Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Karya tulis ini membahas tentang inovasi baterai tanah merah (REBECA) dan optimalisasi energi baru terbarukan di Indonesia untuk meningkatkan kebutuhan energi listrik nasional serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Modul Diorama PLTA karya Lina Herlinawati. Guru SDN Kamuning, Tangerang juga guru SGI angkatan 17 program School of Master Teacher - Banten. Dompet Dhuafa.
Modul Diorama PLTA karya Lina Herlinawati. Guru SDN Kamuning, Tangerang juga guru SGI angkatan 17 program School of Master Teacher - Banten. Dompet Dhuafa.
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim
Salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan tentang SDGs Sustainable Development Goals point ke 13 Climate Action atau aksi perubahan iklim.
Membahas mengenai permasalahan sampah di DKI Jakarta, baik fakta-fakta tentang sampah, perilaku masyarakat, dampak yang di timbulkan serta rekomendasi kebijakan untuk penanganan permasalahan sampah di Jakarta.
Data sampah Jakarta yang dibuang ke TPST Bantargebang tidak banyak perubahan sejak 2016. Pemerintah mulai terapkan PLTSa bertermal/ insinerator skala kecil di sana; untuk pengurangan volume sampah jelas tidak signifikan. Namun turut menambah daya listrik dari TPST Bantargebang. PLTSa nontermal sebelumnya masih beroperasi tetapi tidak dimaksimalkan. Perlu nantinya dipertanyakan juga.
Tepat tiga tahun yang lalu, kami, saya dan Pak Andi Samyanugraha, menulis buku tentang perdagangan karbon. Buku ini adalah buku pertama di Indonesia yang membahas dan mengulas tentang peluang serta implementasi perdagangan karbon di dunia dan di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan jaman, buku ini perlu dan akan kami update, terutama setelah perundingan COP 22 di Marrakesh. Insya Allah akan kami update untuk lebih menjawab tantangan perubahan iklim dan pembiayaan mitigasi....
Semoga....
Sampah metropolitan terhadap perubahan iklim
Salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan tentang SDGs Sustainable Development Goals point ke 13 Climate Action atau aksi perubahan iklim.
Membahas mengenai permasalahan sampah di DKI Jakarta, baik fakta-fakta tentang sampah, perilaku masyarakat, dampak yang di timbulkan serta rekomendasi kebijakan untuk penanganan permasalahan sampah di Jakarta.
Data sampah Jakarta yang dibuang ke TPST Bantargebang tidak banyak perubahan sejak 2016. Pemerintah mulai terapkan PLTSa bertermal/ insinerator skala kecil di sana; untuk pengurangan volume sampah jelas tidak signifikan. Namun turut menambah daya listrik dari TPST Bantargebang. PLTSa nontermal sebelumnya masih beroperasi tetapi tidak dimaksimalkan. Perlu nantinya dipertanyakan juga.
Tepat tiga tahun yang lalu, kami, saya dan Pak Andi Samyanugraha, menulis buku tentang perdagangan karbon. Buku ini adalah buku pertama di Indonesia yang membahas dan mengulas tentang peluang serta implementasi perdagangan karbon di dunia dan di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan jaman, buku ini perlu dan akan kami update, terutama setelah perundingan COP 22 di Marrakesh. Insya Allah akan kami update untuk lebih menjawab tantangan perubahan iklim dan pembiayaan mitigasi....
Semoga....
