Dokumen tersebut membahas tentang sistem bermazhab dalam Islam. Ia menjelaskan definisi madzhab dan bermazhab, sejarah munculnya bermazhab, jenis-jenis madzhab utama, pandangan ulama tentang berpindah madzhab, mengapa harus bermazhab, dan implikasi bermazhab. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa bermazhab penting untuk mengetahui hukum Islam secara aman dan terjaga dari kesalahan.
Daftar Isi:
Tafsiran Rasulullah
Tafsiran Sahabat
Tafsiran Tabiin
Sejarah Mazhab
Tafsiran Agama Siapa?
Terbentuknya Pemahaman Agama
Akibat Menjadi Awam
Muqallid dan Muttabi’
Menukar Mazhab
Syarat-Syarat Menukar Mazhab
Memilih Pendapat Dalam Agama
Berinteraksi Dengan Khilaf Ulama
Sejak masa Sahabat, kegiatan ijtihad dapat dikategorikan dalam dua aliran, yaitu aliran rasional (ahlu al-ra’yi) dan tradisional (ahlu al-hadits). Akan tetapi secara institusional, kedua aliran ini terbentuk pada masa Tabi’in, di mana aliran rasional (ahlu al-ra’yi) berkembang di Irak, sedangkan aliran tradisional (ahlu al-hadits) berkembang di Hijaz Makkah dan Madinah Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya ulama tradisionalis (ahlu al-hadits) di Irak dan ulama rasionalis (ahlu al-ra’yi) di kawasan Hijaz.
Secara umum, yang dimaksud dengan aliran rasional (ahlu al-ra’yi) adalah aliran ijtihad yang berpandangan bahwa hukum syara’ merupakan sesuatu yang dapat ditelaah esensi-esensi yang mendasari ketentuan-ketentuan doktrinnya yang mengacu pada kemaslahatan kehidupan manusia. Dalam hal ini, para mujtahid rasionalis mengkaji illat untuk setiap norma hukum dengan melihat pada sisi yang memungkinkannya untuk memperoleh illat sebanyak-banyaknya, sehingga mereka dapat leluasa melakukan kajian analogis dengan memelihara kepentingan kehidupan manusia dan masyarakat secara keseluruhan.
Daftar Isi:
Tafsiran Rasulullah
Tafsiran Sahabat
Tafsiran Tabiin
Sejarah Mazhab
Tafsiran Agama Siapa?
Terbentuknya Pemahaman Agama
Akibat Menjadi Awam
Muqallid dan Muttabi’
Menukar Mazhab
Syarat-Syarat Menukar Mazhab
Memilih Pendapat Dalam Agama
Berinteraksi Dengan Khilaf Ulama
Sejak masa Sahabat, kegiatan ijtihad dapat dikategorikan dalam dua aliran, yaitu aliran rasional (ahlu al-ra’yi) dan tradisional (ahlu al-hadits). Akan tetapi secara institusional, kedua aliran ini terbentuk pada masa Tabi’in, di mana aliran rasional (ahlu al-ra’yi) berkembang di Irak, sedangkan aliran tradisional (ahlu al-hadits) berkembang di Hijaz Makkah dan Madinah Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya ulama tradisionalis (ahlu al-hadits) di Irak dan ulama rasionalis (ahlu al-ra’yi) di kawasan Hijaz.
Secara umum, yang dimaksud dengan aliran rasional (ahlu al-ra’yi) adalah aliran ijtihad yang berpandangan bahwa hukum syara’ merupakan sesuatu yang dapat ditelaah esensi-esensi yang mendasari ketentuan-ketentuan doktrinnya yang mengacu pada kemaslahatan kehidupan manusia. Dalam hal ini, para mujtahid rasionalis mengkaji illat untuk setiap norma hukum dengan melihat pada sisi yang memungkinkannya untuk memperoleh illat sebanyak-banyaknya, sehingga mereka dapat leluasa melakukan kajian analogis dengan memelihara kepentingan kehidupan manusia dan masyarakat secara keseluruhan.
