SlideShare a Scribd company logo
1 of 218
Download to read offline
Perangkat untuk Mengarusutamakan 
Pengurangan Risiko Bencana: 
Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga 
yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan 
Charlotte Benson dan John Twigg dengan Tiziana Rossetto 
SEPTEMBER 2007
Edisi Bahasa Inggris 
Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organisations 
Diterbitkan oleh: 
ProVention Consortium Secretariat 
PO Box 372 
CH – 1211 Geneva 19 
Switzerland 
E-mail: provention@ifrc.org 
Website: www.proventionconsortium.org 
Copyright © 2007 by the International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies / the ProVention Consortium. 
Segala bagian dari buku ini dapat dikutip, digandakan, diterjemahkan ke dalam bahasa lain atau diadaptasi untuk kebutuhan setempat tanpa izin sebelumnya dari Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention, asalkan buku ini disebutkan sebagai sumbernya. Meskipun kami mendorong penggandaan dan penerjemahan buku ini, baik Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional maupun Konsorsium ProVention tidak bertanggung jawab terhadap segala ketidaktepatan atau kesalahan dalam penerjemahan. Temuan-temuan, penafsiran dan kesimpulan yang terkandung di dalam laporan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pengarang dan tidak dengan sendirinya mewakili pandangan-pandangan Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional atau Konsorsium ProVention. 
Edisi Bahasa Indonesia 
Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana: 
Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan 
Tim Penerjemah CIRCLE Indonesia 
Koordinator Proyek dan Editor Kepala: Theresia Wuryantari 
Penerjemah: Laurentia Sumarni, Valentinus Irawan 
Editor Ahli: Banu Subagyo, Eko Teguh Paripurno, Retno Winahyu Satyarini 
Editor Bahasa: Zaki Habibi 
Hak Cipta © 2007 Edisi Bahasa Indonesia dipegang oleh Hivos Kantor Regional Asia Tenggara dan CIRCLE Indonesia. 
Dicetak oleh Jaran Productions, Jl. Jembatan Merah No. 84 B, Prayan Kulon, Yogyakarta, 55283, Indonesia
Pendahuluan 
Pendahuluan 
Proses pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi kerentanan terhadap bahaya alam. Sebaliknya, tanpa disadari pembangunan dapat menciptakan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, menghambat upaya untuk memerangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan, seringkali dengan akibat-akibat yang tragis. Oleh karena itu, kita perlu aktif dan sungguh-sungguh mencari pemecahan yang sama- sama menguntungkan, yakni melaksanakan pembangunan berkelanjutan, mengurangi kemiskinan dan pada saat yang sama meningkatkan ketangguhan terhadap bahaya, terutama karena perubahan iklim cenderung meningkatkan kejadian kekeringan dan banjir serta intensitas badai. Pemecahan terbaik biasanya dapat ditemukan dengan memadukan strategi dan langkah-langkah pengurangan risiko bencana ke dalam keseluruhan kerangka pembangunan, dengan memandang pengurangan risiko bencana sebagai bagian terpadu dari proses pembangunan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri. 
Sejak akhir tahun 1990-an, dunia kian mengakui perlunya “mengarusutamakan” pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan – yakni, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan risiko-risiko bahaya alam dalam menyusun kerangka strategis dan struktur kelembagaan jangka menengah, strategi dan kebijakan negara dan sektoral serta dalam perancangan proyek di negara-negara yang rawan bahaya. Sejumlah lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan telah memulai upaya untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kerja mereka dengan melakukan berbagai perubahan kelembagaan, kebijakan dan prosedur terkait serta menyesuaikan praktik-praktik operasional mereka. 
Proyek penyusunan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana ProVention mendukung proses ini, dengan menyajikan rangkaian 14 catatan panduan bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk mengadaptasi instrumen-instrumen penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi yang ada untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Panduan-panduan ini sengaja dibuat dalam bentuk catatan-catatan pendek dan praktis untuk melengkapi panduan-panduan penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi yang lebih umum yang telah ada. 
Buku ini menguraikan subyek-subyek berikut: (1) Pengantar buku panduan; (2) Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam; (3) Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan; (4) Penyusunan program di tingkat negara; (5) Manajemen siklus proyek; (6) Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil; (7) Pengkajian lingkungan; (8) Analisis ekonomi; (9) Analisis kerentanan dan kapasitas; (10) Pendekatan penghidupan berkelanjutan; (11) Pengkajian dampak sosial; (12) Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi; (13) Evaluasi program-program pengurangan risiko bencana; dan (14) Dukungan anggaran. 
Buku ini berisi seluruh rangkaian catatan panduan. Versi on-line dari buku ini dalam bahasa Inggris dapat diunduh dari http://www.proventionconsortium.org/mainstreaming_tools 
Proyek ProVention juga tengah mengembangkan Disaster Risk Reduction Monitoring and Evaluation Sourcebook berbasis web. Buku sumber ini akan selesai dan tersedia tahun 2007 ini juga di http://www.proventionconsortium. org/M&E_sourcebook.
KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana 
Ucapan Terima Kasih 
Para pengarang menyampaikan terima kasih kepada Tim Penasihat proyek atas nasihat dan dukungan mereka yang amat berharga dalam penyusunan rangkaian catatan panduan ini: Margaret Arnold (Bank Dunia), Steve Bender (Independen), Yuri Chakalall (CIDA), Olivia Coghlan (DFID), Seth Doe Vordzorgbe (Independen), Fenella Frost dari Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP), Niels Holm-Nielsen (Bank Dunia), Kari Keipi dari Bank Pembangunan antar Amerika (Inter-American Development Bank/IDB), Sarah La Trobe (Tearfund), Praveen Pardeshi dari Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana (United Nations International Strategy for Disaster Reduction/UN-ISDR), Cassandra Rogers (IDB), Michael Siebert (Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit - GTZ, Jerman), Clairvair Squires (Carribean Development Bank), Jennifer Worrell (UNDP) dan Roger Yates (ActionAid). 
Ucapan terima kasih secara khusus juga kami haturkan kepada para anggota maupun mantan anggota Sekretariat Konsorsium ProVention atas dukungan dan dorongan mereka: David Peppiatt (mantan Pimpinan, sekarang bekerja pada Palang Merah Inggris), Bruno Haghebaert, Ian O’Donnell, Maya Schaerer dan Marianne Gemin. 
Keahlian dan nasihat dari sejumlah penilai eksternal dalam mendukung penulisan masing-masing catatan panduan juga merupakan sesuatu yang sangat berharga dan untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya. Para penilai disebutkan secara orang perorangan di akhir catatan(-catatan) panduan terkait. 
Tiziana Rossetto (Dosen dalam Bidang Teknik Kegempaan, University College London) telah menyumbang tulisan untuk Catatan Panduan 12 (Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi). 
Sue Pfiffner telah mengedit catatan-catatan panduan dan Pascal Vittoz merancang tata letak, keduanya dengan perhatian sempurna pada hal-hal terinci. 
Divisi Konflik, Kemanusiaan dan Keamanan (Conflict, Humanitarian and Security Department/CHASE) dari Departemen Pembangunan Internasional Inggris (United Kingdom’s Department for International Development/DFID), Badan Pembangunan Internasional Kanada (Canadian International Development Agency/CIDA), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (Swedish International Development Cooperatioan Agency/SIDA) telah memberikan dukungan pendanaan untuk mengembangkan rangkaian catatan panduan ini. 
Para pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan Sekretariat ProVention, Tim Penasihat proyek, para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek. Semua kesalahan dan kekurangan juga menjadi tanggung jawab sepenuhnya para pengarang 
. 
Charlotte Benson dan John Twigg 
Januari 2007 
cbenson321@aol.com 
j.twigg@ucl.ac.uk
K a t a P e n g a n t a r H i v o s 
Kata Pengantar Hivos 
Hivos adalah sebuah lembaga nonpemerintah Belanda yang terinspirasi oleh nilai-nilai kemanusian. Bersama dengan organisasi lokal di negara berkembang, Hivos berkontribusi pada terwujudnya dunia yang bebas, adil dan berkelanjutan. Dunia tempat perempuan dan laki-laki memiliki akses yang setara pada berbagai peluang dan sumber daya yang akan menentukan masa depan mereka. 
Hivos tidak memiliki mandat khusus dalam pengurangan risiko dan penanggulangan bencana. Akan tetapi, dari pengalaman penanganan bencana di Amerika Tenggah, Asia Selatan maupun di Indonesia Hivos menyadari akan pentingnya kapasitas tanggap bencana yang memadai sebagai prasyarat kesuksesan Hivos dalam melaksanakan program mitranya dengan berkelanjutan, akuntabel dan bermutu serta dapat benar-benar menjangkau para penerima manfaat. Mengingat banyak mitra Hivos di Indonesia bekerja di wilayah-wilayah yang rawan bencana, Hivos semakin merasa perlu untuk ikut ambil bagian dalam upaya-upaya pengurangan risiko dan penanggulangan bencana di Indonesia. 
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kapasitas organisasi pembangunan dan masyarakat Indonesia dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana, maka Hivos berinisiatif menerjemahkan dokumen berjudul Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organisations ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan dokumen tersebut dilandasi tujuan agar masyarakat Indonesia dan khususnya organisasi pembangunan dapat secara utuh memahami langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko bencana. Lebih jauh lagi, Hivos berharap terbitan ini dapat mendorong upaya untuk membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana melalui pelatihan, perencanaan dan pengorganisasian. 
Hivos mengucapkan terima kasih kepada International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies dan ProVention Consortium yang telah mengijinkan kami untuk menerjemahkan dokumen sumber milik mereka yang sangat praktis ini dan juga kepada CIRCLE Indonesia yang telah membuat publikasi ini menjadi kenyataan. 
Ben Witjes 
Direktur Hivos Kantor Regional Asia Tenggara
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
Kata Pengantar CIRCLE Indonesia 
Langkah Kecil untuk Turut Mewujudkan Gagasan Besar: 
Membangun Masyarakat yang Tangguh terhadap Bencana 
Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, gempa bumi di Nias, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, serta banjir di Jakarta maupun di beberapa kawasan di pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan serta letusan gunung berapi dan kekeringan di kawasan yang sama merupakan daftar panjang yang menyadarkan kita bahwa tanah air Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap risiko bencana. Akan tetapi, pengalaman kerja koperasi CIRCLE Indonesia selama setahun ini di wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana seperti Aceh, Nias dan Sumatera Utara pascatsunami serta DIY dan Jawa Tengah pascagempa menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana masih relatif terbatas. 
Namun demikian, perlu dicatat bahwa berbagai bencana yang terjadi selama beberapa tahun terakhir ini telah membuat Indonesia menjadi negara yang cukup progresif di dalam penanggulangan bencana ke depan. Hal ini ditandai dengan terbitnya Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana pada bulan Januari 2007 dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada bulan April 2007. 
Terbitnya UU No. 24/2007 tersebut menandai babak baru dalam perubahan cara pandang dan pengelolaan penanggulangan bencana, yakni dari ”reaktif jika terjadi bencana menjadi aktif, siaga dan tanggap terhadap risiko bencana”, sehingga sebagai konsekuensinya upaya penanggulangan bencana merupakan bagian dari kerja-kerja pembangunan. Oleh karena itu, sama halnya dengan pembangunan, upaya-upaya untuk penanggulangan bencana, termasuk di dalamnya upaya pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara komprehensif dan sistematis. Meski begitu, karena hal ini masih relatif baru, kapasitas untuk penanggulangan bencana yang sistematis masih sangat minim. Pun harus diakui bahwa saat ini pustaka penanggulangan bencana masih terbatas, khususnya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, koperasi CIRCLE Indonesia memberanikan diri menerima kesempatan dan dukungan yang diberikan oleh HIVOS untuk menerjemahkan buku yang berjudul Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organisations ke dalam bahasa Indonesia. Upaya ini sekaligus juga menandai pelaksanaan mandat dari koperasi CIRCLE Indonesia guna turut berkontribusi di dalam pemberdayaan masyarakat sipil, khususnya bagi mereka yang bekerja untuk pembangunan dan upaya-upaya penanggulangan bencana. 
Peran kecil di dalam penerjemahan dan penerbitan buku panduan ini diharapkan bisa memperluas akses organisasi lokal yang bergerak di bidang pembangunan, dan sekaligus menjadi dorongan bagi berbagai pihak dalam upaya- upaya mengembangkan kesadaran agar penanggulangan bencana tidak hanya berkembang pada tataran pola pikir dan kebijakan saja, tetapi akan diikuti dengan praktik-praktik nyata di lapangan oleh semua pihak. Kami dari CIRCLE Indonesia sungguh berharap bahwa penerjemahan buku ini memberikan manfaat bagi berkurangnya risiko bencana yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang selama ini hidup berdampingan bersama risiko itu. 
Buku ini dapat terbit dalam edisi bahasa Indonesia karena komitmen dan kerjasama yang baik dari banyak pihak. Untuk itu perkenankan dalam kesempatan ini kami sampaikan ungkapan terimakasih kami kepada komunitas- komunitas yang hidup di wilayah rawan bencana dan telah mengalami bencana, seperti di Aceh, Nias, Kebumen, Bantul, Sleman, Klaten, dan Nusa Tenggara Timur yang daya juangnya telah memberikan inspirasi dan dorongan untuk pemajuan penanggulangan bencana. Selanjutnya, terima kasih juga kami nyatakan kepada ProVention yang mengizinkan untuk menerjemahkan buku edisi bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, dan HIVOS yang telah memberikan dukungan pendanaan bagi seluruh proses penerjemahan dan penerbitannya.
K a t a P e n g a n t a r C I R C L E I n d o n e s i a 
Secara khusus terima kasih kami ucapkan kepada Jonathan Lassa, Coordinator - Hivos Aceh Programme yang telah mendorong CIRCLE Indonesia untuk menerjemahkan buku ini; kepada Theresia Wuryantari untuk mengkoordinasikan seluruh proses penerjemahan dan penerbitan buku ini, juga kepada ”Kang ET” Eko Teguh Paripurno, Mas Banu Subagyo, Mbak Laurentia Sumarni, ”Pak Lik” Valentinus Irawan serta Zaki Habibi yang menerjemahkan, mengedit dan menggarap penyuntingan akhir, serta kawan-kawan Jaran Productions yang menata letak dan mencetak buku ini hingga siap dibaca. Tanpa kesediaan kerjasama Anda semua, buku ini tentu tidak akan dapat terbit dan disebarluaskan. 
Bila ada kekurangan dalam penerbitan ini, dengan kerendahan hati kami akui sepenuhnya karena kelemahan kami. 
Yogyakarta, September 2007 
Retno Winahyu Satyarini 
Ketua Pengurus Koperasi CIRCLE Indonesia
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
Daftar Isi 
Pendahuluan 1 
Ucapan Terima Kasih Pengarang 2 
Kata Pengantar Hivos 3 
Kata Pengantar CIRCLE Indonesia 4 
Catatan Panduan 1: Pengantar buku panduan 1 
Catatan Panduan 2: Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam 23 
Catatan Panduan 3: Strategi penanggulangan kemiskinan 39 
Catatan Panduan 4: Penyusunan program di tingkat negara 55 
Catatan Panduan 5: Manajemen siklus proyek 71 
Catatan Panduan 6: Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil 83 
Catatan Panduan 7: Pengkajian lingkungan 97 
Catatan Panduan 8: Analisis ekonomi 109 
Catatan Panduan 9: Analisis kerentanan dan kapasitas 123 
Catatan Panduan 10: Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan 139 
Catatan Panduan 11: Pengkajian dampak sosial 151 
Catatan Panduan 12: Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi 165 
Catatan Panduan 13: Mengevaluasi program pengurangan risiko bencana 181 
Catatan Panduan 14: Dukungan anggaran 199
Catatan Panduan 1 
Catatan Panduan 1 
PERANGKAT UNTUK MENGARUSUTAMAKAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 
Pengantar Buku Panduan 
Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana adalah rangkaian 14 catatan panduan yang disusun bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyempurnakan alat-alat penyusunan program, penilaian dan evaluasi proyek mereka dalam rangka mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Perangkat ini juga berguna bagi para pemangku kepentingan yang bekerja dalam program-program penyesuaian terhadap perubahan iklim. 
Catatan pendahuluan berikut ini menguraikan dengan singkat landasan pemikiran yang mendasari penyusunan perangkat ini, memperkenalkan panduan dan menjabarkan faktor-faktor penting yang menentukan keberhasilan upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan dan program pembangunan. 
1. Pentingnya pengarusutamaan risiko bencana 
Sejak akhir dekade 1990-an banyak kalangan kian menyadari perlunya “mengarusutamakan” pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan – yakni memasukkan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana alam ke dalam kerangka strategis jangka menengah dan struktur-struktur kelembagaan, ke dalam kebijakan dan strategi negara dan sektoral serta ke dalam perancangan proyek di negara-negara rawan bahaya.Upaya pengarusutamaan risiko bencana harus mencakup analisis bagaimana potensi bahaya dapat mempengaruhi kinerja kebijakan, program dan proyek, dan analisis bagaimana kebijakan, program dan proyek tersebut berdampak pada kerentanan terhadap bahaya alam. Analisis ini harus ditindaklanjuti dengan mengambil tindakan yang perlu untuk mengurangi kerentanan, dengan menempatkan pengurangan risiko sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri. 
Perubahan dari cara pandang lama yang telah mengakar bahwa bencana adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, tak terhindarkan dan harus ditangani oleh para ahli tanggap darurat, sedikit banyak mencerminkan meningkatnya pemahaman akan bencana sebagai masalah pembangunan yang masih harus diatasi. Program pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi kerentanan terhadap bahaya alam. Sebaliknya, program pembangunan tanpa disadari dapat melahirkan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, terkadang dengan konsekuensi yang tragis (Kotak 1). Peningkatan pemahaman ini berjalan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya penanggulangan kemiskinan. Telah lama diakui umum bahwa salah satu dimensi kemiskinan yang mendasar adalah keterpaparan terhadap risiko dan kemungkinan hilangnya pendapatan, termasuk yang diakibatkan oleh bahaya alam. Pemahaman akan hal ini telah mendorong adanya perhatian yang lebih besar pada analisis bentuk-bentuk dan penyebab mendasar kerentanan dan kegiatan-kegiatan terkait yang dapat memperkuat ketangguhan dalam menghadapi bahaya. 
Kotak 1 Mengabaikan bahaya dapat sangat merugikan 
 Di kota Hue, Vietnam, perluasan pembangunan infrastruktur termasuk jembatan, jalan kereta api dan jalan-jalan raya, telah menciptakan penghalang di tengah lembah di tempat kota tersebut berdiri. Akibatnya, air hujan yang berlebih tidak dapat mengalir dengan cepat dan menimbulkan banjir yang kian lama kian parah. Permasalahan yang sama juga dialami beberapa desa di Gujarat, India, setelah selesainya pembangunan sebuah jalan raya yang dibiayai donor. 
 Pada tahun 1989, setelah kehancuran hebat yang diakibatkan oleh Badai Hugo, dengan dana bantuan dibangun sebuah rumah sakit di kaki gunung berapi di Pulau Montserrat yang termasuk gugusan kepulauan 
I 
FRC, World Disasters Report: Focus on recovery. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2001.
KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana 
Karibia. Pada pertengahan tahun 1995 rumah sakit tersebut hancur diterjang aliran lava setelah gunung berapi tersebut aktif kembali . 
 Setelah kehancuran yang ditimbulkan oleh tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004, beberapa perumahan di Aceh, Indonesia, dibangun di daerah rawan banjir, sehingga banyak keluarga yang menjadi rentan terhadap bahaya banjir di masa mendatang. 
Kian besarnya perhatian pada upaya pengarusutamaan risiko juga dipengaruhi oleh terus meningkatnya kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya kerentanan aset ekonomi dan sosial serta kesejahteraan dan penghidupan masyarakat terhadap bahaya alam. Antara tahun 1950 dan 1990-an, kerugian nyata yang diakibatkan oleh bencana secara global dilaporkan telah meningkat 15 kali lipat, sementara jumlah orang yang terkena dampak bencana naik drastis dari 1,6 milyar dalam kurun waktu antara 1984-1993 menjadi hampir 2,6 milyar orang dalam dasawarsa berikutnya. Selama tahun-tahun belakangan ini bencana-bencana besar terjadi susul-menyusul dan menimbulkan korban jiwa manusia dan kerugian ekonomi yang amat besar, termasuk tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004 dan Badai Katrina serta Badai Rita di Amerika Serikat dan gempa bumi Asia Selatan yang berpusat di Kashmir pada tahun 2005. Walaupun kerugian ekonomi absolut yang terbesar terjadi di negara-negara maju, kerugian yang menimpa negara-negara berkembang relatif jauh lebih besar. Menurut Bank Dunia, kerugian akibat bencana yang diderita negara-negara berkembang, jika dihitung sebagai persentase dari produk domestik bruto, dapat mencapai 20 kali lebih besar daripada kerugian yang dialami oleh negara-negara industri, sementara lebih dari 95 persen kematian yang diakibatkan oleh bencana terjadi di negara berkembang. Kian lama kian disadari bahwa bencana memang merupakan ancaman yang serius bagi pembangunan berkelanjutan, upaya penanggulangan kemiskinan dan pencapaian sejumlah tujuan dari Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs). 
Oleh karenanya, perlu ditemukan penyelesaian yang sama-sama menguntungkan (win-win) untuk mempertahankan pembangunan berkelanjutan, menanggulangi kemiskinan dan memperkuat ketangguhan terhadap bahaya, terutama karena perubahan iklim tampaknya akan semakin meningkatkan kejadian kemarau panjang, banjir dan badai yang besar. Cara terbaik untuk mendapatkan penyelesaian semacam ini adalah dengan memadukan strategi dan program-program pengurangan risiko bencana ke dalam keseluruhan kerangka pembangunan, dengan melihat pengurangan risiko bencana sebagai bagian terpadu dari proses pembangunan dan bukan tujuan itu sendiri. Seperti dikatakan dalam laporan yang baru saja diluncurkan Bank Dunia, “…patut diingat bahwa tidak ada saat di mana kita dapat mengabaikan atau mengesampingkan risiko bencana, terutama bagi kelompok negara-negara yang sangat rawan terhadap bencana”. Sebaliknya, isu-isu yang berhubungan dengan bahaya harus menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan nasional dan sektoral, penyusunan program di tingkat negara dan dalam perancangan semua proyek pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Hal itu perlu dilakukan demi melindungi investasi pembangunan itu sendiri dari bahaya alam dan demi memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bahaya. Biaya untuk membuat struktur-struktur bangunan yang tahan bahaya belum tentu mahal. Walau angka yang tercatat berbeda-beda, Badan Manajemen Tanggap Darurat Federal Amerika Serikat (the United States Federal Emergency Management Agency/FEMA), misalnya, memperkirakan bahwa langkah-langkah untuk mengurangi risiko bahaya hanya meningkatkan biaya pembangunan fasilitas baru sebanyak satu hingga lima persen, sementara keuntungan potensial yang akan diperoleh akan sangat jauh lebih tinggi (Kotak 2). Dengan demikian, perhatian yang besar pada risiko bencana mencerminkan salah satu aspek penting dari upaya internasional untuk meningkatkan efektivitas bantuan. 
C 
lay, E.J. et al. ‘An Evaluation of HMG’s Response to the Montserrat Volcanic Emergency’. 2 Vols. Evaluation Report EV635. London: Department for International Development (UK), 1999. 
W 
orld Bank (2006). 
h 
ttp://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/ EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/0,,menuPK:341021~pagePK:149018~piPK:149093~theSitePK:341015,00.html 
K 
ajian Stern tahu 2006 yang berkaitan dengan perubahan iklim juga berpandangan bahwa penyesuaian terhadap perubahan iklim, termasuk upaya untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bahaya, harus diarusutamakan ke dalam pembangunan dan kajian ini secara spesifik menekankan bahwa “kunci keberhasilan pengurangan risiko bencana adalah menjamin agar PRB (Pengurangan Risiko Bencana) dipadukan ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan dan kegiatan kemanusiaan” (HM Treasury and Cabinet Office (2006) hal. 566). 
W 
orld Bank (2006) hal. 67. 
L 
ihat, misalnya, FEMA. Protecting Business Operations: Second Report on Costs and Benefits of Natural Hazard Mitigation. Washington, DC: Federal Emergency Management Agency, 1998; IACNDR. Inter-American Strategic Plan for Policy on Vulnerability Reduction, Risk Management and Disaster Response. OEA/Ser G. Permanent Council Document 3737/03. Inter-American Committee for Natural Disaster Reduction, 2003. 
L 
ihat catatan kaki 7 (FEMA, 1998).
Catatan Panduan 1 
Kotak 2 Pengurangan risiko bencana mendatangkan manfaat yang besar 
 Sebuah program penanaman bakau yang dilaksanakan Palang Merah Vietnam di delapan provinsi di Vietnam untuk melindungi penduduk yang tinggal di daerah pantai dari topan dan badai menghabiskan biaya rata-rata 0,13 milyar dolar AS per tahun selama kurun waktu antara tahun 1994 sampai 2001, tetapi mengurangi biaya tahunan untuk pemeliharaan tanggul sebesar 7,1 juta dolar AS. Program ini juga membantu menyelamatkan jiwa warga, melindungi penghidupan dan menciptakan peluang-peluang penghidupan baru. 
 Di Karibia, menurut para ahli teknik sipil di wilayah tersebut, tambahan biaya sebesar satu persen dari seluruh nilai bangunan untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kerentanan bangunan dapat mengurangi kerugian maksimum yang mungkin timbul bila terkena badai sampai sekitar sepertiganya.10 
 Menurut sebuah studi tentang dana-dana hibah yang disalurkan oleh FEMA, setiap satu dolar AS yang dikeluarkan FEMA untuk kegiatan-kegiatan peredaman bahaya (termasuk untuk peremajaan, proyek- proyek mitigasi struktural, peningkatan kesadaran dan pendidikan publik serta penyusunan aturan-aturan baku untuk mendirikan bangunan) dapat memberi kemanfaatan di masa yang akan datang rata-rata sebesar 4 dolar AS.11 
 Setelah dilanda Badai Ivan pada bulan September 2004, hanya ada dua sekolah yang masih berdiri di Grenada. Kedua bangunan ini telah diperkuat konstruksinya melalui sebuah program Bank Dunia. Setelah badai, salah satu sekolah ini dimanfaatkan untuk menampung para warga yang kehilangan tempat tinggal.12 
 Antara tanggal 27 Agustus dan 18 September 1995, Badai Luis dan Badai Marilyn menghancurkan 876 unit perumahan di Dominika, menimbulkan kerugian total sejumlah 4,2 juta dolar AS. Rumah-rumah kayu kecil yang hancur dulunya dibangun tanpa berpedoman pada aturan-aturan pembangunan setempat yang baku. Namun, semua bangunan yang konstruksinya telah diperkuat dengan modifikasi-modifikasi sederhana pada teknik-teknik konstruksi setempat melalui Program Konstruksi yang Lebih Aman dari Proyek Mitigasi Bencana Karibia yang didukung oleh Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (United States Agency for International Development/USAID) tetap berdiri walau diterjang badai.13 
Meningkatnya kesadaran akan perlunya mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan diformalisasikan pada bulan Januari tahun 2005 ketika Kerangka Aksi Hyogo 2005–2015 diadopsi oleh Konferensi Dunia untuk Pengurangan Bencana, dengan ditandatangani oleh 168 negara dan badan-badan multilateral. Kerangka Aksi Hyogo menitikberatkan tiga sasaran strategis utama, yang pertama adalah “pengintegrasian pertimbangan- pertimbangan risiko bencana secara lebih efektif ke dalam kebijakan-kebijakan pembangunan berkelanjutan, perencanaan dan penyusunan program di semua tingkat, dengan penekanan khusus pada pencegahan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan dan pengurangan kerentanan”.14 
Kemajuan sampai saat ini: Perubahan kebijakan dan kelembagaan 
Dengan latar belakang ini, sejumlah lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan telah memulai upaya untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kerja mereka, dengan mengadakan berbagai perubahan kelembagaan, kebijakan dan prosedur-prosedur yang berkaitan. Dalam hal perubahan kelembagaan, misalnya, pasca proses pembaruan PBB tahun 1997-1998, tanggung jawab atas mitigasi, kesiapsiagaan dan pencegahan bencana ‘alam’ dalam sistem PBB dialihkan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), yang tugas pokoknya mencakup tanggap darurat pascabencana, ke Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP), badan PBB yang mengurusi pembangunan. Pada tahun 1998 Bank Dunia membentuk Fasilitas Manajemen Bencana (Disaster Management 
I 
FRC, World Disasters Report: Focus on reducing risk. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2002. 
10 World Bank, Managing Catastrophic Risks Using Alternative Risk Financing and Insurance Pooling Mechanisms. Discussion draft. Washington, DC: World Bank, Finance, Private Sector and Infrastructure Department, Caribbean Country Management Unit, Latin America and Caribbean Region, 2000. 
11 MMC/NIBS, Natural Hazard Mitigation Saves: An Independent Study to Assess the Future Savings from Mitigation Activities. Washington, DC: Multi-hazard Mitigation Council of the National Institute of Building Sciences, 2005. 
12 World Bank, Grenada, Hurricane Ivan: Preliminary Assessment of Damages, September 17, 2004. Washington, DC: World Bank, 2004. Dapat diakses di: http://siteresources.worldbank.org/ INTDISMGMT/Resources/grenada_assessment.pdf 
13 CDMP, Toolkit: A Manual for Implementation of the Hurricane-resistant Home Improvement Program in the Caribbean. Caribbean Disaster Mitigation Project publication series. Washington, DC: Organization of American States, 1999. Dapat diakses di: http://www.oas.org/cdmp/document/toolkit/toolkit.htm 
14 UN-ISDR (2005) hal. 3.
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 10 a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
Facility), sekarang telah berganti nama menjadi tim Manajemen Risiko Bahaya (Hazard Risk Management), untuk meningkatkan kerja-kerjanya dalam bidang pencegahan dan peredaman bencana serta tanggap darurat. Tim Manajemen Risiko Bahaya ini memiliki mandat untuk melakukan tanggap bencana yang lebih strategis dan cepat dan mendorong pengintegrasian upaya-upaya pencegahan dan peredaman bencana ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Bank Dunia. Baik Bank Pembangunan antar-Amerika (Inter-American Development Bank/IDB) maupun Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) telah menunjuk staf- staf penanggung jawab manajemen bencana yang baru untuk mendukung pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan lembaga mereka masing-masing. 
Berkaitan dengan perubahan kebijakan, ADB dan DFID telah menyetujui perubahan mendasar dalam kebijakan- kebijakan bencana selama beberapa tahun terakhir ini, sementara itu IDB pada bulan-bulan awal tahun 2007 juga akan mengeluarkan suatu Kebijakan Manajemen Risiko Bencana yang baru. Kebijakan ADB yang baru, yang disetujui tahun 2004, “menggeser penekanan dari hanya memberikan respons pascabencana menjadi dukungan terhadap kegiatan-kegiatan untuk mengantisipasi dan meredam dampak yang mungkin timbul dari bencana yang dapat terjadi”.15 Prinsip-prinsip dasarnya antara lain adalah “pengarusutamaan manajemen risiko bencana sebagai bagian terpadu dari proses pembangunan”.16 Kebijakan pengurangan risiko bencana DFID yang baru, yang dikeluarkan pada bulan Maret tahun 2006, mempunyai tiga tujuan dasar, yang pertama adalah untuk “mengintegrasikan dengan lebih baik pengurangan risiko ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan dan kegiatan kemanusiaan… [termasuk] integrasi yang lebih baik ke dalam program-program DFID sebagai bagian rutin dari pendekatan pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan kantor perwakilan DFID di wilayah-wilayah yang paling rawan risiko bencana”.17 Rancangan Kebijakan Manajemen Risiko Bencana (Disaster Risk Management Policy) IDB yang baru memiliki dua tujuan yang saling berkaitan, yang pertama adalah “untuk meningkatkan efektivitas Bank dalam mendukung para peminjam untuk dapat mengelola dengan sistematis risiko-risiko yang berhubungan dengan bahaya alam melalui pengidentifikasian risiko-risiko ini, pengurangan kerentanan dan dengan mencegah dan meredam bencana terkait sebelum bencana benar-benar terjadi”.18 Bank Dunia juga sedang merevisi kebijakan operasionalnya dalam bidang bantuan pemulihan kedaruratan (yang juga mencakup pencegahan dan mitigasi), antara lain untuk mendukung pengintegrasian prinsip-prinsip pengurangan risiko bencana ke dalam kerja-kerja pembangunannya. Sebuah evaluasi terbaru dari Bank Dunia juga telah merekomendasikan dikembangkannya suatu strategi atau rencana aksi untuk bantuan yang berkaitan dengan bencana, yang selain mendukung perbaikan operasi tanggap darurat juga harus “memuat ketentuan-ketentuan yang memberi perhatian lebih pada bahaya alam dalam menilai proyek-proyek investasi pada umumnya, dan khususnya dalam mempersiapkan Kertas Strategi Penanggulangan Kemiskinan (Poverty Reduction Strategy Papers/PRSPs), Strategi Bantuan di tingkat Negara (Country Assistance Strategies/CASs), dan dokumen-dokumen strategis lainnya”.19 Tim Manajemen Risiko Bahaya sedang melaksanakan rekomendasi ini dengan menjadikan CAS negara-negara yang sangat rawan sebagai sasaran dan memberikan bantuan dalam mengarusutamakan manajemen risiko bencana ke dalam dokumen-dokumen tersebut. 
