3. 124 22 NOVEMBER 2015
ORANG Mandar dikenal sebagai pelaut ulung. Perahu sandeq
simbolnya. Zaman mengubah banyak hal, kecuali identitas
mereka sebagai orang laut.
TEKS: GADI MAKITAN
FOTO: DHEMAS REVIYANTO ATMODJO
Perahu di
Teluk Mandar.
4. 12522 NOVEMBER 2015
DENGAN mata terpejam, Muhammad Ishaq du-
duk di atas kursi kayu. Dia memangku gitar. Petik-
an yang berirama rebana mengalir dalam tangga
nada minor. Desik nyiur Pantai Pamboang, Sulawe-
si Barat, menyelinap di sela-sela nada yang ia main-
kan. Ombak bergulung-gulung dan pecah di pantai.
Rambut ikalnya yang dibiarkan gondrong beberapa
kali tersibak angin. Malam itu, pertengahan Okto-
ber lalu, saya dan fotografer Dhemas Reviyanto du-
duk membelakangi laut, berhadapan-hadapan de-
ngan Ishaq.
Setelah 20 birama berlalu, Ishaq mulai bernyanyi
dalam bahasa Mandar. Suaranya sengau, mirip pe-
lantun azan. Saya tidak mengerti apa yang dia sam-
paikan. Tapi alunan nada dari dawai gitar, yang me-
nyatu dengan debur ombak dan suara daun yang
beradu, cukup bagi saya.
Sepuluh teman Ishaq yang paham bahasa Mandar
lebih beruntung. Mereka bisa menikmati keindahan
lirik berpola kalindaqda—pantun Mandar. Sementa-
raIshaqterusbernyanyi,MuhammadRifai,yangdu-
duk di samping saya, mencoba menerjemahkan be-
berapa baris. ”Jika rindu itu mulai terasa, hempas-
kanlah pada ombak, hingga terbawa sampai kepa-
da dia yang dirindukan,” kata pria yang akrab disa-
pa Pai itu.
Apa yang diceritakan Ishaq dalam lirik-liriknya
adalah kisah orang-orang yang ada di hadapannya.
Pai menjelaskan, di sinilah letak keasyikan mende-
ngarkan Sayang-Sayang, lagu khas pesisir Mandar.
Orang tak hanya menikmati permainan kata, tapi
juga menunggu giliran disindir. Itu artinya sang pe-
nyanyi tidak menghafalkan lirik, tapi menggubah
syair berpantun.
Malam itu Ishaq memainkan beberapa lagu de-
ngan irama berbeda-beda. Lagu keempat dilan-
tunkan, Pai sadar. ”Wah, jangan-jangan sekarang
dia ngomongin saya,” ujarnya. ”Dia menyinggung-
nyinggung orang botak berbaju hitam.” Saya hanya
mengangguk dan tersenyum.
L
AGU Sayang-Sayang yang syairnya ba-
nyak terinspirasi oleh laut adalah alat
hiburan untuk orang Mandar yang ke-
hidupan mereka ditempa oleh ganas-
nya laut. Nyali besar lekat dengan kehi-
dupan orang Mandar. Sebab, sebagai-
mana ditulis etnolog Prancis, Christian Pelras, da-
lam bukunya, The Bugis, orang Mandar adalah pela-
ut ulung.
Muhammad Ridwan Alimuddin, pemerhati buda-
ya Mandar, menuliskan keulungan pelaut Mandar
melayarkan sandeq—perahu khas Mandar—dalam
bukunya, OrangMandarOrangLaut.
Melayarkan sandeq, tulis Ridwan, adalah pun-
cak kemahiran pelaut Mandar. Sebab, untuk mela-
kukannya, dibutuhkan pengetahuan, ketangkasan,
dan keberanian lebih banyak daripada melayarkan
perahubermesin.Diaharusmahirmembacagelagat
arah angin dan ombak untuk mengatur sudut layar.
Belum lagi, Ridwan melanjutkan, dibutuhkan tena-
ga yang besar untuk menarik, menahan, dan meng-
ikat tali layar.
Bukan hanya ketangkasan, pelayaran sandeq juga
melibatkan ritual tertentu agar pelayaran mereka
selamat dan diberkahi rezeki, dari merawat pera-
hu beberapa hari sebelum berangkat, upacara kuli-
wa untuk tolak bala, hingga pemberian jiwa kepada
perahu.
