SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
www.hukumonline.com



           PEMUNGUTAN PAJAK VERPONDING ATAS TAHUN 1951
     (Undang-Undang Darurat Nomor 14 Tahun 1951 Tanggal 10 September 1951)

                          PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a.     bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan diadakan aturan-aturan istimewa tentang
       Pajak Verponding dari tahun 1947 hingga serta 1950 (Staatsblad 1947 No. 132,
       Staatsblad 1948 No. 148 dan 430, Staatsblad 1946 No. 436) kini masih berlangsung
       dengan tiada kurang sedikitpun;

b.     bahwa untuk pemungutan Pajak Verponding atas tahun 1951, dengan menunggu
       peninjauan kembali Ordonansi Verponding 1928 untuk seluruhnya, harus pula diadakan
       peraturan sementara;

c.     bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, peraturan tersebut perlu segera
       diadakan;

Mengingat :

       Pasal-pasal 96 dan 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

                                    MEMUTUSKAN ;

Menetapkan :
UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK VERPONDING
ATAS TAHUN 1951.

                                          Pasal I

        Dengan nama quot;Verponding 1951 quot;dipungut suatu pajak atas tahun takwim 1951 dari
barang tersebut dalam pasal 3 quot;Ordonansi Verponding 1928quot;.

                                         Pasal II

       Terhadap pajak yang dimaksudkan dalam pasal I berlaku semua peraturan Ordonansi
Verponding 1928, kecuali hal-hal yang berikut:

ke- 1. Permulaan masa, atas mana ketetapan pajak harus dikenakan, adalah juga saat, yang
       menentukan ketetapan pajak.

ke- 2. Arti masak-pajak yalah tahun takwim 1951.

ke- 3. Tidak jalankan :
       a.      pasal-pasal I ke 2 dan 15 ayat 1 dan 2;
       b.      dari pasal 15 ayat 3 kata-kata :
               quot;ketetapan-pajak , dikenakan untuk sekian banyak tahun yang belum liwat dari
               masa-pajak danquot;
       c.      dari pasal 15a ayat 1 : seluruh kalimat kedua;
       d.      dari pasal 32;
www.hukumonline.com                                                                       1
www.hukumonline.com




(1)     dalam ayat 1 kata-kata :
        quot;atau dalam tahun, yang mendahului langsung masa-pajakquot;;

(2)     dalam ayat 2 kata-kata :
        quot;atau, kalau yang terakhir ini terjadi dalam tahun yang mendahului masa-pajak ituquot;.

ke- 4. Pasal 6 ayat 3 dibaca dengan tiada ada kata-kata quot;yang terletak berdekatanquot;.

ke- 5. Dalam menjalankan pasal 6 ayat 6 maka biaya-perolehan pada saat yang menentukan
       ketetapan-pajak, ditetapkan atas dasar biaya untuk mendapat pada 1 Januari 1942.

ke- 6. Dalam pasal 20 ayat 4 kata-kata :
       quot;ketiga dan keempatquot; dibaca: quot;kedua dan ketigaquot;.

ke- 7. Pasal 33 dibaca sebagai berikut :
       quot;(1)    Kalau wajib-pajak dari suatu barang yang harus kena pajak, yang harga-
               verpondingnya ditetapkan menurut harga-sewa atau harga-pakai tahunan ataupun
               menurut uang-sewa tahunan, menunjukkan, bahwa ditinjau dari permulaan
               sesuatu bulan takwim dari masa-pajak harga verponding dihitung menurut
               ketentuan dalam ayat kedua, berjumlah kurang daripada tiga perempat h         arga-
               verponding, yang ketetapan-pajaknya telah ditetapkan, maka harga-verponding
               dan ketetapan-pajak dihitung kembali menurut keadaan barang itu pada saat
               tersebut di atas dan sesuai dengan itu dikurangkan terhitung mulai pada saat itu.
       (2)     Perhitungan-kembali dilakukan menurut aturan-aturan dalam Undang-undang ini
               yang diberikan untuk penetapan tiap-tiap ketetapan-pajak, dengan pengecualian,
               bahwa bangunan yang belum ada pada saat yang menentukan ketetapan-pajak
               semula dan tidak menggantikan bangunan-bangunan yang dahulu ada, dianggap
               sebagai tidak adaquot;.