Donor-donor bilateral lainnya yang juga memasukkan pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan dan program-program pembangunan mereka antara lain adalah Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Badan Pembangunan Internasional Denmark (Danish International Development Agency/DANIDA), Komisi Eropa (European Commission/EC), GTZ Jerman, Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia, Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA) dan Badan Swiss untuk Pembangunan dan Kerjasama (Swiss Agency for Development and Cooperation/SDC). Beberapa lembaga non-pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) juga mengambil langkah-langkah serupa, misalnya, ActionAid, CARE, Christian Aid, Plan International, Practical Action dan Tearfund. 
Pemerintah-pemerintah juga telah menyatakan komitmen mereka terhadap berbagai mandat untuk mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. Sebagai contoh, Komite antar-Amerika untuk Pengurangan Bencana Alam (Inter-American Committee for Natural Disaster Reduction/IACNDR)20 melaporkan bahwa, sampai dengan tahun 2003, negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Amerika (Organization of American States/OAS) secara kolektif telah membuat lebih dari 30 komitmen, baik secara bersama-sama sebagai anggota kelompok regional atau secara sendiri-sendiri, yang banyak di antaranya memuat pendekatan ini. Banyak 
15 ADB (2004) hal. 20. 
16 Ibid. hal. 20. 
17 DFID (2006) hal. 3. 
18 IDB (2006) hal. 2. 
19 World Bank (2006) hal. 73. 
20 Lihat catatan kaki 7 (IACNDR, 2003).
C a t a t a n P a n d u a n 1 11 
negara juga telah menandatangani Kerangka Aksi Hyogo tahun 2005. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan telah mendukung pemerintah-pemerintah dalam proses pengarusutamaan ini. Misalnya, Uni Afrika (African Union /AU)/Kemitraan Baru untuk Pembangunan Afrika (New Partnership for Africa’s Development/NEPAD), Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank/AfDB) dan Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana (United Nations International Strategy for Disaster Reduction/UN-ISDR) untuk Afrika telah bekerja bersama sejak awal tahun 2003 untuk mencari cara-cara guna memberikan panduan dan arah strategis bagi para pengambil keputusan di wilayah itu dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan.21 
Mewujudkan kebijakan ke dalam praktik 
Dari semua kemajuan yang telah dicapai dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan sampai saat ini, banyak yang berkaitan dengan perubahan kebijakan dan kelembagaan. Langkah penting berikutnya adalah mengubah praktik-praktik pembangunan di negara-negara rawan bahaya. Sudah ada beberapa prakarsa yang mendukung proses ini, termasuk: 
 Pengembangan dan penerapan panduan-panduan operasional. Telah ada beberapa upaya awal untuk mengembangkan panduan-panduan operasional dan perangkat-perangkat terkait untuk mendukung pengarusutamaan risiko ke dalam penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara: 
 Bank Pembangunan Karibia dan Komunitas Karibia (Caribbean Community/ CARICOM) telah mengembangkan sebuah buku sumber untuk pemaduan bahaya-bahaya alam ke dalam pengkajian dampak lingkungan (lihat Catatan Panduan 7). 
 IDB telah mengembangkan sebuah daftar periksa tinjauan manajemen risiko untuk mendukung analisis dan pengkajian tentang bahaya-bahaya alam dan risiko-risiko terkait dalam program-program pinjamannya (lihat Catatan Panduan 5, Kotak 2). 
 Sebagai bagian dari Prakarsa Pengarusutamaan Pengurangan Bencana Global (Global Disaster Reduction Mainstreaming Innitiative) (lihat bawah), dalam kerjasama dengan UN-ISDR, UNDP telah menghasilkan sebuah panduan tentang pemaduan pengurangan risiko bencana ke dalam perangkat penyusunan program PBB di tingkat negara, Pengkajian Bersama Lembaga-lembaga PBB tentang Situasi Negara (Common Country Assessment/CCA) dan Kerangka Kerja Bantuan Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Development Assistance Framework/UNDAF) (lihat Catatan Panduan 4, Kotak 4). 
 Penyusunan dan penerapan indikator-indikator risiko bencana. Meningkatnya pengakuan akan pentingnya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan yang lebih luas telah mendorong beberapa lembaga internasional untuk mengembangkan indikator risiko di tingkat nasional dan sub-nasional, termasuk Bank Dunia/ProVention, UNDP, IDB dan EC (lihat Catatan Panduan 4, Kotak 2). Indikator-indikator semacam ini disusun dengan tujuan untuk membantu para praktisi pembangunan guna menilai pentingnya risiko bencana dalam keputusan-keputusan yang menyangkut penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk meresponsnya. Sebagai contoh, dengan didasarkan pada studi Bank Dunia/ProVention tentang ‘Wilayah-wilayah Rawan (Hotspots)’, situs web Bank Dunia sekarang dilengkapi dengan sebuah instrumen interaktif berbasis peta yang mengidentifikasi wilayah-wilayah geografis yang memiliki potensi risiko bencana yang relatif tinggi, untuk membantu para staf Bank Dunia dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dalam menetapkan wilayah mana yang harus mereka prioritaskan dalam investasi pengurangan risiko bencana dan untuk bisa memberi masukan yang lebih baik pada upaya-upaya pembangunan.22 Indikator-indikator pengurangan risiko bencana juga menjadi alat kuantifikasi risiko yang dapat digunakan dalam memantau dan mengevaluasi kinerja program. 
 Pengembangan dan penyediaan bahan-bahan pelatihan. Berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, termasuk DFID, IDB dan Bank Dunia, saat ini tengah mengembangkan bahan-bahan pelatihan untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. 
 Dukungan untuk Pemerintah. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan juga aktif mendukung pemerintah-pemerintah dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan, strategi dan kerja mereka. Misalnya, pada bulan September tahun 2006 Bank Dunia dan UN-ISDR meluncurkan sebuah program baru, Fasilitas Global untuk Pengurangan Bencana dan Pemulihan (Global Facility for Disaster Reduction and Recovery /GFDRR), yang memberikan hibah bantuan teknis bagi negara-negara rentan untuk mendukung upaya peningkatan kapasitas dalam mengurangi dampak bencana serta bagi kemitraan di tingkat global maupun 
21 African Union (2004). 
22 Lihat http://geohotspots.worldbank.org/hotspot/hotspots/disaster.jsp
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 12a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
regional yang mendukung program-program di tingkat nasional. UNDP juga tengah menjalankan program Prakarsa Pengarusutamaan Pengurangan Bencana Global yang bertujuan untuk memadukan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana dan proses-proses kerja UNDP dan para mitra pembangunannya, dengan fokus khusus pada tingkat negara. 
Proyek ProVention dalam pengembangan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana (Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction) turut berperan dalam proses ini, yaitu dengan memperluas kerja yang tengah dilaksanakan dalam pengembangan dan penerapan panduan-panduan operasional agar bisa menyusun serangkaian catatan panduan yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk memadukan analisis risiko bencana ke dalam alat-alat penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi di tingkat negara. Catatan panduan ini merupakan bagian dari perangkat ProVention ini. 
Proyek Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana ProVention 
Rangkaian catatan panduan ProVention didasarkan pada sejumlah prinsip dasar yang berkaitan dengan hakikat kerentanan terhadap bahaya alam dan pada temuan-temuan dari kajian-kajian terinci sebelumnya, yang dilaksanakan sebagai bagian dari proyek ProVention untuk menyusun perangkat standar bagi lembaga-lembaga pembangunan dalam merancang dan mengevaluasi proyek:23 
 Kerentanan terhadap bahaya alam adalah sesuatu yang kompleks dan memiliki berbagai aspek, yang membutuhkan analisis serta solusi yang berperspektif lingkungan hidup, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknis dan oleh karenanya dibutuhkan alat-alat yang sesuai untuk mencapai ini. 
 Perangkat alat dan panduan-panduan penyusunan, penilaian dan evaluasi program yang ada saat ini pada umumnya hanya menilai risiko secara umum (risiko operasional, risiko finansial, risiko politik, dsb.), tetapi biasanya hanya sedikit sekali mengulas isu-isu khusus yang berkaitan dengan bahaya. 
 Sebagai akibatnya, bahaya-bahaya alam dan kerentanan yang berkaitan dengan bahaya tersebut jarang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang dan menilai proyek-proyek pembangunan bahkan di daerah-daerah yang berisiko tinggi, kecuali dalam proyek-proyek yang memang dirancang khusus untuk mengurangi risiko. 
 Banyak dari alat-alat penyusunan, penilaian dan evaluasi program yang ada dapat dengan mudah disempurnakan untuk menilai risiko bahaya alam yang dihadapi proyek-proyek di tingkat negara, sektor dan proyek potensial yang berdiri sendiri, menurunkan informasi terinci tentang sifat dan tingkat risiko serta membantu menjamin agar diambil langkah-langkah pengurangan risiko yang perlu. 
 Secara kolektif perangkat-perangkat ini akan membantu para perencana proyek dan program dalam mengeksplorasi isu-isu bencana dari sudut pandang dan bidang keahlian yang luas, sesuai dengan sifat kerentanan yang multiaspek. 
 Pada dasarnya menilai risiko bencana ataupun merancang dan mengevaluasi langkah-langkah untuk mengurangi risiko sama sekali tidak sulit jika tugas ini didekati dengan seksama, dengan memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya yang memadai. 
Oleh karenanya, serangkaian 14 catatan panduan (termasuk catatan panduan ini) dikembangkan bagi lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyesuaikan alat dan panduan-panduan penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi mereka untuk mendukung pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. Panduan-panduan ini sengaja disusun dalam bentuk catatan-catatan pendek dan praktis yang akan melengkapi perangkat-perangkat panduan penyusunan, penilaian dan evaluasi program yang telah ada, dan bukannya untuk menjadi panduan lengkap dan menyeluruh atas semua aspek yang dibahas dalam setiap perangkat. Panduan-panduan ini secara khusus akan difokuskan pada di mana dan bagaimana memasukkan pertimbangan-pertimbangan unsur bahaya ke dalam perangkat-perangkat yang akan dilengkapi, untuk menjamin agar risiko bencana dan peluang-peluang untuk mengurangi kerentanan yang ada dipertimbangkan secara memadai dan sistematis di negara-negara yang rawan bahaya. 
Seperti telah diuraikan di muka, catatan-catatan panduan ini terutama diperuntukkan bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Lingkup, tingkat rincian dan penekanan dari praktik-praktik penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi tentunya berbeda antara satu lembaga dengan lainnya, tergantung bidang spesialisasi, pendekatan pembangunan yang dianut dan besarnya bantuan yang mereka berikan. Catatan-catatan panduan ProVention tidak dibuat secara khusus untuk lembaga pembangunan tertentu dan mungkin tidak akan 
23 Benson and Twigg (2004).
C a t a t a n P a n d u a n 1 13 
dapat disesuaikan secara tepat dengan prosedur-prosedur khusus tertentu. Walaupun demikian, catatan-catatan panduan ini dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan. 
Rangkaian catatan panduan ini juga dapat digunakan oleh pihak-pihak yang ikut ambil bagian dalam upaya mengarusutamakan penyesuaian terhadap perubahan iklim ke dalam pembangunan. Seperti dinyatakan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD), “Penyesuaian terhadap perubahan iklim perlu dipadukan ke dalam arus utama kebijakan ekonomi, proyek-proyek pembangunan dan upaya-upaya bantuan internasional.”24 Catatan-catatan panduan ProVention mengidentifikasi titik-titik masuk dalam perencanaan dan penyediaan bantuan pembangunan untuk mempertimbangkan dampak bahaya-bahaya potensial pada pembangunan dan, sebaliknya pula, dampak kegiatan-kegiatan pembangunan pada kerentanan terhadap bahaya-bahaya alam. Titik-titik masuk ini juga relevan dengan upaya menjamin agar pembangunan bersifat ramah lingkungan, turut membantu mengurangi emisi rumah kaca, dan agar pembangunan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi dampak-dampak perubahan iklim. 
2. Rangkaian catatan panduan ProVention 
Bagian berikut ini menguraikan maksud dan lingkup dari setiap catatan panduan dalam rangkaian Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana (yang dikemukakan oleh ProVention). 
Gambar 1 menyajikan sebuah skema besar yang menunjukkan bagaimana catatan-catatan panduan saling melengkapi dan secara kolektif mendukung pengarusutamaan pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana ke dalam proyek-proyek pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya (lihat juga Catatan Panduan 5, Tabel 1).25 Gambar ini juga memperlihatkan pengaruh-pengaruh penting lain yang turut menentukan kualitas praktik manajemen risiko bencana karena faktanya proyek-proyek pembangunan tidak dirancang dan dilaksanakan dalam sebuah ruang hampa. Faktor-faktor ini mungkin perlu diperkuat untuk membantu meningkatkan manajemen risiko bencana (lihat Bagian 3). 
Catatan Panduan 1: Pengantar buku panduan. Catatan awal ini menjabarkan pemikiran-pemikiran dasar yang menjadi landasan rangkaian panduan, memperkenalkan catatan-catatan panduan dan menguraikan faktor-faktor yang turut menentukan keberhasilan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan dan praktik pembangunan. 
Catatan Panduan 2: Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam. Catatan panduan kedua difokuskan pada proses-proses dasar untuk mendapatkan dan menggunakan informasi tentang bahaya. Catatan ini menjadi pilar utama rangkaian catatan panduan, yang membantu lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk mengidentifikasi tingkat keterpaparan terhadap bahaya di suatu negara atau wilayah tertentu dan untuk menentukan apakah pengarusutamaan risiko bencana diperlukan atau tidak. Catatan panduan kedua mencakup unsur-unsur dasar informasi tentang bahaya alam, letaknya dalam siklus perencanaan/manajemen proyek, alat untuk mengumpulkan informasi, para penyedia informasi dan isu-isu yang harus dipertimbangkan dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Karena bahaya alam yang ada sangat beragam dan metode pengumpulan informasi dan data juga bermacam-macam, catatan ini semata-mata dimaksudkan hanya sebagai sebuah pengantar ke dalam topik ini. 
Catatan Panduan 3: Strategi Penanggulangan kemiskinan. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan kian menyesuaikan program-program mereka dengan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan pemerintah negara yang mereka dukung. Sejalan dengan itu, upaya pengarusutamaan perlu dimulai dengan kebijakan dan strategi-strategi pemerintah. Oleh karena itu, catatan panduan ini memuat pengintegrasian isu- isu yang berkaitan dengan bahaya ke dalam penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan (poverty reduction strategies/PRSs)) – yang di banyak negara berpendapatan rendah menjadi alat perencanaan pembangunan yang utama – dan program-program penanggulangan kemiskinan lainnya di negara-negara yang rawan bahaya. Catatan panduan ini diperuntukkan bagi pemerintah dalam menyusun PRSs dan bagi lembaga-lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk membantu pemerintah dalam proses ini. 
24 OECD (2006) hal. 1. Lihat juga HM Treasury and Cabinet Office (2006). 
25 Catatan Panduan 14 (Dukungan anggaran) tidak disertakan di dalam Gambar 1 karena diagram ini difokuskan pada pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam proyek-proyek yang berdiri sendiri.
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 14a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
Catatan Panduan 4: Penyusunan program di tingkat negara. Semua lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pembangunan menerapkan sebuah kerangka program di tingkat negara atau wilayah yang digunakan untuk menganalisis masalah, kebutuhan dan kepentingan-kepentingan, mengidentifikasi fokus sektoral dan bidang kerja, serta menetapkan tingkat dan komposisi bantuan secara umum. Proses ini merupakan satu kesempatan penting untuk mempertimbangkan risiko bencana secara strategis dan terkoordinasi, dengan mengeksplorasi hakikat kerentanan yang kompleks, lintas bidang dan multiaspek serta mengidentifikasi solusi manajemen risiko yang sesuai dan proaktif. Catatan panduan keempat dalam rangkaian ini mengulas topik ini dengan memberikan panduan bagaimana menilai dan mempertimbangkan risiko bencana dalam penyusunan program tingkat negara di negara-negara yang rawan bahaya. Panduan ini dimaksudkan sebagai petunjuk dasar yang umum bagi segala jenis lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pembangunan, untuk melengkapi panduan-panduan penyusunan program tingkat negara yang sudah ada. 
Catatan Panduan 5: Manajemen siklus proyek. Catatan panduan ini menempatkan fokus perhatian pada tingkat proyek-proyek yang berdiri sendiri dan dimulai dengan membahas beberapa pertanyaan umum tentang pemaduan isu-isu manajemen risiko bencana ke dalam siklus proyek secara keseluruhan, khususnya pada tahap- tahap perencanaan. Catatan akan menjelaskan pendekatan siklus proyek, memberikan panduan keseluruhan untuk pengarusutamaan dan melihat beberapa perangkat terkait yang ada. Perangkat-perangkat semacam ini melengkapi upaya untuk menyesuaikan perangkat penilaian tertentu yang umumnya digunakan dalam siklus proyek untuk memasukkan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan bahaya. Catatan panduan ini terutama diperuntukkan bagi mereka yang bekerja di lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan terutama dalam hal perancangan dan manajemen proyek, tetapi juga relevan bagi staf kantor-kantor pemerintah dan lembaga-lembaga swasta. 
Catatan Panduan 6: Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil. Kerangka logis dan perangkat-perangkat manajemen berbasis hasil digunakan secara luas untuk keperluan perancangan dan manajemen proyek secara keseluruhan. Catatan ini memberikan panduan untuk mempertimbangkan secara sistematis isu-isu yang berkaitan dengan bahaya dalam menerapkan perangkat-perangkat ini pada proyek-proyek di daerah-daerah rawan bahaya. Catatan ini disusun bagi tim-tim yang bertugas untuk mempersiapkan proyek dan para pelaksana proyek dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. 
Catatan Panduan 7: Pengkajian lingkungan.26 Catatan panduan ini berfokus pada pengkajian lingkungan, salah satu titik penting dalam perancangan proyek untuk menjajaki bahaya-bahaya alam dan risiko-risiko yang berkaitan. Bahaya alam sendiri adalah gejala lingkungan yang potensial merusak dan menganggu proyek, sementara itu, kondisi lingkungan merupakan suatu faktor kunci yang menentukan kerentanan terhadap bahaya alam. Oleh karena itu, catatan menyediakan panduan dalam menganalisis konsekuensi kerentanan yang dapat ditimbulkan proyek melalui dampaknya pada lingkungan dan ancaman potensial terhadap proyek yang ditimbulkan bahaya alam. Temuan-temuan dari analisis ini akan dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk penilaian dan rancangan perekayasaan yang relevan. Catatan panduan ini pertama-tama diperuntukkan bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, tetapi juga relevan bagi staf-staf pemerintah dan lembaga-lembaga swasta yang terlibat dalam perancangan proyek. 
Catatan Panduan 8: Analisis ekonomi. Lembaga-lembaga peminjaman multilateral rutin mengadakan beberapa bentuk analisis ekonomi sebagai bagian dari proses penilaian proyek mereka. Catatan panduan ini menguraikan bagaimana menganalisis risiko bencana dan pilihan-pilihan yang ada untuk mengurangi kerentanan di negara- negara yang rawan bahaya dengan menggunakan perspektif ini, dan untuk menjamin agar risiko bencana dan pilihan-pilihan ini dipertimbangkan dengan memadai dan sistematis sesuai kebutuhan. Catatan panduan ini diperuntukkan bagi para ahli ekonomi di lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, untuk melengkapi panduan-panduan analisis ekonomi yang mereka miliki. Catatan ini juga semakin luas digunakan untuk membantu mendukung pengembangan sekumpulan bukti yang meyakinkan tentang manfaat ekonomis nyata dari pengurangan risiko bencana. Miskinnya bukti-bukti semacam itu sekarang ini telah menjadi penghambat besar dalam menggalang ketertarikan dan komitmen terhadap pengurangan risiko bencana karena tidak banyak yang menyadari keuntungan ekonomis dari investasi semacam ini. 
Catatan Panduan 9: Analisis kerentanan dan kapasitas. Catatan panduan ini merupakan yang pertama dari tiga perangkat yang merupakan bagian berbagai macam perangkat untuk menilai proyek dari sudut pandang sosial yang 
26 Catatan panduan ini disusun bersama oleh Konsorsium ProVention dan Bank Pembangunan Karibia (CDB). Bagian 2 disusun berdasarkan Sekretariat CDB dan CARICOM (2004).
C a t a t a n P a n d u a n 1 15 
Gambar 1 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam proyek-proyek pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya 
Analisis risiko bencana dipadukan ke dalam kerja-kerja negara dan sektorInformasi tentang Bahaya (CP 2) EvaluasiPelaksanaanPenilaian ProyekPenyusunan program di tingkat negaraPerencanaanPembangunanNasional Kebijakan, strategi dan program-program PRB pemerintahAnalisis ekonomi yang mengandung pertimbangan-pertimbanganPRB (CP 8) Analisis sosial yang mengandung pertimbangan-pertimbangan PRB (CP 9, 10 dan 11) Perancangan konstruksi dan pemilihan lokasi yang mengandung pertimbangan- pertimbangan PRB (CP 12) Program-program PRB lembaga-lembaga pembangunan lain dan pemerintahPelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari PRB sebelumnyaPenegakan aturan standar bangunan dan pemantauan standar-standar konstruksiMelanjutkan konsultasi-konsultasi antar para pemangku kepentingan dalam PRBAnalisis pemangku kepentingan atas aspek PRB dari proyekAnalisis manfaat dan pencapaian- pencapaian dari komponen PRBDampak dari proyek pada keren- tanan terhadap bahaya-bahaya alamStrategi dan program-program PRB lembaga-lembaga pembangunan lainAnalisis pemangku kepentingan yang mencakup isu-isu PRBKebijakan-kebijakan PRB lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunanPelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari PRB sebelumnyaAnalisis lingkungan yang mengandung pertimbangan- pertimbangan PRB (CP 7) Perangkat hukum terkait PRB dan kapa- sitas implementasi negara penerima (misalnya standar bangunan, zonasi penggunaan lahan) Anggaran ProyekEvaluasi (CP 13) PelaksanaanIdentifikasi, perancangan dan penilaian proyekStrategi di tingkat negara (CP 4) Strategi penanggulangan kemiskinan (CP 3) dan perangkat-perangkat perencanaan pembangunan lainnyaPemantauan risiko bencanaPengkajian dan penyesuaian kegiatan-kegiatan dan tujuan-tujuan proyek jika terjadi bencanaAnalisis dampak kejadian bencana pada kinerja proyek maupun lingkungan tempat proyek dilaksanakanAnalisis keberlanjutan jangka panjang proyek dihadapkan pada risiko bencanakerangka logis/analisis manajemen berbasis hasil yang mengandung pertimbangan-pertimbangan PRB (CP 6) Pemaduan pertimbangan-pertimbangan PRB ke dalam siklus proyek secara keseluruhan (CP 5) Informasi tentang Bahaya (CP 2)
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 16a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
biasa digunakan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Perangkat pertama ini memuat penilaian dan analisis kerentantan dan kapasitas (vulnerability and capacity analysis/VCA), yang memperkenalkan pendekatan-pendekatan dasar, menjelaskan bagaimana VCA dapat diintegrasikan ke dalam proses perencanaan proyek dan, sebaliknya pula, memperlihatkan bagaimana bahaya dan bencana alam dapat diperhitungkan dalam VCA. Isu kerentanan dan kapasitas warga dalam konteks bahaya alam merupakan suatu hal yang sangat penting dalam memahami dampak potensial kerentanan dan kapasitas serta dalam membuat pilihan-pilihan intervensi pembangunan. Catatan panduan ini menekankan penggunaan VCA dalam proyek-proyek pembangunan, tetapi pendekatan ini dapat juga digunakan dalam pengurangan risiko bencana dan pemulihan pascabencana. Catatan ini diperuntukkan bagi staf dari berbagai disiplin. 
Catatan Panduan 10: Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan. Pemikiran dan metode-metode penghidupan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihoods/SL) menawarkan perangkat analisis sosial kedua untuk mendukung pemaduan bahaya alam dan risiko bencana yang berkaitan ke dalam perencanaan proyek pembangunan. Dengan memberi penekanan pada kerentanan dan guncangan dari luar sebagai hal penting yang turut mempengaruhi penghidupan, pendekatan SL memberi peluang yang baik untuk memasukkan kesadaran akan bahaya dan bencana ke dalam perencanaan proyek. Catatan panduan ini akan secara ringkas memperkenalkan pemikiran SL dan menjelaskan penerapannya pada proyek-proyek dan program, dengan penekanan khusus pada keterkaitannya dengan bahaya dan bencana. Catatan akan meninjau metode-metode yang digunakan dalam pendekatan SL untuk menilai bahaya, kerentanan dan risiko, dan membahas faktor-faktor lain dalam menerapkan SL ke dalam manajemen siklus proyek. 
Catatan Panduan 11: Pengkajian dampak sosial. Catatan panduan ketiga yang berkaitan dengan perangkat penilaian sosial mengulas pengkajian dampak sosial (social impact assessment/SIA). SIA membantu mengidentifikasi akibat-akibat sosial langsung maupun tak langsung dari risiko bencana dan memfasilitasi pengembangan mekanisme mitigasi yang sesuai dan efektif yang memanfaatkan sumber-sumber daya komunitas dan menghargai reaksi mereka terhadap kejadian-kejadian yang menimpa, dengan memberi pemahaman akan komunitas dan proses-proses sosial mereka. Catatan panduan ini menguraikan pendekatan-pendekatan dan metode-metode utama yang digunakan dalam SIA dan mengidentifikasi titik-titik masuk untuk memperkenalkan bahaya-bahaya alam dan risiko-risiko yang berkaitan. Catatan ini diperuntukkan bagi para perencana dan manajer proyek di lembaga-lembaga pembangunan multilateral dan bilateral, departemen pemerintah di tingkat nasional maupun daerah, LSM dan lembaga-lembaga swasta. Para pengguna termasuk juga mereka yang mengelola atau melaksanakan SIA, yang akan terbantu dalam memasukkan risiko bencana ke dalam penilaian sosial mereka. Catatan panduan ini juga dapat dimanfaatkan oleh mereka yang melakukan pengkajian-pengkajian risiko bencana untuk memahami bagaimana teknik SIA dapat membantu pengkajian dan mitigasi risiko bencana. 
Catatan Panduan 12: Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi. Hilangnya nyawa dan kerugian ekonomi langsung yang ditimbulkan bencana alam sebagian besar diakibatkan secara langsung oleh hancurnya bangunan; dan ini mencerminkan perancangan bangunan yang buruk dan seringkali juga penggunaan lahan yang tidak semestinya. Catatan panduan ini berfokus pada perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi, dan peran hal-hal ini dalam mengurangi risiko. Catatan memberi panduan umum untuk para perancang bangunan profesional dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dalam hal konstruksi infrastruktur baru, penguatan infrastruktur yang sudah ada dan rekonstruksi pascabencana di negara- negara rawan bahaya. 
Catatan Panduan 13: Mengevaluasi program pengurangan risiko bencana. Berbeda dengan catatan-catatan panduan sebelumnya yang lebih bersifat sebagai perangkat penilaian proyek, catatan panduan ini merupakan perangkat untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana. Tugas evaluasi merupakan sesuatu yang menantang karena keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana pada akhirnya diukur berdasarkan sesuatu – terjadinya sebuah bencana atau tingkat kerugian yang ditimbulkan oleh sebuah bencana – yang sebenarnya tidak terjadi. Catatan panduan ini menguraikan langkah-langkah utama dalam merencanakan evaluasi semacam itu, mengumpulkan dan menganalisis data serta menggunakan hasilnya, dan membahas isu-isu pokok berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ini. Catatan panduan ini diperuntukkan bagi para manajer program dan pengambil keputusan di lembaga-lembaga yang terlibat dalam segala bentuk kegiatan pengurangan risiko bencana, baik yang berdiri sendiri maupun dalam konteks program-program pembangunan atau pemulihan pascabencana. (Lihat juga Kotak 3)
C a t a t a n P a n d u a n 1 17 
Kotak 3 Buku Sumber ProVention untuk Pemantauan dan Evaluasi Pengurangan Risiko 
Proyek penyusunan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana juga telah mengembangkan sebuah buku sumber berjudul Disaster Risk Reduction Monitoring and Evaluation Sourcebok berbasis web. Buku Sumber ini melengkapi dan merinci lebih lanjut Catatan Panduan 13 tentang pemantauan dan evaluasi, dengan memberi banyak contoh praktis pemantauan dan evaluasi serta rujukan ke bahan-bahan acuan on-line yang berguna dan sebuah daftar pustaka publikasi-publikasi cetak yang berkaitan dengan topik ini. Buku Sumber menguraikan latar belakang dari tujuan dan pendekatan-pendekatan umum pemantauan dan evaluasi. Buku ini secara khusus juga memaparkan bagaimana pemantauan dan evaluasi program pengurangan risiko bencana berbeda dari pemantauan dan evaluasi ‘normal’, termasuk sering diabaikannya pemantauan dan evaluasi dalam banyak proyek pengurangan risiko bencana dan logika terbalik dalam mengukur dampak dan manfaat pengurangan risiko bencana. 
Topik-topik khusus yang diulas dalam buku sumber meliputi: 
 Definisi dan peristilahan 
 Tipologi program dan proyek-proyek pengurangan risiko bencana 
 Ketersediaan sumber daya dan lingkup pemantauan dan evaluasi 
 Pendekatan-pendekatan dan metode-metode spesifik dalam pengurangan risiko bencana, termasuk pendekatan alternatif untuk mengukur pengurangan risiko bencana 
 Pemilihan pendekatan dan indikator-indikator pengukuran 
 Metode-metode pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif 
 Pemrosesan dan analisis data 
 Penulisan laporan dan presentasi hasil 
 Ringkasan studi-studi kasus pemantauan dan evaluasi pengurangan risiko bencana 
Buku Sumber dapat diakses di http://www.proventionconsortium.org/M&E_sourcebook 
Catatan Panduan 14: Dukungan Anggaran. Catatan panduan terakhir membahas topik dukungan anggaran. Saat ini tengah berlangsung pergeseran dari dukungan anggaran berbasis proyek ke arah dukungan anggaran yang umum dan berbasis sektor. Pergeseran ini menawarkan peluang besar untuk mendukung pemerintah-pemerintah dalam memperkuat ketangguhan negara mereka terhadap bahaya alam. Catatan ini memberi panduan tentang bagaimana menjamin agar risiko bencana dikaji dengan memadai dan sistematis dalam pengembangan program- program dukungan anggaran di negara-negara rawan bahaya dan agar pemerintah-pemerintah didorong dan didukung dalam mengelola risiko bencana dengan sebaik mungkin dan dalam mengurangi kerentanan. Catatan ini ditujukan bagi para staf lembaga-lembaga pembangunan yang terlibat dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi dukungan anggaran. 
3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan 
Pengembangan panduan-panduan praktis untuk memadukan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana ke dalam program-program di tingkat negara, perancangan dan evaluasi proyek dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan hanyalah merupakan salah satu langkah dari rangkaian langkah yang dibutuhkan untuk menjamin pengarusutamaan di negara-negara yang rawan bahaya. Seperti telah disebutkan di muka, beberapa kegiatan tertentu lainnya juga tengah dipersiapkan. Kegiatan-kegiatan ini dan beberapa langkah penting lebih lanjut akan diuraikan berikut ini dan ringkasannya disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 kegiatan-kegiatan tersebut disajikan sebagai langkah-langkah berurutan, walau pada praktiknya antara satu tahap dengan tahap lainnya seringkali saling tumpang tindih. 
