Alexander Kaub a Photovoltaic Expert a Solar Power Expert a Solar Energy Expert for total solar power solutions is featured in various Press release through articles in Indonesia.
Good Stuff Happens in 1:1 Meetings: Why you need them and how to do them well
Pusat energi surya akan dibangun di ui
1. Articles/ broadcasts about solar development in
Indonesia:
Newspaper, Magazine, TV interview with Alexander Kaub
Articles / broadcasts which are already published:
27 April 2012 – Harian Nusantara / Qian Dao Ri Bao (Online & printed Newspaper)
29 April 2012 – The Atjeh Post (Online Newspaper)
Investor Daily (Online Magazine)
Univesity of Indonesia (website)
30 April 2012 - Business News (Online Magazine)
02 May 2012 – Harian Nusantara / Qian Dao Ri Bao (Online & printed Newspaper)
06 May 2012 - SolarAcademia (website)
07 May 2012 - Business News (Online Magazine)
Articles / broadcasts which aren’t published or which we Don’t have yet
MNC Business TV (20min.TV live interview; records)
The Jakarta Post (Newspaper)
Jakarta Globe (newapaper)
Pembangunan Energi Surya di Indonesia
2012年4月27日
Jakarta,Harian Nusantara, 27 April 2012 - Kemampuan Indonesia
untuk mengatasi krisis kurang listrik akan ditutupi oleh sumber daya Energi
surya atau matahari (solar system), karakteristik Energi terbarukan (renewable
resources). Energi surya merupakan Energi alternative untuk menutupi
ketersediaan Energi listrik di Indonesia sampai tahun 2050 mendatang.
Pemerintah melihat sumber Energi fosil seperti minyak, batubara, gas alam
belum tentu mampu mencukupi kebutuhan sampai tahun 2050. “Kami melihat
potensi pengembangan Energi surya, serta pasarnya masih sangat potensial.
Sementara Inutec, perusahaan asal Jerman memiliki teknologinya. Sehingga
2. kami yakin dengan rencana pengembangan, dengan tahap awalnya membangun
kerjasama dengan Universitas Indonesia,” kata Lismawati, Inutec Jakarta
Representative.
Rencananya hari ini (27/4) UI akan menanda -tangani renana
kerjasama dengan Inutec di Jakarta. Penanda -tanganan tersebut akan ditindak -
lanjuti dengan berbagai kegiatan penelitian, pengembangan Energi surya.
Bahkan bulan depan, UI dan Inutec akan mengadakan seminar di kampus UI
Depok. Selanjutnya, UI dan Inutec akan menggelar pencanangan Solar Day di
Indonesia. “Penanda-tanganan akan disaksikan dengan Menteri Kominfo
(Kementerian Informasi dan Komunikasi) Tifatul Sembiring da n pejabat EU (Uni
Eropa). Karena di Eropah, proyeksi Energi surya sudah lama berlangsung, ”.
Sistem Energi surya yang akan dibangun Inutec akan memperluas
akses tenaga listrik di pedesaan dan perkotaan. Karena rasio eletrifikasi
ditargetkan mencapai 85 persen pada tahun 2015 mendatang, dan 100 persen
pada tahun 2020. Rencana kerjasama tersebut semakin mempersiapkan
Indonesia menuju era ketahanan Energi (Energy security), sambil menutupi
ketersediaan,
Energi surya memberi manfaat langsung un tuk produksi listrik atau
proses pemanasan bahkan pendinginan. Energi surya bisa merupakan masa
depan pembangunan ketersediaan listrik di Indonesia. Sayangnya, selama ini
belum banyak teknologi tinggi untuk pemanfaatan energi dari matahari. Inutec
dari Jerman akan mengembangkan Energi surya di beberapa negara di kawasan
Asia Tenggara, termasuk Filipina. Inutec akan membangun beberapa solar
center. Pengembangan Energi surya akan menambah opsi Energi terbarukan
(renewable) selain biofuel, geothermal (panas bu mi), hydro, ocean (gelombang
laut) di Indonesia. Pemerintah Indonesia, khususnya UI akan mengalihkan
teknologi Jerman ke Indonesia. “Inutec sudah hampir 20 tahun memberikan
3. konsultasi perencanaan, penjualan, instalasi kilang untuk sustainable Energi
(Energi berkelanjutan). Sehinggga reputasi kami sudah dikenal di dunia, ”.
