SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH KOMPRES ALOE VERA TERHADAP SUHU
TUBUH ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN
DEMAM DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR
EVA MUZDHALIFAH AS SEGGAF
I1031131015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PENGARUH KOMPRES ALOE VERA TERHADAP SUHU
TUBUH ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN
DEMAM DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR
Eva Muzdhalifah As Seggaf1
, Ramadhaniyati2
, Desy Wulandari3
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura
2
Dosen Keperawatan Anak, STIK Muhammadiyah Pontianak
3
Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura
ABSTRAK
Latar Belakang: Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam pada
anak mencapai 62%. Penatalaksanaan pada demam dapat berupa terapi non farmakologi.
Salah satu terapi non farmakologi dari demam adalah pemberian kompres menggunakan
lidah buaya. Lidah buaya mengandung lignin dan saponin yang dapat memvasodilatasi kulit
dan menurunkan suhu tubuh.
Tujuan: Mengetahui pengaruh kompres lidah buaya terhadap perubahan suhu tubuh
penderita demam usia pra sekolah di wilayah kerja puskesmas siantan hilir.
Metode: Penelitian ini menggunakan one group pretest posttest dengan subjek 16 orang
anak berusia 3 – 6 tahun yang mengalami demam dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Siantan Hilir. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling
dengan metode purposive sampling. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian kompres
lidah buaya pada dahi selama 15 menit. Pengukuran suhu menggunakan termometer digital.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil: Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon menyatakan bahwa pemberian
kompres lidah buaya berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh pada penderita demam
dengan nilai p value = 0,001 (α < 0,05) dengan penurunan suhu sebesar 0,488 ºC.
Kesimpulan: Ada pengaruh yang signifikan pada suhu tubuh penderita demam sebelum dan
setelah pemberian kompres lidah buaya di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Hilir.
Kata Kunci : Demam, Kompres aloe vera, Penurunan suhu tubuh.
Reverensi : 78 (2006 – 2017)
THE EFFECT OF ALOE VERA COMPRESSES TOWARDS THE BODY
TEMPERATURE OF PRE SCHOOL CHILDREN WITH FEVER AT
PUBLIC HEALTH CENTER OF SIANTAN HILIR
ABSTRACT
Background: The World Health Organization (WHO) estimates the number of cases of fever
in children reaches 62%. Treatment of fever could be a non-pharmacological therapy. One of
the non-pharmacological therapy of fever is the giving of compress use an aloe vera
contains. Aloe vera contains lignin and saponin that can vasodilates skin and lower body
temperature.
Objective: to determine the effect of aloe vera compress to changes in body temperature in
patient with fever.
Methods: This riset use one group pretest posttest with 16 subject of childrens aged 3 – 6
years who fever and live in the area of Puskesmas Siantan Hilir. The sample in this study
using a non probability sampling technique with purposive sampling method. The
intervention is performed by giving the aloe vera compress on forehead for 15 minutes.
Temperature measurement used the digital thermometer. Data was analyzing by univariate
and bivariate analysis.
Results: The statistical results of test using a Wilcoxon test states the granting of aloe vera
compress effect on body temperature changes in people with fiver with p-value = 0,001 (α <
0,05) and decrease in temperature of 0,488 °C.
Conclusion: There is significant effect on body temperature in patients with fever before and
after administration of decresing of body temperature in the working area of Puskesmas
Siantan Hilir.
Keywords : fever, Aloevera compress, decreasing of body temperature.
Reverence : 78 (2006 – 2017)
1
Nursing Student of Tanjungpura University
2
Departement of Nursing Children, STIK Muhammadiyah Pontianak
3
Nursing Lecture of Tanjungpura University
Latar Belakang
Salah satu faktor yang
mempengaruhi keadaan sehat dan sakit
anak adalah keadaan wilayah, dimana
wilayah tropis seperti di Indonesia
merupakan tempat terbaik bagi
perkembangbiakan kuman untuk penyakit
flu, diare, demam berdarah bahkan
malaria. Berbagai penyakit tersebut
biasanya akan semakin mewabah seiring
dengan peralihan musim. Terjadinya
peralihan musim tersebut cenderung
mempengaruhi kondisi kesehatan anak.
Kondisi anak dari sehat menjadi sakit
dapat mengakibatkan tubuh bereaksi untuk
meningkatkan suhu yang disebut sebagai
demam (Damayanti, 2008).
Demam diartikan sebagai suatu
proses tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi
pada suhu > 37,5°C, biasanya disebabkan
oleh infeksi, penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat – obatan
(Hartini, 2015). Demam juga dapat terjadi
karena ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas tubuh untuk
mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh (Potter & Perry, 2009).
Peningkatan suhu tubuh pada anak
terjadi karena adanya aktivitas berlebihan
yang akan mempengaruhi suhu tubuh dan
peningkatan suhu tubuh pada anak
(Fatkularini, 2014). Salah satu dampak
yang dapat terjadi ketika demam tidak
segera diatasi dan suhu tubuh meningkat
terlalu tinggi yaitu dapat menyebabkan
dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan,
hingga kejang yang mengancam
kelangsungan hidup anak (Reiga, 2010).
Demam tidak selalu memberikan
efek samping yang merugikan bagi tubuh.
Salah satu efek samping yang
menguntungkan ketika tubuh mengalami
peningkatan suhu ringan sampai 39 °C
yaitu tubuh akan menambah sistem
imunitas. Saat episode tersebut terjadi,
produksi sel darah putih akan dirangsang
dan akan menurunkan konsentrasi besi
dalam plasma darah sehingga dapat
menekan pertumbuhan bakteri (Potter &
Perry, 2009).
Meskipun demam juga memiliki
efek samping yang baik bagi tubuh, namun
kepanikan orang tua saat anak mereka
mengalami demam akan tetap terjadi.
Bahkan demam merupakan salah satu
alasan paling umum anak dibawa dan
dirawat di rumah sakit. Demam bukanlah
penyakit melainkan gejala suatu penyakit
sebagai reaksi tubuh untuk melawan
infeksi atau penyakit yang dapat
disebabkan oleh infeksi (Hartini, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa jumlah kasus
penyakit yang disertai dengan demam pada
tahun 2013 mencapai 62% dengan jumlah
kasus terbanyak terjadi pada penyakit
pneumonia dan infeksi sistemik seperti
bakteri, virus, dan parasit. Di Taiwan,
sebesar 20 - 40% anak mencari pengobatan
medis akibat demam setiap tahunnya
(Li-Chuan, 2016).
Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Pontianak jumlah
kunjungan penderita demam usia 1 – 9
tahun yang tidak diketahui sebabnya selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Dimana pada tahun 2016 anak dengan
demam yang tidak diketahui sebabnya
mencapai jumlah tertinggi dengan 4.721
kasus.
Sampai saat ini terdapat dua
tindakan yang dapat dilakukan untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak
demam, yaitu menggunakan terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis,
ataupun kombinasi keduanya. Terapi
farmakologis merupakan pemberian obat
antipiretik sebagai pilihan pertama pada
anak dengan demam. Sedangkan pada
terapi non farmakologis tindakan yang
dapat dilakukan yaitu pemberian kompres
pada anak (Wardiah, 2016).
Pemberian kompres tidak harus
selalu diberikan menggunakan air hangat,
salah satu metode kompres lain yang juga
dapat diberikan pada anak yang
mengalami demam adalah metode
kompres dengan lidah buaya. Lidah buaya
merupakan salah satu komoditi produk
pertanian yang dijadikan komoditi
unggulan di Provinsi Kalimantan Barat
(Aseng, 2015).
Lidah buaya sudah terbukti
memiliki efek sebagai antipiretik, hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Fajariyah
(2016), bahwa kompres lidah buaya
berpengaruh dalam menurunkan suhu