Langkah 1. Peningkatan kesadaran 
 Penghargaan dan pemahaman akan keterkaitan antara pengurangan risiko bencana dan pembangunan berkelanjutan. Peningkatan kesadaran akan pentingnya mengkaji dan bila perlu memusatkan perhatian pada risiko bencana adalah sesuatu yang penting, baik bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga yang bergerak
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 18a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
dalam bidang pembangunan, dalam memperjuangkan pembangunan berkelanjutan dan penanggulangan kemiskinan. 
 Akuntabilitas. Di atas segalanya, yang terpenting adalah bahwa lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemerintah-pemerintah perlu lebih bertanggung gugat atas hilangnya jiwa manusia serta kerugian-kerugian fisik dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana. Kerugian-kerugian semacam ini lebih menjadi tanggung jawab negara dan pemerintah daripada lembaga-lembaga pembangunan. Walaupun begitu, lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan bertanggung gugat untuk menjaga agar sumber- sumber daya mereka dimanfaatkan dengan efektif dan bertanggung jawab. Sementara itu, pemerintah perlu lebih bertanggung jawab atas kerentanan negara dan warga mereka dan perlu aktif mengupayakan pengurangan risiko. 
Gambar 2 Langkah-langkah menuju pengarusutamaan yang berhasil 
Pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik 1Peningkatan kesadaran2Lingkungan yang mendukung3Pengembangan alat-alat4Pelatihan dan dukungan teknis5Perubahan dalam praktik operasional6Pengukuran kemajuan7Pembelajaran dan berbagi pengalaman 
Langkah 2. Lingkungan yang mendukung 
 Kebijakan-kebijakan, strategi dan kapasitas kelembagaan yang memadai dari lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Kebijakan-kebijakan dan strategi besar dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu sungguh-sungguh memperhatikan pengurangan risiko bencana, memperlakukannya sebagai sebuah isu pembangunan dan bukan semata memandang hal tersebut sebagai tanggung jawab departemen urusan kemanusiaan saja. Kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi yang telah diperbaiki perlu dicerminkan lebih lanjut dalam pengaturan kelembagaan yang sesuai. 
 Pemrioritasan pengurangan risiko bencana oleh pemerintah. Sejalan dengan kian disesuaikannya maksud dan tujuan-tujuan lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dengan strategi-strategi pembangunan nasional dan penanggulangan kemiskinan, pemerintah sendiri harus memprioritaskan pengurangan risiko sebagai suatu tantangan pembangunan utama di negara-negara yang rawan bahaya dan mengembangkan kebijakan-kebijakan, kemampuan serta pengaturan hukum dan kelembagaan yang relevan. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menjajaki insentif-insentif untuk mendorong pemerintah- pemerintah ke arah ini. 
Langkah 3. Pengembangan perangkat-perangkat 
 Perangkat penyusunan, penilaian dan evaluasi program dibutuhkan untuk mengkaji proyek-proyek di tingkat negara, sektor dan proyek individual yang menghadapi risiko bahaya alam, untuk menyajikan informasi terinci tentang sifat dan tingkat risiko serta untuk menjamin agar diambil langkah-langkah pengurangan risiko yang sesuai.
C a t a t a n P a n d u a n 1 19 
Langkah 4. Pelatihan dan dukungan teknis 
 Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menyediakan pelatihan dan dukungan teknis internal untuk membantu pemaduan pertimbangan-pertimbangan risiko ke dalam pembangunan. 
Langkah 5. Perubahan dalam praktik operasional 
 Penilaian awal. Isu-isu yang berkaitan dengan bahaya perlu dipertimbangkan mulai dari tahap-tahap sangat awal dari penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara sehingga dapat diperhitungkan dengan menyeluruh dan sistematis serta dapat diatasi sesuai kebutuhan. Strategi-strategi di tingkat negara dan analisis- analisis lingkungan yang terkait (lihat Catatan Panduan 4) harus menunjukkan negara-negara mana saja yang membutuhkan pengarusutamaan. 
 Informasi pendukung yang memadai. Untuk dapat memperoleh gambaran risiko bencana yang lengkap dan akurat serta solusinya yang sesuai, dibutuhkan informasi yang cukup. Negara-negara sasaran program perlu didukung dalam memperkuat basis informasi mereka – misalnya saja, dalam meningkatkan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan bahaya (lihat Catatan Panduan 2). 
 Minimalisasi biaya. Analisis risiko bencana harus diintegrasikan ke dalam penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara dengan biaya seekonomis mungkin. Dalam hal ini, pemusatan informasi yang relevan dan analisis terkait di dalam komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang pembangunan dan di dalam pemerintah sendiri dapat membantu. 
 Perlakuan atas risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya rendah, tetapi dapat berdampak tinggi. Bahaya-bahaya yang berkaitan dengan iklim kemungkinan besar akan diidentifikasi sebagai risiko yang potensial karena bahaya- bahaya semacam ini dapat terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang singkat. Bahaya-bahaya seperti ini memiliki peluang terjadi yang lebih tinggi selama pelaksanaan proyek atau strategi di tingkat negara. Sebaliknya, risiko-risiko yang berasal dari bahaya gempa bumi dan kegiatan gunung berapi, yang kurun waktu berulangnya lebih panjang, mungkin menjadi kurang begitu dipertimbangkan. Namun demikian, bahkan bila perhitungan ekonomi diabaikan, sangat penting untuk menjaga agar risiko-risiko gempa bumi dan gunung berapi tetap diperhitungkan dengan memadai dari segi keamanan, mengingat semua manusia memiliki hak asasi atas keamanan dan perlindungan. 
 Konsultasi yang transparan, melibatkan semua pihak terkait dan bertanggung gugat. Proses konsultasi harus memberdayakan kaum miskin dan kelompok-kelompok marjinal, yang seringkali merupakan juga kelompok yang paling rentan terhadap bahaya alam, dan harus menjamin agar kepentingan mereka dipertimbangkan dengan memadai dan hak-hak mereka dilindungi. 
 Melindungi dan memelihara investasi pembangunan dengan memadai. Agar tingkat ketahanan terhadap bahaya dari investasi-investasi pembangunan tetap dapat dipertahankan sesuai rancangan awal, perlu ada mekanisme untuk menjamin agar investasi pembangunan dilindungi dengan memadai dan selalu berada dalam kondisi yang baik. 
Langkah 6. Pengukuran kemajuan 
 Sasaran-sasaran pengurangan bencana yang telah disepakati secara internasional atau pertimbangan- pertimbangan pengurangan risiko bencana harus secara eksplisit dimasukkan ke dalam Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), untuk memberikan arah dasar yang sama bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemerintah-pemerintah untuk mengukur kemajuan upaya-upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana. 
Langkah 7. Pembelajaran dan berbagi pengalaman 
 Mereka yang bergerak dalam bidang pembangunan beserta para pemangku kepentingan lainnya harus mengusahakan adanya upaya terpadu untuk memantau, saling berbagi dan belajar dari pengalaman mereka dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. 
Kotak 5 Peristilahan dalam bidang bahaya dan kebencanaan 
Mereka yang telah lama bergerak dalam bidang kebencanaan umumnya mengakui bahwa penggunaan istilah dalam bidang bahaya dan kebencanaan seringkali tidak konsisten, sesuatu yang mencerminkan bahwa bidang ini melibatkan para praktisi dan peneliti yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Rangkaian Catatan Panduan ini menggunakan istilah-istilah kunci di bawah ini:
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 20 a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
Bahaya alam adalah suatu kejadian geofisik, atmosferik (berkaitan dengan atmosfer) atau hidrologis (misalnya, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, angin ribut, ombak atau gelombang pasang, banjir atau kekeringan) yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian. 
Kerentanan adalah potensi untuk tertimpa kerusakan atau kerugian, yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengantisipasi suatu bahaya, mengatasi bahaya, mencegah bahaya dan memulihkan diri dari dampak bahaya. Baik kerentanan maupun lawannya, ketangguhan, ditentukan oleh faktor-faktor fisik, lingkungan sosial, politik, budaya dan kelembagaan. 
Bencana adalah berlangsungnya suatu kejadian bahaya yang luar biasa yang menimbulkan dampak pada komunitas-komunitas rentan dan mengakibatkan kerusakan, gangguan dan korban yang besar, serta membuat kehidupan komunitas yang terkena dampak tidak dapat berjalan dengan normal tanpa bantuan dari pihak luar. 
Risiko bencana adalah gabungan dari karakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang dimiliki unsur- unsur tersebut.27 
Mitigasi adalah segala bentuk langkah struktural (fisik) atau nonstruktural (misalnya, perencanaan penggunaan lahan, pendidikan publik) yang dilaksanakan untuk meminimalkan dampak merugikan dari kejadian-kejadian bahaya alam yang potensial timbul. 
Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan sebelum terjadinya bahaya- bahaya alam untuk meramalkan dan mengingatkan orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya tersebut, mengevakuasi orang dan harta benda jika mereka terancam dan untuk memastikan respons yang efektif (misalnya dengan menumpuk bahan pangan). 
Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana untuk, secara berurut, menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan infrastruktur fisik serta pelayanan masyarakat. 
Perubahan iklim adalah suatu perubahan statistik yang signifikan pada pengukuran keadaan rata-rata atau ketidakkonsistenan iklim di suatu tempat atau daerah selama periode waktu yang panjang, yang diakibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh dampak kegiatan manusia pada komposisi atmosfer global atau oleh ketidakkonsistenan alam. 
Bacaan lebih lanjut 
ADB. Disaster and Emergency Assistance Policy. R-paper. Manila: Asian Development Bank, 2004. Dapat diakses di: http://www. adb.org/Documents/Policies/Disaster_ Emergency/default.asp#contents 
African Union. Programme of Action for the Implementation of the Africa Regional Strategy for Disaster Risk Reduction. Addis Ababa: African Union, 2004. Dapat diakses di http://www.africa-union.org/Agriculture/Disaster_Risk_Reduction/Programme_of_ Action.doc 
Benson, C. and Twigg, J. Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation. Geneva: ProVention Consortium, 2004. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/mainstreaming_tools. 
CDB and CARICOM Secretariat. Sourcebook on the Integration of Natural Hazards into Environmental Impact Assessment (EIA): NHIA-EIA Sourcebook. Bridgetown, Barbados: Caribbean Development Bank and Caribbean Community Secretariat, 2004. Dapat diakses di http://www.caribank.org/Projects.nsf/NHIA/$File/NHIA-EIA_Newsletter.pdf?OpenElement 
DFID. Reducing the Risk of Disasters – Helping to Achieve Sustainable Poverty Reduction in a Vulnerable World: A Policy Paper. London: Department for International Development (UK), 2006. Dapat diakses di: http://www.dfid.gov.uk/pubs/files/disaster- riskreduction-policy.pdf 
27 Rangkaian catatan panduan ini menggunakan istilah ‘risiko bencana’ sebagai pengganti istilah ‘risiko bahaya’ yang sebenarnya lebih tepat karena istilah ‘risiko bencana’ adalah istilah yang lebih umum digunakan oleh pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang pengurangan risiko.
Hak Cipta © 2007 pada Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention. Pandangan-pandangan yang terkandung di dalam catatan 
panduan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pengarang dan tidak dengan sendirinya mewakili pandangan-pandangan Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention. 
ProVention Consortium Secretariat 
PO Box 372, 1211 Geneva 19, Switzerland 
E-mail: provention@ifrc.org 
Website: www.proventionconsortium.org 
HM Treasury and Cabinet Office. Stern Review on the Economics of Climate. London: Her Majesty’s Treasury and Cabinet Office (UK), 2006. Dapat diakses di: http://www.sternreview.org.uk 
Holloway, A. and Pelling, M. Legislation for mainstreaming disaster risk reduction. Teddington, UK: Tearfund, 2006. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy 
IDB. Draft Disaster Risk Management Policy. Washington, DC: Inter-American Development Bank, 2006. Dapat diakses di: http:// www.iadb.org/sds/doc/ENV-DraftDRMPolicy-E.pdf 
La Trobe, S. and Davis, I. Mainstreaming disaster risk reduction: a tool for development organisations. Teddington, UK: Tearfund, 2005. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy 
Kratt, P. Reducing the risk of disasters: Sida’s effort to reduce poor people’s vulnerability to hazards. Report number SIDA22204en. Stockholm: Swedish International Development Cooperation Agency (Sida), 2005. Dapat diakses di: http://www.sida.se/shared/ jsp/download.jsp?f=SIDA22204en_web.pdf&a=17204 
OECD. Putting Climate Change Adaptation in the Development Mainstream. Policy Brief. Paris: Organisation for Economic Co- operation and Development, 2006. Dapat diakses di: http://www.oecd.org/dataoecd/57/55/36324726.pdf 
UNDP and UN/ISDR. Integrating Disaster Risk Reduction into CCA and UNDAF: Guidelines for Integrating Disaster Risk Reduction into CCA/UNDAF. Geneva: United Nations Development Programme and United Nations International Strategy for Disaster Reduction Secretariat, 2006. Dapat diakses di: http://www.unisdr.org/eng/risk-reduction/sustainable-development/cca-undaf/ cca-undaf.htm#2-3 
UN/ISDR. Hyogo Framework for Action 2005–2015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters. World Conference on Disaster Reduction, 18–22 January 2005, Kobe, Hyogo, Japan. Geneva: United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2005. Dapat diakses di: http://www.unisdr.org/eng/hfa/hfa.htm 
World Bank. Hazards of Nature, Risks to Development – An IEG Evaluation of World Bank: Assistance for Natural Disasters. Washington, DC: World Bank, Independent Evaluation Group, 2006. Dapat diakses di: http://www.worldbank.org/ieg/naturaldisasters/report. html 
World Bank and UN/ISDR. Global Facility for Disaster Reduction and Recovery: A partnership for mainstreaming disaster mitigation in poverty reduction strategies. Washington, DC and Geneva: World Bank and United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2006. Dapat diakses di: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/ 0,,contentMDK:21021166~menuPK:2848225~pagePK:210058~piPK:210062~theSitePK:341015,00.html 
Catatan Panduan ini disusun oleh Charlotte Benson. Rangkaian catatan panduan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana dikembangkan oleh Charlotte Benson (Independen) dan John Twigg (Benfield Hazard Research Centre). Para pengarang menyampaikan terima kasih kepada Tim Penasihat Proyek atas nasihat dan dukungan mereka yang amat berharga dalam penyusunan rangkaian ini: Margaret Arnold (Bank Dunia), Steve Bender (Independen), Yuri Chakalall (CIDA), Olivia Coghlan (DFID), Seth Doe Vordzorgbe (Independen), Fenella Frost (UNDP), Niels Holm-Nielsen (Bank Dunia), Kari Keipi (IDB), Sarah La Trobe (Tearfund), Praveen Pardeshi (UN-ISDR), Cassandra Rogers (IDB), Michael Siebert (GTZ), Clairvair Squires (Carribean Development Bank), Jennifer Worrell (UNDP) dan Roger Yates (ActionAid). Terima kasih secara khusus disampaikan kepada para anggota dan mantan anggota Sekretariat Konsorsium ProVention: David Peppiatt (mantan Kepala, sekarang bekerja di Palang Merah Inggris), Bruno Haghebaert, Ian O’Donnell, Maya Schaerer dan Marianne Gemin. Terima kasih juga dihaturkan atas dukungan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA). Para pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan Sekretariat ProVention, Tim Penasihat proyek, para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek. Versi lengkap rangkaian catatan panduan ini berikut studi pencakupan yang dilaksanakan oleh Charlotte Benson dan John Twigg, Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation, dapat diakses di http://www. proventionconsortium.org/mainstreaming_tools
Catatan Panduan 2 
23 
Catatan Panduan 2 
PERANGKAT UNTUK MENGARUSUTAMAKAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 
Mengumpulkan dan Menggunakan Informasi tentang Bahaya-Bahaya Alam 
Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana adalah rangkaian 14 catatan panduan yang disusun bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyempurnakan alat-alat penyusunan program, penilaian dan evaluasi proyek mereka dalam rangka mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Perangkat ini juga berguna bagi para pemangku kepentingan yang bekerja dalam program-program penyesuaian terhadap perubahan iklim. 
Pengumpulan dan pemanfaatan informasi tentang bahaya merupakan bagian dari banyak alat perencanaan proyek dan program. Catatan panduan ini menguraikan proses-proses dasar untuk memperoleh dan menggunakan informasi semacam itu. Catatan ini mencakup unsur-unsur penting dari informasi tentang bahaya-bahaya alam, letaknya dalam perencanaan/siklus manajemen proyek, alat-alat untuk mengumpulkan informasi, pihak-pihak yang menyediakan informasi dan isu-isu yang perlu dipertimbangkan dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Catatan ini hanya akan menjadi semacam pengantar karena beragamnya bencana alam dan jenis-jenis metode pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masing-masing bencana alam ini, (lihat Bacaan lebih lanjut). 
1. Pengantar 
Berbagai bahaya alam mengancam kehidupan dan pembangunan (lihat Tabel 1). Dengan memahami dan mengantisipasi kejadian-kejadian bahaya di masa mendatang, masyarakat, pemerintah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dapat mengurangi risiko bencana. Kegagalan dalam memahami dan mengantisipasi bahaya dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi program-program dan proyek- proyek pembangunan (lihat Kotak 1). Namun, para perencana pembangunan seringkali tidak mempertimbangkan bahaya alam dengan memadai, dan manajemen risiko bencana seringkali dilaksanakan secara terpisah dari kegiatan pembangunan. Bahkan jika pun aspek bahaya menjadi sesuatu yang diperhitungkan, pengkajian tentang bahaya yang sungguh-sungguh sering dianggap terlalu memakan biaya dan menghabiskan waktu. 
Para perencana dan pengelola program dan proyek harus memahami sifat, lokasi, frekuensi dan besarnya bahaya serta dampak potensial bahaya pada harta benda dan jiwa manusia. Mereka harus memahami bahaya mana saja yang dapat menimbulkan risiko di wilayah kerja mereka dan sifat utama dari bahaya-bahaya tersebut. Para perencana dan penngelola program tidak perlu menjadi ahli dalam bidang bahaya, walau mungkin suatu ketika akan perlu bekerja sama dengan para ahli dalam bidang ini dan, oleh karenanya, harus mengetahui bagaimana mengidentifikasi dan berhubungan dengan para ahli dalam bidang ini. 
Tabel 1 Jenis-jenis bahaya alam 
Jenis 
Uraian 
Contoh 
Hidro-meteorologis 
Proses-proses alam atau gejala-gejala yang berkaitan dengan atmosfer, air, laut atau cuaca 
 Banjir, aliran debu dan lumpur 
 Topan tropis, badai, angin, hujan dan bentuk-bentuk badai yang besar, badai salju, petir 
 Kekeringan, meluasnya gurun, kebakaran hutan, suhu udara yang ekstrem, badai pasir atau debu 
 Guguran salju
KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana 
24 
Geologis 
Proses-proses atau gejala-gejala bumi yang alamiah 
 Gempa bumi, tsunami 
 Kegiatan dan letusan gunungapi 
 Pergerakan tanah, tanah longsor, batuan longsor, liquefaksi, pergeseran bawah laut 
 Runtuhnya permukaan tanah, kegiatan patahan geologis 
Biologis 
Proses-proses yang dipicu oleh organisme atau yang dibawa oleh vektor-vektor biologis, termasuk keterpaparan pada kuman yang membawa penyakit, racun dan bahan-bahan bioaktif 
 Merebaknya wabah penyakit, penularan atau hama meluas yang disebabkan oleh tumbuhan atau hewan 
Sumber: Dimodifikasi dari UN-ISDR (2004), hal. 39. 
Kotak 1 Beberapa dampak penggunaan dan pengabaian informasi tentang bahaya dalam perencanaan pembangunan 
Sebuah penelitian pada tahun 2003 mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi erosi pantai sepanjang 60 kilometer garis pantai La Union di Filipina. Data yang ekstensif dikumpulkan tentang pengaruh gelombang dan angin (termasuk topan), kemiringan lereng, gempa bumi dan penurunan permukaan tanah terkait, lapisan bawah pantai, ada dan tidak adanya penyangga alam seperti hutan bakau dan terumbu karang, pergeseran posisi muara sungai, penambangan dan penggunaan lahan untuk keperluan lain, serta struktur perlindungan pantai. Sebagai tindak lanjut dari temuan-temuan penelitian ini, pemerintah memutuskan untuk merelokasi permukiman dan sekolah-sekolah, merancang ulang struktur pantai dan merehabilitasi hutan bakau. 
Pada tahun 1987 sebuah laporan yang disusun untuk pemerintah Montserrat di pulau Karibia mengingatkan akan risiko-risiko yang ditimbulkan gunungapi Soufrière Hills terhadap ibukota, Plymouth, dan banyak fasilitas lain yang terletak di bagian selatan pulau. Laporan tersebut diabaikan dan pembangunan dilanjutkan, walaupun luasnya kehancuran bangunan-bangunan akibat Badai Hugo pada tahun 1989 memberikan kesempatan untuk mengadakan perubahan. Serangkaian letusan yang dimulai pada tahun 1995 menimpa wilayah-wilayah di bagian selatan pulau. Sebagian besar wilayah ibukota hancur dan banyak fasilitas lain, termasuk bandar udara, tidak dapat digunakan lagi. Tiga perempat dari penduduk yang tersisa, dan sebagian besar fasilitas penting, harus direlokasi secara permanen. Lebih dari 60 persen wilayah daratan dari pulau tersebut sekarang secara resmi ditetapkan sebagai daerah yang tidak aman untuk tempat tinggal atau kegiatan manusia. 
Sumber: Berdin, R. et al. ‘Coastal erosion vulnerability mapping along the Southern coast of La Union, Philippines’. Dalam Konsorsium ProVention, Applied Research Grants for Disaster Risk Reduction: Global Symposium for Hazard Risk Reduction, July 26-28 2004. Geneva: ProVention Consortium, 2004, hal 51–68. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/themes/default/ pdfs/AG/berdin.pdf; Siringan, F.P. et al. ‘A challenge for coastal management: large and rapid shoreline movements in the Philippines’. Dalam UN-ISDR, Know Risk. Jenewa: United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2005, hal. 218–219; Clay, E. et al. An Evaluation of HMG’s Response to the Montserrat Volcanic Emergency. 2 vols. London: Department of International Development (UK), 1999.
Catatan Panduan 2 
25 
2. Informasi tentang bahaya alam: unsur-unsur penting 
Informasi tentang bahaya alam membantu para perencana proyek untuk: 
 mengenali dan memahami bahaya-bahaya alam di daerah sasaran proyek; 
 mengidentifikasi kesenjangan dalam hal pengetahuan; 
 mengidentifikasi risiko-risiko bahaya-bahaya alam yang dihadapi proyek saat ini dan di masa yang akan datang; dan 
 mengambil keputusan-keputusan dalam hal bagaimana menangani risiko-risiko tersebut. 
Informasi berikut ini tentang ciri-ciri utama bahaya-bahaya alam diperlukan untuk mengidentifikasi bahaya di masa lampau dan sekarang, dan potensi bahaya di masa mendatang serta dampak-dampak yang dapat ditimbulkan: 
 Tempat dan tingkat cakupan bahaya. Apakah daerah sasaran program atau proyek terkena dampak satu bahaya alam atau lebih, apa jenis bahaya alam tersebut, dan di mana? 
 Frekuensi dan tingkat kemungkinan terjadinya bahaya. Seberapa sering bahaya dapat terjadi (baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang)? 
 Kekuatan/tingkat keparahan. Seberapa besar kejadian bahaya dapat muncul (misalnya tingkat banjir; kecepatan angin dan volume/curah hujan selama badai; tingkat besarnya dan kekuatan gempa bumi)? 
 Lama waktu. Berapa lama kejadian bahaya akan berlangsung (dari hanya beberapa detik atau menit dalam hal gempa bumi sampai beberapa bulan atau bahkan tahun dalam hal kekeringan)? 
 Kemungkinan untuk dapat diramalkan sebelumnya. Seberapa dapat diandalkan perkiraan kita akan kapan dan di mana kejadian bahaya akan berlangsung? 
Informasi tentang kecepatan mulainya sebuah kejadian bahaya sangat penting untuk kesiapsiagaan terhadap bencana dan sistem peringatan dini, dan juga dapat bermanfaat untuk keperluan perencanaan (misalnya saja dalam merencanakan rute-rute evakuasi yang aman). 
Para perencana proyek juga harus sadar akan: 
 bahaya-bahaya sekunder yang dapat ditimbulkan oleh sebuah kejadian bahaya (misalnya, tanah longsor yang dipicu oleh gempa bumi atau hujan deras; kebakaran gedung-gedung yang diakibatkan oleh gempa bumi; bobolnya waduk karena banjir); 
 bahaya di luar daerah sasaran proyek yang dapat berpengaruh pada proyek (contohnya bahaya yang menyebabkan matinya listrik atau macetnya pasokan bahan baku, masyarakat yang terpaksa mengungsi); dan 
 bagaimana kejadian bahaya terjadi, termasuk tidak hanya proses-proses fisik alam, tetapi juga dampak kegiatan- kegiatan manusia yang menimbulkan atau memperburuk bahaya (penggundulan hutan, misalnya, menimbulkan ketidakstabilan lereng dan selanjutnya dapat menyebabkan tanah longsor). 
Dampak potensial proyek sendiri pada bahaya yang ada atau bahaya yang mungkin timbul biasanya ditangani melalui pengkajian dampak lingkungan dan dampak sosial (lihat Catatan Panduan 7 dan 11), tetapi hal ini merupakan suatu isu penting yang harus dikaji dalam perencanaan proyek, dengan memasukkan langkah-langkah mitigasi yang sesuai ke dalam rancangan proyek. 
Bahaya adalah gejala yang tidak statis dan keterpaparan terhadap risiko bahaya akan berubah seiring dengan waktu. Oleh karena itu, kita harus memahami perubahan-perubahan risiko bahaya di masa yang akan datang dalam kurun waktu tertentu, sehingga pengkajian tentang bahaya lebih bersifat “kemungkinan” daripada pengkajian tentang bahaya “normatif” yang didasarkan pada kondisi-kondisi saat ini. Hal ini terutama berlaku pada perubahan iklim, yang dapat menimbulkan akibat yang besar pada pola-pola dan kecenderungan bahaya dan bencana-bencana alam. Patut diperhatikan juga bahwa bahaya dapat membawa akibat yang positif maupun negatif (banjir, misalkan saja, dapat meninggalkan endapan lumpur yang subur). 
Informasi tentang bahaya harus dimanfaatkan untuk mendukung pengambilan keputusan tentang bagaimana proyek akan mengelola bahaya yang telah teridentifikasi. Jika ancaman dianggap tidak berarti, rancangan proyek tidak perlu diubah. Bila ancaman tersebut tergolong parah, para perencana dapat saja memutuskan untuk tidak melanjutkan di tempat itu. Di antara kedua keputusan ini, para perencana dapat mempersiapkan berbagai jenis langkah mitigasi fisik maupun nonfisik untuk melindungi proyek atau program dan kelompok-kelompok sasarannya.
K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 26a n g a n R i s i k o B e n c a n a 
Proses penilaian (atau persiapan) proyek mencakup pengkajian atas sejumlah faktor (lingkungan, sosial, ekonomi, dsb.) dan bahaya. Proyek dapat saja memiliki beberapa tujuan yang saling bersaing yang harus diseimbangkan. Oleh karenanya, untuk setiap kasus para perencana harus menyepakati dengan jelas dan terbuka seberapa besar bobot yang akan diberikan pada bahaya tertentu dalam rancangan yang ditetapkan. 
3. Penggunaan informasi tentang bahaya dalam siklus proyek 
Pengumpulan dan analisis data tentang bahaya harus dimulai sedini mungkin dalam tahapan siklus proyek dan dilanjutkan pada proses perencanaan, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lambat laun akan semakin terinci (untuk informasi lebih lanjut tentang siklus proyek, lihat Catatan Panduan 5). 
Bahaya yang signifikan harus dikenali seawal mungkin dalam siklus, selama tahap identifikasi proyek. Jika ada bahaya bermakna yang dapat teridentifikasi, kita membutuhkan pengumpulan dan analisis informasi lebih lanjut. 
Dalam tahap-tahap identifikasi dan penilaian proyek, pengumpulan dan interpretasi informasi tentang bahaya biasanya menjadi bagian dari (atau dimasukkan ke dalam) kegiatan-kegiatan penilaian proyek mendasar lainnya, terutama analisis risiko, pengkajian kerentanan dan pengkajian lingkungan (lihat Catatan Panduan 6, 7 dan 9). Pengumpulan dan interpretasi informasi tentang bahaya dapat juga dipadukan ke dalam berbagai metode pengkajian sosial dan ekonomi (lihat Catatan Panduan 8, 10 dan 11) dan ke dalam keputusan-keputusan tentang rancangan konstruksi serta pemilihan lokasi (lihat Catatan Panduan 12). Penting untuk dijaga agar informasi dan pengkajian tentang bahaya tidak berdiri sendiri, tetapi dipadukan sepenuhnya ke dalam perangkat perencanaan lainnya ini. 
Jumlah informasi yang dibutuhkan dan bentuknya (termasuk tingkat ketepatan, kecepatan pengumpulan data dan lingkupnya) akan berbeda sesuai sifat bahaya dan jenis proyek, serta sesuai dengan tahap perencanaan dan jenis instrumen pengkajian yang digunakan (lihat Bagian 4). 
Tabel 2 menyajikan sebuah model untuk memadukan pertanyaan-pertanyaan dan keputusan-keputusan berkaitan dengan bahaya ke dalam siklus proyek (patut diperhatikan bahwa pemantauan bahaya dan pemutakhiran informasi terus dilanjutkan setelah pelaksanaan proyek dimulai). 
Sehubungan dengan proyek-proyek yang berdiri sendiri, tidak hanya kejadian bahaya berskala besar (misalnya gempa bumi besar) yang dapat mempengaruhi proyek secara bermakna. Bahaya berskala kecil dan terjadi di lokasi yang terbatas (seperti banjir dan tanah longsor) dapat juga menjadi penting untuk diperhatikan apabila terjadi berulang-ulang dan meluas di daerah sasaran proyek.
Penyusunan 
Program 
Penilaian/ persiapan/ penyusunan 
Pelaksanaan 
Evaluasi 
Identifikasi 
Menyusun panduan dan prinsip- prinsip umum; menyetujui fokus sektoral dan tematik; menyusun garis besar gagasan- gagasan umum 
Panduan dan prinsip-prinsip untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi tentang bahaya alam dan merancang pendekatan untuk mendapatkan serta mengguna- kannya 
Panduan bagi tim perencana dalam hal pendekatan untuk mendapatkan serta menggunakan informasi tentang bahaya-bahaya alam 
 Melakukan analisis pemangku kepentingan 
 Mengidentifikasi dan menyaring gagasan-gagasan untuk proyek 
 Memutuskan pilihan mana yang akan dikembangkan lebih lanjut 
 Mengidentifikasi daerah-daerah sasaran dan karakteristik lingkungan daerah-daerah tersebut 
 Mengumpulkan informasi dasar termasuk data-data bahaya alam 
 Menentukan tingkat bahaya alam di daerah dan yang mempengaruhi daerah-daerah sasaran proyek 
 Kesadaran akan bahaya-bahaya alam yang signifikan di daerah sasaran proyek 
 Pemahaman akan kesenjangan dan kebutuhan informasi 
 Ketentuan dibuat untuk mendapatkan informasi semacam itu 
 Mempelajari seluruh aspek signifikan dari gagasan 
 Mengembangkan kerangka logis atau kerangka perencanaan berbasis hasil 
 Menyusun kegiatan dan jadwal pelaksanaan 
 Menghitung masukan yang dibutuhkan 
 Memutuskan untuk melanjutkan proyek atau tidak 
 Informasi terinci tentang bahaya, kerentanan dan risiko 
 Persiapan penilaian bahaya, kerentanan dan risiko 
 Produksi peta-peta bahaya dan penggunaan lahan 
 Pengkajian tingkat kemungkinan proyek berjalan secara teknis, sosial dan ekonomi 
 Pengetahuan akan lokasi, tingkat keganasan, tingkat kemungkinan terjadi dan sifat-sifat pokok lain dari bahaya-bahaya alam dalam satu periode waktu tertentu di daerah sasaran proyek 
 Identifikasi lokasi-lokasi yang rawan: permukiman, fasilitas produksi, fasilitas-fasilitas penting 
 Identifikasi isu-isu dan hambatan yang berkaitan dengan bahaya- bahaya utama yang dapat mempengaruhi proyek 
 Penentuan kerusakan yang dapat timbul pada manusia, harta milik/sarana, kegiatan-kegiatan ekonomi dan gangguan pada rencana-rencana implementasi 
 Pemilihan pilihan-pilihan yang terbaik bagi proyek 
 Pengembangan strategi-strategi mitigasi 
 Pelaksanaan kegiatan- kegiatan proyek pembangunan yang direncanakan 
 Pemantauan rutin atas dampak bahaya-bahaya alam pada proyek dan penerima manfaat proyek 
 Pengadopsian langkah-langkah mitigasi risiko dan pengurangan kerentanan (termasuk kesiapsiagaan dan rencana tanggap darurat) 
 Modifikasi rancangan dan rencana-rencana pelaksanaan proyek jika dibutuhkan 
 Penilaian pencapaian- pencapaian dan dampak 
 Mengkaji asumsi-asumsi perencanaan yang berkaitan dengan dampak bahaya-bahaya alam yang mungkin menimpa proyek 
 Keputusan untuk melanjutkan, mengubah atau menghentikan proyek 
 Kesimpulan-kesimpulan turut dipertimbangkan dalam 
aluasi 
Tahap siklus 
proyek 
Diadaptasi dan dikembangkan dari: OAS (1991), hal. 1/17–1/22. 
C a t a t a n P a n d u a n 2 27 
Tabel 2 Pemaduan informasi tentang bahaya ke dalam siklus proyek
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa
7511 toolsformainstreaming drr_bahasa