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Judul: Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah
Bahasa: Indonesia
Penulis: M. Yusuf Amin Nugroho
Jumlah halaman: 172
Format ebook: PDF
Harga: Rp. 0,-
Perekomendasi: jusufan
Gambar ebook Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah
Ebook ini di buat dengan tujuan mulia, untuk menciptakan kehidupan yang damai antar sesama umat muslim di tengah berbagai perbedaan pendapat yang ada, khususnya dalam masalah hukum islam atau fiqih.
Sebagaimana sabda rasullullah bahwa “perbedaan adalah rahmat” dan perbedaan dalam kehidupan sosial tentunya tidak bisa di hindari, saling menghujat, merasa diri paling benar tentunya tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik.
Di ebook ini penulis akan membahas mengenai perbedaan perbedaan pandangan dari 2 organisasi masyarakat (ormas) besar di indonesia, NU (Nahdhatul Ulama) dan Muhammadiyah.
Adapun untuk fatwa fatwa yang di bahas merupakan fatwa fatwa yang klasik dan umum di perdebatkan seperti:
1. Niat Shalat
2. Shalat Jumat
3. Qunut Subuh dan Witir
4. Rakaat Shalat Tarawih
5. Dzikir setelah Shalat
6. Penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal
7. Tawasul
8. Tahlil
9. Tata cara Dzikir
10. Hukum merokok
Dengan menggabungkan pandangan fiqih dari NU dan Muhammadiyah dalam sebuah ebook sederhana ini di penulis berharap ini dapat memudahkan kaum yang awam, atau yang selama ini fanatik untuk dapat menatap lebih dalam praktek-praktek serta dasar-dasar hukum Islam yang dianut kelompok lain. Sehingga apa yang menjadi harapan kita, yakni terwujudnya Islam Rahmatalil’alamin yang kokoh dalam persatuan dan tidak mudah diadu domba dapat terwujud!, amiin…
Qawaid Fiqh adalah satu Science oleh Ulama Islam bagi mengeluarkan Hukum Fiqh. Ianya adalah Garis Sempadan dan Ungkapan yang mendalam dan Boleh di Gunakan secara Umum oleh Pencinta Islam dan Pendakwah sebagai petunjuk umum.
Judul: Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah
Bahasa: Indonesia
Penulis: M. Yusuf Amin Nugroho
Jumlah halaman: 172
Format ebook: PDF
Harga: Rp. 0,-
Perekomendasi: jusufan
Gambar ebook Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah
Ebook ini di buat dengan tujuan mulia, untuk menciptakan kehidupan yang damai antar sesama umat muslim di tengah berbagai perbedaan pendapat yang ada, khususnya dalam masalah hukum islam atau fiqih.
Sebagaimana sabda rasullullah bahwa “perbedaan adalah rahmat” dan perbedaan dalam kehidupan sosial tentunya tidak bisa di hindari, saling menghujat, merasa diri paling benar tentunya tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik.
Di ebook ini penulis akan membahas mengenai perbedaan perbedaan pandangan dari 2 organisasi masyarakat (ormas) besar di indonesia, NU (Nahdhatul Ulama) dan Muhammadiyah.
Adapun untuk fatwa fatwa yang di bahas merupakan fatwa fatwa yang klasik dan umum di perdebatkan seperti:
1. Niat Shalat
2. Shalat Jumat
3. Qunut Subuh dan Witir
4. Rakaat Shalat Tarawih
5. Dzikir setelah Shalat
6. Penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal
7. Tawasul
8. Tahlil
9. Tata cara Dzikir
10. Hukum merokok
Dengan menggabungkan pandangan fiqih dari NU dan Muhammadiyah dalam sebuah ebook sederhana ini di penulis berharap ini dapat memudahkan kaum yang awam, atau yang selama ini fanatik untuk dapat menatap lebih dalam praktek-praktek serta dasar-dasar hukum Islam yang dianut kelompok lain. Sehingga apa yang menjadi harapan kita, yakni terwujudnya Islam Rahmatalil’alamin yang kokoh dalam persatuan dan tidak mudah diadu domba dapat terwujud!, amiin…
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
1. AHLU SUNNAH WAL JAMAAH
DAN SISTEM BERMADZHAB
OLEH :
ABDUL AZIZ (2276231007)
LAILA ASSYIF (2276231016)
AKMALIA MADANIYAH (2276231004)
2. APA ITU MADZHAB DAN
BERMADZHAB ?
