SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Kita Sedang Sinting
                  Penulis: Afrizal Akmal
            Copyright © 2012 by Afrizal Akmal
                  Layout sampul: Aloel
                 Editing: AEF Publishing




                         Penerbit

               pustakakutaradja@gmail.com




                  Cetakan Pertama, 2012




                 ISBN 978-602-95075-1-5




                     Diterbitkan melalui:
                    www.nulisbuku.com
     ILP Center Lt. 3-01 Jl. Raya Pasar Minggu No. 39A
              Pancoran, Jakarta Selatan 12780



ii
Pengantar


     Di negeri yang kerap dilanda bencana alam,
rombongan kami yang terdiri dari beberapa orang
berkunjung ke kediaman penguasa negeri. Beberapa
pejabat mempermainkan kami, mereka menyuruh kami
untuk melalui pintu belakang yang sempit. Saya
berpendapat, “kami seperti sedang mengunjungi ketua
penyamun, itu sebabnya kami tidak dibolehkan terang-
terangan memasuki pintu masuk yang ada di depan.”
Setelah menolak dengan keras, barulah kami dibolehkan
untuk masuk melalui pintu utama.
     Di dalam kediaman sudah ada jamuan makan siang,
seseorang yang kelihatan ramah menyalami kami satu
persatu dan mempersilahkan mencicipi makanan yang
ada. Orang itu kemudian kami ketahui sebagai penguasa
yang sedang memerintah negeri ini. Wajahnya paspasan
dengan postur tubuh yang tidak tinggi.
     Selanjutnya kami berpindah ruangan dan masuk ke
dalam inti pembicaraan. Seorang teman diantara kami
mengeluarkan peta dan beberapa dokumen penting
berkaitan dengan bencana banjir dan tanah longsor yang
selama ini kerap terjadi di daerah kami. Dalam pertemuan
singkat, penguasa itu sepakat untuk menindaklanjuti
persoalan ini dan segera menerbitkan surat instruksi
kepada seluruh jajaran pejabat yang ada di bawah
kewenangannya. Para menteri dan beberapa tamu dari

                                                      iii
negara asing pun turut diundang menyaksikan
pendeklarasian instruksi itu. Inti dari instruksinya adalah
menghentikan sementara seluruh penebangan hutan alam
yang ada di negeri ini, memerintahkan prajurit-prajurit
untuk menangkap dan menghukum setiap pelaku perusak
hutan dan merekrut lebih banyak lagi polisi penjaga hutan.
     Alhasil, orang-orang yang melanggar hukum, prajurit-
prajurit dan para pejabat yang sudah terbiasa dengan
praktik illegal itu mulai membencinya. Polisi hutan yang
semula dimaksudkan untuk menjadi penjaga hutan malah
ikut serta dalam praktik pencurian kayu.
     Karena tidak didukung penuh oleh pejabat-pejabat
rakus yang ada disekelilingnya, dia pun tidak lagi
sepenuhnya menegakkan instruksi itu. Tidak ada lagi
kontrol terhadap pelaku illegal, tidak ada lagi hukuman
bagi mereka yang melanggar hukum. Apa pun yang
diminta oleh pejabat disekelilingnya, mulai dia berikan.
Perlakuan istimewa pun dia berikan kepada orang-orang
sekelilingnya. Para pejabat yang semula membencinya,
kembali memuji-muji kebaikan dan hal-hal yang baik
seputar pemerintahan ini.
     Sebagai penguasa yang tidak ingin digunjingi pejabat-
pejabatnya, dia memerintahkan pejabat berwenang untuk
melipat gandakan gaji pegawainya, puji-pujian pun
semakin datang berlipat ganda dari bawahannya.
     Kini, hutan di daerah kami kembali dijarah dan tak
ada lagi yang mencegahnya. Bencana banjir bukan lagi
tamu yang tak diundang, tetapi menjadi rutinitas bagi
warga Gampong kami diantara kesesakan hidup lainnya.



