1. Gambar 3.13 Hasil uji SEM dengan perbesaran
5000x pada daerah interfacebond coat dan
Substrat sesudah Thermal Fatigue pada T 900o
C
Cycle 21
Gambar 3.13 merupakan hasil uji SEM pada
spesimen setelah mengalami thermal fatigue.
Pada Gambar 3.13 Fasa gelap mempunyai luas
relatif sebesar 5,55 % dari luas gambar. Selain
itu, pada gambar terlihat adanya porosity tapi
dalam jumlah yang sedikit, hal ini disebabkan
pada proses pelapisan bond coat sedikit sekali
udara yang terperangkap pada bond coat.
Sedangkan kemungkinan hilangnya porosity
akibat terjadinya pelelehan elemen paduan
akibat pemanasan sehingga porosity tertutup
dapat dipastikan sulit terjadi karena masing-
masing elemen paduan mempunyai titik leleh
yang tinggi pada kondisi tunggal.
Setelah melihat Gambar 3.12 dan 3.13
dapat dilihat perbedaan dari kedua spesimen,
fasa gelap mengalami kenaikan sebesar 4,65%.
Kenaikan fase gelap ini sesuai dengan
penelitian Jufti A.H (2008) yang menyatakan
terjadi peningkatan fase gelap setelah thermal
fatigue.Pemanasan pada spesimen memberi
energi pada tiap-tiap unsur untuk bereaksi
dengan sekitarnya, Al sebagai unsur yang
paling mudah bereaksi, dengan Ni sebagai
unsur utama paduan bereaksi sehingga
menimbulkan daerah gelap (Ni3Al) menjadi
lebih banyak.
3.3 Hasil Pengujian SEM / EDS
3.3.1 Hasil Pengujian SEM/EDS Pada Top
coat
Gambar 3.14 Komposisi Area Top coat sebelum
pengujian thermal fatigue
Gambar 3.14 merupakan hasil SEM/
EDS untuk lapisan top coat sebelum
dilakukan pengujian thermal cyclic, dari
gambar diketahui adanya berbagai komposisi
massa dari unsure antara lain C sebesar 14,49
%, O sebesar 22,17 %, Fe sebesar 0,68 % dan
Zr sebesar 62,65 %. Selain unsure juga
terbentuk berbagai senyawa dalam lapisan
keramik top coat diantaranya yaitu ZrO2
84,63 % , FeO 0,88 % dan unsur C 14,49 %
(% massa). Dari data ini terlihat bahwa
senyawa yang paling banyak terbentuk adalah
ZrO2 dan sisanya adalah karbon. Sedangkan
FeO ada dalam jumlah yang sangat sedikit.
Senyawa ZrO2 paling banyak jumlahnya
karena memang bahan keramik top coat
adalah keramik zirconia yang distabilkan
dengan 8 % yttria (8YSZ).
Gambar 3.15 Komposisi Area Top coat setelah
pengujian thermal fatigue pada T 900o
C Cycle 21
Setelah dilakukan pengujian thermal
cyclic, terjadi perubahan baik massa maupun
komposisi penyusun lapisan keramik top coat,
seperti terlihat pada Gambar 3.15. Komposisi
atom Zr yang semula 36,04% naik menjadi
97,67 % sedangkan massa ZrO2 semula 84,63
% menjadi 98,59 %. Hasil ini sesuai dengan
Bond Coat
porosity
Fasa gelap
Fasa terang
Substrat Interface
Oksida
2. penelitian yang dilakukan Bagus P
(2008) yang mengatakan bahwa terjadi
peningkatan komposisi dan massa fase ZrO2
pada top coat setelah dilakukan proses thermal
fatigue. Selain itu terlihat adanya senyawa
baru yang terbentuk, diantaranya Al2O3
sebesar 0,39%, CoO sebesar 0,3% dan NiO
sebasar 0,72%. Kenaikan massa dan komposisi
ZrO2 ini menandakan telah terjadi perubahan
fase setelah dilakukan pengujian thermal
cyclic. Perubahan fase akan menyebabkan
perubahan struktur kristal sehingga volum dan
komposisi keramik ZrO2 juga berubah.
