Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2009 mengatur tentang tata cara pemilihan dan pemberhentian imum mukim di Aceh. Dokumen ini menjelaskan tentang asas, penanggung jawab, panitia pemilihan, tahapan pemilihan, penetapan pemilih, pendaftaran calon, dan syarat calon imum mukim.
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salimedi pribadi
Peraturan Daerah ini mengatur tentang tata cara pencalonan, pemilihan, pelantikan, pemberhentian Kepala Desa dan pengangkatan penjabat Kepala Desa di Kabupaten Pontianak. Dokumen ini menjelaskan persyaratan calon dan pemilih Kepala Desa, pembentukan panitia pemilihan, tugas panitia, dan proses pemilihan Kepala Desa.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Banyumas secara demokratis, terdiri dari persiapan, pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan hasil pemilihan. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval maksimal 2 tahun, dan panitia pemilihan dibentuk oleh Badan Permusyawaratan Desa.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PUNGUTAN DESA Bpd Desa Kasokandel
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Pungutan Desa di Kabupaten Majalengka. Pungutan Desa merupakan sumber pendapatan desa yang diambil dari masyarakat berdasarkan kemampuan ekonomi. Pungutan Desa meliputi iuran warga, biaya surat, pungutan lahan pertanian, dan sumbangan lainnya. Pelaksanaan dan pengelolaan Pungutan Desa mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta diawasi
Peraturan Daerah ini mengatur tentang pemilihan kepala desa di Kabupaten Nunukan. Pemilihan kepala desa dilakukan secara serentak satu kali untuk seluruh desa, namun dapat juga dilakukan secara bergelombang dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Panitia pemilihan dibentuk pada tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten untuk menyelenggarakan proses pemilihan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemilihan kepala desa di Indonesia. Terdiri dari ketentuan umum, pelaksanaan pemilihan kepala desa, dan persiapan pemilihan meliputi penetapan pemilih, pembentukan panitia pemilihan, dan pengumuman daftar pemilih sementara dan tambahan.
Perda nomor-9-tahun-20071 pilkades agus salimedi pribadi
Peraturan Daerah ini mengatur tentang tata cara pencalonan, pemilihan, pelantikan, pemberhentian Kepala Desa dan pengangkatan penjabat Kepala Desa di Kabupaten Pontianak. Dokumen ini menjelaskan persyaratan calon dan pemilih Kepala Desa, pembentukan panitia pemilihan, tugas panitia, dan proses pemilihan Kepala Desa.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Banyumas secara demokratis, terdiri dari persiapan, pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan hasil pemilihan. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval maksimal 2 tahun, dan panitia pemilihan dibentuk oleh Badan Permusyawaratan Desa.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PUNGUTAN DESA Bpd Desa Kasokandel
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Pungutan Desa di Kabupaten Majalengka. Pungutan Desa merupakan sumber pendapatan desa yang diambil dari masyarakat berdasarkan kemampuan ekonomi. Pungutan Desa meliputi iuran warga, biaya surat, pungutan lahan pertanian, dan sumbangan lainnya. Pelaksanaan dan pengelolaan Pungutan Desa mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta diawasi
Peraturan Daerah ini mengatur tentang pemilihan kepala desa di Kabupaten Nunukan. Pemilihan kepala desa dilakukan secara serentak satu kali untuk seluruh desa, namun dapat juga dilakukan secara bergelombang dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Panitia pemilihan dibentuk pada tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten untuk menyelenggarakan proses pemilihan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemilihan kepala desa di Indonesia. Terdiri dari ketentuan umum, pelaksanaan pemilihan kepala desa, dan persiapan pemilihan meliputi penetapan pemilih, pembentukan panitia pemilihan, dan pengumuman daftar pemilih sementara dan tambahan.
Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 13 Tahun 2010 mengatur tentang pembentukan, pemekaran, dan penggabungan mukim di Kabupaten Aceh Tamiang dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah kampung, potensi ekonomi, sosial budaya, dan sumber daya alam. Mukim berkedudukan di bawah kecamatan dan mempunyai kewenangan dalam melindungi adat istiadat, membina pelaksana
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATA...iniPurwokerto
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, P...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan desa, dan perubahan status desa menjadi kelurahan di Kabupaten Banyumas. Pembentukan desa baru harus memenuhi syarat jumlah penduduk minimal 1500 jiwa atau 300 KK, luas wilayah minimal 100 hektar, serta memiliki jaringan komunikasi dan potensi ekonomi. Penggabungan dan penghapusan desa ditetapkan dengan mempertimbangkan luas
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur tentang retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil di Kabupaten Banyumas. Retribusi ini dikenakan kepada warga yang memanfaatkan pelayanan administrasi kependudukan seperti penerbitan dokumen kependudukan. Tujuannya untuk menutup biaya cetak dokumen tersebut.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...iniPurwokerto
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2015 mengatur tentang penjaringan, penyaringan, pengangkatan, dan pemberhentian perangkat desa. Dokumen ini mengatur tentang persyaratan calon perangkat desa, pembentukan panitia penjaringan dan penyaringan, tugas panitia, dan mekanisme pengisian jabatan perangkat desa melalui seleksi dan rotasi.
