Pembelajaran Program Belitung Mangrove Park: Pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai taman wisata mangrove dalam upaya rehabilitasi ekosistem dan sekuestrasi karbon
1. PEMBELAJARAN DARI PROGRAM
BELITUNG MANGROVE PARK
PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG SEBAGAI TAMAN WISATA
MANGROVE DALAM UPAYA REHABILITASI EKOSISTEM DAN SEKUESTRASI
KARBON
3. Belitung Mangrove Park
• Berkurangnya luasan lahan rusak akibat penambangan pada akhir
proyek
• Bertambahnya area serapan karbon
• Masyarakat mampu mengelola kawasan HKM Juru Seberang di
akhir proyek
• Bertambahnya kegiatan dan fasilitas wisata bahari di wilayah HKM
Juru Seberang
5. PEMBELAJARAN
Pertimbangkan kebutuhan survei dan
metode yang tersedia.
Penggunaan model regresi stok karbon
penting untuk mendapatkan gambaran
utuh dari stok karbon Kawasan.
Pengujian terhadap indeks vegetasi.
dengan performa yang terbaik perlu
dilakukan sebelum membuat model
regresi.
Pelibatan dalam pemantauan juga akan
menghasilkan pengetahuan yang dapat
digunakan sebagai bahan interpretasi,
Pendidikan, dan penyadaran masyarakat.
5
PERBEDAAN
METODOLOGI ANTARA
SNI, TERANGI, & ICCTF
Transek nekromasa
(4 per plot, semua plot)
A
BC
D
Plot: 1 2 3 4 5 6
Pohon dengan diameter >5
cm diukur di dalam radius 7m
Vegetasi <5 cm (dbh) diukur
dalam radius 2m (semua plot)
R= 2m
ICCTF
TERANGI
1 m
10 m
15m
SNI 7724 2011
6. REHABILITASI HUTAN
• 15.000 bibit hutan lokal yang ditanam
dengan jarak tanam 1 x 1 m.
• Luas lahan yang ditanami sebanyak 1,5 Ha.
• Jenis-jenis yang ditanam meliputi
Rhizopora apiculate, R. mucronate,
Bruguiera gymnorrhiza, Nypa fruticans, dan
Terminalia cattappa.
6
7. PEMBELAJARAN
• Lokasi penanaman didasari oleh model stok karbon
yang telah dibuat sebelumnya.
• Daerah yang ditanami adalah daerah dengan stok
karbon rendah.
• Penggunaan polybag dapat diganti dengan gelas
plastik yang dapat digunakan kembali dan tidak
ditembus oleh akar.
• Dengan akar yang tidak rusak, bibit menjadi lebih
tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.
7
8. EKOWISATA BAHARI
• Tersedianya sarana ekowisata berupa trek mangrove
sepanjang 1 km, menara pengawasan setinggi 12 m,
toilet dan kamar bilas, pusat informasi wisata, dan
sarana penunjuk arah dan interpretasi.
• Promosi berupa website, brosur dan profil
kelembagaan.
• Pusat informasi diisi dengan sarana interpretasi,
pengamatan burung, dan pembangkit listrik tenaga
Surya.
• Paket wisata susur sungai.
• Paket wisata pengamatan burung.
• Makan bedulang.
10. PEMBELAJARAN
• Fasilitas wisata yang dikembangkan mampu
meningkatkan kunjungan wisata ke HKM Seberang
Bersatu, terutama trek mangrove.
• Salah satu penyebabnya adalah dibuatnya titik-titik
swafoto unik (selfie spots).
• Praktik bijak yang dikembangkan oleh Widodo et al.
(2013) menjadi dasar pengembangan program
ekowisata. Praktik bijak tersebut berhasil membuat
masyarakat mampu mengembangkan ekowisata secara
mandiri.
• Salah satu aspek yang didorong dalam program ini
adalah kreativitas masyarakat dalam mengembangkan
paket wisata.
10
11. ENERGI TERBARUKAN
• Pembangkit listrik tenaga surya dipasang dengan daya
total 2400 Watt per hari dengan asumsi 4 jam
penyinaran maksimal menggunakan panel Surya 600
Watt Peak.
• PLTS juga dipasang dengan daya total 1200 Watt per
hari di Menara pandang dengan 300 Watt Peak.
• Potensi pengurangan emisi HKM Seberang Bersatu =
900 x 4 x 365 x 0.644 = 872 kg CO2/tahun.
12. PEMBELAJARAN
• Hitunglah jumlah daya yang dibutuhkan untuk seluruh perangkat yang akan digunakan, dengan cara menghitung
konsumsi daya masing-masing perangkat setiap jamnya, kemudian dikalikan dengan prediksi berapa jam perangkat
tersebut akan beroperasi.
• Hitunglah jumlah panel Surya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk
menyimpan daya.
• Pilihlah tempat pemasangan panel Surya yang dapat menghasilkan pencahayaan yang maksimal. Hindari bayangan
atau tempat dengan waktu penyinaran yang terbatas.
• Pastikan terdapat ruang yang cukup untuk menempatkan panel Surya.
• Pilihlah tempat yang aman untuk memasang komponen PLTS yang lain, seperti baterai dan inverter.
12
15. Pendanaan dari berbagai sumber
• Besaran dana lain yang diterima selain dari ICCTF semenjak Feb
2017 – Mei 2018
1. BPDAS (2017-2019) : Rp 2.000.000.000,-
2. PT. Timah : CSR 15,000,000 dan tong sampah.
3. Sumbangan anggota Rp 6.000.000,-
4. Dandim Kab. Belitung & Belitung Off road Community :
Pembuatan track off road (Rp. 25.000.000,-)
5. BLHD : Toilet portable 2 buah.
17. PEMBELAJARAN
Anggaran harus cukup signifikan sebagai seed
fund.
Program dibuka dengan kick off meeting yang
melibatkan semua pihak terkait seluruh rangkaian
program dijabarkan dan seluruh pihak tersebut
diminta untuk memberikan masukan terhadap
program.
Pihak-pihak tersebut juga dilibatkan dalam
pengembangan rencana pengelolaan HKM
Seberang Bersatu.
Data dan informasi pada kajian yang dilakukan
dipresentasikan dan dibagikan kepada para
pemangku kepentingan kunci. 17
18. PENGEMBANGAN
• Program serupa dapat diterapkan pada
Kawasan pelestarian, perlindungan, dan
kelola alam di pesisir Kabupaten Belitung.
• Salah satu strategi yang dapat diterapkan
adalah jejaring pengelolaan kawasan.
• Program dapat dikelola oleh konsorsium, di
mana Yayasan TERANGI dan HKm Seberang
Bersatu dapat menjadi anggotanya.
• Penerima manfaat (kelompok target) adalah
pengelola hutan kemasyarakatan atau hutan
desa prioritas.
19. TERIMA KASIH
Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI)
Jalan Asyibaniah No. 105-106, RT. 03/RW.01,
Pondok Jaya, Cipayung
Kota Depok, Jawa Barat 16438
Tel/Fax: (021) 29504088
email: info@terangi.or.id
https://terangi.or.id
twitter: @terangi_