3.3.2 Hasil Pengujian SEM/EDS Pada
Interface Top coat dan Bond coat
Gambar 3.16 Hasil Pengamatan EDS sebelum
thermal fatigue
Pada Gambar 3.16 merupakan hasil
EDS sebelum thermal fatigue, terlihat adanya
berbagai komposisi dari unsure antara lain C
sebesar 19, 23 %, O sebesar 20,88 %, Fe
sebesar 1,94 % dan Zr sebesar 57,95 %. Selain
unsure juga terbentuk berbagai senyawa
diantaranya C sebesar 19,23 %, FeO sebesar
2,5% dan ZrO2 sebesar 78,27 %. Dari data ini
terlihat bahwa sebagian besar mengandung
Zirconia karena merupakan materi dari
pembentuk top coat. Adanya unsure O sebesar
20,88 % dikarenakan karena adanya proses
oksidasi pada saat penyemprotan.
Gambar 3.17 Hasil Pengamatan EDS sesudah
thermal fatigue pada T 900o
C Cycle 21
Setelah dilakukan proses thermal
cyclic terjadi perubahan diantara unsure –
unsure penyusun di daerah interfaceantara top
coat dan bond coat, seperti pada Gambar 3.17.
Unsur tersebut antara lain C, dari awalnya
sebesar 19,23 % mengalami penurunan denagn
komposisi yang sangat kecil sekali sehingga
tidak terdeteksi dalam EDS,sedangkan unsure
O mengalami peningkatan, dimana O awalnya
sebesar 20,88 % menjadi 27,69 %, hal ini
dikarenakan karena adanya proses oksidasi
selama thermal fatigue. Senyawa ZrO2 sebesar
78,27 % mengalami penurunan menjadi 29,00
%, hal tersebut dikarenakan karena ada
sebagian oksigen yang berikatan dengan
unsure – unsure pembentuk bond coat untuk
membentuk oksida logam. Munculnya unsur –
unsur baru yang merupakan hasil oksidasi dari
bond coat. unsur tersebut antara lain sebagai
berikut. Al sebesar 7,01 %, Cr sebesar 10,57
%, Co sebesar 16,66 %, Ni sebesar 16,61 %,
seperti terlihat pada Gambar 3.16.
3.3.3 Hasil Pengujian SEM/EDS Pada
Bond coat
Gambar 3.18 Hasil pengujian SEM/EDS sebelum
thermal Cycle
Hasil uji SEM/EDS, dari Gambar 3.18
membuktikan bahwa elemen-elemen penyusun
bond coat adalah Ni, Co, Cr, Al dan Yttrium,
Walaupun komposisi elemen penyusun tidak
sama persis. Pada Gambar 3.18 terlihat
adanya berbagai komposisi massa dari unsure
antara lain Al sebesar 4,14 %, Cr sebesar
15,20 %, Co sebesar 27,88 % dan Ni sebesar
27,13 %.
Khusus untuk kandungan Yttrium yang
terdeteksi sebenarnya ada, tetapi sangat kecil
sekali sehingga tidak muncul saat penembakan
unsur dengan SEM/EDS. Hal ini
3. selain karena disebabkan sedikitnya
elemen yttrium, juga bisa dikarenakan pada
saat penembakan elemen yttrium terhalangi
oleh elemen-elemen lain yang lebih dominan.
Gambar 3.19 Hasil pengujian SEM/EDS setelah
specimen mengalami thermal fatigue pada T 900o
C
Cycle 21
Pada Gambar 3.19 menunjukan bahwa
hampir semua elemen penyusun NiCoCrAlY
bond coat mengalami penurunan sesudah
dilakukan thermal Cycle, kecuali nikel (Ni)
dan cobalt (Co). Penurunan Al dan Cr
disebabkan karena elemen-elemen ini
membentuk ikatan lebih awal dengan oksigen
pada saat pemanasan. Akibatnya sebagian
kandungan Al dan Cr membentuk oksida
campuran, seperti alumina Al2O3 dan Cr2O3.