Dokumen ini membahas tentang tata cara pemilihan kepala desa antarwaktu yang dilakukan melalui musyawarah desa. Tahapannya meliputi persiapan dengan membentuk panitia pemilihan, pendaftaran calon, penetapan calon yang layak, pelaksanaan musyawarah desa, penetapan calon terpilih, dan pelaporan hasil ke instansi yang berwenang. Calon harus memenuhi syarat tertentu dan pemilihan dilakukan secara musyawarah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahCapung Humve
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 mengatur tentang organisasi perangkat daerah. Peraturan ini mengatur tentang pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi perangkat daerah provinsi yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, badan perencanaan pembangunan daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval maksimal 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penetap
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval paling lama 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penet
Peraturan menteri dalam negeri tentang pemilihan kepala desaBubuy Sampeu
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval paling lama 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penet
Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 13 Tahun 2010 mengatur tentang pembentukan, pemekaran, dan penggabungan mukim di Kabupaten Aceh Tamiang dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah kampung, potensi ekonomi, sosial budaya, dan sumber daya alam. Mukim berkedudukan di bawah kecamatan dan mempunyai kewenangan dalam melindungi adat istiadat, membina pelaksana
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATA...iniPurwokerto
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, P...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan desa, dan perubahan status desa menjadi kelurahan di Kabupaten Banyumas. Pembentukan desa baru harus memenuhi syarat jumlah penduduk minimal 1500 jiwa atau 300 KK, luas wilayah minimal 100 hektar, serta memiliki jaringan komunikasi dan potensi ekonomi. Penggabungan dan penghapusan desa ditetapkan dengan mempertimbangkan luas
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUS...iniPurwokerto
Peraturan Daerah ini mengatur tentang retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil di Kabupaten Banyumas. Retribusi ini dikenakan kepada warga yang memanfaatkan pelayanan administrasi kependudukan seperti penerbitan dokumen kependudukan. Tujuannya untuk menutup biaya cetak dokumen tersebut.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENJARINGAN, P...iniPurwokerto
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2015 mengatur tentang penjaringan, penyaringan, pengangkatan, dan pemberhentian perangkat desa. Dokumen ini mengatur tentang persyaratan calon perangkat desa, pembentukan panitia penjaringan dan penyaringan, tugas panitia, dan mekanisme pengisian jabatan perangkat desa melalui seleksi dan rotasi.
Dokumen ini membahas tentang tata cara pemilihan kepala desa antarwaktu yang dilakukan melalui musyawarah desa. Tahapannya meliputi persiapan dengan membentuk panitia pemilihan, pendaftaran calon, penetapan calon yang layak, pelaksanaan musyawarah desa, penetapan calon terpilih, dan pelaporan hasil ke instansi yang berwenang. Calon harus memenuhi syarat tertentu dan pemilihan dilakukan secara musyawarah
Pp 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerahCapung Humve
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 mengatur tentang organisasi perangkat daerah. Peraturan ini mengatur tentang pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi perangkat daerah provinsi yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, badan perencanaan pembangunan daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval maksimal 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penetap
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval paling lama 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penet
Peraturan menteri dalam negeri tentang pemilihan kepala desaBubuy Sampeu
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval paling lama 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penet
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemilihan kepala desa secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval paling lama 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih sementara dan tambahan, serta perencanaan biaya pemilihan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa secara langsung oleh rakyat. Pemilihan dapat dilakukan secara serentak satu kali atau bergelombang dengan interval paling lama 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan penyusunan anggaran. Tahapan pemilihan terdiri dari pencalonan, pemungutan suara, dan penet
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa di Indonesia. Pemilihan kepala desa dapat dilakukan secara serentak satu kali untuk seluruh desa di suatu kabupaten/kota, atau secara bergelombang dengan interval maksimal 2 tahun. Persiapan pemilihan meliputi pembentukan panitia pemilihan, penetapan daftar pemilih tetap, dan perencanaan biaya. Tahapan pemilihan terdiri dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pemilihan kepala desa di Indonesia. Terdapat ketentuan umum tentang definisi istilah, pelaksanaan pemilihan kepala desa yang dilakukan secara serentak atau bergelombang, pembentukan panitia pemilihan, dan tahapan pelaksanaan pemilihan kepala desa mulai dari persiapan, pencalonan, pemungutan suara, hingga penetapan hasil pemilihan. Peraturan ini juga meng
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak di Kabupaten Sukabumi berdasarkan peraturan perundang-undangan. Terdapat penjelasan mengenai tahapan persiapan, pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan hasil pemilihan serta pembentukan dan tugas panitia pemilihan di tingkat desa dan kabupaten.