Program pemeringkatan kinerja perusahaan (proper) sutami suparmin teknik ling...Sutami Suparmin
PPT PROPER yang dilaksanakan oleh KemenLHK mulai dari tahu 2014 kepada seluruh perusahaan di Indonesia untuk menjaga kualitas lingkungan dan kepedulian lingkungan perusahaan. Proper merupakan singkatan dari Program Pemeringkatan Kinerja Perusahaan
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Sutami Suparmin Paper Mawapres Teknik Unhas 2018
1. i
REBECA (RED SOIL BATERY CATALYS) DAN OPTIMALISASI EBT
DALAM MENINGKATKAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK
NASIONAL SERTA MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA
Sutami Suparmin
D 121 15 316
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
2. ii
SURAT PERNYATAAN
Saya bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sutami Suparmin
Tempat/Tanggal Lahir : Palopo, 20 Januari 1996
Program Studi : Teknik Lingkungan
Fakultas : Teknik
Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin
Judul Karya Tulis :
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis yang saya sampaikan pada kegiatan
Pilmapres ini adalah benar karya saya sendiri tanpa tindakan plagiarisme dan belum
pernah diikutsertakan dalam lomba karya tulis.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi dalam bentuk pembatalan predikat Mahasiswa
Berprestasi.
Makassar, 1 Maret 2018
Mengetahui, Yang menyatakan
Dosen Pendamping
Materai 6000
Dr. Eng. Muralia Hustim, ST,.MT. Sutami Suparmin
NIP. 1972042 4 200012 2 001 NIM. D12115316
REBECA (Red Soil Batery Catalys) dan Konsep
Optimalisasi EBT dalam Meningkatkan Kebutuhan
Energi Listrik Nasional serta Mengurangi Emisi Gas
Rumah Kaca
3. iii
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan
kepada kita semua sehingga kita tetap di dalam tuntunan-Nya. Tak lupa pula
Sholawat serta Salam kita kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW, nabi yang telah membawa kebenaran ke muka bumi ini dan menjadi suri
tauladan umat manusia di muka bumi.
Ucapan terimakasih saya ucapakan kepada Kepala Departemen Teknik
Lingkungan, Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, MT dan Sekertaris Mahasiswa
Departemen Teknik Lingkungan, Ibu Dr. Eng. Muralia Hustim, ST., MT atas
kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan untuk mewakili Departemen
Teknik Lingkungan dalam seleksi mahasiswa berprestasi Tingkat Fakultas,
Universitas Hasanuddin tahun 2018. Dan juga dukungan keluarga yaitu Mama,
Bapak dan Kakak serta Adik-adik saya yang telah memberikan sebuah tempat yang
paling indah di dunia ini, semoga Allah SWT selalu melimpahkan kasihsayangnya
kepada kita semua.
Penulis menyadari, dalam penyusunan karya tulis ini terdapat berbagai kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk
menyempurnakan karya tulis ini.
Makassar, 1 Maret 2018
Penulis
4. iv
DAFTAR ISI
Sampul ..................................................................................................................i
Surat Pernyataan....................................................................................................ii
Kata Pengantar ......................................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................iv
Daftar Tabel ..........................................................................................................vi
Daftar Gambar.......................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Gagasan Kreatif...............................................................................................2
1.4 Tujuan dan Manfaat ........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia ......................................................4
A. Energi Aliran Air dan Terjunan Air .........................................................4
B. Energi Surya..............................................................................................5
C. Energi Angin .............................................................................................5
D. Energi Laut................................................................................................5
E. Geothermal ................................................................................................6
5. v
2.2 Reaksi Kimia Baterai ......................................................................................6
2.3 Rasio Elektrifikasi dan Komposisi Energi Final Nasional..............................6
2.4 Komitmen Indonesia Mengurangi Emisi GHG ..............................................8
2.5 Pencemaran Limbah B3 dan Dampaknya.......................................................8
2.5 Kendala Investasi EBT di Indonesia...............................................................9
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Konsep REBECA (Red Soil Battery Catalyst) ...............................................10
4.2 Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Energi dan Optimalisasi EBT..................11
4.3 Proteksi Investor pada Sektor EBT.................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................14
4.2 Saran................................................................................................................14
Daftar Pustaka.......................................................................................................15
Lampiran ...............................................................................................................17
6. vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Target Pengurangan Emisi Indonesia pada Konfrensi G-20.................8
Tabel 3.1 CO2 yang Dihasilkan pada Mekanisme Bau Tahun 2025 .....................12
Tabel 3.2 CO2 yang Dihasilkan dari Mekanisme KEN tahun 2025......................12
7. vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air di Wonogiri, Jawa Tengah..............4
Gambar 2.2 Pembangunan PLTB di Sulawesi selatan..........................................5
Gambar 2.3 Reaksi Pada Baterai...........................................................................6
Gambar 2.4 Perbandingan Bauran Energi Final Nasional 2013 ...........................7
Gambar 2.5 Pencemaran Pada Baterai Bekas .......................................................9
Gambar 3.1 Rancang Bangun REBECA...............................................................10
8. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan hal yang sangat penting dalam membangun sebuah negara.