Dalamupacara,sandeqditurunkankelaut,laludi-
putartigakalisearahjarumjam.Upacaraitumelam-
bangkan perahu berpamitan dengan daratan, atau
disebut dengan pasitai indo amanna—perahu diper-
temukan dengan ibu-bapaknya. Saat itu nakhoda
melumuri bagian depan lambung dengan pasir pan-
tai,sambilmembayangkanperahuberbisikpadapa-
sir pantai, ”Saya akan kembali.”
Kami menemui Amiruddin, seorang passandeq—
sebutan bagi orang yang melayarkan sandeq—Sabtu
sore, sebelum menikmati petikan gitar Ishaq. Ami-
ruddin melaut sejak berumur 9 tahun. Selama 10 ta-
hun terakhir, pria 30 tahun ini rutin mengikuti lom-
basandeq.LombayangsetiapAgustusdigelariniun-
tuk melestarikan sandeq, yang sudah sangat jarang
digunakan untuk mencari ikan.
Amiruddin bukan punggawa lopi—nakhoda yang
merangkap sebagai juru mudi. Dia hanya sawi, awak
perahu. Tapi dia punya tugas berat menjaga agar pe-
rahu tetap bisa melaju memecah ombak dan tidak
terbalik karena angin.
Majene
DAnjungan
tunai mandiri
yang banyak
ditemui di
Majene adalah
ATM Bank BRI
dan Bank BNI.
Tidak ada ATM
BCA. Tapi ada
ATM BRI yang
berlogo ATM
Bersama.
Secara umum,
sinyal seluler
dan Internet di
Majene cukup
bagus, walau
ada beberapa
tempat di mana
sinyal bisa
hilang.
5. SandeqdalambahasaMandarberartiruncing.Me-
nurut Ridwan, sebutan sandeq merujuk pada ben-
tuk haluan perahu yang tajam dan layar yang me-
runcing. Layar perahu bercadik ganda ini berben-
tuk segitiga. Dengan bentuk yang ramping dan me-
manjang,sandeqberukuranbesaryangdipakailom-
ba panjangnya bisa mencapai 11 meter dengan lebar
lambung sekitar 60 sentimeter. Tinggi tiang layar
biasanya lebih panjang satu-dua meter dari perahu.
Sandeq bisa melaju hingga kecepatan 20 knot
atau 37 kilometer per jam. Perahu ini, menurut Rid-
wan, memang dirancang untuk melaju dengan ce-
pat dan menghadapi lingkungan laut lepas yang ga-
nas, mengingat orang Mandar tinggal di pesisir yang
langsung berhadapan dengan laut dengan kedalam-
an 100-2.000 meter. Kecepatan itu juga dibutuhkan
untuk mengejar ikan tuna yang terkenal gesit.
Ridwan menjelaskan, inilah yang membedakan
suku Mandar dengan suku bahari lain. Mereka satu-
satunya suku bahari yang langsung berhadapan de-
ngan lautan terbuka tanpa gugusan pulau. Dengan
begitu, menurut Ridwan dan peneliti maritim asal
Jerman, Horst Liebner, sandeq adalah ikon budaya
bahari Mandar.
Tidak ada penerbangan langsung ke Majene. Anda
bisa terbang ke Bandar Udara Sultan Hasanuddin,
Makassar, lalu menempuh perjalanan menggunakan
mobil ke Majene.
Transportasi darat yang tersedia dari Bandara Sultan
Hasanuddin ke Majene adalah semacam angkutan
travel. Biasanya berupa mobil berjenis station wagon,
seperti Toyota Avanza dan Isuzu Panther. Biaya per
kursi Rp 100 ribu. Mobil ini akan mengantar Anda
langsung ke tempat tujuan. Biasanya mobil-mobil ini
berangkat pukul 11 siang dari luar gerbang Bandara
Sultan Hasanuddin. Begitu tiba di bandara, Anda bisa
meminta taksi mengantar ke tempat mobil-mobil itu
berada. Anda juga bisa menyewa satu mobil. Biayanya
Rp 700-800 ribu. Bensin sudah ditanggung pemilik
mobil.
Karena sejumlah pantai berdekatan dengan
Jalan Trans Sulawesi, menggunakan mobil atau
sepeda motor merupakan pilihan yang pas untuk
mengunjunginya. Sepeda motor lebih fleksibel. Anda
bisa berhenti di pinggir jalan ketika menemukan sebuah
teluk cantik dan ingin berfoto tanpa khawatir pengguna
jalan lain terganggu.
