Dokumen tersebut menceritakan tentang Malin Kasim yang berasal dari keluarga miskin di desa pesisir pantai Alaska, Sumatra Barat. Ia memutuskan untuk merantau bersama temannya, Tukul, dengan menaiki kapal besar yang lewat. Setelah tiba di tempat perantauan, mereka mendapat pekerjaan di rumah seorang saudagar. Putri sang saudagar jatuh cinta pada Malin Kasim karena sifatnya yang rajin dan baik.
1. Nama anggota kelompok:
1. Bassam (07)
2. Lilza Novalia (12)
3. Muhammad Kasim Azhardi (18)
4. Sania Efiana (28)
5. Satria Al-Faruqy (29)
6. Siti Wardiana Putri (30)
Drama Malin Kundang
Di sebuah desa terpencil pesisir pantai Alaska di kawasan wilayah Sumatra Barat, hiduplah sebuah keluarga
miskin yang berpekerjaan sebagai tukang kayu. Dikarenakan kondisi keuangan yang memprihatinkan, sang
ayah pun memutuskan untuk mencari nafkah dengan mengarungi lautan yang luas. Akan tetapi, kabar dari
sang ayah tidak pernah terdengar, sehingga sang ibu pun terpaksa harus menggantikan posisi sang ayah
untuk mencari nafkah keluarga, dan sang ibu pun bernama Bunda Korla yang memiliki dua anak yaitu
Malin Kasim (anak pertama) dan Zulaeha (anak kedua). Malin kasim adalah anak yang pintar dan pekerja
keras. Tetapi dia juga anak yang nakal, dia memiliki hobi memancing, dan malin memiliki adik perempuan
yang cantik dan lembut bernama Zulaeha.
Pada suatu hari di pagi hari, ketika Malin Kasim sedang duduk-duduk dibawah pohon didepan rumahnya,
dia pun diajak untuk pergi memancing ke pantai oleh temannya yang bernama Tukul,dan ibunya pun pergi
bersama adiknya untuk mencari kayu yang akan dijual ke penduduk desa.
Tukul : Hei Malin.
Malin Kasim : Iya, ada apa Kul?
Tukul : Aku mau pergi memancing ni di pantai, kamu mau ikut ngak?, itung itung nambah
penghasilan buat keluarga.
Malin Kasim ; Ayok, kebetulan aku juga bingung ni mau ngerjain apa.
Tukul : Yaudah, ayo jalan.
Malin pun pulang untuk meminta izin ke Bundanya.
Malin Kasim : Bunda, Malin pergi memancing dulu yaa, sama Tukul.
Bunda Korla : Iyaa Malin, hati-hati ya, Bunda juga mau pergi nyari kayu sama adek kamu.
Malin Kasim : Yaudah Bunda, Malin berangkat dulu ya.
Zulaeha : Hati-hati dijalan kak (sambil melambaikan tangan).
Malin pun pergi memancing bersama temannya yang benama Tukul. Dan tidak disangka – disangka mereka
mendapatkan tangkapan yang lumayan banyak, yang kemudian dijual didesa.
Malin Kasim : Kul, tangkapan kita udah cukup banyak ni, bagaimana kalau kita pergi menjualnya ke
penduduk desa?
Tukul : Ayo Malin, lagian hari juga sudah mau malam.
2. Mereka berdua pun pergi menjual ikan hasil tangkapan mereka ke penduduk desa. Akan tetapi, disisi lain
Bunda Korla dan Zulaeha yang sedang mencari kayu mendapatkan musibah yaitu kaki Zulaeha yang
tertusuk oleh duri di hutan.
Zulaeha : Aduhh Buu, kaki Zulaeha tertusuk duri bu.
Bunda Korla : Sebentar nakk, Ibu datang.
Zulaeha : Cepetann Buu, Zulaeha udah ngak tahan sakitnyaa.
