9. Melakukan Tindakan K3 Terhadap Bahaya dalam Pengolahan Air Limbah.pdf
1. 1
Ahmad Mubarok, S.T.
Ahmad Habibi, S.T.
Tjatur Prasetijono, S.T.
Process Engineer STP/WWTP
MELAKUKAN TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP
BAHAYA DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH
WASTE WATER TREATMENT (WWT)
Operasional Instalasi Pengolahan Air Limbah
Member oF
Unit Kompetensi E.370000.013.01
2. TINDAKAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Mengidentifikasi bahaya dan resiko kecelakaan kerja saat mengolah air limbah
a. Alat pelindung diri (APD) dipergunakan sesuai prosedur
b. Bahaya saat mengolah air limbah diidentifikasi sesuai prosedur bahaya
c. Resiko kecelakaan kerja saat mengolah air limbah diidentifikasi sesuai
potensi
2. Melakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi bahaya dan resiko
kecelakaan kerja saat mengolah air limbah
a. Lokasi berbahaya di area IPAL yang harus diberi pengaman diperiksa sesuai
hasil identifikasi bahaya dan pengendalian resiko
b. Harus diberi Rambu rambu Bahaya
b. Bahan atau barang yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja di
area IPAL disimpan sesuai prosedur
c. Personil yang bertugas dalam pengolahan air limbah diperiksa sesuai
prosedur K3
3. 3. Mempersiapkan tanggap darurat dalam pengolahan air limbah
a. Peralatan tanggap darurat dalam pengolahan air limbah
diidentifikasi sesuai hasil identifikasi bahaya dan pengendalian
resiko
b. Peralatan tanggap darurat dalam pengolahan air limbah
digunakan sesuai prosedur Tanggap darurat di area IPAL
dilaksanakan sesuai prosedur
4. Melaporkan hasil tindakan K3 dalam pengolahan air limbah
a. Hasil pelaksanaan tindakan K3 dalam pengolahan air limbah
disusun sesuai prosedur
b. Laporan hasil pelaksanaan tindakan K3 dalam pengolahan air
limbah dikomunikasikan sesuai prosedur
5. KONDISI MAJOR
1
Listrik Mati
Kendala listrik mati secara total dapat terjadi, karena sumber listrik berasal
dari luar (PLN) sehingga listrik tergantung dari PLN.
Ada beberapa hal yang akan terjadi:
1. Banjir Limbah di Area Produksi
2. Equalisasi Meluap
3. Proses kimia-fisika dan biologi tidak berjalan
4. Jika lebih dari 4 jam, banyak bakteri mati, Aerasi berwarna hitam dan
resiko bau
6. KONDISI MAJOR
1
Untuk mengantisipasi hal tersebut harusnya disediakan:
Antisipasi di bagian produksi,
jika sudah ada informasi akan pemadaman listrik, Perlu pengurangan produksi untuk
mencegah air limbah tidak tertampung saat listrik padam
Genzet
Genzet dapat mensuplay listrik ke WWTP, minimal proses biologi aerob tetap dapat
beroperasi.
Comppressor
Tampungan udara kompressore yang dapat digunakan udaranya , minimal dapat
memberikan sedikeit gelembung udara di proses biologi aerob.
Tangki Penampung Limbah
Menyediakan tangki-tangki penampung sementara
Pompa Air Diesel
Menyediakan pompa air yang berbahan bakar diesel atau bensin untuk menyedot air
limbah ke dalam bak penampung.
7. KONDISI MAJOR
1
Equipment Utama Rusak
Kendala equipment utama rusak seringkali terjadi, sehingga diperlukan beberapa
langkah antisipasi:
• Penyediaan pompa cadangan
• Penyediaan Aerator/MTO cadangan ( 1 duty 1 standby)
• Penyediaan sparepart
Untuk mengatasi equipment yang rusak dapat dilakukan dengan:
• Penggantian dengan pompa cadangan
• Perbaikan pompa secepatnya
• Saturation Pump dapat digantikan sementara dengan compressor
• Aerator mati sementara digantikan dengan kompressor
8. KONDISI MAJOR
1
Proses Biologi Rusak (Bakteri mati)
Akibat keracunan
Bakteri mati akibat keracunan dapat terjadi, diantaranya akibat salah pemberian
nutrisi phospat, dimana phospat yang dipakai TSP (Trisodium Phospate), seharusnya
Triple Super Phospat, atau pemberian NaOh berlebih sehingga pH aerasi> 10
Beberapa hal yang dapat dilakukan:
Jika diakibatkan TSP, pemberian dihentikan, tambahkan air bersih sebanyak banyaknya
untuk mempercepat racun keluar. Pastikan tidak muncul busa lagi
Jika akibat berlebih NaOH, dapat dilakukan penambahan Asam Sufat untuk
menurunkan pH ke pH netral.