Tejadinya ikatan dengan oksida pertama kali
diprakarsai oleh Al menjadi Al2O3,
membentuk TGO layer yang berfungsi sebagai
proteksi, kemudian Cr2O3.Penurunan Oksigen
disebabkan karena Oksigen berikatan dengan
unsur membentuk ikatan lebih awal dengan
unsure Al dan Cr membentuk Al2O3 dan
Cr2O3 pada saat pemanasan.
Sedikit berbeda dengan Al dan Cr,
pada unsur Nikel (Ni) dan Cobalt (Co)
mengalami peningkatan persentase
komposisinya. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ating K.
(2008) yang menyatakan bahwa hampir semua
elemen penyusun NiCoCrAlY bond coat
mengalami penurunan sesudah dilakukan
thermal cycle, kecuali nikel (Ni) namun sedikit
berbeda pada unsure Co yang juga mengalami
peningkatan. Peningkatan persentase
komposisi Ni dan Co ini, bisa disebabkan
karena pada saat elemen-elemen lain
membentuk ikatan, Ni dan Co belum bereaksi
membentuk oksida atau bisa dikatakan
pembentukan oksida NiO dan CoO terlambat.
Akibatnya Nikel dan Cobalt di bond coat
menampung Ni dan Co dari substrat sebelum
membentuk oksida nikel dan Oksida Cobalt
yang mengakibatkan fraksi massa Ni dan Co
bertambah banyak.
3.3.4 Hasil Pengujian SEM/EDS Pada
InterfaceBond coat dan Substrat
Gambar 3.20 Hasil pengujian SEM/EDS sebelum
mengalami thermal fatigue
Dari Gambar 3.20 dapat dilihat bahwa
unsur paling banyak muncul adalah Nikel (Ni)
dengan persen massa 29,92 %. Elemen lainnya
berdasar persen massa adalah O (25,46%); Cr
(15,95 %); Co (14,98 %); Fe (7,94 %); Mo
(2,61 %); Al (2,31 %) dan Mn (0,84 %).
Begitu juga dengan adanya elemen Fe yang
lebih besar persen massanya daripada Al, hal
ini juga bisa dijelaskan karena elemen Fe ini
tidak bisa lepas dari paduan meskipun dalam
jumlah kurang dari 1% dari paduan super,
munculnya Fe yang lebih banyak dari Al
dikarenakan uji EDS dilakukan secara lokal
sehingga dimungkinkan yang dilihat adalah
daerah dengan Fe yang lebih banyak.
Gambar 3.21 Hasil pengujian SEM/EDS setelah
mengalami thermal fatigue pada T 900o
C Cycle 21
Dari Hasil EDS setelah pemanasan
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.21 dapat
dilihat bahwa terjadi peningkatan kadar Al
4. sebesar 1,05 % pada interfacebond coat dan
substrat, penambahan berarti adanya
penurunan kadar Al yang sama pada
permukaan interfacebond coat dan topcoat
dimana terbentuknya TGO memegang peranan
penting dalam menjaga ketahanan sistem TBC
terhadap oksidasi temperatur tinggi.
Sedangkan kadar Cr mengalami penurunan
sebesar 2,02 %, penurunan kadar Cr ini,
mungkin terjadi karena adanya unsur Cr yang
keluar dari interface untuk berikatan dengan
O membentuk senyawa Cr2O3.Sehingga
menyebabkan kadar unsur Cr berkurang.
Unsur Mn dan Fe menghilang setelah oksidasi
dikarenakan adanya pemanasan pada thermal
fatigue, sehingga unsur terdifusi dan tidak
terbaca oleh mesin uji EDS. Penurunan kadar
Ni pada interface sebesar 0,17% menunjukkan
adanya pergerakan unsur ini keluar dari
interfacebond coat/substrat.
