SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN RESMI 
PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN – P2 
PERCOBAAN BAHAN KERAMIK 
DIONISIUS ANDY K 
NRP 2412.100.106 
Asisten Laboratorium 
Damas Panji Hermawan 
NRP 2411.100.098 
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA 
JURUSAN TEKNIK FISIKA 
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 
SURABAYA 
2014
LAPORAN RESMI 
PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN – P2 
PERCOBAAN BAHAN KERAMIK 
i 
DIONISIUS ANDY K 
NRP 2411.100.106 
Asisten Laboratorium 
Damas Panji Hermawan 
NRP 2411.100.098 
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA 
JURUSAN TEKNIK FISIKA 
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI 
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 
SURABAYA 
2014
“Halaman ini memang dikosongkan” 
ii
FINAL REPORT 
LABWORK MATERIAL ENGINEERING – P2 
EXPERIMENT OF CERAMIC MATERIALS 
iii 
DIONISIUS ANDY K 
NRP 2411.100.106 
Laboratory Assistant 
Damas Panji Hermawan 
NRP 2411.100.098 
STUDY PROGRAM S1 ENGINEERING PHYSICS 
DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS 
FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY 
SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY 
SURABAYA 
2014
“Halaman ini memang dikosongkan” 
iv
HALAMAN PENGESAHAN 
LAPORAN RESMI 
PERCOBAAN BAHAN KERAMIK 
OLEH : 
DIONISIUS ANDY K 
NRP. 2412.100.106 
Surabaya, 28 November 2014 
Mengetahui/Menyetujui 
Asisten Praktikan 
Damas Panji H Dionisius AK 
NRP. 2411 100 098 NRP. 2412 100 106 
v
“Halaman ini memang dikosongkan” 
vi
PERCOBAAN BAHAN KERAMIK 
Nama : Dionisius Andy K 
NRP : 2412100106 
Nama Asisten : Damas Panji Hermawan 
ABSTRAK 
Praktikum bahan keramik ini bertujuan untuk membuat 
praktikan memahami mengenai bahan-bahan keramik, kemudian 
memahami cara membuat keramik tradisional dan yang terakhir 
adalah membuat praktikan dapat mengetahui cara mengukur 
kekerasan pada keramik yang telah dibuat sehingga dapat 
mengetahui kegunaan keramik menurut bahan pembuatnya 
masing-masing. Praktikum ini terdiri dari tiga tahap dimana yang 
pertama adalah pembuatan keramik, kedua adalah pengujian 
keramik menggunakan metode gores, dan yang ketiga adalah 
pengujian keramik menggunakan metode pantul. Keramik yang 
telah dibuat dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4 kemudian 
diuji gores dengan batu bata, keramik dan genteng. Setelah itu, 
diuji pantul dengan statip dan bola. Dari uji gores, dapat diketahui 
bahwa sampel keramik paling baik adalah sampel 1:1 dengan 
temperature sintering 400°C , sedangkan pada uji pantul, dapat 
diketahui dari nilai rata-rata tinggi pantulan bola yang paling 
tinggi adalah pada keramik dengan perbandingan 1:3 dengan suhu 
sintering 200°C karena nilai rata-rata pantulannya yang lebih 
tinggi, yaitu sebesar 14,4 cm. Disini dapat dilihat bahwa ada 
ketidaksesuaian antara teori degan uji kekerasan dengan metode 
gores dan pantul, ketidaksesuaian ini dikarenakan banyak 
pengaruh dan kesalahan yang terjadi yang akan dijelaskan dalam 
pembahasan laporan resmi ini. 
Kata kunci : Keramik, Semen, Pasir, Uji Kekerasan, Metode 
Gores, Metode Pantulan 
vii
“Halaman ini memang dikosongkan” 
viii
EXPERIMENT OF CERAMIC MATERIALS 
Student Name : Dionisius Andy K 
NRP : 2412100106 
Assistant Name : Damas Panji Hermawan 
ABSTRACT 
Practical ceramic material is intended to make the 
practitioner understand about ceramic materials, then understand 
how to make traditional ceramics and the latter is to make the 
practitioner can determine how to measure the hardness of the 
ceramic that has been made so as to understand the use of 
ceramic materials according to their respective creators. This 
practicum consists of three phases where the first is the 
manufacture of ceramics, the second is the use of ceramic testing 
scratch method, and the third is a ceramic testing using the 
reflection method. Ceramics have been made in the ratio 1: 1, 1: 
2, 1: 3, and 1: 4 and then tested scratch with bricks, ceramic and 
tile. After that, tested with statip and ball rebound. Of the scratch 
test, it can be seen that the best ceramic samples are samples 1: 1 
with a sintering temperature of 400 ° C, whereas the reflection 
test, it can be seen from the average value of the high reflectance 
of the most high ball is in ceramic with a ratio of 1: 3 with 
sintering temperature of 200 ° C as the average value of the 
rebound higher, amounting to 14.4 cm. Here it can be seen that 
there is a discrepancy between theory degan scratch hardness test 
method and reflective, this discrepancy due to many influences 
and errors that occur will be explained in the discussion of this 
official report. 
Keywords : Ceramics, Cement, Sand, Hardness Test, Scratch method, 
ix 
Rebound Method
“Halaman ini memang dikosongkan” 
x
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah 
memberikan rahmat dan anugrahnya, sehingga laporan resmi ini 
dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 
Laporan resmi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus 
dipenuhi setiap praktikan sebelum beranjak ke praktikum 
berikutnya. 
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak 
xi 
terima kasih kepada : 
1. Kedua orang tua dan teman-teman yang telah 
memberikan segala dukungan baik moril maupun materil 
serta perhatiannya. 
2. Dosen pengajar mata kuliah Rekayasa Bahan yang telah 
membimbing dan memberikan ilmunya. 
3. Asisten yang setia membimbing dan mendampingi dari 
mulai praktikum hingga penyelesaian laporan resmi. 
Dalam penyusunan laporan resmi ini tentunya masih jauh 
dari sempurna baik menyangkut isi maupun bahasa yang 
digunakan sehingga tidak menutup kemungkinan bagi penulis 
untuk menerima kritik maupun saran yang membangun demi 
kesempurnaan. Akhir kata, semoga laporan resmi ini dapat 
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada 
umumnya, semoga laporan ini dapat menambah ilmu 
pengetahuan dan membuka wawasan bagi yang membacanya. 
Penulis.
“Halaman ini memang dikosongkan” 
xii
DAFTAR ISI 
Halaman Judul ..................................................................... i 
Halaman Pengesahan ........................................................... v 
Abstrak .................................................................................. vi 
Abstract .................................................................................. vii 
Kata Pengantar ..................................................................... viii 
Daftar Isi ............................................................................... xi 
Daftar Gambar ..................................................................... xii 
Daftar Tabel .......................................................................... xiii 
BAB I Pendahuluan ............................................................. 1 
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1 
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 2 
1.3 Tujuan ............................................................................... 2 
BAB II Dasar Teori .............................................................. 3 
2.1 Keramik ............................................................................ 3 
2.2 Sifat Material Keramik…………………………………… 4 
2.3 Proses Pembuatan Kerami……………………………….. 5 
2.4 Kekerasan Bahan ............................................................. 10 
BAB III Metodologi Percobaan ........................................... 15 
3.1 Peralatan dan Bahan ......................................................... 15 
3.2 Prosedur Percobaan .......................................................... 15 
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan ............................ 19 
4.1 Analisis Data .................................................................... 19 
4.2 Pembahasan ...................................................................... 24 
BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................ 25 
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 25 
5.2 Saran ................................................................................. 25 
Daftar Pustaka 
xi
“Halaman ini memang dikosongkan” 
xii
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 2.1 Aplikasi Bahan Keramik 3 
Gambar 2.2 Pelapisan Keramik Pada Piston 4 
Gambar 2.3 Proses Pengolahan Bahan 6 
Gambar 2.4 Pembentukan Keramik dengan Teknik Cetak 7 
Gambar 2.5 Proses Pengeringan Keramik 8 
Gambar 2.6 Proses Pembakaran Keramik 9 
Gambar 2.7 Proses Pengglasiran Keramik 10 
Gambar 2.8 Skematis Metode Brinell 12 
Gambar 4.1 Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel 25 
dengan pemanasan 200°C 
Gambar 4.2 Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel 25 
dengan pemanasan 200°C 
xiii
“Halaman ini memang dikosongkan” 
xiv
DAFTAR TABEL 
Tabel 3.1 Tabel Data Hasil pengujian Pantulan 17 
Tabel 4.1 Tabel Data Hasil pengujian Pantulan 19 
Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Metode Pantul 20 
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Standar Deviasi 24 
Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Standar Error 24 
xv
“Halaman ini memang dikosongkan” 
xvi
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
1.1 Latar Belakang 
Keramik berasal dari bahasa Yunani keramikos, yang artinya 
adalah sesuatu yang dibakar. Pada mulanya keramik diproduksi 
dari mineral lempung yang dikeringkan di bawah sinar matahari 
dan dikeraskan dengan pembakaran pada temperatur tinggi. 
Keramik adalah suatu bahan organik bukan metal tahan pada suhu 
tinggi, karena titik lelehnya (melting point) diatas suhu 2000C. 
Perkembangan teknologi material keramik pada saat ini 
sangat pesat dan penerapan nya mencakup banyak bidang antara 
lain : kebutuhan rumah tangga, industri mekanik, elektronika, 
teknologi ruang angkasa, dan lain sebagainya. 
Pesat nya perkembangan material keramik ini tidak lain 
adalah karena sifat-sifat yang dimiliki oleh struktur keramik 
sendiri, sifat-sifat seperti kekerasan dan ketahanan panas dan 
listrik secara signifikan lebih tinggi keramik dari pada logam, dan 
masih banyak lagi sifat sifat keramik yang membuat material ini 
diaplikasikan di berbagai bidang. Misalnya pada bidang otomotif 
dimana saat ini keramik banyak digunakan sebagai pelapis panas 
dari mesin pembakaran dalam. Hal itu dikarenakan keramik 
memiliki sifat yang lebih unggul dari logam dalam hal ketahanan 
panas. Tetapi pada material keramik sifat dan struktur dari 
keramik bergantung pada bagaimana dia diproses,maka dari itu 
pada laporan resmi ini akan dijelaskan mengenai proses dan sifat 
dari material keramik itu sendiri. 
Makadari itu diperlukan pengetehuan cara pembuatan 
keramik yang benar dan pengujian dari sifat yang dimiliki 
material keramik tersebut misalnya pengujian kekerasan,
2 
1.2 Rumusan Masalah 
Rumusan masalah pada praktikum rekayasa bahan tentang 
bahan keramik kali ini adalah sebagai berikut. 
a. Apakah material keramik itu ? 
b. Bagaimana proses pembuatan bahan keramik tradisional ? 
c. Bagaimana Menentukan harga kekerasan dari bahan 
keramik.? 
1.3 Tujuan 
Tujuan dari praktikum rekayasa bahan tentang bahan 
keramik kali ini adalah sebagai berikut. 
a. Mengenal bahan keramik. 
b. Memahami proses pembuatan bahan keramik tradisional. 
c. Menentukan harga kekerasan dari bahan keramik.
BAB II 
DASAR TEORI 
3 
2.1 Keramik 
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani 
keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah 
mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 
1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan 
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, 
seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini 
tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian 
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan 
anorganik yang berbentuk padat.[1] 
Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, 
ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan 
oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. 
Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung ada lingkungan 
geologi dimana bahan diperoleh.[1] 
Gambar 2.1 Aplikasi Bahan Keramik [2] 
Pada gambar ditas dapat dilihat hasil dari aplikasi 
penggunaan material keramik, dimana pada gambar tersebut 
aplikasi keramik digunakan untuk membuat komponen-komponen 
mesin.
4 
2.2 Sifat Material Keramik 
Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada 
bahan keramik,yaitu: 
a. Brittle atau rapuh, keras, dan kaku. Sifat ini dapat 
dilihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah 
belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba 
jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan 
dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, 
walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik 
tertentu,terutama jenis keramik hasil sintering, dan 
campuran sintering antara keramik dengan logam.[3] 
b. Tahan terhadap suhu tinggi. Contoh keramik 
tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan 
sampai dengan suhu 1200°c, keramik engineering seperti 
keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 
2000°c.[3] 
Gambar 2.2 Pelapisan Keramik Pada Piston[4] 
Pada gambar ditas ditunjukkan iston yang dilapisi 
keramik, yang digunakan untuk lapisan penahan panas. 
Dimana pelaisan ini memanfaatkan sifat dari keramik 
yaitu tahan terhadap suhu yang tinggi. Karena 
sebagaimana kita ketahui suhu pada mesin pembakaran 
dalam bisa mencapai rubuan derajat celcius.
5 
2.3 Proses Pembuatan Keramik 
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk 
membuat suatu produk keramik sederhana, yaitu: 
a. Pengolahan bahan 
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah 
bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai 
menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. 
Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah 
maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. 
Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu 
yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, 
penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan 
pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat 
dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan 
ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan 
material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir 
biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim 
digunakan adalah 60 – 100 mesh.[5] 
Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk 
mendapatkan campuran bahan yang homogen atau seragam. 
Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun 
masinal dengan blunger maupun mixer.[5] 
Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, 
dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur 
dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk 
mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi 
badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan 
diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat 
filterpress.[5] 
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan 
untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan 
membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin 
terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan 
dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan 
keplastisan yang maksimal.[5]
6 
Gambar 2.3 Proses Pengolahan Bahan [5] 
Pada gambar diatas diperlihatkan bahan pembuat keramik 
yang sedang diolah ditempatkan didalam wadah berupa 
ember. 
b. Pembentukan 
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan 
badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang 
dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk 
benda keramik yaitu pembentukan tangan langsung 
(handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak 
(casting).[5] 
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan 
tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama 
ini yaitu teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan 
teknik lempeng (slabbing).[5] 
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan 
yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam 
kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga 
keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. 
Dibandingkan dengan keteknikan yang lain, teknik ini 
mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang 
tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik 
begitu mencobanya, diperlukan waktu yang tidak sebentar 
untuk melatih jari-jari dalam membentuk sebuah benda 
keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala 
putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan 
keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar 
silinder, misalnya piring, mangkok, vas, guci, dan lain-lain.
7 
Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar). 
Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar 
masinal yang digerakkan dengan listrik.[5] 
Sedangkan Untuk pembentukan dengan teknik cetakan 
adalah, produk keramik tidak dibentuk secara langsung 
dengan tangan, tetapi menggunakan bantuan cetaka atau mold 
yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan 
dengan dua cara yaitu cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada 
teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah tanah 
liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang 
digunakan berupa badan tanah liat slip atau lumpur. 
Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang 
diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. 
Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung. 
Gambar 2.4 Pembentukan Keramik dengan Teknik Cetak 
[6] 
Pada gambar diatas diperlhatkan proses pembentukan 
keramik dengan teknik cetak, dimana bahan pembuat 
keramik yang berbentuk cair dituang kedalam cetakan yang 
telah dibuat sebelum nya, contok penerapan teknik cetak 
adalah untuk pembuatas vas bunga.
8 
c. Pengeringan 
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap 
selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini 
adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada 
badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan 
akan terjadi tiga proses penting yaitu, air pada lapisan 
antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, 
sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan 
penyusutan berhenti, kemudian air dalam pori hilang tanpa 
terjadi susut, dan air yang terserap pada permukaan partikel 
hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus 
dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk 
menghindari retak atau cracking terlebih pada tahap 
pengeringan awal. Proses yang terlalu cepat akan 
mengakibatkan keretakan dikarenakan hilangnya air secara 
tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara 
sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.[5] 
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada 
tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu 
kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan 
sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat 
dilakukan. [5] 
Gambar 2.5 Proses Pengeringan Keramik [7]
9 
Gambar diatas memperlihatkan keramik gerabah yang 
sedang di jemur dibawah sinar matahari. 
d. Pembakaran 
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik 
dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi 
massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan 
dalam sebuah tungku atau furnace suhu tinggi. Ada beberapa 
parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran diantaranya 
adalah suhu sintering atau matang, atmosfer tungku, dan tentu 
saja mineral yang terlibat. Selama pembakaran, badan 
keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang 
atau muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). 
Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api 
furnace dapat dirinci dalam tabel.[5] 
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting 
karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut 
sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah 
untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada 
kisaran suhu 700 – 10000C. Pembakaran biskuit sudah cukup 
membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk 
benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit 
merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup 
kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.[5] 
Gambar 2.6 Proses Pembakaran Keramik [8]
10 
Gambar diatas menggambarkan proses sintering, dimana 
material keramik dimasukkan ke dalam furnace 
bertemperatur tinggi. 
e. Pengglasiran 
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum 
dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi 
glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. 
Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan 
dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang 
besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi 
glasir pada produk keramik adalah untuk menambah 
keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek 
tertentu sesuai keinginan.[5] 
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan 
menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu 
kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat 
diperlukan untuk menghasilkan produk yang memuaskan.[5] 
Gambar 2.7 Proses Pengglasiran Keramik [5] 
Gambar diasts memperlihatkan proses pengglsiran 
keramik dengan metode semprot.
11 
2.4 Kekerasan Bahan 
Hardness adalah pengukuran ketahanan dari logam untuk 
mencapai deformasi permanen. Dari uraian singkat di atas maka 
kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan 
material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang 
lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme 
penggoresan (scratching), pantulan ataupun indentasi dari 
material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Hardness test 
jauh lebih simple daripada tensile test dan bersifat tidak 
merusak.Karena alasan ini hardness test digunakan di industry 
untuk quality control. Berdasarkan mekanisme penekanan 
tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan antara lain adalah:[3] 
a. Metode gores 
Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia 
metalurgi dan material lanjut, tetapi sering dipakai dalam 
dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich 
Mohs yang membagi kekerasan material di dunia ini 
berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala 
Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang 
paling rendah, yang dimiliki oleh material talk, hingga skala 
10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, yang dimiliki oleh intan. 
Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia 
ini diwakili oleh: [3] 
1. Talc 6. Orthoclase 
2. Gipsum 7. Quartz 
3. Calcite 8. Topaz 
4. Fluorite 9. Corundum 
5. Apatite 10. Diamond (intan) 
Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh 
Orthoclase (no. 6) tetapi tidak mampu digores oleh Apatite
12 
(no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 
6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini 
memiliki kekurangan utama berupa ketidak akuratan nilai 
kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral 
diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya 
berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki 
rentang yang besar.[3] 
b. Metode elastik/pantul (rebound) 
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan 
oleh alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu 
pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan 
dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi 
pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan 
benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang 
ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan 
benda uji dinilai semakin tinggi.[3] 
c. Metode indentasi 
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan 
penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan 
waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material 
ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang 
dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). 
Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan 
cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: [3] 
 Metode Brinell 
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. 
Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan 
dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened 
steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu.[3]
13 
 Metode Vickers 
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk 
piramida dengan sudut 136. Prinsip pengujian adalah 
sama dengan metode Brinell, walaupun jejak yang 
dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang 
diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengujur 
jejak. [3] 
 Metode Rockwell 
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana 
kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak 
yang dihasilkan maka metode Rockwell merupakan uji 
kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-reading). 
Metode ini banyak dipakai dalam industry karena 
pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indetor 
yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak 
macamnya. Metode yang paling umum dipakai adalah 
Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 
inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor 
intan dengan beban 150 kg). [3]
14 
“Halaman ini memang dikosongkan”
BAB III 
METODOLOGI PERCOBAAN 
15 
3.1 Peralatan dan Bahan 
Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan ini 
adalah sebagai berikut. 
a. Semen 
b. Pasir 
c. Air 
d. Gelas ukur 
e. Sendok 
f. Keramik Genteng 
g. Keramik Kaca 
h. Keramik Batu Bata 
i. Cetakan triplek 
j. Kertas Amplas 
k. Furnace 
3.2 Prosedur Percobaan 
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini terdidi dari 
beberapa tahap antara lain adalah sebagai berikut adalah sebagai 
berikut. 
3.2.1 Pembuatan Bahan Keramik 
a. Dibuat 8 jenis campuran semen dan pasir masing 
masing dengan komposisi semen : pasir sebesar 1:1; 
1:2; 1:3; 1:4 
b. Ditambahkan campuran semen dan pasir tersebut 
dengan air dengan kondisi yang kental. Aduk hingga 
rata 
c. Dimasukkan campuran dalam cetakan yang telah 
disediakan. 
d. Dijemur selama 20 jam dalam ruangan selama dan 
selama 8 jam diluar ruangan Diusahakan agar kondisi
16 
lingkungan benar benar kering. Jika campuran telah 
kering. Keluarkan dari cetakan. 
e. Dipanaskan sampel tersebut dalam furnace dengan 
temperatur 200°C dan 400°C selama 5 jam. Jika 
pemanasan telah selesai, biarkan dingin secara alami. 
Keluarkan sampel dari dalam furnace. 
f. Dihaluskan seluruh permukaan sampel dengan 
menggosokkan pada kertas ampelas. 
3.2.2 Pengujian Kekerasan dengan Metode Gores 
a. Digores sampel pertama dengan genteng, kaca, batu 
bata. Sampel yang tergores mempunyai sifat lebih 
lunak dibanding yang lainnya. Catat hasil urutan yang 
diperoleh. 
b. Dilakukan hal yang sama untuk sampel kedua, ketiga 
dan keempat. 
c. Diurutkan nilai kekerasan hasil eksperimen anda dari 
sifat yang kurang keras sampai yang terkeras 
3.2.3 Pengujian Kekerasan dengan MetodePantulan 
a. Disiapkan statip pengukuran kekerasan. 
b. Dijatuhkan bola diatas permukaan sampel 1. Ukur 
tinggi pantulan. Lakukan sebanyak 5 kali percobaan. 
Lanjutkan pengukuran yang sama untuk sampel 2, 3 
dan 4. 
c. Dimasukkan semua data pada tabel 3.1. 
d. Dilakukan perhitungan statistik pada seluruh data 
(rata-rata, standar deviasi, range, error)
17 
 Rata-rata = 
Keterangan: 
= rata-rata hitung 
xi = nilai sampel ke-i 
n = jumlah sampel 
 Standar deviasi 
Keterangan: 
= rata-rata hitung 
xi = nilai sampel ke-i 
n = jumlah sampel 
 Range 
R = xb – xk 
Keterangan: 
R = Rentang 
xb = nilai data tang terbesar 
xk = nilai data tang terkecil 
 Standar Error 
 
