Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2019 mengatur tentang tata kerja KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. Peraturan ini mengatur tentang organisasi, tugas pembagian divisi, pembentukan korwil, dan masa jabatan anggota KPU di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Peraturan ini dimaksudkan untuk menyelaraskan kerja organisasi penyelenggara pemilu di berbagai tingkatan setelah beberapa kali per
Dokumen tersebut membahas tahapan-tahapan proses pemilihan umum legislatif di Indonesia, mulai dari pendaftaran pemilih dan peserta pemilu, penetapan peserta dan jumlah kursi, pencalonan anggota legislatif, kampanye hingga pemungutan dan penghitungan suara.
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan PencalonanLesmana Putra
Dokumen tersebut merupakan peraturan Bawaslu tentang pengawasan tahapan pencalonan pemilihan kepala daerah. Peraturan ini mengatur tentang pengawasan proses pendaftaran calon, penelitian kelengkapan syarat calon, dan penetapan calon oleh Bawaslu, Bawaslu provinsi, dan panwas kabupaten/kota.
Dokumen tersebut membahas tahapan-tahapan proses pemilihan umum legislatif di Indonesia, mulai dari pendaftaran pemilih dan peserta pemilu, penetapan peserta dan jumlah kursi, pencalonan anggota legislatif, kampanye hingga pemungutan dan penghitungan suara.
Perbawaslu no. 5 tahun 2015 Tentang Pengawasan Tahapan PencalonanLesmana Putra
Dokumen tersebut merupakan peraturan Bawaslu tentang pengawasan tahapan pencalonan pemilihan kepala daerah. Peraturan ini mengatur tentang pengawasan proses pendaftaran calon, penelitian kelengkapan syarat calon, dan penetapan calon oleh Bawaslu, Bawaslu provinsi, dan panwas kabupaten/kota.
Dokumen tersebut berisi ketentuan-ketentuan mengenai rekapitulasi hasil penghitungan suara pada pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota tahun 2014. Dokumen tersebut mengatur tentang persiapan rekapitulasi di tingkat desa/kelurahan seperti penyusunan jadwal rapat, undangan kepada peserta, dan pembagian tugas kepada panitia pemilihan.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota, Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 mengatur tentang penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum nasional yang bertugas melaksanakan pemilihan umum secara profesional, jujur, dan adil serta Badan Pengawas Pemilihan Umum sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pemilihan umum. Undang-undang ini juga mengatur tentang asas, tug
Focus Group Discussion with MPR RI ang Universitas HasanuddinAwaluddinSaputra1
1. Dokumen tersebut membahas proses rekrutmen anggota KPU dan KPUD di tingkat kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu.
2. Beberapa kelemahan dalam proses rekrutmen diantaranya adalah ketidakmerataan sosialisasi pendaftaran, hilangnya berkas calon, terjadinya kecurangan dalam tes tertulis, ketidakobjektifan tes kesehatan, dan subjek
UU No. 1 Tahun 2015 tentang PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG U...Lesmana Putra
Undang-undang ini menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang. Dokumen ini menjelaskan latar belakang dan pertimbangan pembentukan undang-undang ini serta memberikan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam undang-undang.
Dokumen tersebut merupakan peraturan tentang seleksi anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dokumen ini mengatur tentang persyaratan calon anggota, pembentukan tim seleksi, tahapan seleksi, dan ketentuan lainnya terkait proses seleksi anggota KPU daerah.
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Lesmana Putra
Peraturan ini mengatur tentang pengawasan pemutakhiran data dan daftar pemilih dalam pemilihan kepala daerah. Pengawasan dilakukan untuk memastikan setiap warga yang memenuhi syarat terdaftar dalam daftar pemilih, penyusunan daftar pemilih menggunakan data terbaru, dan proses pendaftaran pemilih tambahan. Badan Pengawas Pemilihan Umum, komisi pemilihan umum provinsi dan kabupaten/kota bertanggung jawab mengawasi proses
Tugas dan peran Pengawas Pemilu dijelaskan dalam tiga kalimat:
Pengawas Pemilu bertugas mengawasi seluruh tahapan pelaksanaan pemilu, menerima laporan pelanggaran, dan memberikan rekomendasi sanksi atau penindakan lebih lanjut kepada lembaga terkait.
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdfMARYONSWPOHWAIN
Peraturan ini mengatur tentang tata kerja dan pola hubungan pengawas pemilihan umum di Indonesia. Pengawas pemilihan umum terdiri dari beberapa tingkatan yaitu Bawaslu pusat, Bawaslu provinsi, Bawaslu kabupaten/kota, dan panwaslu kecamatan. Peraturan ini mengatur tugas, wewenang, dan koordinasi antar tingkatan pengawas pemilihan umum dalam mengawasi proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah
Dokumen tersebut berisi ketentuan-ketentuan mengenai rekapitulasi hasil penghitungan suara pada pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota tahun 2014. Dokumen tersebut mengatur tentang persiapan rekapitulasi di tingkat desa/kelurahan seperti penyusunan jadwal rapat, undangan kepada peserta, dan pembagian tugas kepada panitia pemilihan.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota, Pembentukan dan Tata Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 mengatur tentang penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum nasional yang bertugas melaksanakan pemilihan umum secara profesional, jujur, dan adil serta Badan Pengawas Pemilihan Umum sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pemilihan umum. Undang-undang ini juga mengatur tentang asas, tug
Focus Group Discussion with MPR RI ang Universitas HasanuddinAwaluddinSaputra1
1. Dokumen tersebut membahas proses rekrutmen anggota KPU dan KPUD di tingkat kabupaten/kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu.