ke- 8. Dalam pasal 38 ayat 1, maka kata : quot;satuquot; dibaca quot;limaquot;.

ke- 9. Pasal 41 ayat 1 dibaca :
       quot;Pajak tertagih dalam dua angsuran yang sama, yang hari pembayarannya 30 Juni dan 31
       Desember dari masa-pajakquot;.

ke-10. Pasal 41 ayat 2 dibaca :
       quot;Kalau penyerahan surat ketetapan-pajak terjadi sesudah hari pembayaran-pertama dari
       masa pajak, maka angsuran-angsuran yang telah liwat pada saat penyerahan itu tertagih
       pada hari pembayaran kedua. Kalau penyerahan surat ketetapan-pajak terjadi sesudah
       masa-pajak, maka pajak yang terhutang itu tertagih pada hari pembayaran yang pertama
       sesudah penyerahan itu sebagaimana dimaksudkan dalam ayat pertamaquot;.

                                            Pasal III

        Kepala Jawatan Pajak berhak menetapkan aturan-aturan untuk tidak memungut
ketetapan-pajak untuk sebagian atau untuk seluruhnya atas barang, yang hasilnya dalam rupa
apapun juga oleh karena keadaan-keadaan hanya untuk sebagian atau untuk seluruhnya tidak
diperoleh oleh wajib-pajak selama masa, atas nama hal sedemikian itu terjadi.



www.hukumonline.com                                                                             2
www.hukumonline.com



                                          Pasal IV

         Ordonansi Pajak Verponding 1928 dimuat dalam Staatsblad 1928 No. 342, sebagaimana
itu telah diubah dan ditambah terakhir dengan Ordonansi dalam Staatsblad 1937 No. 153, selama
tahun takwim 1951 tidak dijalankan.

                                          Pasal V

(1)    Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada hari sesudah hari pengundangannya dan
       mempunyai kekuatan surut hingga 1 Januari 1951.

(2)    Undang-undang Darurat ini dapat dinamai sebagai :
       quot;Undang-undang Darurat Pajak Verponding 1951quot;.

       Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.


                                 Ditetapkan di Jakarta
                           pada tanggal 10 September 1951.
                      WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                                  MOHAMMAD HATTA.

                                 MENTERI KEUANGAN,

                                    JUSUF WIBISONO.


                                       Diundangkan
                              pada tanggal 17 September 1951.
                               MENTERI KEHAKIMAN a.i.,

                                  M.A. PELLAUPESSY.


      LEMBARAN NEGARA NOMOR 86 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
           NOMOR 151 TAHUN 1951 YANG TELAH DICETAK ULANG




www.hukumonline.com                                                                        3
www.hukumonline.com



                            PENJELASAN
               UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 14 TAHUN 195 1
                              TENTANG
             PEMUNGUTAN PAJAK VERPONDING ATAS TAHUN 1951.


BAGIAN UMUM

         Keadaan-keadaan istimewa yang terdapat di Indonesia sesudah pendudukan Jepang
menjadi rintangan untuk penyelenggaraan pemungutan pajak Verponding menurut aturan-aturan
Ordonansi Verponding 1928. Penyesuaian dan peninjauan kembali ordonansi itupun juga oleh
karena kurang cukupnya peralatan Kantor Besar Jawatan Pajak tidak dapat diadakan dengan
perobahan-perobahan yang agak mendalam. Agar pemungutan verponding dapat berlangsung
terus, maka untuk tahun-tahun 1947 hingga serta 1950, tiap-tiap kali diadakan aturan sementara
satu kali untuk setahun, dengan mengadakan dalam Ordonansi 1928 hanya perobahan-perobahan
tekhnis yang dianggap sangat perlu (Staatsblad 1947 No. 132, Staatsblad 1948 No. 148 dan 340
dan Staatsblad 1949 No. 436).
         Untuk masa sekarang, oleh karena kurang cukupnya serta amat banyaknya pekerjaan
pada peralatan fiskal, maka masih pula berlaku pendapat, bahwa belum didapat kesempatan untuk
mengadakan peninjauan kembali Ordonansi Verponding 1928 untuk seluruhnya yang sangat
perlu itu.
         Oleh karena itu pada Undang-undang Darurat ini hanya diadakan suatu peraturan untuk
setahun saja yakni untuk tahun 1951 yang sesuai seluruhnya dengan peraturan yang berlaku untuk
1950; berhubung dengan peristiwa bahwa kini telah liwat sebagian dari tahun 1951, maka pada
peraturan tersebut diberikan kekuatan surut hingga 1 Januari 1951.