Akibat listrik mati
Sudah dijelaskan di point sebelumnya
Akibat Aerator Mati
Jika Aerator utama mati, segera operasikan aerator cadangan (Spare), jika aerator
spare tidak ada atau rusak maka diusahakan ditambah udara dari kompressor dan air
disemburkan ke udara dengan pompa.
9. KONDISI MAJOR
1
Proses Biologi Rusak (Bakteri mati)
Akibat keracunan
Bakteri mati akibat keracunan dapat terjadi, diantaranya akibat salah pemberian
nutrisi phospat, dimana phospat yang dipakai TSP (Trisodium Phospate), seharusnya
Triple Super Phospat, atau pemberian NaOh berlebih sehingga pH aerasi> 10
Beberapa hal yang dapat dilakukan:
Jika diakibatkan TSP, pemberian dihentikan, tambahkan air bersih sebanyak banyaknya
untuk mempercepat racun keluar. Pastikan tidak muncul busa lagi
Jika akibat berlebih NaOH, dapat dilakukan penambahan Asam Sufat untuk
menurunkan pH ke pH netral.
Akibat listrik mati
Sudah dijelaskan di point sebelumnya
Akibat Aerator Mati
Jika Aerator utama mati, segera operasikan aerator cadangan (Spare), jika aerator
spare tidak ada atau rusak maka diusahakan ditambah udara dari kompressor dan air
disemburkan ke udara dengan pompa.
10. KONDISI MAJOR
1
Hasil Effluent tidak masuk Baku Mutu
Jika Effluent tidak masuk baku mutu maka yang harus dilakukan adalah:
• Melakukan Re-proses, Air effluent air limbah dikembalikan ke Bak Aerasi untuk
diproses ulang. Operasikan pompa filter, namun pipa effluentnya dialirkan ke Bak
Aerasi
• Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
• Menghentikan produksi sumber limbah
11. KONDISI MAJOR
1
Kejadian Mayor (Gempa Bumi)
Jika terjadi gempa Bumi yang mengakibatkan :
Listrik Mati
• Biasanya jika ada bencana alam gempa yang besar, jaringan listrik akan
dimatikan dari pihak PLN, untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan langkah
langkah penangannya seperti Point 4.1. Listrik Mati
Bangunan dan Equipment mengalami kerusakan
• Pada saat gempa yang besar dapat mengakibatkan bangunan air dan
equipment mengalami kerusakan/keretakan maka perlu segera dilakukan
penambalan/perbaikan. Jika tidak daat dilakukan perbaikan secara cepat atau
perlu pengurasan maka:
• Penutupan saluran drainase dan air limbah agar tidak ada air limbah yang
keluar dari lingkungan pabrik
• Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
• Menghentikan produksi sumber limbah
12. KONDISI MAJOR
1
Kejadian Kebakaran Pabrik
Jika terjadi kebakaran Pabrik yang mengakibatkan :
Listrik Mati
Bangunan dan Equipment mengalami kerusakan akibat kebakaran
Pada saat kebakaran yang besar dapat mengakibatkan bangunan air dan
equipment mengalami kerusakan/keretakan maka perlu segera dilakukan
perbaikan. Jika tidak dapat dilakukan perbaikan secara cepat atau perlu
pengurasan maka:
Penutupan saluran drainase dan air limbah agar tidak ada air limbah yang
keluar dari lingkungan pabrik
Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
Menghentikan produksi sumber limbah
13. KONDISI MAJOR
1
Kejadian Kebakaran Pabrik (lanjutan)
Air Sisa penyemprotan Kebakaran
Air yang digunakan untuk menyemprot area kebakaran tentunya akan terkontaminasi
oleh material/bahan setengah jadi/produk yang larut dalam air, sehingga perlu
pengolaan agar tidak mencemari lingkungan, maka langkah yang harus dilakukan
adalah:
• Penutupan saluran drainase dan air limbah agar tidak ada air limbah yang keluar
dari lingkungan pabrik
• Mengendalikan air sisa semprotan dialirkan ke area atau bak tertentu., kemudian
diolah di Unit IPAL.
