1. Dokumen tersebut membahas tentang masa kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pemerintahan Harun Ar-Rasyid dan putranya Al-Ma'mun. 2. Masa ini merupakan puncak perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam melalui lembaga Baitul Hikmah dan munculnya banyak ilmuwan terkemuka. 3. Empat mazhab fiqh juga berkembang pada masa ini.
1. 1
Kekhalifahan Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun Pada Saat Puncak Kejayaan
Daulah Abbasiyah
The Caliphate of Harun Ar-Rashid and Al- Ma'mun At the Peak of Glory of the
Abbasid Daula
Muhammad Fadhil Farras ; 16522052 ; Universitas Islam Indonesia ;
fadhilayas@gmail.com
1. Abstrak
Daulah Abbasiyah merupakan salah satu pusat peradaban Islam di Baghdad.
Daulah ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-
Rasyid dan Al-Ma’mun. Puncak kejayaan ini merupakan masa dimana Daulah
Abbasiyah memperluas wilayahnya dan utamanya adalah memperluas
keilmuannya. Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun sangat mencintai keilmuan,
sehingga pada saat menjabat sebagai khalifah, keduanya mampu
mengembangkan keilmuan dan pengetahuan dengan mendirikan dan
mengembangkan Baitul Hikmah. Baitul Hikmah merupakan sebuah tempat
dimana ilmu dari berbagai macam bidang diterjemahkan, dihimpun, dan
dipelajari, sehingga pada masa itu, keilmuan dapat terus menerus berkembang
dan menghasilkan banyak kemajuan di berbagai bidang keilmuan. Pada masa
ini, Islam sangat maju dalam berbagai macam bidang keilmuan, hingga
mengalahkan bangsa – bangsa barat yang pada masa itu masih tertinggal. Pada
masa ini juga banyak ilmuan yang dikenal dengan penemuan – penemuannya
dan berdirinya empat Mazhab Fiqh.
The Abbasid Daula is one of the centers of Islamic civilization in Baghdad. This
Daulah reached its glorious peak during the reign of Harun Ar-Rashid and Al-
Ma'mun. This glorious peak is a period in which the Abbasid Daula expanded
its territory and mainly expanded its scholarship. Harun Ar-Rashid and Al-
Ma'mun loved science so much, so that at the time of serving as khalifah, both
of them were able to develop science by establishing and developing Baitul
Hikmah. Baitul Hikmah is a place where the science of various fields is
translated, compiled, and studied, so that at that time, science can continue to
grow and produce much progress in various fields. At this time, Islam was very
2. 2
advanced in various fields of science, and defeat the western nations who at the
time still lagging behind. At this time also many scientists known by his
discoveries and the establishment of four Mazhab Fiqh.
Keywords : Daulah Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid, Al-Ma’mun, Baitul
Hikmah.
2. Pendahuluan
Daulah Abbasiyah merupakan salah satu pusat peradaban islam di Baghdad
yang sangat terkenal pada masa klasik dan merupakan masa kejayaan umat
Muslim. Popularitas Daulah Abbasiyah, mencapai puncaknya pada zaman
khalifah Harun Ar-Rasyid dan putranya Al-Ma’mun (Yatim, 1994). Namun
puncak kegemilang pemerintahan Abbasiyah atau boleh dikatakan zaman paling
gemilang dalam sejarah Islam adalah pada kekhalifahan Harun Ar-Rasyid yang
mana pada masa itu segala bentuk kebesaran kekuasaan dan keagungan ilmu
pengetahuan dapat dinikmati (Syalabi, 1993).
Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan
peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah (Amin and
Anshari, 2009). Sehingga banyak ilmuan – ilmuan muslim yang muncul pada
zaman keemasan ini. Sebab di zaman ini, ilmu pengetahuan mulai dihimpun,
diperluas, dan diperdalam dengan adanya kebijakan – kebijakan dari khalifah
yang memimpin dan dibantu dengan adanya lembaga pusat ilmu pengetahuan
yang bernama Baitul Hikmah / Bait Al-Hikmah.
