LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
ADOPSI INOVASI TERKAIT DENGAN TEKNOLOGI PERTANIAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI SUMATRA UTARA
1. 1
ADOPSI INOVASI TERKAIT DENGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
(M-KRPL) DI PROVINSI SUMATRA UTARA
Disusun Oleh:
Nama : Prisman Perdana Hutapea
N.I.R.M : 01.13 14 0406
Jurusan : Penyuluhan Pertanian
Mata Kuliah : Komunikasi Penyuluhan Pertanian
DosenPembimbing : Nurliana Harahap,Sp,M.Si
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MEDAN
2015/2016
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang maha Esa karena atas
kasih dan karuniaNya, penulis bisa menyelesaikan laporan Adopsi inovasi terkait
dengan teknologi pertanian yang berjudul model kawasan rumah pangan lestari
(M-KRPL) di Provinsi Sumatra utara
Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Nurliana Harahap,SP,M.Si yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan ini
dalam tugas Komunikasi Penyuluhan pertanaian
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari penulisan laporan praktek
lapangan ini karena penulis baru pertama kali menyusun dan membuat sebuah
laporan praktek lapangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penulisan laporan ini.
Demikian laporan praktek lapangan ini penulis buat, semoga tugas laporan
praktek lapangan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Medan,21 Maret 2015
Penulis
Prisman Perdana Hutapea
3. 3
ADOPSI DAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
I. PENDAHULUAN
MENGENAL M-KRPL
Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu
merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas
pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu. Ke depan, setiap rumah
tangga diharapkan mengoptimalisasi sumberdaya yang dimiliki, termasuk
pekarangan, dalam menyediakan pangan bagi keluarga.Kementerian Pertanian
menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan
Lestari (RPL). RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan
secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara
bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga
yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas,
berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan,
penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL). Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan
pagar hidup,jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan
lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran
hasil.
4. 4
1.1. Latar Belakang
Membangun kemandirian dan ketahanan pangan nasional harus dilandasi
dengan sistem dan kebijakan pangan yang menekankan pada upaya swasembada
pangan yang kokoh dan sustain, serta pengelolaan program yang terencana,
bertahap dan profesional dengan keberpihakan kepada rakyat. Terciptanya
ketahanan pangan dalam suatu Negara akan mampu menciptakan kedaulatan
pangan bagi masyarakatnya yang memberi rasa aman dan tenteram karena akses
terhadap bahan pangan dari sisi jumlah, mutu, harga, dan lokasi yang dengan
mudah dijangkau,sehingga tidak ada lagi rasa takut dan khawatir akan kekurangan
pangan. Upaya mencapai ketahanan pangan di Indonesia dengan jumlah penduduk
yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi
kebutuhan pangan penduduknya.
Peningkatan kebutuhan pangan berjalan seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dan peningkatan kesempatan dan kemampuan memperoleh
pendapatan yang layak agar akses terhadap pangan. Dalam UU No. 7 tahun 1996
tentang pangan ditegaskan bahwa pemerintah berkewajiban menyelenggarakan
pengaturan, pembinaan, pengendalian,dan pengawasan terhadap ketersediaan
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam,
merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Guna mewujudkan cadangan pangan nasional, salah satu upaya
pemerintah adalah mengembangkan, membina, dan atau membantu
penyelenggaraan cadangan pangan masyarakat. Melalui Kementerian Pertanian
melalui Badan Litbang Pertanian mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari (M-KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan,
utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh
Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya.
Sesuai dengan Bapak Presiden RI dan Bapak Menteri Pertanian, maka
Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Ir. Haryono, M.Sc menghimbau agar
pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) harus menjadi gerakan
5. 5
bersama yang diinisiasi oleh BPTP pada setiap Provinsi dengan menerapkan 6
(enam) konsep, yaitu :
(a) kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan,
(b) diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal,
(c) konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan,
hortikultura untuk masa yang akan datang,
(d) kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan kawasan rumah
pangan lestari,
(e) pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan
bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
termasuk ternak, unggas, ikan dan lainnya,
(f) antisipasi dampak perubahan iklim.
