Laporan ini menganalisis pengaruh ketinggian dan posisi access point terhadap kekuatan sinyal yang diterima pada jaringan Wi-Fi menggunakan metode pengukuran sinyal. Hasilnya menunjukkan bahwa access point pada ketinggian 230 cm memberikan sinyal terkuat dibanding ketinggian lainnya baik untuk kondisi Line of Sight maupun Non Line of Sight.
Optimasi penempatan posisi access point pada jaringan wi fi
1. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
Pengampu :
Diah Risqiwati M.T
Nama:
201410370311239 Windi Widiastuti
201410370311247 Ade Rega Susanto
Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
Optimasi Penempatan Posisi Access
Point pada Jaringan Wi-Fi
Menggunakan Metode Simulated
Annealing
Daftar Isi :
1. Deskripsi
2. Metode Penelitian
3. Implementasi dan Hasil Praktikum
4. Analisa
5. Kesimpulan
6. Saran
2. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
Daftar Isi
1. Deskripsi .............................................................................................................................3
2. Metode Penelitian................................................................. Error! Bookmark not defined.
3. Implementasi dan Hasil ....................................................................................................5
4. Analisa.................................................................................................................................9
5. Kesimpulan.......................................................................................................................12
6. Saran .................................................................................................................................12
3. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
1. Deskripsi
Penempatan access point pada jaringan Wi-Fi yang tepat sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kekuatan sinyal yang diterima dari transmitter terhadap receiver.
Parameter yang paling mempengaruhi dalam menentukan performa access point adalah
kekuatan sinyal, karena nilai inilah yang akan digunakan untuk menentukan coverage area
(cakupan sinyal) dari sebuah transmitter (access point). Pada penelitian ini dilakukan
pengukuran terhadap kekuatan sinyal access point terhadap penerima yang diukur
menggunakan aplikasi inssider dan menghasilkan RSSI (Received Signal Strength
Indication) dari sebuah transmitter terhadap receiver. Dalam pengukuran juga digunakan
propagasi Line Of Sight (LoS) dan propagasi Non Line Of Sight (NLoS).
Line of Sight adalah sebuah jalur kosong yang ada diantara dua buah titik. Untuk
mendapatkan daerah visual yang bersih pada sebuah Line of Sight. Sebagian besar untuk
koneksi point to point outdoor. Sedangkan Non Line Of Sight adalah kebalikannya.
Kemudian data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan digunakan untuk
pemodelan penempatan access point menggunakan metode simulated anneling, Kekuatan
sinyal RSSI yang diterima oleh receiver tidak hanya bergantung pada jarak antara
transmitter dan receiver, pengaruh interferensi dapat menyebabkan penurunan sinyal yang
diterima oleh receiver.
2. Metode Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan di rumah kos, dimana untuk propagasi LoS dan
propagasi NLoS dilaksanakan di lingkungan area rumah kos. Denah penelitian
memiliki luas 384 m2.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Access Point
Alat ini berfungsi sebagai transmitter atau pemancar sinyal gelombang radio
dengan merek Tenda.
Laptop
Alat ini berfungsi sebagai receiver menerima sinyal gelombang radio dari access
point.
4. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
2. Bahan
InSSIDer
InSSIDer berfungsi sebagai software gratis yang digunakan untuk scanning
jaringan Wi-Fi dengan parameter utama SSID dan dapat melacak kekuatan
sinyal dari waktu ke waktu.
Meteran
Digunakan untuk mengukur ketingian access point yang terpasang
C. Prosedur dan Pengumpulan Data
1. Prosedur
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh ialah :
Menyiapkan alat dan bahan
Melakukan verfikasi perangkat Wi-Fi (access point)
Menginstall aplikasi InSSIDer berbasis Sistem Operasi Windows 7
Menjalankan aplikasi InSSIDer untuk melakukan scanning Wi-Fi secara
otomatis untuk melihat access point yang berada disekitar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data :
Melakukan perencananaan penelitian dengan mengambil data yang meliputi
denah, tinggi access point, koordinat, jarak, RSSI dan propagasi.
Menentukan koordinat posisi access point dan posisi receiver pada propagasi
LoS dan NLoS.
Aplikasi inSSIDer yang sudah dijalankan akan memperlihatkan data terhadap
nilai RSSI yang diterima oleh receiver.
3. Pemodelan Sistem Berdasarkan Kondisi Access Point Sebenarnya
Pada pemodelan yang berdasarkan posisi access point sebenarnya, pemodelan
dikelompokkan berdasarkan propagasinya yaitu Line Of Sight dan Non Line Of
Sight. Pemodelan posisi access point yaitu, sebagai berikut :
a. Membagi luas dengan jumlah ubin, denah penelitian memiliki luas 384 m2.
Sehingga luas area adalah 2400 satuan ubin. Dimana panjang dan lebar ruangan
adalah 24 m x 16 m, dengan 1 ubin panjangnya 40 cm.
b. Menentukan perhitungan koordinat dengan nilai koordinat sumbu X adalah ke
kanan dan koordinat sumbu Y adalah ke atas.
5. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
c. Menentukan ketinggian transmitter yang dibagi kedalam tiga jenis ukuran
ketinggian yaitu ketinggian 50 cm, 120 cm dan 230 cm.
d. Menentukan titik koordinat transmitter dengan posisi sebenarnya yang berada
pada koordinat (24, 9)
e. Mengukur besarnya RSSI sesuai dengan bertambah jauhnya jarak antara
koordinat kedua transmitter dan koordinat receiver dengan bantuan aplikasi
inSSIDer dengan propagasi LoS dan NLoS.