√ 
e. Dilakukan analisa data pada hasil pengukuran diatas 
dengan menghubungkan nilai tinggi pantulan dengan 
nilai kekerasan sampel dan komposisi campuran awal 
bahan keramik tersebut.
18 
Tabel 3.1 Tabel Data Hasil pengujian Pantulan
19 
“Halaman ini memang dikosongkan”
BAB IV 
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 
Sampel Kaca Genteng Bata 
1:1 Tergores Tergores Tergores 
1:2 Tergores Tidak 
1:3 Tergores Tidak 
1:4 Tergores Tergores Tergores 
tergores 
1:2 Tergores Tidak 
1:3 Tergores Tidak 
1:4 Tergores Tidak 
19 
4.1 Analisis Data 
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan data 
sebagai berikut. 
Untuk pengujian kekerasan dengan metode gores, dari 
sampel dengan pemanasan 200°C dan 400°C didapatkan hasil 
urutan sebagai berikut. 
Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Metode Gores 
Suhu 
2000C 
tergores 
Tidak 
tergores 
tergores 
Tidak 
tergores 
Suhu 
4000C 
1:1 Tidak 
Tidak 
tergores 
Tidak 
tergores 
tergores 
Tidak 
tergores 
tergores 
Tidak 
tergores 
tergores 
Tidak 
tergores 
Untuk pengujian kekerasan dengan metode pantul, dari sampel 
dengan pemanasan 200°C dan 400°C didapatkan hasil urutan 
sebagai berikut.
20 
Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Metode Pantul 
Sampel Hasil 
I II III IV V Rata- 
Rata 
Suhu 
2000C 
1:1 12cm 12cm 12cm 11cm 12cm 11.8 
1:2 14cm 15cm 13cm 14cm 15cm 14.2 
1:3 14cm 15cm 15cm 14cm 14cm 14.4 
1:4 12cm 11cm 12cm 12cm 13cm 12 
Suhu 
4000C 
1:1 13cm 14cm 14cm 13cm 14cm 13.6 
1:2 15cm 13cm 14cm 14cm 15cm 14.2 
1:3 11cm 11cm 12cm 12cm 12cm 11.6 
1:4 14cm 14cm 14cm 15cm 14cm 14.2 
Dihitung Standar Deviasi dengan menggunakan Persamaan 
dibawah 
Standardeviasi : 
  