iv
Ilustrasi di atas adalah sebuah pengantar buku,
sekaligus analitik dinamika dari sebuah negeri yang carut
marut.
    Buku ini berisi protes, ide dan refleksi dari situasi
lingkungan hidup, ekonomi, serta realitas sosial lainnya.
Semua tulisan dalam buku ini adalah himpunan yang saya
pungut kembali dari postingan blog pribadi, obrolan berat
dan ringan. Masa penulisan juga terentang sejak akhir
tahun 2009 hingga pertengahan 2012.
    Banyak inkonsistensi, baik secara penulisan maupun
gagasan yang disebabkan oleh perubahan pikiran dan ide
selama kurun waktu penulisan. Izinkan saya atas
pembelaan yang tidak penting ini.
    Akhirnya, saya senang jika ada yang memberi kritik.
Sebab saya bukanlah si bijak yang menemukan semua
jawaban dari masalah-masalah itu. Andalah yang akan
menemukan banyak jawaban, saya masih mencarinya.

    Selamat membaca…

                                          Afrizal Akmal




                                                       v
vi
Daftar Isi


Pengantar – iii
Catatan tentang ejaan – x

Bagian 1: Kerapuhan-Kerapuhan
   1. Modernitas Tanpa Rumus – 3
   2. Skeptis Kehutanan Aceh – 7
   3. Materialisme – 11
   4. Konversi Hutan Terus Berlanjut – 13
   5. Perubahan Perilaku Di Kota Kolonisasi – 15
   6. Menopang Langit Runtuh – 19
   7. Halimun – 23
   8. Semadam – 25
   9. Dinamika Gampong – 29
   10. Berharap Kewajaran – 33
   11. Petani Di Tepi Jurang – 35
   12. Sepinya Gampong – 39
   13. Good Local Governance? – 41
   14. Di Bawah Demokrasi Yang Tragis – 45

Bagian 2: Mencari-Cari Alasan
   15. Lingkar Konflik Sumber Daya Alam – 49
   16. Aceh Dalam Mitos Pembangunan – 53
   17. Mitos Seputar Tambang – 55
   18. Restorasi Hutan – 57
   19. Kamus Bohong Pak Menteri – 63
   20. Bakong Pulo – 65
   21. Seratus Milyar – 69


                                                   vii
22.   Kampanye Earth Hour – 73
       23.   Kebijakan Yang Bikin Sakit Kepala – 75
       24.   Kebohongan Negara – 77
       25.   Kementerian Yang Malas – 81
       26.   Pohon Tua dan Pagar Tinggi – 85

Bagian 3: Iklan Mereka
   27. Sampah Visual dan Vandalisme Politik – 91
   28. Negara Makelar – 93
   29. Parpol dan Bencana – 95

Bagian 4: Kontradiksi, Kebingungan dan Pathologi
   30. Reformasi, Tuan Tanah dan Jakal – 99
   31. Nasi Bungkus Itu – 101
   32. Histeria Massa – 103
   33. Antroposentris – 107
   34. Schizophrenia – 111
   35. Buang Saja Buku Itu – 115
   36. Di Bawah Kuasa Korporasi Tambang – 117
   37. Trouble Maker – 119
   38. “Pesta Pasir” Serdadu – 123

Bagian 5: Penderitaan Jangka Panjang
   39. Perempuan Di Lapak Kota – 127
   40. Di Kota Yang Tak Rapi – 129
   41. Mengusap Kejenuhan – 133
   42. Modernitas Elit – 137
   43. Negara Yang Menindas – 141
   44. Alue Tingkeum – 145
   45. Tetarium – 149
   46. Kita Belum Beres – 151
   47. Tanah Milik Siapa? – 155
   48. Kuli – 159
   49. Lupa – 161