Baitul Hikmah merupakan perpaduan dari beberapa institusi pendidikan,
seperti : Perpustakaan, Pusat Pendidikan Tinggi, Sanggar Sastra, Lingkaran
Studi, dan Observatorium (Salahuddin, 2011). Sehingga, ilmu pengetahuan
dapat melimpah pada saat itu sehingga dapat melahirkan ilmuan – ilmuan hebat
dari kaum muslim, seperti : Ibnu Sina ( Bapak Ilmu Kedokteran), al-Battani
(Ilmu Astronomi), Abu Ali al-Hasan Ibn al-Haytham (Ilmu Optik), Jabir Ibn al-
Hayyam (Ilmu Kimia), Abu Raihan Muhammad al-Baituni (Ilmu Fisika), Abu
al-Hasan Ali al-Mas’ud (Ilmu Geografi), dan sebagainya.
Studi ini akan membahas lebih lanjut tentang kekhalifahan Harun Ar-
Rasyid dan anakanya, Ma’mun Ar-Rasyid yang dapat membawa Daulah
Abbasiyah memperoleh masa kejayaannya dan mengembangkan banyak ilmu
3. 3
pengetahuan baru yang mana akan menjadi dasar untuk pengembangan
keilmuan di masa yang akan datang.
3. Biografi Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun
3.1 Harun Ar-Rasyid
Harun Ar-Rasyid Abu Ja’far bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdullah Al-
Manshur bin Muhammad Ali bin Abdullah bin Abbas merupakan salah satu
khalifah di masa pemerintahan Daulah Abbasiyah. Beliau lahir pada bulan
Februari tahun 763 M di Rayy. Ayahnya bernama Al-Mahdi bin Abu Ja’far al-
Manshur, yang mana merupakan khalifah ketiga Daulah Abbasiyah dan ibunya
bernama Khaizuran, seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan
oleh Al-Mahdi (Anonymous, 1994).
Harun Ar-Rasyid memiliki dua panggilan, ia biasa dipanggil dengan nama
Abu Musa dan juga sering pula dipanggil dengan nama Abu Ja’far (As-Suyuthi,
2010).
Harun Ar-Rasyid adalah seorang yang berkulit putih, memiliki postur
tubuh yang tinggi dan rupawan, serta murah akan senyuman (As-Suyuthi, 2010).
Selain rupawan, beliau juga sangat patuh pada perintah dan larangan Allah.
Pada masa kekhalifahannya beliau mengerjakan sholat sebanyak seratus rakaat
setiap hari sampai akhir hayatnya yang tidak pernah beliau tinggalkan kecuali
saat dalam keadaan sakit, di samping itu beliau juga selalu bersedekah setiap
hari dari harta pribadinya sebanyak sepuluh ribu dirham (As-Suyuthi, 2010).
Harun Ar-Rasyid menimba ilmu pengetahuan maupun agama di istana.
Beliau dididik oleh Yahya bin Khalid, seorang yang berperan dalam
pemerintahan Bani Abbas. Berkat Pendidikan yang beliau dapatkan, beliau
menjadi seorang dengan kepribadian terpelajar, cerdas, fasih berbicara, dan
memiliki kepribadian yang kuat (Jamil, 1996).
Kekhalifahan dalam Daulah Abbasiyah melakukan pemilihan khalifah
berdasarkan dengan garis keturunan. Hal tersebut menjadikan Harun Ar-Rasyid
dipilih menjadi seorang khalifah setelah kepemimpinan sebelumnya, yaitu
saudaranya sendiri yang bernama Al-Hadi yang telah wafat dan beliau diangkat
pada bulan Rabiul Awal tahun 170 H dengan sebuah wasiat dari ayahnya.
4. 4
Sebelum menjadi khalifah, Harun Ar-Rasyid sudah terlibat dalam
berbagai urusan pemerintahan ayahnya. Beliau dipercaya untuk memimpin
sebuah ekspedisi militer sebanyak dua kali, selain itu beliau juga pernah menjadi
menjabat sebagai gubernur sebanyak dua kali di as-Safiyah dan di Magribi
(Anonymous, 1994).
Harun Ar-Rasyid merupakan salah satu khalifah yang sangat istimewa
dan sangat agung di antara para pemimpin pada masa tersebut, selain itu beliau
juga kerap memipin langsung pertempuran – pertempuran dan sering
melaksanakan Haji serta merupakan seorang yang sangat mencintai ilmu
pengetahuan dan ulama yang menjadikan beliau tidak menyukai adanya
perdebatan dalam hal agama (As-Suyuthi, 2010).