x x 
( ) 
1 
2 
 
n 
(1) 
Keterangan : 
n : banyak data 
x : tinggipantulan 
x : rata-ratatinggipantulan 
Untuk sanpel dengan suhu pemanasan 200°C 
 Untuk perbandingan 1:1 
√( ) 
( ) 
( ) 
( ) 
√
21 
 Untuk perbandingan 1:2 
√ 
√ 
 Untuk perbandingan 1:3 
√( ) 
( ) 
( ) 
( ) 
√ 
 Untuk perbandingan 1:4 
√( ) 
( ) 
( ) 
( ) 
√ 
Untuk sanpel dengan suhu pemanasan 400°C 
 Untuk perbandingan 1:1 
√( ) 
( ) 
( ) 
( ) 
√
22 
 Untuk perbandingan 1:2 
√ 
√ 
 Untuk perbandingan 1:3 
√( ) 
( ) 
( ) 
( ) 
√ 
 Untuk perbandingan 1:4 
√( ) 
( ) 
( ) 
( ) 
√ 
Dihitung Standar Error dengan menggunakan Persamaan dibawah 
Standar error 
√ 
Keterangan : 
: Standar Deviasi 
n : banyak data
23 
Untuk sanpel dengan suhu pemanasan 200°C 
 Untuk perbandingan 1:1 
√ 
= 0.178 
 Untuk perbandingan 1:2 
√ 
= 0.626 
 Untuk perbandingan 1:3 
√ 
= 0.268 
 Untuk perbandingan 1:4 
√ 
= 0.447 
Untuk sampel dengan suhu pemanasan 400°C 
 Untuk perbandingan 1:1 
√ 
= 0.268 
 Untuk perbandingan 1:2 
√ 
= 0.626 
 Untuk perbandingan 1:3 
√ 
= 0.268
24 
 Untuk perbandingan 1:4 
√ 
= 0.565 
Range: 
data max – data min 
15 cm – 11 cm 
4 cm 
Data data hasil perhitungan standar deviasi dan stander error 
tersebut jika disajikan dalam bentuk tabel dan grafik adalah 
sebagai berikut 
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Standar Deviasi 
Sampel 1:1 1:2 1:3 1:4 
Suhu 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C 
Standar 
0.6 1.264 
Deviasi 
Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Standar Error 
Sampel 1:1 1:2 1:3 1:4 
Suhu 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C 
Standar 
0.178 0.268 0.626 0.626 0.268 0.447 
Error
25 
Grafik Standar Deviasi Sampel 
Dengan Pemanasan 200°C 
1.5 
1 
0.5 
Gambar 4.1. Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel 
dengan pemanasan 200°C 
Grafik Standar Deviasi Sampel 
Dengan Pemanasan 400°C 
1.5 
1 
0.5 
Gambar 4.2. Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel 
dengan pemanasan 400°C 
0 
1:00 1:01 1:03 1:04 
Standar Deviasi 
Komposisi 
Standar Deviasi 
Standar Error 
0 
1:00 1:01 1:03 1:04 
Standar Deviasi 
Komposisi 
Standar Deviasi 
Standar Error
26 
4.2 Pembahasan 
Dalam praktikum ini, dibuat empat buah keramik dengan 
perbandingan campuran semen danpasir yang berbeda-beda. 
Variabel yang diubah adalah jumlah pasir. Perbandingan nya 
adalah 1:1 ; 1:2 ; 1:3 ; 1:4. 
Pada pengujian pertama menggunakan uji pantul, didapatkan 
data bahwa bahan yang keras adalah pada keramik 1:3 yang di 
panaskan dengan suhu 200°C, karena nilai rata-rata pantulannya 
yang paling tinggi, yaitu sebesar 14.4 cm. Namun hal ini tidak 
sesuai dengan teori. Seharusnya nilai perbandingan semen yang 
lebih besar cenderung memiliki tingkat kekerasan yang lebih 
tinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah kurang 
ratanya saat proses pencampuran dan proses pengeringan yang 
kurang sempurna (kurang cahaya matahari), selain itu factor lain 
adalah karena kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca 
pantulan dari bola pingpong pada saat uji kekerasan metode 
pantul. 
Pada pengujian kedua menggunakan uji gores, pada 
sampel 1:1 dan 1:4 suhu 2000C merupakan yang paling lemah, 
karena tergores oleh kaca, genteng, serta bata. Tetapi seharusnya 
pada sampel dengan komposisi 1:1 suhu 2000C tidak tergores 
oleh batu bata, dikarenakan secara teoritis sampel ini memiliki 
kekerasan yang lebih tinggi dari batu bata, kesalahan tersebut 
disebabkan karena kesalahan praktikan dalam memilih sisi 
penggoresan dari sampel tersebut, yaitu yang digores adalah sisi 
bawah dari sempel dimana sisi bawah adalah sisi dimana terdapat 
lebih banyak pasir dikarenakan pasir mengendap ke bawah, 
sehingga kurang keras. Sampel dengan hasil uji gores terbaik 
adalah sampel 1:1 suhu 4000C sebab tidak tergores oleh kaca, 
genteng serta bata, karena sisa air yang masih tertinggal sudah 
hilang karena teruapkan dan molekul keramik menjadi lebih padat 
sehingga lebih kuat. 
Pada pengujian kekerasan dengan metode pantul, 
perhitungan standar deviasi menjadi penting, Karena Benda Uji 
dibuat beberapa buah dan pengujian dilakkan sebanyak 5 kali, 
tentu saja Hasil Uji kekerasan metode pantul masing-masing
27 
Benda Uji tersebut berbeda-beda (sedikit atau banyak). Dan 
Faktor Perbedaan (Penyimpangan atau Deviasi) ini harus 
diperhatikan dalam menghitung kekerasan keramik, karena 
semakin Besar Penyimpangan (Standar Deviasi), maka akan 
Semakin Kecil Nilai kekerasan keramik yang kita dapat. Dari data 
hasil perhitungan yang didapat sampel dengan komposisi 1:4 baik 
dengan suhu pemanasan 400 maupun 200, yang berarti sampel 
dengan komposisi tersebut memiliki nilai kekerasan yang paling 
kecil. Tetapi hasil tersebut tidak sesuai dengan teri dimana secara 
teori sampel dengan komposisi pasir yang paling banyak yaitu 
sampel 1:4 adalah sampel yang memiliki nilai kekerasan paling 
rendah. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikan dalam 
membaca pantulan dari bola pingpong pada saat uji kekerasan 
metode pantul.
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
25 
5.1 Kesimpulan 
Beberapa hal yang dapat keramik lain adalah sebagai 
berikut : 
1. Keramik pada umumnya merupakan hasil dari pengolahan 
tanah liat menggunakan air sebagai pelarut yang kemudian 
dikeringkan dan dibakar dengan suhu tertentu dalam tungku 
pembakaran, 
2. Komposisi Pembuatan keramik akan mempengaruhi teingkat 
kekerasan dari keramik tersebut, hal ini terlihat dari sampel 
dengan komposisi 1:1 pada uji gesek cenderung lebih keras 
daripada sampel dengan komposisi pasir lebih banyak dari 
semen. 
3. Suhu pada proses sintering juga mempengaruhi tingkat 
kekerasan pada keramik, dimana dapat dilihat pada sampel 
dengan suhu sintering 400 cenderung lebih keras dari pada 
sampel yang disinterring pada suhu 200°C. 
5.2 Saran 
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan 
percobaan sebagai berikut : 
1. Sebaiknya disediakan cetakan agar praktikan tidak perlu 
membuat cetakan terlebih dahulu.
29 
DAFTAR PUSTAKA 
[1] Wikipedia. “Keramik”. 2014. Retrieved From 
http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik diakses pada tanggal 
29 November 2014 pukul 22.03. 
[2] Ceramtec. “Special Applications in Mechanical 
Engineering”. 2014. Retrieved From http:// ceramtec.com 
diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.10. 
[3] Dyah S., Doty Dewi R., Lizda J. Mawarini.2011. Modul 
Praktikum Rekayasa Bahan.Institut Teknologi Sepuluh 
Nopember:Surabaya. 
[4] Yenra. “Manufacturing : Ceramic Piston Heads”. 2012. 
Retrieved From http://www.yenra.com/engines/pistons 
diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.30. 
[5] Rohmat Sulistya. “Membuat Keramik”. 2007. Retrieved 
From http://www.studiokeramik.org/2007_10_01_archive 
diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.45. 
[6] Annonym. “Cara Mencetak Vas Bunga”. Retrieved From 
http://keramik88.com/cetakan-keramik/cara-mencetak-vas-bunga 
diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 
23.03 
[7] Foto Antara . “KERAMIK PLERED”. 2010. Retrieved 
From 
http://www.antarafoto.com/spektrum/v1291545003/kerami 
k-plered diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 
23.22 
[8] Tanteri Ceramic . “Proses Pembuatan Ceramic”. 2012. 
Retrieved From 
http://www.tantericeramicbali.com/Production-Bali- 
Ceramic.php diakses pada tanggal 29 November 2014 
pukul 23.30

