SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
MATA KULIAH : KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
DOSEN : Ns.Munadiah Wahyuddin M.Kes
“KONTUSIO PARU”
OLEH ;
ANDRIANIA1.191155
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARENDENG MAJENE
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
2
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadhirat Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat
rahmat serta hidayahnya dengan kesehatan dan rezekinya yang membuat kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa pula kita haturkan sholawat
serta salam kepada suri tauladan kita yaitu baginda Nabi Muhammad Saw yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang – menerang dengan kata lain “
Minadzulumati Ilannur “. Terima Kasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam penyelsaian tugas kami yang bertemakan “ kontusio paru “ ,
serta terima kasih juga untuk para sumber yang telah membantu kami dalam penyelesaian
tugas ini. Dengan penyelesaian tugas ini kami telah memenuhi kewajiban kami dan
semoga makalah ini dapat mnambah wawasan dan juga bermanfaat bagi banyak orang.
Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Kamis, 02 juni 2022
penyusun
3
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Tujuan...................................................................................................................................4
C. Rumusan masalah.................................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................5
A. Definisi ..........................................................................................................................5
B. Etiologi ...........................................................................................................................5
C. Klasifikasi.......................................................................................................................5
D. Patofisiologi....................................................................................................................5
E. Manifektasi .....................................................................................................................8
F. Komplikasi......................................................................................................................8
G. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................................8
H. Penatalaksanaan..............................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................14
A. Pengkajian ....................................................................................................................14
B. Diagnosis Keperawatan................................................................................................14
C. Intervensi .....................................................................................................................15
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................16
A. Kesimpulan ..................................................................................................................16
DAFTAR PSTAKA..................................................................................................................17
4
BAB I
PENDAHUALUAN
1.1 Latar belakang
Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi pada cedeara
dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpah benda berat. Kontusio paru didefinisikan
sebagi cedera fokal dengan edema,perdarahan alveolar dan intersisial. Ini adalah cedera
yang paling umum yang berpotensi mematikan. Kegagalan pernapasan mungkin lambat
dan berkembang dari waktu dari pada yang terjadi seketika. Kontusio paru terjadi sekitar
20% dari pasien trauma tumpul dengan skor keparahan cedera lebih dari 15 dan itu adalah
cedera dada yang paling umum pada anak-anak. Berkisar kematian dilaporkan dari 10-25%
dan 40-60% dari pasien akan memerlukan ventilasi mekanis. Komplikasi luka memar paru
ARDS,seperti yang disebutkan,dan kegagalan pernafasan,ateleksis dan pneumonia.
Kontusio paru dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kecelakaan lalu lintastrauma
tumpul dengan fraktur iga yang multiple,cedre ledakan atau gelombang kejut yang terkait
dengan trauma penitrasi,organ yang paling rentan terhadap cedera ledakan adalah mereka
yang mengandung gas,seperti paru-paru,fail chest dapat pula terjadi pada trauma dengan
mekanisme perdarahan dan luka tembak.
1.2 Rumusan Masalah
Memtahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan kontusio paru
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kontusio paru
2. Untuk mengetahui etiologi kontusio paru
3. Untuk mengetahui patofisiologi kontusio paru
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kontusio paru
5. Untuk mengetahui komplikasi kontusio paru
6. Untuk mengetahui penatalaksaan kontusio paru
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kontusio paru
5
BAB I
KONTUSIO PARU
A. Definisi
Kontusio paru didefinisikan sebagai cedera fokal dengan edema, perdarahan alveolar
dan interstisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan.
Kegagalan pernafasan mungkin lambat dan berkembang dari waktu daripada yang terjadi
seketika. Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi pada
cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
B. Etiologi
 Kecelakaan lalu lintas
 Trauma tumpul dengan fraktur Iga yg multiple
 Cedera ledakan atau gelombang kejut yang terkait dengan trauma penetrasi.
 organ yang paling rentan terhadap cedera ledakan adalah mereka yang
mengandung gas, seperti paru-paru.
 Flail chest
 Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme perdarahan dan edema
parenkim
 Luka tembak Memar akibat penetrasi oleh sebuah proyektil bergerak cepat
biasanya mengelilingi jalan sepanjang perjalanan jaringan yang di lalui oleh
proyektil.
C. Klasifikasi
 Ringan : nyeri saja.
 Sedang : sesak nafas, mucus dan darah dalam percabangan bronchial, batuk tetapi
tidak mengeluarkan sekret.
 Berat : sesak nafas hebat, takipnea, takhikardi, sianosis, agitasi, batuk produktif dan
kontinyu, secret berbusa, berdarah dan mukoid.
D. Patofisiologi
Gambar 1:
Biasanya, oksigen dan karbon dioksida berdifusi melintasi membran kapiler dan
alveolus dan ruang interstisial (kiri). Cairan mengganggu difusi ini, sehingga kurang darah
beroksigen (kanan). Kontusio Paru menghasilkan perdarahan dan kebocoran cairan ke
dalam jaringan paru-paru, yang dapat menjadi kaku dan kehilangan elastisitas normal.
Kandungan air dari paru-paru meningkat selama 72 jam pertama setelah cedera, berpotensi
menyebabkan edema paru pada kasus yang lebih serius. Sebagai hasil dari ini dan proses
patologis lainnya, memar paru berkembang dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan
6
hipoksia. Perdarahan dan edema, robeknya parenkim paru menyebabkan cairan kapiler
bocor ke dalam jaringan di sekitarnya. Membran antara alveoli dan kapiler robek;.
Kerusakan membran kapiler-alveolar dan pembuluh darah kecil menyebabkan darah dan
cairan bocor ke dalam alveoli dan ruang interstisial (ruang sekitar sel) dari paru-paru
Dengan trauma yang lebih parah, ada sejumlah besar edema, perdarahan, dan robeknya
alveoli. memar paru ditandai oleh microhemorrhages (pendarahan kecil) yang terjadi ketika
alveoli yang traumatis dipisahkan dari struktur saluran napas dan pembuluh darah. Darah
awalnya terkumpul dalam ruang interstisial, dan kemudian edema terjadi oleh satu atau dua