Bunda Korla : Iyaa nakk, kaki kamu yang mana nak yang tersusuk.
Zulaeha : Yang ini Buu, kaki kiri aku.
Bunda Korla : Aduhh, ini harus segera diobati nak, tolong tahan sakitnya sebentar ya nak, sekarang
Ibu obati saat sampai dirumah.
Zulaeha : Baikk Buu (sambil merenges kesakitan)
Bunda Korla pun membawa Zulaeha pulang kerumah, sesampainya dirumah Bunda langsung merawat kaki
dari Zulaeha agar cepat sembuh dan terhindar dari infeksi. Tidak lama setelah itu, Malin pun pulang
kerumah, dan Zulaeha pun tertidur pulas.
Malin Kasim : Malin pulang Bundaa.
Bunda Korla : Sssttt, adik kamu lagi tidur malin (dengan nada kecil)
Malin Kasim : Lohh? Zulaeha kenapa Bunda? kakinya kok diperban gitu.
Bunda Korla : Kita bicara diluar aja Malin, takutnya nanti menggangu adik kamu lagi tidur.
Malin Kasim : Baik Bunda.
Mereka berdua pun keluar untuk membicarakan keadaan dari sang adik Zulaeha
Bunda Korla : Jadi begini Malin, tadi saat kamu pergi memancing sama temen kamu, Bunda pergi
sama adik kamu untuk mencari kayu dihutan, tak disangka adik kaki kamu tertusuk oleh
duri yang membuatnya tidak bisa berjalan. Jadinya ibu membawanya pulang kerumah
untuk merawat kakinya, dan akhirnya Bunda pun tidak dapat uang karena tidak dapat
menjual kayu ke penduduk desa Malin.
Malin Kasim : Tenang aja Bunda, ini Malin ada uang hasil dari menjual ikan hasil tangkapan Malin
tadi sama temen Bunda. Ini diambil Bunda (sambil mengasih uangnya ke Bunda Korla)
Bunda Korla : Terima kasih banyak anakku.
Malin Kasim : Ngak perlu berterima kasih Bunda, itu adalah tugas Malin untuk berbakti kepada orang
tua. Oiyaa, besok biar Malina ja yang pergi kehutan untuk mencari kayu. Bunda diam
dirumah aja untuk merawat adik agar cepat sembuh.
Bunda Korla : Baik anakku, Bunda bangga memiliki anak seperti kamu.
Keesokan harinya pun tiba. Di pagi hari malin langsung berangkat menggantikan sang ibu untuk mencari
kayu kehutan. Malin pun pergi kehutan untuk mencari kayu, dia pun sangat beruntung mendapatkan banyak
3. kayu bagus yang akan ia jual ke penduduk desa. Akan tetapi, pada hari itu Malin terlambat pulang ke rumah
yang membuat sang Ibu khawatir akan keadaannya.
Bunda Korla : Malin! Dimana kamu nak.
Zulaeha : Kak Malin mungkin sedang dalam perjalanan pulang Bunda. Tunggulah sebentar Bunda
pasti kak Malin Kembali.
Bunda Korla : Tapi matahri sudah hampir tenggelam, kenapa malin tak segera pulang. Bukankah jika
matahari tenggelam hutan itu menakutkan.
Tak lama setelah itu, Malin pun pulang kerumah.
Malin Kasim : (dengan tergesa gesa) Malin balik Bunda.
Bunda Korla : Darimana saja kamu Malin?
Malin Kasim : Mencari kayu, kemudian pergi menjualnya, dan inilah hasilnya Bunda (sambil
memberikan uangnya)
Bunda Korla : Jika hari mau menjelang malam kamu harus cepat balik Malin.
Zulaeha : Sudahlah Bunda. Yang penting kan kak Malin sudah sampai dirumah.