3.2 Al-Ma’mun
Al-Ma’mun Abdullan Abu Abbas bin Ar-Rasyid lahir pada tahun 170 H yang
bertepatan pada malam Jumat pertengahan bulan Rabiul Awal dan bertepatan
pula dengan pengangkatan ayahnya sebagai khalifah (As-Suyuthi, 2010).
Sejak kecil, beliau sudah belajar ilmu hadist dari banyak ulama, beliau
juga mempelajari ilmu sastra kepada Al-Yazidi, beliau juga kerap
mengumpulkan para ulama fikih dari seluruh penjuru negri, sehingga beliau
memiliki pengetahuan yang sangat luas di bidang ilmu fikih, bahasa Arab, dan
sejarah. Saat menjelang dewasa, beliau banyak menggeluti ilmu filsafat dan
ilmu – ilmu yang pernah berkembang di Yunani hingga membuat dia menjadi
pakar dalam bidang tersebut. Namun, ilmu filsafat inilah yang membawanya
kepada pendapat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk (As-
Suyuthi, 2010).
Beliau adalah keturunan Bani Abbas yang paling tegas, kuat tekadnya
bijak, luas ilmunya, tajam nalarnya, cerdik, berwibawa, berani, dan pemaaf. Dia
mempunyai kisah hidup yang panjang yang penuh dengan kebaikan. Namun,
sedikit tercemari dengan pendapatnya yang menyatakan bahwa Al-Qur’an
adalah makhluk. Tidak ada seorang pun dari khalifah Bani Abbas yang lebih
pintar darinya. Selain itu, beliau juga sangat fasih dalam bertuturr kata dan
merupakan salah satu orator handal. Mengenai kefasihannya dia berkata, “Juru
bicara Muawiyyah adalam Amr bin ‘Ash, juru bicara Abdul Malik adalah Al-
Hajjaj, dan bicaraku adalah aku sendiri.” (As-Suyuthi, 2010).
5. 5
Al-Ma’mundiangkat menjadi khalifah berdasarkan oleh pengangkatan
oleh dirinya sendiri setelah kematian saudaranya pada tahun 198 H saat berada
di Khurasan (As-Suyuthi, 2010).
Beliau sering dipanggil dengan sebutan Abu Ja’far, menurut Ash-Shuli
orang – orang Bani Abbas sangat senang dengan gelar Abu Ja’far karena gelar
tersebut adalah panggilan Al-Manshur. Dalam pandangan mereka, gelar tersebut
memiliki kemuliaan, optimisme, dan panjang umur bagi siapa saja yang
memiliki gelar sama seperti gelar miliki Al-Manshur dan Ar-Rasyid (As-
Suyuthi, 2010).
4. Peristiwa Penting yang Terjadi
4.1 Baghdad Sebagai Ibu Kota
Baghdad merupakan salah satu ibu kota Daulah Abbasiyah. Kota ini dibangun
oleh Al-Manshur dan merupakan daerah dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon,
pada tahun 762 M (Amin and Anshari, 2009).
Sejak awal berdirinya, kota Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam (Amin and Anshari, 2009).
Sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat aktivitas
pengembangan ilmu, antara lain baitul Hikmah, yaitu lembaga ilmu
pengetahuan sebagai pusat pengkajian berbagai ilmu. Baghdad juga sebagai
pusat penerjemahan buku – buku dari berbagai cabang ilmu yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (Amin and Anshari, 2009).
Baghdad mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid walaupun
kota tersebut belum lima puluh tahun dibangun. Kemegahan dan kemakmuran
tercermin dalam istana khalifah yang luasnya sepertiga kota Baghdad yang
berbentuk bundar itu dengan dilengkapi beberapa bangunan sayap dan ruang
audiensi yang dipenuhi oleh perlengkapan yang terindah. Kemewahan istana itu
muncul terutama dalam upacara – upacara peobatan Khalifah, perkawinan,
keberangkatan berhaji, dan jamuan untuk para duta negara asing (Amin and
Anshari, 2009).
4.2 Berdirinya Empat Mazhab Fiqh
Pada masanya berkembang ilmu pengetahhuan agama, seperti ilmu Al-Quran,
Qira’at, Hadis, Fiqh, Ilmu Kalam, Bahasa dan Sastra. Empat mazhab fiqh
6. 6
tumbuh dan berkembang pada masa Daulah Abbasiyah. Imam Abu Hanifah
(meninggal di Baghdad tahun 150 H / 677 M) adalah pendiri Mazhab Hanafi.