jam setelah cedera. Sebuah area perdarahan di paru-paru yang mengalami trauma,
umumnya dikelilingi oleh daerah edema. Dalam pertukaran gas yang normal, karbon
dioksida berdifusi melintasi endotelium dari kapiler, ruang interstisial, dan di seluruh epitel
alveolar, oksigen berdifusi ke arah lain. Akumulasi cairan mengganggu pertukaran gas, dan
dapat menyebabkan alveoli terisi dengan protein dan robek karena edema dan perdarahan.
Semakin besar daerah cedera, kompromi pernafasan lebih parah, menyebabkan
konsolidasi.
Memar paru dapat menyebabkan bagian paru-paru untuk mengkonsolidasikan, alveoli
kolaps, dan atelektasis (kolaps paru parsial atau total) terjadi. Konsolidasi terjadi ketika
bagian dari paru-paru yang biasanya diisi dengan udara digantkan dengan bahan dari
kondisi patologis, seperti darah. Selama periode jam pertama setelah cedera, alveoli di
menebal daerah luka dan dapat menjadi konsolidasi. Sebuah penurunan jumlah surfaktan
yang dihasilkan juga berkontribusi pada rusaknya dan konsolidasi alveoli, inaktivasi
surfaktan meningkatkan tegangan permukaan paru. Mengurangi produksi surfaktan juga
dapat terjadi di sekitar jaringan yang awalnya tidak
Terluka Radang paru-paru, yang dapat terjadi ketika komponen darah memasuki jaringan
karena memar, juga bisa menyebabkan bagian dari paru-paru rusak. Makrofag, neutrofil,
dan sel-sel inflamasi lainnya dan komponen darah bisa memasuki jaringan paru-paru dan
melepaskan faktor-faktor yang menyebabkan peradangan, meningkatkan kemungkinan
kegagalan pernapasan. Sebagai tanggapan terhadap peradangan, kelebihan lender
diproduksi, berpotensi memasukkan bagian dari paru-paru dan menyebabkan rusaknya
paru-paru. Bahkan ketika hanya satu sisi dada yang terluka, radang juga dapat
mempengaruhi paru-paru lainnya. Akibat terluka jaringan paruparu dapat menyebabkan
edema, penebalan septa dari alveoli, dan perubahan lainnya. Jika peradangan ini cukup
parah, dapat menyebabkan disfungsi paruparu seperti yang terlihat pada sindrom distres
pernapasan akut. Ventilasi/perfusi mengalami mismatch, biasanya rasio ventilasi perfusi
adalah sekitar satu banding satu. Volume udara yang masuk alveoli (ventilasi) adalah sama
dengan darah dalam kapiler di sekitar perfusi. Rasio ini menurun pada kontusio paru,
alveoli terisi cairan, tidak dapat terisi dengan udara, oksigen tidak sepenuhnya berikat
hemoglobin, dan darah meninggalkan paru-paru tanpa sepenuhnya mengandung oksigen
Kurangnya inflasi paru-paru, hasil dari ventilasi mekanis tidak memadai atau yang terkait,
cedera seperti flail chest, juga dapat berkontribusi untuk ketidakcocokan ventilasi / perfusi.
Sebagai ketidakcocokan antara ventilasi dan perfusi , saturasi oksigen darah berkurang.
Vasokonstriksi pada hipoksik paru, di mana pembuluh darah di dekat alveoli yang hipoksia
mengerut (diameter menyempit) sebagai respons terhadap kadar oksigen rendah, dapat
terjadi pada kontusio paru Para resistensi vaskular meningkat di bagian paruparu yang
memar, yang mengarah pada penurunan jumlah darah yang mengalir ke dalamnya,
mengarahkan darah ke daerah yang lebih baikberventilasi.
Meskipun, mengurangi aliran darah ke alveoli tak mendapat udara adalah cara untuk
mengimbangi kenyataan bahwa darah yang lewat tak mendapat udara, alveoli tidak
teroksigenasi, yang oksigenasi darah tetap lebih rendah dari normal. Jika sudah parah
cukup, hipoksemia yang dihasilkan dari cairan dalam alveoli tidak dapat dikoreksi hanya
dengan memberikan oksigen tambahan, masalah ini adalah penyebab sebagian besar
kematian yang diakibatkan trauma.
7
Patoflow
Trauma dada tumpul
↓
Kontusio paru
↓
Cedera pada parenkim paru dan jaringan kapiler
↓
Kebocoran protein serum dan plasma ke dalam jaringan paru
↓
Paru kaku dan kehilangan elastisitas
↓
Tekanan osmotik meningat
↓
Kandungan air dalam paru meningkat
↓
Penumpukan cairan di brokus dan permukaan alveoli
↓
Pola nafas tidak efektif cairan masuk ke intertisial
↓
Oedem paru peningkatan tahan jalan napas
↓ ↓
Penurunan complain paru kehilangan fungsi silis sal.pernapasan
↓ ↓
Cairan surfaktan menurun Bersihan jalan napas tidak efektis
↓
Gangguan pengembangan paru (atelektasis) koplap elveoli
↓
Ventilasi dan perfusi tidak seimbang
↓
Hipoksemia, hiperkapnia
↓
Tindakan primer A,B,C,D,E
↓
Ventilasi mekanik
Resti infeksi ↓ Resti cidera
E. Manifestasi klinik
 Takikardi
 Dyspnoe
 Bronchoorhea/ Sekresi bercampur darah
 Takipnea
 Hipoksia
 Perubahan Kesadaran
 Membutuhkan waktu untuk berkembang, dan sebanyak setengah dari kasus tidak
menunjukkan gejala pada presentasi awal
 Dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma.
 Pada kasus berat, gejala dapat terjadi secepat tiga atau empat jam setelah trauma
 Hipoksemia
 Sianosis
F. Komplikasi
 Infeksi (Pneumonia).
 Gagal nafas.
 Syok hipovolemi.
 Hematothorak.
 Pneumothorak
8
G. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium → Analisa Gas Darah(AGD): → cukup oksigen dan
karbon dioksida yang berlebihan. Namun kadar gas mungkin tidak menunjukkan
kelainan pada awal perjalanan luka memar paru.
 RO thorak
 Menunjukkan memar paru yang berhubungan dengan patah tulang rusuk dan
emfisema subkutan. Ro thoraks menunjukkan gambaran Infiltrat, tanda infiltrat
kadang tidak muncul dalam 12-24 jam.
 CT Scan
Akan menunjukkkan gambaran kontusio lebih awal.
 USG
Menunjukkan memar paru awal, pada saat ini tidak terlihat pada
radiografi. Sindrom interstisial dinyatakan dengan garis putih vertikal, “B-Line”.
H. Penatalaksanaan
Primary surveys
Yang dinilai :
A :
1. Kelancaran jalan napas
2. Jika penderita dapat berbicara mengindikasikan A-nya baik
3. Identifikasi kemungkinan-kenungkinan obstruksi A (eg oleh karena benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea,
fraktur servikal)
B :
1. Melibatkan paru, dinding dada, dan diafragma a harus dievaluasi secara cepat
2. Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernapasan
3. Auskultasi untuk memastikan udara masuk ke paru-paru
4. Perkusi untuk menilai adanya udara atau darah pada rongga pleura
5. Inspeksi dan palpasi dapat menilai kelainan dinding dada
9
C :
1. Penilaian volume darah dan CO
1. Tingkat kesadaran : akibat ↓ suplai darah ke otak, kesadaran ↓
2. Warna kulit (dapat membantu diagnosis hipovolemik) : wajah yang pucat
keabuan,
kulit ekstrimitas yang pucat menandakan hipovolemik
3. Nadi, periksa pada nadi yang besar eg. Femoralis, karotis untuk kekuatan,
kecepatan, dan irama :
* tidak cepat, kuat, teratur = normovolemi
* cepat, kecil = hipovolemi
* tidak teratur = biasanya gg jantung
* tidak ditemukan = perlu resusitasi segera
2. Penilaian perdarahan a ada tidak perdarahan luar,,, perdarahan juga bisa terjadi di
dalam/internal/tidak terlihat eg. Perdarahan pada rongga thoraks, abdomen, sekitar
fraktur dari tulang panjang, retroperitoneal akibat fraktur pelvis, atau sebagai akibat
luka tembus dada/perut
Secondary surveys
D : (sepintas bisa primary,,, tp selengkapnya bisa secondary)
1. Tingkat kesadaran, Ukuran dan reaksi pupil, Tanda – tanda lateralisasi,
Tingkat/level cidera spinal : Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan GCS atau
APVU Penurunan kesadaran dapat disebabkan :
1. ↓ oksigenasi (hipoksia) atau hipoperfusi (hipovolemi) ke otak
2. Trauma langsung pada otak / trauma kapitis
3. Obat-obatan, alkohol
E : (secondary)
1. Pemeriksann head to toe,,, periksa kemungkinan-kemungkinan trauma lain,,, jaga
suhu tubuh pasien / cegah hipotermia (selimuti,dll)
Resusitasi Awal
A :