tubuh anak usia sekolah dengan demam.
Namun penelitian ini memiliki
keterbatasan yaitu lokasi pemberian
kompres dan pengukuran suhu dilakukan
pada tempat yang sama tanpa dijelaskan
seberapa lama jarak antara pemberian
intervensi dihentikan ke pengukuran suhu
tubuh setelah intervensi (post test).
Penurunan suhu tubuh didalam penelitian
ini juga masih tergolong rendah, yaitu
sebesar 0,133°C tanpa dijelaskan alasan
mengenai penurunan suhu tubuh yang
tergolong rendah tersebut.
Meskipun telah banyak penelitian
mengenai pengobatan non farmakologis
untuk mengobati demam pada anak,
namun pada kenyataannya masih jarang
ada orang tua atau perawat yang
melakukan tindakan tersebut, kebanyakan
dari mereka selalu menggunakan obat-obat
antipiretik sebagai tindakan utama dalam
penurunan suhu tubuh. Padahal
penggunaan antipiretik jangka panjang
yang diberikan kepada anak dapat
menimbulkan efek toksik bagi organ
tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Purwanti (2008) yang
menekankan bahwa penggunaan antibiotik
hanya diberikan kepada anak yang suhu
tubuhnya lebih dari 38,5°C atau bila anak
tersebut merasa tidak nyaman.
Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan peneliti
kepada 5 orang ibu yang anaknya
mengalami demam di UPTD Puskesmas
Siantan Hilir, didapatkan hasil bahwa 3
dari 5 ibu mengatakan langsung membawa
anak mereka ke puskesmas ketika
mengalami demam, sedangkan 2 orang ibu
mengatakan pernah memberikan obat
demam yang berasal dari pengobatan
sebelumnya. Ketika ditanya mengenai
pengobatan non farmakologi seperti
pemberian kompres, ke 5 ibu tersebut
mengatakan belum pernah memberikan
kompres dengan berbagai alasan seperti
tidak ada waktu, ingin lebih cepat dalam
memberikan penanganan ataupun anak
akan lebih rewel ketika diberikan kompres.
Persepsi masyarakat yang salah
mengenai pengobatan non farmakologi
membuat pengobatan ini semakin jauh
ditinggalkan, padahal pemberian
pengobatan farmakologi tidak hanya
memiliki efek samping yang buruk,
pemberian pengobatan ini juga terkadang
sulit dikonsumsi oleh anak karena rasa
yang pahit atau adanya trauma ketika
dipaksa untuk minum obat. Penggunaan
obat-obatan dari luar seperti pemberian
kompres lidah buaya dapat menjadi
alternatif pilihan yang dapat
dipertimbangkan untuk menurunkan
demam pada anak. Pemberian terapi lidah
buaya dipilih karena 95% kandungan yang
terdapat didalam lidah buaya adalah air,
sehingga dapat menghindari terjadinya
alergi kulit bagi pemakainya (Jantika &
Saptoningsih, 2009; Furnawanthi, 2008).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan pre experiment dengan
rancangan one group pre and post test.
Penelitian ini dilakukan di Ruangan Poli
Umum Puskesmas Siantan Hilir yang
dilaksanakan mulai tanggal 3 – 12 Juni
2017.
Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 16 responden
kelompok intervensi dengan kriteria
inklusi yaitu: Orang tua yang memiliki
anak usia 3 – 6 tahun dan bersedia
menjadi responden, Demam dalam rentang
waktu 1-3 hari, Anak dengan kategori
demam sub febris (37,6 – 38,4°C). Adapun
yang menjadi kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah Anak yang telah
mendapatkan / diberi antibiotik dan
antipiretik, Anak dengan riwayat infeksi
berat, Anak dengan riwayat kejang
demam.
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah penurunan suhu tubuh anak usia
prasekolah, Sedangkan Variabel
independen dalam penelitian ini adalah
perlakuan pemberian kompres lidah buaya.
Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi langsung ke pasien dan
dibantu oleh satu orang perawat dengan
minimal pendidikan D III Keperawatan.
Sebelum pelaksanaan perawat tersebut
telah diberikan penjelasan oleh peneliti
mengenai tindakan kompres lidah buaya.
Setelah subjek yang dicari telah
memenuhi syarat dalam kriteria inklusi
baru dilaksanakan tindakan mandiri
keperawatan berupa kompres lidah buaya.
Lidah buaya dipotong dengan ukuran 5 x
15 cm, dan kemudian dicuci dengan air
mengalir dan sedikit tambahan garam
untuk menghilangkan lendir yang ada pada
lidah buaya tersebut. Pemberian kompres
dilakukan selama 15 menit dan dilakukan
pengukuran suhu pada sebelum dan setelah
pemberian kompres lidah buaya
menggunakan termometer digital yang
dilakukan pada area axila.
Jika pengumpulan data telah selesai
dilanjutkan dengan uji normalitas data dan
didapatkan nilai p < 0,05. Sehingga
analisis bivariate yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon
karena distribusi data tidak normal. Hasil
uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,001
(p<0,05).
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Puskesmas Siantan Hilir
dengan jumlah sampel 16 responden dapat
diketahui karakteristik responden
berdasarkan usia dan jenis kelamin di
dalam tabel 4.1
Tabel4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia dan Jenis Kelamin (n=16)
Karakteristik
Responden
F Presentase (%)
Usia
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
9
2
4
1
56,3
12,5
25
6.3
Jenis Kelamin
Laki – Laki
Perempuan
7
9
43,8
56,3
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
kelompok usia responden anak pra sekolah
sebagian besar adalah responden berusia 3
tahun yaitu sebanyak 9 orang (56,3%).
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin,
jumlah responden terbanyak adalah
berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 9 orang (56,3%),
Tabel 4.2 Suhu Tubuh Sebelum Pemberian
Kompres Lidah Buaya (n=16)
Deskriptif Suhu Tubuh
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
38.144
38.250
38.4
0.2502
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat
bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum
diberikan kompres lidah buaya adalah
38.144 dengan standar deviasi 0.2502.
Tabel 4.3 Suhu Tubuh Setelah Pemberian
Kompres Lidah Buaya (n=16)
Deskriptif Suhu Tubuh
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
37.656
37.7
37.8
0.3705
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat
bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum
diberikan kompres lidah buaya adalah
37.656 dengan standar deviasi 0.3705.
Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Suhu Tubuh
sebelum dan setelah dilakukan
pemberian kompres lidah buaya
Variabel Median SD P-Value
Suhu
Sebelum
Suhu
Setelah
38,250
37,7
0,2502
0,3705
0,001
0,001
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, menunjukan
hasil uji statistic Wilcoxon dengan nilai p =
0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan
antara suhu tubuh sebelum intervensi
kompres lidah buaya dan sesudah
intervensi kompres lidah buaya sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian kompres lidah buaya
terhadap perubahan suhu tubuh pada anak
usia pra sekolah yang mengalami demam
di Puskesmas Siantan Hilir.
PEMBAHASAN
Usia
Hasil penelitian di Puskesmas
Siantan Hilir diperoleh usia terbanyak
adalah pada kelompok usia 3 tahun dengan
jumlah 9 orang anak.
Hal ini sejalan dengan pernyataan
Wong (2008) bahwa demam pada anak
umumnya terjadi pada 3 – 4% kasus dan
biasanya terjadi pada anak usia kurang dari
5 tahun. Tingginya insiden demam pada
kelompok usia ini terjadi karena termostat
yang ada didalam tubuh anak belum
berfungsi secara sempurna, sehingga suhu
tubuh anak lebih mudah berubah dan lebih
sensitif terhadap perubahan suhu
lingkungan. Termostat anak akan
berfungsi secara sempurna ketika anak
memasuki usia remaja. Seiring dengan
berfungsinya termostat anak, suhu tubuh
juga akan meningkat sekitar 0,54 o
C
(Potter & Perry, 2005).
Usia akan sangat mempengaruhi
metabolisme tubuh seseorang akibat dari
mekanisme hormonal yang terjadi,
sehingga secara tidak langsung akan
memberikan efek terhadap perubahan suhu
tubuh. Dalam satu hari umumnya suhu
tubuh seseorang dapat mengalami
perubahan, baik yang mengalami
peningkatan ataupun penurunan suhu
tubuh yang berkisar antara 0,5 o
C.
Peningkatan suhu tubuh tidak hanya dapat