2. Beberapa kelemahan dalam proses rekrutmen diantaranya adalah ketidakmerataan sosialisasi pendaftaran, hilangnya berkas calon, terjadinya kecurangan dalam tes tertulis, ketidakobjektifan tes kesehatan, dan subjek
UU No. 1 Tahun 2015 tentang PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG U...Lesmana Putra
Undang-undang ini menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang. Dokumen ini menjelaskan latar belakang dan pertimbangan pembentukan undang-undang ini serta memberikan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam undang-undang.
Dokumen tersebut merupakan peraturan tentang seleksi anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dokumen ini mengatur tentang persyaratan calon anggota, pembentukan tim seleksi, tahapan seleksi, dan ketentuan lainnya terkait proses seleksi anggota KPU daerah.
Perbawaslu no. 4 tahun 2015 tentang Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar ...Lesmana Putra
Peraturan ini mengatur tentang pengawasan pemutakhiran data dan daftar pemilih dalam pemilihan kepala daerah. Pengawasan dilakukan untuk memastikan setiap warga yang memenuhi syarat terdaftar dalam daftar pemilih, penyusunan daftar pemilih menggunakan data terbaru, dan proses pendaftaran pemilih tambahan. Badan Pengawas Pemilihan Umum, komisi pemilihan umum provinsi dan kabupaten/kota bertanggung jawab mengawasi proses
Tugas dan peran Pengawas Pemilu dijelaskan dalam tiga kalimat:
Pengawas Pemilu bertugas mengawasi seluruh tahapan pelaksanaan pemilu, menerima laporan pelanggaran, dan memberikan rekomendasi sanksi atau penindakan lebih lanjut kepada lembaga terkait.
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdfMARYONSWPOHWAIN
Peraturan ini mengatur tentang tata kerja dan pola hubungan pengawas pemilihan umum di Indonesia. Pengawas pemilihan umum terdiri dari beberapa tingkatan yaitu Bawaslu pusat, Bawaslu provinsi, Bawaslu kabupaten/kota, dan panwaslu kecamatan. Peraturan ini mengatur tugas, wewenang, dan koordinasi antar tingkatan pengawas pemilihan umum dalam mengawasi proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah
UU no.15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilu M Ungang
[Ringkasan]
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 mengatur tentang penyelenggaraan pemilihan umum yang berkualitas untuk mewujudkan kedaulatan rakyat secara demokratis. Undang-undang ini menetapkan Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum yang profesional, independen, dan akuntabel. Undang-undang ini juga mengatur tugas, wewenang, dan struktur organisasi Komisi Pemilihan Umum di ting
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banyumas memiliki tugas menyelenggarakan pemilu secara profesional dan independen serta meningkatkan partisipasi pemilih, terutama pemilih pemula. Dalam melaksanakan strateginya, KPU Banyumas melakukan analisis lingkungan strategis menggunakan SWOT untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerjanya.
Dokumen tersebut berisi tentang peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengenai sosialisasi, pendidikan pemilih, dan partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah. Dokumen tersebut menjelaskan sasaran, materi, dan metode sosialisasi pemilihan serta peran KPU provinsi, KPU kabupaten/kota, panitia pemilihan kecamatan dan panitia pemungutan suara dalam melaksanakan sosialisasi pemilihan.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen Pemilihan Aceh dan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota.
Dokumen tersebut membahas tentang tahapan, program, dan jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2018 sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum. Termasuk di dalamnya adalah tahap persiapan dengan program sosialisasi, pemutakhiran data, dan pembentukan panitia. Kemudian tahap pelaksanaan meliputi pencalonan, kampanye, pemungutan suara, hingga penetapan
Dokumen tersebut membahas tentang proses pemilihan gubernur dan wakil gubernur secara langsung, mulai dari landasan teori, penyelenggara, peserta, tahapan pelaksanaan, deskripsi sistem informasi manajemen pemilihan, karakteristik sistem, dan prosedur pemilihan gubernur.
Dokumen tersebut membahas persiapan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam menghadapi pemilihan kepala daerah 2024, termasuk kesiapan sumber daya manusia pengawas, persiapan pengawasan pemutakhiran daftar pemilih, persiapan pengawasan pemungutan suara, persiapan pengawasan media sosial, dan rencana program pengawasan pemilu 2024."
Materi UU Pemilu tahapan dan program pemilu 2019Dody Wijaya
Dokumen tersebut membahas tentang simulasi pelaksanaan pemilu 2019 di Kota Jakarta Selatan. Terdapat penjelasan mengenai sosialisasi undang-undang bidang politik, prinsip-prinsip demokrasi dan pemilu bebas serta adil, metode perhitungan suara, tahapan pemilu, dan sistem pemilu menurut UU No. 7 Tahun 2017.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai logistik yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemilihan umum serentak tahun 2019 di tingkat TPS dan PPK, mulai dari perlengkapan di dalam dan luar kotak suara, formulir yang digunakan, pengemasan dan pengiriman hasil suara."