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 mengatur tentang penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum nasional yang bertugas melaksanakan pemilihan umum secara profesional, jujur, dan adil serta Badan Pengawas Pemilihan Umum sebagai lembaga pengawas pelaksanaan pemilihan umum. Undang-undang ini juga mengatur tentang asas, tug
Peraturan ini mengatur tentang tata cara penyelesaian sengketa proses pemilihan umum oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum. Terdapat dua jenis sengketa yang dapat diselesaikan yaitu sengketa antar-peserta pemilu dan sengketa peserta pemilu dengan penyelenggara pemilu. Sengketa antar-peserta pemilu diselesaikan secara cepat paling lambat 3 hari sejak permohonan diajukan.
Dokumen tersebut membahas tentang tahapan, program, dan jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2018 sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum. Termasuk di dalamnya adalah tahap persiapan dengan program sosialisasi, pemutakhiran data, dan pembentukan panitia. Kemudian tahap pelaksanaan meliputi pencalonan, kampanye, pemungutan suara, hingga penetapan
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdfMARYONSWPOHWAIN
Peraturan ini mengatur tentang tata kerja dan pola hubungan pengawas pemilihan umum di Indonesia. Pengawas pemilihan umum terdiri dari beberapa tingkatan yaitu Bawaslu pusat, Bawaslu provinsi, Bawaslu kabupaten/kota, dan panwaslu kecamatan. Peraturan ini mengatur tugas, wewenang, dan koordinasi antar tingkatan pengawas pemilihan umum dalam mengawasi proses pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah
Peraturan ini mengatur mekanisme penanganan pelanggaran kode etik Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa, dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara. Penanganan dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota berdasarkan temuan atau aduan, melalui verifikasi administrasi, klarifikasi, kajian, dan putusan dalam Rapat Pleno untuk menjaga integritas pengawas pemilu.
Similar to Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 3 Tahun 2009 (20)
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPutroe Phang
1) Dokumen tersebut menjelaskan kerangka hukum dan tujuan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 2) Undang-undang ini bertujuan untuk memberikan pengakuan hukum dan perlindungan terhadap desa serta masyarakat hukum adat, serta memajukan pemerintahan desa dan kesejahteraan masyarakat desa. 3) Dokumen ini juga menjelaskan asas-asas dan materi pokok yang diatur dalam und
Peraturan ini mengatur tentang pengelolaan keuangan desa di Indonesia. Secara garis besar, peraturan ini menetapkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat serta dilakukan secara tertib dan disiplin anggaran. Peraturan ini juga mengatur tentang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa, s
Dokumen tersebut membandingkan perbedaan definisi, organisasi, metode pemilihan penyedia, tanda bukti perjanjian, jaminan pelaksanaan, pengumuman pemilihan, penandatanganan kontrak, pembayaran, dan keadaan kahar antara Peraturan Presiden No. 54/2010, 35/2011, dan 70/2012 dengan Peraturan Presiden No. 172/2014 dan 4/2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Jabatan administrasi diinstitusi pemerintah mencakup 752 jabatan seperti pengadministrasi, pengumpul, pendata dan lainnya yang membantu proses administrasi diantaranya mencatat data perijinan untuk mendukung kelancaran proses perijinan.
Sebuah tulisan dalam rangka mencari inspirasi
untuk hidup lebih baik dan lebih indah ditengah
himpitan, kesulitan, beban, dan persaingan
hidup yang sangat ketat
'' Ku tahu sebaik apapun ku berusaha
Ku hanya manusia biasa
Yang penuh lupa dan dosa
Tapi pada-Mu ya Rabb ku pinta
Siapapun bidadari yg kau siapkan untukku
Semoga ku bisa menjadi yang terbaik baginya
Karena ku tahu ya Rabb ku
Dialah yang terbaik untukku
Dan semoga ya Rabb
Semoga Dalam naungan cinta-Mu
Kita dapat bersama
Dan selalu saling mengingatkan
Untuk sebuah cinta suci mulia
Agar dapat kembali bersua,
Di surga-Mu ''
Kisah pendek ini menceritakan percakapan antara seorang ayah tua dengan anaknya yang baru menyelesaikan pendidikan tinggi. Mereka melihat seekor burung gagak hinggap di dekat mereka. Ayah bertanya apa namanya, anak menjawab "burung gagak". Namun ayah bertanya lagi dan anak menjawab sekali lagi sambil heran kenapa ayah bertanya ulang.
Peraturan ini mengatur tentang tata naskah dinas di lingkungan pemerintah daerah, mencakup pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas serta media komunikasi kedinasan. Peraturan ini juga mendefinisikan istilah-istilah terkait tata naskah dinas.
1. QANUN ACEH
NOMOR 3 TAHUN 2009
TENTANG
TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN IMUM MUKIM
DI ACEH
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
GUBERNUR ACEH,
Menimbang :
a. bahwa imum mukim dipilih melalui musyawarah mukim untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun, sehingga diperlukan pedoman tatacara pemilihan
dan pemberhentian imum mukim yang dilaksanakan secara demokratis,
sesuai dengan ilai budaya yang hidup dan tumbuh berkembang dalam
masyarakat Aceh;
b. bahwa untuk adanya kepastian hukum tentang tata cara pemilihan dan
pemberhentian imum mukim berdasarkan Pasal 114 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, perlu diatur
mekanisme pemilihan dan pemberhentian imum mukim;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b, perlu membentuk Qanun Aceh tentang tata cara pemilihan
dan pemberhentian imum mukim di Aceh.