terjadi karena adanya virus ataupun bakteri
tertentu yang masuk kedalam tubuh.
Aktifitas berlebihan seperti olahraga,
bermain, penggunaan pakaian yang
berlapis-lapis, hingga udara yang panas
juga dapat meningkatkan suhu tubuh.
Secara teori, semakin tingginya usia
anak maka keingintahuan anak juga akan
semakin berkembang, sehingga anak akan
lebih aktif dalam bermain dan
memungkinkan anak mengalami
peningkatan suhu tubuh akibat dari
pengaruh lingkungan. Paparan produksi
panas dari luar secara eksogen dan
endogen merupakan dua hal yang dapat
menyebabkan demam pada temperatur
tubuh yang tinggi. Produksi panas yang
berlebihan juga dapat menyebabkan
terjadinya demam pada anak,
dibandingkan dengan kontrol temperatur
tubuh secara fisisologis dan perilaku,
sehingga peningkatan suhu tubuh akan
lebih sering ditemui pada kelompok usia
ini (Wong, 2008).
Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukan bahwa sebagian besar
responden yang mengalami demam
berjenis kelamin perempuan dengan
jumlah 9 orang. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ayu (2015) dimana insiden demam
tertinggi terjadi pada perempuan dari pada
laki – laki dengan jumlah 20 orang anak
perempuan dan 18 anak laki –laki.
Penelitian ini tidak sesuai dengan
pernyataan Maling (2012) yang
menyebutkan bahwa anak laki – laki lebih
beresiko tinggi terkena demam dari pada
anak perempuan dengan perbandingan
2 : 1. Tingginya insiden demam pada laki
– laki ini dapat terjadi karena jumlah anak
laki – laki lebih tinggi dari pada jumlah
anak perempuan, yaitu sekitar 33,5%
untuk anak laki – laki dan 32,2% untuk
anak perempuan, sehingga angka kesakitan
pada laki – laki juga cenderung lebih
tinggi (Profil Anak Indonesia, 2015).
Besarnya karakteristik jenis kelamin
perempuan dalam penelitian ini juga dapat
disebabkan karena jumlah anak yang
menderita demam yang dijumpai peneliti
dalam proses pengumpulan data dan
bersedia menjadi responden adalah
perempuan, sehingga peluang perempuan
untuk menjadi responden sangat besar
dalam penelitian ini.
Suhu Tubuh Responden Sebelum
dilakukan Pemberian Kompres
Lidah Buaya
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa nilai rata – rata suhu tubuh sebelum
pemberian kompres lidah buaya yaitu
38.144o
C dengan standar deviasi 0,2505.
Median suhu pada kelompok perlakuan
sebelum pemberian kompres lidah buaya
sebesar 38,250 o
C
Peningkatan suhu tubuh pada anak
dapat terjadi karena ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas tubuh yang
berlebihan. Anak balita yang mengalami
demam di Puskesmas Siantan Hilir
Kecamatan Pontianak Utara ini rata – rata
disertai dengan batuk serta flu dimana
batuk dan flu dapat terjadi karena adanya
virus atau bakteri yang masuk ke dalam
tubuh manusia karena terjadinya
penurunan sistem imun.
Suhu tubuh pada 14 responden yang
mengalami demam dalam penelitian ini
juga bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena
kondisi anak yang ditinjau dari segi usia
dan sensitivitas respon terhadap suhu
lingkungan juga berbeda. Selain itu,
perbedaan proses terjadinya demam pada
masing – masing anak juga akan
menyebabkan pematokan suhu yang
berbeda antara satu anak dengan anak yang
lain, sehingga akan didapatkan perbedaan
suhu tubuh pada setiap anak.
Suhu Tubuh Responden Setelah
dilakukan Pemberian Kompres
Lidah Buaya
Hasil penelitian menunjukan bahwa
terjadi variasi suhu antara satu anak
dengan anak lainnya. Rentang perbedaan
suhu tubuh pada penelitian ini terjadi pada
rentang suhu mulai 37,0 – 38,0 °C,
dengan rata – rata suhu tubuh sebesar
37,656°C. Median suhu pada kelompok
perlakuan sebelum pemberian kompres
lidah buaya sebesar 37,7 °C dengan
standar deviasi sebesar 0,3705.
Jika dilihat dari standar deviasi,
ternyata ditemukan rentang yang lebih
besar pada anak setelah dilakukan
pemberian kompres dibandingkan dengan
suhu tubuh anak sebelum diberikan
kompres. Hal ini menunjukan bahwa
penurunan suhu antara satu anak dengan
anak yang lain memiliki rentang
penurunan yang cukup berbeda – beda.
Rentang penurunan yang berbeda ini dapat
terjadi karena adanya berbagai faktor
seperti keadaan lingkungan, hingga
perbedaan tingkat stres yang dimiliki oleh
tiap responden. Tidak hanya itu, perbedaan
suhu awal pada tiap responden juga dapat
menjadi alasan terjadinya perbedaan suhu
responden pada akhir pengukuran.
Sehingga peneliti beranggapan bahwa
sangat wajar jika terjadi perbedaan pada
akhir pengukuran suhu tubuh responden
jika pada pengukuran pertama berupa suhu
awal responden sudah berbeda.
Pada penelitian ini, sebagian besar
responden mengatakan kepada peneliti dan
orang tuanya bahwa pemberian kompres
lidah buaya memberikan efek dingin pada
area dahi. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fajariyah (2016)
tentang Perbedaan Suhu Tubuh pada Anak
Demam Usia Sekolah Sebelum dan
Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya yang
menyatakan bahwa lidah buaya
mengandung air sebanyak 95%.
Banyaknya kandungan air dalam lidah
buaya ini dapat memberikan efek dingin
pada saat bersentuhan dengan kulit.
Kandungan air yang besar dalam lidah
buaya juga dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme
penyerapan panas dari tubuh dan
mentransfer panas tersebut ke molekul air
kemudian menurunkan suhu tubuh.
Pemberian kompres ini juga akan
menyebabkan terjadinya proses
vasodilatasi pada tubuh. Vasodilatasi ini
yang menyebabkan pembuangan atau
pelepasan panas dari dalam tubuh melalui
kulit sehingga suhu tubuh akan menurun.
Hal ini merupakan efek yang diharapkan
dari pemberian kompres yaitu menurunkan
suhu tubuh (Fatkularini, 2014).
Pengaruh Kompres Lidah Buaya
Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Anak Usia Pra Sekolah dengan Demam
Sebanyak 14 responden pada
kelompok intervensi kompres lidah buaya
dievaluasi dan suhu yang dihasilkan pada
akhir pengukuran sangat beragam.
Sebanyak dua orang responden yang tidak
mengalami perubahan suhu tubuh, dan 14
orang responden mengalami penurunan
suhu berkisar antara 0,1 – 1 o
C.
Hasil uji statistik dilakukan
berdasarkan nilai rata – rata suhu sebelum
perlakuan dan pada akhir periode
pengukuran kelompok intervensi kompres
lidah buaya yang mendapatkan hasil
signifikansi sebesar 0,001 (< 0,05).
Dengan demikian ada perbedaan yang
signifikan antara suhu awal sebelum
perlakuan dan setelah perlakuan diberikan.
Penanganan penurunan suhu tubuh
dapat dilakukan menggunakan terapi
farmakologis dan non farmakologis. Salah
satu metode penurunan suhu tubuh dari
luar yang dapat dilakukan untuk
menurunkan suhu tubuh adalah
menggunakan tindakan kompres. Kompres
yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan teknik kompres menggunakan
daging lidah buaya yang telah dicuci
bersih dan dihilangkan gelnya yang
kemudian diletakan pada area dahi
responden.
Metode pengeluaran panas dengan
kompres lidah buaya ini menggunakan
prinsip konduksi. Melalui metode tersebut,
panas dari tubuh responden dapat pindah
kedalam lidah buaya. Konduksi terjadi
antara suhu lidah buaya dengan jaringan
sekitarnya termasuk pembuluh darah
sehingga suhu darah yang melalui area
tersebut dapat menurun. Kemudian darah
tersebut akan mengalir kebagian tubuh lain
dan proses konduksi terus berlangsung
sehingga setelah dilakukan kompres
menggunakan lidah buaya, suhu tubuh
pasien dapat menurun. Hal ini didukung
oleh penelitian Fajariyah (2016) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan
suhu tubuh antara sebelum dan setelah
dilakukan kompres lidah buaya pada anak
demam. Penurunan suhu tubuh ini dapat
terjadi karena lidah buaya merupakan satu
– satunya substansi di dunia yang paling
cepat menembus masuk kedalam pori –
pori dan sel 5 kali lebih cepat dari pada air
(Jatnika & Saptoningsih, 2009).
Penurunan suhu tubuh karena
pemberian kompres lidah buaya juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Palkhade (2016) terhadap tikus
wistars yang dibagi menjadi 6 kelompok,
menunjukan hasil bahwa ekstrak aloe vera
