1. MAKALAH HIPERTENSI
Disusun Oleh :
1. Ade Bagus Sasongko
2. Adi Purnomo (121440124040001)
3. Afriyanti Retno Sari (121440124050002)
4. Agasira Wishang Kandha (121440124060003)
5. Agustin Setiyaningsih (121440124070004)
6. Aji Setyo Oetomo (121440124080005)
7. Amanatul Khudsiyah (121440124130010)
8. Aniatun Rokhimah (121440124150012)
9. Ayih Puspita Sari (121440124190016)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 3A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2013
2. HIPERTENSI
A. DEFINISI
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan
sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai
akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. Doenges, dkk, 1999)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik.
Hepertensi adalah peningkatan tekana sistole, yang tingginya tergantung umur
individu yang terkena. Hipetensi juga sring digolongkan sebagai ringan, sedang, atau
berat, berdasarkan tekanan distole. Hipertensi ringan bila tekanan darah distole 95-104,
hipertensi sedang tekan distole 105-114, hipertensi berat tekanan distole > 115.
Menurut Brunner dan Suddarth (2001) Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
B. Etiologi
1. Usia : insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
2. Kelamin : insidens pria lebih tinggi daripada wanita namun pada usia pertengahan dan
lebih tua, pada usia diatas 65 tahun insides pada wanita lebih tinggi.
3. Ras : hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya yang berkulit
putih.
4. Pola hidup : penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan yang
penuh stress berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi.
5. Peningkatan kecepatan denyut jantung : dapat terjadi akibat rangsangan abnormal
saraf atau hormon pada nodus SA.
3. 6. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama : dapat terjadi apabila apabila
terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan
penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
7. Peningkatan TPR yang berlangsung lama : dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari
arteriol terhadap rangsangan normal.
C. Manifestasi
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihtan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap kaena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Noktoria (peningktan urinari pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus.
5. Azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin)
6. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
7. Epistaksis (perdarahan dari hidung)
5. E. PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
Terrapin obat pada enderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat bertikut :
a. Hidroklorotiasid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal pada pagi hari
(pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi/edema paru.)
b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg 2x sehari yang dapat dinaikkan 20 mg 2x sehari
(kontraindikasi untuk pendertia asma.)
d. Kaptopril 12,5-25 mg sebnnyak 2-3 x sehari (kontraindikasi pada kehamilan selama
janin hidup dan penderita asma)
e. Nifedipin mulai dari 5 mg 2x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2x sehari.
Nonnfarmakologi
1. Menurunkan berat badan sampia batas ideal
2. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau kadar kolesterol
darah tinggi.
3. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gr natrium atau 6 gr natrium
klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,magnesium dan kalim yang
cukup)
4. Mengurangi konsumsi alcohol
5. Olah raga : olah raga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurang timbulnya
hipertensi yang terkait aterosklerosis.
6. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR
7. Berhenti merokok : untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui meurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c) Glukosa
6. Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
d) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
m) Foto dada
Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/ atau takik
aorta, serta pembesaran jantung
n) CT scan
untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7. F. KLASIFIKASI HIPERTENSI
a) Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu
1. Hipertensi primer (esensial)
Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak
diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo,
1999).
2. Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi
esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari
kasus-kasus hipertensi. (Wibowo, 1999).
b) Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu
1. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
Peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.
Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
2. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)
Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
3. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik.
Umumnya ditemukan pada usia lanjut.
(Ismudiati, 2003)
Klasifikasi berdasarkan WHO
1. Hipertensi ringan : tekanan diastol 90-100 mmHg
2. Hipertensi sedang: tekanan diastol 110-130 mmHg
3. Hipertensi berat : tekanan diastol >130 mmHg
Menurut pedoman klinis Diagnisis fan Pengobatan hipertensi ( Barry Jobel MD,
Hal 3 tahun 1999 Egc Jakarta ).
Stadium hipertensi
No KATEGORI SISTOLE DIASTOLE
1 Stadium ringan 140-159 09-99
2 Stadium sedang 160-179 100-109
3 Stadium berat 180-209 110-119
8. 4 Stadium sangat
berat
≤ 210 ≥120
4. Menurut WHO : >160/95 mmHg
5. Menurut NHA : >140/90 mmHg
c) Klasifikasi patologis hipertensi
1. Hipertensi benigna
Hipertensi benigna bersifat lambat, dan sering tanpa gejala.
2. Hipertensi maligna
Hipertensi maligna merupakan hipertensi yang menghawatirkan, memerlukan
pengobatan yang tepat untuk mrngurangi kerusakan organ sampai sekecil
mungkin atau risiko kematian yang mendadak akibat perdarahan otak.
Akibat hipertensi maligna :
Gagal jantung disertai hipertrofi dan dilatasi ventrikel kiri
Penglihatan kabur akibat edema papil dan perdarahan retina
Hematuria dan gaal ginjal akibat nekrosis fibrinoid pada glomerulus
Nyeri kepala yang hebat dan perdarahan otak
3. Hipertensi Pulmonalis
pada waktu hipertensi pulmonalis terbentuk dengan cepat (mengikuti gagal
ventrikel kiri akut, misalnya), ditemukan cairan transudat yang massif dari
kapiler pulmo masuk ke dalam ruang interstitial dan alveoli. Keadaan ini
menyebabkan gambaran klinis yang khas berupa terjadinya secara akut napas
pendek cepat dan sputum encer yang dikeluarkan mengandung sedikit darah.
Pada hipertensi pulmonalis kronis, terjadi perubahan reaktif yang progresif pada
arteri pulmonalis
9. DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansyah, muhamad. Medical bedah untuk mahasiswa. Jogjakarta : DIVAPRESS, 2012.
Guyton, Arthur C. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta : EGC, 1990.
Tambayong, dr. Jan. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta :EGC, 2000.
Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC, 2000.
Smeltzer, suzanna C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC, 2001