3.4 Hasil Pengujian XRD
3.4.1 Hasil Pengujian XRD Pada Top coat
Gambar 3.22 Hasil XRD Top coat Sebelum dan
Sesudah Pengujian Thermal Cyclic
Hasil uji XRD pada daerah top coat
sebelum dan sesudah thermal cyclic
ditunjukkan pada Gambar 3.22. Dari hasil
analisis XRD untuk lapisan keramik top coat
sebelum dilakukan uji thermal fatigue, fase
yang terbentuk adalah tetragonal ZrO2 (non
transformable), fase kubik ZrO2, dan fase
monoklinik ZrO2. Fase monoklinik yang
terbentuk jumlahnya sangat sedikit karena
intensitas peak XRD sangat rendah seperti
yang terlihat pada Gambar 3.22. Ini sesuai
dengan diagram fase sistem ZrO2-Y2O3, fase
yang terbentuk pada temperatur kamar dengan
pendinginan equilibrium untuk komposisi 8%
Yttria adalah monoklinik dan kubik,
sedangkan untuk pendinginan non equilibrium
akan muncul juga non transformable
tetragonal.
Dari hasil analisis diketahui bahwa
fase yang terbentuk seselum dan sesudah
thermal cyclic adalah ZrO2 dengan bentuk
fase tetragonal ZrO2, fase kubik ZrO2, dan fase
monoklinik ZrO2. Pada Gambar 3.22 terlihat
pada hasil XRD fase yang terbentuk paling
banyak adalah fase tetragonal, sedangkan fase
cubic dan monoklinik tidak terlalu banyak.
Pada Hasil XRD setelah thermal cyclic terlihat
ada peningkatan intensitas fase monoklinik
pada sudut 2θ sekitar, 28,12o
dan 31,44o
,
akan tetapi kenaikan intensitas puncak fase
monoclinic yang terjadi sangat kecil.
Pertambahan fase monoklinik ini disebabkan
karena adanya transformasi fase tetragonal
menjadi monoklinik
3.4.2 Hasil Pengujian XRD Pada
InterfaceTop coat dan Bond coat
Gambar 3.23 Hasil XRD Interface Top coat dan
Bond coat Sebelum dan Sesudah Pengujian
Thermal Cyclic
Hasil uji XRD pada daerah interface
top coat dan bond coat sebelum dan sesudah
thermal cyclic ditunjukkan pada Gambar 3.23.
Jika di lihat dari hasil XRD pada interface top
coat bond coat sebelum dan sesudah thermal
cyclic diketahui bahwa fase yang terbentuk
adalah fase ZrO2. dengan bermacam – macam
bentuk antara lain cubic, tetragonal,
monoklinik atau campuran diantara ketiganya.
Pada hasil XRD sesudah thermal fatigue fasa
monoclinic tidak mengalami kenaikan yang
signifikan namun pada fase bentuk tetragonal
terjadi kenaikan intensitas, dengan puncak
tertinggai berupa fase cubik dan tetragonal
pada sudut 2θ sekitar, 30,195o
.
5. 3.4.3 Hasil Pengujian XRD Pada Bond coat
Gambar 3.24 Hasil XRD Bond coat Sebelum dan
Sesudah Pengujian Thermal Cyclic
Pengujian XRD ini dilakukan pada
NiCoCrAlY bond coat pada kedalaman sekitar
400 µm dari keramik top coat. Hasil uji XRD
pada daerah bond coat sebelum dan sesudah
thermal cyclic ditunjukkan pada Gambar 3.24.
Hasil pengujian sebelum pemanasan
didapatkan fase yang terbentuk yaitu fasa
Ni3Al dan ZrO2. Fase Ni3Al didapatkan pada
derajat 2θ sebesar 43,880 yang merupakan
puncak tertinggi pertama dan fase ZrO2
diperoleh pada 30,180 yang merupakan
puncak tertinggi kedua.