pada dosis 250 dan 500 mg/kg berat badan
yang diberikan secara oral memiliki efek
antipiretik. Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Joseph dan
Raj (2010) yang menyatakan bahwa aloe
vera memiliki sifat antipiretik ketika
dilakukan percobaan pada mencit.
Percobaan terhadap tikus juga pernah
dilakukan oleh Kothariji (2015) yang
dilansir dari International Journal of
Green Pharmacy, India. Jurnal ini
membandingkan efektivitas antipiretik dari
aloe vera dan parasetamol pada tikus yang
diinduksi demam. Hewan tersebut akan
diobati menggunakan aloe vera dengan
dosis 100, 200, dan 300 mg/kg dan obat
standar parasetamol 150 mg/kg. Demam
kemudian diamati pada 18 jam dan 1 jam
pertama setelah injeksi kedua bahan
tersebut diberikan. Hasilnya, kelompok
perlakuan yang diinduksi aloe vera (200
dan 300 mg/kg) menunjukan penurunan
demam yang cukup signifikan pada suhu
rektal. Aktivitas antipiretik dari aloe vera
pada 300 mg/kg sebanding dengan
pemberian parasetamol dosis 150 mg/kg.
Rata – rata penurunan suhu pada
penelitian ini sebesar 0,486 °C dalam 15
menit. Jika dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fajariyah
(2016) penurunan suhu tubuh pada
penelitian ini sebesar 0,133 °C selama 15
menit. Dari hasil analisis yang dilakukan
oleh peneliti perbedaan penurunan suhu
tubuh yang terjadi dapat disebabkan
karena pada penelitian sebelumnya hanya
menggunakan daun lidah buaya untuk
dijadikan kompes, sehingga kandungan
yang ada pada lidah buaya tidak terserap
maksimal kedalam tubuh. Selain itu juga
pada penelitian ini, pengambilan daun
pelepah lidah buaya (Aloe vera) dilakukan
setelah proses fotosintesis berlangsung
maksimal, yaitu diatas jam 8 pagi. Hal ini
dikarenakan setelah proses fotosintesis
berlangsung maka metabolit sekunder
yang terkandung didalam sampel tersebut
akan maksimal dan diharapkan metabolit
sekunder seperti lignin dan saponin dapat
tersari (Arifin, 2014).
Lignin adalah salah satu
kandungan di dalam lidah buaya yang
berperan penting dalam penurunan suhu
tubuh. Lignin berfungsi sebagai penyerap
panas yang ada didalam tubuh kemudian
mentransfer panas tersebut ke molekul air
yang ada pada lidah buaya dan kemudian
dapat menurunkan suhu tubuh. Penyerapan
panas ini dapat terjadi karena lignin
memiliki sifat 5 kali lebih cepat menembus
masuk kedalam pori – pori dan sel,
sehingga penurunan suhu tubuh pada anak
yang mengalami demam dapat terjadi
(Jantika & Saptoningsih, 2009).
Kandungan saponin yang ada pada
lidah buaya juga bermanfaat dalam
penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya
ditempelkan pada dahi anak yang
mengalami demam, maka saponin yang
ada didalam lidah buaya akan
memvasodilatasi kulit, sehingga akan
mempercepat cara kerja lignin dalam
menurunkan suhu tubuh (Jantika &
Saptoningsih, 2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan pengaruh pemberian kompres
lidah buaya terhadap perubahan suhu
tubuh anak usia pra sekolah dengan
demam di wilayah kerja Puskesmas
Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara,
maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik responden penderita demam
berdasarkan usia dengan jumlah terbanyak
yaitu usia 3 tahun dengan jumlah 8 orang
anak. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, paling banyak adalah perempuan
yaitu sebanyak 8 orang. Rata – rata suhu
tubuh responden sebelum pemberian terapi
kompres lidah buaya adalah 38,079 °C,
sedangkan rata – rata suhu tubuh
responden setelah pemberian terapi
kompres lidah buaya adalah 37.593 °C,
dengan nilai p = 0,003 ≤ 0,05.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada hasil pengukuran
suhu tubuh sebelum dan setelah pemberian
kompres lidah buaya pada penderita
demam di wilayah kerja Puskesmas
Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai pengaruh kompres
lidah buaya terhadap perubahan suhu
tubuh pada anak usia pra sekolah yang
mengalami demam di Puskesmas Siantan
Hilir, maka peneliti ingin menyampaikan
saran bahwa hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi puskesmas, yaitu selain
dapat dijadikan tambahan informasi bagi
puskesmas, hal ini juga dapat dijadikan
sebagai acuan dalam memberikan
intervensi dan penyuluhan tentang
pemanfaatan dari tanaman lidah buaya
sebagai terapi dalam menurunkan suhu
tubuh pada penderita demam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Ryan. (2014). Efek hepatoprotektor
ekstrak etanol lidah buaya (aloe
vera) terhadap aktivitas enzim
alanin aminotransferase (alt)
dalam plasma rattus norvegicus
jantan galur wistar yang
diinduksi parasetamol. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK
Universitas Tanjungpura. 1(1);1-
10.
Aseng. (2015). Uji aktivitas antibakteri
kombinasi infusa daun mangga
bacang (mangifera foetida l.) Dan
infusa lidah buaya (aloe vera l.)
Terhadap staphylococcus aureus.
Jurnal Mahasiswa PSPD FK
Universitas Tanjungpura. 3(1);1-
21.
Ayu, Eny Inda., Irwanti, Winda.,
Mulyanti, Mulyanti. (2015).
Kompres air hangat pada daerah
aksila dan dahi terhadap
penurunan suhu tubuh pada
pasien demam di pku
muhammadiyah kutoarjo. Jurnal
Ners dan kebidanan Indonesia.
3(1);10-14.
Damayanti, R. (2008). Hubungan
pengetahuan, sikap dan praktek
3m dengan keberadaan jentik
aedes aegypti pada daerah
endemis demam berdarah dengue
di kelurahan kepolorejo
kecamatan magetan kabupaten
magetan. Skripsi. Undip.
Fajariyah, N. (2016). Perbedaan suhu
tubuh pada anak demam usia
sekolah sebelum dan sesudah
kompres daun lidah buaya di rsud
ungaran kabupaten semarang.
Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ngudi Waluyo Ungaran.
Fatkularini, D., Asih, SHM., Solechan, A.
(2014). Efektivitas kompres air
suhu biasa dan kompres plester
terhadap penurunan suhu tubuh
pada anak demam usia
prasekolah di rsud ungaran
semarang. Karya Ilmiah S1 Ilmu
Keperawatan.
Furnawanthi I. (2008). Khasiat dan
Manfaat Lidah Buaya Si
Tanaman Ajaib. Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Hartini, S., Pertiwi, PP. (2015). Efektifitas
kompres air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh anak
demam usia 1 - 3 tahun di smc rs
telogorejo semarang. Karya
Ilmiah S1 Ilmu Keperawatan.
Jatnika & Saptoningsih. (2009). Meraup
laba dari lidah buaya. Jakarta:
Agro Media Pustaka.
Joseph, B., Ray, SJ. (2010).
Pharmacognistic and
phytochemical properties of aloe
vera linin. An overview. Int J
Pharm Sci. Review and
Research., 4(2);106-110.
Kothari, Saroj., Kumar, Rajesh. 2015.
Paracetamol like antipyretic
activity of lyophilized succulent
of Aloe vera leaves in rats.
International Journal of Green
Pharmacy. 9(4). 236-240.
Li-Chuan C., Ping-Ing L., Nai-Wen G.,
Mei-Chin G. (2016).
Effectiveness of simulation-based
education on childhood fever
management by taiwanese
parents. Pediatrics and
Neonatology. XX;1-7.
Maling, Bartolomeus., Haryani, Sri., Arif,
Syamsul. Pengaruh Kompres
Tepid Sponge Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Umur 1-10 Tahun Dengan
Hipertermia (Studi Kasus Di
RSUD Tugurejo Semarang).
Jurnal Penelitian Kesehatan.
7(2);1-6.
Palkhade, Rajendra., Jangade, CR. (2016).
Screening of analgesic and
antipyretic activity of aqueous
and alcoholic extracts of aloe
vera linn. Veterinary Research
International. 4(2);67-73.
Potter & Perry. (2009). Buku ajar
fundamental keperawatan,
Volume 2, Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
Profil Kesehatan Indonesia. (2015).
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Wardiah, A., Setiawati., Setiawan, D.
(2016). Perbandingan efektifitas
pemberian kompres hangat dan
tepidsponge terhadap penurunan
suhu tubuh anak yang mengalami
demam rsud dr. H. Abdul
moeloek provinsi lampung.
Jurnal Ilmu Keperawatan.,
4(1);44-56.
Wong. (2008). Buku ajar keperawatan
pediatric, volume 2. Jakarta:
EGC.
World Health Organization. 2013. WHO
informal consultation on fever
management in peripheral health
care settings: a global review of
evidence and practice.

