Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan elektronik rokok nikotin (ECS) selama 54 minggu dapat memicu terjadinya adenokarsinoma paru pada 9 dari 40 tikus (22,5%), dan hiperplasia epitel kandung kemih. Tidak ada tumor paru atau kandung kemih pada tikus kontrol. Hasil ini mendukung bahwa metabolit nikotin ECS dapat menyebabkan kerusakan DNA dan kanker.

1. Jurnal Review
Penelitian Eksperimen
Hetti Rusmini

3. Indetitas Jurnal
• Judul : Electronic-cigarette smoke induces lung adenocarcinoma and bladder
urothelial hyperplasia in mice
• Penulis: Moon-shong Tanga, Xue-Ru Wuc,d, Hyun-Wook Leea , Yong Xiad ,
Fang-Ming Dengc , Andre L. Moreirac , Lung-Chi Chena, William C. Huangd ,
and Herbert Lepord
• Afiliasi:
– Department of Environmental Medicine, New York University School of Medicine, New York, NY
10010;
– Department of Medicine, New York University
– School of Medicine, New York, NY 10010;
– Department of Pathology, New York University School of Medicine, New York, NY 10010; and
– Department of Urology, New York University School of Medicine, New York, NY 10010

4. Latar belakang
• Electronic-cigarettes (E-cigs) sebuah alat yang di desain untuk memberikan nikotin dalam
aerosol melalui pemanasan terkontrol dari larutan organik yang mengandung nikotin.
• PH di Inggris mengklaim E-cigs 95% lebih aman dari rokok konvensional.
• Penggunaan E-cigs semakin meningkat terutama kalangan muda.
• Data prevalensi menunjukkan pengguna e-cigs adalah 3.2% dewasa, 3.6 juta siswa SMP dan
SMA.
• Studi sebelumnya menunjukkan bahwa ECS menginduksi DNA mutagenik (siklik 1,N2-γ-
hidroksi-propano-deoxyguanosine [γ-OH-PdG] dan O6-methyldG) di paru, jantung, dan
mukosa kandung kemih dan menghambat perbaikan DNA di paru tikus.
• Nikotin dan nitrosamin keton (NNK) dapat menginduksi DNA yang sama, mengganggu fungsi
perbaikan DNA, dan meningkatkan kerentanan transformasi mutasi sel dan tumorigenik pada
paru dan sel epitel kandung kemih manusia.

5. Tujuan
• Masalah: Bagaimanakah pengaruh ECS terhadap adenokarsinoma paru dan
hiperplasia epitel kandung kemih pada tikus.
• Tujuan Umum: mengetahuai pengaruh ECS terhadap adenokarsinoma paru
dan hiperplasia epitel kandung kemih pada tikus.
• Tujuan Khusus:
– Mengetahui pengaruh ECS terhadap adenokarsinoma paru tikus.
– Mengetahui pengaruh ECS terhadap hiperplasia epitel kandung kemih pada tikus.

6. Metode
• Design : eksperimen
• Tempat : The Jackson aboratory
• Waktu ?
• Sampel : 85 tikus FVB/N jantan (usia 6 - 8 minggu, bb?)
• Variabel bebas: adenokarsinoma paru dan hyperplasia epitel kandung
kemih
• Variabel terikat : ECS

7. ECS Exposure
• Jumlah sampel 85 tikus FVB/N jantan (usia 6 - 8 minggu). Secara acak
dibagi dalam 3 grup:
– The first group (n = 45) dipapar ECS melalui e-juice (nicotine [36 mg/mL] dilarutkan
ke dalam pelarut [Veh; isopolypropylene glycol dan vegetable glycerin dengan rasio
1:1]). Di pertahankan pada konsentrasi ruangan 130 mg/m3 dan konsentrasi aerosol
nicotine 0.196 mg/m3.
– The second group (n = 20) dipapar Veh. Aerosols dihasilakan menggunakan 3-port
E-cig aerosol generator (e∼Aerosols) pada tegangan (1.9 A, 4.0 V) seperti tegangan
commercial E-cigs. Tikus dipapar selama 4 jam/hari dan 5 hari/mg selama 54 mg.
– The third group (n = 20) ditempatkan di kandang dalam ruangan dipapar udara yang
disaring (FA).

8. • Selama 54 minggu:
– 3 ECS mice mati dan 2 ECS mice dibunuh karena tidak aktif. Tidak terdapat tumor
paru pada ke-5 tikus, 1 memliki polip usus.
– 1 Veh-exposed mice mati, dan 1 dibunuh karena kaki lumpuh.
– 2 FA-exposed mice mati. Tidak ada tumor paru pada ke-2 kelompok tikus.
• Pada akhir minggu ke-54  40 ECS-exposed, 18 Veh-exposed, and 18 FA-
exposed mice hidup.
• Rerata BB ketiga kelompok sama (FA group, 34.4 ± 5.84 g; Veh group, 34.0
± 2.78 g; and ECS group, 35.1 ± 2.99 g; ECS vs. FA, P = 0.67; ECS vs. Veh,
P = 0.1998)  semua tikus tampak sehat.
• Semua tikus dibunuh untuk dilakukan observasi.