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah
Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1103);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3893);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
2. Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826);
8. Qanun Aceh Nomor 3 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan
Qanun (Lembaran Daerah tahun 2006 Nomor 03, Tambahan Lembaran
Daerah Nomor 03).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH
dan
GUBERNUR ACEH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
QANUN ACEH TENTANG TATACARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN
IMUM MUKIM DI ACEH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam qanun ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten/Kota adalah bagian dari daerah provinsi sebagai suatu
kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan khusus untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan
dalam sistem dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan UUD 1945 yang dipimpin oleh seorang Bupati/Walikota.
2. Bupati/walikota adalah kepala pemerintah kabupaten/kota yang dipilih
melalui suatu proses demokratis yang dilakukan berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
3. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah Kecamatan yang
terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah
tertentu yang dipimpin oleh imum mukim atau nama lain dan
berkedudukan langsung di bawah camat.
3. 4. Gampong atau nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang
berada di bawah mukim dan dipimpin oleh keuchik atau nama lain yang
berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
5. Musyawarah mukim adalah permusyawaratan dan permufakatan dalam
berbagai kegiatan adat, pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan yang dihadiri oleh para keuchik, lembaga-lembaga adat,
imum chiek, tuha peut mukim dan para imum gampong yang dipimpin
oleh imum mukim;
6. Imum mukim atau nama lain adalah kepala pemerintahan mukim;
7. Tuha peuet mukim atau nama lain adalah alat kelengkapan mukim yang
berfungsi memberi pertimbangan kepada imum mukim;
8. Panitia pemilihan imum mukim yang selanjutnya disebut panitia pemilihan
yang dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan camat atas nama
bupati/walikota.
9. Calon adalah bakal calon imum mukim yang telah memenuhi syarat
dalam penjaringan dan penyaringan, ditetapkan dengan keputusan panitia
pemilihan imum mukim;
10. Pemilih adalah anggota musyawarah mukim yang terdiri atas imum chick,
para keuchik dalam mukim yang bersangkutan, tuha peuet mukim, imum
gampong, dan para ketua lembaga adat yang ada di mukim yang
bersangkutan;
11. Penjaringan adalah upaya yang dilakukan oleh panitia pemilihan imum
mukim untuk mendapatkan bakal calon dari warga masyarakat dalam
wilayah kemukiman bersangkutan yang memenuhi syarat;
12. Kampanye adalah kegiatan dalam musyawarah mukim yang dilakukan
oleh calon yang berupa penyampaian visi, misi dan program yang akan
dilaksanakan apabila yang bersangkutan terpilih menjadi imum mukim.
BAB II
ASAS PEMILIHAN
Pasal 2
(1) Imum mukim dipilih melalui musyawarah mukim untuk masa jabatan 5
(lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.
(2) Pemilihan imum mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui pemilihan yang demokratis, bebas, rahasia serta dilaksanakan
secara jujur dan adil.
BAB III
PENANGGUNG JAWAB DAN PANITIA PEMILIHAN
Bagian Kesatu
Penanggung Jawab Pemilihan
4. Pasal 3
(1) Camat karena jabatannya menjadi penanggung jawab pemilihan imum
mukim dalam wilayah kerjanya.
(2) Penanggung jawab pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a. camat sebagai ketua;
b. sekretaris kecamatan sebagai sekretaris; dan
c. kepala seksi pemerintahan kecamatan sebagai anggota.
Pasal 4
(1) Penanggung jawab pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) mempunyai tugas :
a. memberikan petunjuk pelaksanaan penjaringan dan penyaringan
bakal calon imum mukim kepada panitia pemilihan mukim;
b. menyelesaikan permasalahan apabila tidak dapat diselesaikan oleh
panitia pemilihan imum mukim;
c. menetapkan biaya pemilihan sesuai dengan yang diajukan oleh
panitia pemilihan dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan
bupati/walikota;
d. melaksanakan pengawasan terhadap jalannya pemilihan;
e. mengambil keputusan apabila timbul permasalahan dalam
pelaksanaan pemilihan;
f. mengusulkan calon imum mukim terpilih kepada bupati/walikota
untuk diangkat dengan surat keputusan bupati/walikota;
g. menyampaikan laporan proses pelaksanaan pemilihan imum
mukim kepada bupati/walikota.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, penanggung jawab pemilihan
bertanggung jawab kepada bupati/walikota.
Bagian Kedua
Panitia Pemilihan
Pasal 5
(1) Panitia pemilihan dibentuk dan ditetapkan oleh camat atas nama
bupati/walikota.
(2) Panitia pemilihan dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada
penanggung jawab pemilihan.
(3) Masa kerja panitia pemilihan paling lama dua bulan terhitung sejak
tanggal pelantikan.
