1. KETERAMPILAN BELAJAR
Seorang mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi, merasa berbahagia karena cita-
cita menjadi mahasiswa telah tercapai. Tetapi setelah mengikuti kuliah mulailah terasa bahwa
belajar di perguruan tinggi adalah suatu pekerjaan berat. Hal ini amat dirasakan oleh
kebanyakan mahasiswa. Belajar di perguruan tinggi sangat berbeda dengan belajar di jenjang
Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan. Tanggung jawab belajar hampir
seluruhnya dipercayakan kepada para mahasiswa. Dosen hanya memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan memfasilitasi proses belajar mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut
memiliki keterampilan belajar untuk menunjang keberhasilan belajarnya dan mencapai gelar
kesarjanaannya atau menyelesaikan studi program nongelar. Kondisi di lapangan banyak
ditemukan persoalan dalam belajar mahasiswa. Pada saat mengikuti perkuliahan, terdapat
mahasiswa yang tidak mendengarkan dengan tekun tetapi asyik berbicara dengan teman
sebelahnya. Akibatnya, materi perkuliahan tidak dikuasai dengan baik. Persoalan-persoalan
tersebut diasumsikan karena mahasiswa belum memiliki keterampilan belajar dengan benar
untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga perlu diteliti keterampilan belajar yang dimiliki
oleh mahasiswa dan telah diterapkan untuk menyukseskan studinya.
Definisi tentang keterampilan belajar seringkali didasarkan pada daftar keterampilan
yang spesifik seperti mengorganisasi, memproses, dan menggunakan informasi yang
diperoleh dari aktivitas membaca (Salinger, 1983). Secara umum, keterampilan belajar
menitikberatkan pada strategi metakognitif untuk membantu peserta didik menjadi lebih baik
dan lebih mandiri dalam belajar. Gagne (1985) sebagaimana dikutip Mulyati (2005: 96)
menyebutkan dengan istilah kapabilitas strategi kognitif yaitu kemampuan menentukan tujuan
belajar, memperkirakan keberhasilan mencapainya, dan memiliki alternatif untuk
mencapainya (Mulyati, 2005: 96). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan
termasuk pendidikan tinggi. Artinya, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tinggi
sangat tergantung pada keterampilan belajar mahasiswa itu dalam melaksanakan proses
belajarnya. an belajar ialah dimilikinya kemampuan memecahkan masalah secara
bertanggung jawab. Tujan akhir dari keterampilan belajar adalah dimilikinya kemampuan
memecahkan masalah secara bertanggung jawab. Ada dua komponen yang masuk ke dalam
keterampilan belajar. Pertama, kesadaran tentang adanya keterampilan strategi dan sumber-
sumber yang diperlukan untuk melakukan tugas secara efektif; mengetahui apa yang harus
diperbuat. Kedua, kemampuan menggunakan mekanisme pengetahuan dan untuk menjamin
penyelesaian tugas secara berhasil; mengetahui kapan dan bagaimana melaku-kan sesuatu
(Mahmud : 1990, 140-141).
Belajar memerlukan arah atau sikap kepekaan yang paling relevan dengan kebutuhan
belajar. Arah atau sikap ini bertujuan mempermudah atau mempercepat belajar mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Menurut Soemanto (1983: 100-111) terdapat beberapa jenis
Nabila Putri Samawa
Klaster A12
Fakultas Hukum
Prodi Ilmu Hukum
2. keterampilan belajar sebagai satu set belajar yaitu mendengarkan, memandang, meraba,
membau, mencicipi, menulis, mencatat, membaca, membuat ikhtisar, menggarisbawahi,
mengamati tabel-gambar-diagram-bagan, mengurus paper/kertas kerja, mengingat, berpikir,
dan latihan atau praktik. Jenis keterampilan belajar lainnya dikemukakan oleh beberapa ahli
dengan melibatkan berbagai kemampuan mental atau perangkat mental yang digunakan oleh
individu dalam belajar.
Terdapat 4 jenis keterampilan belajar yang selalu saya terapkan sehingga belajar saya
mampu efektif dan mencapai tujuan yang baik. Pertama yakni menguasai kekuatan dalam
menulis. Kekuatan dalam menulis ini penting untuk kembangkan dengan baik. Ini bukan
tentang bagus atau tidaknya dalam menulis. Tetapi, yang terpenting disini adalah bagaimana
cara menjadikan menulis ini menjadi suatu yang disukai. Pasalnya, kehidupan kita yang serba
digital ini sering mudah melupakan sesuatu jika hanya sebatas melihat. Namun, dengan
menulis, ingatan kita akan lebih kuat karena ada pengulangan yang terjadi saat kita menulis.