Tutorial membuat masker kain menjelaskan cara membuat masker dari kain katun dengan menggunakan mesin jahit atau tanpa mesin, serta menyimpan dan mencuci masker dengan benar untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Ketentuan tentang kampanye pemilu 2019 dari aspek regulasi dan teknis serta tahapan kampanye apa saja yang diatur dalam UU No 7 Tahun 2019 maupun PKPU yang mengatur tentang kampanye bisa disimak disini.
Ketentuan tentang kampanye pemilu 2019 dari aspek regulasi dan teknis serta tahapan kampanye apa saja yang diatur dalam UU No 7 Tahun 2019 maupun PKPU yang mengatur tentang kampanye bisa disimak disini.
Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan parisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan hak pilih. Program ini melibatkan peran serta masyarakat yang seluas-luasnya di mana mereka ditempatkan sebagai pelopor (pioneer) demokrasi bagi komunitasnya.
The 2019 Democracy Index report found that the average global score for democracy declined, driven by sharp regressions in Latin America and Sub-Saharan Africa as well as a lesser decline in the Middle East and North Africa region. Three regions - Asia and Australasia, Eastern Europe, and Western Europe - saw no improvement. There were 10 changes in country regime categories, with Chile, France and Portugal moving up to full democracies while Malta, Iraq, Palestine, Algeria and Senegal saw declines. Popular protests emerged around the world in response to democratic deficits and the disconnect between citizens and political elites. Most categories in the Democracy Index have seen declining scores since 2008, particularly around civil liberties.
Strategi divisi teknis kpu jaksel mencapai zero psuDody Wijaya
Laporan meninjau upaya KPU Kota Jakarta Selatan dalam mencapai target nol pemungutan suara ulang pada Pemilu 2019. Program yang dilakukan meliputi identifikasi risiko, analisis risiko, dan tindakan mitigasi seperti penyamaan pemahaman penyelenggara, bimbingan teknis, serta monitoring risiko di lapangan. Hasilnya, capaian nol kasus pemungutan suara ulang dan penghitungan hasil ulang dicapai untuk pertama kalinya. Evalu
Judul RUU
Sistematika RUU
Urgensi Penyusunan
Arah RUU Pemilu
Putusan Mahkamah Konstitusi
Penyelenggaran Pemilu Nasional Dan Pemilu Lokal
Rekayasa Transisi Penyelenggaraan Pemilu Lokal Tahun 2022 untuk Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Rekayasa Transisi Penyelenggaraan Pemilu Lokal Tahun 2022 untuk DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
Opsi Pelaksanaan Pemilu Nasional Dan Pemilu Lokal
Dokumen tersebut memberikan panduan langkah-langkah hitung cepat pemilu 2019 meliputi penyiapan form C/C1, pemindaian form, pengiriman hasil pemindaian, entri data form C1, pengiriman hasil entri, pantau proses, verifikasi data, dan melihat hasil perhitungan secara online melalui aplikasi SITUNG-DESKTOP dan SITUNG-WEB."
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen pertama memberikan rekapitulasi jumlah TPS dan jumlah pemilih pada pemilu nasional.
2. Dokumen kedua menjelaskan perlengkapan yang diperlukan untuk pemungutan suara menurut UU Pemilu dan peraturan pelaksanaannya.
3. Dokumen ketiga membahas aspek teknis penggunaan kotak suara dalam proses pemungutan suara.
1. PERATURAN KPU NOMOR 8
TAHUN 2019
TENTANG TATA KERJA KPU,
KPU PROVINSI DAN KPU
KABUPATEN/KOTA
LogoType
2. Penataan Organisasi Melalui PKPU
Tata Kerja
Pengaturan mengenai Tata Kerja
diatur di dalam Peraturan KPU
Nomor 5 Tahun 2008
Aturan Lama
01 Undang-Undang tentang
Penyelenggaraan Pemilu sudah tiga kali
diubah
Melampaui masa berlaku
02
UU Nomor 22/2007
UU Nomor 15/2011
UU Nomor 7/2017
UU Penyelenggara Pemilu
03 Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2008
tentang Tata Kerja KPU, KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota
Peraturan KPU
04
3. TAHAPAN PROSES PEMBAHASAN
PKPU TATA KERJA
Rapat
Pembahasan
Rancangan
Awal Peraturan
KPU tentang
Tata Kerja
Rapat
Konsinyering
internal
KPU
Pembahasan
Code of
Conduct
(Kode
Perilaku)
dengan ahli
Etika Publik
Romo
Haryatmoko
FGD dengan
mengundang
para pakar dan
mantan
komisioner KPU
di Provinsi
maupun
Kabupaten/Kota
Rapat
Koordinasi
dengan
KPU Provinsi
se IndonesiaAkhir 2017
25 Juli 2018
13 September
2018
18 September
2018
25 September
2018
FGD KPU dan
DKPP terkait
Substansi
Penanganan
Pelanggaran
Kode Etik
Adhoc
3 Desember
2018
Rapat
Koordinasi
Organisasi
kedua
mengundang
KPU Provinsi
se Indonesia
14-16 Januari
2019
1-3 Maret
2019
Harmonisasi
PKPU Tata Kerja
dengan
Kemenkumham
PROSES PENYUSUNAN PKPU TATA
KERJA DILAKUKAN HAMPIR 1
TAHUN 6 BULAN
Diundangkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM tanggal 25 Maret 2019
Diundangkan oleh Kementerian Hukum dan
HAM tanggal 25 Maret 2019
4. ATURAN BARU DI DALAM PERATURAN KPU NOMOR 8 TAHUN 2019 TENTANG TATA KERJA
KPU, KPU PROVINSI DAN KPU KABUPATEN/KOTA
5. KETENTUAN UMUM
Pasal 1 1. Tim Pemeriksa adalah tim yang dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota, yang keanggotaannya terdiri atas unsur anggota
KPU Kabupaten/Kota yang memiliki tugas memeriksa dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPK, PPS dan KPPS.