More Related Content

Viewers also liked

Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerja
Xi Imam
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Septiana Nugraha
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
Mirmanto
 
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLaporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLatifatul Hidayah
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
ArdHian Milanisti
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
tanalialayubi
 
Material magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahman
Material magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahmanMaterial magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahman
Material magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahman
IPA 2014
 
Sifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal MaterialSifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal Material
Vincent Cahya
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihKalih Rizki
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaaambrey
 
modul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetikmodul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetik
WSKT
 
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
Dina Adilah
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian materialOmpu Kurniawan
 
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Dionisius Kristanto
 
Ceramics
CeramicsCeramics
All ceramic restorations
All ceramic restorationsAll ceramic restorations
All ceramic restorations
Hrudi Sahoo
 
Ceramics
CeramicsCeramics
Ceramics
kirbylight
 
Ceramic
CeramicCeramic

Viewers also liked (19)

Lampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerjaLampiran gaambar kerja
Lampiran gaambar kerja
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
 
Pengolahan keramik 2
Pengolahan keramik 2Pengolahan keramik 2
Pengolahan keramik 2
 
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
10 karakteristik sifat mekanik komposit serat bambu resin polyester tak jenuh...
 
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLaporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
 
Material magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahman
Material magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahmanMaterial magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahman
Material magnetik, dielektrik dan optik dwi astuti dian kurniasari & faturrahman
 
Sifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal MaterialSifat Optik dan Termal Material
Sifat Optik dan Termal Material
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
modul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetikmodul pelatihan geosintetik
modul pelatihan geosintetik
 
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMENARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI EKSPERIMEN
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
 
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
Lapres Akustik & Getaran [Geteran Teredam]
 
Ceramics
CeramicsCeramics
Ceramics
 
All ceramic restorations
All ceramic restorationsAll ceramic restorations
All ceramic restorations
 
Ceramics
CeramicsCeramics
Ceramics
 
Ceramic
CeramicCeramic
Ceramic
 

Recently uploaded

Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
MarvinPatrick1
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
tejakusuma17
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
ssuser0b6eb8
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
RifkiAbrar2
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 

Recently uploaded (9)

Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 

Lapres Rekban P2 [Percobaan Bahan Keramik]