• Menyerahkan air limbah ke pihak ke-3 yang berijin
14. JENIS KONDISI DARURAT
1
• Tindak tanggap darurat pencemaran air adalah langkah-
langkah yang perlu segera diambil untuk meminimalkan
dampak buruk dari air tercemar.
• Contoh:
• Luapan
• Listrik Mati
• Kebocoran Pipa
15. JENIS KONDISI DARURAT
1
Prosedur umum dari tindakan tanggap darurat pada kasus pencemaran air dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tahap (lihat gambar), yaitu (1) pemeriksaan situasi,
(2) pengendalian sumber, (3) pengendalian sebaran.
16. JENIS KONDISI DARURAT
1
Pemeriksaan situasi lapangan merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan dengan
sesingkat-singkatnya, khususnya untuk mendapatkan informasi mengenai:
• Lokasi atau sumber pencemar, sifat pencemaran (mendadak atau bertahap),
kandungan pencemar (B3 atau non-B3), dan deskripsi kejadiannya,
• Jenis dan besaran wilayah dan komponen lingkungan yang terpapar.
Hasil dari pemeriksaan situasi lapangan
nantinya akan menentukan langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan, termasuk
(a) perlu-tidaknya dilakukan evakuasi pihak-
pihak yang kemungkinan akan terpapar
dampak pencemaran, dan
(b) siapa saja pihak-pihak berkepentingan
yang perlu dikomunikasikan, baik itu
pekerja, penduduk, pihak berwenang,
maupun pihak lainnya.
17. JENIS KONDISI DARURAT
1
Prosedur tindak tanggap darurat harus dituliskan dalam suatu dokumen
Rencana Tanggap Darurat (emergency response plan) yang isinya antara lain:
• daftar sumber bahaya, tingkat
resikonya, komponen Lingkungan
(dan masyarakat) yang berpotensi
terpapar dampak,
• struktur organisasi penyelenggara
tindak tanggap darurat; termasuk
posisi, kewenangan, dan
tanggungjawab seorang MPPA
• rencana komunikasi, internal dan
external
• rencana tindakan; lingkup
(coverage), prosedur baku, alat dan
bahan yang dibutuhkan,
• daftar pihak pemerintah setempat,
pihak berwenang : wakil kel masy,
RS terdekat, penyedia jasa
pengendalian pencemaran, dan
pihak lainnya
• informasi mengenai kondisi badan
air setempat
Rencana Tanggap Darurat:
18. JENIS KONDISI DARURAT
1
Usaha pencegahan (preventif) perlu dilakukan guna mencegah terjadinya kondisi
darurat pencemaran air. Perlu diingat pencegahan selalu lebih baik dari
penanggulangan.
Langkah awal dalam melakukan pencegahan terjadinya kondisi darurat pencemaran
air adalah dengan melakukan analisa terhadap :
(a) berbagai sumber pencemaran yang ada di dalam industri dan
(b) kondisi lingkungan di sekitar industri.
Pencegahan Tindakan:
19. PENGENDALIAN SUMBER
2
Pengendalian sumber
pencemaran bertujuan untuk
menghentikan atau membatasi
pelepasan pencemar di
sumbernya. Dengan demikian,
pelepasan dan aliran pencemar
ke badan air dapat dihentikan,
dikurangi, atau disolasi di sekitar
sumbernya saja.
Pengendalian sumber pencemar dapat dilakukan antara lain dengan:
• menutup titik pelepasan pencemar,
• mengurangi aliran pencemar,
• mengisolasi pencemar.