BAGIAN KHUSUS

                                           Pasal II

ke 1.   Syarat untuk penyesuaian yang amat dekat kepada keadaan yang sebenarnya
        mengakibatkan penunjukan permulaan masa ketetapan pajak sebagai saat yang
        menentukan ketetapan pajak, sebagai pengganti permulaan dari tahun yang mendahului
        masa itu.

ke 2.   Sebagai pengganti masa pajak yang lima tahun yang tersebut dalam pasal 12 ayat 1 dan 2
        dari Ordonansi Verponding 1928 kini diusulkan masa setahun yang bersamaan dengan
        tahun takwim 1951.

ke 3.   Sebagai akibat dari perobahan-perobahan tersebut di atas, maka aturan-aturan Ordonansi
        Verponding 1928 yang tersebut dalam pasal ini harus tidak dijalankan untuk seluruhnya
        atau untuk sebagian.

ke 4.   Pembacaan pasal 6 ayat 3 dari Ordonansi Verponding 1928 dengan tidak memakai kata-
        kata : quot;yang terletak berdekatanquot; melengkapi kebutuhan yang ada; redaksi yang semula
        dalam banyak hal merintangi penaksiran harga sewa yang beralasan.

ke 5.   Pelakuan pasal 6 ayat 6 Ordonansi Verponding 1928 dengan tiada kecualinya, untuk
        bangunan-bangunan yang bersangkutan dalam keadaan sekarang mengakibatkan bahwa
        harga verponding tidak berkepatutan tingginya bila dibanding dengan bangunan-
        bangunan yang harga verpondingnya dapat dihitung dari harga sewa. Peningkatan sewa
www.hukumonline.com                                                                         4
www.hukumonline.com



        dapat lebih keras dihindari oleh pelbagai aturan-aturan Negara dari pada peningkatan
        biaya pendirian bangunan-bangunan disatu fihak dan upah dila in fihak; itu dapat
        menempatkan bangunan-bangunan yang bersangkutan pada suatu kedudukan yang
        merugikan dengan bangunan-bangunan yang dikenakan pajak atas dasar harga sewa.
                Dalam Undang-undang Darurat ini dicari penyesuaian dengan harga-harga yang
        dapat dipakai untuk memperoleh obyek-obyek itu pada 1 Januari l942.

ke 6.   Perbaikan pembacaan pasal 20 ayat 4 Ordonansi Verponding 1928 diadakan untuk
        memperbaiki kesalahan yang dahulu terselip dalam merobah pasal itu.

ke 7.dan ke 9. Peraturan-peraturan ini hanya berisikan perbaikan yang bersifat redaktioneel
               yang ternyata perlu atau dianggap perlu berhubung dengan penunjukan umum
               pada permulaan pasal 2 pada peraturan-peraturan Ordonansi Verponding 1928;
               tidaklah dimaksudkan untuk mengadakan perobahan pada dasar-dasar dan
               penyelenggaraan pemungutan pajaknya.

ke 8.   Batas yang diberikan dalam pasal 38 ayat 1 Ordonansi Verponding 1928, sebesar R.I,-
        dapat ditinggikan dengan tiada keberatan sedikitpun hingga R.5,- dengan tidak
        menimbulkan kerugian yang berarti bagi Negara.

ke 10. Peraturan tentang saat tertagihnya pajak yang terutang ini mempunyai pertalian dengan
       dipulihkannya masa lima tahun hingga ke masa setahun.

                                         Pasal III

        Tidak memerlukan penjelasan yang khusus.

                                         Pasal IV

        Tidak memerlukan penjelasan yang khusus.