More Related Content

Similar to 7511 toolsformainstreaming drr_bahasa

Rencana kontinjensi
Rencana kontinjensiRencana kontinjensi
Rencana kontinjensi
Joni Iswanto
 
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko BencanaRencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana
Pekerja Sosial Masyarakat
 
Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...
Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...
Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...
AnugrohoAdiWibowo
 

Similar to 7511 toolsformainstreaming drr_bahasa (20)

PERAN PERAWAT DALAM.pptx
PERAN PERAWAT DALAM.pptxPERAN PERAWAT DALAM.pptx
PERAN PERAWAT DALAM.pptx
 
Modul 1 Mengenali Risiko COVID-19
Modul 1 Mengenali Risiko COVID-19Modul 1 Mengenali Risiko COVID-19
Modul 1 Mengenali Risiko COVID-19
 
Disaster risk reduction
Disaster risk reductionDisaster risk reduction
Disaster risk reduction
 
Rencana kontinjensi
Rencana kontinjensiRencana kontinjensi
Rencana kontinjensi
 
Peran Psikologi Forensik dalam Manajemen Risiko Kebencanaan
Peran Psikologi Forensik dalam Manajemen Risiko KebencanaanPeran Psikologi Forensik dalam Manajemen Risiko Kebencanaan
Peran Psikologi Forensik dalam Manajemen Risiko Kebencanaan
 
RENKON.ppt
RENKON.pptRENKON.ppt
RENKON.ppt
 
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko BencanaRencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Resiko Bencana
 
2 Presentasi materi desa tangguh bencana.pptx
2 Presentasi materi desa tangguh bencana.pptx2 Presentasi materi desa tangguh bencana.pptx
2 Presentasi materi desa tangguh bencana.pptx
 
Buku Panduan Latihan Kesiapsiagaan Bencana : Membangun Kesadaran, Kewaspadaan...
Buku Panduan Latihan Kesiapsiagaan Bencana : Membangun Kesadaran, Kewaspadaan...Buku Panduan Latihan Kesiapsiagaan Bencana : Membangun Kesadaran, Kewaspadaan...
Buku Panduan Latihan Kesiapsiagaan Bencana : Membangun Kesadaran, Kewaspadaan...
 