1.2.TUJUAN
Tujuan umum pengembangan Model-KRPL di Provinsi Sumatra utara antara lain:
(a) Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman
pangan,buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga
menjadi kompos.
(b) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara
lestari dalam suatu kawasan.
(c) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
(d) Mengajak para Pembaca agar Mau dan ikut dalam mengembangkan
pengembangan Model-KRPL ini, terutama untuk masyarakat sumatra
Utara, Guna untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia dan
sumatra Utara khususnya.
6. 6
(e) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas penyuluh lapangan
dan masyarakat di Sumatra Utara dalam pemanfaatan lahan pekarangan di
perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah-
buahan, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga);
(f) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara
lestari dalam suatu kawasan;
(g) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Tujuan tahunan pengembangan Model KRPL di Provinsi Sumatra Utara adalah:
(a) Membangun unit percontohan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-
KRPL) di seluruh kota dan kabupaten Sumatra Utara
(b) Membangun jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta, dan
organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan pemanfaatan lahan
pekarangan menggunakan pola M-KRPL.
7. 7
II. LANDASAN TEORI
lmu Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir factor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan factor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2009).
Pemanfaatan pekarangan sebagai prinsip dasar KRPL merupakan kegiatan
awal dimaksudkan memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman yang
memberi manfaat dan nilai ekonomis bagi dan yang lebih utamanya adalah
ketersediaan pangan dalam skala rumah tangga yang saling terintegrasi antara
rumah tangga dalam suatu wilayah. Tujuannya lainnya adalah efisiensi
penggunaan lahan dengan menyiasati lahan pekarangan sempit, dapat dilakukan
dengan teknik vertikultur maupun pot. Selain itu produk pertanian yang
dihasilkan berkualitas bebas pestisida alias organik karena tidak perlu
menggunakan pupuk kimiawi karena teknik budidaya organik yang diterapkan.
Tidak perlu dengan membeli alat baru cukup menggunakan barang-barang yang
tidak terpakai di sekitar rumah seperti bungkus plastik detergen atau karung
beras,pipa pralon atau talang air, alat-alat rumah tangga yang tak terpakai seperti
gayung, baki, drum air, kotak stryrofoam dan sebagainya sebagai media tanaman.
Jenis tanaman yang ditanam pun yaitu tanaman sayur (sawi, kangkung, bayam,
selada dsb), tanaman buah (tomat, cabe, strawberi dan jenis buah-buahan
konsumsi lainnya), tanaman bumbu atau toga (bawang daun, jahe, kunyit, kencur
dan lain sebagainya). Implementasi nya pun baik dalam skala teras, pekarangan
sempit hingga skala pekarangan luas. Dalam skala pekarangan luas selain
budidaya tanaman dapat dipadukan dengan budidaya ikan atau ternak unggas,
yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah model dan membutuhkan desain
pekarangan yang layak sehingga menjadi sebuah konsep KRPL.
8. 8
2.1.TINJAUAN PUSTAKA
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang
relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran,
buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta
bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan.
Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat :
memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan
juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-
kacangan, sayur, buah,dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula
berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang
dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi
masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu
upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus
diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat
disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan
yang dikelola oleh keluarga.Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan
pekarangan antara lain dapat :memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga,
menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi
keluarga.Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat di
upayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di
pedesaan maupun di perkotaan
Konsep dan Batasan
Rumah Pangan Lestari: Tempat tinggal bagi keluarga atau rumah tangga yang
memanfaat kan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya
alam local secara bijaksana,yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya
(Badan Litbang, 2011)
9. 9
Penataan Pekarangan:
ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan
lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai pemilihan komoditas.
2.2. PRINSIP DASAR KRPL ADALAH:
(a) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk
ketahanan dan kemandirian pangan,
(b) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
(c) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman,ternak, ikan), dan
(d) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
Untuk menjaga keberlanjutan dan mendapatkan nilai ekonomi dari
KRPL,pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan unit pengolahan dan
pemasaran produk.Hal ini dimaksudkan sebagai upaya penyelamatan hasil yang
melimpah dan peningkatan nilai tambah produk.Dampak yang diharapkan dari
pengembangan KRPL antara lain:
(a) Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui
optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari.
