2. BAB II
LANGIT BARU DAN BUMI BARU
Wahyu 21:1-8 Langit yang baru dan bumi yang baru
21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi
yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.
21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang
berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada
di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi
umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.
21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi;
tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama
itu telah berlalu."
21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!"
Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar."
21:6 Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang
Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air
kehidupan.
21:7 Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya
dan ia akan menjadi anak-Ku.
21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua
pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api
dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Sebagai menusia kita semua tehu tentang langit dan bumi, karena langit dan bumi merupakan
bagian dari dunia kita, tetapi apa yang dinyatakan dalam Wahyu 21:1? Apa artinya mempunyai
langit dan bumi yang baru? Mengapa tidak memperbarui atau memperbaiki yang sudah ada saja?
Mengapa tidak ada laut di bumi yang baru? Apa tujuan dari perubahan ini? 1
Dalam bacaan ini, kita berada di luar pemberontakan dan penghakiman akhir. Iblis telah lenyap
untuk selamanya. Sejarah penyelamatan benar-benar telah berjalan, karena Raja di atas segala
raja telah memerintah dunia selama 1.000 tahun dan setiap orang pada akhirnya telah menerima
1 Peter H Davids, Ucapan yang Sulit Dalam Perjanjian Baru, SAAT Malang, p. 369-373
3. ganjarannya yang pantas. Sekarang kita memasuki dunia yang kekal dan tidak terjangkau oleh
sejarah manusia.
Dalam konteks ini pasti ada pembaruan, keadaan yang baru untuk umat manusia yang sekarang
telah menjadi suci, bumi yang bebas dari cengkeraman pemberontakan yang diilhami oleh lblis.
lni merupakan kebutuhan yang dirasakan di seluruh Perjanjian Baru. Paulus mengatakan bahwa
manusia yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2Korintus 5:17). Ciptaan baru itu
bertentangan dengan tubuh jasmani mereka dan ciptaan lainnya (Roma 8:19-22). Karena itu ia
dapat mengatakan, "Kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan,
karena yang kelihatan rdalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal " (2Korintus
4:18 ). Petrus menyatakan hal ini sebagai "menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di
mana terdapat kebenaran" (2Petrus 3:13). Sekarang dalam kitab Wahyu kita mendapat gambaran
mengenai peristiwa itu. Allah berkata, "Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (21 :5).
Ada dua pendapat mengenai dunia baru yang digambarkan. Beberapa ahli merasa yakin bahwa
Yohanes hanya berbicara mengenai langit dan bumi yang diperbarui. Yang lama akan
dikuduskan , tetapi tidak dimusnahkan. Masalah yang sesungguhnya bagi Yohanes, menurut
pendapat mereka, adalah penyucian moral dan buk an pernbaruan jasmani, meskipun pernulihan
jasmani juga harus diikutsertakan. Dengan dernikian bacaan ini menggambarkan kembalinya
manusia pada cita-cita yang belum terwujud ketika mereka diusir keluar dari Taman Eden. Untuk
membuktikan kebeuaran pandangan mereka, para ahli tersebut mengutip bacaan-bacaan antar
Perjanjian. misaln ya 1 Henokh 45:4-5 dan 2Esdras 7:75 (bandingkan dengan 2Barukh 32:6; 1
Henokh 72:1; 91 :16), yang semuanya mengatakan bahwa pembaruan ciptaan merupakan
pengharapan kelompok Yahudi yang diwakili masing-masing penulis.
Meskipun para ahli pasti sependapat bahwa masalah yang pokok bagi Yohanes adalah penyucian
moral, yakni penghapusan semua noda dosa dan pemberonta.kan, beberapa ahli menganggap
bahwa istilah tersebut berarti "langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu" dan
mengajukan argumentasi bahwa apa yang kita bicarakan dalam bacaan kita adalah benar-benar
ciptaan baru. Hal ini tampaknya sesuai dengan bahasa yang digunakan Petrus. Ia menulis,
"Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam
nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap ... Pada hari itu langit
akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya." (2Petrus 3:10,12).
Dengan kata lain, menurut pandangan tersebut, langit dan bumi sudah sedemikian kotor sehingga
yang diperlukan adalah semacam air bah dalam Kitab Kejadian, pemusnahan dan penciptaan
kern bali, tetapi kali ini pemusnahan tersebut dilakukan oleh api, bukan air. Pandangan yang
kedua ini tampaknya paling sesuai dengan bahasa yang terdapat dalam Kitab Wahyu. Meskipun
tujuannya adalah penyucian moral dan dunia, aspek moral dan fisik sangat erat kaitannya (yang
barangkali mulai kita pahami dalam kesadaran ekologis kita) sehingga diperlukan perbaikan fisik
yang besar dan ekstrim. Perbaikan itu begitu besar sehingga disebut penciptaan baru.
4. Langit yang dimusnahkan bukanlah temp at kediaman Allah (kadang-kadang disebut sebagai
langit ketiga atau ketujuh), melainkan langit yang dapat dilihat. Kejadian 1:1 menggambarkan
penciptaan sebagai "langit dan bumi." Tidak hanya bumi saja, melainkan seluruh ciptaan telah
tercemar oleh dosa. Seluruhnya akan diciptakan lagi. Dalam penciptaan yang bam ini tidak ada
laut. Karena telah lama tinggal di Vancouver, saya mencintai laut, jam-jam liburan yang
menyenangkan, tempat beristirahat, tetapi saya h ar us mengesamping~an perasaan yang
demikian roman tis itu pada saat membaca Kitab Suci, karena tidak demikian pandangan bangsa
Yahudi mengenai laut. Dalam Kitab Suci biasanya laut menimbulkan kesan yang negatif.
