3. Pengertian Pembelajaran
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
“Pembelajaran proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang pengajar atau trainer untuk membelajarkan peserta
didik atau peserta pelatihan, mengarahkan interaksi antara peserta pelatihan dengan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan.
Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, perlu durumuskan secara jelas pengertian belajar. Kata dasar
pembelajaran adalah belajar. Menurut Arifin (2012, hlm.10) adalah Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku karena
interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Dalam arti sempit pembelajaran adalah suatu proses atau cara yang
dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegitan belajar.
4. Teori-teori pembelajaran SDM dalam Perusahaan
Teroi teori pembelajaran SDM ada 4 konsep :
1) Behavioristik
Konseling behavior merupakan suatu teknik terapi dalam konseling yang berlandaskan teori belajar
yang berfokus pada tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari tingkah laku baru dalam
memecahkan masalahnya melalui teknik-teknik yang berorientasi pada tindakan. Behavior
berpandangan, pada hakikatnya kepribadian manusia adalah perilaku. Dimana perilaku tersebut
merupakan hasil dari bentukan pengalaman interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
5. 2) Pendekatan konseling Gestalt
berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan
semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,
melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan
integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished business), yakni mencakup
perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan,
rasa berdosa, rasa diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-
ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal
pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif
dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani
perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
6. 3) Pendekatana Kognitif
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan
pengetahuan setelahnya.
Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan
ketika seseorang sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah.
7. 4) Pendekatan pembelajaran humanistik
Adalah memandang manusia sebagai subyek yang bebas untuk menentukan arah hidupnya. Manusia
bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan atas hidupnya orang lain. Teori belajar yang humanistik pada
dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap
berhasil apabila si pembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si
pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik baiknya, belajarnya senang, berkompeten, berketerampilan, berguna bagi lingkungan
masyarakatnya.
8. Pola Dan Latihan Dalam Belajar
hal ini Ada pula pola pelatihan dan pembelajaran Menurut Silbermen & Carol Auerbach (2013), peserta pelatihan
memiliki gaya dalam belajar mereka yang berbeda beda:
1) Peserta pelatihan visual (penglihatan), lebih menyukai presentasi informasi yang dirangkai dengan seksama dengan
penyajian berupa video, slide, dan demonstrasi.
2) (kinestetik) gerak, mereka membutuhkan kegiatan bersumber pada pengalaman (eksperiensial) seperti bermain peran,
game, dan latihan kelompok.
3) Peserta pelatihan auditori (pendengaran) menyukai ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Artinya, dengan gaya belajar
peserta pelatihan yang berbeda, widyaiswara harus mampu merancang metode dan media yang bervariasi sehingga semua
peserta pelatihan ikut terlibat aktif dalam pembelajaran.
9. Defenisi transfer dan pelatihan
Dalam pendapatnya dari (Baldwin dan Ford, 1988), defenisi pelatihan yang efektif dan dikatakan berhasil
apabila karyawan yang dilatih dapat melakukan transfer of training pada saat melaksanakan pekerjaannya
sehari-hari. Menurut Holton et al., (1997) mengatakan bahwa transfer of training adalah penerapan pengetahuan,
keterampilan, perilaku, dan sikap karyawan dalam konteks pekerjaan nyata. Transfer of training didefinisikan
sebagai sebuah proses penerapan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap ke dalam dunia kerja oleh
karyawan, yang memerlukan generalisasi hasil pelatihan terhadap konteks pekerjaan dan ketekunan dari waktu
ke waktu dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai (Velada et al., 2007).
11. Dari gambar di atas maka dapat menunjukkan bahwa untuk mencapai kondisi transfer of training
(yaitu generalisasi dan pemeliharaan), terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan sebagai input
pelatihan. Ketiga faktor tersebut yaitu :
1) karakteristik individu
2) desain pelatihan
3) lingkungan kerja.