2. Tim Kepatuhan Internal adalah tim yang dibentuk oleh KPU yang bertugas memantau pengendalian internal di
lingkungan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
3. Supervisi adalah pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berjenjang di lingkungan KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPLN, KPPSLN, PPK, PPS, dan KPPS.
4. Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan antar anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota guna mencapai
keselarasan, keserasian, dan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan agar tercapai hasil guna
dan daya guna yang sebesar-besarnya.
5. Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah suatu kesatuan asas moral, etika, dan filosofi
yang menjadi pedoman perilaku bagi Penyelenggara Pemilu berupa kewajiban atau larangan, tindakan dan/atau ucapan
yang patut atau tidak patut dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu.
6. Kode Perilaku adalah tata nilai dan standar perilaku yang diharapkan semua orang dalam bekerja bagi anggota KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota selaku Penyelenggara Pemilu dan Pemilihan.
7. Sistem Penanganan Pengaduan (Whistleblowing System) adalah sistem untuk memproses pengaduan dan/atau
pemberian informasi yang disampaikan secara langsung dan/atau tidak langsung sehubungan dengan adanya perbuatan
yang melanggar perundang-undangan, peraturan/standar, kode etik, dan kebijakan, serta tindakan lain yang sejenis
berupa ancaman langsung atas kepentingan umum, serta korupsi, kolusi, dan nepotisme yang terjadi di lingkungan KPU,
KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
8. Pengawasan Internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun badan yang terdapat di dalam lingkungan
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
6. KEDUDUKAN, SIFAT KELEMBAGAAN, DAN
WILAYAH KERJA
Pasal 4 1. KPU berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.
2. KPU Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi.
3. KPU Kabupaten berkedudukan di ibu kota Kabupaten, dan KPU Kota berkedudukan di pusat pemerintahan kota.
4. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota berkedudukan sebagai lembaga nonstruktural.
Pasal 5 1. KPU adalah lembaga Penyelenggara Pemilu dan Pemilihan yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
2. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota bersifat hierarkis.
3. KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota bersifat tetap.
4. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota menjalankan tugasnya secara berkesinambungan.
5. Dalam menyelenggarakan Pemilu, KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota bebas dari pengaruh pihak manapun
berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Pasal 6 1. Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Wilayah kerja KPU Provinsi meliputi wilayah provinsi.
3. Wilayah kerja KPU Kabupaten/Kota meliputi wilayah kabupaten/kota.
Pasal 7 1. PPK, PPLN, PPS, KPPS, dan KPPSN wajib menandatangani pakta integritas pada saat pengucapan sumpah/janji.
7. TATA KERJA ORGANISASI
Pasal 8 1. Masa jabatan keanggotaan KPU yaitu selama 5 (lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali
masa jabatan pada tingkatan yang sama.
2. Masa jabatan terhitung sejak tanggal pelantikan.
3. Anggota KPU wajib menandatangani pakta integritas pada saat pelantikan.
Pasal 13 1. Bidang tugas dalam Divisi Anggota KPU, meliputi:
a. Divisi Perencanaan, Keuangan, Umum, dan Rumah Tangga;
b. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat;
c. Divisi Data dan Informasi;
d. Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan, dan Penelitian dan Pengembangan;
e. Divisi Teknis Penyelenggaraan dan Logistik; dan
f. Divisi Hukum dan Pengawasan.
2. Setiap anggota KPU menjadi ketua untuk 1 (satu) Divisi.
3. Setiap anggota KPU dapat menjadi wakil ketua untuk 1 (satu) Divisi.
4. Divisi wajib membuat laporan kinerja sesuai dengan tugas dan bidang Divisi untuk disampaikan dalam Rapat Pleno KPU.
Pasal 15 1. Pembagian Divisi untuk masing-masing anggota KPU ditetapkan dengan Keputusan KPU.
2. Pembagian Divisi), dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
3. Perubahan pembagian Divisi ditetapkan dengan Keputusan KPU.
8. TATA KERJA ORGANISASI (2)
Pasal 16 (1) Pembentukan Korwil untuk anggota KPU dilakukan dengan membagi daerah provinsi untuk setiap Korwil.