Semakin tinggi tingkat aktivitas masyarakat di sebuah negara menyebabkan
semakin tinggi pula tingkat kebutuhan energi yang dibutuhkan. Dengan
semakin tingginya aktivitas yang dilakukan masyarakat, diharapkan akan
berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Hubungan
Energi dan Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan melalui grafik exponensial
yang saling mempengaruhi.
Masih tingginya penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia menyebabkan
besarnya emisi GHG (GHG = Green House Gases) yang dilepaskan ke
atmosfer. Indonesia menjadi salah satu penyumbang faktor Pemanasan Global
terbesar setelah negara Amerika, China , Uni Eropa , Rusia dan India (Katadata,
2016).
Komitmen negara Indonesia dalam mengurangi GHG telah dibuktikan dalam
Pertemuan Negara G-20 di Pittsburg, USA tahun 2009 yang berisi komitmen
Indonesia dalam mengurangi GHG sebesar 0,038 Giga Ton Equivalent pada
sektor energi dan tranportasi (ESDM GRK, 2015).
Banyak sumber energi baru dan terbarukan yang belum dioptimalkan di
Indonesia seperti Geothermal, Tenaga Angin, Tenaga Laut, Nuklir dan lain-
lain. Selain itu, energi yang belum terlalu dimanfaatkan adalah Baterai dari
Tanah. Baterai Tanah Merah misalnya, yang diteliti oleh Handriyanto dkk.
Dapat menghasilkan tegangan 1,96 Volt dan 1,90 Amper tiap sel. Hal ini tentu
akan memberikan sebuah ide tentang memaksimalkan daya yang dihasilkan
oleh Baterai Tanah (Handriyanto et al., 2013).
Seperti yang kita ketahui, baterai yang sekarang digunakan merupakan
campuran dari berbagai logam berat yang tentunya jika dibuang ke lingkungan
akan mencemari air dan tanah. Contohnya di Kabupaten Sleman, Provinsi
9. 2
Yogyakarta. Berbagai logam berat ditemukan pada sampah rumah tangga
diantaranya Pb, Cd, Ni, Cu, Zn, Co, dan Cr. Jika dibiarkan begitu saja. Maka dampak
pencemaran akibat sampah logam berat yang termasuk dalam golongan Sampah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) ini akan membahayakan kesehatan manusia yang
terkontaminasi logam berat tersebut jika mengkonsumsi air dari tanah yang tercemar
(Iswanto et al, 2016).
Sustainable Development dilakukan bukan hanya mempertimbangkan
peningkatan ekonomi suatu negara, namun juga menekankan pada aspek jangka
panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, Ide
Baterai Tanah Merah yang dikembangkan oleh penulis menjadi inovasi yang
disebut sebagai REBECA (Red Soil Battery Catalyst) merupakan sebuah ide untuk
meningkatkan tegangan yang dihasilkan dari Reaksi Elektrokimia dengan penambahan
katalis pada Baterai Tanah Merah. Dengan begitu, REBECA dinilai dapat bersaing
dengan baterai pasaran namun tetap ramah lingkungan. Selain itu, dengan
mengoptimalkan Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia. Kita dapat mengurangi
emisi CO2 sehingga kita selain mendapatkan energy baru, kita juga dapat
mengurangi dampak Pencemaran Lingkungan dan Global Warming.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat pada karya tulis ini adalah :
1. Bagaimana REBECA dapat menjadi sebuah Inovasi baterai yang ramah
lingkungan dan dapat menggantikan penggunaan Baterai saat ini?