Tenaga surya mempunyai arti mengubah sinar matahari secara
langsung menjadi panas atau energi listrik untuk keperluan rumah tangga,
industri, bahkan transportasi. Dua tipe tenaga matahari yaitu photovoltaic
(photo- cahaya, voltaic=tegangan) dan Photovoltaic yang memberdayakan
pembangkit listrik dari cahaya. Teknologinya yaitu dengan penggunaan bahan
semi konduktor disesuaikan untuk melepas elektron, pertikel bermuatan
negative yang membentuk dasar listrik. “Inutec Solar center sudah menerapkan
dua tipe Energi tersebut. Kami juga akan membangun solar center bukan hanya
di Indonesia, tetapi juga Filipina, Thailand. Karena di Asia Tenggara,
pemanfaatan Energi surya belum optimal, ”. (Liu)
Minggu, 29 April 2012 18:07 WIB
Inutec GmbH Gandeng Teknik Elektro UI untuk Bisnis
Energi Matahari
WELLA SHERLITA
Produsen energi solar (energi panas matahari) asal Jerman, Inutec GmbH, menggandeng Departemen
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia untuk mengembangkan penelitian di salah satu
bidang energi terbarukan, yaitu panas matahari (solar cell dan solar thermal).
Kesepakatan itu telah dituangkan dalam Letter of Agreement (LoA) antara kedua pihak, yang
ditandatangani pada Jumat lalu (27 April 2012), di Jakarta. Poin LoA ada tiga pilar, yaitu edukasi, riset,
dan proyek bersama untuk jangka panjang.
Dalam perbicangan kepada The Atjeh Post, Minggu 28 April 2012, Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan, dari
kelompok riset energi terbarukan Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
(FTUI), menjelaskan bahwa kerjasama ini baru langkah awal. Namun, akan besar manfaatnya terutama
di daerah terpencil yang jauh dari jangkauan PLN.
“Solar cell adalah bentuk teknologi yang bisa langsung diterapkan di Indonesia. Kita punya potensi
4. radiasi matahari yang besar, ini merata di seluruh Indonesia dan beda dengan debit air atau angin.
Kedua, teknologi ini sudah terbukti (di banyak negara maju) sepanjang kita punya dana untuk itu. Ini bisa
menjadi solusi di perkotaan untuk mengurangi beban PLN, juga di daerah terpencil yang jauh dari
jangkauan listrik PLN, ini sebetulnya solusi instan,” ungkap Eko.
Ia menambahkan, pembicaraan tentang kerjasama antara Departemen Teknik Elektro FTUI dengan
Inutec sudah cukup lama. Apalagi, Inutec sudah berpengalaman di bidangnya hampir 20 tahun.
“Teknologi panas matahari sudah lama, tetapi kita masih perlu belajar lebih banyak tentang teknologinya.
Lagipula teknologi solar cell makin lama makin murah karena produsen makin banyak dan demandnya
makin banyak. Tantangan ke depan justru di situ,” tambah Eko.
Sementara itu, CEO Inutec GMBH, Alexander Kaub, mengatakan kerjasama ini adalah langkah awal
yang sangat baik antara kedua institusi. Diharapkan kelak, kerjasama tersebut tidak cukup sampai pada
tingkat UI dan Inutec, tetapi juga melibatkan Indonesia dan Jerman, untuk produksi bersama sekaligus
pemasaran produk energi terbarukan tersebut.
“Idenya adalah mengkombinasikan antara pemikiran pengembangan wirausaha, dengan pengetahuasn
teknis di bidang teknologi panas matahari. Menjadi pengusaha di bidang energi terbarukan adalah impian
saya sejak lama. Jadi, tujuan saya mengajak sebanyak mungkin pihak-pihak yang memiliki pandangan
yang sama, terutama untuk mendukung pemasaran produk,” ungkap Alexander Kaub.
Ia menjelaskan, sejumlah perguruan tinggi di Jerman juga menjadi mitra kerjasama mereka, namun
mengajak perguruan tinggi di luar negeri, seperti UI adalah baru pertamakalinya.
“Target pasar belum dipastikan sejauh ini berapa jumlah panel surya yang harus terjual dan sebagainya,
karena kami proyek kerjasama baru mau dimulai. Tetapi sebagai tahap awal, kami akan memulai
seminar, e-learning, memberikan solusi teknis, melakukan riset-riset bersama. Kami mendukung UI dan
akan melakukan pilot project,” demikian Alexander Kaub.
Beberapa program yang akan dilaksanakan pasca penandatanganan LoA adalah seminar sehari
bertemakan energi terbarukan, pola pentarifan, serta perbandingan antara energi terbarukan dengan
nuklir. Dilanjutkan dengan workshop instalasi solar modul dimana seluruh peralatan sistem energi
matahari tersebut hibah dari Inutec kepada UI.
