Dokumen tersebut membahas prinsip dasar teknik dan prosedur pemeriksaan jembatan. Termasuk gaya-gaya yang bekerja pada jembatan, metode perencanaan, penilaian kondisi jembatan, klasifikasi jembatan, komponen dan elemen jembatan, serta bangunan pengaman jembatan.
1. PRINSIP DASAR TEKNIK DAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN
JEMBATAN
PELATIHAN PEMERIKSAAN JEMBATAN
2. GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA JEMBATAN
;
Beban Mati/Permanen
Semua beban tetap yang berasal dari berat
sendiri jembatan, termasuk segala unsur
tambahan tetap yang dianggap merupakan
satuan
3. Beban Hidup (Lalu lintas dan Pejalan
Kaki)
Beban yang berasal dari berat kendaraan
bergerak dan pejalan kaki. Beban hidup pada
jembatan ada dua macam “T” dan “D”.
“T” digunakan untuk perhitungan lantai
kendaraan. Beban “D” biasanya digunakan
untuk perhitungan gelagar jembatan
4.
5.
6. Aksi-aksi lainnya :
- Penurunan
- Deformasi, rangkak, susut
- Temperatur
- Prategang
- Aliran air
- Tekanan angin
- Gempa
7. Dengan adanya beban/gaya dengan besaran dan arah
tertentu pada struktur jembatan, melalui analisis
struktur bisa diketahui reaksi perletakan dan kemudian
bisa diketahui bahwa suatu elemen struktur jembatan
menahan satu Gaya Aksial, atau satu Momen Lentur,
atau satu Gaya Lintang, atau satu Gaya Torsi, atau
menahan 2, atau 3, atau semua gaya-gaya tersebut
pada waktu bersamaan
8. Gaya aksial
adalah gaya yang
bekerja pada
pusat aksis
(sumbu) elemen
struktur
Gaya lintang atau gaya geser bekerja
tegak lurus terhadap aksis (sumbu)
elemen struktur
9. • Regangan : perubahan relatif ukuran/ bentuk benda yang
mengalami tegangan, sebuah batang yang mengalami regangan
akibat gaya tarik F.
Tegangan, = F/A
Regangan, = L/Lo
Gaya yang terjadi pada
elemen batang rangka
adalah gaya aksial tarik atau
tekan
Jembatan gantung
13. METODE
PERENCANAAN
Desain Tegangan Izin
(ASD : Allowable Stress Design)
Konsep ASD (Allowable Stress Design) adalah tegangan
yang
terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin.
Tegangan yang terjadi dihitung berdasarkan pada beban
yang terjadi pada struktur atau member sedangkan
tegangan ijin didapat dari kekuatan maksimum material
dibagi dengan safety
factor.
Jadi : Tegangan yang terjadi <= Kekuatan
maksimum
material /Safety Factor
14. Desain Kekuatan Batas
LRFD (Load and Resistance Factor Design)
Konsep LRFD adalah beban kerja yang telah dikalikan dengan
suatu Faktor Beban ( Load Factor) harus lebih kecil atau sama
dengan beban ijin yang telah dikalikan dengan suatu Faktor
Reduksi (Reduction Factor)
Faktor Beban nilainya > 1 sedangkan Faktor Reduksi nilainya <
1
Jadi : Faktor Beban x Beban Kerja
<= Faktor Reduksi x Beban Ijin
15. PENILAIAN KONDISI JEMBATAN
Penilaian beban jembatan digunakan untuk
menentukan kapasitas beban hidup yang ada
pada jembatan
Setiap elemen jembatan mempunyai nilai yang
berbeda, dan penilaian beban jembatan
tergantung pada kondisi elemen yang paling
kritis
16. Penilaian beban jembatan ini dinyatakan
dalam satuan ton dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
17. Penilaian inventarisasi
Menyatakan kondisi eksisting jembatan dan kondisi material yang
digunakan sehubungan dengan kerusakan yang terjadi
Penilaian kondisi jembatan pada saat berfungsi
Penilaian beban pada saat jembatan berfungsi secara umum menyatakan
kondisi beban hidup yang diizinkan melewati jembatan
Penilaian kendaraan
Penilaian kendaraan beban truk merupakan penilaian beban pada saat
jembatan berfungsi
23. KOMPONEN DAN ELEMEN JEMBATAN
Lantai Jembatan : Menahan langsung beban lalu lintas
Bangunan Atas : Menahan dan meneruskan beban lantai ke
bangunan bawah melalui perletakan
Bangunan bawah : Menahan dan meneruskan beban dari bangunan
atas ke fondasi
Fondasi : Menahan seluruh beban jembatan dan meneruskan ke
dalam tanah
Siar muai : Mengakomodasi muai susut struktur bangunan atas,
kontraksi dan rotasinya
24. SAMBUNGAN
Baut mutu tinggi :
ASTM A307 –
low carbon steel
ASTM A325 –
high strength steel
ASTM A490 –
high strength alloy
steel
29. SISTEM STRUKTUR BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
Kepala Jembatan
Pilar
Fondasi
Pangkal Jembatan
Pilar
30. JALAN PENDEKAT
Bagian yang menghubungkan konstruksi perkerasan jalan
dengan kepala jembatan (Abutment)
Penyebab terjadinya penurunan jalan pendekat :
Pemadatan yang kurang sempurna pada saat pelakasanaan, akibat tebal
pemadatan tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum
tidak terpenuhi.
Karena air mengalir keluar, dimana terjadi kapilerisasi pada lapisan atau
kelurusan air melalui saluran drainase sehingga ada perubahan tegangan
efektif.
Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, dimana terjadi
perubahan kadar air yang mengakibatkan pengembangan lapisan tanah
yang dapat mendesak permukaan perkerasan ke atas.
Jalan pendekat turun
31. BANGUNAN PENGAMAN JEMBATAN
Bisa berupa : krib (bangunan pengarah aliran air), pengendali dasar
sungai (groundsill atau bottom controller), talud, turap, fender, dinding
penahan tanah dan pengaman dasar sungai.
Pengaman
pangkal
jembatan
yang sudah
rusak