SULIT TERSESAT
K
EBERADAAN Jalan Trans Sulawesi membuat akses
menuju Kabupaten Majene di Sulawesi Barat sangat
mudah. Dari Kota Makassar, Anda bisa menempuh
perjalanan darat dengan memanfaatkan jalur ini.
Jarak dari Makassar ke Taman Kota Majene sekitar
300 kilometer. “Kalau tersesat di sini, keluar saja. Cari Jalan
Trans Sulawesi. Dari situ, kita lebih mudah lagi mencari,” kata
Muhammad Rifai, salah satu narasumber kami.
126 22 NOVEMBER 2015
6. Karakter perahu sandeq membuat sawi seper-
ti Amiruddin hampir selalu sibuk di atas perahu.
Angin yang meniup salah satu sisi layar membuat sa-
lah satu sisi perahu terangkat. Ketika nakhoda pera-
hu memberi perintah untuk menambah beban sisi
perahu yang terangkat, Amiruddin harus cekatan
melompat ke cadik perahu, berjalan menitinya un-
tuk sampai ke palatto atau katir. Di situ dia akan ber-
diri sambil berpegangan pada tali penahan. Aktivi-
tas ini disebut timbang.
Ketika menuturkan pengalamannya melakukan
timbang, mata Amiruddin berbinar-binar. Nada bi-
Majene
caranya yang biasa lembut—mirip orang bernyanyi—
berubah mengentak-entak. ”Paling seru itu waktu
start, saat tarik layar,” kata Amiruddin di rumahnya
di Tanjung Rangas. ”Layar naik, lalu saya keluar ke
sayap (palatto)untuk menjaga keseimbangan.”
”Biasa ombak sampai di sini,” tutur Amiruddin
sambil menunjuk pangkal pahanya. ”Saya harus pe-
gang tali layar. Kayak Tarzan mi di luar. Rasanya,
aih...,sepertiterbang.Apalagikalauadalawandibe-
lakang. Makin semangat. Jantung berdebar.”
Tak jarang, kata Amiruddin, seorang awak jatuh ke
air ketika melakukan tugas ini. Dia harus berenang
Salah satu teluk
di Kabupaten
Majene.
12722 NOVEMBER 2015
7. menempuh arus untuk kembali lagi ke perahunya.
Amiruddin mengatakan ini keseruan yang sela-
lu dia rindukan dari melayarkan sandeq. ”Biasa ka-
lau sakit-sakit sedikit, begitu cerita sandeq, langsung
sembuh,” ujarnya.
B
AGI orang Mandar, selain sebagai
tempat mencari nafkah, laut adalah
tempat bermain. Mereka mendapat-
kan kegairahan dari adrenalin yang
terpompa saat laut mengajak ”ber-
canda”. Sehari setelah menikmati
musik Sayang-Sayang, saya mencoba merasakan ke-
gairahan itu.
BersamakomunitasMandarUnderwater,sayame-
lakukan spearfishing—memanah ikan dengan spear-
gun. Tempatnya tepat di belakang La Kayang, resor
yangsedangdalamprosespembangunan.Ditempat
itu pula, pada malam sebelumnya, kami menikmati
lagu Sayang-Sayangyang dilantunkan Ishaq.
Dengan penuh percaya diri, saya bilang bahwa
saya tidak butuh pelampung. Ternyata fisik saya ti-
dak begitu kuat melawan arus yang kencang. Napas
saya habis. Saya diserang kepanikan.
”Kasih tenang dulu..., kasih tenang dulu,” kata Abi
Qiffary sambil memegangi lengan saya, yang sedang
panik karena berkali-kali menelan air laut. Abi men-
coba memasangkan pelampung di tubuh saya. Sete-
lah memakaikan pelampung, Abi kemudian bere-
nang menarik saya ke pinggir pantai.
Tak berapa lama setelah saya, Abi dan teman-te-
mannya—Muhammad Rusdi, Muhammad Mahadi,
dan Alim Hikmawan—mentas. Tidak ada ikan di ta-
ngan. Arus yang kencang, kata Rusdi, menghabis-
kan energi. Mereka tidak bisa menahan napas lama-
lama untuk membidik sasaran. Tak puas dengan ha-
sil di La Kayang, kami pindah tempat ke pantai lain
di Pamboang, di sebuah teluk di belakang penginap-
an Sapo Mandar. Arusnya lebih tenang.