1. Usaha untuk membebaskan A harus melindungi vertebra servikal
2. Dapat dengan chin lift atau jaw thrust
3. Dapat pula dengan naso-pharyngeal airway atau oro-pharyngeal airway
4. Selama memeriksa dan memperbaiki A tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, atau
rotasi leher
5. Pertimbangkan bantuan A definitif (krikotirotomi, ETT,dll) kl ragu berhasil
B :
1. Kontrol A pada penderita yang A tgg karena faktor mekanik, gg ventilasi, atau ada
gg kesadaran a bisa dengan intubasi ETT (oral/nasal) a jika ETT tidak bisa (karena
KI atau masalah teknis),, bisa surgical A / krikotiroidotomy
2. Setiap penderita trauman,,, beri o₂,, jika tidak intubasi, bisa pakai sungkup
C :
1. Jika ada perdarahan arteri luar, harus segera DIHENTIKAN,, bisa dengan balut
tekan atau dengan spalk udara. Jangan pakai Torniquet, karena dapat merusak
jaringan dan menyababkan iskemia distal,, sehingga torniquet hanya dipakai jika
ada amputasi traumatic
2. Jika ada gg sirkulasi pasang iv line (sekalian ambil sampel darah u/ diperiksa lab
rutin dan tes kehamilan).
3. Infus,,, RL / kristaloid lain 2-3 L ,,, jika tidak respon beri gol darah sesuai,,, kl dak
ado ber gol O Rh – / gol O Rh + titer rendah a hangatkan dulu u/ mencegah
hipotermia
4. Jangan beri vasopresor, steroid, bicarbonat natricus
Tambahan :
a) Monitor EKG
b) Pasang kateter urin dan lambung
c) Rontgen , dll.
10
Tidak ada perawatan yang dikenal untuk mempercepat penyembuhan luka memar paru;.
Perawatan utama adalah mendukung upaya yang dilakukan untuk menemukan luka memar
yang menyertai, untuk mencegah cedera tambahan, dan untuk memberikan perawatan
suportif sambil menunggu luka memar pada tahap prosespenyembuhan. Pemantauan,
termasuk melacak keseimbangan cairan, fungsi pernapasan, dan saturasi oksigen dengan
menggunakan pulse oximetry juga diperlukan untuk monitor kondisi pasien. Monitoring
untuk komplikasi seperti sindrom gangguan pneumonia dan pernapasan akut yang sangat
penting. Pengobatan bertujuan untuk mencegah kegagalan pernapasan dan untuk
memastikan oksigenasi darah yang memadai. oksigen tambahan dapat diberikan dan
mungkin dihangatkan dan dilembabkan. Ketika tidak merespon maka tindakan lainnya
dalam perawatan harus dilakukan, seperti oksigenasi membran extracorporeal dapat
digunakan, memompa darah dari tubuh ke mesin yang oxygenates dan menghilangkan
karbon dioksida sebelum memompa kembali masuk.
5. Penatalaksanaan Utama: Patency Air way, Oksigenasi adekuat, kontrol nyeri
6. Perawatan utama: menemukan luka memar yang menyertai, mencegah cedera
tambahan, dan memberikan perawatan suportif sambil menunggu luka memar paru
sembuh.
7. Penatalaksanaan pada kontusio ringan
a) Nebulisasi
b) Postural drainase
c) Fisio terapi dada
d) Suctioning
e) NyeriaAnastesi Spinal, Opioid
f) Oksigenasi 24-36 Jam pertama
g) Antibiotik
8. Penatalaksanaan pada kontusio sedang
a) Intubasi
b) Ventilator PEP
c) Deuretik
d) NGT
e) Cek Kultur
9. Penatalaksanaan pada kontusio berat
a) Penaganan Agresif Intubasi Endotracheal
b) Ventilator
c) Deureti
d) Anti mikrobal
e) Pembatasan cairan
Ventilasi
Ventilasi mekanis mungkin diperlukan jika memar paru menyebabkan oksigenasi yang
tidak memadai. Ventilasi tekanan positif, di mana udara dipaksa masuk ke dalam paru-
paru, diperlukan bila oksigenasi secara signifikan terganggu. Noninvasif ventilasi (NIV),
continuous positive airway pressure (CPAP) dan (BiPAP), dapat digunakan untuk
meningkatkan oksigenasi dan mengobati atelektasis. [38] Dengan NIV, udara ditiupkan ke
dalam saluran udara pada tekanan ditentukan melalui masker dipasang erat menghadap
kearah nasal. Dalam BiPAP perubahan tekanan antara menghirup dan menghembuskan
napas, sedangkan pada CPAP tekanan adalah sama. Ventilasi noninvasif memiliki
keunggulan dibandingkan metode invasif
karena tidak membawa risiko infeksi karena intubasi, selain itu dapat menyebabkan
kemungkinan batuk, menelan, dan berbicara Namun, teknik ini dapat menyebabkan
komplikasi, mungkin udara masuk ke dalam perut atau Orang dengan tanda-tanda
pernapasan tidak memadai atau oksigenasi mungkin perlu diintubasi dan ventilasi mekanik.
Ventilasi mekanis bertujuan untuk mengurangi edema paru dan meningkatkan oksigenasi.
Ventilasi dapat membuka kembali alveoli yang kolaps, tetapi berbahaya apabila tekanan
yang berlebih tidak terkontrol atau ventilasi tekanan positif juga dapat merusak paru-paru
dengan overinflating. Intubasi biasanya disediakan untuk ketika masalah pernafasan
terjadi, tetapi kebanyakan kontusio paru signifikan memang membutuhkan intubasi, dan
11
hal itu dapat dilakukan pada awal mengantisipasi kebutuhan ini. Orang dengan memar paru
yang terutama cenderung membutuhkan ventilasi termasuk orang-orang dengan penyakit
paru-paru yang sebelum parah atau masalah ginjal, pada orang tua, pada kasus dengan
penurunan tingkat kesadaran, mereka dengan oksigen darah yang rendah atau tingkat
karbon dioksida yang tinggi, dan mereka yang akan dioperasi dan membutuhkan anestesi.
Memar paru atau komplikasinya seperti sindrom gangguan pernapasan
akut dapat menyebabkan paru-paru kehilangan keelastisan (kaku), sehingga tekanan yang
lebih tinggi mungkin diperlukan untuk memberikan jumlah normal udara dan oksigenat
darah secara dengan tekanan dapat memadai. Positif akhir ekspirasi (PEEP), yang
memberikan udara pada tekanan yang diberikan pada akhir siklus ekspirasi, dapat
mengurangi edema dan menjaga alveoli dari kolaps. PEEP dianggap perlu dengan ventilasi
mekanis, namun jika tekanan terlalu besar itu dapat memperluas ukuran memar dan
melukai paru-paru. [38] Ketika keelastisan paru-paru berkurang berbeda secara signifikan
dari yang terluka, paru-paru dapat berventilasi secara independen dengan dua ventilator
dalam rangka untuk memberikan udara pada tekanan yang berbeda, ini membantu
menghindari cedera akibat overinflation sambil memberikan ventilasi yang memadai.
Terapi cairan
Administrasi terapi cairan pada individu dengan kontusio paru adalah kontroversial.
Cairan yang berlebihan dalam sistem peredaran darah (hipervolemia) dapat memperburuk
hipoksia karena dapat menyebabkan kebocoran cairan dari kapiler yang terluka (edema
paru), yang lebih
permeabel dari biasanya. Namun, pada volume darah yang rendah (hipovolemia) yang
dihasilkan dari cairan yang tidak mencukupi memiliki dampak yang lebih buruk,
berpotensi menyebabkan syok hipovolemik, karena orang-orang yang telah kehilangan
sejumlah besar darah, cairan resusitasi sangat diperlukan. Banyak. bukti yang mendukung
gagasan bahwa cairan harus dikurangi dari orang-orang dengan luka memar paru, berasal
dari studi hewan, tidak uji klinis dengan manusia, penelitian pada manusia telah memiliki
temuan yang bertentangan mengenai apakah resusitasi cairan memperburuk kondisi. Bagi
orang yang memang membutuhkan sejumlah besar cairan intravena, kateter dapat
ditempatkan dalam arteri pulmonalis untuk mengukur tekanan di dalamnya [6]. Mengukur
tekanan arteri pulmonalis memungkinkan dokter untuk memberikan cairan yang cukup
untuk mencegah shok tanpa memperburuk edema. Diuretik, obat-obatan yang
meningkatkan urin untuk mengurangi cairan yang berlebihan dalam sistem, dapat
digunakan ketika overload cairan tidak terjadi. Furosemid, diuretic yang digunakan dalam
pengobatan luka memar paru, juga melemaskan otot polos dalam pembuluh darah paru
paru, sehingga mengurangi resistensi vena paru-paru dan mengurangi tekanan di kapiler
paru.
Terapi Pendukung
Mempertahankan sekresi di saluran udara dapat memperburuk hipoksia dan