5. Pasal 6
(1) Anggota panitia pemilihan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari unsur
pemerintah kecamatan, unsur MPU kecamatan, unsur MAA kecamatan
dan 2 (dua) orang tokoh masyarakat yang independen.
(2) Keanggotaan panitia pemilihan terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota dan 4 (empat) orang anggota.
(3) Ketua panitia pemilihan dipilih dari dan oleh anggota panitia.
(4) Untuk mendukung tugas-tugas pemilihan ditunjuk sekretaris mukim
sebagai sekretaris pemilihan.
Pasal 7
Tugas dan wewenang panitia pemilihan :
a. merencanakan dan menyelenggarakan pemilihan;
b. menetapkan tahapan pemilihan;
c. mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan pemilihan;
d. menetapkan hari dan tanggal pemilihan;
e. menerima pendaftaran calon sebagai peserta pemilihan;
f. meneliti persyaratan calon imum mukim;
g. menetapkan calon yang telah memenuhi persyaratan; dan
h. menetapkan dan mengumumkan calon yang memperoleh suara
terbanyak.
Pasal 8
Panitia pemilihan berkewajiban :
a. melaksanakan semua tahapan pemilihan secara tepat waktu;
b. memperlakukan calon secara adil dan setara;
c. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan kepada
penanggungjawab pemilihan; dan
d. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada bupati/walikota
melalui camat.
BAB IV
TAHAPAN PEMILIHAN
Pasal 9
(1) Tahapan pemilihan ditetapkan oleh panitia pemilihan.
(2) Proses pemilihan imum mukim dilakukan melalui tahap persiapan,
identifikasi pemilih, pencalonan, penyampaian visi misi, pelaksanaan
pemilihan, serta pengesahan hasil pemilihan dan pelantikan.
6. Pasal 10
(1) Tahapan persiapan pemilihan meliputi:
a. pemberitahuan imum mukim secara tertulis kepada camat tentang
berakhirnya masa jabatan;
b. pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan 6
(enam) bulan sebelum berakhir masa jabatannya;
c. pemberitahuan mengenai berakhirnya masa jabatan imum mukim
oleh camat kepada bupati/walikota;
d. pembentukan dan pengesahan panitia pemilihan; dan
e. perencanaan penyelenggaraan meliputi penetapan jadwal tahapan
pelaksanaan pemilihan imum mukim.
(2) Pembentukan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dilakukan paling singkat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan
imum mukim.
BAB V
PENETAPAN PEMILIH
Pasal 11
(1) Pemilih yang mempunyai hak untuk memilih imum mukim adalah anggota
musyawarah mukim, terdiri atas:
a. imum chick;
b. para keuchik dalam wilayah mukim yang bersangkutan;
c. tuha peuet mukim;
d. imum gampong;
e. para ketua lembaga adat yang ada di mukim bersangkutan; dan
f. 3 (tiga) orang tokoh masyarakat yang mencerminkan ulama, tokoh
perempuan dan tokoh pemuda.
(2) Nama pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh panitia
pemilihan dalam suatu daftar pemilih.
Pasal 12
(1) Daftar nama pemilih sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2),
panitia pemilihan berkewajiban membuat rekapitulasi pemilih.
(2) Rekapitulasi jumlah nama pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai bahan penyusunan kebutuhan logistik pemilihan.
BAB VI
PENDAFTARAN, SYARAT DAN PENETAPAN CALON
Bagian Kesatu
Peserta Pemilihan
7. Pasal 13
(1) Peserta pemilihan adalah calon yang didukung secara bersama-sama
sekurang kurangnya 2 (dua) orang keuchik atau lebih.
(2) Dukungan terhadap calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan
oleh keuchik atau sebutan nama lain berdasarkan kesepakatan dengan
tuha peuet gampong yang dinyatakan secara tertulis.
Bagian Kedua
Persyaratan
Pasal 14
(1) Calon imum mukim yang dapat dipilih sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 yang memenuhi syarat :
a. warga negara Republik Indonesia;
b. berdomisili sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di kemukiman yang
bersangkutan dan dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk
(KTP);
c. beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan menjalankan syariat
islam;
d. setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
pemerintah yang sah;
e. berpendidikan sekurang-kurangnya lulusan Sekolah Lanjutan
Tingkat pertama atau sederajat dan dibuktikan dengan Surat Tanda
Tamat Belajar;
f. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan pada saat
pencalonan sudah berumah tangga/berkeluarga;
g. sehat jasmani dan rohani;
h. mampu membaca Al-Qur’an;
i. tidak menjadi pengurus partai politik; dan
j. tidak pernah dihukum karena tindak pidana dan pelanggaran
syariat islam.
(2) Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN dan BUMD yang mencalonkan diri
sebagai calon imum mukim harus memiliki surat izin tertulis dari pejabat
yang berwenang.
Bagian Ketiga
Pendaftaran dan Penelitian Calon
Pasal 15
(1) Calon yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 mendaftarkan diri kepada panitia pemilihan selama masa
pendaftaran.