More Related Content

Similar to Kompres aloevera

TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
UGDPKMMARIDAN
 
efektifitas tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami d...
efektifitas tepid sponge terhadap penurunan  suhu tubuh anak yang mengalami d...efektifitas tepid sponge terhadap penurunan  suhu tubuh anak yang mengalami d...
efektifitas tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami d...
nurisrianinajamuddin
 
Kueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isiKueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isi
Andi Manurung
 
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Aji Wibowo
 
421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf
421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf
421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf
MuhamadAris7
 
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndnPPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
ShakilaNatasya1
 

Similar to Kompres aloevera (20)

KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docxKEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
 
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docxKEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
 
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docxKEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
 
Laporan_Kasus_KEJANG_DEMAM.pdf
Laporan_Kasus_KEJANG_DEMAM.pdfLaporan_Kasus_KEJANG_DEMAM.pdf
Laporan_Kasus_KEJANG_DEMAM.pdf
 
12345
1234512345
12345
 
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
 
efektifitas tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami d...
efektifitas tepid sponge terhadap penurunan  suhu tubuh anak yang mengalami d...efektifitas tepid sponge terhadap penurunan  suhu tubuh anak yang mengalami d...
efektifitas tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami d...
 
Kueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isiKueisioner daftar isi
Kueisioner daftar isi
 
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...
 
421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf
421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf
421-Article Text-1360-1-10-20200711.pdf
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Slide 1
Slide 1Slide 1
Slide 1
 
Transparan hartati
Transparan hartatiTransparan hartati
Transparan hartati
 
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balitaJurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
 
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
 
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptxfdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
fdtrdtfgytv6uf ygtyr6ty ygf6t.pptx
 
SAP DEMAM PADA ANAK
SAP DEMAM PADA ANAKSAP DEMAM PADA ANAK
SAP DEMAM PADA ANAK
 
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndnPPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
PPT TYPUS ABDOMINALIS (1).pptx ghsjskowndn
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
301-761-1-PB.pdf
301-761-1-PB.pdf301-761-1-PB.pdf
301-761-1-PB.pdf
 

Recently uploaded

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 

Recently uploaded (20)

