Dokumen ini membahas masalah lingkungan di sekitar perumahan penulis. Lingkungan di sekitar sungai Kalimalang tercemar akibat limbah pabrik dan tumpukan sampah, menyebabkan sanitasi yang buruk. Warga setempat berpenghasilan rendah dan tingkat kriminalitas tinggi. Biaya pengobatan di rumah sakit mahal sehingga membatasi akses kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. Masalah lain adalah banjir tahunan ak

1. TUGAS IDENTIFIKASI MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SEKITAR
Aulia Khairunnisa
Pada dasarnya, lingkungan yang nyaman merupakan dambaan setiap orang. Nyaman dalam artian
terbebas dari segala gangguan sehingga dapat menjalankan kehidupan sebagaimana mestinya.
Lingkungan yang nyaman pun mencakup lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat berarti
lingkungan yang bersih dan dapat terhindar dari berbagai penyakit, baik penyakit ringan maupun
penyakit berat.
Namun, kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan harapan. Banyak lingkungan di sekitar perumahan
yang tercemar polusi udara dari pabrik yang berada sekitar 200 meter dari sungai Kalimalang di Bekasi
Timur. Selain itu, banyak pula didirikan bangunan-bangunan liar di pinggir sungai Kalimalang yang
menyebabkan kondisi lingkungan menjadi kumuh akibat tidak tertatanya tempat tinggal. Hal tersebut
diperparah dengan banyaknya warga sekitar yang tidak memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Semakin padatnya tempat tinggal disana menyebabkan semakin menggunungnya sampah yang ada di
bantaran sungai Kalimalang. Warga sekitar membuang sampah dengan cara menumpuknya. Tumpukkan
itu menggunung di berbagai tempat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap ketika melewati
daerah tersebut. Bisa dibayangkan sanitasi lingkungan yang ada di sana sangatlah tidak sehat.
Bila dilihat dari segi perekonomian, waga yang berada di sekitar pinggir sungai kalimalang berprofesi
sebagai buruh, pemulung dan pekerja kasar atau buruh serabutan sehingga pendapatan dari warga
sekitar pun bisa dikatakan rendah atau dibawah upah UMK yang ada di bekasi sekitar Rp 1.285.421.
Pendapatan ini tidak sesuai dengan harga kebutuhan yang semakin hari kian meroket. Hal ini
menyebabkan tingkat kriminalitas di daerah ini semakin meningkat.
Jarak dari rumah-rumah yang berada di bantaran sungai kalimalang dengan rumah saya hanya sekitar
300 meter. Kondisi lingkungan di rumah saya cukup nyaman untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.
Tempat sampah tersedia di depan setiap rumah dan diangkut setiap tiga hari sekali oleh petugas
kebersihan setempat. Lingkungan di sekitar rumah saya juga cukup aman. Selain itu hubungan antar
tetangga di sekitar rumah saya pun cukup erat.
Akses untuk mencapai puskesmas dan rumah sakit juga tidak jauh sekitar 10 menit jika berjalan kaki dari
rumah untuk sampai di puskesmas. Pelayanan puskesmas terhadap warga yang berobat juga sudah
cukup baik dan harga yang di patok untuk berobat di puskesmas tidak terlalu mahal, cukup sesuai
dengan kondisi perekonomian warga sekitar.
Namun, harga pengobatan di rumah sakit lebih mahal dibandingkan dengan puskesmas atau klinik

2. kesehatan lainnya. Hal ini membuat kurangnya kesempatan bagi warga yang kurang mampu untuk
berobat di rumah sakit tersebut.
Suatu hari, saya pernah berobat ke sebuah klinik yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Biaya pengobatan
di klinik tersebut hanya Rp. 25.000. Setelah tiga hari menjalani pengobatan, penyakit saya belum
sembuh juga. Akhirnya saya memutuskan untuk berobat di rumah sakit yang berjarak sekitar 1.5 km
dari rumah saya. Alangkah terkejutnya saya ketika ingin membayar biaya pengobatan yang
menghabiskan RP. 250.000. Biaya tersebut untuk menebus sekitar 3 hingga 4 macam obat dalam bentuk
tablet.
Seketika saya berpikir, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki uang untuk menebus obatnya?
Apakah mereka tidak berhak mendapatkan obat yang sama dengan yang saya dapatkan? Apakah
kesehatan itu harus selalu dibayar mahal? Apakah harus ada kesenjangan kesehatan bagi dia yang
kurang mampu?
Selain itu, masalah lingkungan yang hingga saat ini masih belum bisa dipecahkan ialah banjir yang selalu
menggenangi perumahan Jatimulya setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh maraknya pembangunan
rumah sehingga sulit sekali mencari daerah resapan bagi air hujan. Selain itu, akses air untuk turun ke
selokan ditutup dengan cara di semen sehingga air hujan tidak dapat turun ke selokan dan akhirnya
menggenang di jalan. Seharusnya hal ini tidak terjadi mengingat warga sekitar telah mengetahui bahwa
dampak dari penutupan selokan dengan semen tersebut bisa menyebabkan banjir. Namun, karena
keegoisan masing-masing warga yang menggunakan lahan di atas selokan itu untuk meletakkan pot-pot
berbagai macam tanaman untuk memperindah rumahnya. Selain itu, masing-masing gang yang ada di
sekitar rumah saya saling meninggikan jalan di gangnya supaya ketika hujan turun, airnya tidak
menggenangi jalan di gang mereka.
Keadaan yang sebenarnya terjadi dari semua permasalahan yang ada ialah karena kurangnya kesadaran
dari masing-masing warga akan tenggang rasa dan kepedulian baik terhadap sesama anggota
masyarakat maupun kepada lingkungan sekitar. Seandainya saja warga tersebut mampu membangun
kebersamaan dan menghilangkan sifat egoisme pribadi, maka akan tercipta suatu keharmonisan yang
tentunya akan membangun lingkungan yang sehat dan nyaman untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.
Selain itu, peran aktif masing-masing ketua RT hendaknya mampu mengayomi masyarakatnya agar
dapat menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi dalam masyarakatnya sehingga dapat bekerja
sama dalam membuat lingkungan yang dapat dinikmati bersama baik oleh warganya maupun oleh
warga lainnya.