  • 1. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN – P2 PERCOBAAN BAHAN KERAMIK DIONISIUS ANDY K NRP 2412.100.106 Asisten Laboratorium Damas Panji Hermawan NRP 2411.100.098 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
  • 2. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN – P2 PERCOBAAN BAHAN KERAMIK i DIONISIUS ANDY K NRP 2411.100.106 Asisten Laboratorium Damas Panji Hermawan NRP 2411.100.098 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
  • 3. “Halaman ini memang dikosongkan” ii
  • 4. FINAL REPORT LABWORK MATERIAL ENGINEERING – P2 EXPERIMENT OF CERAMIC MATERIALS iii DIONISIUS ANDY K NRP 2411.100.106 Laboratory Assistant Damas Panji Hermawan NRP 2411.100.098 STUDY PROGRAM S1 ENGINEERING PHYSICS DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2014
  • 5. “Halaman ini memang dikosongkan” iv
  • 6.
  • 7. HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN RESMI PERCOBAAN BAHAN KERAMIK OLEH : DIONISIUS ANDY K NRP. 2412.100.106 Surabaya, 28 November 2014 Mengetahui/Menyetujui Asisten Praktikan Damas Panji H Dionisius AK NRP. 2411 100 098 NRP. 2412 100 106 v
  • 8. “Halaman ini memang dikosongkan” vi
  • 9. PERCOBAAN BAHAN KERAMIK Nama : Dionisius Andy K NRP : 2412100106 Nama Asisten : Damas Panji Hermawan ABSTRAK Praktikum bahan keramik ini bertujuan untuk membuat praktikan memahami mengenai bahan-bahan keramik, kemudian memahami cara membuat keramik tradisional dan yang terakhir adalah membuat praktikan dapat mengetahui cara mengukur kekerasan pada keramik yang telah dibuat sehingga dapat mengetahui kegunaan keramik menurut bahan pembuatnya masing-masing. Praktikum ini terdiri dari tiga tahap dimana yang pertama adalah pembuatan keramik, kedua adalah pengujian keramik menggunakan metode gores, dan yang ketiga adalah pengujian keramik menggunakan metode pantul. Keramik yang telah dibuat dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4 kemudian diuji gores dengan batu bata, keramik dan genteng. Setelah itu, diuji pantul dengan statip dan bola. Dari uji gores, dapat diketahui bahwa sampel keramik paling baik adalah sampel 1:1 dengan temperature sintering 400°C , sedangkan pada uji pantul, dapat diketahui dari nilai rata-rata tinggi pantulan bola yang paling tinggi adalah pada keramik dengan perbandingan 1:3 dengan suhu sintering 200°C karena nilai rata-rata pantulannya yang lebih tinggi, yaitu sebesar 14,4 cm. Disini dapat dilihat bahwa ada ketidaksesuaian antara teori degan uji kekerasan dengan metode gores dan pantul, ketidaksesuaian ini dikarenakan banyak pengaruh dan kesalahan yang terjadi yang akan dijelaskan dalam pembahasan laporan resmi ini. Kata kunci : Keramik, Semen, Pasir, Uji Kekerasan, Metode Gores, Metode Pantulan vii
  • 10. “Halaman ini memang dikosongkan” viii
  • 11. EXPERIMENT OF CERAMIC MATERIALS Student Name : Dionisius Andy K NRP : 2412100106 Assistant Name : Damas Panji Hermawan ABSTRACT Practical ceramic material is intended to make the practitioner understand about ceramic materials, then understand how to make traditional ceramics and the latter is to make the practitioner can determine how to measure the hardness of the ceramic that has been made so as to understand the use of ceramic materials according to their respective creators. This practicum consists of three phases where the first is the manufacture of ceramics, the second is the use of ceramic testing scratch method, and the third is a ceramic testing using the reflection method. Ceramics have been made in the ratio 1: 1, 1: 2, 1: 3, and 1: 4 and then tested scratch with bricks, ceramic and tile. After that, tested with statip and ball rebound. Of the scratch test, it can be seen that the best ceramic samples are samples 1: 1 with a sintering temperature of 400 ° C, whereas the reflection test, it can be seen from the average value of the high reflectance of the most high ball is in ceramic with a ratio of 1: 3 with sintering temperature of 200 ° C as the average value of the rebound higher, amounting to 14.4 cm. Here it can be seen that there is a discrepancy between theory degan scratch hardness test method and reflective, this discrepancy due to many influences and errors that occur will be explained in the discussion of this official report. Keywords : Ceramics, Cement, Sand, Hardness Test, Scratch method, ix Rebound Method
  • 12. “Halaman ini memang dikosongkan” x
  • 13. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugrahnya, sehingga laporan resmi ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Laporan resmi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi setiap praktikan sebelum beranjak ke praktikum berikutnya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak xi terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan segala dukungan baik moril maupun materil serta perhatiannya. 2. Dosen pengajar mata kuliah Rekayasa Bahan yang telah membimbing dan memberikan ilmunya. 3. Asisten yang setia membimbing dan mendampingi dari mulai praktikum hingga penyelesaian laporan resmi. Dalam penyusunan laporan resmi ini tentunya masih jauh dari sempurna baik menyangkut isi maupun bahasa yang digunakan sehingga tidak menutup kemungkinan bagi penulis untuk menerima kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan. Akhir kata, semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya, semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan membuka wawasan bagi yang membacanya. Penulis.
  • 14. “Halaman ini memang dikosongkan” xii
  • 15. DAFTAR ISI Halaman Judul ..................................................................... i Halaman Pengesahan ........................................................... v Abstrak .................................................................................. vi Abstract .................................................................................. vii Kata Pengantar ..................................................................... viii Daftar Isi ............................................................................... xi Daftar Gambar ..................................................................... xii Daftar Tabel .......................................................................... xiii BAB I Pendahuluan ............................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 2 1.3 Tujuan ............................................................................... 2 BAB II Dasar Teori .............................................................. 3 2.1 Keramik ............................................................................ 3 2.2 Sifat Material Keramik…………………………………… 4 2.3 Proses Pembuatan Kerami……………………………….. 5 2.4 Kekerasan Bahan ............................................................. 10 BAB III Metodologi Percobaan ........................................... 15 3.1 Peralatan dan Bahan ......................................................... 15 3.2 Prosedur Percobaan .......................................................... 15 BAB IV Analisis Data dan Pembahasan ............................ 19 4.1 Analisis Data .................................................................... 19 4.2 Pembahasan ...................................................................... 24 BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................ 25 5.1 Kesimpulan ....................................................................... 25 5.2 Saran ................................................................................. 25 Daftar Pustaka xi
  • 16. “Halaman ini memang dikosongkan” xii
  • 17. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Aplikasi Bahan Keramik 3 Gambar 2.2 Pelapisan Keramik Pada Piston 4 Gambar 2.3 Proses Pengolahan Bahan 6 Gambar 2.4 Pembentukan Keramik dengan Teknik Cetak 7 Gambar 2.5 Proses Pengeringan Keramik 8 Gambar 2.6 Proses Pembakaran Keramik 9 Gambar 2.7 Proses Pengglasiran Keramik 10 Gambar 2.8 Skematis Metode Brinell 12 Gambar 4.1 Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel 25 dengan pemanasan 200°C Gambar 4.2 Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel 25 dengan pemanasan 200°C xiii
  • 18. “Halaman ini memang dikosongkan” xiv
  • 19. DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Data Hasil pengujian Pantulan 17 Tabel 4.1 Tabel Data Hasil pengujian Pantulan 19 Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Metode Pantul 20 Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Standar Deviasi 24 Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Standar Error 24 xv
  • 20. “Halaman ini memang dikosongkan” xvi
  • 21. BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Keramik berasal dari bahasa Yunani keramikos, yang artinya adalah sesuatu yang dibakar. Pada mulanya keramik diproduksi dari mineral lempung yang dikeringkan di bawah sinar matahari dan dikeraskan dengan pembakaran pada temperatur tinggi. Keramik adalah suatu bahan organik bukan metal tahan pada suhu tinggi, karena titik lelehnya (melting point) diatas suhu 2000C. Perkembangan teknologi material keramik pada saat ini sangat pesat dan penerapan nya mencakup banyak bidang antara lain : kebutuhan rumah tangga, industri mekanik, elektronika, teknologi ruang angkasa, dan lain sebagainya. Pesat nya perkembangan material keramik ini tidak lain adalah karena sifat-sifat yang dimiliki oleh struktur keramik sendiri, sifat-sifat seperti kekerasan dan ketahanan panas dan listrik secara signifikan lebih tinggi keramik dari pada logam, dan masih banyak lagi sifat sifat keramik yang membuat material ini diaplikasikan di berbagai bidang. Misalnya pada bidang otomotif dimana saat ini keramik banyak digunakan sebagai pelapis panas dari mesin pembakaran dalam. Hal itu dikarenakan keramik memiliki sifat yang lebih unggul dari logam dalam hal ketahanan panas. Tetapi pada material keramik sifat dan struktur dari keramik bergantung pada bagaimana dia diproses,maka dari itu pada laporan resmi ini akan dijelaskan mengenai proses dan sifat dari material keramik itu sendiri. Makadari itu diperlukan pengetehuan cara pembuatan keramik yang benar dan pengujian dari sifat yang dimiliki material keramik tersebut misalnya pengujian kekerasan,