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

Kompres aloevera

  • 1. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KOMPRES ALOE VERA TERHADAP SUHU TUBUH ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN DEMAM DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR EVA MUZDHALIFAH AS SEGGAF I1031131015 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017
  • 2.
  • 3. PENGARUH KOMPRES ALOE VERA TERHADAP SUHU TUBUH ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN DEMAM DI PUSKESMAS SIANTAN HILIR Eva Muzdhalifah As Seggaf1 , Ramadhaniyati2 , Desy Wulandari3 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura 2 Dosen Keperawatan Anak, STIK Muhammadiyah Pontianak 3 Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura ABSTRAK Latar Belakang: Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam pada anak mencapai 62%. Penatalaksanaan pada demam dapat berupa terapi non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi dari demam adalah pemberian kompres menggunakan lidah buaya. Lidah buaya mengandung lignin dan saponin yang dapat memvasodilatasi kulit dan menurunkan suhu tubuh. Tujuan: Mengetahui pengaruh kompres lidah buaya terhadap perubahan suhu tubuh penderita demam usia pra sekolah di wilayah kerja puskesmas siantan hilir. Metode: Penelitian ini menggunakan one group pretest posttest dengan subjek 16 orang anak berusia 3 – 6 tahun yang mengalami demam dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian kompres lidah buaya pada dahi selama 15 menit. Pengukuran suhu menggunakan termometer digital. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil: Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon menyatakan bahwa pemberian kompres lidah buaya berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh pada penderita demam dengan nilai p value = 0,001 (α < 0,05) dengan penurunan suhu sebesar 0,488 ºC. Kesimpulan: Ada pengaruh yang signifikan pada suhu tubuh penderita demam sebelum dan setelah pemberian kompres lidah buaya di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Hilir. Kata Kunci : Demam, Kompres aloe vera, Penurunan suhu tubuh. Reverensi : 78 (2006 – 2017)
  • 4. THE EFFECT OF ALOE VERA COMPRESSES TOWARDS THE BODY TEMPERATURE OF PRE SCHOOL CHILDREN WITH FEVER AT PUBLIC HEALTH CENTER OF SIANTAN HILIR ABSTRACT Background: The World Health Organization (WHO) estimates the number of cases of fever in children reaches 62%. Treatment of fever could be a non-pharmacological therapy. One of the non-pharmacological therapy of fever is the giving of compress use an aloe vera contains. Aloe vera contains lignin and saponin that can vasodilates skin and lower body temperature. Objective: to determine the effect of aloe vera compress to changes in body temperature in patient with fever. Methods: This riset use one group pretest posttest with 16 subject of childrens aged 3 – 6 years who fever and live in the area of Puskesmas Siantan Hilir. The sample in this study using a non probability sampling technique with purposive sampling method. The intervention is performed by giving the aloe vera compress on forehead for 15 minutes. Temperature measurement used the digital thermometer. Data was analyzing by univariate and bivariate analysis. Results: The statistical results of test using a Wilcoxon test states the granting of aloe vera compress effect on body temperature changes in people with fiver with p-value = 0,001 (α < 0,05) and decrease in temperature of 0,488 °C. Conclusion: There is significant effect on body temperature in patients with fever before and after administration of decresing of body temperature in the working area of Puskesmas Siantan Hilir. Keywords : fever, Aloevera compress, decreasing of body temperature. Reverence : 78 (2006 – 2017) 1 Nursing Student of Tanjungpura University 2 Departement of Nursing Children, STIK Muhammadiyah Pontianak 3 Nursing Lecture of Tanjungpura University
  • 5. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan sehat dan sakit anak adalah keadaan wilayah, dimana wilayah tropis seperti di Indonesia merupakan tempat terbaik bagi perkembangbiakan kuman untuk penyakit flu, diare, demam berdarah bahkan malaria. Berbagai penyakit tersebut biasanya akan semakin mewabah seiring dengan peralihan musim. Terjadinya peralihan musim tersebut cenderung mempengaruhi kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit dapat mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang disebut sebagai demam (Damayanti, 2008). Demam diartikan sebagai suatu proses tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu > 37,5°C, biasanya disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat – obatan (Hartini, 2015). Demam juga dapat terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas tubuh untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (Potter & Perry, 2009). Peningkatan suhu tubuh pada anak terjadi karena adanya aktivitas berlebihan yang akan mempengaruhi suhu tubuh dan peningkatan suhu tubuh pada anak (Fatkularini, 2014). Salah satu dampak yang dapat terjadi ketika demam tidak segera diatasi dan suhu tubuh meningkat terlalu tinggi yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan nafsu makan, hingga kejang yang mengancam kelangsungan hidup anak (Reiga, 2010). Demam tidak selalu memberikan efek samping yang merugikan bagi tubuh. Salah satu efek samping yang menguntungkan ketika tubuh mengalami peningkatan suhu ringan sampai 39 °C yaitu tubuh akan menambah sistem imunitas. Saat episode tersebut terjadi, produksi sel darah putih akan dirangsang dan akan menurunkan konsentrasi besi dalam plasma darah sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri (Potter & Perry, 2009). Meskipun demam juga memiliki efek samping yang baik bagi tubuh, namun kepanikan orang tua saat anak mereka mengalami demam akan tetap terjadi. Bahkan demam merupakan salah satu alasan paling umum anak dibawa dan dirawat di rumah sakit. Demam bukanlah penyakit melainkan gejala suatu penyakit sebagai reaksi tubuh untuk melawan infeksi atau penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi (Hartini, 2015). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus penyakit yang disertai dengan demam pada tahun 2013 mencapai 62% dengan jumlah kasus terbanyak terjadi pada penyakit pneumonia dan infeksi sistemik seperti bakteri, virus, dan parasit. Di Taiwan, sebesar 20 - 40% anak mencari pengobatan medis akibat demam setiap tahunnya (Li-Chuan, 2016). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak jumlah kunjungan penderita demam usia 1 – 9 tahun yang tidak diketahui sebabnya selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dimana pada tahun 2016 anak dengan demam yang tidak diketahui sebabnya mencapai jumlah tertinggi dengan 4.721 kasus.
  • 6. Sampai saat ini terdapat dua tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak demam, yaitu menggunakan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis, ataupun kombinasi keduanya. Terapi farmakologis merupakan pemberian obat antipiretik sebagai pilihan pertama pada anak dengan demam. Sedangkan pada terapi non farmakologis tindakan yang dapat dilakukan yaitu pemberian kompres pada anak (Wardiah, 2016). Pemberian kompres tidak harus selalu diberikan menggunakan air hangat, salah satu metode kompres lain yang juga dapat diberikan pada anak yang mengalami demam adalah metode kompres dengan lidah buaya. Lidah buaya merupakan salah satu komoditi produk pertanian yang dijadikan komoditi unggulan di Provinsi Kalimantan Barat (Aseng, 2015). Lidah buaya sudah terbukti memiliki efek sebagai antipiretik, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Fajariyah (2016), bahwa kompres lidah buaya berpengaruh dalam menurunkan suhu tubuh anak usia sekolah dengan demam. Namun penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu lokasi pemberian kompres dan pengukuran suhu dilakukan pada tempat yang sama tanpa dijelaskan seberapa lama jarak antara pemberian intervensi dihentikan ke pengukuran suhu tubuh setelah intervensi (post test). Penurunan suhu tubuh didalam penelitian ini juga masih tergolong rendah, yaitu sebesar 0,133°C tanpa dijelaskan alasan mengenai penurunan suhu tubuh yang tergolong rendah tersebut. Meskipun telah banyak penelitian mengenai pengobatan non farmakologis untuk mengobati demam pada anak, namun pada kenyataannya masih jarang ada orang tua atau perawat yang melakukan tindakan tersebut, kebanyakan dari mereka selalu menggunakan obat-obat antipiretik sebagai tindakan utama dalam penurunan suhu tubuh. Padahal penggunaan antipiretik jangka panjang yang diberikan kepada anak dapat menimbulkan efek toksik bagi organ tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2008) yang menekankan bahwa penggunaan antibiotik hanya diberikan kepada anak yang suhu tubuhnya lebih dari 38,5°C atau bila anak tersebut merasa tidak nyaman. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti kepada 5 orang ibu yang anaknya mengalami demam di UPTD Puskesmas Siantan Hilir, didapatkan hasil bahwa 3 dari 5 ibu mengatakan langsung membawa anak mereka ke puskesmas ketika mengalami demam, sedangkan 2 orang ibu mengatakan pernah memberikan obat demam yang berasal dari pengobatan sebelumnya. Ketika ditanya mengenai pengobatan non farmakologi seperti pemberian kompres, ke 5 ibu tersebut mengatakan belum pernah memberikan kompres dengan berbagai alasan seperti tidak ada waktu, ingin lebih cepat dalam memberikan penanganan ataupun anak akan lebih rewel ketika diberikan kompres. Persepsi masyarakat yang salah mengenai pengobatan non farmakologi membuat pengobatan ini semakin jauh ditinggalkan, padahal pemberian pengobatan farmakologi tidak hanya memiliki efek samping yang buruk,