(b) Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan
pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman
pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), ternak dan
ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi kompos.
(c) Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal.
(d) Berkembangnya usaha ekonomi produktif keluarga untuk menopang
kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan lestari dan sehat
10. 10
2.3. METODA
Tulisan ini merupakan review dari berbagai bahan kajian dan dokumen
yang terkait dengan diversifikasi pangan dan optimalisasi lahan pekarangan
khususnya yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan
MKRPL. Untuk memudahkan pemahaman terhadap MKRPL, dipaparkan contoh
kasus pengembangan MKRPL di Provinsi Sumatra utara. Berdasar review dari
bahan kajian, penelaahan dokumen dan pemahaman pada kasus pengembangan
salah satunya di Kabupaten Tapanuli tengah dan dapat dipelajari simpul-
simpul kritis untuk menjadikan pengembangan MKRPL sebagai solusi
pemantapan ketahanan pangan. Inti dari kesemuanya adalah sumber utama
pasokan pangan dapat diproduksi sendiri hingga tingkat rumah tangga.
Kemandirian pangan harus dimulai dari tingkat rumah tangga yang saling
terintegrasi antara rumah tangga dalam suatu wilayah sebagai cikal bakal KRPL,
yang bentuk perwujudannya adalah mengaktualisasi kembali pemanfaatan lahan
pekarangan secara optimal yang didukung denngan maksimalisasi produktivitas
lahan lain yang ada di lingkungannya dan dilaksanakan partisipatif oleh warga
atau masyarakat di seluruh wilayah Sumatra Utara yang saling terintegrasi atau
kolektivitas. Yang nantinya untuk pengembangan ketersediaan pangan yang
beranekaragam tiap rumah tangga dalam suatu desa/dusun/kampung. Konsep
KRPL pun sudah berkembang dan diimplementasikan di berbagai daerah-daerah
yang ada di Sumatra utara,sperti di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten
dan Kota lainnnya. Tulisan ini adalah sebagian kecil dari apa yang sudah banyak
diterapkan di lapangan dan teori yang disampaikan. Tapi yang lebih penting
adalah siapapun yang membacanya penulis berharap tulisan ini menjadi inspirasi
dan tergerak ikut membangun kemandirian pangan walaupun hanya dalam skala
rumah tangga.
11. 11
III. PEMBAHASAN
Adopsi merupakan proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku
baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada diri seseorang
setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh ke masyarakat sasarannya.
Tahapan proses adopsi adalah mengetahui, berminat, menilai, mencoba dan
menerapkan (Van den Ban dan Hawkin 2003 dalam Yunita 2012).
Percepatan adopsi inovasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-
KRPL) tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini telah terealisasi di
20 kabupaten/kota. Salah satu replikasinya adalah di Kabupaten Tapanuli Tengah
yang melibatkan sekurang-kurangnya 50 KK wanita tani di Kelurahan Kalangan
Kecamatan Pandan. Pesatnya perkembangan kegiatan ini tidak terlepas dari
kontribusi ibu PKK Kabupaten Tapanuli Tengah, karena pada awalnya kegiatan
ini tidak semulus yang diharapkan. Maklum saja walaupun desa ini terbilang
cukup jauh dari pusat kota “Sibolga” namun masyarakatnya sangat dinamis,
memiliki akses yang memadai dan merupakan daerah pantai dimana mata
pencaharian penduduk bukan dominan pertanian, melainkan nelayan dan
pedagang.
Bercocok tanam terutama sayuran apalagi di pekarangan rumah termasuk
pekerjaan yang langka bagi ibu-ibu rumah tangga di desa ini, ternak seperti
kambing, ayam dan itik berkeliaran di sekitar pemukiman sehingga secara teori
M-KRPL yang prinsip dasarnya memanfaatkan pekarangan rumah seakan-akan
“mustahil”. Namun dengan kerja keras dan tidak mengenal lelah, peneliti BPTP
Sumut seperti : Ir. Mustafa Hutagalung MSi., Sarman P. Tobing, SP. dan Marius
Hutagalung beserta PPL dan petugas dari dinas/instansi terkait ditingkat
kabupaten akhirnya dapat memotivasi para ibu-ibu untuk memanfaatkan
pekarangannya melalui penanaman sayuran dengan berbagai strategi seperti :
mengkandangkan ternak milik masing-masing rumah tangga dan memanfaatkan
wibawa serta ketegasan lurah setempat.