Sedangkan Dari hasil XRD sesudah
thermal cyclic diperoleh fase yang sama, yaitu
ZrO2 dan Ni3Al. Dari data hasil XRD ini
terlihat bahwa pada daerah bond coat setelah
thermal cyclic masih dominan ZrO2 dan Ni3Al
yang terbentuk masih sedikit. Perbedaan yang
dapat kita ketahui dari sebelum dan sesudah
pemanasan adalah luasan yang terbentuk dari
fase Ni3Al lebih sedikit dari pada fase ZrO2.
Hal ini mungkin di sebabkan karena terjadinya
kesalahan pada saat dilakukan preparasi
spesimen untuk mendapatkan daerah bond
coat yang akan dilakukan uji XRD.
3.4.3 Hasil Pengujian XRD Pada Interface
Bond coat dan Substrat
Hasil uji XRD pada daerah interface
bond coat dan substrat sebelum dan sesudah
thermal cyclic ditunjukkan pada Gambar 3.25.
Dari hasil XRD sebelum thermal cyclic
menunjukkan bahwa fasa dominan adalah
ZrO2 pada sudut 2θ = 30,223o
; 50,219o
dan
60,20 o
. Munculnya fasa ZrO2 juga telah
dilaporkan oleh penelitian yang dilakuakan
oleh Chen (2003), ditemukan bahwa ZrO2
muncul sebagai fasa minor setelah fasa Ni3Al
dan fasa Ni base.
Gambar 3.25 Hasil XRD Interface Bond coat dan
Sustrat Sebelum dan Sesudah Pengujian Thermal
Cyclic
Hasil XRD pada spesimen setelah
thermal fatigue ditunjukkan pada Gambar
3.25. Setelah diberikan thermal cyclic selama
21 Cycle terjadi perubahan fasa mayor dari
ZrO2 menjadi Ni3Al pada daerah interface
bond coat dan substrat. Pada hasil XRD juga
terlihat bahwa fasa ZrO2 hanya terdapat
sebagian sedangkan fasa Ni3Al cukup dominan
yaitu ditunjukkan dengan fasa Ni3Al memiliki
puncak tertinggi pada sudut 2θ 43,894 o
.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chen (2003), yang menyatakan
bahwa ZrO2 muncul sebagai fasa minor setelah
fasa Ni3Al dan fasa Ni base.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Fase yang terbentuk pada lapisan
keramik ZrO2 sebelum dilakukan
pengujian thermal cyclic adalah
monoklinik (m), non transformable
tetragonal (t’) dan fase kubik (c).
2. Mikrostruktur yang terbentuk pada
lapisan keramik ZrO2 sebelum
pengujian thermal cyclic terdiri dari
terdiri dari butiran yang mencair
sempurna, mencair sebagian dan tidak
mencair dengan grain size 0,52 µm
Perubahan mikrostruktur yang terjadi
6. setelah pengujian thermal cyclic yaitu
pertambahan grain size menjadi 0,53
µm.
3. Penyebab kegagalan (pengelupasan)
lapisan keramik zirconium adalah
perubahan fase tetragonal ZrO2
menjadi monoklinik ZrO2 yang diikuti
perubahan volum sehingga
menyebabkan tegangan yang
menimbulkan retak pada lapisan
keramik ZrO2.
4. Dari hasil SEM/EDS pada daerah
topcoat setelah mengalami thermal
fatigue terlihat komposisi atom Zr
yang semula 36,04% naik menjadi
97,67 % sedangkan massa ZrO2
semula 84,63 % menjadi 98,59 %.
Selain itu terlihat adanya senyawa
baru yang terbentuk, diantaranya
Al2O3, CoO dan NiO.