  • 22. 2 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum rekayasa bahan tentang bahan keramik kali ini adalah sebagai berikut. a. Apakah material keramik itu ? b. Bagaimana proses pembuatan bahan keramik tradisional ? c. Bagaimana Menentukan harga kekerasan dari bahan keramik.? 1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum rekayasa bahan tentang bahan keramik kali ini adalah sebagai berikut. a. Mengenal bahan keramik. b. Memahami proses pembuatan bahan keramik tradisional. c. Menentukan harga kekerasan dari bahan keramik.
  • 23. BAB II DASAR TEORI 3 2.1 Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.[1] Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung ada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh.[1] Gambar 2.1 Aplikasi Bahan Keramik [2] Pada gambar ditas dapat dilihat hasil dari aplikasi penggunaan material keramik, dimana pada gambar tersebut aplikasi keramik digunakan untuk membuat komponen-komponen mesin.
  • 24. 4 2.2 Sifat Material Keramik Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada bahan keramik,yaitu: a. Brittle atau rapuh, keras, dan kaku. Sifat ini dapat dilihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu,terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam.[3] b. Tahan terhadap suhu tinggi. Contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200°c, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000°c.[3] Gambar 2.2 Pelapisan Keramik Pada Piston[4] Pada gambar ditas ditunjukkan iston yang dilapisi keramik, yang digunakan untuk lapisan penahan panas. Dimana pelaisan ini memanfaatkan sifat dari keramik yaitu tahan terhadap suhu yang tinggi. Karena sebagaimana kita ketahui suhu pada mesin pembakaran dalam bisa mencapai rubuan derajat celcius.
  • 25. 5 2.3 Proses Pembuatan Keramik Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik sederhana, yaitu: a. Pengolahan bahan Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.[5] Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan yang homogen atau seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan blunger maupun mixer.[5] Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan diangin-anginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.[5] Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.[5]
  • 26. 6 Gambar 2.3 Proses Pengolahan Bahan [5] Pada gambar diatas diperlihatkan bahan pembuat keramik yang sedang diolah ditempatkan didalam wadah berupa ember. b. Pembentukan Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik yaitu pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).[5] Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode yang dikenal selama ini yaitu teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng (slabbing).[5] Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya tersebut, sehingga keteknikan ini menjadi semacam icon dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan keteknikan yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja langsung bisa membuat benda keramik begitu mencobanya, diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk melatih jari-jari dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan keteknikan ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder, misalnya piring, mangkok, vas, guci, dan lain-lain.
  • 27. 7 Alat utama yang digunakan adalah alat putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar masinal yang digerakkan dengan listrik.[5] Sedangkan Untuk pembentukan dengan teknik cetakan adalah, produk keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan, tetapi menggunakan bantuan cetaka atau mold yang dibuat dari gipsum. Teknik cetak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cetak padat dan cetak tuang (slip). Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah tanah liat plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa badan tanah liat slip atau lumpur. Keunggulan dari teknik cetak ini adalah benda yang diproduksi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama persis. Berbeda dengan teknik putar atau pembentukan langsung. Gambar 2.4 Pembentukan Keramik dengan Teknik Cetak [6] Pada gambar diatas diperlhatkan proses pembentukan keramik dengan teknik cetak, dimana bahan pembuat keramik yang berbentuk cair dituang kedalam cetakan yang telah dibuat sebelum nya, contok penerapan teknik cetak adalah untuk pembuatas vas bunga.
  • 28. 8 c. Pengeringan Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi tiga proses penting yaitu, air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti, kemudian air dalam pori hilang tanpa terjadi susut, dan air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk menghindari retak atau cracking terlebih pada tahap pengeringan awal. Proses yang terlalu cepat akan mengakibatkan keretakan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.[5] Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering dapat dilakukan. [5] Gambar 2.5 Proses Pengeringan Keramik [7]
  • 29. 9 Gambar diatas memperlihatkan keramik gerabah yang sedang di jemur dibawah sinar matahari. d. Pembakaran Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku atau furnace suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran diantaranya adalah suhu sintering atau matang, atmosfer tungku, dan tentu saja mineral yang terlibat. Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang atau muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Secara umum tahap-tahap pembakaran maupun kondisi api furnace dapat dirinci dalam tabel.[5] Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 10000C. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara optimal.[5] Gambar 2.6 Proses Pembakaran Keramik [8]
  • 30. 10 Gambar diatas menggambarkan proses sintering, dimana material keramik dimasukkan ke dalam furnace bertemperatur tinggi. e. Pengglasiran Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.[5] Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang memuaskan.[5] Gambar 2.7 Proses Pengglasiran Keramik [5] Gambar diasts memperlihatkan proses pengglsiran keramik dengan metode semprot.
  • 31. 11 2.4 Kekerasan Bahan Hardness adalah pengukuran ketahanan dari logam untuk mencapai deformasi permanen. Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), pantulan ataupun indentasi dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Hardness test jauh lebih simple daripada tensile test dan bersifat tidak merusak.Karena alasan ini hardness test digunakan di industry untuk quality control. Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan antara lain adalah:[3] a. Metode gores Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi dan material lanjut, tetapi sering dipakai dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yang membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, yang dimiliki oleh material talk, hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, yang dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia ini diwakili oleh: [3] 1. Talc 6. Orthoclase 2. Gipsum 7. Quartz 3. Calcite 8. Topaz 4. Fluorite 9. Corundum 5. Apatite 10. Diamond (intan) Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6) tetapi tidak mampu digores oleh Apatite
  • 32. 12 (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki kekurangan utama berupa ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.[3] b. Metode elastik/pantul (rebound) Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat Scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.[3] c. Metode indentasi Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: [3]  Metode Brinell Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu indentasi tertentu.[3]
  • 33. 13  Metode Vickers Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136. Prinsip pengujian adalah sama dengan metode Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengujur jejak. [3]  Metode Rockwell Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter/diagonal jejak yang dihasilkan maka metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct-reading). Metode ini banyak dipakai dalam industry karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indetor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dengan beban 150 kg). [3]
  • 34. 14 “Halaman ini memang dikosongkan”
  • 35. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 15 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan ini adalah sebagai berikut. a. Semen b. Pasir c. Air d. Gelas ukur e. Sendok f. Keramik Genteng g. Keramik Kaca h. Keramik Batu Bata i. Cetakan triplek j. Kertas Amplas k. Furnace 3.2 Prosedur Percobaan Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini terdidi dari beberapa tahap antara lain adalah sebagai berikut adalah sebagai berikut. 3.2.1 Pembuatan Bahan Keramik a. Dibuat 8 jenis campuran semen dan pasir masing masing dengan komposisi semen : pasir sebesar 1:1; 1:2; 1:3; 1:4 b. Ditambahkan campuran semen dan pasir tersebut dengan air dengan kondisi yang kental. Aduk hingga rata c. Dimasukkan campuran dalam cetakan yang telah disediakan. d. Dijemur selama 20 jam dalam ruangan selama dan selama 8 jam diluar ruangan Diusahakan agar kondisi