menyebabkan infeksi. Dengan demikian, merupakan bagian penting dari perawatan adalah
toilet paru, penggunaan suction, bernapas dalam, batuk, dan metode lain untuk menghapus
materi seperti lendir dan darah dari saluran udara. Terapi fisik dada, membuat penggunaan
teknik seperti latihan pernapasan, stimulasi batuk, pengisapan, perkusi, gerakan, getaran,
dan drainase untuk membersihkan sekresi paru-paru, meningkatkan oksigenasi, dan
memperluas bagian yang kolaps bagian dari paru-paru Orang dengan memar paru,
terutama mereka yang tidak merespon dengan baik untuk perawatan lainnya, dapat
diposisikan dengan paru-paru terluka lebih rendah dari yang terluka untuk meningkatkan
oksigenasi. Toilet paru yang tidak memadai dapat menyebabkan pneumonia. Orang yang
terkena infeksi diberikan antibiotik. Belum ada studi menunjukkan manfaat dari
penggunaan antibiotik sebagai tindakan pencegahan sebelum infeksi terjadi, meskipun
beberapa dokter menganjurkan penggunaan antibiotik profilaksis bahkan tanpa bukti
ilmiah manfaat nya. Namun, ini dapat menyebabkan perkembangan strain resisten
antibiotik bakteri, sehingga pemberian antibiotik dengan kebutuhan yang jelas biasanya
dianjurkan. Untuk orangorang yang berisiko sangat tinggi infeksi berkembang, dahak dapat
dikultur untuk menguji keberadaan infeksi-bakteri penyebab. Mengontrol rasa sakit adalah
cara lain untuk memfasilitasi pengurangan sekresi. Sebuah cedera dinding dada bisa
12
membuat batuk menyakitkan, meningkatkan kemungkinan bahwa sekresi akan menumpuk
di saluran udara . Luka dada juga berkontribusi terhadap hipoventilasi (pernapasan tidak
memadai) karena gerakan dinding dada yang terlibat dalam pernapasan memadai
menyakitkan. Keterbatasan ekspansi dada dapat menyebabkan atelektasis, lebih lanjut
mengurangi oksigenasi dari darah Analgesik (obat nyeri) dapat diberikan untuk
mengurangi rasa sakit. Injeksi anestesi ke saraf di dinding dada, yang disebut blokade
saraf, pendekatan lain untuk manajemen nyeri, ini tidak menekan pusat respirasi.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda
Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
6. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;
fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakan dada tidak sama ; kulit pucat,
sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah,
pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keseimbangan ventilasi – perfusi.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret.
6. Ancietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral.
8. Risiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder.
9. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
10. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
11. Deficit pengetahuan
12. Defisit self care
C. Rencana keperawatan
N
o
DX.
KEPERAWAT
AN
TUJUAN &
KRITERIA HASIL
(NOC)
INTERVENSI
(NIC)
RASIONAL
1. Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera
fisik.
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan selama
3x24jam
pasien dapat:
1. Mengenal
factor –
1. Observasi
reaksi non
verbal dan
ketidaknya
manan.
2. Gunakan
tehnik
1. Data
pengkajian
awal
menentukan
respon,
keberhasilan,
dan ketepatan
14
factor
penyebab.
2. Mengenal
onset nyeri.
3. Tindakan
pertolongan
non–
analgetik.
4. Menggunaka
n analgetik.
5. Melaporkan
gejala kepada
tim
kesehatan.
6. Nyeri
terkontrol.
Menunjukka
n tingkat
nyeri dengan
indicator:
 Melaporkan
nyeri.
 Frekuensi
nyeri
 Lamanya
episode
nyeri.
 Ekspresi
nyeri :
wajah.
 Posisi
melindungi
tubuh.
 Kegelisahan.
 Perubahan
respirasi
rate.
 Perubahan
TD.
 Perubahan
ukuran pupil
 Respirasi.
 Kehilangan
nafsu makan.
1. Lakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif.
komunikas
i
terapeutik
untuk
mengetahu
i
pengalama
n nyeri
pasien.
3. Kaji
kultur
yang
mempenga
ruhi
respon
nyeri.
4. Evaluasi
pengalama
n nyeri
masa
lampau.
5. Bantu
pasien dan
keluarga
mencari
dan
menemuka
n
dukungan.
6. Kontrol
lingkunga
n yang
dapat
mempenga
ruhi nyeri.
7. Kurangi
faktor
presipitasi
nyeri.
8. Pilih dan
lakukan
penangana
n nyeri.
9. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
tidakkan
berikutnya.Re
spon nyeri
dapat terlihat
dari respon
non verbal
pasien.
2. Komunikasi
terapeutik
menentukan
kerjasama
dalam
pemberian
asuhan
keperawatan .
3. Support
system dari
lingkungan
dapat
mempengaruhi
respon nyeri
pasien.
4. Pengalaman
nyeri masa
lampau
mempengaruhi
repon nyeri
saat ini
5. Meningkatkan
n mekanisme
koping
6.
Meningkatkan
kenyamanan
pasien,
mengurangi
nyeri.
7. Meningkatkan
kenyamanan.
8. Mengurangi
nyeri secara
farmakologis.
9. Analgetik
digunakan
untuk
1. mengurangi
nyeri
2 Pola nafas
perubahan
membrane
kapiler
alveoli dan
retensi
cairan
interstisial.
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan selama
3x24jam
pasien dapat:
1. Menunjukka
n pola nafas
yang efektif
1. Baringkan
pasien
dalam
posisi
yang
nyaman,
atau dalam
posisi
1. Menentukan
pilihan
intervensi
yang tepat.
Dengan
mengkaji
kualitas,
frekuensi dan
15
diibuktikan
dengan status
pernafasan
yang tidak
berbahaya;
ventilasi dan
tanda vital.
2. Irama,
frekuensi dan
kedalaman
pernafasan
berada dalam
batas normal,
pada
pemeriksaan
rontgen
thorax
terlihat
adanya
pengembang
an dan paru,
bunyi nafas
terdengar
jelas.
1. Identifikasi
penyebab
perubahana
pola nafas.
2. Kaji kualitas,
frekuensi dan
kedalaman
pernafasan,
dan laporkan
setiap
perubahan
yang terjadi.
duduk.
2. Observasi
tanda vitas
(nadi dan
RR).
3. Lakukan
auskultasi
suara
nafas
setiap 2-4
jam.
4. Bantu dan
ajarkan
klien
untuk
batuk dan
nafas
dalam
yang
efektif.
kedalaman
pernafasan,
dapat
diketahui
sejauh mana
perubahan
kondisi pasien.
Penurunan
diafragma
memperluas
daerah
dadasehingga
ekspansi paru
bisa maksimal.
2. Peningkatan
RR dan
takhikardimer
upakan
indikasi dari
adanya
penurunan
fungsi paru.
3. Menentukan
kelainan suara
paru.
4. Menekan
daerah yang
nyeri ketika
batuk atau
nafas dalam.
Penekanan
otot – otot
dada atau
abdomen
membuat
batuk lebih
1. efektif.
Gangguan
pertukaran
gas b.d
ventilasi-perfusi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3x24jam ventilasi
tidak bermasalah
dengan
kriteria:
1. Mempunyai
fungsi paru
dalam batas
normal.
2. Tidak
menggunaka
n pernafasan
mulut
3. Tidak
mengalami
napas
dangkal atau
ortopnea
1. Kaji
keefektifa
n jalan
nafas.
2. Pantau gas
darah.
3. Pantau
status
mental
pasien.
1. Peningkatan
pembentukan
mucus sejalan
dengan
penurunan
aksi
mukosiliaris
menunjang
penurunan
lebih lanjut
aliran udara
serta
penurunan
pertukaran
gas, yang
diperburuk
oleh
kehilangan
daya
elastisitas
16
4. Status
neurologis
dalam
rentang yang
diharapkan
5. Dispnea pada
saat istirahat
dan aktivitas
tidak ada.
paru.
2. PaO2 yang
rendah,
PaCO2 yang
meningkat
menunjukkan
kemunduran
tingkat
respirasi.
3. Supali O2
yang tidak
adekuat dapat
mempengaruhi
tingkat
kesadaran.
Sebagai
bentuk
tindakan
pengelolaan
jalan nafa
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontusio paru didefinisikan sebagai cedera fokal dengan edema, perdarahan alveolar
dan interstisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan.
Kegagalan pernafasan mungkin lambat dan berkembang dari waktu daripada yang terjadi
seketika. Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi pada
cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Rendeki S,Molnar TF. Pulmonary Contusion. J Thorac Dis. 2019;11(Suppl
2):S141-51.
2. Wang S, Ruan Z,Zhang J.A modified rat model of isolated bilateral pulmonary
3. Contusio ExpTher Med 2012;4:425-9.