                                          Pasal V

        Tidak memerlukan penjelasan yang khusus.




www.hukumonline.com                                                                        5

More Related Content

What's hot

UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunanPajeg Lempung
 
Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak PenghasilanPajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak PenghasilanNadia Eva
 
Tertib penghunian perumahan
Tertib penghunian perumahanTertib penghunian perumahan
Tertib penghunian perumahaninideedee
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Buku Saku Perpajakan Pemilik Indekos
Buku Saku Perpajakan Pemilik IndekosBuku Saku Perpajakan Pemilik Indekos
Buku Saku Perpajakan Pemilik Indekosinideedee
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

UU 12 th 1994
UU 12 th 1994UU 12 th 1994
UU 12 th 1994
 
Uu 1985 12
Uu 1985 12Uu 1985 12
Uu 1985 12
 
UU 20 2000
UU 20 2000UU 20 2000
UU 20 2000
 
Uu 08 1952
Uu 08 1952Uu 08 1952
Uu 08 1952
 
Pp 112 2000
Pp 112 2000Pp 112 2000
Pp 112 2000
 
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunanUU 012 tahun 1985   Pajak bumi dan bangunan
UU 012 tahun 1985 Pajak bumi dan bangunan
 
Uu 34 1953
Uu 34 1953Uu 34 1953
Uu 34 1953
 
Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak PenghasilanPajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan
 
Uu 05 1953
Uu 05 1953Uu 05 1953
Uu 05 1953
 
Tertib penghunian perumahan
Tertib penghunian perumahanTertib penghunian perumahan
Tertib penghunian perumahan
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Buku Saku Perpajakan Pemilik Indekos
Buku Saku Perpajakan Pemilik IndekosBuku Saku Perpajakan Pemilik Indekos
Buku Saku Perpajakan Pemilik Indekos
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
Pendidikan anti korupsi - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful B...
 
Uu 24 1952
Uu 24 1952Uu 24 1952
Uu 24 1952
 
Uu 01 1952
Uu 01 1952Uu 01 1952
Uu 01 1952
 
Uudrt 16 1957
Uudrt 16 1957Uudrt 16 1957
Uudrt 16 1957
 
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNANMAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
 
Uu 14 1951
Uu 14 1951Uu 14 1951
Uu 14 1951
 
Uu 05 1959+Pjls
Uu 05 1959+PjlsUu 05 1959+Pjls
Uu 05 1959+Pjls
 

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Uu 19 1956
Uu 19 1956Uu 19 1956
Uu 19 1956
 
Uu 01 1955
Uu 01 1955Uu 01 1955
Uu 01 1955
 
Uu 06 1951
Uu 06 1951Uu 06 1951
Uu 06 1951
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Plano Da Nossa Viagem
Plano Da Nossa ViagemPlano Da Nossa Viagem
Plano Da Nossa Viagem
 
Icelandic Food
Icelandic FoodIcelandic Food
Icelandic Food
 
Ferplast Corporate 08 It
Ferplast Corporate 08 ItFerplast Corporate 08 It
Ferplast Corporate 08 It
 
Uu 16 1951
Uu 16 1951Uu 16 1951
Uu 16 1951
 

Similar to Uudrt 14 1951

1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet
1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet
1968 009 icw indonesische comptabiliteits wetRachmat Sutedjo
 
Adm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputerAdm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputerDeby Bintang
 
Adm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputerAdm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputerDeby Bintang
 
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Penataan Ruang
 
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiatPp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiatJimmy Agung Silitonga
 
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSPPer 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSPyudi maulana
 
uu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfuu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfmmuchlisin1
 

Similar to Uudrt 14 1951 (20)

Hukum pajak-2
Hukum pajak-2Hukum pajak-2
Hukum pajak-2
 
Uu 09 1952
Uu 09 1952Uu 09 1952
Uu 09 1952
 
1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet
1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet
1968 009 icw indonesische comptabiliteits wet
 
PENAGIHAN PAJAK
PENAGIHAN PAJAKPENAGIHAN PAJAK
PENAGIHAN PAJAK
 
Adm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputerAdm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputer
 
Adm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputerAdm.perpajakan dan praktikum komputer
Adm.perpajakan dan praktikum komputer
 
Tgas debby
Tgas debbyTgas debby
Tgas debby
 
Uu 35 1953
Uu 35 1953Uu 35 1953
Uu 35 1953
 
Uu 10 1952
Uu 10 1952Uu 10 1952
Uu 10 1952
 
D1 Pajak: Pajak Bumi dan Bangunan
D1 Pajak: Pajak Bumi dan BangunanD1 Pajak: Pajak Bumi dan Bangunan
D1 Pajak: Pajak Bumi dan Bangunan
 
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer...
 