viii
Bagian 6: Dunia Yang Akan Kita Wariskan
   50. Bangun Gampong – 165
   51. Akuntansi Lingkungan – 167
   52. Lestarikan Hutan Perlu Kesadaran – 169
   53. Efisiensi Energi Menuju Keadilan – 171
   54. Moratorium Tentara – 175
   55. Bersahabat dengan Air – 177
   56. Blue Print Untuk Rakyat – 179
   57. Menabung Pohon – 183
   58. Kebun Kayu – 185
   59. Luput – 189
   60. Mengganti Mie Instan – 191
   61. Banjir, Sebuah Pesan Singkat – 193
   62. Save Our Planet dengan Budaya Reparasi – 195
   63. Hari Bumi – 199
   64. Hari Air – 201
   65. Saran dan Sinisme Pengelolaan Hutan – 205

Ucapan Terima Kasih – 207
Tentang Penulis – 209




                                                      ix
Catatan tentang ejaaan

Untuk sebutan Desa, saya menggunakan kata yang lazim disebut
di Aceh, yaitu Gampong. Kepala Desa disebut Geusyik. Krueng
artinya Sungai. Pulo artinya Pulau. Pada beberapa bagian, saya
menulis Kutaradja untuk sebutan ibukota Aceh. Ini agak
khusus, sebab biasanya ibukota Aceh disebut Aceh saja, atau
Banda Aceh.




x
Bagian 1:
2
1


                Modernitas
               Tanpa Rumus

          Kita telah membiarkan modernitas,
             digauli tanpa kebijaksanaan




     Hari-hari penuh kerumitan bagi rakyat yang sedang
meraba-raba merumuskan identitas dan kelas sosialnya
jika dibandingkan dengan kelompok sosial lain yang
gampang membeo dan menyederhanakan soal-soal.
Tetangga saya yang wakil rakyat merasa kolot jika harus
tinggal di lingkungan kaum susah, lalu membentuk
kelompok sosial baru dengan cara membangun tempat
tinggal baru sesama wakil rakyat.
     Sejak saat itu, rakyat yang dituduh “kolot”
memecahkan persoalannya sendiri, sebab mengadukan
kerumitan hidup kepada wakil rakyat biasanya sama buruk
dengan kerumitan itu sendiri. Kesejahteraan begitu
gampang dijanjikan, namun sulit disajikan. Tetapi rakyat
selalu saja berbaik hati, sebab begitulah yang diajarkan.
     Ada pendar kemewahan yang hanya bercahaya di
sekeliling elit politik dan kekuasaan saja, namun redup

                                                       3
dan gelap dalam realitas masyarakat yang sesunguhnya.
Negeri ini dipenuhi kepura-puraan yang diwakili oleh
minoritas “cacat” dan “kotor”.
     Inilah aib di kota yang sedang kita tinggali. Dimana
visual telah menjadi menu harian yang sesungguhnya
tidak bisa kita cicipi. Baliho tentang si fulan yang jujur,
atau tentang partai fulan yang merakyat adalah sesuatu
yang hanya bisa kita lihat, tanpa mengenyangkan hati dan
pikiran.
     Yang ditawarkan adalah modernitas yang tak
terumuskan. Lalu sebagian dari kita terjebak untuk
beriman kepadanya. Mari kita hitung seberapa terasingnya
kita dengan orang-orang yang kita wakilkan ketika ritual
lima tahunan tiba. Bertahun-tahun kita hanya melihat
kertas atau televisi tentang mereka yang membeo akan
babak baru, kebangkitan baru dan entah apa lagi yang
semuanya baru-baru.
     Lewat modernitas yang telah diimankan, mereka telah
merayakan gambar dan membangun kota sebagai tempat
tinggal tujuh keturunan. Tetapi mereka juga memahat
gunung, menebangi hutan dan menghabisi sungai tanpa
ampun.
     Kaum yang sengaja dikolotkan ternyata ikut-ikutan
takjub terngaga ketika hasil hutan telah menjadi benda
yang dipajang di toko-toko. Kapitalisme menjadi
pemenang. Rakyat berada dalam pesona sihir yang
menyesatkan, diwakili etalase tanpa misteri. Sebuah
kesementaraan, sebab materi akan terus berganti atau
diganti musim.
     Menyangkut dengan masyarakat yang mencari
penghidupan dari hasil hutan, mereka adalah kambing