5. Perlakuan thermal fatigue
berpengaruh terhadap fasa dan
mikrostruktur interface antara top coat
8YSZ dan bond coat .Untuk
perubahan fasa, terbentuknya fasa
baru yang dinamakan TGO (Thermal
Grown Oxide). Untuk perubahan
mikrostruktur, terbentuknya
microporosity dan segregasi pada
interface top coat dengan bond coat
6. Thermal cyclic dapat menyebabkan
kegagalan pada TBC (Thermal Barier
Coating) karena membentuk lapisan
TGO, internal stress, dan microcrack
pada interface top coat dan bond coat
7. Elemen penyusun bond coat setelah
thermal fatigue mengalami penurunan
komposisi karena digunakan untuk
bereaksi dengan oksida-oksidanya,
kecuali nikel (Ni) dan cobalt (Co).
8. Struktur mikro yang terbentuk pada
interface bondcoat dengan substrat
pada spesimen awal mempunyai
jumlah porositi yang lebih banyak
daripada spesimen oksidasi,
sedangkan fasa gelap (Ni3Al) dan
oksida bertambah banyak setelah
dilakukan thermal cyclic.Dimana fasa
gelap mengalami kenaikan sebesar
4,65%.
9. Fasa yang terbentuk pada interface
bondcoat dengan substrat adalah
Ni3Al, dan tidak terjadi perubahan fasa
setelah dilakukan thermal cyclic.
4.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh interdifusi elemen
pada interface bondcoat dengan substrat
terhadap kegagalan sistem TBC yang
difokuskan pada pembentukan lapisan
Thermal Ground Oxide (TGO), karena
lapisan TGO menjadi faktor kunci
terjadinya kegagalan pada sistem TBC.
2. Parameter proses plasma yang sesuai
untuk spesimen, sehingga didapatkan
spesimen yang proporsional.
3. Pada saat preparasi spesimen guna uji X-
RD dan SEM/EDS, perlu dilakukan
dengan lebih teliti dan terfokus pada
spesimen itu sendiri agar didapatkan hasil
benar dan tepat sesuai yang diinginkan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Bennert,1986, Materials Science and
Technology 2.
Chen, J. H. et al., 1997. “Degradation of the
platinum aluminide coating on
CMSX4 at 1100 C”. Surface &
Coatings Technology 92: 69-77.
Chen, H., Zhou, K., Jin, Z., dan Liu, C.,
2003. “Diffusion and Phase
Transformation on Interface
Between Substrate and NiCrAlY
in Y-PSZ Thermal Barrier
Coatings”. Journal of Thermal Spray
Technology 13(4): 515-520.
Chen, W.R., Wue, X., Marple, B.R., Patnaik,
P.C., “Oxidation and crack
nucleation/growth in an air-plasma-
sprayed thermal barrier coating with
NiCrAlY bond coat”. Institute for
Aerospace Research, National
Research Council of Canada, 1200
Montreal Road, Bldg M-13, Ottawa,
Ontario, Canada, K1A 0R6.
DeMasi-Martin J.T. et al,Surf. Coat. Techn,
68 / 69; 1994, 1-9, Protective
coatings in the gas turbine engine.
Elsing, R., O. Knotek, and U. Balting. 1990.
“Calculation of Residual Thermal
Stress in Plasma-Sprayed
Coatings”. Surface and Coating
Technology. 43-44, 416-425.
Eskner, Mats, 2004. “Mechanical Behaviour
of Gas Turbine Coatings”.
Department of Materials Science and
7. Engineering, Royal Institute of
Technology, Stockholm, Sweden.
Evans, A.G. et al., 2001. “Mechanisms
controlling the durability of thermal
barrier coatings”. Prog. Material
Science 46: 505-553.
Hesnawi, A. et.al., 2007. Effect of Surface
Condition during pre-oxidation
behavior of MCrAlY bond coat
prepared by EB-PVD. Surface &
Coatings Technology, 201 : 6793-
6796.
Kristanto, Dimas. 2008. “Studi Fasa dan
Mikrostruktur pada Interface Top
coat 8YSZ dan Bond coat
NiCoCrAlY Akibat Thermal
Fatique”. Surabaya: Jurusan Teknik
Metalurgi dan Material- Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Kurnia, Ating. 2008. Studi Fasa dan
Mikrostruktur Bond Coat
NiCoCrAlY Akibat Thermal
Fatigue . Surabaya: Jurusan Teknik
Metalurgi dan Material- Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Kusharjanto, Martojo, W, Hermawan, B.,
2006. “Analisis Kegagalan pada Fuel
Burner Turbin Gas Pembangkit
Listrik” Teknik Metalurgi FT-
Unjani Bandung.