(2) Pembentukan Korwil dilaksanakan dengan ketentuan:
a. KPU menyusun Korwil dalam Rapat Pleno;
b. susunan Korwil terdiri atas:
1. ketua; dan
2. wakil ketua;
c. setiap anggota KPU dapat menjadi ketua Korwil;
d. setiap anggota KPU dapat menjadi wakil Korwil;
e. KPU menyusun pembagian daerah provinsi untuk setiap anggota KPU;
f. dalam melakukan pembagian daerah provinsi, KPU memperhatikan:
1. jarak wilayah provinsi;
2. jumlah penduduk di wilayah provinsi;
3. tingkat kerawanan; dan
4. daerah terpencil dan tidak terpencil, untuk dibagi secara merata kepada setiap anggota KPU; dan
g. susunan Korwil anggota KPU ditetapkan dengan Keputusan KPU.
Pasal 17 (1) Korwil anggota KPU smempunyai tugas untuk:
a. melakukan Koordinasi;
b. melakukan Supervisi;
c. melakukan pembinaan; dan/atau
d. mempercepat penyelesaian permasalahan, terhadap KPU Provinsi yang berada dalam wilayah kerjanya.
(2) Korwil wajib melaporkan perkembangan tugas dan/atau penyelesaian permasalahan s
(3) Dalam menyelesaikan permasalahan, Korwil mengikutsertakan anggota KPU yang membidangi Divisi yang terkait, untuk
melakukan evaluasi, penyelesaian masalah, dan/atau pembinaan kepada KPU Provinsi dalam wilayah kerjanya.
9. TATA KERJA ORGANISASI (3)
Pasal 18 1. Masa jabatan keanggotaan KPU Provinsi yaitu selama 5 (lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk 1
(satu) kali masa jabatan pada tingkatan yang sama.
2. Masa jabatan terhitung sejak tanggal pelantikan.
3. Anggota KPU Provinsi wajib menandatangani pakta integritas pada saat pelantikan.
Pasal 22 1. Pembagian Divisi untuk anggota KPU Provinsi yang berjumlah 7 (tujuh) orang, meliputi:
a. Divisi Keuangan, Umum, dan Rumah Tangga;
b. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat;
c. Divisi Data dan Informasi;
d. Divisi Perencanaan dan Logistik;
e. Divisi Teknis Penyelenggaraan;
f. Divisi Hukum dan Pengawasan; dan
g. Divisi Sumber Daya Manusia, Penelitian, dan Pengembangan.
2. Pembagian Divisi untuk anggota KPU Provinsi yang berjumlah 5 (lima) orang, meliputi:
a. Divisi Keuangan, Umum, Rumah Tangga dan Logistik;
b. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan Sumber Daya Manusia;
c. Divisi Perencanaan, Data, dan Informasi;
d. Divisi Teknis Penyelenggaraan; dan
e. Divisi Hukum dan Pengawasan.
10. TATA KERJA ORGANISASI (3)
Pasal 23 1. Ketua KPU Provinsi menjadi ketua Divisi Keuangan, Umum, Rumah Tangga dan Logistik
2. Setiap anggota KPU Provinsi menjadi ketua pada 1 (satu) Divisi.
3. Setiap anggota KPU Provinsi dapat menjadi wakil ketua pada 1 (satu) Divisi.
4. Ketua dan wakil ketua Divisi membagi beban tugas secara proporsional.
Pasal 22 1. Pembagian Divisi untuk anggota KPU Provinsi yang berjumlah 7 (tujuh) orang, meliputi:
a. Divisi Keuangan, Umum, dan Rumah Tangga;
b. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat;
c. Divisi Data dan Informasi;
d. Divisi Perencanaan dan Logistik;
e. Divisi Teknis Penyelenggaraan;
f. Divisi Hukum dan Pengawasan; dan
g. Divisi Sumber Daya Manusia, Penelitian, dan Pengembangan.
2. Pembagian Divisi untuk anggota KPU Provinsi yang berjumlah 5 (lima) orang, meliputi:
a. Divisi Keuangan, Umum, Rumah Tangga dan Logistik;
b. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan Sumber Daya Manusia;
c. Divisi Perencanaan, Data, dan Informasi;
d. Divisi Teknis Penyelenggaraan; dan
e. Divisi Hukum dan Pengawasan.
11. TATA KERJA ORGANISASI (4)
Pasal 26 (1) Pembentukan Korwil untuk Anggota KPU Provinsi dilakukan dengan membagi daerah kabupaten/kota
untuk setiap Korwil.
(2) Pembentukan Korwil dilaksanakan dengan ketentuan:
a. KPU Provinsi menyusun Korwil dalam Rapat Pleno;
b. susunan Korwil terdiri atas:
1.ketua; dan
2.wakil ketua;
c. setiap anggota KPU Provinsi dapat menjadi ketua Korwil;
d. setiap anggota KPU Provinsi dapat menjadi wakil Korwil;
e. KPU Provinsi melakukan pembagian daerah kabupaten/kota untuk setiap anggota KPU Provinsi;
f. dalam melakukan pembagian daerah kabupaten/kota huruf e, KPU Provinsi memperhatikan:
1. jarak wilayah kabupaten/kota;
2. jumlah penduduk di wilayah kabupaten/kota;
3. tingkat kerawanan; dan
4. daerah terpencil dan tidak terpencil, untuk dibagi secara merata kepada setiap anggota KPU
Provinsi; dan
g. susunan Korwil anggota KPU Provinsi, ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi.