010513 crisis preparedness planning
010513 crisis preparedness planning010513 crisis preparedness planning
010513 crisis preparedness planning
 
Bahan ajar keperawatan bencana
Bahan ajar keperawatan bencanaBahan ajar keperawatan bencana
Bahan ajar keperawatan bencana
 
Presentation resiliensi keluarga karitas indonesia
Presentation resiliensi keluarga karitas indonesiaPresentation resiliensi keluarga karitas indonesia
Presentation resiliensi keluarga karitas indonesia
 
Draf-Strategi-dan-langkah-integrasi-PRB-dalam-Perencanaan-dan-Penanggaran1.pptx
Draf-Strategi-dan-langkah-integrasi-PRB-dalam-Perencanaan-dan-Penanggaran1.pptxDraf-Strategi-dan-langkah-integrasi-PRB-dalam-Perencanaan-dan-Penanggaran1.pptx
Draf-Strategi-dan-langkah-integrasi-PRB-dalam-Perencanaan-dan-Penanggaran1.pptx
 
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
Makalah Mitigasi Bencana Pesisir - Potensi Bencana Pesisir dan Upaya Mitigasi...
 
PPT RESILIENT CITY.pptx
PPT RESILIENT CITY.pptxPPT RESILIENT CITY.pptx
PPT RESILIENT CITY.pptx
 
Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...
Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...
Gaya Hidup_Fase D Kelas 7 Dampak Pembangunan Terhadap Masyarakat Sungai Kunyi...
 
Esd
EsdEsd
Esd
 
Pendekatan Global Terkait PRB.pptx
Pendekatan Global Terkait PRB.pptxPendekatan Global Terkait PRB.pptx
Pendekatan Global Terkait PRB.pptx
 
Manajemen risiko 2
Manajemen risiko  2Manajemen risiko  2
Manajemen risiko 2
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
 

Recently uploaded

evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
Di Prihantony
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
citraislamiah02
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
hartonohajar
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
iman333159
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
NezaPurna
 

Recently uploaded (13)

Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 

7511 toolsformainstreaming drr_bahasa

  • 1. Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana: Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan Charlotte Benson dan John Twigg dengan Tiziana Rossetto SEPTEMBER 2007
  • 2. Edisi Bahasa Inggris Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organisations Diterbitkan oleh: ProVention Consortium Secretariat PO Box 372 CH – 1211 Geneva 19 Switzerland E-mail: provention@ifrc.org Website: www.proventionconsortium.org Copyright © 2007 by the International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies / the ProVention Consortium. Segala bagian dari buku ini dapat dikutip, digandakan, diterjemahkan ke dalam bahasa lain atau diadaptasi untuk kebutuhan setempat tanpa izin sebelumnya dari Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention, asalkan buku ini disebutkan sebagai sumbernya. Meskipun kami mendorong penggandaan dan penerjemahan buku ini, baik Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional maupun Konsorsium ProVention tidak bertanggung jawab terhadap segala ketidaktepatan atau kesalahan dalam penerjemahan. Temuan-temuan, penafsiran dan kesimpulan yang terkandung di dalam laporan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pengarang dan tidak dengan sendirinya mewakili pandangan-pandangan Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional atau Konsorsium ProVention. Edisi Bahasa Indonesia Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana: Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan Tim Penerjemah CIRCLE Indonesia Koordinator Proyek dan Editor Kepala: Theresia Wuryantari Penerjemah: Laurentia Sumarni, Valentinus Irawan Editor Ahli: Banu Subagyo, Eko Teguh Paripurno, Retno Winahyu Satyarini Editor Bahasa: Zaki Habibi Hak Cipta © 2007 Edisi Bahasa Indonesia dipegang oleh Hivos Kantor Regional Asia Tenggara dan CIRCLE Indonesia. Dicetak oleh Jaran Productions, Jl. Jembatan Merah No. 84 B, Prayan Kulon, Yogyakarta, 55283, Indonesia
  • 3. Pendahuluan Pendahuluan Proses pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi kerentanan terhadap bahaya alam. Sebaliknya, tanpa disadari pembangunan dapat menciptakan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, menghambat upaya untuk memerangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan, seringkali dengan akibat-akibat yang tragis. Oleh karena itu, kita perlu aktif dan sungguh-sungguh mencari pemecahan yang sama- sama menguntungkan, yakni melaksanakan pembangunan berkelanjutan, mengurangi kemiskinan dan pada saat yang sama meningkatkan ketangguhan terhadap bahaya, terutama karena perubahan iklim cenderung meningkatkan kejadian kekeringan dan banjir serta intensitas badai. Pemecahan terbaik biasanya dapat ditemukan dengan memadukan strategi dan langkah-langkah pengurangan risiko bencana ke dalam keseluruhan kerangka pembangunan, dengan memandang pengurangan risiko bencana sebagai bagian terpadu dari proses pembangunan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri. Sejak akhir tahun 1990-an, dunia kian mengakui perlunya “mengarusutamakan” pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan – yakni, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan risiko-risiko bahaya alam dalam menyusun kerangka strategis dan struktur kelembagaan jangka menengah, strategi dan kebijakan negara dan sektoral serta dalam perancangan proyek di negara-negara yang rawan bahaya. Sejumlah lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan telah memulai upaya untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kerja mereka dengan melakukan berbagai perubahan kelembagaan, kebijakan dan prosedur terkait serta menyesuaikan praktik-praktik operasional mereka. Proyek penyusunan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana ProVention mendukung proses ini, dengan menyajikan rangkaian 14 catatan panduan bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk mengadaptasi instrumen-instrumen penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi yang ada untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Panduan-panduan ini sengaja dibuat dalam bentuk catatan-catatan pendek dan praktis untuk melengkapi panduan-panduan penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi yang lebih umum yang telah ada. Buku ini menguraikan subyek-subyek berikut: (1) Pengantar buku panduan; (2) Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam; (3) Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan; (4) Penyusunan program di tingkat negara; (5) Manajemen siklus proyek; (6) Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil; (7) Pengkajian lingkungan; (8) Analisis ekonomi; (9) Analisis kerentanan dan kapasitas; (10) Pendekatan penghidupan berkelanjutan; (11) Pengkajian dampak sosial; (12) Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi; (13) Evaluasi program-program pengurangan risiko bencana; dan (14) Dukungan anggaran. Buku ini berisi seluruh rangkaian catatan panduan. Versi on-line dari buku ini dalam bahasa Inggris dapat diunduh dari http://www.proventionconsortium.org/mainstreaming_tools Proyek ProVention juga tengah mengembangkan Disaster Risk Reduction Monitoring and Evaluation Sourcebook berbasis web. Buku sumber ini akan selesai dan tersedia tahun 2007 ini juga di http://www.proventionconsortium. org/M&E_sourcebook.
  • 4. KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana Ucapan Terima Kasih Para pengarang menyampaikan terima kasih kepada Tim Penasihat proyek atas nasihat dan dukungan mereka yang amat berharga dalam penyusunan rangkaian catatan panduan ini: Margaret Arnold (Bank Dunia), Steve Bender (Independen), Yuri Chakalall (CIDA), Olivia Coghlan (DFID), Seth Doe Vordzorgbe (Independen), Fenella Frost dari Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP), Niels Holm-Nielsen (Bank Dunia), Kari Keipi dari Bank Pembangunan antar Amerika (Inter-American Development Bank/IDB), Sarah La Trobe (Tearfund), Praveen Pardeshi dari Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana (United Nations International Strategy for Disaster Reduction/UN-ISDR), Cassandra Rogers (IDB), Michael Siebert (Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit - GTZ, Jerman), Clairvair Squires (Carribean Development Bank), Jennifer Worrell (UNDP) dan Roger Yates (ActionAid). Ucapan terima kasih secara khusus juga kami haturkan kepada para anggota maupun mantan anggota Sekretariat Konsorsium ProVention atas dukungan dan dorongan mereka: David Peppiatt (mantan Pimpinan, sekarang bekerja pada Palang Merah Inggris), Bruno Haghebaert, Ian O’Donnell, Maya Schaerer dan Marianne Gemin. Keahlian dan nasihat dari sejumlah penilai eksternal dalam mendukung penulisan masing-masing catatan panduan juga merupakan sesuatu yang sangat berharga dan untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya. Para penilai disebutkan secara orang perorangan di akhir catatan(-catatan) panduan terkait. Tiziana Rossetto (Dosen dalam Bidang Teknik Kegempaan, University College London) telah menyumbang tulisan untuk Catatan Panduan 12 (Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi). Sue Pfiffner telah mengedit catatan-catatan panduan dan Pascal Vittoz merancang tata letak, keduanya dengan perhatian sempurna pada hal-hal terinci. Divisi Konflik, Kemanusiaan dan Keamanan (Conflict, Humanitarian and Security Department/CHASE) dari Departemen Pembangunan Internasional Inggris (United Kingdom’s Department for International Development/DFID), Badan Pembangunan Internasional Kanada (Canadian International Development Agency/CIDA), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (Swedish International Development Cooperatioan Agency/SIDA) telah memberikan dukungan pendanaan untuk mengembangkan rangkaian catatan panduan ini. Para pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan Sekretariat ProVention, Tim Penasihat proyek, para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek. Semua kesalahan dan kekurangan juga menjadi tanggung jawab sepenuhnya para pengarang . Charlotte Benson dan John Twigg Januari 2007 cbenson321@aol.com j.twigg@ucl.ac.uk
  • 5. K a t a P e n g a n t a r H i v o s Kata Pengantar Hivos Hivos adalah sebuah lembaga nonpemerintah Belanda yang terinspirasi oleh nilai-nilai kemanusian. Bersama dengan organisasi lokal di negara berkembang, Hivos berkontribusi pada terwujudnya dunia yang bebas, adil dan berkelanjutan. Dunia tempat perempuan dan laki-laki memiliki akses yang setara pada berbagai peluang dan sumber daya yang akan menentukan masa depan mereka. Hivos tidak memiliki mandat khusus dalam pengurangan risiko dan penanggulangan bencana. Akan tetapi, dari pengalaman penanganan bencana di Amerika Tenggah, Asia Selatan maupun di Indonesia Hivos menyadari akan pentingnya kapasitas tanggap bencana yang memadai sebagai prasyarat kesuksesan Hivos dalam melaksanakan program mitranya dengan berkelanjutan, akuntabel dan bermutu serta dapat benar-benar menjangkau para penerima manfaat. Mengingat banyak mitra Hivos di Indonesia bekerja di wilayah-wilayah yang rawan bencana, Hivos semakin merasa perlu untuk ikut ambil bagian dalam upaya-upaya pengurangan risiko dan penanggulangan bencana di Indonesia. Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kapasitas organisasi pembangunan dan masyarakat Indonesia dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana, maka Hivos berinisiatif menerjemahkan dokumen berjudul Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organisations ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan dokumen tersebut dilandasi tujuan agar masyarakat Indonesia dan khususnya organisasi pembangunan dapat secara utuh memahami langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko bencana. Lebih jauh lagi, Hivos berharap terbitan ini dapat mendorong upaya untuk membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi risiko bencana melalui pelatihan, perencanaan dan pengorganisasian. Hivos mengucapkan terima kasih kepada International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies dan ProVention Consortium yang telah mengijinkan kami untuk menerjemahkan dokumen sumber milik mereka yang sangat praktis ini dan juga kepada CIRCLE Indonesia yang telah membuat publikasi ini menjadi kenyataan. Ben Witjes Direktur Hivos Kantor Regional Asia Tenggara
  • 6. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r a n g a n R i s i k o B e n c a n a Kata Pengantar CIRCLE Indonesia Langkah Kecil untuk Turut Mewujudkan Gagasan Besar: Membangun Masyarakat yang Tangguh terhadap Bencana Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, gempa bumi di Nias, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, serta banjir di Jakarta maupun di beberapa kawasan di pulau Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan serta letusan gunung berapi dan kekeringan di kawasan yang sama merupakan daftar panjang yang menyadarkan kita bahwa tanah air Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap risiko bencana. Akan tetapi, pengalaman kerja koperasi CIRCLE Indonesia selama setahun ini di wilayah-wilayah yang terkena dampak bencana seperti Aceh, Nias dan Sumatera Utara pascatsunami serta DIY dan Jawa Tengah pascagempa menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana masih relatif terbatas. Namun demikian, perlu dicatat bahwa berbagai bencana yang terjadi selama beberapa tahun terakhir ini telah membuat Indonesia menjadi negara yang cukup progresif di dalam penanggulangan bencana ke depan. Hal ini ditandai dengan terbitnya Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana pada bulan Januari 2007 dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada bulan April 2007. Terbitnya UU No. 24/2007 tersebut menandai babak baru dalam perubahan cara pandang dan pengelolaan penanggulangan bencana, yakni dari ”reaktif jika terjadi bencana menjadi aktif, siaga dan tanggap terhadap risiko bencana”, sehingga sebagai konsekuensinya upaya penanggulangan bencana merupakan bagian dari kerja-kerja pembangunan. Oleh karena itu, sama halnya dengan pembangunan, upaya-upaya untuk penanggulangan bencana, termasuk di dalamnya upaya pengurangan risiko bencana harus dilakukan secara komprehensif dan sistematis. Meski begitu, karena hal ini masih relatif baru, kapasitas untuk penanggulangan bencana yang sistematis masih sangat minim. Pun harus diakui bahwa saat ini pustaka penanggulangan bencana masih terbatas, khususnya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, koperasi CIRCLE Indonesia memberanikan diri menerima kesempatan dan dukungan yang diberikan oleh HIVOS untuk menerjemahkan buku yang berjudul Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organisations ke dalam bahasa Indonesia. Upaya ini sekaligus juga menandai pelaksanaan mandat dari koperasi CIRCLE Indonesia guna turut berkontribusi di dalam pemberdayaan masyarakat sipil, khususnya bagi mereka yang bekerja untuk pembangunan dan upaya-upaya penanggulangan bencana. Peran kecil di dalam penerjemahan dan penerbitan buku panduan ini diharapkan bisa memperluas akses organisasi lokal yang bergerak di bidang pembangunan, dan sekaligus menjadi dorongan bagi berbagai pihak dalam upaya- upaya mengembangkan kesadaran agar penanggulangan bencana tidak hanya berkembang pada tataran pola pikir dan kebijakan saja, tetapi akan diikuti dengan praktik-praktik nyata di lapangan oleh semua pihak. Kami dari CIRCLE Indonesia sungguh berharap bahwa penerjemahan buku ini memberikan manfaat bagi berkurangnya risiko bencana yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang selama ini hidup berdampingan bersama risiko itu. Buku ini dapat terbit dalam edisi bahasa Indonesia karena komitmen dan kerjasama yang baik dari banyak pihak. Untuk itu perkenankan dalam kesempatan ini kami sampaikan ungkapan terimakasih kami kepada komunitas- komunitas yang hidup di wilayah rawan bencana dan telah mengalami bencana, seperti di Aceh, Nias, Kebumen, Bantul, Sleman, Klaten, dan Nusa Tenggara Timur yang daya juangnya telah memberikan inspirasi dan dorongan untuk pemajuan penanggulangan bencana. Selanjutnya, terima kasih juga kami nyatakan kepada ProVention yang mengizinkan untuk menerjemahkan buku edisi bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, dan HIVOS yang telah memberikan dukungan pendanaan bagi seluruh proses penerjemahan dan penerbitannya.
  • 7. K a t a P e n g a n t a r C I R C L E I n d o n e s i a Secara khusus terima kasih kami ucapkan kepada Jonathan Lassa, Coordinator - Hivos Aceh Programme yang telah mendorong CIRCLE Indonesia untuk menerjemahkan buku ini; kepada Theresia Wuryantari untuk mengkoordinasikan seluruh proses penerjemahan dan penerbitan buku ini, juga kepada ”Kang ET” Eko Teguh Paripurno, Mas Banu Subagyo, Mbak Laurentia Sumarni, ”Pak Lik” Valentinus Irawan serta Zaki Habibi yang menerjemahkan, mengedit dan menggarap penyuntingan akhir, serta kawan-kawan Jaran Productions yang menata letak dan mencetak buku ini hingga siap dibaca. Tanpa kesediaan kerjasama Anda semua, buku ini tentu tidak akan dapat terbit dan disebarluaskan. Bila ada kekurangan dalam penerbitan ini, dengan kerendahan hati kami akui sepenuhnya karena kelemahan kami. Yogyakarta, September 2007 Retno Winahyu Satyarini Ketua Pengurus Koperasi CIRCLE Indonesia
  • 8. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r a n g a n R i s i k o B e n c a n a Daftar Isi Pendahuluan 1 Ucapan Terima Kasih Pengarang 2 Kata Pengantar Hivos 3 Kata Pengantar CIRCLE Indonesia 4 Catatan Panduan 1: Pengantar buku panduan 1 Catatan Panduan 2: Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam 23 Catatan Panduan 3: Strategi penanggulangan kemiskinan 39 Catatan Panduan 4: Penyusunan program di tingkat negara 55 Catatan Panduan 5: Manajemen siklus proyek 71 Catatan Panduan 6: Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil 83 Catatan Panduan 7: Pengkajian lingkungan 97 Catatan Panduan 8: Analisis ekonomi 109 Catatan Panduan 9: Analisis kerentanan dan kapasitas 123 Catatan Panduan 10: Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan 139 Catatan Panduan 11: Pengkajian dampak sosial 151 Catatan Panduan 12: Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi 165 Catatan Panduan 13: Mengevaluasi program pengurangan risiko bencana 181 Catatan Panduan 14: Dukungan anggaran 199
  • 9. Catatan Panduan 1 Catatan Panduan 1 PERANGKAT UNTUK MENGARUSUTAMAKAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA Pengantar Buku Panduan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana adalah rangkaian 14 catatan panduan yang disusun bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyempurnakan alat-alat penyusunan program, penilaian dan evaluasi proyek mereka dalam rangka mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Perangkat ini juga berguna bagi para pemangku kepentingan yang bekerja dalam program-program penyesuaian terhadap perubahan iklim. Catatan pendahuluan berikut ini menguraikan dengan singkat landasan pemikiran yang mendasari penyusunan perangkat ini, memperkenalkan panduan dan menjabarkan faktor-faktor penting yang menentukan keberhasilan upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan dan program pembangunan. 1. Pentingnya pengarusutamaan risiko bencana Sejak akhir dekade 1990-an banyak kalangan kian menyadari perlunya “mengarusutamakan” pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan – yakni memasukkan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana alam ke dalam kerangka strategis jangka menengah dan struktur-struktur kelembagaan, ke dalam kebijakan dan strategi negara dan sektoral serta ke dalam perancangan proyek di negara-negara rawan bahaya.Upaya pengarusutamaan risiko bencana harus mencakup analisis bagaimana potensi bahaya dapat mempengaruhi kinerja kebijakan, program dan proyek, dan analisis bagaimana kebijakan, program dan proyek tersebut berdampak pada kerentanan terhadap bahaya alam. Analisis ini harus ditindaklanjuti dengan mengambil tindakan yang perlu untuk mengurangi kerentanan, dengan menempatkan pengurangan risiko sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri. Perubahan dari cara pandang lama yang telah mengakar bahwa bencana adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, tak terhindarkan dan harus ditangani oleh para ahli tanggap darurat, sedikit banyak mencerminkan meningkatnya pemahaman akan bencana sebagai masalah pembangunan yang masih harus diatasi. Program pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi kerentanan terhadap bahaya alam. Sebaliknya, program pembangunan tanpa disadari dapat melahirkan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, terkadang dengan konsekuensi yang tragis (Kotak 1). Peningkatan pemahaman ini berjalan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya penanggulangan kemiskinan. Telah lama diakui umum bahwa salah satu dimensi kemiskinan yang mendasar adalah keterpaparan terhadap risiko dan kemungkinan hilangnya pendapatan, termasuk yang diakibatkan oleh bahaya alam. Pemahaman akan hal ini telah mendorong adanya perhatian yang lebih besar pada analisis bentuk-bentuk dan penyebab mendasar kerentanan dan kegiatan-kegiatan terkait yang dapat memperkuat ketangguhan dalam menghadapi bahaya. Kotak 1 Mengabaikan bahaya dapat sangat merugikan  Di kota Hue, Vietnam, perluasan pembangunan infrastruktur termasuk jembatan, jalan kereta api dan jalan-jalan raya, telah menciptakan penghalang di tengah lembah di tempat kota tersebut berdiri. Akibatnya, air hujan yang berlebih tidak dapat mengalir dengan cepat dan menimbulkan banjir yang kian lama kian parah. Permasalahan yang sama juga dialami beberapa desa di Gujarat, India, setelah selesainya pembangunan sebuah jalan raya yang dibiayai donor.  Pada tahun 1989, setelah kehancuran hebat yang diakibatkan oleh Badai Hugo, dengan dana bantuan dibangun sebuah rumah sakit di kaki gunung berapi di Pulau Montserrat yang termasuk gugusan kepulauan I FRC, World Disasters Report: Focus on recovery. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2001.
  • 10. KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana Karibia. Pada pertengahan tahun 1995 rumah sakit tersebut hancur diterjang aliran lava setelah gunung berapi tersebut aktif kembali .  Setelah kehancuran yang ditimbulkan oleh tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004, beberapa perumahan di Aceh, Indonesia, dibangun di daerah rawan banjir, sehingga banyak keluarga yang menjadi rentan terhadap bahaya banjir di masa mendatang. Kian besarnya perhatian pada upaya pengarusutamaan risiko juga dipengaruhi oleh terus meningkatnya kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya kerentanan aset ekonomi dan sosial serta kesejahteraan dan penghidupan masyarakat terhadap bahaya alam. Antara tahun 1950 dan 1990-an, kerugian nyata yang diakibatkan oleh bencana secara global dilaporkan telah meningkat 15 kali lipat, sementara jumlah orang yang terkena dampak bencana naik drastis dari 1,6 milyar dalam kurun waktu antara 1984-1993 menjadi hampir 2,6 milyar orang dalam dasawarsa berikutnya. Selama tahun-tahun belakangan ini bencana-bencana besar terjadi susul-menyusul dan menimbulkan korban jiwa manusia dan kerugian ekonomi yang amat besar, termasuk tsunami Samudera Hindia pada tahun 2004 dan Badai Katrina serta Badai Rita di Amerika Serikat dan gempa bumi Asia Selatan yang berpusat di Kashmir pada tahun 2005. Walaupun kerugian ekonomi absolut yang terbesar terjadi di negara-negara maju, kerugian yang menimpa negara-negara berkembang relatif jauh lebih besar. Menurut Bank Dunia, kerugian akibat bencana yang diderita negara-negara berkembang, jika dihitung sebagai persentase dari produk domestik bruto, dapat mencapai 20 kali lebih besar daripada kerugian yang dialami oleh negara-negara industri, sementara lebih dari 95 persen kematian yang diakibatkan oleh bencana terjadi di negara berkembang. Kian lama kian disadari bahwa bencana memang merupakan ancaman yang serius bagi pembangunan berkelanjutan, upaya penanggulangan kemiskinan dan pencapaian sejumlah tujuan dari Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs). Oleh karenanya, perlu ditemukan penyelesaian yang sama-sama menguntungkan (win-win) untuk mempertahankan pembangunan berkelanjutan, menanggulangi kemiskinan dan memperkuat ketangguhan terhadap bahaya, terutama karena perubahan iklim tampaknya akan semakin meningkatkan kejadian kemarau panjang, banjir dan badai yang besar. Cara terbaik untuk mendapatkan penyelesaian semacam ini adalah dengan memadukan strategi dan program-program pengurangan risiko bencana ke dalam keseluruhan kerangka pembangunan, dengan melihat pengurangan risiko bencana sebagai bagian terpadu dari proses pembangunan dan bukan tujuan itu sendiri. Seperti dikatakan dalam laporan yang baru saja diluncurkan Bank Dunia, “…patut diingat bahwa tidak ada saat di mana kita dapat mengabaikan atau mengesampingkan risiko bencana, terutama bagi kelompok negara-negara yang sangat rawan terhadap bencana”. Sebaliknya, isu-isu yang berhubungan dengan bahaya harus menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan nasional dan sektoral, penyusunan program di tingkat negara dan dalam perancangan semua proyek pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Hal itu perlu dilakukan demi melindungi investasi pembangunan itu sendiri dari bahaya alam dan demi memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bahaya. Biaya untuk membuat struktur-struktur bangunan yang tahan bahaya belum tentu mahal. Walau angka yang tercatat berbeda-beda, Badan Manajemen Tanggap Darurat Federal Amerika Serikat (the United States Federal Emergency Management Agency/FEMA), misalnya, memperkirakan bahwa langkah-langkah untuk mengurangi risiko bahaya hanya meningkatkan biaya pembangunan fasilitas baru sebanyak satu hingga lima persen, sementara keuntungan potensial yang akan diperoleh akan sangat jauh lebih tinggi (Kotak 2). Dengan demikian, perhatian yang besar pada risiko bencana mencerminkan salah satu aspek penting dari upaya internasional untuk meningkatkan efektivitas bantuan. C lay, E.J. et al. ‘An Evaluation of HMG’s Response to the Montserrat Volcanic Emergency’. 2 Vols. Evaluation Report EV635. London: Department for International Development (UK), 1999. W orld Bank (2006). h ttp://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/ EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/0,,menuPK:341021~pagePK:149018~piPK:149093~theSitePK:341015,00.html K ajian Stern tahu 2006 yang berkaitan dengan perubahan iklim juga berpandangan bahwa penyesuaian terhadap perubahan iklim, termasuk upaya untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bahaya, harus diarusutamakan ke dalam pembangunan dan kajian ini secara spesifik menekankan bahwa “kunci keberhasilan pengurangan risiko bencana adalah menjamin agar PRB (Pengurangan Risiko Bencana) dipadukan ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan dan kegiatan kemanusiaan” (HM Treasury and Cabinet Office (2006) hal. 566). W orld Bank (2006) hal. 67. L ihat, misalnya, FEMA. Protecting Business Operations: Second Report on Costs and Benefits of Natural Hazard Mitigation. Washington, DC: Federal Emergency Management Agency, 1998; IACNDR. Inter-American Strategic Plan for Policy on Vulnerability Reduction, Risk Management and Disaster Response. OEA/Ser G. Permanent Council Document 3737/03. Inter-American Committee for Natural Disaster Reduction, 2003. L ihat catatan kaki 7 (FEMA, 1998).
  • 11. Catatan Panduan 1 Kotak 2 Pengurangan risiko bencana mendatangkan manfaat yang besar  Sebuah program penanaman bakau yang dilaksanakan Palang Merah Vietnam di delapan provinsi di Vietnam untuk melindungi penduduk yang tinggal di daerah pantai dari topan dan badai menghabiskan biaya rata-rata 0,13 milyar dolar AS per tahun selama kurun waktu antara tahun 1994 sampai 2001, tetapi mengurangi biaya tahunan untuk pemeliharaan tanggul sebesar 7,1 juta dolar AS. Program ini juga membantu menyelamatkan jiwa warga, melindungi penghidupan dan menciptakan peluang-peluang penghidupan baru.  Di Karibia, menurut para ahli teknik sipil di wilayah tersebut, tambahan biaya sebesar satu persen dari seluruh nilai bangunan untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kerentanan bangunan dapat mengurangi kerugian maksimum yang mungkin timbul bila terkena badai sampai sekitar sepertiganya.10  Menurut sebuah studi tentang dana-dana hibah yang disalurkan oleh FEMA, setiap satu dolar AS yang dikeluarkan FEMA untuk kegiatan-kegiatan peredaman bahaya (termasuk untuk peremajaan, proyek- proyek mitigasi struktural, peningkatan kesadaran dan pendidikan publik serta penyusunan aturan-aturan baku untuk mendirikan bangunan) dapat memberi kemanfaatan di masa yang akan datang rata-rata sebesar 4 dolar AS.11  Setelah dilanda Badai Ivan pada bulan September 2004, hanya ada dua sekolah yang masih berdiri di Grenada. Kedua bangunan ini telah diperkuat konstruksinya melalui sebuah program Bank Dunia. Setelah badai, salah satu sekolah ini dimanfaatkan untuk menampung para warga yang kehilangan tempat tinggal.12  Antara tanggal 27 Agustus dan 18 September 1995, Badai Luis dan Badai Marilyn menghancurkan 876 unit perumahan di Dominika, menimbulkan kerugian total sejumlah 4,2 juta dolar AS. Rumah-rumah kayu kecil yang hancur dulunya dibangun tanpa berpedoman pada aturan-aturan pembangunan setempat yang baku. Namun, semua bangunan yang konstruksinya telah diperkuat dengan modifikasi-modifikasi sederhana pada teknik-teknik konstruksi setempat melalui Program Konstruksi yang Lebih Aman dari Proyek Mitigasi Bencana Karibia yang didukung oleh Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional (United States Agency for International Development/USAID) tetap berdiri walau diterjang badai.13 Meningkatnya kesadaran akan perlunya mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan diformalisasikan pada bulan Januari tahun 2005 ketika Kerangka Aksi Hyogo 2005–2015 diadopsi oleh Konferensi Dunia untuk Pengurangan Bencana, dengan ditandatangani oleh 168 negara dan badan-badan multilateral. Kerangka Aksi Hyogo menitikberatkan tiga sasaran strategis utama, yang pertama adalah “pengintegrasian pertimbangan- pertimbangan risiko bencana secara lebih efektif ke dalam kebijakan-kebijakan pembangunan berkelanjutan, perencanaan dan penyusunan program di semua tingkat, dengan penekanan khusus pada pencegahan bencana, mitigasi, kesiapsiagaan dan pengurangan kerentanan”.14 Kemajuan sampai saat ini: Perubahan kebijakan dan kelembagaan Dengan latar belakang ini, sejumlah lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan telah memulai upaya untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kerja mereka, dengan mengadakan berbagai perubahan kelembagaan, kebijakan dan prosedur-prosedur yang berkaitan. Dalam hal perubahan kelembagaan, misalnya, pasca proses pembaruan PBB tahun 1997-1998, tanggung jawab atas mitigasi, kesiapsiagaan dan pencegahan bencana ‘alam’ dalam sistem PBB dialihkan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), yang tugas pokoknya mencakup tanggap darurat pascabencana, ke Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme/UNDP), badan PBB yang mengurusi pembangunan. Pada tahun 1998 Bank Dunia membentuk Fasilitas Manajemen Bencana (Disaster Management I FRC, World Disasters Report: Focus on reducing risk. Geneva: International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, 2002. 10 World Bank, Managing Catastrophic Risks Using Alternative Risk Financing and Insurance Pooling Mechanisms. Discussion draft. Washington, DC: World Bank, Finance, Private Sector and Infrastructure Department, Caribbean Country Management Unit, Latin America and Caribbean Region, 2000. 11 MMC/NIBS, Natural Hazard Mitigation Saves: An Independent Study to Assess the Future Savings from Mitigation Activities. Washington, DC: Multi-hazard Mitigation Council of the National Institute of Building Sciences, 2005. 12 World Bank, Grenada, Hurricane Ivan: Preliminary Assessment of Damages, September 17, 2004. Washington, DC: World Bank, 2004. Dapat diakses di: http://siteresources.worldbank.org/ INTDISMGMT/Resources/grenada_assessment.pdf 13 CDMP, Toolkit: A Manual for Implementation of the Hurricane-resistant Home Improvement Program in the Caribbean. Caribbean Disaster Mitigation Project publication series. Washington, DC: Organization of American States, 1999. Dapat diakses di: http://www.oas.org/cdmp/document/toolkit/toolkit.htm 14 UN-ISDR (2005) hal. 3.
  • 12. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 10 a n g a n R i s i k o B e n c a n a Facility), sekarang telah berganti nama menjadi tim Manajemen Risiko Bahaya (Hazard Risk Management), untuk meningkatkan kerja-kerjanya dalam bidang pencegahan dan peredaman bencana serta tanggap darurat. Tim Manajemen Risiko Bahaya ini memiliki mandat untuk melakukan tanggap bencana yang lebih strategis dan cepat dan mendorong pengintegrasian upaya-upaya pencegahan dan peredaman bencana ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Bank Dunia. Baik Bank Pembangunan antar-Amerika (Inter-American Development Bank/IDB) maupun Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) telah menunjuk staf- staf penanggung jawab manajemen bencana yang baru untuk mendukung pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan lembaga mereka masing-masing. Berkaitan dengan perubahan kebijakan, ADB dan DFID telah menyetujui perubahan mendasar dalam kebijakan- kebijakan bencana selama beberapa tahun terakhir ini, sementara itu IDB pada bulan-bulan awal tahun 2007 juga akan mengeluarkan suatu Kebijakan Manajemen Risiko Bencana yang baru. Kebijakan ADB yang baru, yang disetujui tahun 2004, “menggeser penekanan dari hanya memberikan respons pascabencana menjadi dukungan terhadap kegiatan-kegiatan untuk mengantisipasi dan meredam dampak yang mungkin timbul dari bencana yang dapat terjadi”.15 Prinsip-prinsip dasarnya antara lain adalah “pengarusutamaan manajemen risiko bencana sebagai bagian terpadu dari proses pembangunan”.16 Kebijakan pengurangan risiko bencana DFID yang baru, yang dikeluarkan pada bulan Maret tahun 2006, mempunyai tiga tujuan dasar, yang pertama adalah untuk “mengintegrasikan dengan lebih baik pengurangan risiko ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan dan kegiatan kemanusiaan… [termasuk] integrasi yang lebih baik ke dalam program-program DFID sebagai bagian rutin dari pendekatan pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan kantor perwakilan DFID di wilayah-wilayah yang paling rawan risiko bencana”.17 Rancangan Kebijakan Manajemen Risiko Bencana (Disaster Risk Management Policy) IDB yang baru memiliki dua tujuan yang saling berkaitan, yang pertama adalah “untuk meningkatkan efektivitas Bank dalam mendukung para peminjam untuk dapat mengelola dengan sistematis risiko-risiko yang berhubungan dengan bahaya alam melalui pengidentifikasian risiko-risiko ini, pengurangan kerentanan dan dengan mencegah dan meredam bencana terkait sebelum bencana benar-benar terjadi”.18 Bank Dunia juga sedang merevisi kebijakan operasionalnya dalam bidang bantuan pemulihan kedaruratan (yang juga mencakup pencegahan dan mitigasi), antara lain untuk mendukung pengintegrasian prinsip-prinsip pengurangan risiko bencana ke dalam kerja-kerja pembangunannya. Sebuah evaluasi terbaru dari Bank Dunia juga telah merekomendasikan dikembangkannya suatu strategi atau rencana aksi untuk bantuan yang berkaitan dengan bencana, yang selain mendukung perbaikan operasi tanggap darurat juga harus “memuat ketentuan-ketentuan yang memberi perhatian lebih pada bahaya alam dalam menilai proyek-proyek investasi pada umumnya, dan khususnya dalam mempersiapkan Kertas Strategi Penanggulangan Kemiskinan (Poverty Reduction Strategy Papers/PRSPs), Strategi Bantuan di tingkat Negara (Country Assistance Strategies/CASs), dan dokumen-dokumen strategis lainnya”.19 Tim Manajemen Risiko Bahaya sedang melaksanakan rekomendasi ini dengan menjadikan CAS negara-negara yang sangat rawan sebagai sasaran dan memberikan bantuan dalam mengarusutamakan manajemen risiko bencana ke dalam dokumen-dokumen tersebut. Donor-donor bilateral lainnya yang juga memasukkan pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan dan program-program pembangunan mereka antara lain adalah Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Badan Pembangunan Internasional Denmark (Danish International Development Agency/DANIDA), Komisi Eropa (European Commission/EC), GTZ Jerman, Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia, Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA) dan Badan Swiss untuk Pembangunan dan Kerjasama (Swiss Agency for Development and Cooperation/SDC). Beberapa lembaga non-pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM) juga mengambil langkah-langkah serupa, misalnya, ActionAid, CARE, Christian Aid, Plan International, Practical Action dan Tearfund. Pemerintah-pemerintah juga telah menyatakan komitmen mereka terhadap berbagai mandat untuk mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. Sebagai contoh, Komite antar-Amerika untuk Pengurangan Bencana Alam (Inter-American Committee for Natural Disaster Reduction/IACNDR)20 melaporkan bahwa, sampai dengan tahun 2003, negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Amerika (Organization of American States/OAS) secara kolektif telah membuat lebih dari 30 komitmen, baik secara bersama-sama sebagai anggota kelompok regional atau secara sendiri-sendiri, yang banyak di antaranya memuat pendekatan ini. Banyak 15 ADB (2004) hal. 20. 16 Ibid. hal. 20. 17 DFID (2006) hal. 3. 18 IDB (2006) hal. 2. 19 World Bank (2006) hal. 73. 20 Lihat catatan kaki 7 (IACNDR, 2003).