More Related Content

Similar to KONTUSIO PARU (20)

Ards
ArdsArds
Ards
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 
Dok surya
Dok suryaDok surya
Dok surya
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 
Askep pneumotoraks
Askep pneumotoraksAskep pneumotoraks
Askep pneumotoraks
 
Atelektasis
AtelektasisAtelektasis
Atelektasis
 
jurnal efusu flaura
jurnal efusu flaurajurnal efusu flaura
jurnal efusu flaura
 
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura  AKPER PEMKAB MUNAEfusi pleura  AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Saad efusi pleura AKPER MUNA
Saad efusi pleura AKPER MUNA Saad efusi pleura AKPER MUNA
Saad efusi pleura AKPER MUNA
 
Askep distrees pernapasan
Askep distrees pernapasanAskep distrees pernapasan
Askep distrees pernapasan
 
Editan patah tulang
Editan patah tulangEditan patah tulang
Editan patah tulang
 
Materi ppok
Materi ppokMateri ppok
Materi ppok
 
Ateletaksis i
Ateletaksis iAteletaksis i
Ateletaksis i
 
Anastesiologi pdf
Anastesiologi pdfAnastesiologi pdf
Anastesiologi pdf
 
Askep ards Akper pemkab muna
Askep ards Akper pemkab munaAskep ards Akper pemkab muna
Askep ards Akper pemkab muna
 
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by SheraraKelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
Kelaianan dan penyakit pada paru paru by Sherara
 
Saad efusi pleura
Saad efusi pleuraSaad efusi pleura
Saad efusi pleura
 

Recently uploaded

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 

Recently uploaded (20)

