Bahasa dalam karya ilmiah tidak lagi seharusnya dipandang sebagai alat semata untuk menyampaikan gagasan. Penerjemahan karya ilmiah perlu memahami hal ini dan terus meningkatkan penguasaan seni penulisan ilmiah. Penerjemah memiliki peran penting dalam mempertajam fokus, pendekatan, dan kejelasan teks sambil tetap setia pada makna asli.
A Story for children done on Power Point. Animation effects obtained when Slide Show is downloaded and viewed as a Power Point.
A motivation story to promote reading among kids.
A Story for children done on Power Point. Animation effects obtained when Slide Show is downloaded and viewed as a Power Point.
A motivation story to promote reading among kids.
ULASAN BUKU : Strategi Bahasa: Panduan Nahu dan Retorik Untuk Penulisan Pena Minang
Buku ini disusun dalam lapan bab:
1. Hakikat Bahasa
2. Prinsip Penggunaan Kata
3. Prinsip Penggunaan Imbuhan
4. Prinsip Pembinaan Ayat
5. Bagaimana Kata Berfungsi
6. Bahasa Figuratif
7. Bagaimana Ayat Berfungsi
8. Tanda Baca
Namun, ulasan hanya dilakukan pada bab 5, 6 dan 7 sahaja kerana pengkaji mendapati bab-bab ini amat penting dalam penulisan retorik.
Revisiting Viviana Gaballo's "Exploring the Boundaries of Transcreation"Wawan Yulianto
For further information, please feel free to contact me on twitter @wawanasli or IG @wawaney or visit my website http://timbalaning.wordpress.com
I don't claim to own copywright to some of the materials.
The slides for a webinar organized by the Forum of Literature, Linguistics and Cultural Studies of Universitas Negeri Surabaya by Wawan Eko Yulianto, Program Studi Sastra Inggris, Universitas Ma Chung
More Related Content
Similar to Tinggal Transfer: Agensi Penerjemah dan Penggunaan Gaya Menulis yang Tajam dan Efektif dalam Penerjemahan Karya Ilmiah
ULASAN BUKU : Strategi Bahasa: Panduan Nahu dan Retorik Untuk Penulisan Pena Minang
Buku ini disusun dalam lapan bab:
1. Hakikat Bahasa
2. Prinsip Penggunaan Kata
3. Prinsip Penggunaan Imbuhan
4. Prinsip Pembinaan Ayat
5. Bagaimana Kata Berfungsi
6. Bahasa Figuratif
7. Bagaimana Ayat Berfungsi
8. Tanda Baca
Namun, ulasan hanya dilakukan pada bab 5, 6 dan 7 sahaja kerana pengkaji mendapati bab-bab ini amat penting dalam penulisan retorik.
Revisiting Viviana Gaballo's "Exploring the Boundaries of Transcreation"Wawan Yulianto
For further information, please feel free to contact me on twitter @wawanasli or IG @wawaney or visit my website http://timbalaning.wordpress.com
I don't claim to own copywright to some of the materials.
The slides for a webinar organized by the Forum of Literature, Linguistics and Cultural Studies of Universitas Negeri Surabaya by Wawan Eko Yulianto, Program Studi Sastra Inggris, Universitas Ma Chung
Pengantar untuk Pelatihan Penulisan Resensi Parade Film Malang ke-3, di Universitas Ma Chung.
Acara ini terselenggara atas kerjasama antara Universitas Ma Chung, Parade Film Malang, dan Pelangi Sastra Malang
Presentasi singkat ini bertujuan untuk memperkenalkan "Travel Writing" secara general. Slides ini digunakan dalam presentasi di Universitas Ma Chung pada tanggal 8 November 2016 dalam acara forum komunikasi ilmiah di lingkungan sivitas akademia Universitas Ma Chung, Malang
A short presentation on logical fallacies. Some of the examples are taken verbatim from Purdue OWL (Purdue Online Writing Lab) and some others are modified from various sources. All of the images were taken from various websites retrieved through google image search with the names of the fallacies as search terms.
8. The Elements of
Style adalah buku
penulisan yang
banyak dirujuk
baik oleh penulis
karya ilmiah
maupun penulis
kreatif. Dua hal
yang disuarakan
oleh Strunk dan
White adalah
keringkasan dan
pentingnya
pengarang untuk
tidak menunjukkan
sosoknya di
12. “The Main Factors beyond Decision
Making” by Dr. Hussien Ahmad Al-
Tarawneh.
Al-Tarawneh, H. A. (2012). “The Main Factors beyond Decision Making.” Journal of
Management Research, 4(1).