2. Berapa besar total Karbon Dioksida yang dapat dikurangi dengan
memanfaatkan Energy Baru dan Terbarukan di Indonesia?
3. Bagaimana seharusnya sikap pemerintah dalam meningkatkan dan
memproteksi investasi Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia ?
1.3 Gagasan Kreatif
Gagasan kreatif yang ditawarkan adalah mengkombinasikan antara inovasi
penggunaan Baterai Tanah Merah yang diberikan katalis (REBECA) dengan
Energi Baru dan Terbarukan yang melimpah di Indonesia Sehingga mendorong
pembangunan sektor energi berkelanjutan yang ramah lingkungan di Indonesia.
10. 3
1.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan Manfaat Penulisan Karya Tulis ini adalah :
1. Memaparkan Sebuah gagasan mengenai peningkatan tegangan yang
dihasilkan oleh Baterai Tanah Merah dengan Katalis sehingga dapat
dimanfaatkan serta mengurangi pencemaran.
2. Memaparkan Keuntungan Lingkungan yang didapatkan dari Penggunaan
EBT.
3. Memberi sebuah ide tentang perlunya proteksi investor EBT dalam bentuk
Kebijakan Pemerintah.
11. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia
Dikutip dari Jurnal Energi KESDM tahun 2016, berbagai macam energi baru
dan terbarukan di Indonesia yang terus dikembangkan dan diprediksi memiliki
potensi yang sangat baik dalam menunjang kebutuhan energi nasional.
Berbagai macam Energi Baru Dan Terbarukan Indonesia adalah :
A. Energi Aliran Air dan Terjunan Air
Energi air merupakan sektor EBT yang sudah lama dikembangkan di
Indonesia, energi yang berasal dari PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga
Air) mencukupi sekitar 7.7 % Energi Listrik Nasional atau 8.109 MW
pada tahun 2013. Selain PLTA, juga dikembangkan PLTMH
(Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) yang sudah menyuplai
listrik 5.511 Kepala Keluarga di Indonesia.
Gambar 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air, Wonogiri, Jawa Tengah
(Sumber : Jurnal Energi KESDM, 2016)
12. 5
B. Energi Surya
Posisi Indonesia yang sangat diuntungkan dalam menerima besarnya
radiasi matahari dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
listrik di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan besar energi
penyinaran 4.80 kWh/m2/hari dapat dimanfaatkan menjadi solar
thermal untuk pemanasan dan solar photovoltaic sebagai penghasil
listrik.
C. Energi Angin
Energi angin memiliki keuntungan dan tersebar merata di seluruh
Indonesia. Sampai tahun 2013, Pembangkit Listrik Tenaga
Angin/Bayu atau PLTB sudah menghasilkan 1.3 MW Listrik.
Walaupun jumlahnya masih kecil, PLTB masih terus dikembangkan
dan dilakukan pemetaan daerah strategis pembangunan PLTB di
Indonesia. Salah satu pembangunan PLTB yang mulai dilakukan pada
awal tahun 2017 berlokasi di Kabupaten Sidrap, Sulawesi selatan
dengan kapasitas diprediksi mencapai 75 MW.
Gambar 2.2 Pembangunan PLTB di Sulawesi selatan
(Sumber : CNN Indonesia, 2018)
D. Energi Laut
Indonesia memiliki dua per tiga wilayah berupa lautan dan merupakan
negara kedua yang memiliki garis pantai terbesar setelah Kanada. Hal
ini tentunya sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber energi
seperti pasang surut air laut serta gelombang. Walaupun masih dalam
pengembangan, namun berbagai wilayah Indonesia yang sudah
13. 6
dipetakan memiliki potensi seperti Bagan Siapi-api yang pasang
surutnya mencapai 7 meter.