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 

KONTUSIO PARU

  • 1. MATA KULIAH : KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DOSEN : Ns.Munadiah Wahyuddin M.Kes “KONTUSIO PARU” OLEH ; ANDRIANIA1.191155 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARENDENG MAJENE PRODI S1 KEPERAWATAN 2021
  • 2. 2 Kata Pengantar Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kita panjatkan atas kehadhirat Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat rahmat serta hidayahnya dengan kesehatan dan rezekinya yang membuat kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa pula kita haturkan sholawat serta salam kepada suri tauladan kita yaitu baginda Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang – menerang dengan kata lain “ Minadzulumati Ilannur “. Terima Kasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam penyelsaian tugas kami yang bertemakan “ kontusio paru “ , serta terima kasih juga untuk para sumber yang telah membantu kami dalam penyelesaian tugas ini. Dengan penyelesaian tugas ini kami telah memenuhi kewajiban kami dan semoga makalah ini dapat mnambah wawasan dan juga bermanfaat bagi banyak orang. Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih. Wassalamualaikum wr.wb Kamis, 02 juni 2022 penyusun
  • 3. 3 HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR................................................................................................................2 DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4 A. Latar Belakang......................................................................................................................4 B. Tujuan...................................................................................................................................4 C. Rumusan masalah.................................................................................................................4 BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................5 A. Definisi ..........................................................................................................................5 B. Etiologi ...........................................................................................................................5 C. Klasifikasi.......................................................................................................................5 D. Patofisiologi....................................................................................................................5 E. Manifektasi .....................................................................................................................8 F. Komplikasi......................................................................................................................8 G. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................................8 H. Penatalaksanaan..............................................................................................................9 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................14 A. Pengkajian ....................................................................................................................14 B. Diagnosis Keperawatan................................................................................................14 C. Intervensi .....................................................................................................................15 BAB IV PENUTUP .................................................................................................................16 A. Kesimpulan ..................................................................................................................16 DAFTAR PSTAKA..................................................................................................................17
  • 4. 4 BAB I PENDAHUALUAN 1.1 Latar belakang Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi pada cedeara dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpah benda berat. Kontusio paru didefinisikan sebagi cedera fokal dengan edema,perdarahan alveolar dan intersisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan. Kegagalan pernapasan mungkin lambat dan berkembang dari waktu dari pada yang terjadi seketika. Kontusio paru terjadi sekitar 20% dari pasien trauma tumpul dengan skor keparahan cedera lebih dari 15 dan itu adalah cedera dada yang paling umum pada anak-anak. Berkisar kematian dilaporkan dari 10-25% dan 40-60% dari pasien akan memerlukan ventilasi mekanis. Komplikasi luka memar paru ARDS,seperti yang disebutkan,dan kegagalan pernafasan,ateleksis dan pneumonia. Kontusio paru dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kecelakaan lalu lintastrauma tumpul dengan fraktur iga yang multiple,cedre ledakan atau gelombang kejut yang terkait dengan trauma penitrasi,organ yang paling rentan terhadap cedera ledakan adalah mereka yang mengandung gas,seperti paru-paru,fail chest dapat pula terjadi pada trauma dengan mekanisme perdarahan dan luka tembak. 1.2 Rumusan Masalah Memtahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan kontusio paru 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi kontusio paru 2. Untuk mengetahui etiologi kontusio paru 3. Untuk mengetahui patofisiologi kontusio paru 4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kontusio paru 5. Untuk mengetahui komplikasi kontusio paru 6. Untuk mengetahui penatalaksaan kontusio paru 7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kontusio paru
  • 5. 5 BAB I KONTUSIO PARU A. Definisi Kontusio paru didefinisikan sebagai cedera fokal dengan edema, perdarahan alveolar dan interstisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan. Kegagalan pernafasan mungkin lambat dan berkembang dari waktu daripada yang terjadi seketika. Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi pada cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat. B. Etiologi  Kecelakaan lalu lintas  Trauma tumpul dengan fraktur Iga yg multiple  Cedera ledakan atau gelombang kejut yang terkait dengan trauma penetrasi.  organ yang paling rentan terhadap cedera ledakan adalah mereka yang mengandung gas, seperti paru-paru.  Flail chest  Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme perdarahan dan edema parenkim  Luka tembak Memar akibat penetrasi oleh sebuah proyektil bergerak cepat biasanya mengelilingi jalan sepanjang perjalanan jaringan yang di lalui oleh proyektil. C. Klasifikasi  Ringan : nyeri saja.  Sedang : sesak nafas, mucus dan darah dalam percabangan bronchial, batuk tetapi tidak mengeluarkan sekret.  Berat : sesak nafas hebat, takipnea, takhikardi, sianosis, agitasi, batuk produktif dan kontinyu, secret berbusa, berdarah dan mukoid. D. Patofisiologi Gambar 1: Biasanya, oksigen dan karbon dioksida berdifusi melintasi membran kapiler dan alveolus dan ruang interstisial (kiri). Cairan mengganggu difusi ini, sehingga kurang darah beroksigen (kanan). Kontusio Paru menghasilkan perdarahan dan kebocoran cairan ke dalam jaringan paru-paru, yang dapat menjadi kaku dan kehilangan elastisitas normal. Kandungan air dari paru-paru meningkat selama 72 jam pertama setelah cedera, berpotensi menyebabkan edema paru pada kasus yang lebih serius. Sebagai hasil dari ini dan proses patologis lainnya, memar paru berkembang dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan
  • 6. 6 hipoksia. Perdarahan dan edema, robeknya parenkim paru menyebabkan cairan kapiler bocor ke dalam jaringan di sekitarnya. Membran antara alveoli dan kapiler robek;. Kerusakan membran kapiler-alveolar dan pembuluh darah kecil menyebabkan darah dan cairan bocor ke dalam alveoli dan ruang interstisial (ruang sekitar sel) dari paru-paru Dengan trauma yang lebih parah, ada sejumlah besar edema, perdarahan, dan robeknya alveoli. memar paru ditandai oleh microhemorrhages (pendarahan kecil) yang terjadi ketika alveoli yang traumatis dipisahkan dari struktur saluran napas dan pembuluh darah. Darah awalnya terkumpul dalam ruang interstisial, dan kemudian edema terjadi oleh satu atau dua jam setelah cedera. Sebuah area perdarahan di paru-paru yang mengalami trauma, umumnya dikelilingi oleh daerah edema. Dalam pertukaran gas yang normal, karbon dioksida berdifusi melintasi endotelium dari kapiler, ruang interstisial, dan di seluruh epitel alveolar, oksigen berdifusi ke arah lain. Akumulasi cairan mengganggu pertukaran gas, dan dapat menyebabkan alveoli terisi dengan protein dan robek karena edema dan perdarahan. Semakin besar daerah cedera, kompromi pernafasan lebih parah, menyebabkan konsolidasi. Memar paru dapat menyebabkan bagian paru-paru untuk mengkonsolidasikan, alveoli kolaps, dan atelektasis (kolaps paru parsial atau total) terjadi. Konsolidasi terjadi ketika bagian dari paru-paru yang biasanya diisi dengan udara digantkan dengan bahan dari kondisi patologis, seperti darah. Selama periode jam pertama setelah cedera, alveoli di menebal daerah luka dan dapat menjadi konsolidasi. Sebuah penurunan jumlah surfaktan yang dihasilkan juga berkontribusi pada rusaknya dan konsolidasi alveoli, inaktivasi surfaktan meningkatkan tegangan permukaan paru. Mengurangi produksi surfaktan juga dapat terjadi di sekitar jaringan yang awalnya tidak Terluka Radang paru-paru, yang dapat terjadi ketika komponen darah memasuki jaringan karena memar, juga bisa menyebabkan bagian dari paru-paru rusak. Makrofag, neutrofil, dan sel-sel inflamasi lainnya dan komponen darah bisa memasuki jaringan paru-paru dan melepaskan faktor-faktor yang menyebabkan peradangan, meningkatkan kemungkinan kegagalan pernapasan. Sebagai tanggapan terhadap peradangan, kelebihan lender diproduksi, berpotensi memasukkan bagian dari paru-paru dan menyebabkan rusaknya paru-paru. Bahkan ketika hanya satu sisi dada yang terluka, radang juga dapat mempengaruhi paru-paru lainnya. Akibat terluka jaringan paruparu dapat menyebabkan edema, penebalan septa dari alveoli, dan perubahan lainnya. Jika peradangan ini cukup parah, dapat menyebabkan disfungsi paruparu seperti yang terlihat pada sindrom distres pernapasan akut. Ventilasi/perfusi mengalami mismatch, biasanya rasio ventilasi perfusi adalah sekitar satu banding satu. Volume udara yang masuk alveoli (ventilasi) adalah sama dengan darah dalam kapiler di sekitar perfusi. Rasio ini menurun pada kontusio paru, alveoli terisi cairan, tidak dapat terisi dengan udara, oksigen tidak sepenuhnya berikat hemoglobin, dan darah meninggalkan paru-paru tanpa sepenuhnya mengandung oksigen Kurangnya inflasi paru-paru, hasil dari ventilasi mekanis tidak memadai atau yang terkait, cedera seperti flail chest, juga dapat berkontribusi untuk ketidakcocokan ventilasi / perfusi. Sebagai ketidakcocokan antara ventilasi dan perfusi , saturasi oksigen darah berkurang. Vasokonstriksi pada hipoksik paru, di mana pembuluh darah di dekat alveoli yang hipoksia mengerut (diameter menyempit) sebagai respons terhadap kadar oksigen rendah, dapat terjadi pada kontusio paru Para resistensi vaskular meningkat di bagian paruparu yang memar, yang mengarah pada penurunan jumlah darah yang mengalir ke dalamnya, mengarahkan darah ke daerah yang lebih baikberventilasi. Meskipun, mengurangi aliran darah ke alveoli tak mendapat udara adalah cara untuk mengimbangi kenyataan bahwa darah yang lewat tak mendapat udara, alveoli tidak teroksigenasi, yang oksigenasi darah tetap lebih rendah dari normal. Jika sudah parah cukup, hipoksemia yang dihasilkan dari cairan dalam alveoli tidak dapat dikoreksi hanya dengan memberikan oksigen tambahan, masalah ini adalah penyebab sebagian besar kematian yang diakibatkan trauma.