13. Ketajaman Fokus
“This study explores decision-making and its process. The
choice to focus on decision making is due to its nature and
significance” (Al-Tarawneh, 2012).
14. Ketajaman Fokus
“This study explores decision-making and its process. The
choice to focus on decision making is due to its nature and
significance” (Al-Tarawneh, 2012).
Pilihan untuk memfokuskan pada pengambilan keputusan
tersebut disebabkan oleh (atau “dibuat karena”) sifat dan
signifikansinya.
15. Ketajaman Fokus
“This study explores decision-making and its process. The
choice to focus on decision making is due to its nature and
significance” (Al-Tarawneh, 2012).
Pilihan untuk memfokuskan pada pengambilan keputusan
tersebut disebabkan oleh (atau “dibuat karena”) sifat dan
signifikansinya.
Pengambilan keputusan dipilih menjadi fokus penelitian
ini karena sifat dan signifikansinya.
16. Ketajaman Fokus
“This study explores decision-making and its process. The
choice to focus on decision making is due to its nature and
significance” (Al-Tarawneh, 2012).
Pengambilan keputusan dipilih menjadi fokus penelitian
ini karena sifat dan signifikansinya.
17. Prinsip-prinsip (Bacon & Wijayanti et al.):
■ Kita bisa mempertajam fokus dengan
menyoroti hubungan subyek–predikat
18. Prinsip-prinsip (Bacon & Wijayanti et al.):
■ Kita bisa mempertajam fokus dengan
menyoroti hubungan subyek–predikat
■ Kata kerja sangat menentukan ketajaman fokus
19. Prinsip-prinsip (Bacon & Wijayanti et al.):
■ Kita bisa mempertajam fokus dengan
menyoroti hubungan subyek–predikat
■ Kata kerja sangat menentukan ketajaman fokus
■ Bentuk pasif tidak dipandang miring dalam bahasa
ilmiah Indonesia.
20. Keringkasan
■ Even if it can be sometimes a long iterative process
to come to such an agreement, it is a crucial and
necessary point before proceeding to the next step
(Al-Tarawneh, 2012).
■ Bahkan jika hal tersebut bisa memerlukan proses
berulang untuk mencapai kesepakatan seperti yang
diperlukan, proses ini tetap menjadi titik penting dan
diperlukan sebelum melanjutkan ke langkah
selanjutnya.
21. Keringkasan
■ Bahkan jika hal tersebut bisa memerlukan proses
berulang untuk mencapai kesepakatan seperti yang
diperlukan, proses ini tetap menjadi titik penting dan
diperlukan sebelum melanjutkan ke langkah
selanjutnya.
■ Meskipun pencapaian kesepakatan bisa panjang dan
berulang, proses tersebut tetap menjadi titik yang
krusial dan diperlukan sebelum melanjutkan ke
langkah selanjutnya.
23. Prinsip-prinsip:
■ Penggunaan konjungsi lain yang lebih tajam. “Even
if” “Bahkan jika” “meskipun“
■ Penggunaan “it” sebagai subyek sangat tidak
dianjurkan karena bersifat lemah.
24. Kesimpulan
■ Bahasa dalam karya ilmiah tidak lagi semestinya dipandang sebagai
sekadar “representasi” atau “kendaraan” bagi gagasan.
25. Kesimpulan
■ Bahasa dalam karya ilmiah tidak lagi semestinya dipandang sebagai
sekadar “representasi” atau “kendaraan” bagi gagasan.
■ Penerjemahan karya ilmiah (atau teks ilmu pengetahuan secara umum)
hendaknya disertai kesadaran akan gagasan di atas.
26. Kesimpulan
■ Bahasa dalam karya ilmiah tidak lagi semestinya dipandang sebagai
sekadar “representasi” atau “kendaraan” bagi gagasan.
■ Penerjemahan karya ilmiah (atau teks ilmu pengetahuan secara umum)
hendaknya disertai kesadaran akan gagasan di atas.
■ Penerjemah karya ilmiah perlu terus berusaha meningkatkan
penguasaan “seni” penulisan karya ilmiah.
27. Kesimpulan
■ Bahasa dalam karya ilmiah tidak lagi semestinya dipandang sebagai
sekadar “representasi” atau “kendaraan” bagi gagasan.
■ Penerjemahan karya ilmiah (atau teks ilmu pengetahuan secara umum)
hendaknya disertai kesadaran akan gagasan di atas.
■ Penerjemah karya ilmiah perlu terus berusaha meningkatkan
penguasaan “seni” penulisan karya ilmiah.
■ Penerjemah memiliki agensi atau peran penting, sehingga dia memiliki
kebebasan bermanuver atau menari selama mendukung tujuan awal
penulisan karya ilmiah yang bersangkutan.