20. PENGENDALIAN SUMBER
2
• Menutup titik pelepasan pencemar
• Penambalan sementara tangki atau pipa yang bocor
• Penutupan saluran efluen IPAL
• Pemindahan kendaraan pengangkut yang tumpah muatannya
• Menghentikan kegiatan produksi yang melepaskan pencemaran
• Mengurangi aliran pencemar
• Pengaturan valve untuk mengurangi aliran
• Pemindahan arah aliran ke bak penampungan sementara
• Membersihkan tumpahan bahan kimia dengan bahan penyerap khusus
• Mengisolasi pencemar
• Pembuatan tanggul sementara di daerah tumpahan bahan kimia
• Pembendungan di lokasi saluran air hujan, sebelum masuk ke sungai
atau badan air lainnya
• Isolasi harus dilakukan untuk rentang waktu yang singkat, untuk
menghindari pencemaran tanah dan air tanah
21. KOMUNIKASI
3
• Komunikasi pihak berkepentingan merupakan bagian penting dari tindak tanggap
darurat, khususnya saat pencemaran sudah pasti akan menimbulkan ancaman bagi
keselamatan masyarakat dan komponen lingkungan lainnya.
• Pihak yang mutlak dikomunikasikan di saat terjadi kasus pencemaran adalah:
• pihak atasan
• Pihak Security
• Pihak Manajemen
• . • Komunikasi tanggap darurat merupakan hal yang
penting karena:
• mencegah jatuhnya lebih banyak korban dan
kerusakan lingkungan,
• Mendapat bantuan tenaga
• mendapatkan dukungan kerjasama aktif dari
pihak-pihak berkepentingan dalam upaya
pengendalian pencemaran selanjutnya,
22. KOMUNIKASI
3
Penyampaian informasi:
• Informasi yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak berkepentingan
khususnya adalah:
• deskripsi pencemaran (lokasi sumber, jenis pencemar, sifat
pencemaran, waktu kejadian, dan sebagainya)
• potensi dampak (jenis dampak, wilayah paparan dampak, dan tingkat
resikonya),
• anjuran ke penduduk sekitar guna menghindari paparan dampak,
• perlu-tidaknya dilakukan evakuasi,
• upaya industri untuk
mengatasi masalah
pencemaran,
• bentuk tanggungjawab pihak
industri,
• petugas hubungan
masyarakat dari pihak
industri yang dapat
dihubungi untuk penjelasan
lebih lanjut.
23. KOMUNIKASI
3
Penyampaian informasi:
• Komunikasi dapat dilakukan secara:
• langsung; melalui kegiatan tatap muka dengan wakil-wakil pihak
berkepentingan,
• tidak langsung; misalnya dengan menggunakan selebaran (flyers),
poster atau papan pengumuman, dan pengumuman radio.
24. KOMUNIKASI
3
Komunikasi sebelum pencemaran:
• Informasi yang perlu disampaikan industri kepada pihak-pihak berkepentingan
di saat normal (tidak ada pencemaran) antara lain adalah:
• upaya industri untuk mencegah berbagai potensi bahaya yang
ditimbulkan dari kegiatan industri,
• rencana tindak tanggap darurat di saat terjadi pencemaran.
• Komunikasi yang baik dan terbuka akan mencegah terjadinya
kesalahpahaman antara industri tersebut dengan pihak-pihak berkepentingan
lainnya. Sebagai contoh, penduduk di sekitar suatu industri akan tahu
pencemaran jenis apa yang tidak mungkin disebabkan oleh industri tersebut.
• Beberapa industri melibatkan wakil-wakil pihak berkepentingan dalam
penyusunan Rencana Tanggap Darurat (RTD atau emergency response plan).
Informasi dari berbagai pihak berkepentingan akan meningkatkan kualitas
suatu RTD.
Ingat:
Menyampaikan informasi ke
masyarakat tidak mudah
butuh keahlian tertentu
25. SELESAI
PAKAR IPAL EDUCENTER
JL. PONDOK JAYA NO.1 BINTARO – TANGERANG SELATAN
www.pakaripal.com
Sharing & Discussion
WA – 0821-1304-4927
Email – ahmadhabibi.pii@gmail.com
WA – 082211266486
Email – ahmadmubarok.pii@gmail.com
WA – 0812-1040-8955
Email – tjaturpras.pii@gmail.com