  • 7. pemberian pengobatan ini juga terkadang sulit dikonsumsi oleh anak karena rasa yang pahit atau adanya trauma ketika dipaksa untuk minum obat. Penggunaan obat-obatan dari luar seperti pemberian kompres lidah buaya dapat menjadi alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk menurunkan demam pada anak. Pemberian terapi lidah buaya dipilih karena 95% kandungan yang terdapat didalam lidah buaya adalah air, sehingga dapat menghindari terjadinya alergi kulit bagi pemakainya (Jantika & Saptoningsih, 2009; Furnawanthi, 2008). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre experiment dengan rancangan one group pre and post test. Penelitian ini dilakukan di Ruangan Poli Umum Puskesmas Siantan Hilir yang dilaksanakan mulai tanggal 3 – 12 Juni 2017. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 16 responden kelompok intervensi dengan kriteria inklusi yaitu: Orang tua yang memiliki anak usia 3 – 6 tahun dan bersedia menjadi responden, Demam dalam rentang waktu 1-3 hari, Anak dengan kategori demam sub febris (37,6 – 38,4°C). Adapun yang menjadi kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah Anak yang telah mendapatkan / diberi antibiotik dan antipiretik, Anak dengan riwayat infeksi berat, Anak dengan riwayat kejang demam. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan suhu tubuh anak usia prasekolah, Sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini adalah perlakuan pemberian kompres lidah buaya. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke pasien dan dibantu oleh satu orang perawat dengan minimal pendidikan D III Keperawatan. Sebelum pelaksanaan perawat tersebut telah diberikan penjelasan oleh peneliti mengenai tindakan kompres lidah buaya. Setelah subjek yang dicari telah memenuhi syarat dalam kriteria inklusi baru dilaksanakan tindakan mandiri keperawatan berupa kompres lidah buaya. Lidah buaya dipotong dengan ukuran 5 x 15 cm, dan kemudian dicuci dengan air mengalir dan sedikit tambahan garam untuk menghilangkan lendir yang ada pada lidah buaya tersebut. Pemberian kompres dilakukan selama 15 menit dan dilakukan pengukuran suhu pada sebelum dan setelah pemberian kompres lidah buaya menggunakan termometer digital yang dilakukan pada area axila. Jika pengumpulan data telah selesai dilanjutkan dengan uji normalitas data dan didapatkan nilai p < 0,05. Sehingga analisis bivariate yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon karena distribusi data tidak normal. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,001 (p<0,05). HASIL Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Siantan Hilir dengan jumlah sampel 16 responden dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin di dalam tabel 4.1
  • 8. Tabel4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (n=16) Karakteristik Responden F Presentase (%) Usia 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 9 2 4 1 56,3 12,5 25 6.3 Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan 7 9 43,8 56,3 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok usia responden anak pra sekolah sebagian besar adalah responden berusia 3 tahun yaitu sebanyak 9 orang (56,3%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 9 orang (56,3%), Tabel 4.2 Suhu Tubuh Sebelum Pemberian Kompres Lidah Buaya (n=16) Deskriptif Suhu Tubuh Mean Median Modus Standar Deviasi 38.144 38.250 38.4 0.2502 Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan kompres lidah buaya adalah 38.144 dengan standar deviasi 0.2502. Tabel 4.3 Suhu Tubuh Setelah Pemberian Kompres Lidah Buaya (n=16) Deskriptif Suhu Tubuh Mean Median Modus Standar Deviasi 37.656 37.7 37.8 0.3705 Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan kompres lidah buaya adalah 37.656 dengan standar deviasi 0.3705. Tabel 4.4 Hasil Uji Wilcoxon Suhu Tubuh sebelum dan setelah dilakukan pemberian kompres lidah buaya Variabel Median SD P-Value Suhu Sebelum Suhu Setelah 38,250 37,7 0,2502 0,3705 0,001 0,001 Berdasarkan tabel 4.4 diatas, menunjukan hasil uji statistic Wilcoxon dengan nilai p = 0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan antara suhu tubuh sebelum intervensi kompres lidah buaya dan sesudah intervensi kompres lidah buaya sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres lidah buaya terhadap perubahan suhu tubuh pada anak usia pra sekolah yang mengalami demam di Puskesmas Siantan Hilir. PEMBAHASAN Usia Hasil penelitian di Puskesmas Siantan Hilir diperoleh usia terbanyak adalah pada kelompok usia 3 tahun dengan jumlah 9 orang anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wong (2008) bahwa demam pada anak umumnya terjadi pada 3 – 4% kasus dan biasanya terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Tingginya insiden demam pada kelompok usia ini terjadi karena termostat yang ada didalam tubuh anak belum berfungsi secara sempurna, sehingga suhu tubuh anak lebih mudah berubah dan lebih
  • 9. sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan. Termostat anak akan berfungsi secara sempurna ketika anak memasuki usia remaja. Seiring dengan berfungsinya termostat anak, suhu tubuh juga akan meningkat sekitar 0,54 o C (Potter & Perry, 2005). Usia akan sangat mempengaruhi metabolisme tubuh seseorang akibat dari mekanisme hormonal yang terjadi, sehingga secara tidak langsung akan memberikan efek terhadap perubahan suhu tubuh. Dalam satu hari umumnya suhu tubuh seseorang dapat mengalami perubahan, baik yang mengalami peningkatan ataupun penurunan suhu tubuh yang berkisar antara 0,5 o C. Peningkatan suhu tubuh tidak hanya dapat terjadi karena adanya virus ataupun bakteri tertentu yang masuk kedalam tubuh. Aktifitas berlebihan seperti olahraga, bermain, penggunaan pakaian yang berlapis-lapis, hingga udara yang panas juga dapat meningkatkan suhu tubuh. Secara teori, semakin tingginya usia anak maka keingintahuan anak juga akan semakin berkembang, sehingga anak akan lebih aktif dalam bermain dan memungkinkan anak mengalami peningkatan suhu tubuh akibat dari pengaruh lingkungan. Paparan produksi panas dari luar secara eksogen dan endogen merupakan dua hal yang dapat menyebabkan demam pada temperatur tubuh yang tinggi. Produksi panas yang berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya demam pada anak, dibandingkan dengan kontrol temperatur tubuh secara fisisologis dan perilaku, sehingga peningkatan suhu tubuh akan lebih sering ditemui pada kelompok usia ini (Wong, 2008). Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa sebagian besar responden yang mengalami demam berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 9 orang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2015) dimana insiden demam tertinggi terjadi pada perempuan dari pada laki – laki dengan jumlah 20 orang anak perempuan dan 18 anak laki –laki. Penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Maling (2012) yang menyebutkan bahwa anak laki – laki lebih beresiko tinggi terkena demam dari pada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1. Tingginya insiden demam pada laki – laki ini dapat terjadi karena jumlah anak laki – laki lebih tinggi dari pada jumlah anak perempuan, yaitu sekitar 33,5% untuk anak laki – laki dan 32,2% untuk anak perempuan, sehingga angka kesakitan pada laki – laki juga cenderung lebih tinggi (Profil Anak Indonesia, 2015). Besarnya karakteristik jenis kelamin perempuan dalam penelitian ini juga dapat disebabkan karena jumlah anak yang menderita demam yang dijumpai peneliti dalam proses pengumpulan data dan bersedia menjadi responden adalah perempuan, sehingga peluang perempuan untuk menjadi responden sangat besar dalam penelitian ini. Suhu Tubuh Responden Sebelum dilakukan Pemberian Kompres Lidah Buaya Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata – rata suhu tubuh sebelum pemberian kompres lidah buaya yaitu 38.144o C dengan standar deviasi 0,2505.
  • 10. Median suhu pada kelompok perlakuan sebelum pemberian kompres lidah buaya sebesar 38,250 o C Peningkatan suhu tubuh pada anak dapat terjadi karena ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas tubuh yang berlebihan. Anak balita yang mengalami demam di Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara ini rata – rata disertai dengan batuk serta flu dimana batuk dan flu dapat terjadi karena adanya virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh manusia karena terjadinya penurunan sistem imun. Suhu tubuh pada 14 responden yang mengalami demam dalam penelitian ini juga bervariasi. Hal ini dapat terjadi karena kondisi anak yang ditinjau dari segi usia dan sensitivitas respon terhadap suhu lingkungan juga berbeda. Selain itu, perbedaan proses terjadinya demam pada masing – masing anak juga akan menyebabkan pematokan suhu yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lain, sehingga akan didapatkan perbedaan suhu tubuh pada setiap anak. Suhu Tubuh Responden Setelah dilakukan Pemberian Kompres Lidah Buaya Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi variasi suhu antara satu anak dengan anak lainnya. Rentang perbedaan suhu tubuh pada penelitian ini terjadi pada rentang suhu mulai 37,0 – 38,0 °C, dengan rata – rata suhu tubuh sebesar 37,656°C. Median suhu pada kelompok perlakuan sebelum pemberian kompres lidah buaya sebesar 37,7 °C dengan standar deviasi sebesar 0,3705. Jika dilihat dari standar deviasi, ternyata ditemukan rentang yang lebih besar pada anak setelah dilakukan pemberian kompres dibandingkan dengan suhu tubuh anak sebelum diberikan kompres. Hal ini menunjukan bahwa penurunan suhu antara satu anak dengan anak yang lain memiliki rentang penurunan yang cukup berbeda – beda. Rentang penurunan yang berbeda ini dapat terjadi karena adanya berbagai faktor seperti keadaan lingkungan, hingga perbedaan tingkat stres yang dimiliki oleh tiap responden. Tidak hanya itu, perbedaan suhu awal pada tiap responden juga dapat menjadi alasan terjadinya perbedaan suhu responden pada akhir pengukuran. Sehingga peneliti beranggapan bahwa sangat wajar jika terjadi perbedaan pada akhir pengukuran suhu tubuh responden jika pada pengukuran pertama berupa suhu awal responden sudah berbeda. Pada penelitian ini, sebagian besar responden mengatakan kepada peneliti dan orang tuanya bahwa pemberian kompres lidah buaya memberikan efek dingin pada area dahi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajariyah (2016) tentang Perbedaan Suhu Tubuh pada Anak Demam Usia Sekolah Sebelum dan Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya yang menyatakan bahwa lidah buaya mengandung air sebanyak 95%. Banyaknya kandungan air dalam lidah buaya ini dapat memberikan efek dingin pada saat bersentuhan dengan kulit. Kandungan air yang besar dalam lidah buaya juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air kemudian menurunkan suhu tubuh.