Rencana berikutnya adalah pendirian Solar Academy yang pertamakalinya di Indonesia, dan Asia
Tenggara. Tujuannya untuk menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mahir dari aspek teknis,
finansial, dan hukum di bidang pengembangan potensi energi panas matahari.[]
Kerjasama dengan Jerman, UI Siap Bangun Akademi Surya
5. JAKARTA – Universitas Indonesia (UI) melakukan kerjasama dengan Inutec, Jerman untuk
mengembangkan potensi tenaga surya dengan berencana membangun Akademi Surya atau Solar
Energy Academy.
Muhammad Ashvial, Ketua Departemen Teknik Elektro UI menjelaskan bahwa selain pembangunan
Solar Academy atau Akademi Surya juga akan ada workshop instalasi modul surya dan seminar
bertemakan tenaga surya. “ Pertama akan ada solar energy academy, peralatan yang digunakan akan
disediakan oleh Inutec,” ujar dia dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan Inutec, Jum’at
(27/4).
Dia berpendapat bahwa kerjasama dengan Inutec tidak hanya bersifat pendidikan atau akademik tetapi
ada juga pelatihan-pelatihan. “ Selain itu peralatan yang digunakan akan digunakan untuk riset tenaga
surya,” Tambah dia.
Ashvial menambahkan jika saat ini diperlukan edukasi bagi masyarakat terkait teknologi tenaga surya. “
Tentunya ada pengembangan di bidang teknologi dan riset dalam pengembangan teknologi surya,” kata
Ashvial.
CEO Inutec, Alexander Kaub menjelaskan bahwa energi matahari merupakan energi yang tersedia
dimana saja di Indonesia. “ Energi surya itu bersih, aman, tak terbatas dan dapat digunakan oleh siapa
saja,” ujar dia.
Kaub berpendapat bahwa energi surya adalah energi yang ramah lingkungan dan tidak memerlukan
biaya yang tidak besar. “Apabila kita telah membangun panel surya itu berarti kita menyiapkan energi
untuk 30 tahun ke depan tanpa tambahan biaya yang berarti dan hanya sedikit perawatan,” kata dia.
Di sisi lain, Feri Yusivar dosen sekaligus peneliti di Teknik Elektro UI menjelaskan bahwa untuk
memasang panel surya di Indonesia tidak memerlukan titik-titik khusus. “ Kita berada di Indonesia yang
dekat dengan garis khatulistiwa. Jadi, tidak harus selalu emngikuti perputaran arah matahari, paling
hanya meletakkan dengan sudut kemiringan 15 derajat untuk efisiensi yang cukup serta pembuatan jam
mekanis yang tidak terlalu sulit,” kata dia.
Terkait efisiensi rendah dari panel surya, Kaub berpendapat pihaknya tidak terlalu memikirkan efisiensi
dari panel surya. “ Saya selalu mendukung penggunaan energy surya karena merupakan sebuah solusi,
walaupun sebagian orang menganggap itu tidak ekonomis,” ujar Kaub.
Department of Electrical Engineering
Faculty of Engineering - Universitas Indonesia
http://www.ee.ui.ac.id/main/ (please visit website for detail article)
Partnership Agreement with inutec solarzentrum gmbh,
Germany
Press Conference Partnership Agreement between Department of Electrical Engineering,
Universitas Indonesia and inutech solarzentrum gmbh, Germany (April 27th, 2012, Ritz Carlton,
Jakarta)
6. INUTEC JERMAN MEMBANGUN ENERGY SURYA DI
INDONESIA
30 April 2012 No Comment
Jakarta, 26 April 2012 (Business News)
Proyeksi energi di Indonesia semakin intens untuk mencapai tahap ketercukupan, ketersediaan
(sustainable energy) dengan memanfaatkan energy surya atau matahari (solar system). Perusahaan asal
Jerman Inutec Solar Center hari ini (27/4) menanda-tangani rencana partnership dengan Universitas
Indonesia untuk pengembangan energy surya. Rencana kerjasama tersebut semakin mempersiapkan
Indonesia menuju era ketahanan energy (energy security), sambil menutupi ketersediaan, ketercukupan
energy listrik di Indonesia. Sistem energy surya yang akan dibangun Inutec akan memperluas akses
tenaga listrik di pedesaan dan perkotaan. Karena rasio eletrifikasi ditargetkan mencapai 85 persen pada
tahun 2015 mendatang, dan 100 persen pada tahun 2020. “Kerjasama ini merupakan kick start yang
signifikan untuk pasar energy surya di Indonesia. Kerjasama dengan Universitas Indonesia akan ditindak-
lanjuti dengan pencanangan Solar Day dan Solar Tag di Indonesia. Pengembangan energy surya di
Indonesia masih sangat potensial,” Lismawati, Inutec Jakarta Representative mengatakan kepada
Business News (26/4).