Imam Malik bin Anas banyak menulis hadis dan pendiri Mazhab Maliki (wafat
di Madinah tahun 179 H / 795 M). Muhammad bin Idris Ash-Syafi’i (wafat di
Mesir tahun204 H / 819 M) adalah pendiri Mazhab Syafi’i. Ahmad bin Hanbal
pendiri Mazhab Hanbali (wafat tahun 241 H / 855 M) (Amin and Anshari, 2009).
4.3 Berdirinya Baitul Hikmah
Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah Q.S. al-‘Alaq (96):
1-5. Ayat ini menyerukan tentang kewajiban untuk membaca (“iqra”) yang
bermakna luas bukan hanya sekedar membaca. Namun, juga dapat diartikan
sebagai telitilah, dalamilah, ketahuilah, bacalah alam, tanda – tanda zaman,
sejarah yang terlihat maupun yang tidak terlihat (Shihab, 1996)
Pada zaman ini, ada dorongan kuat di antara kaum muslim untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berawal dari keyakinan religius
tentang pemahaman agama yang mewajibkan bagi seluruh umat muslim untuk
menuntut ilmu. Kemudian pada tahap selanjutnya, muncul kebutuhan –
kebutuhan yang mulai mengarah kepada petunjuk teknis dalam pelaksanaan
ibadah, seperti menetapkan kiblat dalam shalat yang menyebabkan adanya
kajian pada bidang astronomi (Salahuddin, 2011).
Persentuhan dengan budaya luar yang sudah dimulai sejak masa Dinasti
Umayyah dan terus terjadi hingga masa kekhalifahan Abbasiyah yang secara
khusus terjadi pada saat pemerintahan Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun yang
merupakan masa – masa puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah (Salahuddin,
2011).
Persentuhan dengan budaya luar tersebut kemudian mendorong umat
muslim utntuk mendirikan suatu pusat ilmu pengetahuan saat itu. Kemudian
dalam proses perjalanan sejarah perkembangan umat muslim berdirilah Baitul
Hikmah / Bait Al-Hikmah yang merupakan pusat ilmu pengetahuan., dimana
ilmu dari segala penjuru dunia diterjemahkan dan dihimpun di sini.
7. 7
5. Perkembangan Keilmuan di Zaman Pemerintahan Harun Ar-Rasyid dan
AL-Ma’mun
5.1 Gerakan Penerjemahan
Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa
Khalifah Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya – karya bidang Astronomi dan Mantiq. Fase kedua
berlangsung mulai masa Khalifah Al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku – buku
yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang Fislafat, dan Kedokteran pada
fase ketigaberlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan
kertas. Selanjutnya bidang – bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas
(Amin and Anshari, 2009).
5.2 Perkembangan Baitul Hikmah
Pada masa Dinasti Abbasiyah khususnya saat kekhalifahan Al-Manshur, Ar-
Rasyid, dan Al-Ma’mun yang sangat mencintai ilmu menyebabkan ilmu yang
dimiliki umat muslim pada saat itu terus melimpah. Pada zaman Al-Manshur
kegiatan keilmuan penerjemahan mulai meningkat, kemudian pada masa
Ar_rasyid kegiatan Penerjemahan sudah mulai dikembangkan dengan
didirikannya Khizanah al-Hikmah yang dikelola oleh Ibnu Naubacht dan pada
masa Al-Ma’mun, peneremahan ilmu pengetahuan sangat diperhatikan dan
didanai dengan lembaga yang pernah didirikan ayahnya Ar-Rasyid, menjadi
Bait Al-Hikmah. (Salahuddin, 2011).
Bait Al-Hikmah yang didirikan oleh Al-Ma’mun pada 215 H merupakan
wujud ketertarikannya pada rasionalitas dan pengakuannya atas pertautan antara
rasionalitas dengan ajaran agama. Bait Al-Hikmah yang didirikan di Baghdad
merupakan perpaduan bentuk kelembagaan / Institusi Akademi, perputakaan
dan Biro Penerjemah (Hitti, 1968).
Dengan statusnya sebagai pusat penerjemahan, Baitul Hikmah memiliki
banyak penerjemah yang sangat handal. Baik dari kalangan muslim, maupun
kalangan non-muslim. yang kesemuanya berkontribusi di Baitul Hikmah dalam
hal penerjemahan dan penyalinan ilmu pengetahuan dari seluruh penjuru dunia.