12. 12
Pada usahatani sayuran organic vertikultur, jenis tanaman yang diusahakan
adalah tanaman sawi, bayam, kangkung, terong, timun dan cabai Penerapan
pertanian organik vertikultur di daerah penelitian di mulai sejak diikutkannya
daerah penelitian sebagai daerah yang menerapkan MKRPL (Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari) oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Sumut, Namun penerapan pertanian organik vertikultur ini belum serius
diusahakan oleh petani sampel,seperti di Kabupaten Tapanuli Tengah, hal ini
dikarenakan pengalaman bertani petani sampel dan alokasi waktu untuk
melakukan usahatani ini masih rendah. Rata-rata petani sampel juga masih
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah sehingga belum dapat
melakukan usahatani secara mandiri, masih memerlukan bantuan-bantuan saprodi
dan monitoring dari pemerintah.
13. 13
IV.PENUTUP
A.KESEIMPULAN
1. Teknik pengembangan demplot M-KRPL di Sumatra utara pada tahun 2012
sampai saat ini telah terealisasi di 20 kabupaten/kota. Salah satu replikasinya
adalah di Kabupaten Tapanuli Tengah yang melibatkan sekurang-kurangnya 50
KK wanita tani di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pandan. pengembangan
sesuai tahapan tersebut mewujudkan replikasi KRPL secara cepat dan mampu
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Tapnuli Tengah di, petugas
lapangan dan masyarakat sekitar pengembangan M-KRPL.
2.Dan Penerapan M-KRPL di Lahan pekarangan dapat mengoptimalkan produksi
pangan dan papan di satu sisi, sekaligus memelihara dan memperbaiki kondisi
ekologis serta meningkatkan dan mempertahankaan ketahanan pangan serta
meningkatkan ekonomi masyarakat, melalui penerapan sistem pertanian
terpadu. Untuk memberlanjutkan dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan
pekarangan berbasis komunitas (mengelola lebih dari satu lokasi/pemilik lahan
pekarangan), maka keberadaan kelembagaan masyarakat (terutamaa pemuda,
dan atau ibu rumah taangga) dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat
(KSM) seperti KOPPLING sangat diperlukan.
B.SARAN
1.Kepada pemerintah disarankan untuk meningkatkan intensitas monitoring
sehingga diketahui masalah apa yang dihadapi petani.
2.Kepada petani agar meningkatkan kerjasama dalam kelompoktaninya sehingga
hasil produksi sayuran organik secara vertikultur ini dapat ditingkatkan dan
permintaan pasar akan sayuran organik dapat di penuhi.
3.Kepada Para mahasiswa dan pembaca di sarankan agar dapat menerapkan dan
mengembangkan (M-KRPL) di sekitar pekarangan rumah dan pekarangan
lainnya, guna meningkatkan salah satu ketahanan pangan nasional.
4.kepada mahasiwa,ketika pembuatan tugas sebaiknya lebih Kritis lagi dalam
menanyakan tugasnya apabila memang tidak mengerti agar tidak terjadi ke salah
pahaman.
14. 14
V.DAFTAR PUSTAKA
Abdul-Rauf. 2011. Sistem Agroforestry; Upaya Pemberdayaan Lahan Secara
Berkelanjutan. USU Press, Medan.
Suratiyah, 2009. factor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Badan Litbang. 2011. pengelolaan sumberdaya alam local secara bijaksana,yang
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya
Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2012.Pengembangan
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Diakses dari
http://www.deptan.go.id/pedum2012/LITBANG/2.%20pedum-bbp2tp-
MKPangan%20Lestari.pdf pada tanggal 20 maret 2015.
Badan Litbang Pertanian. 2011.Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan
Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bappeda Sumbar 2011. Sumatera Barat Dalam Angka. Kerjasama Badan Pusat
Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera
Barat.
.