4
hitam yang malang, yang dikorbankan demi
menyelamatkan seseorang dibalik bisnis kayu illegal.
Sedangkan menyangkut elit kekuasaan, selama beberapa
tahun berkuasa – mereka telah membekali diri dengan
menginvestasikan kekayaannya.




                                                  5

More Related Content

Viewers also liked

Dasar Logika tentang Proposisi4
Dasar Logika tentang Proposisi4Dasar Logika tentang Proposisi4
Dasar Logika tentang Proposisi4Pet-pet
 
Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...
Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...
Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...YOHANDRAJAMBAK ONLINE
 
Umk 2011 jabar
Umk 2011   jabarUmk 2011   jabar
Umk 2011 jabarsaslirais
 
Plkj9 presentation gagas g (ix b)
Plkj9 presentation   gagas g (ix b)Plkj9 presentation   gagas g (ix b)
Plkj9 presentation gagas g (ix b)Gagas_Gu
 
Cuti bersama tahun 2013
Cuti bersama tahun 2013Cuti bersama tahun 2013
Cuti bersama tahun 2013Irman Gapur
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)msahuleka
 
Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1
Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1
Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1Yadi Nakagen
 
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19LAZNas Chevron
 
Impresión 3D: Desktop Manufacturing
Impresión 3D: Desktop ManufacturingImpresión 3D: Desktop Manufacturing
Impresión 3D: Desktop ManufacturingMark Villacampa
 
5 baku mutu_lingkungan(1)
5 baku mutu_lingkungan(1)5 baku mutu_lingkungan(1)
5 baku mutu_lingkungan(1)Agus Candra
 

Viewers also liked (20)

Coreldiia
CoreldiiaCoreldiia
Coreldiia
 
Peaklife
PeaklifePeaklife
Peaklife
 
Dasar Logika tentang Proposisi4
Dasar Logika tentang Proposisi4Dasar Logika tentang Proposisi4
Dasar Logika tentang Proposisi4
 
Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...
Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...
Pp nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan kh...
 
Pp i
Pp iPp i
Pp i
 
Tecnologo
TecnologoTecnologo
Tecnologo
 
Umk 2011 jabar
Umk 2011   jabarUmk 2011   jabar
Umk 2011 jabar
 
Daniel 1
Daniel 1Daniel 1
Daniel 1
 
Jadi gender
Jadi genderJadi gender
Jadi gender
 
Lan
LanLan
Lan
 
Plkj9 presentation gagas g (ix b)
Plkj9 presentation   gagas g (ix b)Plkj9 presentation   gagas g (ix b)
Plkj9 presentation gagas g (ix b)
 
Cuti bersama tahun 2013
Cuti bersama tahun 2013Cuti bersama tahun 2013
Cuti bersama tahun 2013
 
Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)Teori konsumen (consumer's theory)
Teori konsumen (consumer's theory)
 
Karakt karangan ilmiah (1)
Karakt karangan ilmiah (1)Karakt karangan ilmiah (1)
Karakt karangan ilmiah (1)
 
Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1
Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1
Pengumuman%20 formasi%20ralat%20final 1
 
Hakikat guru sejati
Hakikat guru sejatiHakikat guru sejati
Hakikat guru sejati
 
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi 19
 
Impresión 3D: Desktop Manufacturing
Impresión 3D: Desktop ManufacturingImpresión 3D: Desktop Manufacturing
Impresión 3D: Desktop Manufacturing
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
5 baku mutu_lingkungan(1)
5 baku mutu_lingkungan(1)5 baku mutu_lingkungan(1)
5 baku mutu_lingkungan(1)
 