Energy surya memberi manfaat langsung untuk produksi listrik atau proses pemanasan bahkan
pendinginan. Energi surya bisa merupakan masa depan pembangunan ketersediaan listrik di Indonesia.
Sayangnya, selama ini belum banyak teknologi tinggi untuk pemanfaatan energi dari matahari. “Sehingga
Inutec dari Jerman optimis dengan rencana pengembangan solar center. Kerjasama dengan UI
merupakan langkah maju untuk alih teknologi Jerman ke Indonesia. Inutec sudah hampir 20 tahun
memberikan konsultasi perencanaan, penjualan, instalasi kilang untuk sustainable energy (energy
7. berkelanjutan)”.
Tenaga surya mempunyai arti mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau energi
listrik untuk keperluan rumah tangga, industri, bahkan transportasi. Dua tipe tenaga matahari yaitu
photovoltaic (photo-cahaya, voltaic=tegangan) dan Photovoltaic yang memberdayakan pembangkit listrik
dari cahaya. Teknologinya yaitu dengan penggunaan bahan semi konduktor disesuaikan untuk melepas
elektron, pertikel bermuatan negative yang membentuk dasar listrik. “Inutec Solar center sudah
menerapkan dua tipe energy tersebut. Kami juga akan membangun solar center bukan hanya di
Indonesia, tetapi juga Filipina, Thailand. Karena di Asia Tenggara, pemanfaatan energy surya belum
optimal”.
Sementara itu PLN (Perusahaan Listrik Negara) bertekad untuk terus meningkatkan peran serta Energi
Baru dan Terbarukan (EBT) dalam memproduksi listrik untuk keperluan masyarakat. Jika sekarang
secara nasional sumbangan EBT dalam energi mix untuk listrik baru sekitar 11 persen maka ditargetkan
pada tahun 2020 nanti penggunaan EBT harus mencapai 20 persen. EBT bukan sekedar energi alternatif
dari bahan bakar fosil tetapi harus menjadi penyangga pasokan energi utama. Hal ini karena bahan bakar
fosil seperti minyak dan batubara cadangannya akan semakin berkurang atau habis dan harganya
cenderung semakin meningkat. Di sisi lain teknologi EBT semakin maju dan harganya cenderung
semakin menurun.
Karena itu PLN terus mendorong dan memfasilitasi pengembangan EBT seperti air, panas bumi,
matahari dan biomass untuk kelistrikan. Salah satu pulau yang akan dilistriki dengan 100 persen EBT
adalah pulau Sumba di NTT.
“Saat ini di kabupaten Sumba Barat Daya sudah ada Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Lokomboro existing 800 kilo Watt (kW). PLN sedang membangun perluasan (extention) PLTMH
Lokomboro 2×500 kW dan di bawahnya akan dibangun lagi cascading (turunan) 2×200 kW” Direktur
Utama PLN Nur Pamudji mengatakan kepada Business News beberapa waktu yang lalu.
Mikro hidro adalah salah satu EBT di Sumba penopang cita-cita menjadikan Sumba sebagai iconic
island, dimana 100 persen kebutuhan listriknya akan dipenuhi dengan EBT. Selain Lokomboro, juga akan
dikembangkan potensi mikro hidro lain yang tersebar di Sumba, diantaranya air terjun Umbu Wangu
2×500 kW dan bendungan Kambaniru yang memiliki potensi 2×500 kW. Kenapa Sumba? “Karena di
Sumba tersedia begitu banyak sumber EBT. Di sisi lain kebutuhan listrik di pulau ini belum begitu besar”
kata Kepala Divisi EBT PLN Mochamad Sofyan. Saat ini beban puncak di Sumba sekitar 7,1 Mega Watt
(MW).