  • 13. C a t a t a n P a n d u a n 1 11 negara juga telah menandatangani Kerangka Aksi Hyogo tahun 2005. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan telah mendukung pemerintah-pemerintah dalam proses pengarusutamaan ini. Misalnya, Uni Afrika (African Union /AU)/Kemitraan Baru untuk Pembangunan Afrika (New Partnership for Africa’s Development/NEPAD), Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank/AfDB) dan Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana (United Nations International Strategy for Disaster Reduction/UN-ISDR) untuk Afrika telah bekerja bersama sejak awal tahun 2003 untuk mencari cara-cara guna memberikan panduan dan arah strategis bagi para pengambil keputusan di wilayah itu dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan.21 Mewujudkan kebijakan ke dalam praktik Dari semua kemajuan yang telah dicapai dalam pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan sampai saat ini, banyak yang berkaitan dengan perubahan kebijakan dan kelembagaan. Langkah penting berikutnya adalah mengubah praktik-praktik pembangunan di negara-negara rawan bahaya. Sudah ada beberapa prakarsa yang mendukung proses ini, termasuk:  Pengembangan dan penerapan panduan-panduan operasional. Telah ada beberapa upaya awal untuk mengembangkan panduan-panduan operasional dan perangkat-perangkat terkait untuk mendukung pengarusutamaan risiko ke dalam penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara:  Bank Pembangunan Karibia dan Komunitas Karibia (Caribbean Community/ CARICOM) telah mengembangkan sebuah buku sumber untuk pemaduan bahaya-bahaya alam ke dalam pengkajian dampak lingkungan (lihat Catatan Panduan 7).  IDB telah mengembangkan sebuah daftar periksa tinjauan manajemen risiko untuk mendukung analisis dan pengkajian tentang bahaya-bahaya alam dan risiko-risiko terkait dalam program-program pinjamannya (lihat Catatan Panduan 5, Kotak 2).  Sebagai bagian dari Prakarsa Pengarusutamaan Pengurangan Bencana Global (Global Disaster Reduction Mainstreaming Innitiative) (lihat bawah), dalam kerjasama dengan UN-ISDR, UNDP telah menghasilkan sebuah panduan tentang pemaduan pengurangan risiko bencana ke dalam perangkat penyusunan program PBB di tingkat negara, Pengkajian Bersama Lembaga-lembaga PBB tentang Situasi Negara (Common Country Assessment/CCA) dan Kerangka Kerja Bantuan Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Development Assistance Framework/UNDAF) (lihat Catatan Panduan 4, Kotak 4).  Penyusunan dan penerapan indikator-indikator risiko bencana. Meningkatnya pengakuan akan pentingnya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan yang lebih luas telah mendorong beberapa lembaga internasional untuk mengembangkan indikator risiko di tingkat nasional dan sub-nasional, termasuk Bank Dunia/ProVention, UNDP, IDB dan EC (lihat Catatan Panduan 4, Kotak 2). Indikator-indikator semacam ini disusun dengan tujuan untuk membantu para praktisi pembangunan guna menilai pentingnya risiko bencana dalam keputusan-keputusan yang menyangkut penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk meresponsnya. Sebagai contoh, dengan didasarkan pada studi Bank Dunia/ProVention tentang ‘Wilayah-wilayah Rawan (Hotspots)’, situs web Bank Dunia sekarang dilengkapi dengan sebuah instrumen interaktif berbasis peta yang mengidentifikasi wilayah-wilayah geografis yang memiliki potensi risiko bencana yang relatif tinggi, untuk membantu para staf Bank Dunia dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dalam menetapkan wilayah mana yang harus mereka prioritaskan dalam investasi pengurangan risiko bencana dan untuk bisa memberi masukan yang lebih baik pada upaya-upaya pembangunan.22 Indikator-indikator pengurangan risiko bencana juga menjadi alat kuantifikasi risiko yang dapat digunakan dalam memantau dan mengevaluasi kinerja program.  Pengembangan dan penyediaan bahan-bahan pelatihan. Berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, termasuk DFID, IDB dan Bank Dunia, saat ini tengah mengembangkan bahan-bahan pelatihan untuk mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan.  Dukungan untuk Pemerintah. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan juga aktif mendukung pemerintah-pemerintah dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan, strategi dan kerja mereka. Misalnya, pada bulan September tahun 2006 Bank Dunia dan UN-ISDR meluncurkan sebuah program baru, Fasilitas Global untuk Pengurangan Bencana dan Pemulihan (Global Facility for Disaster Reduction and Recovery /GFDRR), yang memberikan hibah bantuan teknis bagi negara-negara rentan untuk mendukung upaya peningkatan kapasitas dalam mengurangi dampak bencana serta bagi kemitraan di tingkat global maupun 21 African Union (2004). 22 Lihat http://geohotspots.worldbank.org/hotspot/hotspots/disaster.jsp
  • 14. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 12a n g a n R i s i k o B e n c a n a regional yang mendukung program-program di tingkat nasional. UNDP juga tengah menjalankan program Prakarsa Pengarusutamaan Pengurangan Bencana Global yang bertujuan untuk memadukan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana dan proses-proses kerja UNDP dan para mitra pembangunannya, dengan fokus khusus pada tingkat negara. Proyek ProVention dalam pengembangan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana (Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction) turut berperan dalam proses ini, yaitu dengan memperluas kerja yang tengah dilaksanakan dalam pengembangan dan penerapan panduan-panduan operasional agar bisa menyusun serangkaian catatan panduan yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk memadukan analisis risiko bencana ke dalam alat-alat penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi di tingkat negara. Catatan panduan ini merupakan bagian dari perangkat ProVention ini. Proyek Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana ProVention Rangkaian catatan panduan ProVention didasarkan pada sejumlah prinsip dasar yang berkaitan dengan hakikat kerentanan terhadap bahaya alam dan pada temuan-temuan dari kajian-kajian terinci sebelumnya, yang dilaksanakan sebagai bagian dari proyek ProVention untuk menyusun perangkat standar bagi lembaga-lembaga pembangunan dalam merancang dan mengevaluasi proyek:23  Kerentanan terhadap bahaya alam adalah sesuatu yang kompleks dan memiliki berbagai aspek, yang membutuhkan analisis serta solusi yang berperspektif lingkungan hidup, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknis dan oleh karenanya dibutuhkan alat-alat yang sesuai untuk mencapai ini.  Perangkat alat dan panduan-panduan penyusunan, penilaian dan evaluasi program yang ada saat ini pada umumnya hanya menilai risiko secara umum (risiko operasional, risiko finansial, risiko politik, dsb.), tetapi biasanya hanya sedikit sekali mengulas isu-isu khusus yang berkaitan dengan bahaya.  Sebagai akibatnya, bahaya-bahaya alam dan kerentanan yang berkaitan dengan bahaya tersebut jarang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang dan menilai proyek-proyek pembangunan bahkan di daerah-daerah yang berisiko tinggi, kecuali dalam proyek-proyek yang memang dirancang khusus untuk mengurangi risiko.  Banyak dari alat-alat penyusunan, penilaian dan evaluasi program yang ada dapat dengan mudah disempurnakan untuk menilai risiko bahaya alam yang dihadapi proyek-proyek di tingkat negara, sektor dan proyek potensial yang berdiri sendiri, menurunkan informasi terinci tentang sifat dan tingkat risiko serta membantu menjamin agar diambil langkah-langkah pengurangan risiko yang perlu.  Secara kolektif perangkat-perangkat ini akan membantu para perencana proyek dan program dalam mengeksplorasi isu-isu bencana dari sudut pandang dan bidang keahlian yang luas, sesuai dengan sifat kerentanan yang multiaspek.  Pada dasarnya menilai risiko bencana ataupun merancang dan mengevaluasi langkah-langkah untuk mengurangi risiko sama sekali tidak sulit jika tugas ini didekati dengan seksama, dengan memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya yang memadai. Oleh karenanya, serangkaian 14 catatan panduan (termasuk catatan panduan ini) dikembangkan bagi lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyesuaikan alat dan panduan-panduan penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi mereka untuk mendukung pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. Panduan-panduan ini sengaja disusun dalam bentuk catatan-catatan pendek dan praktis yang akan melengkapi perangkat-perangkat panduan penyusunan, penilaian dan evaluasi program yang telah ada, dan bukannya untuk menjadi panduan lengkap dan menyeluruh atas semua aspek yang dibahas dalam setiap perangkat. Panduan-panduan ini secara khusus akan difokuskan pada di mana dan bagaimana memasukkan pertimbangan-pertimbangan unsur bahaya ke dalam perangkat-perangkat yang akan dilengkapi, untuk menjamin agar risiko bencana dan peluang-peluang untuk mengurangi kerentanan yang ada dipertimbangkan secara memadai dan sistematis di negara-negara yang rawan bahaya. Seperti telah diuraikan di muka, catatan-catatan panduan ini terutama diperuntukkan bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Lingkup, tingkat rincian dan penekanan dari praktik-praktik penyusunan program, penilaian proyek dan evaluasi tentunya berbeda antara satu lembaga dengan lainnya, tergantung bidang spesialisasi, pendekatan pembangunan yang dianut dan besarnya bantuan yang mereka berikan. Catatan-catatan panduan ProVention tidak dibuat secara khusus untuk lembaga pembangunan tertentu dan mungkin tidak akan 23 Benson and Twigg (2004).
  • 15. C a t a t a n P a n d u a n 1 13 dapat disesuaikan secara tepat dengan prosedur-prosedur khusus tertentu. Walaupun demikian, catatan-catatan panduan ini dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan. Rangkaian catatan panduan ini juga dapat digunakan oleh pihak-pihak yang ikut ambil bagian dalam upaya mengarusutamakan penyesuaian terhadap perubahan iklim ke dalam pembangunan. Seperti dinyatakan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD), “Penyesuaian terhadap perubahan iklim perlu dipadukan ke dalam arus utama kebijakan ekonomi, proyek-proyek pembangunan dan upaya-upaya bantuan internasional.”24 Catatan-catatan panduan ProVention mengidentifikasi titik-titik masuk dalam perencanaan dan penyediaan bantuan pembangunan untuk mempertimbangkan dampak bahaya-bahaya potensial pada pembangunan dan, sebaliknya pula, dampak kegiatan-kegiatan pembangunan pada kerentanan terhadap bahaya-bahaya alam. Titik-titik masuk ini juga relevan dengan upaya menjamin agar pembangunan bersifat ramah lingkungan, turut membantu mengurangi emisi rumah kaca, dan agar pembangunan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi dampak-dampak perubahan iklim. 2. Rangkaian catatan panduan ProVention Bagian berikut ini menguraikan maksud dan lingkup dari setiap catatan panduan dalam rangkaian Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana (yang dikemukakan oleh ProVention). Gambar 1 menyajikan sebuah skema besar yang menunjukkan bagaimana catatan-catatan panduan saling melengkapi dan secara kolektif mendukung pengarusutamaan pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana ke dalam proyek-proyek pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya (lihat juga Catatan Panduan 5, Tabel 1).25 Gambar ini juga memperlihatkan pengaruh-pengaruh penting lain yang turut menentukan kualitas praktik manajemen risiko bencana karena faktanya proyek-proyek pembangunan tidak dirancang dan dilaksanakan dalam sebuah ruang hampa. Faktor-faktor ini mungkin perlu diperkuat untuk membantu meningkatkan manajemen risiko bencana (lihat Bagian 3). Catatan Panduan 1: Pengantar buku panduan. Catatan awal ini menjabarkan pemikiran-pemikiran dasar yang menjadi landasan rangkaian panduan, memperkenalkan catatan-catatan panduan dan menguraikan faktor-faktor yang turut menentukan keberhasilan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakan dan praktik pembangunan. Catatan Panduan 2: Mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang bahaya alam. Catatan panduan kedua difokuskan pada proses-proses dasar untuk mendapatkan dan menggunakan informasi tentang bahaya. Catatan ini menjadi pilar utama rangkaian catatan panduan, yang membantu lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk mengidentifikasi tingkat keterpaparan terhadap bahaya di suatu negara atau wilayah tertentu dan untuk menentukan apakah pengarusutamaan risiko bencana diperlukan atau tidak. Catatan panduan kedua mencakup unsur-unsur dasar informasi tentang bahaya alam, letaknya dalam siklus perencanaan/manajemen proyek, alat untuk mengumpulkan informasi, para penyedia informasi dan isu-isu yang harus dipertimbangkan dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Karena bahaya alam yang ada sangat beragam dan metode pengumpulan informasi dan data juga bermacam-macam, catatan ini semata-mata dimaksudkan hanya sebagai sebuah pengantar ke dalam topik ini. Catatan Panduan 3: Strategi Penanggulangan kemiskinan. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan kian menyesuaikan program-program mereka dengan kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuan pemerintah negara yang mereka dukung. Sejalan dengan itu, upaya pengarusutamaan perlu dimulai dengan kebijakan dan strategi-strategi pemerintah. Oleh karena itu, catatan panduan ini memuat pengintegrasian isu- isu yang berkaitan dengan bahaya ke dalam penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan (poverty reduction strategies/PRSs)) – yang di banyak negara berpendapatan rendah menjadi alat perencanaan pembangunan yang utama – dan program-program penanggulangan kemiskinan lainnya di negara-negara yang rawan bahaya. Catatan panduan ini diperuntukkan bagi pemerintah dalam menyusun PRSs dan bagi lembaga-lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk membantu pemerintah dalam proses ini. 24 OECD (2006) hal. 1. Lihat juga HM Treasury and Cabinet Office (2006). 25 Catatan Panduan 14 (Dukungan anggaran) tidak disertakan di dalam Gambar 1 karena diagram ini difokuskan pada pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam proyek-proyek yang berdiri sendiri.
  • 16. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 14a n g a n R i s i k o B e n c a n a Catatan Panduan 4: Penyusunan program di tingkat negara. Semua lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pembangunan menerapkan sebuah kerangka program di tingkat negara atau wilayah yang digunakan untuk menganalisis masalah, kebutuhan dan kepentingan-kepentingan, mengidentifikasi fokus sektoral dan bidang kerja, serta menetapkan tingkat dan komposisi bantuan secara umum. Proses ini merupakan satu kesempatan penting untuk mempertimbangkan risiko bencana secara strategis dan terkoordinasi, dengan mengeksplorasi hakikat kerentanan yang kompleks, lintas bidang dan multiaspek serta mengidentifikasi solusi manajemen risiko yang sesuai dan proaktif. Catatan panduan keempat dalam rangkaian ini mengulas topik ini dengan memberikan panduan bagaimana menilai dan mempertimbangkan risiko bencana dalam penyusunan program tingkat negara di negara-negara yang rawan bahaya. Panduan ini dimaksudkan sebagai petunjuk dasar yang umum bagi segala jenis lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pembangunan, untuk melengkapi panduan-panduan penyusunan program tingkat negara yang sudah ada. Catatan Panduan 5: Manajemen siklus proyek. Catatan panduan ini menempatkan fokus perhatian pada tingkat proyek-proyek yang berdiri sendiri dan dimulai dengan membahas beberapa pertanyaan umum tentang pemaduan isu-isu manajemen risiko bencana ke dalam siklus proyek secara keseluruhan, khususnya pada tahap- tahap perencanaan. Catatan akan menjelaskan pendekatan siklus proyek, memberikan panduan keseluruhan untuk pengarusutamaan dan melihat beberapa perangkat terkait yang ada. Perangkat-perangkat semacam ini melengkapi upaya untuk menyesuaikan perangkat penilaian tertentu yang umumnya digunakan dalam siklus proyek untuk memasukkan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan bahaya. Catatan panduan ini terutama diperuntukkan bagi mereka yang bekerja di lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan terutama dalam hal perancangan dan manajemen proyek, tetapi juga relevan bagi staf kantor-kantor pemerintah dan lembaga-lembaga swasta. Catatan Panduan 6: Kerangka logis dan kerangka berbasis hasil. Kerangka logis dan perangkat-perangkat manajemen berbasis hasil digunakan secara luas untuk keperluan perancangan dan manajemen proyek secara keseluruhan. Catatan ini memberikan panduan untuk mempertimbangkan secara sistematis isu-isu yang berkaitan dengan bahaya dalam menerapkan perangkat-perangkat ini pada proyek-proyek di daerah-daerah rawan bahaya. Catatan ini disusun bagi tim-tim yang bertugas untuk mempersiapkan proyek dan para pelaksana proyek dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Catatan Panduan 7: Pengkajian lingkungan.26 Catatan panduan ini berfokus pada pengkajian lingkungan, salah satu titik penting dalam perancangan proyek untuk menjajaki bahaya-bahaya alam dan risiko-risiko yang berkaitan. Bahaya alam sendiri adalah gejala lingkungan yang potensial merusak dan menganggu proyek, sementara itu, kondisi lingkungan merupakan suatu faktor kunci yang menentukan kerentanan terhadap bahaya alam. Oleh karena itu, catatan menyediakan panduan dalam menganalisis konsekuensi kerentanan yang dapat ditimbulkan proyek melalui dampaknya pada lingkungan dan ancaman potensial terhadap proyek yang ditimbulkan bahaya alam. Temuan-temuan dari analisis ini akan dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk penilaian dan rancangan perekayasaan yang relevan. Catatan panduan ini pertama-tama diperuntukkan bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, tetapi juga relevan bagi staf-staf pemerintah dan lembaga-lembaga swasta yang terlibat dalam perancangan proyek. Catatan Panduan 8: Analisis ekonomi. Lembaga-lembaga peminjaman multilateral rutin mengadakan beberapa bentuk analisis ekonomi sebagai bagian dari proses penilaian proyek mereka. Catatan panduan ini menguraikan bagaimana menganalisis risiko bencana dan pilihan-pilihan yang ada untuk mengurangi kerentanan di negara- negara yang rawan bahaya dengan menggunakan perspektif ini, dan untuk menjamin agar risiko bencana dan pilihan-pilihan ini dipertimbangkan dengan memadai dan sistematis sesuai kebutuhan. Catatan panduan ini diperuntukkan bagi para ahli ekonomi di lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan, untuk melengkapi panduan-panduan analisis ekonomi yang mereka miliki. Catatan ini juga semakin luas digunakan untuk membantu mendukung pengembangan sekumpulan bukti yang meyakinkan tentang manfaat ekonomis nyata dari pengurangan risiko bencana. Miskinnya bukti-bukti semacam itu sekarang ini telah menjadi penghambat besar dalam menggalang ketertarikan dan komitmen terhadap pengurangan risiko bencana karena tidak banyak yang menyadari keuntungan ekonomis dari investasi semacam ini. Catatan Panduan 9: Analisis kerentanan dan kapasitas. Catatan panduan ini merupakan yang pertama dari tiga perangkat yang merupakan bagian berbagai macam perangkat untuk menilai proyek dari sudut pandang sosial yang 26 Catatan panduan ini disusun bersama oleh Konsorsium ProVention dan Bank Pembangunan Karibia (CDB). Bagian 2 disusun berdasarkan Sekretariat CDB dan CARICOM (2004).
  • 17. C a t a t a n P a n d u a n 1 15 Gambar 1 Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam proyek-proyek pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya Analisis risiko bencana dipadukan ke dalam kerja-kerja negara dan sektorInformasi tentang Bahaya (CP 2) EvaluasiPelaksanaanPenilaian ProyekPenyusunan program di tingkat negaraPerencanaanPembangunanNasional Kebijakan, strategi dan program-program PRB pemerintahAnalisis ekonomi yang mengandung pertimbangan-pertimbanganPRB (CP 8) Analisis sosial yang mengandung pertimbangan-pertimbangan PRB (CP 9, 10 dan 11) Perancangan konstruksi dan pemilihan lokasi yang mengandung pertimbangan- pertimbangan PRB (CP 12) Program-program PRB lembaga-lembaga pembangunan lain dan pemerintahPelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari PRB sebelumnyaPenegakan aturan standar bangunan dan pemantauan standar-standar konstruksiMelanjutkan konsultasi-konsultasi antar para pemangku kepentingan dalam PRBAnalisis pemangku kepentingan atas aspek PRB dari proyekAnalisis manfaat dan pencapaian- pencapaian dari komponen PRBDampak dari proyek pada keren- tanan terhadap bahaya-bahaya alamStrategi dan program-program PRB lembaga-lembaga pembangunan lainAnalisis pemangku kepentingan yang mencakup isu-isu PRBKebijakan-kebijakan PRB lembaga- lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunanPelajaran-pelajaran yang dapat dipetik dari PRB sebelumnyaAnalisis lingkungan yang mengandung pertimbangan- pertimbangan PRB (CP 7) Perangkat hukum terkait PRB dan kapa- sitas implementasi negara penerima (misalnya standar bangunan, zonasi penggunaan lahan) Anggaran ProyekEvaluasi (CP 13) PelaksanaanIdentifikasi, perancangan dan penilaian proyekStrategi di tingkat negara (CP 4) Strategi penanggulangan kemiskinan (CP 3) dan perangkat-perangkat perencanaan pembangunan lainnyaPemantauan risiko bencanaPengkajian dan penyesuaian kegiatan-kegiatan dan tujuan-tujuan proyek jika terjadi bencanaAnalisis dampak kejadian bencana pada kinerja proyek maupun lingkungan tempat proyek dilaksanakanAnalisis keberlanjutan jangka panjang proyek dihadapkan pada risiko bencanakerangka logis/analisis manajemen berbasis hasil yang mengandung pertimbangan-pertimbangan PRB (CP 6) Pemaduan pertimbangan-pertimbangan PRB ke dalam siklus proyek secara keseluruhan (CP 5) Informasi tentang Bahaya (CP 2)
  • 18. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 16a n g a n R i s i k o B e n c a n a biasa digunakan oleh lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Perangkat pertama ini memuat penilaian dan analisis kerentantan dan kapasitas (vulnerability and capacity analysis/VCA), yang memperkenalkan pendekatan-pendekatan dasar, menjelaskan bagaimana VCA dapat diintegrasikan ke dalam proses perencanaan proyek dan, sebaliknya pula, memperlihatkan bagaimana bahaya dan bencana alam dapat diperhitungkan dalam VCA. Isu kerentanan dan kapasitas warga dalam konteks bahaya alam merupakan suatu hal yang sangat penting dalam memahami dampak potensial kerentanan dan kapasitas serta dalam membuat pilihan-pilihan intervensi pembangunan. Catatan panduan ini menekankan penggunaan VCA dalam proyek-proyek pembangunan, tetapi pendekatan ini dapat juga digunakan dalam pengurangan risiko bencana dan pemulihan pascabencana. Catatan ini diperuntukkan bagi staf dari berbagai disiplin. Catatan Panduan 10: Pendekatan penghidupan yang berkelanjutan. Pemikiran dan metode-metode penghidupan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihoods/SL) menawarkan perangkat analisis sosial kedua untuk mendukung pemaduan bahaya alam dan risiko bencana yang berkaitan ke dalam perencanaan proyek pembangunan. Dengan memberi penekanan pada kerentanan dan guncangan dari luar sebagai hal penting yang turut mempengaruhi penghidupan, pendekatan SL memberi peluang yang baik untuk memasukkan kesadaran akan bahaya dan bencana ke dalam perencanaan proyek. Catatan panduan ini akan secara ringkas memperkenalkan pemikiran SL dan menjelaskan penerapannya pada proyek-proyek dan program, dengan penekanan khusus pada keterkaitannya dengan bahaya dan bencana. Catatan akan meninjau metode-metode yang digunakan dalam pendekatan SL untuk menilai bahaya, kerentanan dan risiko, dan membahas faktor-faktor lain dalam menerapkan SL ke dalam manajemen siklus proyek. Catatan Panduan 11: Pengkajian dampak sosial. Catatan panduan ketiga yang berkaitan dengan perangkat penilaian sosial mengulas pengkajian dampak sosial (social impact assessment/SIA). SIA membantu mengidentifikasi akibat-akibat sosial langsung maupun tak langsung dari risiko bencana dan memfasilitasi pengembangan mekanisme mitigasi yang sesuai dan efektif yang memanfaatkan sumber-sumber daya komunitas dan menghargai reaksi mereka terhadap kejadian-kejadian yang menimpa, dengan memberi pemahaman akan komunitas dan proses-proses sosial mereka. Catatan panduan ini menguraikan pendekatan-pendekatan dan metode-metode utama yang digunakan dalam SIA dan mengidentifikasi titik-titik masuk untuk memperkenalkan bahaya-bahaya alam dan risiko-risiko yang berkaitan. Catatan ini diperuntukkan bagi para perencana dan manajer proyek di lembaga-lembaga pembangunan multilateral dan bilateral, departemen pemerintah di tingkat nasional maupun daerah, LSM dan lembaga-lembaga swasta. Para pengguna termasuk juga mereka yang mengelola atau melaksanakan SIA, yang akan terbantu dalam memasukkan risiko bencana ke dalam penilaian sosial mereka. Catatan panduan ini juga dapat dimanfaatkan oleh mereka yang melakukan pengkajian-pengkajian risiko bencana untuk memahami bagaimana teknik SIA dapat membantu pengkajian dan mitigasi risiko bencana. Catatan Panduan 12: Perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi. Hilangnya nyawa dan kerugian ekonomi langsung yang ditimbulkan bencana alam sebagian besar diakibatkan secara langsung oleh hancurnya bangunan; dan ini mencerminkan perancangan bangunan yang buruk dan seringkali juga penggunaan lahan yang tidak semestinya. Catatan panduan ini berfokus pada perancangan konstruksi, standar bangunan dan pemilihan lokasi, dan peran hal-hal ini dalam mengurangi risiko. Catatan memberi panduan umum untuk para perancang bangunan profesional dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dalam hal konstruksi infrastruktur baru, penguatan infrastruktur yang sudah ada dan rekonstruksi pascabencana di negara- negara rawan bahaya. Catatan Panduan 13: Mengevaluasi program pengurangan risiko bencana. Berbeda dengan catatan-catatan panduan sebelumnya yang lebih bersifat sebagai perangkat penilaian proyek, catatan panduan ini merupakan perangkat untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana. Tugas evaluasi merupakan sesuatu yang menantang karena keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana pada akhirnya diukur berdasarkan sesuatu – terjadinya sebuah bencana atau tingkat kerugian yang ditimbulkan oleh sebuah bencana – yang sebenarnya tidak terjadi. Catatan panduan ini menguraikan langkah-langkah utama dalam merencanakan evaluasi semacam itu, mengumpulkan dan menganalisis data serta menggunakan hasilnya, dan membahas isu-isu pokok berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ini. Catatan panduan ini diperuntukkan bagi para manajer program dan pengambil keputusan di lembaga-lembaga yang terlibat dalam segala bentuk kegiatan pengurangan risiko bencana, baik yang berdiri sendiri maupun dalam konteks program-program pembangunan atau pemulihan pascabencana. (Lihat juga Kotak 3)
  • 19. C a t a t a n P a n d u a n 1 17 Kotak 3 Buku Sumber ProVention untuk Pemantauan dan Evaluasi Pengurangan Risiko Proyek penyusunan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana juga telah mengembangkan sebuah buku sumber berjudul Disaster Risk Reduction Monitoring and Evaluation Sourcebok berbasis web. Buku Sumber ini melengkapi dan merinci lebih lanjut Catatan Panduan 13 tentang pemantauan dan evaluasi, dengan memberi banyak contoh praktis pemantauan dan evaluasi serta rujukan ke bahan-bahan acuan on-line yang berguna dan sebuah daftar pustaka publikasi-publikasi cetak yang berkaitan dengan topik ini. Buku Sumber menguraikan latar belakang dari tujuan dan pendekatan-pendekatan umum pemantauan dan evaluasi. Buku ini secara khusus juga memaparkan bagaimana pemantauan dan evaluasi program pengurangan risiko bencana berbeda dari pemantauan dan evaluasi ‘normal’, termasuk sering diabaikannya pemantauan dan evaluasi dalam banyak proyek pengurangan risiko bencana dan logika terbalik dalam mengukur dampak dan manfaat pengurangan risiko bencana. Topik-topik khusus yang diulas dalam buku sumber meliputi:  Definisi dan peristilahan  Tipologi program dan proyek-proyek pengurangan risiko bencana  Ketersediaan sumber daya dan lingkup pemantauan dan evaluasi  Pendekatan-pendekatan dan metode-metode spesifik dalam pengurangan risiko bencana, termasuk pendekatan alternatif untuk mengukur pengurangan risiko bencana  Pemilihan pendekatan dan indikator-indikator pengukuran  Metode-metode pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif  Pemrosesan dan analisis data  Penulisan laporan dan presentasi hasil  Ringkasan studi-studi kasus pemantauan dan evaluasi pengurangan risiko bencana Buku Sumber dapat diakses di http://www.proventionconsortium.org/M&E_sourcebook Catatan Panduan 14: Dukungan Anggaran. Catatan panduan terakhir membahas topik dukungan anggaran. Saat ini tengah berlangsung pergeseran dari dukungan anggaran berbasis proyek ke arah dukungan anggaran yang umum dan berbasis sektor. Pergeseran ini menawarkan peluang besar untuk mendukung pemerintah-pemerintah dalam memperkuat ketangguhan negara mereka terhadap bahaya alam. Catatan ini memberi panduan tentang bagaimana menjamin agar risiko bencana dikaji dengan memadai dan sistematis dalam pengembangan program- program dukungan anggaran di negara-negara rawan bahaya dan agar pemerintah-pemerintah didorong dan didukung dalam mengelola risiko bencana dengan sebaik mungkin dan dalam mengurangi kerentanan. Catatan ini ditujukan bagi para staf lembaga-lembaga pembangunan yang terlibat dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi dukungan anggaran. 3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Pengembangan panduan-panduan praktis untuk memadukan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana ke dalam program-program di tingkat negara, perancangan dan evaluasi proyek dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan hanyalah merupakan salah satu langkah dari rangkaian langkah yang dibutuhkan untuk menjamin pengarusutamaan di negara-negara yang rawan bahaya. Seperti telah disebutkan di muka, beberapa kegiatan tertentu lainnya juga tengah dipersiapkan. Kegiatan-kegiatan ini dan beberapa langkah penting lebih lanjut akan diuraikan berikut ini dan ringkasannya disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 kegiatan-kegiatan tersebut disajikan sebagai langkah-langkah berurutan, walau pada praktiknya antara satu tahap dengan tahap lainnya seringkali saling tumpang tindih. Langkah 1. Peningkatan kesadaran  Penghargaan dan pemahaman akan keterkaitan antara pengurangan risiko bencana dan pembangunan berkelanjutan. Peningkatan kesadaran akan pentingnya mengkaji dan bila perlu memusatkan perhatian pada risiko bencana adalah sesuatu yang penting, baik bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga yang bergerak