12. TATA KERJA ORGANISASI (5)
Pasal 27
(1) Korwil anggota KPU Provinsi mempunyai tugas untuk:
a. melakukan Koordinasi;
b. melakukan supervisi;
c. melakukan pembinaan; dan/atau
d. mempercepat penyelesaian permasalahan,
terhadap KPU Kabupaten/Kota yang berada dalam wilayah kerjanya.
(2) Korwil wajib melaporkan perkembangan tugas dan/atau penyelesaian dalam Rapat Pleno KPU Provinsi.
(3) Dalam menyelesaikan permasalahan, Korwil mengikutsertakan anggota KPU Provinsi yang membidangi Divisi yang
terkait, untuk melakukan evaluasi, penyelesaian masalah, dan/atau pembinaan kepada KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah
kerjanya.
Pasal 28 1. Masa jabatan keanggotaan KPU Kabupaten/Kota yaitu selama 5 (lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya
untuk 1 (satu) kali masa jabatan pada tingkatan yang sama.
2. Masa jabatan terhitung sejak tanggal pelantikan.
3. Anggota KPU Kabupaten/Kota wajib menandatangani pakta integritas pada saat pelantikan.
Pasal 33 1. Pembagian Divisi untuk anggota KPU Kabupaten/Kota, meliputi:
a. Divisi Keuangan, Umum, Rumah Tangga dan Logistik;
b. Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan Sumber Daya Manusia;
c. Divisi Perencanaan, Data, dan Informasi;
d. Divisi Teknis Penyelenggaraan; dan
e. Divisi Hukum dan Pengawasan.
2. Divisi) wajib membuat laporan kinerja sesuai dengan tugas dan bidang Divisi untuk disampaikan dalam Rapat Pleno KPU
Kabupaten/Kota.
13. TATA KERJA ORGANISASI (6)
Pasal 34 1. Ketua KPU Kabupaten/Kota menjadi ketua Divisi Keuangan, Umum, Rumah Tangga dan Logistik
2. Setiap anggota KPU Kabupaten/Kota menjadi ketua pada 1 (satu) Divisi.
3. Setiap anggota KPU Kabupaten/Kota dapat menjadi wakil ketua pada 1 (satu) Divisi.
4. Ketua dan wakil ketua Divisi membagi beban tugas secara proporsional.
5. Pembagian Divisi untuk masing-masing Anggota KPU Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.
6. Pembagian Divisi, dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 38 1. Dalam menjalankan tugasnya, KPU:
a. melaksanakan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. melaporkan kepada DPR dan Presiden mengenai pelaksanaan tugas penyelenggaraan seluruh tahapan Pemilu dan tugas
lainnya.
2. Laporan pelaksanaan tugas penyelenggaraan seluruh tahapan Pemilu disampaikan secara periodik pada setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39 1. Dalam menjalankan tugasnya, KPU Provinsi bertanggung jawab kepada KPU.
2. KPU Provinsi menyampaikan laporan kinerja dan tahapan Penyelenggaraan Pemilu secara periodik kepada KPU.
Pasal 40 1. Dalam menjalankan tugasnya, KPU Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada KPU Provinsi.
2. KPU Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kinerja dan tahapan Penyelenggaraan Pemilu secara periodik kepada KPU
Provinsi.
14. TATA KERJA ORGANISASI (7)
Pasal 41 1. KPU Provinsi menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada KPU terkait dengan penyelenggaraan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
2. KPU Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pertanggungjawaban terkait dengan penyelenggaraan Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota kepada kepada KPU melalui KPU Provinsi.
Pasal 42 &
43
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dibantu oleh tenaga pakar/ahli untuk
membantu kinerja anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
Ketentuan mengenai tenaga pakar/ahli berpedoman pada Peraturan KPU yang mengatur tentang tenaga pakar/ahli di
lingkungan Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota.
15. KESEKRETARIATAN
Pasal 45 1. Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota memiliki peran sebagai
pelaksana kebijakan dan unit pendukung teknis dan administrasi pelayanan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
2. Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota bersifat hierarkis.
3. Pegawai Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota berada dalam satu
kesatuan manajemen kepegawaian.
Pasal 46 1. Sekretariat Jenderal KPU dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
2. Sekretaris Jenderal KPU bertanggung jawab secara administratif dan fungsional kepada ketua KPU.
3. Deputi dan Inspektur Utama bertanggungjawab kepada ketua KPU melalui Sekretaris Jenderal KPU.
Pasal 49 Penyusunan program, kebijakan, dan pengambilan keputusan oleh Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota harus melalui Rapat Pleno yang dipimpin oleh ketua KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota.
16. HUBUNGAN KERJA
Pasal 50 1. KPU melakukan Supervisi dan monitoring terhadap:
a. KPU Provinsi;
b. KPU Kabupaten/Kota; dan
c. PPLN.
2. KPU Provinsi melakukan Koordinasi, Supervisi, dan monitoring terhadap KPU Kabupaten/Kota.
3. KPU Kabupaten/Kota melakukan Koordinasi, Supervisi, dan monitoring terhadap:
a. PPK;
b. PPS; dan
c. KPPS.
4. Dalam menjalankan tugas:
a. KPU Provinsi dapat berkonsultasi dengan KPU; dan
b. KPU Kabupaten/Kota dapat berkonsultasi dengan KPU Provinsi.
5. Koordinasi, Supervisi, dan monitoring dapat dilaksanakan melalui:
a. rapat Koordinasi;
b. rapat Konsultasi;
c. rapat kerja; dan/atau
d. media lainnya.
