Namanya bisnis, tak akan pernah lepas dengan persaingan. Kecuali monopoli. Persaingan itu sendiri merupakan filter yang tak kenal ampun untuk menghempaskan produk atau jasa yang gagal memenuhi harapan konsumen.
1. Namanya bisnis, tak akan pernah lepas dengan persaingan. Kecuali monopoli. Persaingan itu
sendiri merupakan filter yang tak kenal ampun untuk menghempaskan produk atau jasa yang
gagal memenuhi harapan konsumen. Meski diakui persaingan tak selalu berlangsung sehat atau
mereka yang menang bersaing belum tentu lebih hebat. Boleh dikatakan mereka yang selamat
mempunyai „nilai lebih‟ dibandingkan yang tamat.
Era pemasaran tradisional yang mengembangkan paradigma kualitas berbanding harga agaknya
perlu didefinisi ulang. Harapan konsumen senantiasa tumbuh seiring dengan arus informasi yang
nyaris tak terbendung. Situasi ekonomi yang berkembang pun menjadi proses pembelajaran
konsumen untuk hanya memilih produk atau jasa yang memberikan nilai lebih, bukan sekadar
pemuas kebutuhan.
Perbandingan antara harga dan kualitas barang atau jasa bukan lagi menjadi satu-satunya
komponen yang menentukan untuk merebut hati konsumen. Jargon „ada harga ada mutu‟ rasanya
hanya cocok di era beberapa dekade ke belakang. Sekarang, konsumen cerewet menanyakan fitur
sebuah produk pada penjual. Tak segan pula calon pembeli mempertanyakan garansi dan layanan
purna jual sebelum memutuskan untuk membeli.
Artikel berjudul “Customer Intimacy and Other Value Disciplines” yang ditulis oleh Michael
Treacy dan Fred Wiersema, dimuat di jurnal Harvard Business Review, mungkin bisa
menjelaskan berkembangnya nilai harapan konsumen pada produk yang akan dibelinya. Dalam
artikel itu disentil juga masalah „nilai‟ yang sering disangkutkan dengan harga dan mutu sebagai
sebuah komponen tradisional, alias kuno.
Tracey dan Wiersema mengatakan, jika produsen atau perusahaan pemasaran ingin memuaskan
konsumen dan memenangkan persaingan, bisa menempuh tiga strategi: Keunggulan
Operasional, Kekariban (dengan) Pelanggan dan Kepemimpinan Produk. Apakah yang
dimaksud dengan Keungulan Operasional?
Kreatifitas produsen adalah keharusan untuk memberikan nilai lebih yang menjadi tuntutan
konsumen. Keunggulan Operasional merupakan sebuah pendekatan strategis yang dilakukan
dalam penyediaan produk, baik barang atau jasa. Penambahan „nilai‟ pada produk disematkan
dalam proses operasionalnya.
Seorang importir barang elektronik, misalnya, telah mengukur dirinya sendiri. Tidak mungkin
dia akan berhadapan langsung dengan produsen raksasa elektronik dari Jepang dan Korea. Tak
sanggup pula dia melawan jaringan pemasaran para raksasa itu yang sudah sedemikian kuatnya.
Bahkan beberapa brand dari mereka (Jepang dan Korea) telah demikian kuat tertanam dalam
benak konsumennya hingga menimbulkan fanatisme sendiri.
Maka langkah yang ditempuh oleh perusahaan importir itu ialah dengan melakukan distribusi
langsung yang jelas memperkecil biaya operasional. Semua pesanan barang dilakukan via
telepon dan dikirimkan langsung ke alamat pemesan. Pola pembayaran pun dipermudah dengan
berbagai opsi, bisa tunai, kredit (dengan kartu) tak ditolak.
2. Sedangkan untuk memperkenalkan barang dagangannya, dia memilih berinvestasi melalui media
(tv) alias beriklan. Durasi panjang dengan pesan yang diulang-ulang menjadi strateginya untuk
menanamkan benefit produk jualannya. Semua keunggulan produk dipertontonkan dari A sampai
Z. Bintang iklan cantik ditugaskan untuk memeragakannya, seolah-olah itu adalah kejadian
sehar-hari yang kerap dialami pemirsa. Meskipun beberapa bagian terasa dipaksakan, nyatanya
upaya brainwash itu berhasil. Pesanan datang membludak dan tak sedikit yang masuk ke dalam
daftar indent.
Keunggulan Operasional bisa banyak ragamnya, tergantung kreatifitas pengusahanya. Seorang
mahasiswa mencoba menerapkannya ke dalam produk yang sebenarnya biasa saja, kripik
singkong. Secara kreatif dia memanfaatkan media jejaring sosial Twitter untuk
menginformasikan lokasi penjualan yang memang sengaja berpindah-pindah.
Hasilnya sungguh luar biasa, konsumen yang sebagian besar adalah remaja menganggapnya
seperti sebuah permainan yang menantang. Mereka memantau terus akun Twitter miliknya untuk
mengetahui lokasi penjualan terdekat kripik yang diburunya. Saat informasi didapat maka
mereka memburunya, takut kehabisan katanya. Faktanya, memang banyak juga yang kecewa
karena kehabisan.