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiatPp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
Pp 35 th97 ttg bphtb utk hibah wasiat
 
Uu 03 1964
Uu 03 1964Uu 03 1964
Uu 03 1964
 
PBB
PBBPBB
PBB
 
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSPPer 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
Per 26/PJ/2010 Ttg Tata Cara Penelitian SSP
 
Uu 04 1959
Uu 04 1959Uu 04 1959
Uu 04 1959
 
uu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfuu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdf
 
Uu 13 1951
Uu 13 1951Uu 13 1951
Uu 13 1951
 
Uudrt 01 1954
Uudrt 01 1954Uudrt 01 1954
Uudrt 01 1954
 
Uu 11 1952
Uu 11 1952Uu 11 1952
Uu 11 1952
 

More from guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

More from guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 

Uudrt 14 1951

  • 1. www.hukumonline.com PEMUNGUTAN PAJAK VERPONDING ATAS TAHUN 1951 (Undang-Undang Darurat Nomor 14 Tahun 1951 Tanggal 10 September 1951) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan diadakan aturan-aturan istimewa tentang Pajak Verponding dari tahun 1947 hingga serta 1950 (Staatsblad 1947 No. 132, Staatsblad 1948 No. 148 dan 430, Staatsblad 1946 No. 436) kini masih berlangsung dengan tiada kurang sedikitpun; b. bahwa untuk pemungutan Pajak Verponding atas tahun 1951, dengan menunggu peninjauan kembali Ordonansi Verponding 1928 untuk seluruhnya, harus pula diadakan peraturan sementara; c. bahwa karena keadaan-keadaan yang mendesak, peraturan tersebut perlu segera diadakan; Mengingat : Pasal-pasal 96 dan 117 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; MEMUTUSKAN ; Menetapkan : UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK VERPONDING ATAS TAHUN 1951. Pasal I Dengan nama quot;Verponding 1951 quot;dipungut suatu pajak atas tahun takwim 1951 dari barang tersebut dalam pasal 3 quot;Ordonansi Verponding 1928quot;. Pasal II Terhadap pajak yang dimaksudkan dalam pasal I berlaku semua peraturan Ordonansi Verponding 1928, kecuali hal-hal yang berikut: ke- 1. Permulaan masa, atas mana ketetapan pajak harus dikenakan, adalah juga saat, yang menentukan ketetapan pajak. ke- 2. Arti masak-pajak yalah tahun takwim 1951. ke- 3. Tidak jalankan : a. pasal-pasal I ke 2 dan 15 ayat 1 dan 2; b. dari pasal 15 ayat 3 kata-kata : quot;ketetapan-pajak , dikenakan untuk sekian banyak tahun yang belum liwat dari masa-pajak danquot; c. dari pasal 15a ayat 1 : seluruh kalimat kedua; d. dari pasal 32; www.hukumonline.com 1
  • 2. www.hukumonline.com (1) dalam ayat 1 kata-kata : quot;atau dalam tahun, yang mendahului langsung masa-pajakquot;; (2) dalam ayat 2 kata-kata : quot;atau, kalau yang terakhir ini terjadi dalam tahun yang mendahului masa-pajak ituquot;. ke- 4. Pasal 6 ayat 3 dibaca dengan tiada ada kata-kata quot;yang terletak berdekatanquot;. ke- 5. Dalam menjalankan pasal 6 ayat 6 maka biaya-perolehan pada saat yang menentukan ketetapan-pajak, ditetapkan atas dasar biaya untuk mendapat pada 1 Januari 1942. ke- 6. Dalam pasal 20 ayat 4 kata-kata : quot;ketiga dan keempatquot; dibaca: quot;kedua dan ketigaquot;. ke- 7. Pasal 33 dibaca sebagai berikut : quot;(1) Kalau wajib-pajak dari suatu barang yang harus kena pajak, yang harga- verpondingnya ditetapkan menurut harga-sewa atau harga-pakai tahunan ataupun menurut uang-sewa tahunan, menunjukkan, bahwa ditinjau dari permulaan sesuatu bulan takwim dari masa-pajak harga verponding dihitung menurut ketentuan dalam ayat kedua, berjumlah