Tak terasa seminggu telah berlalu, Zulaeha telah kembali sehat, dan keluarga Malin kasim pun beraktivitas
seperti biasa setiap harinya. Akan tetapi, pada hari tersebut Bunda Malin Kasim sedang beristirahat sehari
untuk mengisi tenaganya agar dapat bekerja besok. semakin hari Malin Kasim semakin semangat untuk
bekerja, karena sangat terobsesi untuk mengubah Nasib keluarganya menjadi lebih baik. Hingga, pada suatu
hari, Tukul selaku teman dari Malin Kasim mengetahui bahwa ada kapal besar yang sedang bersandar di
pantai Alaska dan ia pun berniat mengajak Malin Kasim untuk ikut pergi merantau bersamanya.
Tukul : Oiii Malin, darimana saja kamu? ada berita baik yang ingin aku kasitau.
Malin Kasim : Aku ngak kemana mana daritadi, emangnya berita apa yang ingin kamu sampaikan
Tukul : Tadi aku lihat ada sebuah kapal besar yang sedang bersandar di pantai Alaska siapa tau
kita bisa ikut merantau lewat kapal itu, bagaimana maukah kau ikut bersamaku?
Malin Kasim : Wahh kebetulan banget, aku mau Kul. Aku ingin merubah Nasib keluargaku menjadi
lebih baik, aku bosen hidup menjadi orang miskin, jadi kapan kita mulai berangkat Kul?
Tukul : Bagaimana kalau besok pagi?
Malin Kasim : Ya sudahlah lebih cepat lebih baik. Kalau begitu, aku balik dulu Kul mau minta restu ke
Bunda dulu.
Tukul : Baiklah kalau begitu, besok ku tunggu di dermaga jam 9, jangan sampai terlambat!!
Malin Kasim : Iya, terimakasih sobat.
Malin Kasim pun bergegas pulang ke rumahnya, untuk meminta restu kepada Bundanya untuk pergi
merantau.
Malin Kasim : Bunda, Malin punya kabar baik.
Bunda Korla : Kabar baik apa yang kau miliki wahai anakku?
4. Malin Kasim : Tadi aku diberitahu Tukul, kalau ada kapal yang bersandar di tepi pantai Alaska, jadi
kami berencana pergi untuk pergi merantau menggunakan kapal itu Bunda.
Bunda Korla : Wahai anakku apakah kau tau apa yang akan kau lakukan? Kau akan meninggalkan
Bundamu hidup di gubuk ini sendirian, apakah kau tega akan melakukan hal itu wahai
anakku?
Malin Kasim : Tentu saja Malin tidak tega Bunda, tapi Malin capek hidup seperti ini Bunda, Malin
ingin merubah hidup kita dan menjadi orang kaya. Sampai kapan kita terus hidup seperti
ini Bunda.
Bunda Korla : Ya sudah kalau itu keingginanmu wahai anakku, Bunda juga menginginkan agar kau
menjadi orang kaya dan sukses kedepannya, Bunda haya dapat mendo’akan agar engkau
dapat berhasil. Kapan engkau akan berangkat anakku?
Malin Kasim : Malin akan berangkat besok pagi Bunda.
Bunda Korla : Secepat itukah kau akan pergi anakku?
Malin Kasim : Iya Bunda. Doakan Malin agar selamat sampai tujuan, dan mendapatkan apa yang Malin
inginkan.
Keesokan harinya, Malin Kasim dengan keluarganya, dan Tukul pergi menuju ke pantai Alaska, tempat
kapal besar tersebut bersandar.
Bunda Korla : Berhati-hatilah anakku! Doa ibu akan selalu menyertaimu.
Malin Kasim : Baik bu! Tunggulah sampai Malin pulang dengan harta yang cukup untuk keluarga kita.
Zulaeha : Baik-baik disana kak, supaya orang-orang disana dapat menghargai kakak.
Malin Kasim : Baik adikku tercinta.