Selain mikro hidro, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan energi matahari yang jumlahnya
berlimpah. Untuk memanfaatkan energi matahari PLN mengembangkan program SEHEN Mandiri bagi
warga masyarakat yang tinggal di daerah remote, yang sangat sulit dijangkau jaringan listrik
konvensional. SEHEN adalah singkatan dari Super Ekstra Hemat Energi. Instalasi SEHEN terdiri atas
satu panel surya untuk menangkap sinar matahari, kabel penghubung, tiga lampu yang dilengkapi
storage dan remote untuk menyalakan dan mematikan lampu. Masing-masing rumah di kawasan remote
8. diberikan instalasi SEHEN. “Saat ini pelanggan SEHEN di Sumba telah mencapai hampir 10.000
pelanggan dan untuk tahun ini target tambahan pelanggan SEHEN di Sumba sebesar 37.000
pelanggan”.
(SL)
PLN Kaji PLTB dari China
2012年5月2日
Jakarta, Harian Nusantara, 1/5 - PLN tengah melakukan kajian untuk
mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) setelah
berhasil mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan
Pembangkit Listrik Minihidro di beberapa wilayah di Indonesia Timur. Rencana
pengambangan PLTB ini diawali dengan melakukan survey lokasi yang paling
memungkinkan bagi pengembangan p royek percontohan PLTB di wilayah Nusa
Tenggara Timur (NTT). Direktur Operasi (Dirop) PLN Indonesia Timur Vikcner
Sinaga, pada pekan terakhir bulan April ini (26/4) memimpin langsung survey
lapangan bersama tim ahli PLTB dari negeri China di 3 lokasi di NTT yang
diperkirakan layak untuk dijadikan PLTB. 2 lokasi terletak di Pulau Timor yakni
Desa Aeu’ut, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Desa Wini,
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sedangkan 1 lokasi lagi bernama
Humbapraing di Waingapu, Kabupa ten Sumba Timur, Pulau Sumba.
PLN terus berupaya agar pengembangan PLTB bisa lebih cepat
pelaksanaannya meski dalam skala yang kecil lebih dulu. “Sehingga nantinya
kalau PLTB itu berhasil dikembangkan, diharapkan dapat menarik pihak lain
atau swasta untuk ikut mengembangkan PLTB ini ”, kata Vickner Sinaga,
Direktur Operasi PLN Indonesia Timur.
9. Dari hasil pengukuran tim pakar PLTB dari China, untuk daerah Timor
Tengah Selatan dan Utara diperoleh kecepatan angin diatas 5 meter per detik.
“Dari simulasi yang kita buat dengan teknologi terbaru, dengan kecepatan angin
4,5 meter per detik saja diperkirakan sudah bisa untuk dikembangkan PLTB, ”.
Dari hasil survey ini akan dilakukan kajian lebih lanjut sehingga dapat
diketahui besarnya kapasitas listrik yang bisa dihasilkan dari pengembangan
PLTB di wilayah NTT itu. Potensi angin di propinsi Nusa Tenggara Timur
sangat besar karena topografi daratan berbukit -bukit dan ladang savana. Di
wilayah Indonesia Timur, PLN telah berhasil mengembangkan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS), seperti di Pulau Morotai, Pulau Sebatik, Pulau
Miangas dan di beberapa daerah lainnya. Selain itu, PLN juga mengoptimalkan
ketersediaan air yang berkimpah di beberapa daerah di Indonesia Timur dengan
mengembangkan Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM), seperti di Kabupaten
Mamuju Sulawesi Barat, telah dikembangkan 4 Unit PLTM dengan total
kapasitas 8,1 megawatt (MW), yakni PLTM Balla (2x350 kilo Watt), PLTM
Kalukku (2x700 kilo Watt), PLTM Bone Hau (2 x 2000 kilo Watt) dan PLTM
Budong-budong (2x1000 kilo Watt). Pengembangan pembangkit listrik dengan
memanfaatkan energi terbarukan itu merupakan bagian dari keseriusan PLN
untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada BBM.
Sementara itu, perusahaan Inutec Sola rzentrum Jerman melihat
bahwa tahapan yang paling memungkinkan untuk kerjasama pembangunan
energy di Indonesia melalui kegiatan pendidikan dan latihan (diklat). Sehingga
Inutec melihat bahwa inisiatif kerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas
Indonesia (FTUI) sudah sangat tepat untuk rencana jangka panjang
pengembangan energy surya. “Program Diklat berjalan, kami juga menjajaki
joint ventures dengan beberapa perusahaan energy di Indonesia. Sehingga
10. untuk jangka panjang, program Inutec bisa link and match ,” kata Alexander
Kaub, pendiri Inutec.