  • 20. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 18a n g a n R i s i k o B e n c a n a dalam bidang pembangunan, dalam memperjuangkan pembangunan berkelanjutan dan penanggulangan kemiskinan.  Akuntabilitas. Di atas segalanya, yang terpenting adalah bahwa lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemerintah-pemerintah perlu lebih bertanggung gugat atas hilangnya jiwa manusia serta kerugian-kerugian fisik dan ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana. Kerugian-kerugian semacam ini lebih menjadi tanggung jawab negara dan pemerintah daripada lembaga-lembaga pembangunan. Walaupun begitu, lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan bertanggung gugat untuk menjaga agar sumber- sumber daya mereka dimanfaatkan dengan efektif dan bertanggung jawab. Sementara itu, pemerintah perlu lebih bertanggung jawab atas kerentanan negara dan warga mereka dan perlu aktif mengupayakan pengurangan risiko. Gambar 2 Langkah-langkah menuju pengarusutamaan yang berhasil Pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik 1Peningkatan kesadaran2Lingkungan yang mendukung3Pengembangan alat-alat4Pelatihan dan dukungan teknis5Perubahan dalam praktik operasional6Pengukuran kemajuan7Pembelajaran dan berbagi pengalaman Langkah 2. Lingkungan yang mendukung  Kebijakan-kebijakan, strategi dan kapasitas kelembagaan yang memadai dari lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan. Kebijakan-kebijakan dan strategi besar dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu sungguh-sungguh memperhatikan pengurangan risiko bencana, memperlakukannya sebagai sebuah isu pembangunan dan bukan semata memandang hal tersebut sebagai tanggung jawab departemen urusan kemanusiaan saja. Kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi yang telah diperbaiki perlu dicerminkan lebih lanjut dalam pengaturan kelembagaan yang sesuai.  Pemrioritasan pengurangan risiko bencana oleh pemerintah. Sejalan dengan kian disesuaikannya maksud dan tujuan-tujuan lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dengan strategi-strategi pembangunan nasional dan penanggulangan kemiskinan, pemerintah sendiri harus memprioritaskan pengurangan risiko sebagai suatu tantangan pembangunan utama di negara-negara yang rawan bahaya dan mengembangkan kebijakan-kebijakan, kemampuan serta pengaturan hukum dan kelembagaan yang relevan. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menjajaki insentif-insentif untuk mendorong pemerintah- pemerintah ke arah ini. Langkah 3. Pengembangan perangkat-perangkat  Perangkat penyusunan, penilaian dan evaluasi program dibutuhkan untuk mengkaji proyek-proyek di tingkat negara, sektor dan proyek individual yang menghadapi risiko bahaya alam, untuk menyajikan informasi terinci tentang sifat dan tingkat risiko serta untuk menjamin agar diambil langkah-langkah pengurangan risiko yang sesuai.
  • 21. C a t a t a n P a n d u a n 1 19 Langkah 4. Pelatihan dan dukungan teknis  Lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan perlu menyediakan pelatihan dan dukungan teknis internal untuk membantu pemaduan pertimbangan-pertimbangan risiko ke dalam pembangunan. Langkah 5. Perubahan dalam praktik operasional  Penilaian awal. Isu-isu yang berkaitan dengan bahaya perlu dipertimbangkan mulai dari tahap-tahap sangat awal dari penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara sehingga dapat diperhitungkan dengan menyeluruh dan sistematis serta dapat diatasi sesuai kebutuhan. Strategi-strategi di tingkat negara dan analisis- analisis lingkungan yang terkait (lihat Catatan Panduan 4) harus menunjukkan negara-negara mana saja yang membutuhkan pengarusutamaan.  Informasi pendukung yang memadai. Untuk dapat memperoleh gambaran risiko bencana yang lengkap dan akurat serta solusinya yang sesuai, dibutuhkan informasi yang cukup. Negara-negara sasaran program perlu didukung dalam memperkuat basis informasi mereka – misalnya saja, dalam meningkatkan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan bahaya (lihat Catatan Panduan 2).  Minimalisasi biaya. Analisis risiko bencana harus diintegrasikan ke dalam penyusunan program dan perancangan proyek di tingkat negara dengan biaya seekonomis mungkin. Dalam hal ini, pemusatan informasi yang relevan dan analisis terkait di dalam komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang pembangunan dan di dalam pemerintah sendiri dapat membantu.  Perlakuan atas risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya rendah, tetapi dapat berdampak tinggi. Bahaya-bahaya yang berkaitan dengan iklim kemungkinan besar akan diidentifikasi sebagai risiko yang potensial karena bahaya- bahaya semacam ini dapat terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang singkat. Bahaya-bahaya seperti ini memiliki peluang terjadi yang lebih tinggi selama pelaksanaan proyek atau strategi di tingkat negara. Sebaliknya, risiko-risiko yang berasal dari bahaya gempa bumi dan kegiatan gunung berapi, yang kurun waktu berulangnya lebih panjang, mungkin menjadi kurang begitu dipertimbangkan. Namun demikian, bahkan bila perhitungan ekonomi diabaikan, sangat penting untuk menjaga agar risiko-risiko gempa bumi dan gunung berapi tetap diperhitungkan dengan memadai dari segi keamanan, mengingat semua manusia memiliki hak asasi atas keamanan dan perlindungan.  Konsultasi yang transparan, melibatkan semua pihak terkait dan bertanggung gugat. Proses konsultasi harus memberdayakan kaum miskin dan kelompok-kelompok marjinal, yang seringkali merupakan juga kelompok yang paling rentan terhadap bahaya alam, dan harus menjamin agar kepentingan mereka dipertimbangkan dengan memadai dan hak-hak mereka dilindungi.  Melindungi dan memelihara investasi pembangunan dengan memadai. Agar tingkat ketahanan terhadap bahaya dari investasi-investasi pembangunan tetap dapat dipertahankan sesuai rancangan awal, perlu ada mekanisme untuk menjamin agar investasi pembangunan dilindungi dengan memadai dan selalu berada dalam kondisi yang baik. Langkah 6. Pengukuran kemajuan  Sasaran-sasaran pengurangan bencana yang telah disepakati secara internasional atau pertimbangan- pertimbangan pengurangan risiko bencana harus secara eksplisit dimasukkan ke dalam Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), untuk memberikan arah dasar yang sama bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dan pemerintah-pemerintah untuk mengukur kemajuan upaya-upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana. Langkah 7. Pembelajaran dan berbagi pengalaman  Mereka yang bergerak dalam bidang pembangunan beserta para pemangku kepentingan lainnya harus mengusahakan adanya upaya terpadu untuk memantau, saling berbagi dan belajar dari pengalaman mereka dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan. Kotak 5 Peristilahan dalam bidang bahaya dan kebencanaan Mereka yang telah lama bergerak dalam bidang kebencanaan umumnya mengakui bahwa penggunaan istilah dalam bidang bahaya dan kebencanaan seringkali tidak konsisten, sesuatu yang mencerminkan bahwa bidang ini melibatkan para praktisi dan peneliti yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Rangkaian Catatan Panduan ini menggunakan istilah-istilah kunci di bawah ini:
  • 22. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 20 a n g a n R i s i k o B e n c a n a Bahaya alam adalah suatu kejadian geofisik, atmosferik (berkaitan dengan atmosfer) atau hidrologis (misalnya, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, angin ribut, ombak atau gelombang pasang, banjir atau kekeringan) yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian. Kerentanan adalah potensi untuk tertimpa kerusakan atau kerugian, yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengantisipasi suatu bahaya, mengatasi bahaya, mencegah bahaya dan memulihkan diri dari dampak bahaya. Baik kerentanan maupun lawannya, ketangguhan, ditentukan oleh faktor-faktor fisik, lingkungan sosial, politik, budaya dan kelembagaan. Bencana adalah berlangsungnya suatu kejadian bahaya yang luar biasa yang menimbulkan dampak pada komunitas-komunitas rentan dan mengakibatkan kerusakan, gangguan dan korban yang besar, serta membuat kehidupan komunitas yang terkena dampak tidak dapat berjalan dengan normal tanpa bantuan dari pihak luar. Risiko bencana adalah gabungan dari karakteristik dan frekuensi bahaya yang dialami di suatu tempat tertentu, sifat dari unsur-unsur yang menghadapi risiko, dan tingkat kerentanan atau ketangguhan yang dimiliki unsur- unsur tersebut.27 Mitigasi adalah segala bentuk langkah struktural (fisik) atau nonstruktural (misalnya, perencanaan penggunaan lahan, pendidikan publik) yang dilaksanakan untuk meminimalkan dampak merugikan dari kejadian-kejadian bahaya alam yang potensial timbul. Kesiapsiagaan adalah kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan sebelum terjadinya bahaya- bahaya alam untuk meramalkan dan mengingatkan orang akan kemungkinan adanya kejadian bahaya tersebut, mengevakuasi orang dan harta benda jika mereka terancam dan untuk memastikan respons yang efektif (misalnya dengan menumpuk bahan pangan). Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana untuk, secara berurut, menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan infrastruktur fisik serta pelayanan masyarakat. Perubahan iklim adalah suatu perubahan statistik yang signifikan pada pengukuran keadaan rata-rata atau ketidakkonsistenan iklim di suatu tempat atau daerah selama periode waktu yang panjang, yang diakibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh dampak kegiatan manusia pada komposisi atmosfer global atau oleh ketidakkonsistenan alam. Bacaan lebih lanjut ADB. Disaster and Emergency Assistance Policy. R-paper. Manila: Asian Development Bank, 2004. Dapat diakses di: http://www. adb.org/Documents/Policies/Disaster_ Emergency/default.asp#contents African Union. Programme of Action for the Implementation of the Africa Regional Strategy for Disaster Risk Reduction. Addis Ababa: African Union, 2004. Dapat diakses di http://www.africa-union.org/Agriculture/Disaster_Risk_Reduction/Programme_of_ Action.doc Benson, C. and Twigg, J. Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation. Geneva: ProVention Consortium, 2004. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/mainstreaming_tools. CDB and CARICOM Secretariat. Sourcebook on the Integration of Natural Hazards into Environmental Impact Assessment (EIA): NHIA-EIA Sourcebook. Bridgetown, Barbados: Caribbean Development Bank and Caribbean Community Secretariat, 2004. Dapat diakses di http://www.caribank.org/Projects.nsf/NHIA/$File/NHIA-EIA_Newsletter.pdf?OpenElement DFID. Reducing the Risk of Disasters – Helping to Achieve Sustainable Poverty Reduction in a Vulnerable World: A Policy Paper. London: Department for International Development (UK), 2006. Dapat diakses di: http://www.dfid.gov.uk/pubs/files/disaster- riskreduction-policy.pdf 27 Rangkaian catatan panduan ini menggunakan istilah ‘risiko bencana’ sebagai pengganti istilah ‘risiko bahaya’ yang sebenarnya lebih tepat karena istilah ‘risiko bencana’ adalah istilah yang lebih umum digunakan oleh pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang pengurangan risiko.
  • 23. Hak Cipta © 2007 pada Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention. Pandangan-pandangan yang terkandung di dalam catatan panduan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pengarang dan tidak dengan sendirinya mewakili pandangan-pandangan Federasi Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional/Konsorsium ProVention. ProVention Consortium Secretariat PO Box 372, 1211 Geneva 19, Switzerland E-mail: provention@ifrc.org Website: www.proventionconsortium.org HM Treasury and Cabinet Office. Stern Review on the Economics of Climate. London: Her Majesty’s Treasury and Cabinet Office (UK), 2006. Dapat diakses di: http://www.sternreview.org.uk Holloway, A. and Pelling, M. Legislation for mainstreaming disaster risk reduction. Teddington, UK: Tearfund, 2006. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy IDB. Draft Disaster Risk Management Policy. Washington, DC: Inter-American Development Bank, 2006. Dapat diakses di: http:// www.iadb.org/sds/doc/ENV-DraftDRMPolicy-E.pdf La Trobe, S. and Davis, I. Mainstreaming disaster risk reduction: a tool for development organisations. Teddington, UK: Tearfund, 2005. Dapat diakses di: http://tilz.tearfund.org/Research/Climate+change+and+disasters+policy Kratt, P. Reducing the risk of disasters: Sida’s effort to reduce poor people’s vulnerability to hazards. Report number SIDA22204en. Stockholm: Swedish International Development Cooperation Agency (Sida), 2005. Dapat diakses di: http://www.sida.se/shared/ jsp/download.jsp?f=SIDA22204en_web.pdf&a=17204 OECD. Putting Climate Change Adaptation in the Development Mainstream. Policy Brief. Paris: Organisation for Economic Co- operation and Development, 2006. Dapat diakses di: http://www.oecd.org/dataoecd/57/55/36324726.pdf UNDP and UN/ISDR. Integrating Disaster Risk Reduction into CCA and UNDAF: Guidelines for Integrating Disaster Risk Reduction into CCA/UNDAF. Geneva: United Nations Development Programme and United Nations International Strategy for Disaster Reduction Secretariat, 2006. Dapat diakses di: http://www.unisdr.org/eng/risk-reduction/sustainable-development/cca-undaf/ cca-undaf.htm#2-3 UN/ISDR. Hyogo Framework for Action 2005–2015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters. World Conference on Disaster Reduction, 18–22 January 2005, Kobe, Hyogo, Japan. Geneva: United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2005. Dapat diakses di: http://www.unisdr.org/eng/hfa/hfa.htm World Bank. Hazards of Nature, Risks to Development – An IEG Evaluation of World Bank: Assistance for Natural Disasters. Washington, DC: World Bank, Independent Evaluation Group, 2006. Dapat diakses di: http://www.worldbank.org/ieg/naturaldisasters/report. html World Bank and UN/ISDR. Global Facility for Disaster Reduction and Recovery: A partnership for mainstreaming disaster mitigation in poverty reduction strategies. Washington, DC and Geneva: World Bank and United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2006. Dapat diakses di: http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTURBANDEVELOPMENT/EXTDISMGMT/ 0,,contentMDK:21021166~menuPK:2848225~pagePK:210058~piPK:210062~theSitePK:341015,00.html Catatan Panduan ini disusun oleh Charlotte Benson. Rangkaian catatan panduan Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana dikembangkan oleh Charlotte Benson (Independen) dan John Twigg (Benfield Hazard Research Centre). Para pengarang menyampaikan terima kasih kepada Tim Penasihat Proyek atas nasihat dan dukungan mereka yang amat berharga dalam penyusunan rangkaian ini: Margaret Arnold (Bank Dunia), Steve Bender (Independen), Yuri Chakalall (CIDA), Olivia Coghlan (DFID), Seth Doe Vordzorgbe (Independen), Fenella Frost (UNDP), Niels Holm-Nielsen (Bank Dunia), Kari Keipi (IDB), Sarah La Trobe (Tearfund), Praveen Pardeshi (UN-ISDR), Cassandra Rogers (IDB), Michael Siebert (GTZ), Clairvair Squires (Carribean Development Bank), Jennifer Worrell (UNDP) dan Roger Yates (ActionAid). Terima kasih secara khusus disampaikan kepada para anggota dan mantan anggota Sekretariat Konsorsium ProVention: David Peppiatt (mantan Kepala, sekarang bekerja di Palang Merah Inggris), Bruno Haghebaert, Ian O’Donnell, Maya Schaerer dan Marianne Gemin. Terima kasih juga dihaturkan atas dukungan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Kanada (CIDA), Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID), Kementerian Luar Negeri Kerajaan Norwegia dan Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA). Para pengarang bertanggung jawab sepenuhnya atas semua pandangan yang disajikan di dalam buku ini dan pandangan-pandangan tersebut tidak dengan sendirinya mencerminkan pandangan Sekretariat ProVention, Tim Penasihat proyek, para penilai buku atau badan-badan yang mendanai proyek. Versi lengkap rangkaian catatan panduan ini berikut studi pencakupan yang dilaksanakan oleh Charlotte Benson dan John Twigg, Measuring Mitigation: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation, dapat diakses di http://www. proventionconsortium.org/mainstreaming_tools
  • 24.
  • 25. Catatan Panduan 2 23 Catatan Panduan 2 PERANGKAT UNTUK MENGARUSUTAMAKAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA Mengumpulkan dan Menggunakan Informasi tentang Bahaya-Bahaya Alam Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana adalah rangkaian 14 catatan panduan yang disusun bagi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan untuk menyempurnakan alat-alat penyusunan program, penilaian dan evaluasi proyek mereka dalam rangka mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam program-program pembangunan di negara-negara yang rawan bahaya. Perangkat ini juga berguna bagi para pemangku kepentingan yang bekerja dalam program-program penyesuaian terhadap perubahan iklim. Pengumpulan dan pemanfaatan informasi tentang bahaya merupakan bagian dari banyak alat perencanaan proyek dan program. Catatan panduan ini menguraikan proses-proses dasar untuk memperoleh dan menggunakan informasi semacam itu. Catatan ini mencakup unsur-unsur penting dari informasi tentang bahaya-bahaya alam, letaknya dalam perencanaan/siklus manajemen proyek, alat-alat untuk mengumpulkan informasi, pihak-pihak yang menyediakan informasi dan isu-isu yang perlu dipertimbangkan dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Catatan ini hanya akan menjadi semacam pengantar karena beragamnya bencana alam dan jenis-jenis metode pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masing-masing bencana alam ini, (lihat Bacaan lebih lanjut). 1. Pengantar Berbagai bahaya alam mengancam kehidupan dan pembangunan (lihat Tabel 1). Dengan memahami dan mengantisipasi kejadian-kejadian bahaya di masa mendatang, masyarakat, pemerintah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan dapat mengurangi risiko bencana. Kegagalan dalam memahami dan mengantisipasi bahaya dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi program-program dan proyek- proyek pembangunan (lihat Kotak 1). Namun, para perencana pembangunan seringkali tidak mempertimbangkan bahaya alam dengan memadai, dan manajemen risiko bencana seringkali dilaksanakan secara terpisah dari kegiatan pembangunan. Bahkan jika pun aspek bahaya menjadi sesuatu yang diperhitungkan, pengkajian tentang bahaya yang sungguh-sungguh sering dianggap terlalu memakan biaya dan menghabiskan waktu. Para perencana dan pengelola program dan proyek harus memahami sifat, lokasi, frekuensi dan besarnya bahaya serta dampak potensial bahaya pada harta benda dan jiwa manusia. Mereka harus memahami bahaya mana saja yang dapat menimbulkan risiko di wilayah kerja mereka dan sifat utama dari bahaya-bahaya tersebut. Para perencana dan penngelola program tidak perlu menjadi ahli dalam bidang bahaya, walau mungkin suatu ketika akan perlu bekerja sama dengan para ahli dalam bidang ini dan, oleh karenanya, harus mengetahui bagaimana mengidentifikasi dan berhubungan dengan para ahli dalam bidang ini. Tabel 1 Jenis-jenis bahaya alam Jenis Uraian Contoh Hidro-meteorologis Proses-proses alam atau gejala-gejala yang berkaitan dengan atmosfer, air, laut atau cuaca  Banjir, aliran debu dan lumpur  Topan tropis, badai, angin, hujan dan bentuk-bentuk badai yang besar, badai salju, petir  Kekeringan, meluasnya gurun, kebakaran hutan, suhu udara yang ekstrem, badai pasir atau debu  Guguran salju
  • 26. KONSORSIUM PROVENTION – Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana 24 Geologis Proses-proses atau gejala-gejala bumi yang alamiah  Gempa bumi, tsunami  Kegiatan dan letusan gunungapi  Pergerakan tanah, tanah longsor, batuan longsor, liquefaksi, pergeseran bawah laut  Runtuhnya permukaan tanah, kegiatan patahan geologis Biologis Proses-proses yang dipicu oleh organisme atau yang dibawa oleh vektor-vektor biologis, termasuk keterpaparan pada kuman yang membawa penyakit, racun dan bahan-bahan bioaktif  Merebaknya wabah penyakit, penularan atau hama meluas yang disebabkan oleh tumbuhan atau hewan Sumber: Dimodifikasi dari UN-ISDR (2004), hal. 39. Kotak 1 Beberapa dampak penggunaan dan pengabaian informasi tentang bahaya dalam perencanaan pembangunan Sebuah penelitian pada tahun 2003 mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi erosi pantai sepanjang 60 kilometer garis pantai La Union di Filipina. Data yang ekstensif dikumpulkan tentang pengaruh gelombang dan angin (termasuk topan), kemiringan lereng, gempa bumi dan penurunan permukaan tanah terkait, lapisan bawah pantai, ada dan tidak adanya penyangga alam seperti hutan bakau dan terumbu karang, pergeseran posisi muara sungai, penambangan dan penggunaan lahan untuk keperluan lain, serta struktur perlindungan pantai. Sebagai tindak lanjut dari temuan-temuan penelitian ini, pemerintah memutuskan untuk merelokasi permukiman dan sekolah-sekolah, merancang ulang struktur pantai dan merehabilitasi hutan bakau. Pada tahun 1987 sebuah laporan yang disusun untuk pemerintah Montserrat di pulau Karibia mengingatkan akan risiko-risiko yang ditimbulkan gunungapi Soufrière Hills terhadap ibukota, Plymouth, dan banyak fasilitas lain yang terletak di bagian selatan pulau. Laporan tersebut diabaikan dan pembangunan dilanjutkan, walaupun luasnya kehancuran bangunan-bangunan akibat Badai Hugo pada tahun 1989 memberikan kesempatan untuk mengadakan perubahan. Serangkaian letusan yang dimulai pada tahun 1995 menimpa wilayah-wilayah di bagian selatan pulau. Sebagian besar wilayah ibukota hancur dan banyak fasilitas lain, termasuk bandar udara, tidak dapat digunakan lagi. Tiga perempat dari penduduk yang tersisa, dan sebagian besar fasilitas penting, harus direlokasi secara permanen. Lebih dari 60 persen wilayah daratan dari pulau tersebut sekarang secara resmi ditetapkan sebagai daerah yang tidak aman untuk tempat tinggal atau kegiatan manusia. Sumber: Berdin, R. et al. ‘Coastal erosion vulnerability mapping along the Southern coast of La Union, Philippines’. Dalam Konsorsium ProVention, Applied Research Grants for Disaster Risk Reduction: Global Symposium for Hazard Risk Reduction, July 26-28 2004. Geneva: ProVention Consortium, 2004, hal 51–68. Dapat diakses di: http://www.proventionconsortium.org/themes/default/ pdfs/AG/berdin.pdf; Siringan, F.P. et al. ‘A challenge for coastal management: large and rapid shoreline movements in the Philippines’. Dalam UN-ISDR, Know Risk. Jenewa: United Nations International Strategy for Disaster Reduction, 2005, hal. 218–219; Clay, E. et al. An Evaluation of HMG’s Response to the Montserrat Volcanic Emergency. 2 vols. London: Department of International Development (UK), 1999.
  • 27. Catatan Panduan 2 25 2. Informasi tentang bahaya alam: unsur-unsur penting Informasi tentang bahaya alam membantu para perencana proyek untuk:  mengenali dan memahami bahaya-bahaya alam di daerah sasaran proyek;  mengidentifikasi kesenjangan dalam hal pengetahuan;  mengidentifikasi risiko-risiko bahaya-bahaya alam yang dihadapi proyek saat ini dan di masa yang akan datang; dan  mengambil keputusan-keputusan dalam hal bagaimana menangani risiko-risiko tersebut. Informasi berikut ini tentang ciri-ciri utama bahaya-bahaya alam diperlukan untuk mengidentifikasi bahaya di masa lampau dan sekarang, dan potensi bahaya di masa mendatang serta dampak-dampak yang dapat ditimbulkan:  Tempat dan tingkat cakupan bahaya. Apakah daerah sasaran program atau proyek terkena dampak satu bahaya alam atau lebih, apa jenis bahaya alam tersebut, dan di mana?  Frekuensi dan tingkat kemungkinan terjadinya bahaya. Seberapa sering bahaya dapat terjadi (baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang)?  Kekuatan/tingkat keparahan. Seberapa besar kejadian bahaya dapat muncul (misalnya tingkat banjir; kecepatan angin dan volume/curah hujan selama badai; tingkat besarnya dan kekuatan gempa bumi)?  Lama waktu. Berapa lama kejadian bahaya akan berlangsung (dari hanya beberapa detik atau menit dalam hal gempa bumi sampai beberapa bulan atau bahkan tahun dalam hal kekeringan)?  Kemungkinan untuk dapat diramalkan sebelumnya. Seberapa dapat diandalkan perkiraan kita akan kapan dan di mana kejadian bahaya akan berlangsung? Informasi tentang kecepatan mulainya sebuah kejadian bahaya sangat penting untuk kesiapsiagaan terhadap bencana dan sistem peringatan dini, dan juga dapat bermanfaat untuk keperluan perencanaan (misalnya saja dalam merencanakan rute-rute evakuasi yang aman). Para perencana proyek juga harus sadar akan:  bahaya-bahaya sekunder yang dapat ditimbulkan oleh sebuah kejadian bahaya (misalnya, tanah longsor yang dipicu oleh gempa bumi atau hujan deras; kebakaran gedung-gedung yang diakibatkan oleh gempa bumi; bobolnya waduk karena banjir);  bahaya di luar daerah sasaran proyek yang dapat berpengaruh pada proyek (contohnya bahaya yang menyebabkan matinya listrik atau macetnya pasokan bahan baku, masyarakat yang terpaksa mengungsi); dan  bagaimana kejadian bahaya terjadi, termasuk tidak hanya proses-proses fisik alam, tetapi juga dampak kegiatan- kegiatan manusia yang menimbulkan atau memperburuk bahaya (penggundulan hutan, misalnya, menimbulkan ketidakstabilan lereng dan selanjutnya dapat menyebabkan tanah longsor). Dampak potensial proyek sendiri pada bahaya yang ada atau bahaya yang mungkin timbul biasanya ditangani melalui pengkajian dampak lingkungan dan dampak sosial (lihat Catatan Panduan 7 dan 11), tetapi hal ini merupakan suatu isu penting yang harus dikaji dalam perencanaan proyek, dengan memasukkan langkah-langkah mitigasi yang sesuai ke dalam rancangan proyek. Bahaya adalah gejala yang tidak statis dan keterpaparan terhadap risiko bahaya akan berubah seiring dengan waktu. Oleh karena itu, kita harus memahami perubahan-perubahan risiko bahaya di masa yang akan datang dalam kurun waktu tertentu, sehingga pengkajian tentang bahaya lebih bersifat “kemungkinan” daripada pengkajian tentang bahaya “normatif” yang didasarkan pada kondisi-kondisi saat ini. Hal ini terutama berlaku pada perubahan iklim, yang dapat menimbulkan akibat yang besar pada pola-pola dan kecenderungan bahaya dan bencana-bencana alam. Patut diperhatikan juga bahwa bahaya dapat membawa akibat yang positif maupun negatif (banjir, misalkan saja, dapat meninggalkan endapan lumpur yang subur). Informasi tentang bahaya harus dimanfaatkan untuk mendukung pengambilan keputusan tentang bagaimana proyek akan mengelola bahaya yang telah teridentifikasi. Jika ancaman dianggap tidak berarti, rancangan proyek tidak perlu diubah. Bila ancaman tersebut tergolong parah, para perencana dapat saja memutuskan untuk tidak melanjutkan di tempat itu. Di antara kedua keputusan ini, para perencana dapat mempersiapkan berbagai jenis langkah mitigasi fisik maupun nonfisik untuk melindungi proyek atau program dan kelompok-kelompok sasarannya.
  • 28. K O N S O R S I U M P R OV E N T I O N – P e r a n g k a t u n t u k Me n g a r u s u t a m a k a n P e n g u r 26a n g a n R i s i k o B e n c a n a Proses penilaian (atau persiapan) proyek mencakup pengkajian atas sejumlah faktor (lingkungan, sosial, ekonomi, dsb.) dan bahaya. Proyek dapat saja memiliki beberapa tujuan yang saling bersaing yang harus diseimbangkan. Oleh karenanya, untuk setiap kasus para perencana harus menyepakati dengan jelas dan terbuka seberapa besar bobot yang akan diberikan pada bahaya tertentu dalam rancangan yang ditetapkan. 3. Penggunaan informasi tentang bahaya dalam siklus proyek Pengumpulan dan analisis data tentang bahaya harus dimulai sedini mungkin dalam tahapan siklus proyek dan dilanjutkan pada proses perencanaan, sehingga dapat menghasilkan informasi yang lambat laun akan semakin terinci (untuk informasi lebih lanjut tentang siklus proyek, lihat Catatan Panduan 5). Bahaya yang signifikan harus dikenali seawal mungkin dalam siklus, selama tahap identifikasi proyek. Jika ada bahaya bermakna yang dapat teridentifikasi, kita membutuhkan pengumpulan dan analisis informasi lebih lanjut. Dalam tahap-tahap identifikasi dan penilaian proyek, pengumpulan dan interpretasi informasi tentang bahaya biasanya menjadi bagian dari (atau dimasukkan ke dalam) kegiatan-kegiatan penilaian proyek mendasar lainnya, terutama analisis risiko, pengkajian kerentanan dan pengkajian lingkungan (lihat Catatan Panduan 6, 7 dan 9). Pengumpulan dan interpretasi informasi tentang bahaya dapat juga dipadukan ke dalam berbagai metode pengkajian sosial dan ekonomi (lihat Catatan Panduan 8, 10 dan 11) dan ke dalam keputusan-keputusan tentang rancangan konstruksi serta pemilihan lokasi (lihat Catatan Panduan 12). Penting untuk dijaga agar informasi dan pengkajian tentang bahaya tidak berdiri sendiri, tetapi dipadukan sepenuhnya ke dalam perangkat perencanaan lainnya ini. Jumlah informasi yang dibutuhkan dan bentuknya (termasuk tingkat ketepatan, kecepatan pengumpulan data dan lingkupnya) akan berbeda sesuai sifat bahaya dan jenis proyek, serta sesuai dengan tahap perencanaan dan jenis instrumen pengkajian yang digunakan (lihat Bagian 4). Tabel 2 menyajikan sebuah model untuk memadukan pertanyaan-pertanyaan dan keputusan-keputusan berkaitan dengan bahaya ke dalam siklus proyek (patut diperhatikan bahwa pemantauan bahaya dan pemutakhiran informasi terus dilanjutkan setelah pelaksanaan proyek dimulai). Sehubungan dengan proyek-proyek yang berdiri sendiri, tidak hanya kejadian bahaya berskala besar (misalnya gempa bumi besar) yang dapat mempengaruhi proyek secara bermakna. Bahaya berskala kecil dan terjadi di lokasi yang terbatas (seperti banjir dan tanah longsor) dapat juga menjadi penting untuk diperhatikan apabila terjadi berulang-ulang dan meluas di daerah sasaran proyek.
  • 29. Penyusunan Program Penilaian/ persiapan/ penyusunan Pelaksanaan Evaluasi Identifikasi Menyusun panduan dan prinsip- prinsip umum; menyetujui fokus sektoral dan tematik; menyusun garis besar gagasan- gagasan umum Panduan dan prinsip-prinsip untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi tentang bahaya alam dan merancang pendekatan untuk mendapatkan serta mengguna- kannya Panduan bagi tim perencana dalam hal pendekatan untuk mendapatkan serta menggunakan informasi tentang bahaya-bahaya alam  Melakukan analisis pemangku kepentingan  Mengidentifikasi dan menyaring gagasan-gagasan untuk proyek  Memutuskan pilihan mana yang akan dikembangkan lebih lanjut  Mengidentifikasi daerah-daerah sasaran dan karakteristik lingkungan daerah-daerah tersebut  Mengumpulkan informasi dasar termasuk data-data bahaya alam  Menentukan tingkat bahaya alam di daerah dan yang mempengaruhi daerah-daerah sasaran proyek  Kesadaran akan bahaya-bahaya alam yang signifikan di daerah sasaran proyek  Pemahaman akan kesenjangan dan kebutuhan informasi  Ketentuan dibuat untuk mendapatkan informasi semacam itu  Mempelajari seluruh aspek signifikan dari gagasan  Mengembangkan kerangka logis atau kerangka perencanaan berbasis hasil  Menyusun kegiatan dan jadwal pelaksanaan  Menghitung masukan yang dibutuhkan  Memutuskan untuk melanjutkan proyek atau tidak  Informasi terinci tentang bahaya, kerentanan dan risiko  Persiapan penilaian bahaya, kerentanan dan risiko  Produksi peta-peta bahaya dan penggunaan lahan  Pengkajian tingkat kemungkinan proyek berjalan secara teknis, sosial dan ekonomi  Pengetahuan akan lokasi, tingkat keganasan, tingkat kemungkinan terjadi dan sifat-sifat pokok lain dari bahaya-bahaya alam dalam satu periode waktu tertentu di daerah sasaran proyek  Identifikasi lokasi-lokasi yang rawan: permukiman, fasilitas produksi, fasilitas-fasilitas penting  Identifikasi isu-isu dan hambatan yang berkaitan dengan bahaya- bahaya utama yang dapat mempengaruhi proyek  Penentuan kerusakan yang dapat timbul pada manusia, harta milik/sarana, kegiatan-kegiatan ekonomi dan gangguan pada rencana-rencana implementasi  Pemilihan pilihan-pilihan yang terbaik bagi proyek  Pengembangan strategi-strategi mitigasi  Pelaksanaan kegiatan- kegiatan proyek pembangunan yang direncanakan  Pemantauan rutin atas dampak bahaya-bahaya alam pada proyek dan penerima manfaat proyek  Pengadopsian langkah-langkah mitigasi risiko dan pengurangan kerentanan (termasuk kesiapsiagaan dan rencana tanggap darurat)  Modifikasi rancangan dan rencana-rencana pelaksanaan proyek jika dibutuhkan  Penilaian pencapaian- pencapaian dan dampak  Mengkaji asumsi-asumsi perencanaan yang berkaitan dengan dampak bahaya-bahaya alam yang mungkin menimpa proyek  Keputusan untuk melanjutkan, mengubah atau menghentikan proyek  Kesimpulan-kesimpulan turut dipertimbangkan dalam aluasi Tahap siklus proyek Diadaptasi dan dikembangkan dari: OAS (1991), hal. 1/17–1/22. C a t a t a n P a n d u a n 2 27 Tabel 2 Pemaduan informasi tentang bahaya ke dalam siklus proyek