8. (2) Pendaftaran calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melampirkan
persyaratan :
a. surat pernyataan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan
sanggup menjalankan syari’at islam;
b. surat Keterangan mampu membaca Al-quran yang dikeluarkan
oleh kantor urusan agama kecamatan;
c. surat pernyataan setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;
d. surat dukungan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang keuchik;
e. surat pernyataan bersedia menjadi calon;
f. surat izin dari atasannya yang berwewenang bagi bakal calon dari
pegawai negeri sipil;
g. surat keterangan kesehatan dari dokter pemerintah;
h. surat keterangan berkelakuan baik dari polsek setempat;
i. surat pernyataan tidak sedang menjadi pengurus partai politik;
j. surat keterangan berdomisili yang dikeluarkan oleh keuchik;
k. daftar riwayat hidup;
l. photo copy kartu tanda penduduk;
m. photo copy ijazah terakhir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang; dan
n. pas foto (warna) ukuran 4x6 cm sebanyak 4 (empat) lembar.
(3) Masa pendaftaran calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak pengumuman
pendaftaran calon.
Pasal 16
(1) Panitia pemilihan melakukan penelitian terhadap surat pencalonan
beserta lampirannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
(2) Panitia pemilihan memberitahukan secara tertulis hasil penelitian kepada
calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari
setelah tanggal penutupan pendaftaran.
(3) Apabila dari hasil penelitian, calon yang belum memenuhi syarat diberi
kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat pencalonan
beserta lampirannya.
(4) Kesempatan untuk melengkapi dan atau memperbaiki sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
diterimanya pemberitahuan hasil penelitian.
Bagian Keempat
Penetapan dan Pengumuman Calon
Pasal 17
(1) Panitia pemilihan menetapkan nama-nama calon yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 sebagai peserta pemilihan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang calon.
9. (2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan
mengikat, para calon tidak boleh mengundurkan diri.
(3) Dalam hal tidak terpenuhinya 2 (dua) orang calon sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), panitia pemilihan mengumumkan kembali untuk menjaring
dan menyaring calon lain yang memenuhi syarat selama 14 (empat belas)
hari.
(4) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak terpenuhi,
maka pemilihan imum mukim diserahkan sepenuhnya kepada
musyawarah mukim.
Pasal 18
(1) Panitia pemilihan mengumumkan secara luas tentang nama-nama calon
yang telah memenuhi syarat di kantor keuchik atau tempat lain dalam
wilayah kemukiman yang bersangkutan.
(2) Panitia pemilihan melakukan penentuan nomor urut masing-masing calon
melalui penarikan nomor secara terbuka.
BAB VII
KAMPANYE
Pasal 19
(1) Calon imum mukim yang telah ditetapkan oleh penitia pemilihan, dapat
melaksanakan kampanye.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyampaikan visi dan misi serta program kerja dalam musyawarah
mukim.
(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat terbuka untuk
umum.
(4) Jadwal kampanye ditetapkan oleh panitia pemilihan.
BAB VIII
PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 20
(1) Pemungutan suara dilaksanakan 1 (satu) satu hari setelah kampanye
dalam musyawarah mukim.
(2) Musyawarah mukim sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya lima puluh
persen tambah satu (50% + 1) dari jumlah pemilih yang terdaftar.
(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
terpenuhi quorum maka pemungutan suara ditunda selambat-lambatnya 2
(dua) hari.
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
terpenuhi quorum maka musyawarah mukim dapat melakukan pemilihan.
10. Pasal 21
(1) Pemungutan suara dilaksanakan secara demokratis, langsung, umum,
bebas dan rahasia.
(2) Pemberian suara dilakukan dengan cara memberi tanda contreng (√)
pada nomor urut atau photo calon pada surat suara.
(3) Seorang pemilih hanya dapat memberikan suaranya kepada 1(satu) orang
Calon.
(4) Pemberian suara dilaksanakan pada tempat atau lokasi dan bilik suara
yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan.
Pasal 22
(1) Surat suara berisikan nomor urut dan photo calon dalam kotak segi
empat.
(2) Surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh
ketua panitia pemilihan.
(3) Model surat suara pemilihan mukim sebagaimana terdapat dalam
lampiran qanun ini.
Pasal 23
(1) Tempat pemungutan suara berada dalam wilayah mukim.
(2) Tempat pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh panitia pemilihan.
Pasal 24
Sebelum pelaksanaan pungutan suara, panitia pemilihan membuka kotak suara
dalam keadaan kosong dan memperlihatkan kepada pemilih dan para calon
serta menutupnya kembali, mengunci dan menyegel dengan menggunakan
kertas yang dibubuhi cap atau stempel panitia pemilihan.
Pasal 25
(1) Pemilih yang hadir di tempat pemungutan suara adalah pemilih yang
sudah terdaftar dalam daftar pemilih.
(2) Panitia pemilihan memanggil pemilih satu demi satu berdasarkan urutan
daftar pemilih.
(3) Pemilih memeriksa atau meneliti surat suara yang diserahkan oleh panitia
pemilihan.
(4) Dalam hal terdapat surat suara dalam keadaan cacat atau rusak atau
sudah diberi tanda contreng (√), pemilih berhak meminta kertas suara
yang baru.