Similar to Buku Kita Sedang Sinting

Karlina p idato kebudayaan 2013_final baca
Karlina p idato kebudayaan 2013_final bacaKarlina p idato kebudayaan 2013_final baca
Karlina p idato kebudayaan 2013_final bacawijiwungkul
 
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]andri zulfikar
 
Bencana Alam
Bencana AlamBencana Alam
Bencana Alamrielpc
 
Bawalah hatiku bersama cinta ii
Bawalah hatiku bersama cinta iiBawalah hatiku bersama cinta ii
Bawalah hatiku bersama cinta iionessfee
 
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera SelatanTugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera SelatanMuthiara Azzahra
 
Cerita legenda ppt
Cerita legenda pptCerita legenda ppt
Cerita legenda pptannis.tutor
 
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]andri zulfikar
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongRessy Octaviani
 
Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3
Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3
Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3Rashidi Shaari
 
Bin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasiBin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasiSMPK Stella Maris
 
03 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 2015
03 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 201503 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 2015
03 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 2015jihadul munir
 
Usman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk Bandar
Usman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk BandarUsman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk Bandar
Usman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk Bandarzarulnaem
 
Bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasiBab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasiwahyuyuana2
 
Seni Budaya - Pepatah Petitih Minangkabau
Seni Budaya - Pepatah Petitih MinangkabauSeni Budaya - Pepatah Petitih Minangkabau
Seni Budaya - Pepatah Petitih MinangkabauRamadhani Sardiman
 

Similar to Buku Kita Sedang Sinting (20)

Karlina p idato kebudayaan 2013_final baca
Karlina p idato kebudayaan 2013_final bacaKarlina p idato kebudayaan 2013_final baca
Karlina p idato kebudayaan 2013_final baca
 
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [3]
 
Bencana Alam
Bencana AlamBencana Alam
Bencana Alam
 
Bawalah hatiku bersama cinta ii
Bawalah hatiku bersama cinta iiBawalah hatiku bersama cinta ii
Bawalah hatiku bersama cinta ii
 
Sivik b4 d5e1
Sivik b4 d5e1Sivik b4 d5e1
Sivik b4 d5e1
 
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera SelatanTugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
 
Cerita legenda ppt
Cerita legenda pptCerita legenda ppt
Cerita legenda ppt
 
lSession US 16.04.20
lSession US 16.04.20lSession US 16.04.20
lSession US 16.04.20
 
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]
BAWALAH HATIKU BERSAMA CINTA [4]
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
 
Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3
Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3
Pembentangan laskar pelangi kumpulan 3
 
Bin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasiBin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bin 8 bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
 
03 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 2015
03 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 201503 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 2015
03 pdf kunci suplemen ktsp kelas 12 2015
 
1
11
1
 
Usman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk Bandar
Usman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk BandarUsman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk Bandar
Usman Awang- Surat Daripada Masyarakat Burung Kepada Datuk Bandar
 
Apresiasi puisi
Apresiasi puisiApresiasi puisi
Apresiasi puisi
 
Minggu 1 (B2) TITAS.pptx
Minggu 1 (B2) TITAS.pptxMinggu 1 (B2) TITAS.pptx
Minggu 1 (B2) TITAS.pptx
 
Bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasiBab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
Bab 5 urutan cerita menarik dalam eksplanasi
 
Seni Budaya - Pepatah Petitih Minangkabau
Seni Budaya - Pepatah Petitih MinangkabauSeni Budaya - Pepatah Petitih Minangkabau
Seni Budaya - Pepatah Petitih Minangkabau
 