Misalnya Yesaya 57:20 mengatakan, "Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang
berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan
lumpur." Laut juga merupakan riak air yang pada mulanya memisahkan langit dan bumi dalam
Kejadian 1 :2,6-10. Meskipun merupakan ciptaan Allah (Mazrnur 104:26), laut juga merupakan
tempat tinggal naga laut Lewiatan, yang ditaklukkan oleh Allah dan dilemparkan ke padang
belantara (Mazmur 74:13-14). Tidak mengherankan bahw a karya pseudepigrapha Yahudi yaitu
Perjanjian Musa 10:6 menyatakan bahwa ketika Allah datang pada akhir zaman nanti, laut akan
berhenti menjadi jurang maut. Dalam Kitab Wahyu, laut merupakan tempat asal monster laut dan
takhta dari pelacur besar (13:1, 17:1). Kekacauan dan kekuatan Iblis semacam itu tidak dapat
muncul di langit dan bumi yang baru.
Langit dan bumi yang baru itu juga mempunyai kota yang baru, yaitu Yerusalem baru. Meskipun
saat ini bukanlah saat yang tepat untuk komentar yang rinci, dalarn hal ini juga ada sesuatu yang
baru. Dalam Kitab Suci, kota-kota yang pertama didirikan oleh orang jahat (Kejadian 4:17;
10:10; 11:1-9). Yerusalem lama merupakan tempat pilihan Allah untuk meletakkan narna-Nya,
tetapi kota itu juga merupakan kota yang tidak setia, yang oleh Yohanes disebut sebagai "Sodom
dan Mesir " (Wahyu 11 :8 ). Karena itu sekarang diperlukan penggenapan dari apa yang tidak
dapat dilakukan oleh orang berdosa, yaitu kota yang benar dengan masyarakat yang berpusat
pada Allah, di mana benar-benar ada kedamaian dan keadilan.
Dengan demikian seluruh bacaan ini berbicara mengenai pemenuhan harapan dan impian umat
manusia dalam penciptaan yang baru. Umat manusia diciptakan untuk hid up di bumi, sehingga
bumi yang baru akan menjadi rumah mereka. Umat manusia diciptakan untuk bersekutu dengan
Allah sehingga Dia akan tinggal di tengah-tengah mereka. Umat manusia diciptakan untuk suatu
komuni tas, supaya dapat dibangun kota yang benar. Tentu ada banyak simbolisme mengenai apa
yang sedang terjadi dalam bacaan ini, tetapi hal itu merupakan simbolisme dari suatu kenyataan
baru yang tidak dapat dipahami oleh uraian yang umum.
Terlepas dari apakah langit dan bumi yang baru itu merupakan pembaruan atau ciptaan yang
baru, Kitab Wahyu mengungkapkan fakta bahwa alarn semesta seperti yang kita kenal itu
bersifat sementara dan "semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian " (Ibrani 1 :11-12).
Kalaupun kita menafsirkan bahwa Yohanes mengatakan struktur dasar dari bumi tetap tinggal, ia
5. memberikan kesaksian mengenai pembaruan yang sangat sempurna di mana seluruh budaya dan
ciptaan manusia telah lenyap. Sejarah yang kita kenai telah sampai pada akhirnya. Allah telah
memulai bab baru dalam sejarah baru yang kekal. Tetapi pada saat yang sama umat manusia
bukanlah roh. Mereka adalah ciptaan yang mempunyal tubuh, yang sekarang dibangkitkan
kembali dan dimuliakan. Mereka tidak tinggal di awan-awan, melainkan di dunia dan kota. Allah
menyediakan apa yang telah direncanakan-Nya bagi mereka selama penciptaan, yaitu sebuah
rumah di bumi. Rumah itu bukanlah Eden, melainkan selangkah di luar Eden, sebuah
perkembangan yang lebih sempurna dari apa yang mungkin telah ada, yaitu sebuah bumi baru
dengan kota yang menyembah Allah di tengah-tengahnya. Hal ini menjawab kerinduan hati
manusia, karena itu sangatlah tepat jika Yohanes menutup kitabnya dengan gambaran yang
penuh pengharapan ini.
6. memberikan kesaksian mengenai pembaruan yang sangat sempurna di mana seluruh budaya dan
ciptaan manusia telah lenyap. Sejarah yang kita kenai telah sampai pada akhirnya. Allah telah
memulai bab baru dalam sejarah baru yang kekal. Tetapi pada saat yang sama umat manusia
bukanlah roh. Mereka adalah ciptaan yang mempunyal tubuh, yang sekarang dibangkitkan
kembali dan dimuliakan. Mereka tidak tinggal di awan-awan, melainkan di dunia dan kota. Allah
menyediakan apa yang telah direncanakan-Nya bagi mereka selama penciptaan, yaitu sebuah
rumah di bumi. Rumah itu bukanlah Eden, melainkan selangkah di luar Eden, sebuah
perkembangan yang lebih sempurna dari apa yang mungkin telah ada, yaitu sebuah bumi baru
dengan kota yang menyembah Allah di tengah-tengahnya. Hal ini menjawab kerinduan hati
manusia, karena itu sangatlah tepat jika Yohanes menutup kitabnya dengan gambaran yang
penuh pengharapan ini.