11. Pasal 26
(1) Pemberian suara dilaksanakan dalam bilik tertutup dengan menggunakan
alat tulis yang telah disediakan oleh panitia pemilihan.
(2) Setelah surat suara diberi tanda contreng (√), pemilih memasukkan surat
suara ke dalam kotak suara yang telah disediakan oleh panitia pemilihan.
Pasal 27
Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, para calon yang berhak dipilih dapat
menghadiri pemilihan.
BAB IX
PENGHITUNGAN SUARA
Pasal 28
(1) Panitia pemilihan membuka kotak suara dan menghitung surat suara
Setelah pemungutan suara dinyatakan berakhir.
(2) Panitia pemilihan meminta 2 (dua) orang anggota musyawarah mukim
dan 1 (satu) orang dari unsur pemerintahan kecamatan untuk menjadi
saksi dalam perhitungan suara.
(3) Setiap suara dibacakan, dihitung dan dicatat di papan tulis/kertas yang
telah disiapkan oleh panitia pemilihan yang bersifat terbuka.
Pasal 29
(1) Surat suara sah apabila:
a. memakai surat suara yang diberikan panitia pemilihan; dan
b. ditanda tangani oleh ketua panitia pemilihan.
(2) Suara sah apabila:
a. tanda contreng (√) diberikan hanya satu kali pada satu nomor urut
atau photo calon; dan
b. tanda contreng (√) dalam kotak segi empat nomor urut atau photo
calon.
Pasal 30
(1) Panitia pemilihan merekapitulasi peroleh suara masing-masing calon.
(2) Calon terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak dari
seluruh suara yang sah.
Pasal 31
(1) Dalam hal hasil perhitungan suara memperoleh suara terbanyak yang
sama, panitia pemilihan mengadakan pemilihan putaran kedua.
12. (2) Pemilihan putaran kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada hari yang sama.
(3) Dalam hal pemilihan putaran kedua memperoleh suara yang sama
dilakukan pemilihan putara ketiga.
(4) Dalam hal pemilihan putaran ketiga memperoleh suara yang sama maka
penentuan calon terpilih ditetapkan oleh bupati/walikota setelah mendapat
usul dan saran unsur pimpinan kecamatan.
Pasal 32
(1) Panitia pemilihan mengumumkan jumlah perolehan suara masing-masing
calon.
(2) Perolehan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam
keputusan panitia pemilihan.
(3) Panitia pemilihan menyampaikan hasil rekapitulasi suara kepada
penanggung jawab pemilihan dengan melampirkan berita acara
pemilihan.
(4) Berita acara pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditanda
tangani oleh ketua dan angota panitia pemilihan.
(5) Model berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum
dalam lampiran Qanun ini.
BAB X
PELANTIKAN DAN PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI
Pasal 33
Keputusan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (2)
disampaikan kepada bupati/walikota melalui camat untuk ditetapkan sebagai
imum mukim dengan surat keputusan bupati/walikota.
Pasal 34
(1) Paling singkat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan surat keputusan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33, imum mukim yang bersangkutan
wajib dilantik oleh bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.
(2) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) imum mukim
di ambil sumpahnya oleh bupati/walikota atau pejabat lain yang ditunjuk
dan dikukuh oleh kepala kantor urusan agama kecamatan.
(3) Pelantikan imum mukim dilaksanakan dalam rapat musyawarah mukim
yang bersifat terbuka untuk umum;
(4) Lafadz sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai
berikut:
(5) “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban
saya selaku imum mukim dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan
seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
13. mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara; bahwa saya akan
menegakkan kedaulatan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; melaksanakan dan mengamalkan
syari’at islam dan adat istiadat; serta melaksanakan segala peraturan
perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi
masyarakat, mukim, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB XI
PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN PENJABAT IMUM MUKIM
Bagian kesatu
Pemberhentian
Pasal 35
(1) Imum mukim berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Imum mukim diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena:
a. berakhir masa jabatan dan telah dilantik pejabat yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai imum mukim;
d. dinyatakan melanggar sumpah jabatan;
e. tidak melaksanakan kewajiban; dan
f. melanggar syari’at islam.
(3) Usul pemberhentian imum mukim sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
a, huruf b, dan ayat (2) huruf a, diusulkan oleh camat kepada
bupati/walikota berdasarkan hasil musyawarah mukim.
(4) Usul pemberhentian imum mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, disampaikan oleh camat kepada
bupati/walikota berdasarkan keputusan musyawarah mukim yang dihadiri
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota musyawarah mukim.
(5) Pemberhentian imum mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak usulan diterima.
(6) Setelah dilakukan pemberhentian imum mukim sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), bupati/walikota menetapkan penjabat imum mukim.
Pasal 36
(1) Imum mukim diberhentikan sementara oleh bupati/walikota, karena
berstatus sebagai tersangka melakukan tidak pidana dan pelanggaran
syari’at islam.
14. (2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diusulkan oleh camat.
