Dokumen tersebut memberikan analisis situasi kusta di Kabupaten Bogor tahun 2022, meliputi mitos dan fakta, kebijakan nasional pengendalian kusta, strategi dan kegiatan penanggulangan kusta, serta peta sebaran kasus kusta di berbagai wilayah di Kabupaten Bogor."
4. KEBIJAKANNASIONAL
PENGENDALIAN
KUSTA
VISI
MISI
Masyarakat Sehat Bebas Kusta yang mandiri dan
berkeadilan
• Peningkatan Penemuan Kasus Secara dini di masyarakat
• Pelayanan Kusta yang berkualitas
• Penyebarluasan Informasi kusta di masyarakat
• Eliminasi Stigma Negatif Kusta
• Pemberdayaan pasien yang pernah mengalami kusta
• Kemitran dengan berbagai pemangku kepentingan
• Peningkatan dukungan kepada program kusta
• Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan
endemisitas kusta
5. KEBIJAKAN
PROGRAMP2KUSTA
•Sebagai pedoman manajemen kasus
kusta bagi dokter dan dokter
spesialis >> UKP
•Sebagai acuan dalam menyusun
Standar Prosedur Operasionalbagi
fasilitas pelayanan kesehatan
Sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan eliminasi
kusta bagi petugas
Kesehatan dan masyarakat
baik di Pusat, Provinsi dan
Kab/kota
6. STRATEGI PENANGGULANGAN KUSTA
Penguatan advokasi dan koordinasi lintas
program dan lintas Sektor
Penguatan peran serta masyarakat
dan organisasi kemasyarakatan
Penyediaan sumber daya yang mencukupi
dalam Penanggulangan Kusta
Penguatan sistem surveilans serta
pemantauan dan evaluasi kegiatan
penanggulangan kusta
KEGIA
TAN
PROMOSI
KESEHA
TAN
SURVEI
LANS
KEMOPRO
FILAKSIS
TATA
LAKSANA
Penyelenggaraan dilaksanakan
melalui upaya pencegahan dan
pengendalian
7. A. PROMOSI KESEHATAN
Kegiatan :
• memberikan informasi kepada masyarakat tentang
tanda dan gejala dini kusta, serta teknis kegiatan
penanggulangan kusta;
• mempengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat
untuk penghapusan stigma dan menghilangkan
diskriminasi pada penderita kusta dan orang yang
pernah mengalami kusta;
• mempengaruhi pemangku kepentingan terkait untuk
memperoleh dukungan kebijakan penanggulangan
kusta, khususnya penghapusan stigma dan
diskriminasi, serta pembiayaan; dan
• membantu individu, keluarga, dan masyarakat untuk
berperan aktif dalam penemuan dan tatalaksana
penderita kusta, pelaksanaan kemoprofilaksis, dan
kegiatan penelitian dan pengembangan.
Tujuan: untuk memberdayakan
masyarakat agar mampu berperan aktif
dalam mendukung perubahan perilaku
dan lingkungan
11. •Pengobatan sedini
mungkin dengan Multi
Drugs Therapy (MDT)
•Pemeriksaan fungsi saraf
(Pencegahan cacat)
•Tatalaksana cacat/luka
Pengobatan Dini
Mencegah
disabilitas
D. Tatalaksana
Medis (reconstructive/ septic surgery),
psikologis (konseling) dan Sosial-
ekonomi (pemberdayaan orang yang
pernah mengalami kusta)
Rehabilitatif
32. Situasi Frambusia Tahun 2019 dan 2020
(berdasarkan konfirmasi Kasus Provinsi)
Data per 30 Oktober 2020
Maluku Utara
2019: 20 kasus
2020: 0 kasus
Papua Barat
2019: 336 kasus
2020: 31 kasus
Papua
2019: 259 kasus
2020: 49 kasus
NTT
2019: 58 kasus
2020: 1 kasus
2019:
673 Kasus Frambusia
dari 35 Kabupaten
4 Kab
4 Kab
12 Kab
16 Kab
4510
5928
3621
1521
3379
2762
1218
353 673 81
0
2000
4000
6000
8000
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Tren Kasus Frambusia di Indonesia
Tahun 2010 - 2020
2020:
81 Kasus Frambusia
dari 9 Kabupaten
1 Kab
6 Kab
2 Kab
33. Peta Endemisitas
Kepmenkes nomor HK.01.07/Menkes/496/2017
ORGANIC
Fresh
food
Farm
Fresh
79
Kab/Kota
Endemis
Sumut (6 Kab): Labuhan
Batu, Serdang Bedagai,
Humbang Hasundutan,
Deli Serdang, Samosir
Riau (1 kab):
Indragiri Hilir
Sumbar (1
kab): Padang
Pariaman
Jambi (1
kab): Tanjab
Timur
Bengkulu (2 kab):
Seluma, Bengkulu
Selatan
Lampung (1
kab): Lampung
Utara
Banten (1 kab):
Lebak
Kalbar (1 kab):
Kayong Utara
Kalteng (2 kab):
Kotawaringin Timur,
Pulang Pisau
Jatim (2 kab):
Sampang, Sumenep
Sulteng (2
kab):
Donggala,
Parigi Moutong
Gorontalo (1 kab):
Pohuwato
Sultra (4 Kab): Muna,
Konawe Kepulauan, Buton
Selatan, Buton Tengah
Maluku Utara (4 Kab): Halmahera Utara, Halmahera Tengah,
Halmahera Selatan, Halmahera Barat
Papua Barat (10 Kab): Manokwari,Manokwari
Selatan, Kaimana Sorong Selatan, Kab Sorong,
Maybrat, Tambraw, Teluk Wondama, Raja Ampat,
Fak-fak
Maluku (4 Kab): Seram Bagian Barat, Seram Bagian
Timur, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Buru
NTT (17 Kab): Lembata, Belu, Flores Timur, Nagekeo, Ngada, Sumba Tengah,
Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Timor Tengah Utara, Timor Tengah
Selatan, Ende, Alor, Sikka, Kab. Kupang, Rotendao, Malaka
*memiliki riwayat kasus frambusia
tahun 2010 - 2017
Papua (18 Kab): Jayapura,
Kota Jayapura, Sarmi,
Keerom, Biak, Supiori, Yapen,
Waropen, Merauke,
Bovendigul, Nabire, Paniai,
Mimika, Mappi, Yahukimo,
Lanny Jaya, Intan Jaya,
Asmat
34. Penegakan Diagnosa Frambusia
PEMERIKSAAN KLINIS
Umur penderita (Frambusia banyak terjadi pada anak
berumur kurang dari 15 tahun.
Gejala klinis berupa lesi pada kulit dan tulang sesuai
pada stadium perkembangan Frambusia.
Ciri dan lokasi lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan
kaki, bisa juga terjadi di lengan dan muka
01 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rapid Diagnostic Treponema Test (RDT test)
Rapid Plasma Reagen (RPR) test
02
Obat yang digunakan dalam program adalah AZITROMISIN,
Benzatin penisilin ataupun obat lain hanya dipakai ketika:
Ada indikasi medis yang tidak memungkinkan penderita/kontak untuk memakai azitromisin.