Di tempat itu, saya bisa menyaksikan langsung
bagaimana Muhammad Rusdi, yang lebih akrab di-
panggil Udi, beraksi. Setelah hampir semenit saya
ikuti dengan berenang, Udi berhenti di atas sebuah
karang. Speargun-nya diarahkan ke sebuah titik. Ia
bergeming. Sepuluh detik kemudian, hap! Panah-
nya meluncur. Udi menyelam untuk mengambil pa-
nah itu. Kembali ke permukaan, ia membawa kera-
pumacanyangberukurankecil,denganpanjangha-
nya 15 sentimeter. Itu baru awal.
Setelah berada di dalam air selama dua jam lebih,
Udi, Mahadi, dan Abi mentas membawa 10 ekor ikan
dengan ukuran besar, di antaranya surgeonfish, de-
ngan panjang 60 sentimeter. ”Mereka mengamuk,”
kata Abi girang. Udi tersenyum. Guru antropologi
sekolah menengah atas itu tampak puas.
Komunitas
Mandar
Underwater
setelah
melakukan
spearfishing
di Pantai
Pamboang
(atas).
Ada banyak penginapan
di Majene. Tidak semua ada di
pinggir pantai. Salah satu yang
ada di dekat pantai adalah
Hotel Villa Bogor Leppe. Tempat
ini cukup familiar di kalangan
sopir-sopi angkutan travel
dari bandara Makassar. Untuk
kamar deluxe (satu level di atas
standard room), harga sewa
per malam adalah Rp 495 ribu.
Fasilitasnya: penyejuk udara, air
panas, springbed, televisi, dan
sarapan. Hotel ini menyediakan
pemandangan laut luas. Tempat
makan berada di tebing dan
langsung menghadap laut. Dari
situ, Anda juga bisa melihat
perkampungan nelayan di bawah.
Penginapan lain dengan
harga sewa yang lebih murah
adalah Sapo Mandar, yang
lebih sering disebut Dapur
Mandar karena, sebelum ada
penginapan, tempat ini adalah
rumah makan bernama Dapur
Mandar. Harga sewa per malam
Rp 250 ribu. Fasilitasnya:
penyejuk udara dan springbed.
Televisi hanya ada di ruang
tamu. Tidak ada air panas.
Sementara Hotel Villa Bogor
ada di atas tebing, Dapur
Mandar ada di pinggir pantai.
Malam harinya, surgeonfish itu diserahkan kepa-
da Fitri, istri Pai, untuk diolah. Fitri membakar ikan
itu hingga setengah matang. Lalu dia mengangkat-
nya dan mengolesi ikan itu dengan bumbu—kemiri,
cabai besar, merica, bawang merah, bawang putih,
daun serai, kunyit, minyak kelapa, jeruk nipis, dan
garam. Setelah diolesi bumbu, ikan itu dibungkus
daun pisang dan dibakar hingga matang. Cara ma-
sak ini mereka namakan bau tappi. Hasilnya? Saya
harus menambah nasi hingga tiga kali.
Setelah makan malam, saya berbincang dengan
Udi dan kawan-kawan tentang kegiatan menembak
128 22 NOVEMBER 2015
8. Memancing
di Pantai
Pamboang.
dah tiga hari belakangan nelayan urung memancing
karena kencangnya arus.
Sayabertanya,seberapaindahpemandanganme-
mancing malam hari. ”Aih,” Amiruddin berseru.
”Daritengahsana,bagussekalikalaudilihatkemari.
Lampu-lampu kapal, lampu-lampu kota. Apalagi ka-
lau terang bulan begini.”
PengalamanitusudahlamatidakdialamiAmirud-
din. Sejak ayahnya, Djarun Pua Anwar, tak lagi pu-
nyaperahu,Amiruddinjarangmelautuntukmenca-
ri ikan. Dia hanya akan melaut jika ada pemilik ka-
pal yang mengajaknya. Tiga bulan belakangan, tu-
tur Amiruddin, jarang ada orang yang memintanya
bergabung mencari ikan. Dia harus menarik becak
atau menjadi kuli bangunan untuk menutupi kebu-
tuhan hidup.
Amiruddin putus sekolah untuk melaut sejak
berumur sembilan tahun. Dia langsung ikut ayah-
nya melaut menggunakan sandeq. Dari situ dia be-
lajar membaca angin, ombak, dan bintang. Itu juga
yang membuatnya berani dan punya kapasitas un-
tuk mengikuti sandeqrace.
