1. 142 citacinta.co.id citacinta.co.id 143
FUN TIME
Mengunjungi
Tanah Papua menyimpan banyak
mutiara terpendam yang jarang
diungkap masyarakat luas. Salah
satu mutiara tersebut adalah
Wamena di barat daya kota
Jayapura. Butuh waktu enam
jam perjalanan jika ditempuh
dengan pesawat dari Jakarta.
Kata “wamena” berarti babi
jinak. Nama ini dicetuskan oleh
warga Belanda yang datang
dan melihat banyak penduduk
desa yang menggendong babi.
Pasalnya, babi memang menjadi
hewan peliharaan sekaligus
komoditas utama warga
Wamena. Anda pasti akan
terbiasa melihat rombongan
babi berkeliaran di jalan raya.
Untuk itu, hati-hatilah saat
berkendara—Anda harus
membayar puluhan juta rupiah
jika menabrak satu ekor babi!
Waspada
di Pasar Jibama
Penduduk asli Wamena
memang ramah dan
terbuka terhadap
pendatang, namun jika
ingin memotret mereka—
terutama yang ada di
Pasar Jibama—sebaiknya
minta izin dahulu. Pasar
Jibama merupakan
pasar terbesar di
Wamena dan
menjadi pusat
perekonomian
masyarakat. Pasar
ini nggak jauh dari
Bukit Baliem.
Bukan hanya
menyediakan
kebutuhan
pokok, pasar
ini juga menjual
aneka perhiasan,
aksesori rumah,
bahkan babi hidup
yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Salah
satu barang dagangan yang unik, tuh, sarang semut
yang terbuat dari liur semut. Masyarakat percaya,
mengonsumsi sarang semut akan menambah stamina
tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit. Cara
mengonsumsinya, hanya direbus dengan air.
Bandara Wamena dan pusat kota
Jangan heran jika begitu menapakkan kaki di Wamena, bukan
bandara megah yang Anda lihat, melainkan bangunan sederhana
yang dinding dan atapnya menggunakan seng. Jangan anggap
remeh—bandara ini melayani berbagai jenis pesawat setiap hari.
Posisi bandaranya di atas bukit, sehingga menyulitkan pesawat
untuk mendarat.
Saat keluar dari bandara, Anda akan langsung disambut oleh pasar
tumpah yang menawarkan bermacam cendera mata di pinggiran
Bandara Wamena. Siapkan juga nyali Anda melihat pria paruh baya
hilir mudik hanya menggunakan koteka (pakaian adat Papua) sambil
menjajakan dagangan atau menawarkan diri untuk berfoto bersama.
Kampung Soroba
Setelah mengunjungi Pasar Jibama,
perjalanan dilanjutkan ke Kampung Soroba
untuk melihat kehidupan asli warga Wamena
yang tinggal di honai. Perjalanannya kurang
dari 30 menit dari pusat kota. Honai adalah
rumah tradisional Papua yang terbuat dari
kayu bernama cin, dan beratapkan jerami.
Jika berkendara, mobil akan berhenti
di tempat terdekat dengan kampung dan
perjalanan dilanjutkan jalan kaki sejauh 10 km.
Anda nggak akan merasa lelah karena
sepanjang jalan dimanjakan
pemandangan bukit dan hutan
yang hijau. Suhunya juga sejuk,
temperatur di sini sekitar 18°C
sehingga pendakian nggak
terasa berat. CC juga melewati
jembatan kayu—ternyata sangat
kokoh—yang memicu adrenalin
saat menyeberanginya.
Tip: Jika ingin berfoto,
belilah barang dagangan
penduduk. Jika tidak, mereka
akan meminta imbalan uang
sebesar Rp 50.000-Rp 100.000.
Pemandangan pusat kota Wamena
yang dikelilingi Pegunungan Baliem
Ruang tunggu Bandara Wamena
yang sederhana
Pasar Jibama
Perjalanan ke Kampung Soroba
Kota Sakral
142 citacinta.co.id citacinta.co.id 143
2. 144 citacinta.com citacinta.co.id 145
Upacara
Bakar
Batu
Sepanjang
jalan
memasuki
pemukiman
Suku Dani, CC
disuguhi nyanyian
oleh warga. Untuk
mengapresiasi sambutan
mereka, CC membalasnya dengan menyanyikan
lagu daerah Indonesia seperti Gundul Gundul Pacul
dan Apuse. Suasana pun makin akrab.
Sesudahnya, para mama—wanita di Suku Dani—
menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
upacara, sedangkan para pria bersiap membuat
api untuk memasak. Upacara Bakar Batu selalu
dilakukan oleh Suku Dani untuk menjamu tamu.
Biasanya kasbi atau ubi menjadi bahan utama, dan
daging babi sebagai sajiannya.