Syair agus rusmanto
Syair agus rusmantoSyair agus rusmanto
Syair agus rusmanto
 

Buku Kita Sedang Sinting

  • 1.
  • 2. Kita Sedang Sinting Penulis: Afrizal Akmal Copyright © 2012 by Afrizal Akmal Layout sampul: Aloel Editing: AEF Publishing Penerbit pustakakutaradja@gmail.com Cetakan Pertama, 2012 ISBN 978-602-95075-1-5 Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com ILP Center Lt. 3-01 Jl. Raya Pasar Minggu No. 39A Pancoran, Jakarta Selatan 12780 ii
  • 3. Pengantar Di negeri yang kerap dilanda bencana alam, rombongan kami yang terdiri dari beberapa orang berkunjung ke kediaman penguasa negeri. Beberapa pejabat mempermainkan kami, mereka menyuruh kami untuk melalui pintu belakang yang sempit. Saya berpendapat, “kami seperti sedang mengunjungi ketua penyamun, itu sebabnya kami tidak dibolehkan terang- terangan memasuki pintu masuk yang ada di depan.” Setelah menolak dengan keras, barulah kami dibolehkan untuk masuk melalui pintu utama. Di dalam kediaman sudah ada jamuan makan siang, seseorang yang kelihatan ramah menyalami kami satu persatu dan mempersilahkan mencicipi makanan yang ada. Orang itu kemudian kami ketahui sebagai penguasa yang sedang memerintah negeri ini. Wajahnya paspasan dengan postur tubuh yang tidak tinggi. Selanjutnya kami berpindah ruangan dan masuk ke dalam inti pembicaraan. Seorang teman diantara kami mengeluarkan peta dan beberapa dokumen penting berkaitan dengan bencana banjir dan tanah longsor yang selama ini kerap terjadi di daerah kami. Dalam pertemuan singkat, penguasa itu sepakat untuk menindaklanjuti persoalan ini dan segera menerbitkan surat instruksi kepada seluruh jajaran pejabat yang ada di bawah kewenangannya. Para menteri dan beberapa tamu dari iii
  • 4. negara asing pun turut diundang menyaksikan pendeklarasian instruksi itu. Inti dari instruksinya adalah menghentikan sementara seluruh penebangan hutan alam yang ada di negeri ini, memerintahkan prajurit-prajurit untuk menangkap dan menghukum setiap pelaku perusak hutan dan merekrut lebih banyak lagi polisi penjaga hutan. Alhasil, orang-orang yang melanggar hukum, prajurit- prajurit dan para pejabat yang sudah terbiasa dengan praktik illegal itu mulai membencinya. Polisi hutan yang semula dimaksudkan untuk menjadi penjaga hutan malah ikut serta dalam praktik pencurian kayu. Karena tidak didukung penuh oleh pejabat-pejabat rakus yang ada disekelilingnya, dia pun tidak lagi sepenuhnya menegakkan instruksi itu. Tidak ada lagi kontrol terhadap pelaku illegal, tidak ada lagi hukuman bagi mereka yang melanggar hukum. Apa pun yang diminta oleh pejabat disekelilingnya, mulai dia berikan. Perlakuan istimewa pun dia berikan kepada orang-orang sekelilingnya. Para pejabat yang semula membencinya, kembali memuji-muji kebaikan dan hal-hal yang baik seputar pemerintahan ini. Sebagai penguasa yang tidak ingin digunjingi pejabat- pejabatnya, dia memerintahkan pejabat berwenang untuk melipat gandakan gaji pegawainya, puji-pujian pun semakin datang berlipat ganda dari bawahannya. Kini, hutan di daerah kami kembali dijarah dan tak ada lagi yang mencegahnya. Bencana banjir bukan lagi tamu yang tak diundang, tetapi menjadi rutinitas bagi warga Gampong kami diantara kesesakan hidup lainnya. iv