Selain itu, ada tiga aktivitas yang dilakukan ketika menulis yaitu berpikir, membaca dan
mengingat. Semua ini penting untuk menjaga ingatan pada suatu materi menjadi lebih mudah.
Kedua yakni kemampuan dalam membiasakan mengatur diri sendiri. Yang harus dilakukan
adalah dengan memperhatikan dan membiasakan diri dengan kerangka kerja. Ini adalah cara
untuk membantu kita mengatur, memvisualisasikan dan meringkas apa yang didapatkan.
Tujuannya adalah memberi cara yang lebih baik untuk menyimpan informasi pada satu
halaman. Banyak topik yang bisa dipelajari dan direvisi dengan lebih mudah dan lebih
bermakna dengan membuat kerangka kerja. Ketiga yaitu mengajarkan materi kepada orang
lain. Cara yang bagus untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang materi baru adalah
dengan mengajarkannya kepada orang lain. Jika kita memiliki teman yang dapat diajak
belajar, bahkan mungkin seseorang yang memiliki tantangan dengan materi, kita dapat
menawarkan mereka untuk belajar bersama. Saat mengajar orang lain, kita akan mendapat
kesempatan untuk lebih memahami materi itu sendiri. Kita perlu menjawab pertanyaan yang
membuat kita masuk lebih dalam, mencari tahu masalah yang bahkan diri sendiri tidak
menyadari hal tersebut sebelumnya. Dan cara yang keempat yaitu keterampilan manajemen
waktu. Banyak pelajar yang merasa seperti waktu yang mengatur aktivitas mereka. Sebagian
dari mereka mengalami dilema antara menghadiri kelas, pergi bekerja, terjebak kemacetan,
mengurus anggota keluarga, mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Hal ini pun membuat
hari-hari pelajar terasa sangat berat. Akhirnya, kegagalan dalam mengatur waktu dapat
membuat kita semakin kurang produktif dan sukses di universitas. Manajemen waktu yang
baik akan membantu kita mencapai semua hal yang harus dilakukan dengan lebih efisien.
Atur pelajaran kita seefektif mungkin. Perencanaan akan dapat menghemat waktu dan energi.
Dengan memprioritaskan tugas, kita akan lebih mudah dalam memutuskan tugas mana yang
paling penting dan harus diselesaikan terlebih dahulu. Tip lain untuk manajemen waktu
adalah dengan tidak menunda tugas kecil, membagi tugas kompleks menjadi tugas kecil agar
lebih mudah diselesaikan. Dalam dunia perguruan tinggi, menurut saya juga terdapat
keterampilan lain yang penting digunakan dan masih selalu saya coba, yakninaktivitas belajar
rutin untuk mencapai tujuan belajar, pengolahan informasi, di dalam dan di luar perkuliahan,
pemecahan masalah di dalam kegiatan perkuliahan, sistem interaksi dengan lingkungan,
tempo belajar untuk menyelesaikan tugas perkuliahan, teknik belajar di dalam dan di luar
3. perkuliahan, perhatian di dalam kegiatan perkuliahan, proses berpikir logis untuk memahami
materi perkuliahan, kondisi belajar yang menunjang keberhasilan perkuliahan, cara
membangun ilmu pengetahuan dari mata kuliah yang diikuti, sumber belajar yang
dimanfaatkan, aktivitas belajar di dalam presentasi mengikuti mata kuliah teori serta praktik,
dan strategi menghadapi ujian. Pada saat menjelang ujian, terdapat keterampilan belajar yang
selalu saya terapkan, yakni memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan review,
membuat jadwal review yang terdiri dari waktu dan bahan materi, menguji diri sendiri dengan
materi tersebut. Dan menyelesaikan belajar sehari sebelum ujian dimulai. Hal itu sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Studygn (2009).
Pada akhirnya, mahasiswa harus menyadari adanya perbedaan di dalam
mengimplementasikan keterampilan belajar dalam menunjang kegiatan perkuliahan di
perkuliahan tinggi. Mahasiswa hendaknya mempersiapkan dirinya lebih baik sebelum belajar
di perguruan tinggi. Bagi Lembaga Himpunan Mahasiswa Jurusan dapat memberikan
pelatihan strategi belajar di perguruan tinggi kepada mahasiswa baru sehingga kinerja
kecakapan akademiknya semakin baik. Selain itu, Penasihat Akademik hendaknya lebih
meningkatkan perannya untuk membantu kesiapan mental mahasiswa pada saat mahasiswa
duduk di tahun pertama perkuliahan.
Referensi:
Harefa, A. (2000). Menjadi manusia pembelajaran. Jakarta: Kompas.
Nafiah, Y. N., & Suyanto, W. (2014). Penerapan model problem-based learning untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 4(1).
Suprayekti, S. (2010). Keterampilan Belajar Mahasiswa. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 22(XIII), 159-166.