3. Implementasi dan Hasil
Hasil dari pengukuran RSSI
Hasil dari pengumpulan data access point menggunakan propagasi LoS pada
koordinat (24,9) adalah sebagai berikut :
a. Pada koordinat (24,9) dengan propagasi LoS pada ketinggian 50 cm diperoleh
sebagai berikut :
Gambar 1.
Dari pengukuran sinyal pada gambar 1 diambil dari jarak 5 meter dari access
point, dan minimum RSSI pada access point dengan ketinggian 50 cm adalah -43
dBm.
6. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
b. Pada koordinat (24,9) dengan propagasi LoS pada ketinggian 120 cm diperoleh
sebagai berikut :
Gambar 2.
Dari pengukuran sinyal pada gambar 2 diambil dari jarak 5 meter dari access
point, dan minimum RSSI pada access point dengan ketinggian 120 cm adalah -
33 dBm.
c. Pada koordinat (24,9) dengan propagasi LoS pada ketinggian 230 cm diperoleh
sebagai berikut :
Gambar 3.
7. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
Dari pengukuran sinyal pada gambar 3 diambil dari jarak 5 meter dari access
point, dan minimum RSSI pada access point dengan ketinggian 230 cm adalah -
29 dBm.
Hasil dari pengumpulan data access point menggunakan propagasi NLoS pada
koordinat (24,9) adalah sebagai berikut :
d. Pada koordinat (24,9) dengan propagasi NLoS pada ketinggian 50 cm diperoleh
sebagai berikut :
Gambar 4.
Dari pengukuran sinyal pada gambar 4 diambil dari jarak 10 meter dari access
point, dan minimum RSSI pada access point dengan ketinggian 50 cm adalah -
46 dBm.
8. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
e. Pada koordinat (24,9) dengan propagasi NLoS pada ketinggian 120 cm
diperoleh sebagai berikut :
Gambar 5.
Dari pengukuran sinyal pada gambar 5 diambil dari jarak 10 meter dari access
point, dan minimum RSSI pada access point dengan ketinggian 120 cm adalah
-45 dBm.
f. Pada koordinat (24,9) dengan propagasi NLoS pada ketinggian 50 cm diperoleh
sebagai berikut :
Gambar 6
9. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
Dari pengukuran data pada gambar 6 diambil dari jarak 10 meter dari access
point, dan minimum RSSI pada access point dengan ketinggian 230 cm adalah
-44 dBm.
4. Analisa
Ketinggian lokasi access point mempengaruhi penerimaan sinyal (RSSI) yang
diterima oleh receiver. Koordinat access point (24,9) dengan propagasi LoS, mengubah
ketinggian access point berpengaruh terhadap penerimaan sinyal (RSSI) yang diterima leh
receiver. Menghitung rata-rata dari RSSI dapat menggunakan rumus sebagai berikuut :
𝜔 =
𝜗
𝜆
Rata-rata RSSI (𝜔) a adalah rasio antara nilai total dari RSSI (𝜗) dan jumlah koordinat
penerima (𝜆 ) . Dengan 3 jenis ketinggian access point yaitu, 50 cm, 120 cm, dan 230 cm.
Table 1. Rata-rata sinyal yang diterima pada koordinat (24,9) dengan jarak dari transmitter
adalah 5 meter.
Tinggi AP
LoS
Receiver Number Rata-rata sinyal
50 cm 25 -43 dBm
120 cm 25 -33 dBm
230 cm 25 -29 dBm
Pada tabel 1 menunjukkan rata-rata sinyal yang diterima dengan ketinggian access
point 230 cm pada -29 dBm. Hasil ini merupakan hasil terbaik dari pada sinyal yang
diterima pada ketinggian 50 cm pada point -43 dBm dan 120 cm pada point -33dBm
10. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
Table 2. Rata-rata sinyal yang diterima pada koordinat (24,9) dengan jarak dari transmitter
10 meter.
Tinggi AP
NLoS
Receiver Number Rata-rata sinyal
50 cm 50 -46 dBm
120 cm 50 -45 dBm
230 cm 50 -44 dBm
Pada tabel 2 menunjukkan rata-rata sinyal yang diterima dengan ketinggian access
point 230 cm pada -44 dBm, Hasil ini merupakan hasil terbaik dari pada sinyal yang
diterima pada ketinggian 120 cm pada point -45 dBm dan ketinnggian 50 cm pada point
-46 dBm.
Dibawah ini merupakan gambar sampel area dengan titik koordinat acces point (24, 9)
Gambar 7. Sampel area
11. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
Gambar 8.
Gambar 9.
12. Dokumen Laboratorium Teknik Informatika UMM @ 2015 – Laporan Tugas Besar Jaringan Wireless
By. [201410370311239] [WINDI WIDIASTUTI] , [201410370311247] [ADE REGA SUSANTO]
5. Kesimpulan
Dari semua pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan penempatan
posisi access point pada jaringan Wi-fi ada beberapa kriteria pengukuran yang harus
dipenuhi yaitu mengambil data yang meliputi denah, tinggi access point, koordinat, jarak,
RSSI dan propagasi. Kriteria pengukuran tersebut sangat mempengaruhi sinyal yang di
pancarkan oleh acces point atau transmitter dan sinyal yang diterima oleh receiver.
RSSI yang diperoleh dari propagasi Line Of Sight lebih bagus dari pada Non Line Of
Sight karena pada LoS sinyal yang dipancarkan tidak terhalang oleh benda atau bangunan
tembok. Sedangkan NLoS sinyal yang dipancarkan terhalang oleh tembok atau benda
lainnya.
6. Saran
a. Semakin banyak pengujian maka akan mendapatkan hasil yang mungkin lebih baik.
b. Jika pengujian ini menggunakan metode simulated annealing maka akan mendapatkan
hasil optimasi yang lebih baik dari perencanaan awal.