E. Geothermal
Potensi Geothermal atau Panas Bumi tersebar sepanjang sabuk gunung
api yaitu Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Utara, Maluku dan Nusa
Tenggara dengan total 312 titik panas dan merupakan potensi panas
bumi terbesar di dunia dengan total potensi 28.910 MW.
Saat ini, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang
terpasang memiliki kapasitas total 1.403 MW.
2.2 Reaksi Kimia Baterai
Pada baterai terjadi reaksi reduksi-oksidasi yang berlangsung secara otomatis
pada sel dengan Katoda dan Anoda sebagai kutub positif dan negatif.
Sedangkan diantara (penghubung) katoda dan anoda terdapat sebuah media
yang disebut elektrolit. Terdapat berbagai macam elektrolit seperti grafit, jeli
aluminium klorida, merkuri, dll. Terjadi proses pergerakan electron dari kutub
negative ke positif sehingga terjadi aliran listrik dari baterai (Modul
Elektrolisis, 2014).
Gambar 2.3 Reaksi Pada Baterai
(Sumber : www.wikipedia.org)
2.3 Rasio Elektrifikasi dan Komposisi Energi Final Nasional
Pembagian wilayah operasi pembangkit listrik oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) dilakukan dengan membagi wilayah operasi secara garis besarnya
14. 7
menjadi tiga wilayah yaitu Wilayah Sumatera, Wilayah Jawa-Bali, dan
Wilayah Indonesia Timur (Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua).
Untuk wilayah Jawa-Bali pada tahun 2015-2016 terdapat kapasitas sebesar
36.064 MW dengan beban puncak mencapai 24.000 MW. Energi Listrik di
Jawa-Bali mengalami Surplus sebesar 12.000 MW.
Sedangkan untuk wilayah Sumatera, system jaringan distribusi listrik masih
belum merata, hal ini terlihat pada kapasitas listrik sebesar 7.613 dengan beban
puncak 5.673. terdapat defisit energi listrik di bagian Sumatera Utara.
Sedangkan pada wilayah Indonesia Timur, terjadi deficit energi listrik sebesar
1.600 MW dari beban 5.673 MW dan ketersediaan tenaga listrik sebesar 4.150
MW (RUPTL PLN, 2016).
Rasio elektrifikasi rerata nasional tahun 2016 mencapai 94,9 % dimana rasio
ini sudah melewati target pada draft RUKN yaitu sebesar 92,75 % per tahun
2017 (CNN Indonesia, 2018).
Sedangkan komposisi bauran energi nasional masih didominasi oleh energi
fosil 94% dan EBT 6 %
Gambar 2.4 Perbandingan Bauran Energi Final Nasional 2013
(Sumber : Maritjeh Hutapea, 2016)
2.4 Komitmen Indonesia Mengurangi Emisi GHG
Komitmen Indonesia dalam mengurangi Efek Pemanasan Global telah
dilakukan dengan berbagai cara dan kontribusi di berbagai sektor. Hal ini
15. 8
dibuktikan pada keikutsertaan dan peran aktif Indonesia pada berbagai
pertemuan Internasional tentang perubahan iklim seperti Conference of Parties
(COP) dan Pertemuan Negara G-20 di Pittsburg, USA tahun 2009 dan
menghasilkan sebuah target pengurangan emisi yang tertuang pada Perpres
No. 61 tahun 2011 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Target Pengurangan Emisi Indonesia Pada Konfrensi G-20
Sektor
Target pengurangan emisi
Target 26 %
(Dengan Usaha
Sendiri)
Target 41%
(Dengan Bantuan Negara
Lain)
Hutan dan Gambut 0,672 87,6% 1,039 87,4%
Pertanian 0,008 6,3% 0,011 6,6%
Energi dan
Transportasi
0,036 1,0% 0,056 0,9%
Industri 0,001 0,1% 0,005 0,4%
Pengelolaan
Persampahan
0,048 5,0% 0,078 0,078
Total 0,767 100,0% 100,0% 100,0%
Sumber : Modul KNPI, 2013
2.5 Pencemaran Limbah B3 dan Dampaknya
Unsur logam berat seperti Cd, Pb, Hg, Cr, As, Ni, Co, Zn, Cu, Al, Mn, Li, Sb
dan Fe yang umumnya bersifat toksik, karsinogenik dan akumulatif yang dapat
masuk ke dalam tubuh manusia secara langsung atau melalui rantai makanan.