Lee, Kang N, 2005. “Protective Coatings for
Gas Turbines”. NASA Glenn
Research Center, Cleveland State
University.
Lelait. L, S. Alpenin and R. Mevrel, 1992,
“Alumina scale growth at zirconia-
MCrAlY interface”. : a
microstructural study, J. Mater
Science, 27, 5-12.
Ogawa . K, Gotoh .N, 2003. “ The influence
of thermal barrier top coating on
the initiation and growth of
thermally cycled thermal barrier
coatings”. Sweden : Lund University.
Primadianto, Bagus. 2008. Studi Fasa dan
Mikrostruktur Top Coat 8YSZ
Akibat Thermal Fatigue. Surabaya:
Jurusan Teknik Metalurgi dan
Material- Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya.
Quadakkers, W.J., et.al., 2004. “Oxidation
characteristics of a platinized MCrAlY
bond coat for TBC systems during
cyclic oxidation at 1000 o
C”. Surface
& Coatings Technology 199: 77-82.
Schütze, M., ed., Corrosion and
Environmental Degradation Vol. II,
Wiley-vch, London, in Materials
Science and Technology series.
Shillington, E. A. G., and D. R. Clarke. 1999
.“Spalling Failure of a Thermal
Barrier Coating Associated With
Aluminum Depletion in the Bond
Coat, Acta Materiala. 47(4), 1297-
1305.
Smallman,R.E, Bishop, R.J. 1999. Modern
Physical Metallurgy and Materials
Engineering. London : Butterworth-
Heinemann.
Strangman, T.E., 1985. “Thermal barrier
coatings for turbine airfoils”. Thin
Solid Films, 127: 93-105.
Sudiro, Toto, dkk., 2008, “ Analisis struktur
mikro lapisan bond coat NiAl
thermal barrier coating (TBC) pada
paduan logam berbasis Co”.
Tangerang : Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin CAKRAM Vol 2 No.1
Sulistijono, 1998, “ Pelapisan keramik pada
sudu turbin gas untuk meningkatka
ketahanan korosi pada temperature
tinggi “. Surabaya : Jurusan Teknik
Mesin – Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Van Vlack, Lawrence H. 2001. Elemen-
elemen Ilmu dan Rekayasa
Material. Jakarta : Erlangga.
Wells, J., Innogy, R.W.E., 2004. “ Personal
Communication”. United States.
Wiley, John dan Sons.Encyclopedia of
Chemical Technology.Third
Edition.Volume 24. New York.
Witz, et.al. 2007. “Phase Evolution in
Yttria-Stabilized Zirconia Thermal
Barrier Coatings Studied by
Rietveld Refinement of X-Ray
Powder Diffraction Patterns”.
Journal of American Ceramic Society.
90 [9] 2935– 2940.
Xu, T., Faulhaber, S., Mercer, C., Maloney,
M., Evans, A., 2003. “Observations
and analyses of failure mechanisms in
thermal barrier systems with two
phase bond coats based on
NiCoCrAlY”. Department of
Materials, University of California at
Santa Barbara, Santa Barbara, CA
93106-5050, USA.
8. Yanar, N.M., Pettit, F.S., Meier, G.H., 2006.
“Failure Characteristics during Cyclic
Oxidation of Yttria Stabilized Zirconia
Thermal Barrier Coating Deposited
via Electron Beam Physical Vapor
Deposition on Platinum Aluminide
and on NiCoCrAlY Bond Coats with
Processing Modification for Improved
Performances”. ProQuest Science
Journals. pg. 1563.
Zabaras, N. 2001. Point Defects and Atomic
Diffusion Processes. New York:
MAE 212.