Pasal 51 1. Hubungan kerja ketua dan anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota meliputi:
a. mengoordinasikan hubungan kerja antar Divisi; dan
b. mengoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas Divisi dan Korwil dengan Kesekretariatan.
2. Ketua dan wakil ketua Divisi membagi tugas Divisi secara proporsional.
3. Ketua dan wakil ketua Korwil membagi tugas Korwil secara proporsional.
4. Hubungan kerja Divisi dengan Korwil pada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota meliputi:
a. evaluasi;
b. penyelesaian masalah; dan/atau
c. pembinaan terhadap wilayah kerja.
5. Ketua dan wakil ketua Divisi bertanggung jawab atas biro, bagian, dan sub bagian pada masing-masing bidang.
6. Ketua dan wakil ketua Divisi bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang terkait dengan bidang-bidang Divisi, yang dibahas di dalam Rapat Pleno.
17. HUBUNGAN KERJA (2)
Pasal 57 1. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dapat membentuk kelompok kerja untuk kelancaran pelaksanaan tugas,
wewenang, dan kewajibannya, dalam jangka waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia.
2. Keanggotaan kelompok kerja pada KPU terdiri atas:
a. anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota;
b. pejabat dan personel Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi Aceh, dan Sekretariat KPU
Kabupaten/Kota; dan
c. pihak lain yang dianggap perlu.
Pasal 58 1. KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan, dengan berpedoman
pada prinsip Penyelenggaraan Pemilu.
2. Pemangku kepentingan, meliputi:
a. pemilih;
b. Peserta Pemilu;
c. organisasi kemasyarakatan;
d. perguruan tinggi;
e. media massa;
f. Bawaslu dan DKPP;
g. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
h. DPR;
i. Kepolisian Republik Indonesia;
j. Tentara Nasional Indonesia;
k. kejaksaan;
l. lembaga peradilan; dan/atau
m.pihak lain yang diperlukan.
3. Dalam melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota menggunakan
prinsip aksesibilitas, transparan, akuntabilitas, dan proporsional.
18. Mekanisme dan Hubungan Kerja
KPU
KPU PROVINSI
KPU
KABUPATEN/KOTA
PPK/PPS/KPPS
Regulator
Koordinasi
Supervisi
Pemantau
Regulator
Koordinasi
Supervisi
Pemantau
Koordinasi
Pemantau
Supervisi
Koordinasi
Pemantau
Supervisi
Implementator
Pemantau
Implementator
Pemantau
Divisi
Korwil
Divisi
Korwil
PLENOPLENO
19. PLENO
Pasal 60 Jenis rapat KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota terdiri atas;
1. Rapat pleno tertutup;
2. Rapat pleno terbuka; dan
3. Rapat pleno rutin
Pasal 63 1. Rapat pleno rutin adalah rapat yang dihadiri oleh anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, Sekretaris
Jenderal, Sekretaris KPU Prov/Kab/Kota serta Sekretariat yang diundang dan dilaksanakan paling sedikit satu
minggu sekali.
2. Koordinator divisi dan/atau anggota divisi melaksanakan rapat divisi dengan Sekretariat yang terkait untuk
menyusun prioritas pembahasan dalam rapat Pleno Rutin
3. Dalam rapat pleno rutin, Sekjen KPU, Sekretaris KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menyampaikan hasil
tindak lanjut dari hasil rapat pleno rutin sebelumnya dan melaporkan realisasi penggunaan anggaran.
4. Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi, dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang hadir pada Rapat Pleno
rutin, harus tercantum dalam undangan.
20. RISALAH PLENO DAN KUORUM
Pasal 54,
66, 67
1. Hasil keputusan Rapat Pleno dituangkan dalam berita acara Rapat Pleno KPU, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota.
2. Sekjen KPU, Sekretaris KPU Provinsi/Kabupaten/Kota membuat berita acara pada setiap akhir rapat pleno yang
memuat keputusan rapat pleno dan ditandatangani oleh Ketua dan/atau Anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota yang hadir serta dilampiri dengan daftar hadir peserta rapat pleno dan risalah Rapat Pleno
Anggota KPU yang ditandatangani oleh Ketua dan/atau Anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
3. Risalah Rapat Pleno sebelum ditandatangani, disampaikan kepada peserta Rapat Pleno Anggota KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk mendapat saran dan atau perbaikan.
4. Rapat pleno KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sah apabila dihadiri paling sedikit 3/4 (tiga perempat)
anggota yang dibuktikan dengan daftar hadir.
5. Keputusan rapat pleno sah apabila disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga perempat) orang anggota KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang hadir.
