
Mujabah, yaitu suatu qadhiyyah yang di dalamnya ditetapkan
hhukum adanya mahmul untuk maudhu’. Contoh: – Medan kota
terbesar di Sumatra. – Belawan pelabuhan dagang terpenting di
Indonesia. – Khalid menulis di papan tulis.
Salibah, yaitu suatu qadhiyyah yang di dalamnya ditetapkan
hukum tidak adanya mahmul untuk maudhu’. Contoh: – Tidak
seorang pun hadir di sekolah. – Tidak semua bangsa Indonesia
bodoh terhadap hakhaknya. – Sungai Banten bukan laut.
6. Qadhiyyah Hamliyyah dipandang dari segi
maudhu’nya dibagi kepada:
1. Syakhshiyyah
2. Muhmalah
3. Kulliyyah
4. Juz’iyyah,
7. Ta’rif Qadhiyyah
Syarthiyyah
Qadhiyyah syarthiyyah ialah suatu qadhiyyah yang
di dalamnya mengandung hukum untuk
menghubungkan suatu qadhiyyah dengan
qadhiyyah yang lain dengan disertai salah satunya
dengan adat syarat untuk mengeluarkan dari
keadaannya yang sendiri dalam
menghubungkannya dengan yang lain sehingga
kedua qadhiyyah tersebut menjadi satu, seperti:
اذاكان
الحد
يسخن
فانه
يتمدد
بالحرارة
“Apabila besi dipanaskan, maka akan berkembang
dengan panas.”
8. Pembagian Qadhiyyah Syarthiyyah
Melihat kedua contoh tersebut di atas, tampaklah bahwa dalam
qadhiyyah syarthiyyah kadang-kadang terdapat hubungan antara
qadhiyyah yang satu dengan yang lain merupakan hubungan tashahub
dan talazum, seperti pada contoh pertama, dan dinamakanlah qadhiyyah
tersebut qadhiyyah syarthiyyah muttashilah, dan kadang-kadang pula
hubungan antara qadhiyyah yang satu dengan yang lainnya merupakan
hubungan tabayun dan ‘inad dalam arti tidak mungkin kedua qadhiyyah
tersebut dapat berkumpul di dalam satu wujud. Qadhiyyah ini dinamakan
qadhiyyah syarthiyyah munfashillah. Berdasarkan uraian tersebut
9. qadhiyyah syarthiyyah dapat dibagi
menjadi:
Muttasilah, Munfashilah
Muttasilah, yaitu suatu qadhiyyah yang
mengandung hukum untuk menghubungkan
satu qadhiyyah dengan qadhiyyah yang
lainnya sebagai hubungan tashahub dan
talazum, atau suatu qadhiyyah yang
mengandung hukum kebenaran suatu
qadhiyyah berdasarkan atas kebenaran suatu
qadhiyyah yang lain di dalam hal ijab
(affirmative), atau suatu qadhiyyah yang
mengandung hukum tidak benarnya suatu
qadhiyyah berdasarkan atas tidak benarnya
suatu qadhiyyah yang lain di dalam hal salb
(negatif)
yaitu qadhiyyah yang
mengandung hukum untuk
menghubungkan suatu
qadhiyyah dengan yang lainnya,
sebagai hubungan tabayun dan
‘inad (bertentangan), atau suatu
qadhiyyah yang mengandung
hukum menetapkan adanya
pertentangan antara kedua
qadhiyyah di dalam ijab atau
meniadakan pertentangan
antara keduanya di dalam salb.