Madzhab secara istilah merupakan sesuatu
yang menjadi pendapat imam atau ahli agama
tentang hukum yang ijtihadiyah yang di gali
dari sumbernya.
Bermadzhab merupakan keberikutan
pendapat imamyang bersifat ijtihadiyah yang
mencakup 2 hal yaitu ushul (pokok) dan furu’
(cabang)..
3. Munculnya madzhab dalam islam terjadi karena
perbedaan pendapat para sahabat dalam memahami
nash-nash al-qur’an,kemudian berlanjut ke para
tabi’in.Dalam hukum-hukum yang menjadi
kesepakatan kaum muslimin dan para mujtahid,
masyarakat pada waktu itu hanya mengikuti pemilik
syari’ah.Sedangkan berkaitan dengan kewajiban
sehari-hari seperti tata cara berwudhu, mandi,
hukum-hukum shalat, zakat dan lain-lain, mereka
belajar kepada orang tua dan guru-guru agama
setempat secara turun temurun.Dan jika terjadi
persoalan asing yang perlu penyelesaian hukum,
mereka meminta fatwa kepada mufti yang mereka
temui tanpa memandang madzhabnya secara
khusus.Baru setelah abad kedua hijriyah, tradisi
bermadzhab tersebar luas di kalangan masyarakat
muslim secara keseluruhan. Dan sedikit sekali orang
yang tidak bermadzhab pada waktu itu.
Sejarah munculnya
bermadzhab dalam
islam
5. Pandangan ulama’ tentang madzhab
Kedua, kelompok yang
dipelopori oleh al-Kamal ibn al-
Hammam. Mereka berpendirian
bahwa orang yang telah memilih
salah satu madzhab, Islam tidak
melarangnya untuk berpindah ke
madzhab lain, walaupun maksud
berpindahnya itu adalah untuk
mencari keringanan.
Ketiga, yang dipelopori oleh
Imamal-Qarafik berargumentasi
bahwa seseorang yang telah
memilih madzhab, dapat
berpindah ke madzhab lain,
walaupun dengan motivasi
mencari kemudahan, dengan
syarat bukan pada kasus
hukum (dalam satuan qadliyah)
yang sepakat diibatalkan oleh
imam madzhabnya yang
semula dan imam madzhabnya
yang baru.
Pertama, kelompok yang
dipelopori Imam Qaffal. Mereka
berpendirian bahwa manakala
seseorang telah memilih satu
madzhab, ia harus berpegang
pada madzhab yang telah
dipilihnya, ia tidak dibenarkan
pindah, baik secara
keseluruhan maupun sebagian
ke madzhab lain.
6. MENGAPA HARUS BERMADZHAB ?
Bermazhab itu sangat penting bagi orang beragama agar
pemahaman dan praktik agamanya benar. Karena bermazhab
merupakan metode untuk mengetahui hukum suatu peristiwa yang
dihadapi dengan merujuknya pada fiqih mazhab tertentu yang dianut
atau upaya penyimpulannya dilakukan berdasarkan ushul al-mazhab
yang diyakininya.
ttps://islam.nu.or.id/syariah/mengapa-kita-harus-bermazhab-y02OR
7. IMPLIKASI BERMADZHAB
Hakikat kebenaran dalam Islam, khususnya yang
berkaitan erat dengan al-ahkam al-ijtihadiyah
(hukum-hukum praktis hasil ijtihad) akan lebih
aman, terjaga, selamat dari kekeliruan
pemahaman, jauh dari ketersesatan dan lebih
maslahat apabila dalam beragama umat Islam
bersedia mengikuti dan terikat kepada salah satu
dari mazhab yang empat (mazhab: al-Hanafi, al-
Maliki, al-Syafi'i atau al-Hanbali), karena para
imam mazhab (mujtahidun) itu telah disepakati
para ulama paling memiliki otoritas dan lebih bisa
dipercaya dalam menafsirkan sumber utama
hukum Islam, yakni Al-Qur’an dan al-Sunnah