”Dulu, memancing hanya menggunakan perahu
Majene
ikan. Bercerita tentang pengalaman-pengalamannya
memanah ikan, Udi mengatakan ihwal utama yang
diperlukan untuk sukses menembak ikan bukan ke-
mampuan tahan napas, melainkan keberanian.
”Yang paling dibutuhkan nyali. Kalau hanya ta-
han napas, semua orang bisa,” kata Udi. ”Di bawah,
kita harus bisa tenang. Apalagi kalau bertemu de-
ngan hiu.”
K
EESOKAN harinya, kami kembali
bertemu dengan Amiruddin. Kami du-
duk di atas tanggul Pantai Rangas. Bin-
tang-bintang bersinar. Cahaya bulan
yang hampir penuh menerangi awan
dengan berbagai bentuk. Kami meng-
obrol dengan ditemani angin malam dan lampu-
lampu perahu yang diparkir di sepanjang pantai.
Pendar warna-warninya menyaingi bintang. Sese-
kali ikan membuat air di hadapan kami berkecipak.
Awalnya kami berencana memancing cumi-cumi
pada malam hari, dengan harapan bisa menikmati
bintang dari tengah laut sambil berbincang. Tapi
arus sedang kencang. Amiruddin mengatakan su-
12922 NOVEMBER 2015
9. MENYUSURI
TELUK-TELUK
DI MAJENE
layar. Kalau tidak ada angin, mendayung. Sekarang
sudah pakai mesin,” kata Amiruddin. Dengan ada-
nya perahu bermesin, sandeq makin terpinggirkan.
”Karena itu harus ada sandeqrace,” ujar Amiruddin.
”Kalau tidak, hilang itu. Kami mau meneruskan.”
S
UATU siang, setelah menyusuri ja-
lan trans-Sulawesi untuk melihat te-
luk-teluk cantik Majene, saya dan
Dhemas, fotografer kami, mampir ke
La Kayang. Kami mengunjungi Mo-
chammad Aldy Akbar, yang sedang
mengawasi pembangunan resor itu.
Aldy orang asli Mandar, tapi ia tidak bisa bere-
nang. Sebab, Aldy tidak tumbuh di pesisir Mandar.
Pria 33 tahun ini lahir di Gresik, Jawa Timur, dan di-
besarkan di sana.
SekalipuntidaktumbuhdiSulawesi,Aldydibesar-
kan dengan tradisi Mandar. Ayahnya membiasakan
Aldy menggunakan bahasa Mandar di rumah. Sang
ayah punya lagu favorit yang diajarkan kepada Aldy
sejak kecil: Wattu Timor di Pamboang, yang berarti
Musim Timur di Pamboang. Yang dimaksud dengan
musimtimuradalahmusimkemarau,saatanginmu-
son timur bertiup. Ini adalah saat perahu Mandar,
yang haluannya menghadap ke barat, pergi ke laut.
Lagu ini, kata Aldy, menyembuhkan rindu ayahnya
kepada Mandar saat masih dalam perantauan.
DiLaKayang,siangitu,AldydanPaimenyanyikan
dan menerjemahkan liriknya untuk kami:
MusimTimurdiPamboang
Diwaktuterangbulan
Berangkatsudahnelayan
Dibawaangintimurlaut
Seberapa jauh mereka dari tanah kelahiran, beta-
papun zaman telah berubah, mereka tetaplah orang
Mandar. Angin timur tetap akan bertiup. ●
S
ALAH satu keuntungan
berwisata pantai di
Kabupaten Majene,
Sulawesi Barat, adalah
adanya jalan raya trans-
Sulawesi yang menghubungkan
pantai-pantai di sana. Kita bisa
menyusuri teluk-teluk yang punya
pemandangan cantik dengan
mengikuti jalur trans-Sulawesi itu.
01.PANTAIDATO
Pantai Dato terletak di Desa Pangale.
Hotel yang dekat dengan pantai ini
adalah Hotel Villa Bogor Leppe. Dari
hotel itu, Anda bisa menyusuri jalan
beraspal menggunakan sepeda
motor atau mobil ke arah selatan
sejauh 1,6 kilometer. Tidak ada
penunjuk nama pantai. Jadi Anda
harus bertanya kepada penduduk
sekitar. Yang bisa dinikmati dari
pantai ini adalah pasir putih dan
pemandangan dari atas tebing.