Beberapa contoh proyek dan penetrasi pasar terus diupakan untuk
program jangka panjang Inutec. Sehingga dari program Diklat, Inutec mencari
profesional asal Indonesia untuk mengikuti program Diklat Inutec di Jerman
selama tiga bulan. Hasil diklat di Jerman, peserta sudah bisa menerapkan
teknologi penyediaan listrik dengan tenaga surya di Indonesia. “Kami akan
sosialisasikan pembangunan energy surya di Indonesia melalui website Inutec.
Karena kondisi di Indonesia, ternyata energy surya masih belum dikenal secara
luas. Begitu pula kemampuan teknologi Jerman dalam pengembangan energy
surya masih perlu disosialisasikan,”.
Sementara itu, Kementerian ESDM akan ikut memfasilitasi program
pendidikan pengembangan energy surya di Indonesia. Karena selama ini,
Indonesia juga belum bisa menyerap teknologi pengembangan energy surya
secara maksimal. Sementara Jerman, baik pemerintahnya maupun swasta terus
gencar menawarkan program kerjasama dan investasi di luar nega ranya.
“Karena dari program Diklat tersebut, tenaga kerja asal Indonesia bisa menjadi
professional operator berbagai peralatan, ” kata Sjachdirin dari Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM. (Liu)
http://solaracademia.com/?p=27
May 6, 2012
No Comments
11. Pendandatanganan Kerja Sama
Pada tanggal 27 April 2012, Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia bersama dengan
inutech gmbh, Jerman telah melakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama. Acara
bersejarah ini diselenggarakan di ruang pertemuan Lobo, di hotel Ritz Carlton di jantung kota
Jakarta. Acara mewah ini dihadiri banyak wartawan dan pihak terkait lainnya.
Bersamaan dengan seremonial tersebut, digelar pula jumpa pers yang hangat. Berikut press release
yang telah dibagikan pada hari permulaan SolarAcademia tersebut. Harapannya, semoga kerja
sama ini dapat disambut baik oleh banyak pihak, sehingga dapat mempercepat adopsi teknologi
Panel Surya yang ramah lingkungan ini di Indonesia, negara yang mendapat curahan energi
matahari sepanjang tahun.
PRESS RELEASE
Penandatangan Letter of Agreement (LoA) antara Departemen Teknik Elektro FTUI dan inutec
GmbH merupakan langkah awal yang sangat baik dalam upaya meningkatkan kerjasama antar dua
institusi Pendidikan / universitas Indonesia yang diwakili oleh Ir. Muhammas Asvial PhD selaku
ketua departemen dan pihak industry yaitu Mr. Alexander Kaub selaku CEO dari inutec German.
Kerjasama ini dapat semakin besar, karena bukan saja melibatkan dua institusi tetapi juga
melibatkan dua Negara.
Salah satu riset unggulan dalam roadmap Fakultas Teknik dimana Departemen Teknik Elektro ada
di dalamnya, adalah penelitia dalan bidang energy terbarukan, yang mencakup aspek teknologi
(pembangkitan, konversi dan kontrol) dan lingkungan. Demikian juga dengan inutec, perusahaan
yang mempunyai komitmen dalam aplikasi dan pengembangan bisnis energy matahari yaitu solar
cell dan solar thermal. Simbioasis dari kedua institusi ini diharapkan mampu mendorong
penggunaan energy terbarukan yang semakin luas di masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan
dorongan pemerintah unutk menaikkan kontribusi energy terbarukan dalam kebijakan energy mix di
Indonesia.
Beberapa program yang akan digulirkan pasca penandatangan LoA ini adalah seminar sehari
bertema solar sel dan energy terbarukan di Jerman, pola pentarifan dan komparisasi tehnologi
12. terbarukan vs nuklir. Dilanjutkan dengan workshop instalasi solar modul dimana peralatan sistem
energy matahari tersebut merupakan hibah inutec kepada UI. Kemudian dilanjutkan dengan
pendirian Solar-academy yang pertama di Asia Tenggara, yang bertujuan untuk menyiapkan sumber
daya manusia Indonesia yang mahir dari aspek keteknikan, finansial dan aspek hukum. Sehingga
diharapkan sdm-sdm tersebut mampu mengoptimalkan potensi energy matahari yang melimpah di
negri ini untuk kemudian menjadi alternatif solusi dalam menjawab krisis energy yang terjadi saat ini
dan yang akan dating.