Begitulah awal mula dari perantauan Malin kasim. Dia pun dengan temannya berangkat menggunakan
kapal tersebut untuk pergi merantau, sedangkan Bunda dan adiknya yaitu Zulaeha tetap tinggal di desa di
pesisir pantai Alaska.
Saat tiba ditempat perantauan, Rasyid dan Malin Kasim beristirahat di sebuah warung.
Malin Kasim : Bagaimana ini Kul, kita akan kerja apa?
Tukul : Tidak tahu Malin, aku juga sedang memikirkannya.
Tiba-tiba seseorang di warung tersebut datang menghampiri Malin Kasim dan Tukul karena mendengar
percakapan mereka.
Saudagar : Apakah benar kalian berdua sedang mencari pekerjaan?
Tukul : Benar, Tuan!
Saudagar : Kebetulan saya mencari 2 orang pekerja. Apakah kalian mau bekerja di tempatku?
Tukul : Tentu saja kami mau Tuan. Kami datang kesini memang untuk mencari pekerjaan Tuan.
Saudagar : Kalau boleh tau, siapa nama kalian berdua?
5. Tukul : Nama saya Tukul Tuan, dan ini teman saya Malin Kasim.
Saudagar : Baiklah Tukul dan Malin Kasim, kalian dapat bekerja di rumah saya besok pagi,
bagaimana apakah kalian bisa?
Tukul : Tentu saja kami bisa Tuan.
Malin Kasim : Dimana tempat rumah Tuan?
Saudagar : Mari ikutlah denganku.
Malin Kundang dan Tukul pun mengikuti Saudagar pergi kerumahnya. Sesampainya disana, Saudagar
tersebut menyewakan salah satu kamar dirumahnya untuk ditempati oleh Malin Kasim dan Tukul.
Keesokan harinya dia pun mulai bekerja dan terus diawasi oleh Saudagar, dan ternyata Malin Kundang
lebih giat dan rajin dalam bekerja dibandingkan dengan Rasyid dan Saudagar pun menyadari hal itu.
Hingga setelah beberapa hari bekerja anak perempuan Saudagar yang bernama Jahan telah tamat dari
sekolahnya, dan akhirnya ia pun pulang kerumahnya. Besoknya ia pun mengikuti ayahnya ke tempat
bekerja, tak sengaja ia pun melihat dua karyawan baru ayahnya itu, dan ternyata Jahan kagum dengan wajah
lucu yang dimiliki Malin Kasim serta kerajinannya hingga akhirnya Jahan pun jatuh cinta pada pandangan
pertama.
Jahan : Ayah siapa nama karyawan baru itu?
Saudagar : Yang mana?
Jahan : Ituu ayah, yang rajin dan lucu itu.
Saudagar : Ohh yang itu, Namanya Malin Kasim.
Jahan : Ohh jadi Namanya Malin Kasim.
Saudagar : Memangnya ada apa?
Jahan : Tidak ada apa-apa ayah, Jahan Cuma bertanya saja.
Saudagar : Oh ya sudah.
Jahan : Baik ayah.
Sejak saat itu, Jahan semakin kagum pada Malin Kasim, dan Jahan pun selalu memperhatikan Malin Kasim
secara diam-diam, akan tetapi hal tersebut diketahui oleh ayahnya. Kemudian ayahnya pun menyuruh Jahan
untuk menghampirinya.
Jahan : Ada apa ayah, tiba-tiba memintaku untuk menghampiri ayah?
Saudagar : Apakah kau mencintai Malin Han? Ayah liat kau sering memperhatikannya secara diam-
diam.
Jahan : Kenapa pertanyaannya seperti itu yah?
Saudagar : Kalau pun iya tak apa Han, ayah pun setuju, karena Malin seorang lelaki baik, Tangguh,
dan pekerja keras.
Jahan : Iya yah, tapi Jahan takutnya Malin tak sama perasaanya dengan Jahan.
6. Saudagar : Baiklah, ayah akan berbicara pada Malin esok hari, sudah sana kamu kembali dulu.