Di antara para penerjemah yang paling handal adalah Hunain Ibn Ishaq, yang
didatangkan oleh Al-Ma’mun saat ia masih muda remaja dan kemudian
8. 8
diperintahkan untuk menyalin kitab – kitab yang sudah ditulis oleh orang –
orang pintar yunani ke dalam bahasa Arab, serta memperbaiki salinan – salinan
yang dikerjakan oleh orang lain (Syalabi, 1973).
Perpustakaan dan pusat pendidikan tinggi yang paling terkenal di
Baghdad selama masa kepemimpinan al-Ma’mūn adalah Bait al-Ḥikmah.
Perpustakaan-perpustakaan yang dibangun untuk umum terdiri atas ruangan-
ruangan yang dilengkapi dengan karpet-karpet dan meja-meja yang mewah,
tinta dan kertas yang tersedia bagi para ilmuwan dan mahasiswa. Di beberapa
perpustakaan besar, khususnya di Baghdad dan Kairo, Sebanyak 40-50 Ruangan
dibangun untuk menyimpan buku-buku dan untuk ruang belajar bagi para
ilmuwan dan mahasiswa. Manuskrip-manuskrip ditata di rak-rak sedemikian
rupa sehingga para pengunjung dapat dengan mudah menemukannya.
Perpustakaan-perpustakaan itu menyimpan buku-buku dari semua bidang, dari
buku-buku yang berasal dari bangsa Timur dalam bahasa Sangsekerta sampai
karya-karya terjemahan bahasa Arab atas buku-buku sains dan filsafat bangsa
Yunani. Jumlah seri (volume) buku yang ada di perpustakaan umum sulit
diperkirakan, tetapi banyak perpustakaan dilaporkan memiliki antara 100.000
dan 1.000.000 volume (Stanton, 1994).
Posisi / fungsi Bait al-Ḥikmah sebagai institusi penterjemahan, institusi
perpustakaan, institusi pendidikan serta observatorium, nampaknya
memperkuat citra Bait al-Ḥikmah sebagai lembaga yang menyelenggarakan
fungsi pendidikan tingkat tinggi dalam pengertian yang sesungguhnya.
Sehingga tampak cocok untuk disebut sebagai pusat ilmu pengetahuan pada
masanya yang berpengaruh melampaui masanya. Tetapi bila dipandang dengan
kacamata perangkat Universitas modern, tentu tidak akan sepenuhnya pas
(Salahuddin, 2011).
Sebelum masa penterjemahan berakhir (masih efektifnya Bait al
Hikmah), semua karya-karya Aristoteles sudah dibaca oleh orang-orang
berbahasa Arab. Ini terjadi tatkala Eropa hampir belum mempunyai
pengetahuan apa-apa tentang alam pikiran dan ilmu pengetahuan Yunani.
Tatkala Harun al-Rasyīd dan al- Ma’mun sudah giat menyelami filsafat Yunani
dan Parsi, orang-orang di zaman mereka di dunia Barat, yakni Karl Agung dan
9. 9
kaum ningratnya, masih mencakar-cakar untuk menulis namannya (Hitti, no
date).
5.3 Kemajuan dalam Berbagai Bidang
Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat ilmu
pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat
disebutkan sebagai berikut (Amin and Anshari, 2009) :
a) Bidang Agama
1) Fiqh
Pada masa dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan pendiri
mazhab antara lain sebagai berikut.
1. Imam Abu Hanifah (700-767 M).
2. Imam Malik (713-795 M).
3. Imam Syafi'i (767-820 M).
4. Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).
2) Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan Abbasiyah
mengalami kemajuan pesat. Di antara para ahli tafsir pada rnasa Dinasti
Abbasiyah adalah
1. Ibnu Jarir Ath-Thabari.
2. Ibnu Athiyah Al-Andalusi.
3. Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
3) Ilmu Hadis
Di antara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah adalah
1. Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari.
2. Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim.
3. Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
4. Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
5. Imam An-Nasai, karyanya Sunan An-Nasai.
6. Imam Baihaqi.
4) Ilmu Kalam
Kjian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga
neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan
10. 10
suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi. Di antara tokoh ilmu kalam
adalah
1. Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi,
tokoh Asy’ariyah.
2. Washil bin Atha, Abul Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokoh
Mu’tazilah.