  • 7. 7 Patoflow Trauma dada tumpul ↓ Kontusio paru ↓ Cedera pada parenkim paru dan jaringan kapiler ↓ Kebocoran protein serum dan plasma ke dalam jaringan paru ↓ Paru kaku dan kehilangan elastisitas ↓ Tekanan osmotik meningat ↓ Kandungan air dalam paru meningkat ↓ Penumpukan cairan di brokus dan permukaan alveoli ↓ Pola nafas tidak efektif cairan masuk ke intertisial ↓ Oedem paru peningkatan tahan jalan napas ↓ ↓ Penurunan complain paru kehilangan fungsi silis sal.pernapasan ↓ ↓ Cairan surfaktan menurun Bersihan jalan napas tidak efektis ↓ Gangguan pengembangan paru (atelektasis) koplap elveoli ↓ Ventilasi dan perfusi tidak seimbang ↓ Hipoksemia, hiperkapnia ↓ Tindakan primer A,B,C,D,E ↓ Ventilasi mekanik Resti infeksi ↓ Resti cidera E. Manifestasi klinik  Takikardi  Dyspnoe  Bronchoorhea/ Sekresi bercampur darah  Takipnea  Hipoksia  Perubahan Kesadaran  Membutuhkan waktu untuk berkembang, dan sebanyak setengah dari kasus tidak menunjukkan gejala pada presentasi awal  Dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma.  Pada kasus berat, gejala dapat terjadi secepat tiga atau empat jam setelah trauma  Hipoksemia  Sianosis F. Komplikasi  Infeksi (Pneumonia).  Gagal nafas.  Syok hipovolemi.  Hematothorak.  Pneumothorak
  • 8. 8 G. Pemeriksaan Penunjang  Laboratorium → Analisa Gas Darah(AGD): → cukup oksigen dan karbon dioksida yang berlebihan. Namun kadar gas mungkin tidak menunjukkan kelainan pada awal perjalanan luka memar paru.  RO thorak  Menunjukkan memar paru yang berhubungan dengan patah tulang rusuk dan emfisema subkutan. Ro thoraks menunjukkan gambaran Infiltrat, tanda infiltrat kadang tidak muncul dalam 12-24 jam.  CT Scan Akan menunjukkkan gambaran kontusio lebih awal.  USG Menunjukkan memar paru awal, pada saat ini tidak terlihat pada radiografi. Sindrom interstisial dinyatakan dengan garis putih vertikal, “B-Line”. H. Penatalaksanaan Primary surveys Yang dinilai : A : 1. Kelancaran jalan napas 2. Jika penderita dapat berbicara mengindikasikan A-nya baik 3. Identifikasi kemungkinan-kenungkinan obstruksi A (eg oleh karena benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea, fraktur servikal) B : 1. Melibatkan paru, dinding dada, dan diafragma a harus dievaluasi secara cepat 2. Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernapasan 3. Auskultasi untuk memastikan udara masuk ke paru-paru 4. Perkusi untuk menilai adanya udara atau darah pada rongga pleura 5. Inspeksi dan palpasi dapat menilai kelainan dinding dada
  • 9. 9 C : 1. Penilaian volume darah dan CO 1. Tingkat kesadaran : akibat ↓ suplai darah ke otak, kesadaran ↓ 2. Warna kulit (dapat membantu diagnosis hipovolemik) : wajah yang pucat keabuan, kulit ekstrimitas yang pucat menandakan hipovolemik 3. Nadi, periksa pada nadi yang besar eg. Femoralis, karotis untuk kekuatan, kecepatan, dan irama : * tidak cepat, kuat, teratur = normovolemi * cepat, kecil = hipovolemi * tidak teratur = biasanya gg jantung * tidak ditemukan = perlu resusitasi segera 2. Penilaian perdarahan a ada tidak perdarahan luar,,, perdarahan juga bisa terjadi di dalam/internal/tidak terlihat eg. Perdarahan pada rongga thoraks, abdomen, sekitar fraktur dari tulang panjang, retroperitoneal akibat fraktur pelvis, atau sebagai akibat luka tembus dada/perut Secondary surveys D : (sepintas bisa primary,,, tp selengkapnya bisa secondary) 1. Tingkat kesadaran, Ukuran dan reaksi pupil, Tanda – tanda lateralisasi, Tingkat/level cidera spinal : Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan GCS atau APVU Penurunan kesadaran dapat disebabkan : 1. ↓ oksigenasi (hipoksia) atau hipoperfusi (hipovolemi) ke otak 2. Trauma langsung pada otak / trauma kapitis 3. Obat-obatan, alkohol E : (secondary) 1. Pemeriksann head to toe,,, periksa kemungkinan-kemungkinan trauma lain,,, jaga suhu tubuh pasien / cegah hipotermia (selimuti,dll) Resusitasi Awal A : 1. Usaha untuk membebaskan A harus melindungi vertebra servikal 2. Dapat dengan chin lift atau jaw thrust 3. Dapat pula dengan naso-pharyngeal airway atau oro-pharyngeal airway 4. Selama memeriksa dan memperbaiki A tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi leher 5. Pertimbangkan bantuan A definitif (krikotirotomi, ETT,dll) kl ragu berhasil B : 1. Kontrol A pada penderita yang A tgg karena faktor mekanik, gg ventilasi, atau ada gg kesadaran a bisa dengan intubasi ETT (oral/nasal) a jika ETT tidak bisa (karena KI atau masalah teknis),, bisa surgical A / krikotiroidotomy 2. Setiap penderita trauman,,, beri o₂,, jika tidak intubasi, bisa pakai sungkup C : 1. Jika ada perdarahan arteri luar, harus segera DIHENTIKAN,, bisa dengan balut tekan atau dengan spalk udara. Jangan pakai Torniquet, karena dapat merusak jaringan dan menyababkan iskemia distal,, sehingga torniquet hanya dipakai jika ada amputasi traumatic 2. Jika ada gg sirkulasi pasang iv line (sekalian ambil sampel darah u/ diperiksa lab rutin dan tes kehamilan). 3. Infus,,, RL / kristaloid lain 2-3 L ,,, jika tidak respon beri gol darah sesuai,,, kl dak ado ber gol O Rh – / gol O Rh + titer rendah a hangatkan dulu u/ mencegah hipotermia 4. Jangan beri vasopresor, steroid, bicarbonat natricus Tambahan : a) Monitor EKG b) Pasang kateter urin dan lambung c) Rontgen , dll.
  • 10. 10 Tidak ada perawatan yang dikenal untuk mempercepat penyembuhan luka memar paru;. Perawatan utama adalah mendukung upaya yang dilakukan untuk menemukan luka memar yang menyertai, untuk mencegah cedera tambahan, dan untuk memberikan perawatan suportif sambil menunggu luka memar pada tahap prosespenyembuhan. Pemantauan, termasuk melacak keseimbangan cairan, fungsi pernapasan, dan saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetry juga diperlukan untuk monitor kondisi pasien. Monitoring untuk komplikasi seperti sindrom gangguan pneumonia dan pernapasan akut yang sangat penting. Pengobatan bertujuan untuk mencegah kegagalan pernapasan dan untuk memastikan oksigenasi darah yang memadai. oksigen tambahan dapat diberikan dan mungkin dihangatkan dan dilembabkan. Ketika tidak merespon maka tindakan lainnya dalam perawatan harus dilakukan, seperti oksigenasi membran extracorporeal dapat digunakan, memompa darah dari tubuh ke mesin yang oxygenates dan menghilangkan karbon dioksida sebelum memompa kembali masuk. 5. Penatalaksanaan Utama: Patency Air way, Oksigenasi adekuat, kontrol nyeri 6. Perawatan utama: menemukan luka memar yang menyertai, mencegah cedera tambahan, dan memberikan perawatan suportif sambil menunggu luka memar paru sembuh. 7. Penatalaksanaan pada kontusio ringan a) Nebulisasi b) Postural drainase c) Fisio terapi dada d) Suctioning e) NyeriaAnastesi Spinal, Opioid f) Oksigenasi 24-36 Jam pertama g) Antibiotik 8. Penatalaksanaan pada kontusio sedang a) Intubasi b) Ventilator PEP c) Deuretik d) NGT e) Cek Kultur 9. Penatalaksanaan pada kontusio berat a) Penaganan Agresif Intubasi Endotracheal b) Ventilator c) Deureti d) Anti mikrobal e) Pembatasan cairan Ventilasi Ventilasi mekanis mungkin diperlukan jika memar paru menyebabkan oksigenasi yang tidak memadai. Ventilasi tekanan positif, di mana udara dipaksa masuk ke dalam paru- paru, diperlukan bila oksigenasi secara signifikan terganggu. Noninvasif ventilasi (NIV), continuous positive airway pressure (CPAP) dan (BiPAP), dapat digunakan untuk meningkatkan oksigenasi dan mengobati atelektasis. [38] Dengan NIV, udara ditiupkan ke dalam saluran udara pada tekanan ditentukan melalui masker dipasang erat menghadap kearah nasal. Dalam BiPAP perubahan tekanan antara menghirup dan menghembuskan napas, sedangkan pada CPAP tekanan adalah sama. Ventilasi noninvasif memiliki keunggulan dibandingkan metode invasif karena tidak membawa risiko infeksi karena intubasi, selain itu dapat menyebabkan kemungkinan batuk, menelan, dan berbicara Namun, teknik ini dapat menyebabkan komplikasi, mungkin udara masuk ke dalam perut atau Orang dengan tanda-tanda pernapasan tidak memadai atau oksigenasi mungkin perlu diintubasi dan ventilasi mekanik. Ventilasi mekanis bertujuan untuk mengurangi edema paru dan meningkatkan oksigenasi. Ventilasi dapat membuka kembali alveoli yang kolaps, tetapi berbahaya apabila tekanan yang berlebih tidak terkontrol atau ventilasi tekanan positif juga dapat merusak paru-paru dengan overinflating. Intubasi biasanya disediakan untuk ketika masalah pernafasan terjadi, tetapi kebanyakan kontusio paru signifikan memang membutuhkan intubasi, dan