Pemaparan bahan berbahaya beracun (B3) dapat menyebabkan kerusakan
pada berbagai jaringan/organ tubuh pada masyarakat sekitar tempat
pembuangan, petugas sampah, pemulung, pengepul, pemanfaat dan pelaku
daur ulang SB3-RT (Iswanto et al, 2016).
Penyakit yang ditimbulakan dari logam berat dapat berupa Gangguan Syaraf
(Encephalopathy, Ataxia, Stupor dan Coma), Ginjal, Sistem Reproduksi,
16. 9
Kecerdasan, Sistem Hemopoitik, Mutasi gen bahkan cacat pada janin
(Sudarmaji et al, 2006).
Gambar 2.5 Pencemaran Baterai Bekas
(Sumber : www.jalanmenujusurga.com)
2.6 Kendala Investasi EBT di Indonesia
Kendala yang dihadapi oleh pembangunan Energi Baru dan Terbarukan
dikutip dari Kompasiana tahun 2017. Terdapat beberapa kendala dalam
meningkatkan pertumbuhan investasi pada sektor EBT, yaitu :
1. Tinjauan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2017 tentang
Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga
Listrik, salah satu poin yang dipermasalahkan adalah harga jual listrik
per kwh yang berasal dari EBT maksimal 85% dari harga per kwh dari
pembangkit tenaga listrik setempat.
2. Harga minyak yang masih stabil di kisaran 60US$ per barel atau harga
batu bara yang lebih murah menyebabkan sektor pembangkit listrik
yang berasal dari energi fosil masih menggiurkan disbanding EBT.
Belum lagi adanya perjanjian Otoritas Penjualan Batu Bara pada usaha
dalam negeri penyebabkan ketersediaan Batu Bara yang melimpah di
Indonesia.
17. 10
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Konsep REBECA (Red Soil Battery Catalyst)
Konsep REBECA merupakan pengembangan dari Baterai Tanah Merah yang
telah dikembangkan sebelumnya. Terdapat tiga komponen inti pada REBECA
yaitu Plat Seng sebagai Anoda, Lempeng Tembaga sebagai Katoda dan Tanah
Merah yang telah dicampurkan Katalis sebagai sebagai Elektrolit. Katalis yang
ditambahkan terdiri dari Katalis Basa (NaOH), Katalis Garam (NaCl) dan
Katalis Asam (H2SO4) serta Air (H2O) sebagai variabel kontrol. Setiap sel
berukuran Panjang 10 cm x Lebar 2 cm x Tinggi 10 cm dan dilekatkan satu
sama lain menjadi sebuah kubus. Total plat tembaga dan seng yang dibutuhkan
sebanyak empat buah masing-masing. Setelah itu disolder pada bagian ujung
Katoda dan Anoda masing-masing untuk sumber listrik menuju kabel.
Diharapkan, dari penambahan katalis ini, didapatkan sebuah katalis yang
mampu meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan dari baterai tanah
pada penelitian sebelumnya, sehingga memiliki daya saing terhadap baterai
yang ada di pasaran.