  • 5. Ilustrasi di atas adalah sebuah pengantar buku, sekaligus analitik dinamika dari sebuah negeri yang carut marut. Buku ini berisi protes, ide dan refleksi dari situasi lingkungan hidup, ekonomi, serta realitas sosial lainnya. Semua tulisan dalam buku ini adalah himpunan yang saya pungut kembali dari postingan blog pribadi, obrolan berat dan ringan. Masa penulisan juga terentang sejak akhir tahun 2009 hingga pertengahan 2012. Banyak inkonsistensi, baik secara penulisan maupun gagasan yang disebabkan oleh perubahan pikiran dan ide selama kurun waktu penulisan. Izinkan saya atas pembelaan yang tidak penting ini. Akhirnya, saya senang jika ada yang memberi kritik. Sebab saya bukanlah si bijak yang menemukan semua jawaban dari masalah-masalah itu. Andalah yang akan menemukan banyak jawaban, saya masih mencarinya. Selamat membaca… Afrizal Akmal v
  • 6. vi
  • 7. Daftar Isi Pengantar – iii Catatan tentang ejaan – x Bagian 1: Kerapuhan-Kerapuhan 1. Modernitas Tanpa Rumus – 3 2. Skeptis Kehutanan Aceh – 7 3. Materialisme – 11 4. Konversi Hutan Terus Berlanjut – 13 5. Perubahan Perilaku Di Kota Kolonisasi – 15 6. Menopang Langit Runtuh – 19 7. Halimun – 23 8. Semadam – 25 9. Dinamika Gampong – 29 10. Berharap Kewajaran – 33 11. Petani Di Tepi Jurang – 35 12. Sepinya Gampong – 39 13. Good Local Governance? – 41 14. Di Bawah Demokrasi Yang Tragis – 45 Bagian 2: Mencari-Cari Alasan 15. Lingkar Konflik Sumber Daya Alam – 49 16. Aceh Dalam Mitos Pembangunan – 53 17. Mitos Seputar Tambang – 55 18. Restorasi Hutan – 57 19. Kamus Bohong Pak Menteri – 63 20. Bakong Pulo – 65 21. Seratus Milyar – 69 vii
  • 8. 22. Kampanye Earth Hour – 73 23. Kebijakan Yang Bikin Sakit Kepala – 75 24. Kebohongan Negara – 77 25. Kementerian Yang Malas – 81 26. Pohon Tua dan Pagar Tinggi – 85 Bagian 3: Iklan Mereka 27. Sampah Visual dan Vandalisme Politik – 91 28. Negara Makelar – 93 29. Parpol dan Bencana – 95 Bagian 4: Kontradiksi, Kebingungan dan Pathologi 30. Reformasi, Tuan Tanah dan Jakal – 99 31. Nasi Bungkus Itu – 101 32. Histeria Massa – 103 33. Antroposentris – 107 34. Schizophrenia – 111 35. Buang Saja Buku Itu – 115 36. Di Bawah Kuasa Korporasi Tambang – 117 37. Trouble Maker – 119 38. “Pesta Pasir” Serdadu – 123 Bagian 5: Penderitaan Jangka Panjang 39. Perempuan Di Lapak Kota – 127 40. Di Kota Yang Tak Rapi – 129 41. Mengusap Kejenuhan – 133 42. Modernitas Elit – 137 43. Negara Yang Menindas – 141 44. Alue Tingkeum – 145 45. Tetarium – 149 46. Kita Belum Beres – 151 47. Tanah Milik Siapa? – 155 48. Kuli – 159 49. Lupa – 161 viii
  • 9. Bagian 6: Dunia Yang Akan Kita Wariskan 50. Bangun Gampong – 165 51. Akuntansi Lingkungan – 167 52. Lestarikan Hutan Perlu Kesadaran – 169 53. Efisiensi Energi Menuju Keadilan – 171 54. Moratorium Tentara – 175 55. Bersahabat dengan Air – 177 56. Blue Print Untuk Rakyat – 179 57. Menabung Pohon – 183 58. Kebun Kayu – 185 59. Luput – 189 60. Mengganti Mie Instan – 191 61. Banjir, Sebuah Pesan Singkat – 193 62. Save Our Planet dengan Budaya Reparasi – 195 63. Hari Bumi – 199 64. Hari Air – 201 65. Saran dan Sinisme Pengelolaan Hutan – 205 Ucapan Terima Kasih – 207 Tentang Penulis – 209 ix