  • 11. 11 hal itu dapat dilakukan pada awal mengantisipasi kebutuhan ini. Orang dengan memar paru yang terutama cenderung membutuhkan ventilasi termasuk orang-orang dengan penyakit paru-paru yang sebelum parah atau masalah ginjal, pada orang tua, pada kasus dengan penurunan tingkat kesadaran, mereka dengan oksigen darah yang rendah atau tingkat karbon dioksida yang tinggi, dan mereka yang akan dioperasi dan membutuhkan anestesi. Memar paru atau komplikasinya seperti sindrom gangguan pernapasan akut dapat menyebabkan paru-paru kehilangan keelastisan (kaku), sehingga tekanan yang lebih tinggi mungkin diperlukan untuk memberikan jumlah normal udara dan oksigenat darah secara dengan tekanan dapat memadai. Positif akhir ekspirasi (PEEP), yang memberikan udara pada tekanan yang diberikan pada akhir siklus ekspirasi, dapat mengurangi edema dan menjaga alveoli dari kolaps. PEEP dianggap perlu dengan ventilasi mekanis, namun jika tekanan terlalu besar itu dapat memperluas ukuran memar dan melukai paru-paru. [38] Ketika keelastisan paru-paru berkurang berbeda secara signifikan dari yang terluka, paru-paru dapat berventilasi secara independen dengan dua ventilator dalam rangka untuk memberikan udara pada tekanan yang berbeda, ini membantu menghindari cedera akibat overinflation sambil memberikan ventilasi yang memadai. Terapi cairan Administrasi terapi cairan pada individu dengan kontusio paru adalah kontroversial. Cairan yang berlebihan dalam sistem peredaran darah (hipervolemia) dapat memperburuk hipoksia karena dapat menyebabkan kebocoran cairan dari kapiler yang terluka (edema paru), yang lebih permeabel dari biasanya. Namun, pada volume darah yang rendah (hipovolemia) yang dihasilkan dari cairan yang tidak mencukupi memiliki dampak yang lebih buruk, berpotensi menyebabkan syok hipovolemik, karena orang-orang yang telah kehilangan sejumlah besar darah, cairan resusitasi sangat diperlukan. Banyak. bukti yang mendukung gagasan bahwa cairan harus dikurangi dari orang-orang dengan luka memar paru, berasal dari studi hewan, tidak uji klinis dengan manusia, penelitian pada manusia telah memiliki temuan yang bertentangan mengenai apakah resusitasi cairan memperburuk kondisi. Bagi orang yang memang membutuhkan sejumlah besar cairan intravena, kateter dapat ditempatkan dalam arteri pulmonalis untuk mengukur tekanan di dalamnya [6]. Mengukur tekanan arteri pulmonalis memungkinkan dokter untuk memberikan cairan yang cukup untuk mencegah shok tanpa memperburuk edema. Diuretik, obat-obatan yang meningkatkan urin untuk mengurangi cairan yang berlebihan dalam sistem, dapat digunakan ketika overload cairan tidak terjadi. Furosemid, diuretic yang digunakan dalam pengobatan luka memar paru, juga melemaskan otot polos dalam pembuluh darah paru paru, sehingga mengurangi resistensi vena paru-paru dan mengurangi tekanan di kapiler paru. Terapi Pendukung Mempertahankan sekresi di saluran udara dapat memperburuk hipoksia dan menyebabkan infeksi. Dengan demikian, merupakan bagian penting dari perawatan adalah toilet paru, penggunaan suction, bernapas dalam, batuk, dan metode lain untuk menghapus materi seperti lendir dan darah dari saluran udara. Terapi fisik dada, membuat penggunaan teknik seperti latihan pernapasan, stimulasi batuk, pengisapan, perkusi, gerakan, getaran, dan drainase untuk membersihkan sekresi paru-paru, meningkatkan oksigenasi, dan memperluas bagian yang kolaps bagian dari paru-paru Orang dengan memar paru, terutama mereka yang tidak merespon dengan baik untuk perawatan lainnya, dapat diposisikan dengan paru-paru terluka lebih rendah dari yang terluka untuk meningkatkan oksigenasi. Toilet paru yang tidak memadai dapat menyebabkan pneumonia. Orang yang terkena infeksi diberikan antibiotik. Belum ada studi menunjukkan manfaat dari penggunaan antibiotik sebagai tindakan pencegahan sebelum infeksi terjadi, meskipun beberapa dokter menganjurkan penggunaan antibiotik profilaksis bahkan tanpa bukti ilmiah manfaat nya. Namun, ini dapat menyebabkan perkembangan strain resisten antibiotik bakteri, sehingga pemberian antibiotik dengan kebutuhan yang jelas biasanya dianjurkan. Untuk orangorang yang berisiko sangat tinggi infeksi berkembang, dahak dapat dikultur untuk menguji keberadaan infeksi-bakteri penyebab. Mengontrol rasa sakit adalah cara lain untuk memfasilitasi pengurangan sekresi. Sebuah cedera dinding dada bisa
  • 12. 12 membuat batuk menyakitkan, meningkatkan kemungkinan bahwa sekresi akan menumpuk di saluran udara . Luka dada juga berkontribusi terhadap hipoventilasi (pernapasan tidak memadai) karena gerakan dinding dada yang terlibat dalam pernapasan memadai menyakitkan. Keterbatasan ekspansi dada dapat menyebabkan atelektasis, lebih lanjut mengurangi oksigenasi dari darah Analgesik (obat nyeri) dapat diberikan untuk mengurangi rasa sakit. Injeksi anestesi ke saraf di dinding dada, yang disebut blokade saraf, pendekatan lain untuk manajemen nyeri, ini tidak menekan pusat respirasi.
  • 13. 13 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Aktivitas / istirahat Gejala : dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 2. Sirkulasi Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ. 3. Integritas ego Tanda : ketakutan atau gelisah. 4. Makanan dan cairan Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan. 5. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen. Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah. 6. Pernapasan Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM. Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif. 7. Keamanan Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan. 8. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada. 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan keseimbangan ventilasi – perfusi. 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2. 5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret. 6. Ancietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 7. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral. 8. Risiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder. 9. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 10. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh 11. Deficit pengetahuan 12. Defisit self care C. Rencana keperawatan N o DX. KEPERAWAT AN TUJUAN & KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam pasien dapat: 1. Mengenal factor – 1. Observasi reaksi non verbal dan ketidaknya manan. 2. Gunakan tehnik 1. Data pengkajian awal menentukan respon, keberhasilan, dan ketepatan
  • 14. 14 factor penyebab. 2. Mengenal onset nyeri. 3. Tindakan pertolongan non– analgetik. 4. Menggunaka n analgetik. 5. Melaporkan gejala kepada tim kesehatan. 6. Nyeri terkontrol. Menunjukka n tingkat nyeri dengan indicator:  Melaporkan nyeri.  Frekuensi nyeri  Lamanya episode nyeri.  Ekspresi nyeri : wajah.  Posisi melindungi tubuh.  Kegelisahan.  Perubahan respirasi rate.  Perubahan TD.  Perubahan ukuran pupil  Respirasi.  Kehilangan nafsu makan. 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif. komunikas i terapeutik untuk mengetahu i pengalama n nyeri pasien. 3. Kaji kultur yang mempenga ruhi respon nyeri. 4. Evaluasi pengalama n nyeri masa lampau. 5. Bantu pasien dan keluarga mencari dan menemuka n dukungan. 6. Kontrol lingkunga n yang dapat mempenga ruhi nyeri. 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri. 8. Pilih dan lakukan penangana n nyeri. 9. Kolaborasi pemberian analgetik. tidakkan berikutnya.Re spon nyeri dapat terlihat dari respon non verbal pasien. 2. Komunikasi terapeutik menentukan kerjasama dalam pemberian asuhan keperawatan . 3. Support system dari lingkungan dapat mempengaruhi respon nyeri pasien. 4. Pengalaman nyeri masa lampau mempengaruhi repon nyeri saat ini 5. Meningkatkan n mekanisme koping 6. Meningkatkan kenyamanan pasien, mengurangi nyeri. 7. Meningkatkan kenyamanan. 8. Mengurangi nyeri secara farmakologis. 9. Analgetik digunakan untuk 1. mengurangi nyeri 2 Pola nafas perubahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam pasien dapat: 1. Menunjukka n pola nafas yang efektif 1. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi 1. Menentukan pilihan intervensi yang tepat. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan
  • 15. 15 diibuktikan dengan status pernafasan yang tidak berbahaya; ventilasi dan tanda vital. 2. Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan berada dalam batas normal, pada pemeriksaan rontgen thorax terlihat adanya pengembang an dan paru, bunyi nafas terdengar jelas. 1. Identifikasi penyebab perubahana pola nafas. 2. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, dan laporkan setiap perubahan yang terjadi. duduk. 2. Observasi tanda vitas (nadi dan RR). 3. Lakukan auskultasi suara nafas setiap 2-4 jam. 4. Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif. kedalaman pernafasan, dapat diketahui sejauh mana perubahan kondisi pasien. Penurunan diafragma memperluas daerah dadasehingga ekspansi paru bisa maksimal. 2. Peningkatan RR dan takhikardimer upakan indikasi dari adanya penurunan fungsi paru. 3. Menentukan kelainan suara paru. 4. Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot – otot dada atau abdomen membuat batuk lebih 1. efektif. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam ventilasi tidak bermasalah dengan kriteria: 1. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal. 2. Tidak menggunaka n pernafasan mulut 3. Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea 1. Kaji keefektifa n jalan nafas. 2. Pantau gas darah. 3. Pantau status mental pasien. 1. Peningkatan pembentukan mucus sejalan dengan penurunan aksi mukosiliaris menunjang penurunan lebih lanjut aliran udara serta penurunan pertukaran gas, yang diperburuk oleh kehilangan daya elastisitas
  • 16. 16 4. Status neurologis dalam rentang yang diharapkan 5. Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada. paru. 2. PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat menunjukkan kemunduran tingkat respirasi. 3. Supali O2 yang tidak adekuat dapat mempengaruhi tingkat kesadaran. Sebagai bentuk tindakan pengelolaan jalan nafa
  • 17. 17 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kontusio paru didefinisikan sebagai cedera fokal dengan edema, perdarahan alveolar dan interstisial. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan. Kegagalan pernafasan mungkin lambat dan berkembang dari waktu daripada yang terjadi seketika. Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi pada cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA 1. Rendeki S,Molnar TF. Pulmonary Contusion. J Thorac Dis. 2019;11(Suppl 2):S141-51. 2. Wang S, Ruan Z,Zhang J.A modified rat model of isolated bilateral pulmonary 3. Contusio ExpTher Med 2012;4:425-9.