kurang daripada tiga perempat h arga- verponding, yang ketetapan-pajaknya telah ditetapkan, maka harga-verponding dan ketetapan-pajak dihitung kembali menurut keadaan barang itu pada saat tersebut di atas dan sesuai dengan itu dikurangkan terhitung mulai pada saat itu. (2) Perhitungan-kembali dilakukan menurut aturan-aturan dalam Undang-undang ini yang diberikan untuk penetapan tiap-tiap ketetapan-pajak, dengan pengecualian, bahwa bangunan yang belum ada pada saat yang menentukan ketetapan-pajak semula dan tidak menggantikan bangunan-bangunan yang dahulu ada, dianggap sebagai tidak adaquot;. ke- 8. Dalam pasal 38 ayat 1, maka kata : quot;satuquot; dibaca quot;limaquot;. ke- 9. Pasal 41 ayat 1 dibaca : quot;Pajak tertagih dalam dua angsuran yang sama, yang hari pembayarannya 30 Juni dan 31 Desember dari masa-pajakquot;. ke-10. Pasal 41 ayat 2 dibaca : quot;Kalau penyerahan surat ketetapan-pajak terjadi sesudah hari pembayaran-pertama dari masa pajak, maka angsuran-angsuran yang telah liwat pada saat penyerahan itu tertagih pada hari pembayaran kedua. Kalau penyerahan surat ketetapan-pajak terjadi sesudah masa-pajak, maka pajak yang terhutang itu tertagih pada hari pembayaran yang pertama sesudah penyerahan itu sebagaimana dimaksudkan dalam ayat pertamaquot;. Pasal III Kepala Jawatan Pajak berhak menetapkan aturan-aturan untuk tidak memungut ketetapan-pajak untuk sebagian atau untuk seluruhnya atas barang, yang hasilnya dalam rupa apapun juga oleh karena keadaan-keadaan hanya untuk sebagian atau untuk seluruhnya tidak diperoleh oleh wajib-pajak selama masa, atas nama hal sedemikian itu terjadi. www.hukumonline.com 2
  • 3. www.hukumonline.com Pasal IV Ordonansi Pajak Verponding 1928 dimuat dalam Staatsblad 1928 No. 342, sebagaimana itu telah diubah dan ditambah terakhir dengan Ordonansi dalam Staatsblad 1937 No. 153, selama tahun takwim 1951 tidak dijalankan. Pasal V (1) Undang-undang Darurat ini mulai berlaku pada hari sesudah hari pengundangannya dan mempunyai kekuatan surut hingga 1 Januari 1951. (2) Undang-undang Darurat ini dapat dinamai sebagai : quot;Undang-undang Darurat Pajak Verponding 1951quot;. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- undang Darurat ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 September 1951. WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MOHAMMAD HATTA. MENTERI KEUANGAN, JUSUF WIBISONO. Diundangkan pada tanggal 17 September 1951. MENTERI KEHAKIMAN a.i., M.A. PELLAUPESSY. LEMBARAN NEGARA NOMOR 86 DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 151 TAHUN 1951 YANG TELAH DICETAK ULANG www.hukumonline.com 3
  • 4. www.hukumonline.com PENJELASAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 14 TAHUN 195 1 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK VERPONDING ATAS TAHUN 1951. BAGIAN UMUM Keadaan-keadaan istimewa yang terdapat di Indonesia sesudah pendudukan Jepang menjadi rintangan untuk penyelenggaraan pemungutan pajak Verponding menurut aturan-aturan Ordonansi Verponding 1928. Penyesuaian dan peninjauan kembali ordonansi itupun juga oleh karena kurang cukupnya peralatan Kantor Besar Jawatan Pajak tidak dapat diadakan dengan perobahan-perobahan yang agak mendalam. Agar pemungutan verponding dapat berlangsung terus, maka untuk tahun-tahun 1947 hingga serta 1950, tiap-tiap kali diadakan aturan sementara satu kali untuk setahun, dengan mengadakan dalam Ordonansi 1928 hanya perobahan-perobahan tekhnis yang dianggap sangat perlu (Staatsblad 1947 No. 132, Staatsblad 1948 No. 148 dan 340 dan Staatsblad 1949 No. 436). Untuk masa sekarang, oleh karena kurang cukupnya serta amat banyaknya pekerjaan pada peralatan fiskal, maka masih pula berlaku pendapat, bahwa belum didapat kesempatan untuk mengadakan peninjauan kembali Ordonansi Verponding 1928 untuk seluruhnya yang sangat perlu itu. Oleh karena itu pada Undang-undang Darurat ini hanya diadakan suatu peraturan untuk setahun saja yakni untuk tahun 1951 yang sesuai seluruhnya dengan peraturan yang berlaku untuk 1950; berhubung dengan peristiwa bahwa kini telah liwat sebagian dari tahun 1951, maka pada peraturan tersebut diberikan kekuatan surut hingga 1 Januari 1951. BAGIAN KHUSUS Pasal II ke 1. Syarat untuk penyesuaian yang amat dekat kepada keadaan yang sebenarnya mengakibatkan penunjukan permulaan masa ketetapan pajak sebagai saat yang menentukan ketetapan pajak, sebagai pengganti permulaan dari tahun yang mendahului masa itu. ke 2. Sebagai pengganti masa pajak yang lima tahun yang tersebut dalam pasal 12 ayat 1 dan 2 dari Ordonansi Verponding 1928 kini diusulkan masa setahun yang bersamaan dengan tahun takwim 1951. ke 3. Sebagai akibat dari perobahan-perobahan tersebut di atas, maka aturan-aturan Ordonansi Verponding 1928 yang tersebut dalam pasal ini harus tidak dijalankan untuk seluruhnya atau untuk sebagian. ke 4. Pembacaan pasal 6 ayat 3 dari Ordonansi Verponding 1928 dengan tidak memakai kata- kata : quot;yang terletak berdekatanquot; melengkapi kebutuhan yang ada; redaksi yang semula dalam banyak hal merintangi penaksiran harga sewa yang beralasan. ke 5. Pelakuan pasal 6 ayat 6 Ordonansi Verponding 1928 dengan tiada kecualinya, untuk bangunan-bangunan yang bersangkutan dalam keadaan sekarang mengakibatkan bahwa harga verponding tidak berkepatutan tingginya bila dibanding dengan bangunan- bangunan yang harga verpondingnya dapat dihitung dari harga sewa. Peningkatan sewa www.hukumonline.com 4
  • 5. www.hukumonline.com dapat lebih keras dihindari oleh pelbagai aturan-aturan Negara dari pada peningkatan biaya pendirian bangunan-bangunan disatu fihak dan upah dila in fihak; itu dapat menempatkan bangunan-bangunan yang bersangkutan pada suatu kedudukan yang merugikan dengan bangunan-bangunan yang dikenakan pajak atas dasar harga sewa. Dalam Undang-undang Darurat ini dicari penyesuaian dengan harga-harga yang dapat dipakai untuk memperoleh obyek-obyek itu pada 1 Januari l942. ke 6. Perbaikan pembacaan pasal 20 ayat 4 Ordonansi Verponding 1928 diadakan untuk memperbaiki kesalahan yang dahulu terselip dalam merobah pasal itu. ke 7.dan ke 9. Peraturan-peraturan ini hanya berisikan perbaikan yang bersifat redaktioneel yang ternyata perlu atau dianggap perlu berhubung dengan penunjukan umum pada permulaan pasal 2 pada peraturan-peraturan Ordonansi Verponding 1928; tidaklah dimaksudkan untuk mengadakan perobahan pada dasar-dasar dan penyelenggaraan pemungutan pajaknya. ke 8. Batas yang diberikan dalam pasal 38 ayat 1 Ordonansi Verponding 1928, sebesar R.I,- dapat ditinggikan dengan tiada keberatan sedikitpun hingga R.5,- dengan tidak menimbulkan kerugian yang berarti bagi Negara. ke 10. Peraturan tentang saat tertagihnya pajak yang terutang ini mempunyai pertalian dengan dipulihkannya masa lima tahun hingga ke masa setahun. Pasal III Tidak memerlukan penjelasan yang khusus. Pasal IV Tidak memerlukan penjelasan yang khusus. Pasal V Tidak memerlukan penjelasan yang khusus. www.hukumonline.com 5