  • 10. Catatan tentang ejaaan Untuk sebutan Desa, saya menggunakan kata yang lazim disebut di Aceh, yaitu Gampong. Kepala Desa disebut Geusyik. Krueng artinya Sungai. Pulo artinya Pulau. Pada beberapa bagian, saya menulis Kutaradja untuk sebutan ibukota Aceh. Ini agak khusus, sebab biasanya ibukota Aceh disebut Aceh saja, atau Banda Aceh. x
  • 12. 2
  • 13. 1 Modernitas Tanpa Rumus Kita telah membiarkan modernitas, digauli tanpa kebijaksanaan Hari-hari penuh kerumitan bagi rakyat yang sedang meraba-raba merumuskan identitas dan kelas sosialnya jika dibandingkan dengan kelompok sosial lain yang gampang membeo dan menyederhanakan soal-soal. Tetangga saya yang wakil rakyat merasa kolot jika harus tinggal di lingkungan kaum susah, lalu membentuk kelompok sosial baru dengan cara membangun tempat tinggal baru sesama wakil rakyat. Sejak saat itu, rakyat yang dituduh “kolot” memecahkan persoalannya sendiri, sebab mengadukan kerumitan hidup kepada wakil rakyat biasanya sama buruk dengan kerumitan itu sendiri. Kesejahteraan begitu gampang dijanjikan, namun sulit disajikan. Tetapi rakyat selalu saja berbaik hati, sebab begitulah yang diajarkan. Ada pendar kemewahan yang hanya bercahaya di sekeliling elit politik dan kekuasaan saja, namun redup 3
  • 14. dan gelap dalam realitas masyarakat yang sesunguhnya. Negeri ini dipenuhi kepura-puraan yang diwakili oleh minoritas “cacat” dan “kotor”. Inilah aib di kota yang sedang kita tinggali. Dimana visual telah menjadi menu harian yang sesungguhnya tidak bisa kita cicipi. Baliho tentang si fulan yang jujur, atau tentang partai fulan yang merakyat adalah sesuatu yang hanya bisa kita lihat, tanpa mengenyangkan hati dan pikiran. Yang ditawarkan adalah modernitas yang tak terumuskan. Lalu sebagian dari kita terjebak untuk beriman kepadanya. Mari kita hitung seberapa terasingnya kita dengan orang-orang yang kita wakilkan ketika ritual lima tahunan tiba. Bertahun-tahun kita hanya melihat kertas atau televisi tentang mereka yang membeo akan babak baru, kebangkitan baru dan entah apa lagi yang semuanya baru-baru. Lewat modernitas yang telah diimankan, mereka telah merayakan gambar dan membangun kota sebagai tempat tinggal tujuh keturunan. Tetapi mereka juga memahat gunung, menebangi hutan dan menghabisi sungai tanpa ampun. Kaum yang sengaja dikolotkan ternyata ikut-ikutan takjub terngaga ketika hasil hutan telah menjadi benda yang dipajang di toko-toko. Kapitalisme menjadi pemenang. Rakyat berada dalam pesona sihir yang menyesatkan, diwakili etalase tanpa misteri. Sebuah kesementaraan, sebab materi akan terus berganti atau diganti musim. Menyangkut dengan masyarakat yang mencari penghidupan dari hasil hutan, mereka adalah kambing 4
  • 15. hitam yang malang, yang dikorbankan demi menyelamatkan seseorang dibalik bisnis kayu illegal. Sedangkan menyangkut elit kekuasaan, selama beberapa tahun berkuasa – mereka telah membekali diri dengan menginvestasikan kekayaannya. 5