9. Histopathology
• Semua tikus dibunuh di New York University Institutional Animal Care dan
telah lolos etik oleh Use Committee protocols IA17-00048 and 170313-01.
• Paru, jantung, hati, ginjal, usus, otak, pankreas, limpa, dan kandung kemih
diambil untuk menilai tumor  sebelumnya di fiksasi dan disimpan dalam
10% formalin solution.
• Slide paru dan kandung kemih diwarnai dengan hematoxylin and eosin (H &
E) di Histology Core, New York University Langone Medical Center.
• Pada pewarnaan slide kandung kemih diwarnai dg antibodies proliferasi
marker MCM-2 & PCNA dan marker sel basal KRT5 di the New York
University Urology Histology Core.
• Semua slide dinilai oleh 3 spesialis PA.

10. Statistical Analysis
• Software GraphPad Prism 7.0
• One-way ANOVA dilanjutkan (LSD) post hoc untuk analisis efek
ECS terhadap adenocarcinoma paru dan hiperplasia epitel kandung
kemih di 3 grup penelitian.

11. Hasil penelitian
• Hasilnya menunjukkan
bahwa 9 dari 40 (22,5%)
tikus yang terpapar ECS
mengembangkan tumor
paru-paru.

12. Hasilnya menunjukkan :
• 9 tikus pembawa tumor paru-
paru, 8 memiliki
adenokarsinoma paru-paru
tunggal dan 1 membentuk
beberapa adenokarsinoma
paru-paru ipsilateral.
• Tak satu pun dari tikus yang
terkena Veh mengembangkan
tumor paru-paru.
• Hanya 1 dari 18 (5,6%) tikus
yang terpapar FA memiliki 1
adenokarsinoma yang
terbentuk di paru-paru.

13. Hasilnya menunjukkan bahwa:
• Signifikan insiden adenokarsinoma paru-paru
yang lebih tinggi di ECS vs Veh (P = 0,0454),
vs kombinasi Veh dan FA (P = 0,0154), dan
vs Veh- dan FA (P = 0,0352)

14. • Tidak tampak gambaran
tumor pada kandung kemih
tikus di semua keompok.
• Tampak gambaran hiperplasia
epitel kandung kemih pada
kelompok ECS.
• Lesi yang tampak adalah
hiperplasia simpel dan
noduler, ditandai dengan
peningkatan signifikan layer
urotelial (5-8 layar vs 3 layer
kelompok kontrol), perluasan
sel urothelial basal Krt5-positif,
dan ketinggian yang berbeda
dari penanda proliferasi sel
MCM-2 dan PCNA.

15. Discussion
• Hasil penelitian menunjukkan E-cig nicotine memicu terjadinya
adenokarsinoma paru tikus
• Hasil ini mendukung peneltian bahwa γ-OHPdG and O6 -methyl-dG,
kerusakan DNA yang dipicu metabolit produk nicotine nitrosation
merupakan penyebab terbesar kanker paru dan kandung kemih pada
tikus (lee et al, 2015; lee et all 2018).
• Bertolak belakang dengan waldum et al 1996 yang menunjukkan
aliran nikotin melalui uap tidak menyebabkan kanker paru.
• Ukuran kecil aerosol E-cig memungkinkan nikotin ECS di dalamnya
menembus jauh ke dalam jaringan paru-paru, menginduksi
kerusakan DNA pada sel bronkioloalveolar.

16. • Penelitian ini menunjukkan ECS yang diinduksi γ-OH-PdG dan
O6-methyldG pada mukosa kandung kemih hanya ¼ dan 1/5
dari jumlah yang ditemukan di jaringan paru-paru.
• Hasil ini meningkatkan kemungkinan bahwa paparan yang
lebih lama dan / atau dosis ECS yang lebih tinggi diperlukan
agar mukosa kandung kemih menunjukkan peningkatan
mutasi yang diinduksi γ-OH-PdG dan O6-methyldG dapat
memicu tumorigenesis kandung kemih dibandingkan dengan
karsinogenesis paru-paru.

17. Kesimpulan
• Terdapat pengaruh Paparan ECS terhadap
adenokarsiona paru dan hiperplasi epitel kandung kemih.

18. Daftar pustaka
• Kepustakaan yang digunakan : 24 buah (1988 – 2018)

19. TERIMA KASIH