Dibawah ini merupakan sebuah ilustrasi tentang Red Soil Battery Catalyst :
Gambar 3.1 Rancang Bangun “REBECA”
18. 11
4.2 Pengurangan Emisi CO2 Sektor Energi dengan Optimalisasi EBT
Jika kita melihat kebutuhan energi listrik pada perencanaan RUPTL 2016-2025,
maka kebutuhan energi patokan yang harus dipenuhi sebesar 80.538 MW pada
tahun 2025 dari total energi pembangkit pada tahun 2015 yaitu 53.733 MW.
Sedangkan untuk total pembangkitan energi selama setahun, PLN sudah
menyediakan 233.981 GWh.
Sedangkan jika diprediksi tahun 2025, dengan penduduk total Indonesia
menurut BBC sebesar 273 Juta dan kebutuhan energi perkapita meningkat
menjadi 2500 KWh/Kapita. Maka PLN harus menyediakan energi sebesar
682.800 GWh/Tahun. Dengan begitu, PLN harus meningkatkan penyediaan
energi listrik sebesar 448.819 GWh.
Dengan begitu, kita bisa memprediksi CO2 yang dilepaskan jika pemerintah
Indonesia tetap mempertahankan mekanisme energi BaU (Bussiness as Usual)
dengan tetap menggunakan bahan bakar fosil terutama untuk pembangkitan
energi, maka kita dapat memprediski besaran CO2 yang dilepas pada tahun 2025
adalah sebesar 265.243 Giga Ton CO2 equivalent dengan persamaan berikut :
Kg CO2 equivalent = El × Ef × Tb (1.1)
Keterangan :
El : Energi Listrik (MWh)
Ef : Emission Faktor EU’s EN 15603:2008
Tb : Total Bauran (%)
19. 12
Tabel 3.1 CO2 yang Dihasilkan pada Mekanisme BaU tahun 2025
Sumber
Energi
Total Bauran
Energi Tb*
Faktor Emisi
CO2
(kg/MWh)**
Energi
Listrik
(MWh)
Total CO2 (Kg
Equivalent)
EBT 6% 10 448.819.000 269.291.400
Batubara 29% 1340 448.819.000 174.411.063.400
Gas Bumi 24% 277 448.819.000 29.837.487.120
Minyak Bumi 41% 330 448.819.000 60.725.210.700
TOTAL
265.243.052.620
*Bauran Energi Tahun 2014 KESDM
**Faktor Emisi Uni Eropa EN 15603:2008
Sedangkan jika menggunakan Konsep Kebijakan Energi Nasional (KEN) pada
PP Nomor 79 tahun 2014, komposisi EBT berubah menjadi 23% total Bauran
Energi Nasional,
Tabel 3.2 CO2 yang Dihasilkan dari Mekanisme KEN tahun 2025
Sumber
Energi
Total Bauran
Energi Tb*
Faktor Emisi
CO2
(kg/MWh)**
Energi
Listrik
(MWh)
Total CO2 (Kg
Equivalent)
EBT 23 10 448.819.000
1.032.283.700
Batubara 30 1340 448.819.000
180.425.238.000
Gas Bumi 22 277 448.819.000
27.351.029.860
Minyak Bumi 25 330 448.819.000
37.027.567.500
TOTAL 245.836.119.060
*Bauran Energi KEN pada PP No. 79 tahun 2014
**Faktor Emisi Uni Eropa EN 15603:2008
20. 13
4.3 Proteksi Investor pada Sektor EBT
Beberapa hal yang perlu diperbaiki menyangkut peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah pada Permen ESDM nomor 12 Tahun 2017 menyangkut
Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan.
Poin pertama adalah perlunya peningkatan nilai jual listrik diatas 85% yang
dihasilkan bagi investor atau pengelolah yang mengelolah Energi Baru dan
Terbarukan di Indonesia. Dengan begitu, investor menjadi lebih tertarik dan
mendapatkan keuntungan dalam waktu yang lebih cepat. Belum lagi harga
Batubara yang sangat terjangkau di Indonesia menyebabkan investor malah
lebih tertarik pada investasi pembangkit listrik Bahan Bakar Fosil dibanding
EBT.