POTENSI PEMBANGUNAN ENERGI TERBARUKAN
INDONESIA MERATA
7 May 2012 No Comment
Jakarta, 1 Mei 2012 (Business News)
Proyeksi pembangunan energi terbarukan (Renewable Resources) di Indonesia potensial merata untuk
sumber-sumber seperti biofuel, geothermal, hydro dan solar (surya). Sumber tersebut hanya tinggal
disesuaikan dengan situasi serta kemampuan penyediaannya. Misalkan di daerah yang banyak
kepulauannya seperti NTT (Nusa Tenggara Timur), potensial untuk proyeksi sumber energi surya dan
hydro. Sementara di daerah yang daratan tinggi seperti di beberapa daerah di pulau Jawa, geothermal
(panas bumi) sangat potensial. “Bahkan untuk sumber energi biofuel, Indonesia tidak kalah dibanding
Thailand. Karena ada 15 perusahaan existing pemasok biofuel,” Principal Advisor untuk Program
Pengembangan Energi Terbarukan (ASEAN-RESP) Rudolf Rauch mengatakan kepada Business News
(30/4).
Ketika beberapa perusahaan asal Jerman sedang menjajaki pengembangan potensi energi surya,
existing nya mencapai 2440 giga watt. Indonesia bisa mengembangkan energi surya sebagai alternative
mengurangi ketergantungan terhadap energi fossil, terutama BBM (Bahan Bakar Minyak), batubara, dan
lain sebagainya. “Saya sudah satu setengah tahun bertugas di Indonesia. Saya melihat pengembangan
energi terbarukan bisa menghasilkan energi yang murah. Secara simultan, pemerintah Indonesia
membenahi regulasinya termasuk masalah fitting price, dan lain sebagainya”.
Pembangunan energi terbarukan di Jerman juga memakan waktu puluhan tahun. Hal itu juga tidak lepas
dari keseriusan pemerintah Jerman. Sehingga Indonesia harus bisa mencontoh, kalau ada keseriusan
dan tekad, energ terbarukan bukan masalah lagi. “India juga sudah mulai melihat hasil dari
pengembangan energi terbarukan. Kalau sudah berproduksi, pemerintah bisa menjual dengan harga
yang bisa lebih murah ketimbang energi fossil”.
Jerman juga bukannya tidak ada pesaing untuk membangun kerjasama penyediaan energi terbarukan di
Indonesia. Karena pemerintah China juga mulai tertarik untuk mengembangkannya di Indonesia.
Program kerjasama membutuhkan pendanaan. Sehingga peran perbankan untuk perhitungan kelayakan
13. investasi juga bukan masalah sepele. Sebagai perbandingan, pembangunan energy surya Jerman,
kebutuhan dana mencapai sekitar 15 miliar euro. Sementara data Ekonid (German-Indonesian Chamber
of Industry and Commerce), dana pembangunan bisa lebih murah, hanya sekitar 10 miliar euro. “Tetapi
perbankan di Indonesia pasti memperhitungkan dengan cermat cash flow perusahaan sehingga cicilan
pengembalian tidak mandek”.
Pembangunan energi surya di Indonesia bisa lebih murah ketimbang di Jerman, karena ada perbedaan
potensi. Iklim tropis di Indonesia yang lebih menguntungkan ketimbang Jerman. Sehingga potensi energi
surya di Jerman hanya sekitar 25 gigawatt. Sementara perbandingan perhitungan untuk pembangunan
energi surya di Thailand, keperluan dana mencapai USD100 juta. “Bahkan sumber energi biomass
(sampah), ocean juga bisa memperkaya alternative pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Thailand sudah lebih dulu merintis biogas”.
Sementara itu, perusahaan Inutec Solarzentrum Jerman melihat bahwa tahapan yang paling
memungkinkan untuk kerjasama pembangunan energy di Indonesia melalui kegiatan pendidikan dan
latihan (diklat). Sehingga Inutec melihat bahwa inisiatif kerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas
Indonesia (FTUI) sudah sangat tepat untuk rencana jangka panjang pengembangan energi surya.
“Program Diklat berjalan, kami juga menjajaki joint ventures dengan beberapa perusahaan energi di
Indonesia. Sehingga untuk jangka panjang, program Inutec bisa link and match,” Alexander Kaub, pendiri
Inutec mengatakan kepada Business News (1/5).
Beberapa contoh proyek dan penetrasi pasar terus diupakan untuk program jangka panjang Inutec.
Sehingga dari program Diklat, Inutec mencari profesional asal Indonesia untuk mengikuti program Diklat
Inutec di Jerman selama tiga bulan. Hasil diklat di Jerman, peserta sudah bisa menerapkan teknologi
penyediaan listrik dengan tenaga surya di Indonesia. “Kami sudah menerima beberapa c.v. (daftar
riwayat hidup) dari beberapa tenaga profesional di Indonesia”.