02.TANJUNGRANGAS
Di peta Google, daerah ini bernama
Ujung Rangas. Di tempat ini,
Anda bisa melihat nelayan-
nelayan sedang membuat atau
memperbaiki perahu mereka.
Biasanya, perahu-perahu itu
dinamai dengan hal-hal yang
mereka lihat di televisi. Duduk-duduk
di tanggul sambil menikmati lampu-
lampu perahu pada malam hari
juga bisa menjadi pilihan aktivitas.
Di tempat ini, ada seorang tokoh
Salah satu
pemandu
wisata yang
bisa mengajak
Anda ke
tempat-tempat
snorkeling
adalah Alim
(nomor
telepon seluler
0811255702).
Dia tergabung
dalam
komunitas
Mandar
Underwater,
yang punya
kegiatan rutin
spearfishing.
Sandeq
Race.
TEMPO/FAHMIALI(SANDEQRACE)
130 22 NOVEMBER 2015
10. 13122 NOVEMBER 2015
perahu sandeq bernama Djarun
Pua Anwar atau yang biasa dikenal
dengan nama Pua Nawar.
03.DAPURMANDAR(SAPO
MANDAR)
Dapur Mandar adalah rumah
makan, sedangkan Sapo Mandar
nama penginapannya. Di resor yang
hanya memiliki empat kamar tidur
ini, Anda bisa menikmati matahari
tenggelam sambil menyantap
makan malam. Matahari terbenam
tepat di depan tempat ini. Siang
harinya, Anda bisa berenang.
Sesekali ada nelayan yang melintas
dengan perahu kecilnya. Anda juga
bisa menyusuri pantai ke arah barat
sejauh 1,5 kilometer untuk sampai
di Taraujung, sebuah tebing karang.
Dari atas tebing, Anda bisa melihat
jernihnya air dan ikan-ikan yang
berlalu-lalang di dalamnya.
04.LAKAYANGRESORT
Resor ini masih dalam proses
pembangunan. Baru akan dibuka
pada 24 November. Tapi Anda
sudah bisa menikmati aktivitas
snorkeling dan menembak ikan
di sini. Menyaksikan matahari
tenggelam juga bisa.
oookebjquat.
Majene
M A J E N E
01.
02.
03.
04.
S
ELAIN menyajikan
pantai-pantai di
Kabupaten Majene,
Sulawesi Barat
menawarkan berbagai
festival yang bisa dihadiri.
Beberapa festival itu juga
diadakan di Kabupaten Polewali
Mandar, di sebelah timur Majene.
FESTIVALSUNGAIMANDAR
Dilaksanakan pada Maret. Akan
ada panggung yang didirikan
di pinggir Sungai Mandar—diisi
pertunjukan kesenian tradisional
dan kontemporer. Ada juga lomba
lepa-lepa (sampan).
SANDEQRACE
Pada Agustus-November, ada
lomba balap perahu sandeq, ikon
budaya bahari Mandar. Pada
2014, ada tujuh etape lomba ini,
yaitu Makassar, Barru, Ujung Lero
(Kota Parepare), Polewali, Majene,
Sendana, dan Mamuju.
PESTARAKYATDITANJUNG
RANGAS
Setiap akhir Agustus, ada pesta
rakyat di Rangas. Festival ini
dibuat untuk merayakan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia.
Rumah-rumah penduduk di
Rangas dibuka untuk tamu.
Mereka menyediakan makanan.
Ada juga penampilan dari
pemusik yang memainkan
electone.
FESTIVALKUDAMENARI
Festival ini dikenal dengan nama
sayyang pattudu. Diadakan
pada Januari-Maret. Kegiatan ini
biasanya diselenggarakan untuk
merayakan seorang perempuan
yang telah khatam Al-Quran.
Dia dinaikkan ke seekor kuda dan
diarak keliling kampung. Kuda itu
akan menari ketika mendengar
rebana ditabuh.
KALENDER
FESTIVAL
05.KAWASANKULINERSOMBA
Anda bisa menikmati ikan terbang (Parexocoetus brachypterus) yang diasapi
yang dimakan bersama makanan karbohidrat khas Mandar, seperti jepa dan
buras. Rumah-rumah makan itu berada tepat di belakang pantai. Anda juga
bisa berkeliling pantai dan melihat perahu-perahu.
05.