Negara perlu meningkatkan workshop atau mendirikan sebuah institusi yang
betugas untuk menyediakan tenaga ahli pada bidang Teknologi EBT. Selain itu,
perlunya kemandirian dalam memproduksi Teknologi yang digunakan pada
EBT seperti Sel Surya dapat mengurangi harga investasi dalam
mengembangkan EBT di Indonesia.
21. 14
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Inovasi REBECA atau Red Soil Battery Catalyst dinilai dapat menghasilkan
tegangan dan arus yang lebih tinggi dari Baterai Tanah Sebelumnya sehingga
dapat bersaing dengan baterai yang ada di pasaran dengan keunggulan lebih
ramah lingkungan dan bahan mudah didapatkan.
Optimalisasi Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia dapat memangkas
produksi CO2 sebesar 265.243 Giga Ton CO2e di Tahun 2025. Dengan begitu,
kita telah mengurangi Pencemaran Lingkungan serta dampak Global Warming.
Proteksi investor dalam bidang EBT perlu dilakukan pemerintah dengan
memperbarui kebijakan yang lebih menguntungkan sehingga menarik minat
investor dalam mengembangkan sektor EBT di Indonesia.
5.2 Saran
Beberapa saran yang penulis sampaikan pada karya tulis ini adalah :
1. Masih perlunya proteksi investor EBT oleh pemerintah agar menarik minat
investor untuk mengembangkan EBT di Indonesia
2. Perlu adanya pengujian terhadap REBECA sehingga didapatkan daya
maksimal yang dihasilkan dari tiap Katalis.
3. Pemerintah sebaiknya membentuk sebuah badan usaha yang memproduksi
teknologi EBT di dalam negeri agar dapat mengurangi biaya investasi EBT
di Indonesia.
22. 15
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea, Maritjeh. 2016. Solusi Listrik off-grid berbasis Energi Terbarukan di
Indonesia : Kerangka, Regulasi dan Program. Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Kementrian ESDM.
Iswanto, Sudarmadji, W. Endang Tri, S. Adi Heru. 2016. Generation of Household
Hazardous Solid Waste and Potential Impact on Environmental Health in
Sleman Regency, Yogyakarta. Juornal of Human and Environmental. 23(2).
179-188
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Nomor
5899 K/20/MEM 2016. Tentang Pengesahan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN Persero Tahun 2016 S. D. 2025.
Majalah Jurnal Energi KESDM. 2016. Program Srategis EBTKE dan
Ketenagalistrikan. Menteri ESDM; Jakarta.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2017
tentang Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk
Penyediaan Tenaga Listrik.
Nasrullah, Mochammad. 2011. Analisis Komparasi Ekonomi PLTN dan PLTU
Batubara untuk Bangka Belitung. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Energi Nuklir IV. ISSN 1979-1208.
Nurtjahjawilasa, et.all. 2013. Kebijakan Nasional Perubahan Iklim. Natural
Resources Development Center. NRDC ; Jakarta.
23. 16
Sekjen Dewan Energi Nasional. 2016. Outlook Energi Indonesia 2016. DEN;
Jakarta. ISSN 2527-3000.
Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN, VOL. 2, NO. 2
S. Nandief Handriyanto, P. Satria, M. Catur Tri. 2013. “SCL” (Soil Cell Lapindo),
Rancang Bangun Instalasi Rumah Tinggal Berdaya 450 Watt, Berbasis Energi
Tanah Menggunakan Lumpur Lapindo. Dian Nuswantoro University.
Semarang.
Triboesono, Agus. 2015. Statistik Ketenaga Listrikan 2015. Edisi No. 29 Tahun
Anggaran 2016. KESDM ; Jakarta.
The Institution of Electrical Engineers. 2005. Nuclear Reactor Types An
Environment & Energy FactFile provided by the IEE. Edition November
2005. ISBN 0 85296 581 8.