Sementara itu, Kementerian ESDM akan ikut memfasilitasi program pendidikan pengembangan energi
surya di Indonesia. Karena selama ini, Indonesia juga belum bisa menyerap teknologi pengembangan
energi surya secara maksimal. Sementara Jerman, baik pemerintahnya maupun swasta terus gencar
menawarkan program kerjasama dan investasi di luar negaranya. “Karena dari program Diklat tersebut,
tenaga kerja asal Indonesia bisa menjadi professional operator berbagai peralatan,” Sjachdirin dari
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM mengatakan kepada Business News
(30/4).
(SL)
Jumat, 18 Mei 2012 16:14 WIB
14. Perusahaan Jerman Gelar Edukasi Energi
Surya Di Indonesia
Ainur Rahman
Tiap rumah bisa memanfaatkan energi surya, tidak
seperti geothermal yang mesti antarpemerintah.
JAKARTA, Jaringnews.com - Inutec Solar Center siap
mengembangkan energi surya di Indonesia. Perusahaan
asal Jerman ini dalam waktu dekat akan segera
meluncurkan sebuah program yang dinamakan education
package untuk beberapa universitas di seluruh Indonesia.
Package tersebut nantinya bisa menjadi panduan bukan
hanya untuk mahasiswa, tetapi juga untuk peserta
pelatihan di Jerman mengenai pemanfaatan energi surya.
“Karena PLN (Perusahaan Listrik Negara) sangat
berkepentingan dengan energi surya. Pemanfaatannya
bukan hanya untuk pembangkit listrik berskala besar, tetapi
juga bisa dimanfaatkan untuk skala kecil, di rumah-rumah,”
Ilustrasi: Istimewa kata Lismawati, Inutec Jakarta Representative, di Jakarta
Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia semakin intensif untukini.
hari mencapai tahap ketercukupan dan ketersediaan
(sustainable energy) dengan memanfaatkan energi surya atau matahari (solar system). Kalkulasi Inutec, nilai
investasi energi surya jauh lebih efisien dibanding dengan penggunaan diesel, atau geothermal.
“Proyeksi geothermal hanya bisa dilakukan government to government. Tapi kalau energi surya, setiap unit terkecil
yaitu rumah-rumah bisa memanfaatkannya. Sehingga, pemanfaatan energi surya mengurangi ketergantungan kita
terhadap listrik,” kata Lismawati.
Saat ini, PLN masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) untuk operasionalnya. Sementara harga BBM terus
melambung. Sehingga yang paling memungkinkan adalah menggantikan BBM dengan energi surya.
(Ara / Dhi)
Sabtu, 19 Mei 2012 05:54 WIB
Pusat Energi Surya Akan Dibangun Di UI
Ainur Rahman
15. Itu dibangun bersama perusahaan asal Jerman:
Inutec.
JAKARTA, Jaringnews.com – Untuk mengembangkan
energi surya di Indonesia, Inutec Solar Center telah
menandatangani kerja sama dengan Universitas
Indonesia. Perusahaan asal Jerman ini akan segera
membangun Energy Center UI. Selain itu, Inutec
memberikan hibah berupa modul energi surya.
Dengan kerja sama ini, sistem energi surya yang
dibangun Inutec akan memerluas akses listrik di
pedesaan dan perkotaan. Karena rasio elektrifikasi
ditargetkan mencapai 85 persen pada tahun 2015
mendatang, dan 100 persen pada tahun 2020.
Ilustrasi: Istimewa
“Kerja sama ini merupakan kick start yang signifikan untuk pasar energi surya di Indonesia. Kerja sama
dengan Universitas Indonesia akan ditindaklanjuti dengan pencanangan Solar Day dan Solar Tag di
Indonesia. Pengembangan energi surya di Indonesia masih sangat potensial,” kata Lismawati, Inutec
Jakarta Representative, di Jakarta kemarin.
Menurut Lismawati, energi surya memberi manfaat langsung untuk produksi listrik atau proses
pemanasan bahkan pendinginan. Energi surya merupakan masa depan pembangunan ketersediaan
listrik di Indonesia. Sayangnya, selama ini belum banyak teknologi tinggi untuk pemanfaatan energi dari
matahari.
“Sehingga Inutec optimis dengan rencana pengembangan solar center. Kerja sama dengan UI
merupakan langkah maju untuk alih teknologi Jerman ke Indonesia. Inutec sudah hampir 20 tahun
memberikan konsultasi perencanaan, penjualan, instalasi kilang, untuk sustainable energy (energi
berkelanjutan).”
(Ara / Dhi)