  • 11. Pemberian kompres ini juga akan menyebabkan terjadinya proses vasodilatasi pada tubuh. Vasodilatasi ini yang menyebabkan pembuangan atau pelepasan panas dari dalam tubuh melalui kulit sehingga suhu tubuh akan menurun. Hal ini merupakan efek yang diharapkan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu tubuh (Fatkularini, 2014). Pengaruh Kompres Lidah Buaya Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Anak Usia Pra Sekolah dengan Demam Sebanyak 14 responden pada kelompok intervensi kompres lidah buaya dievaluasi dan suhu yang dihasilkan pada akhir pengukuran sangat beragam. Sebanyak dua orang responden yang tidak mengalami perubahan suhu tubuh, dan 14 orang responden mengalami penurunan suhu berkisar antara 0,1 – 1 o C. Hasil uji statistik dilakukan berdasarkan nilai rata – rata suhu sebelum perlakuan dan pada akhir periode pengukuran kelompok intervensi kompres lidah buaya yang mendapatkan hasil signifikansi sebesar 0,001 (< 0,05). Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara suhu awal sebelum perlakuan dan setelah perlakuan diberikan. Penanganan penurunan suhu tubuh dapat dilakukan menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis. Salah satu metode penurunan suhu tubuh dari luar yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh adalah menggunakan tindakan kompres. Kompres yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik kompres menggunakan daging lidah buaya yang telah dicuci bersih dan dihilangkan gelnya yang kemudian diletakan pada area dahi responden. Metode pengeluaran panas dengan kompres lidah buaya ini menggunakan prinsip konduksi. Melalui metode tersebut, panas dari tubuh responden dapat pindah kedalam lidah buaya. Konduksi terjadi antara suhu lidah buaya dengan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga suhu darah yang melalui area tersebut dapat menurun. Kemudian darah tersebut akan mengalir kebagian tubuh lain dan proses konduksi terus berlangsung sehingga setelah dilakukan kompres menggunakan lidah buaya, suhu tubuh pasien dapat menurun. Hal ini didukung oleh penelitian Fajariyah (2016) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh antara sebelum dan setelah dilakukan kompres lidah buaya pada anak demam. Penurunan suhu tubuh ini dapat terjadi karena lidah buaya merupakan satu – satunya substansi di dunia yang paling cepat menembus masuk kedalam pori – pori dan sel 5 kali lebih cepat dari pada air (Jatnika & Saptoningsih, 2009). Penurunan suhu tubuh karena pemberian kompres lidah buaya juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Palkhade (2016) terhadap tikus wistars yang dibagi menjadi 6 kelompok, menunjukan hasil bahwa ekstrak aloe vera pada dosis 250 dan 500 mg/kg berat badan yang diberikan secara oral memiliki efek antipiretik. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph dan Raj (2010) yang menyatakan bahwa aloe vera memiliki sifat antipiretik ketika dilakukan percobaan pada mencit. Percobaan terhadap tikus juga pernah dilakukan oleh Kothariji (2015) yang dilansir dari International Journal of
  • 12. Green Pharmacy, India. Jurnal ini membandingkan efektivitas antipiretik dari aloe vera dan parasetamol pada tikus yang diinduksi demam. Hewan tersebut akan diobati menggunakan aloe vera dengan dosis 100, 200, dan 300 mg/kg dan obat standar parasetamol 150 mg/kg. Demam kemudian diamati pada 18 jam dan 1 jam pertama setelah injeksi kedua bahan tersebut diberikan. Hasilnya, kelompok perlakuan yang diinduksi aloe vera (200 dan 300 mg/kg) menunjukan penurunan demam yang cukup signifikan pada suhu rektal. Aktivitas antipiretik dari aloe vera pada 300 mg/kg sebanding dengan pemberian parasetamol dosis 150 mg/kg. Rata – rata penurunan suhu pada penelitian ini sebesar 0,486 °C dalam 15 menit. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajariyah (2016) penurunan suhu tubuh pada penelitian ini sebesar 0,133 °C selama 15 menit. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti perbedaan penurunan suhu tubuh yang terjadi dapat disebabkan karena pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan daun lidah buaya untuk dijadikan kompes, sehingga kandungan yang ada pada lidah buaya tidak terserap maksimal kedalam tubuh. Selain itu juga pada penelitian ini, pengambilan daun pelepah lidah buaya (Aloe vera) dilakukan setelah proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu diatas jam 8 pagi. Hal ini dikarenakan setelah proses fotosintesis berlangsung maka metabolit sekunder yang terkandung didalam sampel tersebut akan maksimal dan diharapkan metabolit sekunder seperti lignin dan saponin dapat tersari (Arifin, 2014). Lignin adalah salah satu kandungan di dalam lidah buaya yang berperan penting dalam penurunan suhu tubuh. Lignin berfungsi sebagai penyerap panas yang ada didalam tubuh kemudian mentransfer panas tersebut ke molekul air yang ada pada lidah buaya dan kemudian dapat menurunkan suhu tubuh. Penyerapan panas ini dapat terjadi karena lignin memiliki sifat 5 kali lebih cepat menembus masuk kedalam pori – pori dan sel, sehingga penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam dapat terjadi (Jantika & Saptoningsih, 2009). Kandungan saponin yang ada pada lidah buaya juga bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya ditempelkan pada dahi anak yang mengalami demam, maka saponin yang ada didalam lidah buaya akan memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat cara kerja lignin dalam menurunkan suhu tubuh (Jantika & Saptoningsih, 2009). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh pemberian kompres lidah buaya terhadap perubahan suhu tubuh anak usia pra sekolah dengan demam di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden penderita demam berdasarkan usia dengan jumlah terbanyak yaitu usia 3 tahun dengan jumlah 8 orang anak. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 8 orang. Rata – rata suhu tubuh responden sebelum pemberian terapi kompres lidah buaya adalah 38,079 °C, sedangkan rata – rata suhu tubuh responden setelah pemberian terapi
  • 13. kompres lidah buaya adalah 37.593 °C, dengan nilai p = 0,003 ≤ 0,05. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil pengukuran suhu tubuh sebelum dan setelah pemberian kompres lidah buaya pada penderita demam di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh kompres lidah buaya terhadap perubahan suhu tubuh pada anak usia pra sekolah yang mengalami demam di Puskesmas Siantan Hilir, maka peneliti ingin menyampaikan saran bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi puskesmas, yaitu selain dapat dijadikan tambahan informasi bagi puskesmas, hal ini juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan intervensi dan penyuluhan tentang pemanfaatan dari tanaman lidah buaya sebagai terapi dalam menurunkan suhu tubuh pada penderita demam. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Ryan. (2014). Efek hepatoprotektor ekstrak etanol lidah buaya (aloe vera) terhadap aktivitas enzim alanin aminotransferase (alt) dalam plasma rattus norvegicus jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura. 1(1);1- 10. Aseng. (2015). Uji aktivitas antibakteri kombinasi infusa daun mangga bacang (mangifera foetida l.) Dan infusa lidah buaya (aloe vera l.) Terhadap staphylococcus aureus. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura. 3(1);1- 21. Ayu, Eny Inda., Irwanti, Winda., Mulyanti, Mulyanti. (2015). Kompres air hangat pada daerah aksila dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien demam di pku muhammadiyah kutoarjo. Jurnal Ners dan kebidanan Indonesia. 3(1);10-14. Damayanti, R. (2008). Hubungan pengetahuan, sikap dan praktek 3m dengan keberadaan jentik aedes aegypti pada daerah endemis demam berdarah dengue di kelurahan kepolorejo kecamatan magetan kabupaten magetan. Skripsi. Undip. Fajariyah, N. (2016). Perbedaan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah sebelum dan sesudah kompres daun lidah buaya di rsud ungaran kabupaten semarang. Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran. Fatkularini, D., Asih, SHM., Solechan, A. (2014). Efektivitas kompres air suhu biasa dan kompres plester terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia prasekolah di rsud ungaran semarang. Karya Ilmiah S1 Ilmu Keperawatan. Furnawanthi I. (2008). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hartini, S., Pertiwi, PP. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
  • 14. penurunan suhu tubuh anak demam usia 1 - 3 tahun di smc rs telogorejo semarang. Karya Ilmiah S1 Ilmu Keperawatan. Jatnika & Saptoningsih. (2009). Meraup laba dari lidah buaya. Jakarta: Agro Media Pustaka. Joseph, B., Ray, SJ. (2010). Pharmacognistic and phytochemical properties of aloe vera linin. An overview. Int J Pharm Sci. Review and Research., 4(2);106-110. Kothari, Saroj., Kumar, Rajesh. 2015. Paracetamol like antipyretic activity of lyophilized succulent of Aloe vera leaves in rats. International Journal of Green Pharmacy. 9(4). 236-240. Li-Chuan C., Ping-Ing L., Nai-Wen G., Mei-Chin G. (2016). Effectiveness of simulation-based education on childhood fever management by taiwanese parents. Pediatrics and Neonatology. XX;1-7. Maling, Bartolomeus., Haryani, Sri., Arif, Syamsul. Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 Tahun Dengan Hipertermia (Studi Kasus Di RSUD Tugurejo Semarang). Jurnal Penelitian Kesehatan. 7(2);1-6. Palkhade, Rajendra., Jangade, CR. (2016). Screening of analgesic and antipyretic activity of aqueous and alcoholic extracts of aloe vera linn. Veterinary Research International. 4(2);67-73. Potter & Perry. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan, Volume 2, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Profil Kesehatan Indonesia. (2015). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Wardiah, A., Setiawati., Setiawan, D. (2016). Perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat dan tepidsponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam rsud dr. H. Abdul moeloek provinsi lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan., 4(1);44-56. Wong. (2008). Buku ajar keperawatan pediatric, volume 2. Jakarta: EGC. World Health Organization. 2013. WHO informal consultation on fever management in peripheral health care settings: a global review of evidence and practice.