21. PENGANGKATAN PLH DAN PLT KETUA
Pasal 71 -
72
1. Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menunjuk Pelaksana harian apabila tidak dapat melaksanakan
tugas paling sedikit 2 x 24 jam;
2. Pelaksana harian Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota melaksanakan tugas rutin Ketua KPU, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang berhalangan sementara;
3. Pelaksana harian Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berwenang memimpin rapat pleno rutin
KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
4. Dalam hal pengambilan keputusan strategis, Pelaksana Harian Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
harus melalui mekanisme rapat pleno;
5. Pengangkatan Pelaksana Harian KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berdasarkan kesepakatan seluruh
anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
6. Dalam hal Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berhalangan tetap, ditunjuk Pelaksana Tugas Ketua
KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam waktu 1 x 24 jam;
7. Pengangkatan Pelaksana Tugas bersifat sementara sampai dengan ketua KPU definitif ditetapkan.
8. Pengangkatan Pelaksana Tugas Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, berdasarkan kesepakatan
seluruh anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam rapat pleno tertutup;
9. Pelaksana Tugas Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berwenang memimpin rapat pleno terbuka,
tertutup dan rutin KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
10. Dalam hal pengambilan keputusan strategis, Pelaksana Tugas Ketua KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
harus melalui mekanisme rapat pleno.
22. DISIPLIN DAN PENILAIAN KINERJA
Pasal 135 1. Anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota wajib hadir setiap hari kerja sesuai dengan jam kerja;
2. Dalam hal pelaksanaan tahapan Pemilu jam kerja anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menyesuaikan
dengan jadwal tahapan yang telah ditetapkan berdasarkan hari kalender.
3. Kehadiran anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota berkaitan dengan penilaian kinerja:
4. KPU Provinsi melakukan evaluasi kinerja terhadap KPU Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan tahapan pemilu dan
Pemilihan.
5. KPU Kabupaten/Kota melakukan evaluasi kinerja PPK, PPS dan KPPS dalam penyelenggaraan Tahapan Pemilu dan
Pemilihan.
Pasal 138 Evaluasi Anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota meliputi penilaian terhadap aspek perilaku dan kinerja:
1. kegiatan;
2. profesionalitas;
3. kepatuhan;
4. kuantitas;
5. kualitas/mutu; dan
6. Waktu.
Pasal 139 1. Evaluasi terhadap aspek perilaku dan penilaian kinerja dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun secara periodik;
2. KPU, KPU Provinsi melakukan evaluasi terhadap satu tingkat dibawahnya.
3. Hasil evaluasi disampaikan kepada KPU setingkat diatasnya;
4. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai perbaikan kinerja Anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
5. Dalam hal rekomendasi yang dihasilkan memerlukan supervisi, KPU dan KPU Provinsi dapat mengambil langkah-langkah
untuk perbaikan kinerja KPU setingkat dibawahnya.
6. Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan dilaksanakan oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan
melibatkan pemangku kepentingan.
23. PENGHARGAAN DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI
Pasal 141 1. KPU dapat memberikan penghargaan pada setiap penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan yang terdiri atas:
penghargaan atas partisipasi penyelenggaraan Pemilu;
penghargaan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang berprestasi; dan
penghargaan lainnya.
2. Penghargaan atas partisipasi penyelenggaraan Pemilu diberikan kepadaperseorangan dan/atau lembaga yang
berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan;
3. Penghargaan diberikan kepada KPU Kabupaten/Kota yang berprestasi dalam penyelenggaraan Pemilu dan
Pemilihan
Pasal 134 1. Dalam meningkatkan kompetensi KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, dilakukan pengembangan
kompetensi berupa:
a. pembekalan/orientasi;
b. pendidikan dan pelatihan kepemiluan/pendidikan dan pelatihan leadership;
c. bimbingan teknis;
d. simposium/seminar/lokakarya; dan
e. Berbagi pengetahuan dan pengalaman kerja;
f. Pelatihan Pelatih; dan/atau
g. metode lainnya.
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan secara periodik, sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
24. HAK CUTI
Pasal 132 Jenis Cuti:
1. cuti tahunan; (12 hari kerja)
2. cuti sakit; (14 hari kerja)
3. cuti bersalin; (3 bulan)
4. cuti alasan penting (1 bulan)
Pasal 133 1. Pengajuan permintaan cuti Ketua dan Anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dibahas di dalam Pleno.
2. Hasil rapat pleno disampaikan kepada Ketua KPU setingkat diatasnya untuk mendapatkan izin cuti.
3. Ketua KPU menandatangani surat izin cuti Ketua dan Anggota KPU, Ketua dan Anggota KPU Provinsi.
4. Ketua KPU Provinsi menandatangani surat izin cuti Ketua dan Anggota KPU Kabupaten/Kota.
5. Dalam pemberian cuti, Ketua KPU, Ketua KPU Provinsi wajib memperhatikan tahapan Pemilu.
6. Selama menggunakan hak cuti, anggota KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota menerima uang kehormatan setiap
bulan
25. KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 142 Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota wajib membuat laporan kinerja di akhir masa jabatan.
Pasal 143 1. Dalam hal ketua KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota menjadi tersangka tindak pidana, yang bersangkutan
dinonaktifkan dari jabatan ketua KPU, ketua KPU Provinsi, dan ketua KPU Kabupaten/Kota.
2. Dalam hal anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota menjadi tersangka tindak pidana dan ditahan, yang
bersangkutan diberhentikan sementara sebagai anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 145 1. KPU menetapkan pedoman teknis penanganan pelanggaran Kode Perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas yang
dilakukan oleh anggota KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, PPLN, dan KPPSLN.
2. KPU menetapkan pedoman teknis penanganan pelanggaran Kode Etik, Kode Perilaku, sumpah/janji, dan pakta integritas
yang dilakukan oleh angota PPK, PPS, dan KPPS.