3. Al-Juba’i.
5) Ilmu Bahasa
Di ,antara ilmu bahas yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah
adalah ilmu nahwu, ilrnu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi', dan arudh.
Bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, di samping
sebagai alat komunikasi antarbangsa. Di antara para ahli ilrnu bahasa
adalah :
1. Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000
halarnan.
2. Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000
halaman lebih.
b) Bidang Umum
1) Filsafat
Kajian filsafat di kalangan umat Islam mencapai puncaknya pada masa
daulah Abbasiyah, di antaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke
dalam bahasa Arab. Para filsuf Islam antara lain:
1. Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.
2. Abu Nasr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia
memperoleh gelar Al-Mualirnuts Tsani (tl,c second teacher), yaitu
guru kedua, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah
Aristoteles.
3. Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M). Ia seorang
filusuf yang menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran
Aristoteles dan Plato. Selain filusif Avicenna juga seorang dokter
istana kenamaan. Di antara bukunya yang terkenal adalah Asy-Syifa,
dan Al-Qanun fi Ath-Thib (Canon of Medicine).
4. Ibnu Bajah (w. 581 H)
11. 11
5. Ibnu Tufail ( w. 581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin
Yaqdzan.
6. Al-Ghazali (1058-1111 M). Al-Ghazali mendapat julukan Al-
Hujjatul Islam. Karyanya antara lain : Maqasid Al-Falasifah, Al-
Munqid Minadh Dhalal, Tahafut Al-Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.
7. Ibnu Rusyd di Barat dikenal dengan Averros (1126-1 J 98 M). Ibnu
Rusyd, seorang filsuf, dokter, dan ulama. Karyanya antara lain:
Mabadi Al-Falasifah, Tahafut At-Tahafut Al- Falaszfah, Al-Kuliah
f1i Ath-Thibb, dan Bidayah Al-Mujtahid
2) Ilmu Kedokteran
Ilrnu Kedokteran pada rnasa dalah Abbasiyah berkernbang pesat.
Rumah – rumah sakit besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan. Di
antara ahli kedokteran temama adalah
1. Abu Zakaria Yahya bin Mesuwaih (w 242 H), seorang ahli farmasi
di rumah sakit Jundhisapur Iran.
2. Abu Bakar Ar-Razi (Rhazes) (864-932 M) dikenal sebagai “Galien
Arab”.
3. Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah Al – Wanun fi
Ath-Thib tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas
pengaruh obat – obatan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa,
Canon of Medicine.
4. Ar-Razi, adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit
cacar dengan measles, Ar-Razi adalah penulis buku mengenai
kedokteran Anak.
3) Matematika
Terjemahan dari buku – buku asing ke dalam bahasa Arab,
menghasilkan karya dalam bidang matematika. Di antara ahli
matematika Islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi
adalah pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung), dan
penemu angka nol. Sedangkan angka latin: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0.
Disebut angka Arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal
angka Romawi I, II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu
12. 12
Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al-Abbas (940-
998) terkenal sebagai ahli ilmu matematika.
4) Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat – obatan),
Jami Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi tentang obat - obatan dan
makanan bergizi).
5) Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu
astronomi dari berbagai bangsa seperti bangsa Yunani, India, Persia,
Kaldan, dan ilmu falak Jahiliah. Di antara ahli astronomi Islam adalah
1. Abu Mansur Al-Falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah
Isbat Al-Ulum dan Hayat Al-Falak.
2. Jabir Al-Batani (w. 319 H). Al-Batani adalah pencipta teropong
bintang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma'rifat
Mathiil Buruj Baina Arbai Al-Falak.
3. Raihan Al-Biruni (w. 440 H). Karyanya adalah At-Tajhim li Awai
As-Sina At-Tanjim.
6) Geografi
Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak sernula
bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak
jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat Islam adalah
umat Islam mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal
kemunculan Islam. Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah
1. Abul Hasan Al-Mas’udi (w. 345 H/956 M), seorang penjelajah yang
mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilangka, Cina dan
penulis buku Muruj Az-Zahab wa Ma’din Al-Jawahir.
2. Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap
sebagai ahli geografis Islam tertua. Di antara karyanya adalah
Masalik wa Al-Mamalik, tentang data – data penting mengenai
sistem pemerintahan dan peraturan keuangan.
13. 13
3. Ahmad El-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan
sampai ke Armenia, Iran, India, Mesir, Maghribi, dan menulis buku
Al-Buldan.
4. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamadani (w. 334 H / 946 M),
karyanya berjudul Sifatu Jazirah Al-Arab.
7) Sejarah
Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah. Beberapa
tokoh sejarah lainnya antara lain:
1. Ahmad bin Al-Ya’kubi (w. 895 M) karyanya adalah Al-Buldan
(negeri – negeri), At-Tarikh (sejarah).
2. Ibnu Ishaq
3. Abdullah bin Muslim Al-Qurtubah (w. 889 M), penulis buku Al-
Imamah wa As-Siyasah, Al-Ma’arif, ‘Uyunul Ahbar, dan lain – lain.
4. Ibnu Hisyam
5. Ath-Thabari (w. 923 M), penulis buku Kitab Al-Umam wa Al-Muluk.
6. Al-Maqrizi
7. Al-Baladzuri (w. 892 M), penulis buku – buku sejarah.
8) Sastra
Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan
sastrawan. Para tokoh sastra antara lain :
1. Abu Nuwas, salah seorang peyair terkenal dengan karya carita
humornya.
2. An-Nasyasi, penulis buku Alfu Lailah wa Lailah (The Arabian
Night), adalah buku cerita sastra Seribu Satu Malam yang sangat
terkenal dan diterjemahkan ke dalam hampir seluruh bahasa dunia.
6. Kesimpulan
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun. Puncak kejayaan ini merupakan masa
dimana Daulah Abbasiyah memperluas wilayahnya dan utamanya adalah
memperluas keilmuannya. Harun Ar-Rasyid dan Al-Ma’mun sangat mencintai
keilmuan, sehingga pada saat menjabat sebagai khalifah, keduanya mampu
mengembangkan keilmuan salah satunya dengan mendirikan dan
14. 14
mengembangkan Baitul Hikmah. Baitul Hikmah merupakan sebuah tempat
dimana ilmu dari berbagai macam bidang diterjemahkan, dihimpun, dan
dipelajari, sehingga pada masa itu, keilmuan dapat terus menerus berkembang
dan menghasilkan banyak kemajuan di berbagai bidang keilmuan. Pada masa
ini, Islam sangat maju dalam bidang keilmuan, hingga mengalahkan bangsa –
bangsa barat yang pada masa itu masih tertinggal.
7. Daftar Pustaka
Amin, S. M. and Anshari, H. (2009) Sejarah peradaban Islam. Amzah.
Available at: https://books.google.co.id/books?id=HOHGZwEACAAJ.
Anonymous (1994) ‘Ensiklopedi Islam’, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
As-Suyuthi, I. (2010) Tarikh Al-Khulafa : Ensiklopedia Pemimpin Umat Islam
Dari Abu Bakar Hingga Mutawakkil. Jakarta: Hikmah.
Hitti, P. K. (1968) History of the Arab from the Earliest Times to the Present.
Ninth Edit. New York: St. Martin’s Press.
Hitti, P. K. (no date) Dunia Arab Sajarah Ringkas terj. Ushuluddin Hutagalung
dan ODP. Sihombing. cet. ke-7. Bandung: Sumur Bandung, t. th.
Jamil, A. (1996) ‘Seratus Muslim Terkemuka’, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Salahuddin, S. (2011) ‘BAIT AL-ḤIKMAH DAN KONTRIBUSINYA
DALAM PERKEMBANGAN TRADISI KEILMUAN ISLAM PADA ERA
ABBASIYAH’, HUNAFA: Jurnal Studia Islamika. doi:
https://doi.org/10.24239/jsi.v8i1.92.153-173.
Shihab, M. Q. (1996) ‘Wawasan Al-Qur’an, cet. ke-3’, Bandung: Mizan.
Stanton, C. M. (1994) ‘Pendidikan Tinggi dalam Islam Sejarah dan Peranannya
dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan, terj’, Afandi dan Hasan Asari, cet. ke-1,
Jakarta: Logos Publishing House.
Syalabi, A. (1973) ‘Sejarah Pendidikan Islam, alih bahasa Muhtar Yahya dan
M’, Sanusi Latif. Jakarta: Bulan Bintang.
Syalabi, A. (1993) ‘Sejarah dan Kebudayaan 3’, Cet. III. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
15. 15
Yatim, B. (1994) Sejarah peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. PT
RajaGrafindo Persada. Available at:
https://books.google.co.id/books?id=WjSQPAAACAAJ.