Cara memasak di Upacara Bakar Batu cukup
unik—batu yang sudah dibakar dimasukkan
terlebih dahulu ke dalam lubang di tanah kemudian
menyusul kasbi atau bahan makanan lain yang
sudah dibungkus menggunakan daun ubi, setelah
itu bagian atasnya kembali ditutup menggunakan
sisa batu yang telah dibakar sebelumnya, dan
tinggal menunggu dua jam hingga masakan siap.
Sambil menunggu, Anda bisa membeli kerajinan
tangan para mama, seperti cincin, kalung, hingga
koteka. Tinggal pilih! ccPantai Pulau Moyo
THEOREZAHERDIYANTO
Tiba di kampung, CC disambut hangat oleh kepala
adat dan rombongan anak-anak. Jika Anda membawa
permen, mereka akan sangat senang menerimanya.
Honai berupa kavling seluas seratus meter persegi
yang terdiri atas beberapa bangunan. Misal, ada honai
untuk pria, honai perempuan, kandang babi, dapur, dan
tempat suci. Bagunan honai memiliki dua lantai untuk
menampung seluruh anggota keluarga.
Memanen garam di Saltspring
Jika garam biasanya didapat dari laut, di Wamena,
garam bisa dipanen di atas bukit. Letak Saltspring
ada di dekat Desa Anemaugi. Sejauh ini, belum ada
penjelasan mengapa terdapat sumber garam
di atas bukit.
Perjalanan ke Saltspring menempuh jalur yang
curam dan berbatu. Kemiringan lereng bukitnya
mencapai 45 derajat, sehingga butuh tenaga ekstra
untuk berjalan di sini. Beruntungnya, CC ditemani
enam warga lokal yang ahli mendaki bukit tanpa alas
kaki—bahkan hanya mengenakan koteka.
Saltspring berupa kolam kecil berair asin.
Warga menggunakan garam dari kolam ini untuk
menambahkan rasa pada makanan mereka.
Mengunjungi Suku Dani
Setelah dari Saltspring, CC menuju Desa Anemaugi,
tempat kediaman suku Dani. Sepanjang jalan CC
dihibur pemandangan perbukitan dan stepa yang luas.
Begitu sampai di gerbang desa, CC dikagetkan oleh
pasukan perang yang membawa tombak dan busur
panah. Kecemasan hilang ketika CC menyadari bahwa
ini merupakan salah satu upacara penyambutan tamu,
yaitu tari perang.
Di ujung pintu masuk, seorang pria tua dengan
wajah dan tubuh penuh coretan serta hiasan bulu
Cendrawasih
di kepala telah
menanti CC. “Good
afternoon. Welcome
to our village,”
sapanya. Dia adalah
Yali Mabel, kepala
suku Dani di Desa
Anemaugi. Yali
memiliki sepuluh
orang istri dan
sejumlah babi
yang tak terhitung
menandakan
kemakmurannya.
Tip: Jika Anda ingin merasakan kehidupan warga asli Papua, Anda
dapat tinggal di honai yang disewakan seharga Rp 100.000 per
malam. Layaknya warga lokal, mandi pun kudu di sungai.
Mumi
Kepala Perang
Berjalan sedikit
meninggalkan
Desa Anemaugi,
CC melanjutkan
perjalanan ke Desa
Jiwika yang berjarak
3 km, untuk melihat
Mumi Wim Motok
Mabel. Mumi berusia
392 tahun ini tadinya
adalah ksatria dan
panglima perang dan
dipercaya membawa
kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi
masyarakat.
Dari Sogokmo ke Kurima
Jika stamina Anda kuat dan hobi trekking,
wajib menempuh perjalanan hingga ke
Desa Kurima. Perjalanan dimulai dari Desa
Sogokmo—desa terakhir yang dapat ditempuh
dengan kendaraan—lalu berjalan kaki selama
enam jam menyusuri bukit dan jurang menuju
Desa Kurima.
Selama perjalanan, CC bertemu anak-anak
Desa Sogokmo yang tengah pulang sekolah.
CC berbicara dengan Hersen, siswa kelas 4 SD,
yang bercerita setiap hari berjalan kaki selama
satu jam untuk menuju sekolahnya.
Sepanjang jalan, anak-anak ini
menyanyikan Indonesia Raya.
Desa Kurima adalah daerah
tempat tinggal TNI untuk
mengawasi pergerakan
Organisasi Papua Merdeka.
Di desa ini ada pos untuk
mencari sinyal, soalnya sinyal
ponsel hanya ada di pos ini.
Keterangan:
Selingan
seru
Memanjakan
mata
Wajib
dikunjungi
Penginapan di Desa Soroba
Perjalanan dari Sogokmo menuju Kurima
Saltspring
Yali Mabel,
kepala suku
Dani
Ritual adat Suku Dani
Mumi Wim Motok Mabel