  • 36. 16 lingkungan benar benar kering. Jika campuran telah kering. Keluarkan dari cetakan. e. Dipanaskan sampel tersebut dalam furnace dengan temperatur 200°C dan 400°C selama 5 jam. Jika pemanasan telah selesai, biarkan dingin secara alami. Keluarkan sampel dari dalam furnace. f. Dihaluskan seluruh permukaan sampel dengan menggosokkan pada kertas ampelas. 3.2.2 Pengujian Kekerasan dengan Metode Gores a. Digores sampel pertama dengan genteng, kaca, batu bata. Sampel yang tergores mempunyai sifat lebih lunak dibanding yang lainnya. Catat hasil urutan yang diperoleh. b. Dilakukan hal yang sama untuk sampel kedua, ketiga dan keempat. c. Diurutkan nilai kekerasan hasil eksperimen anda dari sifat yang kurang keras sampai yang terkeras 3.2.3 Pengujian Kekerasan dengan MetodePantulan a. Disiapkan statip pengukuran kekerasan. b. Dijatuhkan bola diatas permukaan sampel 1. Ukur tinggi pantulan. Lakukan sebanyak 5 kali percobaan. Lanjutkan pengukuran yang sama untuk sampel 2, 3 dan 4. c. Dimasukkan semua data pada tabel 3.1. d. Dilakukan perhitungan statistik pada seluruh data (rata-rata, standar deviasi, range, error)
  • 37. 17  Rata-rata = Keterangan: = rata-rata hitung xi = nilai sampel ke-i n = jumlah sampel  Standar deviasi Keterangan: = rata-rata hitung xi = nilai sampel ke-i n = jumlah sampel  Range R = xb – xk Keterangan: R = Rentang xb = nilai data tang terbesar xk = nilai data tang terkecil  Standar Error  √ e. Dilakukan analisa data pada hasil pengukuran diatas dengan menghubungkan nilai tinggi pantulan dengan nilai kekerasan sampel dan komposisi campuran awal bahan keramik tersebut.
  • 38. 18 Tabel 3.1 Tabel Data Hasil pengujian Pantulan
  • 39. 19 “Halaman ini memang dikosongkan”
  • 40. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Sampel Kaca Genteng Bata 1:1 Tergores Tergores Tergores 1:2 Tergores Tidak 1:3 Tergores Tidak 1:4 Tergores Tergores Tergores tergores 1:2 Tergores Tidak 1:3 Tergores Tidak 1:4 Tergores Tidak 19 4.1 Analisis Data Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut. Untuk pengujian kekerasan dengan metode gores, dari sampel dengan pemanasan 200°C dan 400°C didapatkan hasil urutan sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Metode Gores Suhu 2000C tergores Tidak tergores tergores Tidak tergores Suhu 4000C 1:1 Tidak Tidak tergores Tidak tergores tergores Tidak tergores tergores Tidak tergores tergores Tidak tergores Untuk pengujian kekerasan dengan metode pantul, dari sampel dengan pemanasan 200°C dan 400°C didapatkan hasil urutan sebagai berikut.
  • 41. 20 Tabel 4.2 Hasil Uji Kekerasan Metode Pantul Sampel Hasil I II III IV V Rata- Rata Suhu 2000C 1:1 12cm 12cm 12cm 11cm 12cm 11.8 1:2 14cm 15cm 13cm 14cm 15cm 14.2 1:3 14cm 15cm 15cm 14cm 14cm 14.4 1:4 12cm 11cm 12cm 12cm 13cm 12 Suhu 4000C 1:1 13cm 14cm 14cm 13cm 14cm 13.6 1:2 15cm 13cm 14cm 14cm 15cm 14.2 1:3 11cm 11cm 12cm 12cm 12cm 11.6 1:4 14cm 14cm 14cm 15cm 14cm 14.2 Dihitung Standar Deviasi dengan menggunakan Persamaan dibawah Standardeviasi :   x x ( ) 1 2  n (1) Keterangan : n : banyak data x : tinggipantulan x : rata-ratatinggipantulan Untuk sanpel dengan suhu pemanasan 200°C  Untuk perbandingan 1:1 √( ) ( ) ( ) ( ) √
  • 42. 21  Untuk perbandingan 1:2 √ √  Untuk perbandingan 1:3 √( ) ( ) ( ) ( ) √  Untuk perbandingan 1:4 √( ) ( ) ( ) ( ) √ Untuk sanpel dengan suhu pemanasan 400°C  Untuk perbandingan 1:1 √( ) ( ) ( ) ( ) √
  • 43. 22  Untuk perbandingan 1:2 √ √  Untuk perbandingan 1:3 √( ) ( ) ( ) ( ) √  Untuk perbandingan 1:4 √( ) ( ) ( ) ( ) √ Dihitung Standar Error dengan menggunakan Persamaan dibawah Standar error √ Keterangan : : Standar Deviasi n : banyak data
  • 44. 23 Untuk sanpel dengan suhu pemanasan 200°C  Untuk perbandingan 1:1 √ = 0.178  Untuk perbandingan 1:2 √ = 0.626  Untuk perbandingan 1:3 √ = 0.268  Untuk perbandingan 1:4 √ = 0.447 Untuk sampel dengan suhu pemanasan 400°C  Untuk perbandingan 1:1 √ = 0.268  Untuk perbandingan 1:2 √ = 0.626  Untuk perbandingan 1:3 √ = 0.268
  • 45. 24  Untuk perbandingan 1:4 √ = 0.565 Range: data max – data min 15 cm – 11 cm 4 cm Data data hasil perhitungan standar deviasi dan stander error tersebut jika disajikan dalam bentuk tabel dan grafik adalah sebagai berikut Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Standar Deviasi Sampel 1:1 1:2 1:3 1:4 Suhu 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C Standar 0.6 1.264 Deviasi Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Standar Error Sampel 1:1 1:2 1:3 1:4 Suhu 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C 200°C 400°C Standar 0.178 0.268 0.626 0.626 0.268 0.447 Error
  • 46. 25 Grafik Standar Deviasi Sampel Dengan Pemanasan 200°C 1.5 1 0.5 Gambar 4.1. Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel dengan pemanasan 200°C Grafik Standar Deviasi Sampel Dengan Pemanasan 400°C 1.5 1 0.5 Gambar 4.2. Grafik Standar Deviasi dan Error untuk sampel dengan pemanasan 400°C 0 1:00 1:01 1:03 1:04 Standar Deviasi Komposisi Standar Deviasi Standar Error 0 1:00 1:01 1:03 1:04 Standar Deviasi Komposisi Standar Deviasi Standar Error
  • 47. 26 4.2 Pembahasan Dalam praktikum ini, dibuat empat buah keramik dengan perbandingan campuran semen danpasir yang berbeda-beda. Variabel yang diubah adalah jumlah pasir. Perbandingan nya adalah 1:1 ; 1:2 ; 1:3 ; 1:4. Pada pengujian pertama menggunakan uji pantul, didapatkan data bahwa bahan yang keras adalah pada keramik 1:3 yang di panaskan dengan suhu 200°C, karena nilai rata-rata pantulannya yang paling tinggi, yaitu sebesar 14.4 cm. Namun hal ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya nilai perbandingan semen yang lebih besar cenderung memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah kurang ratanya saat proses pencampuran dan proses pengeringan yang kurang sempurna (kurang cahaya matahari), selain itu factor lain adalah karena kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca pantulan dari bola pingpong pada saat uji kekerasan metode pantul. Pada pengujian kedua menggunakan uji gores, pada sampel 1:1 dan 1:4 suhu 2000C merupakan yang paling lemah, karena tergores oleh kaca, genteng, serta bata. Tetapi seharusnya pada sampel dengan komposisi 1:1 suhu 2000C tidak tergores oleh batu bata, dikarenakan secara teoritis sampel ini memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari batu bata, kesalahan tersebut disebabkan karena kesalahan praktikan dalam memilih sisi penggoresan dari sampel tersebut, yaitu yang digores adalah sisi bawah dari sempel dimana sisi bawah adalah sisi dimana terdapat lebih banyak pasir dikarenakan pasir mengendap ke bawah, sehingga kurang keras. Sampel dengan hasil uji gores terbaik adalah sampel 1:1 suhu 4000C sebab tidak tergores oleh kaca, genteng serta bata, karena sisa air yang masih tertinggal sudah hilang karena teruapkan dan molekul keramik menjadi lebih padat sehingga lebih kuat. Pada pengujian kekerasan dengan metode pantul, perhitungan standar deviasi menjadi penting, Karena Benda Uji dibuat beberapa buah dan pengujian dilakkan sebanyak 5 kali, tentu saja Hasil Uji kekerasan metode pantul masing-masing
  • 48. 27 Benda Uji tersebut berbeda-beda (sedikit atau banyak). Dan Faktor Perbedaan (Penyimpangan atau Deviasi) ini harus diperhatikan dalam menghitung kekerasan keramik, karena semakin Besar Penyimpangan (Standar Deviasi), maka akan Semakin Kecil Nilai kekerasan keramik yang kita dapat. Dari data hasil perhitungan yang didapat sampel dengan komposisi 1:4 baik dengan suhu pemanasan 400 maupun 200, yang berarti sampel dengan komposisi tersebut memiliki nilai kekerasan yang paling kecil. Tetapi hasil tersebut tidak sesuai dengan teri dimana secara teori sampel dengan komposisi pasir yang paling banyak yaitu sampel 1:4 adalah sampel yang memiliki nilai kekerasan paling rendah. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikan dalam membaca pantulan dari bola pingpong pada saat uji kekerasan metode pantul.
  • 49. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 25 5.1 Kesimpulan Beberapa hal yang dapat keramik lain adalah sebagai berikut : 1. Keramik pada umumnya merupakan hasil dari pengolahan tanah liat menggunakan air sebagai pelarut yang kemudian dikeringkan dan dibakar dengan suhu tertentu dalam tungku pembakaran, 2. Komposisi Pembuatan keramik akan mempengaruhi teingkat kekerasan dari keramik tersebut, hal ini terlihat dari sampel dengan komposisi 1:1 pada uji gesek cenderung lebih keras daripada sampel dengan komposisi pasir lebih banyak dari semen. 3. Suhu pada proses sintering juga mempengaruhi tingkat kekerasan pada keramik, dimana dapat dilihat pada sampel dengan suhu sintering 400 cenderung lebih keras dari pada sampel yang disinterring pada suhu 200°C. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan setelah melakukan percobaan sebagai berikut : 1. Sebaiknya disediakan cetakan agar praktikan tidak perlu membuat cetakan terlebih dahulu.
  • 50. 29 DAFTAR PUSTAKA [1] Wikipedia. “Keramik”. 2014. Retrieved From http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.03. [2] Ceramtec. “Special Applications in Mechanical Engineering”. 2014. Retrieved From http:// ceramtec.com diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.10. [3] Dyah S., Doty Dewi R., Lizda J. Mawarini.2011. Modul Praktikum Rekayasa Bahan.Institut Teknologi Sepuluh Nopember:Surabaya. [4] Yenra. “Manufacturing : Ceramic Piston Heads”. 2012. Retrieved From http://www.yenra.com/engines/pistons diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.30. [5] Rohmat Sulistya. “Membuat Keramik”. 2007. Retrieved From http://www.studiokeramik.org/2007_10_01_archive diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 22.45. [6] Annonym. “Cara Mencetak Vas Bunga”. Retrieved From http://keramik88.com/cetakan-keramik/cara-mencetak-vas-bunga diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 23.03 [7] Foto Antara . “KERAMIK PLERED”. 2010. Retrieved From http://www.antarafoto.com/spektrum/v1291545003/kerami k-plered diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 23.22 [8] Tanteri Ceramic . “Proses Pembuatan Ceramic”. 2012. Retrieved From http://www.tantericeramicbali.com/Production-Bali- Ceramic.php diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 23.30