(3) Dalam hal imum mukim telah diberhentikan sementara, maka
bupati/walikota menunjuk sekretaris mukim sebagai pelaksana tugas
imum mukim.
(4) Imum mukim yang diberhentikan sementara dalam penetapan pengadilan
ternyata tidak bersalah, bupati/walikota mengangkat kembali yang
bersangkutan sebagai imum mukim.
(5) Dalam hal imum mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti
melakukan tindak pidana dan melanggar syari’at islam berdasarkan
putusan pengadilan tingkat pertama, bupati/walikota memberhentikan
yang bersangkutan dan mengangkat penjabat imum mukim.
Bagian Kedua
Pengangkatan Penjabat Imum Mukim
Pasal 37
(1) Pengangkatan penjabat imum mukim sebagaimana dimaksud dalam
pasal 35 ayat (6) dan pasal 36 ayat (5) diusulkan oleh camat kepada
bupati/walikota.
(2) Penjabat imum mukim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan bupati/walikota dalam masa jabatan paling lama 1 (satu)
tahun.
Pasal 38
(1) Penjabat imum mukim mempunyai tugas:
a. menyelenggarakan pemerintahan mukim; dan
b. memfasilitasi pemilihan imum mukim.
(2) Penjabat imum mukim dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab
kepada camat.
BAB XII
PENGAMANAN PEMILIHAN IMUM MUKIM
Pasal 39
(1) Penanggung jawab pemilihan, penitia pemilihan, pemilih dan calon imum
mukim wajib menjaga ketentraman dan ketertiban dalam setiap tahapan
pemilihan;
(2) Pengamanan pemilihan pada tahapan kampanye, pemungutan suara dan
perhitungan suara serta pelantikan dilakukan oleh anggota linmas dan
satuan polisi pamong praja.
15. (3) Dalam hal linmas dan satuan polisi pamong praja sebagaiman dimaksud
pada ayat (2) tidak dapat menanggulangi keamanan, penanggungjawab
pemilihan dapat meminta bantuan pengamanan dari polri.
BAB XIII
BIAYA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN
Pasal 40
Biaya pemilihan imum mukim dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja
Kabupaten/Kota (APBK) dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 41
Penanggung jawab pemilihan dan panitia pemilihan dan atau siapapun juga yang
terbukti melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dalam
pemilihan imum mukim untuk kepentingan pribadi atau golongan, dikenakan
tindakan dan sanksi administrative sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 42
(1) Apabila penyelenggaraan pemilihan tidak dapat dilaksanakan tepat waktu,
bupati/walikota atas usul camat dapat memperpanjang waktunya paling
lama 3 (tiga) bulan, dengan ketentuan bahwa imum mukim yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas sampai dilantik imum mukim
hasil pemilihan.
(2) Apabila perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ternyata belum cukup, bupati/walikota mengangkat penjabat imum mukim
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Dengan berlakunya Qanun ini, maka Qanun Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim dalam Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, sepanjang
telah diatur dalam qanun kabupaten/kota tentang pemerintahan mukim.
Pasal 44
16. Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini sepanjang mengenai peraturan
pelaksaannya diatur lebih lajut dengan peraturan bupati/walikota.
Pasal 45
Qanun ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Aceh.
Disahkan di Banda Aceh
Pada Tanggal 26 Mei 2009 M
1 Jumadil Akhir 1430 H
ttd.
GUBERNUR ACEH
IRWANDI YUSUF
Diundangkan di Banda Aceh
Pada Tanggal 28 Mei 2009 M
3 Jumadil Akhir 1430 H
SEKRETARIS DAERAH ACEH
ttd.
HUSNI BAHRI TOB
LEMBARAN DAERAH ACEH TAHUN 2009 NOMOR 03
PENJELASAN ATAS
QANUN ACEH
NOMOR 3 TAHUN 2009
TENTANG
TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN IMUM MUKIM
DI ACEH
I. UMUM
Perjuangan masyarakat Aceh yang panjang telah mewujudkan otonomi
khusus yang diberikan oleh Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Undang-undang tersebut
memberikan kesempatan yang sangat luas bagi Pemerintah Aceh untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (zelf regelerent, zelef
bestuur). Salah satu kewenangan yang diberikan adalah mengakui dan
mengatur lembaga-lembaga adat yang masih eksis, diakui dan dibutuhkan
oleh masyarakat Aceh. Lembaga-lembaga adat dimaksud adalah
17. lembaga-lembaga adat yang berfungsi dan berperan sebagai wahana
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Aceh dan
Pemerintahan Kabupaten/Kota dalam Provinsi Aceh di bidang keamanan,
ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban masyarakat.
Mukim dengan imum mukim sebagai pemimpin merupakan lembaga adat
yang masih hidup, diakui dan menjadi tempat bagi masyarakat Aceh untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat secara damai.
Pengalaman sejarah membuktikan, imum mukim bersama masyarakat
mukim mempunyai andil yang sangat besar dalam memperjuangkan dan
mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam
perjalanan sejarah eksistensi mukim memang mengalami pasang surut.
Pada saat Pemerintah memberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1979 tentang Pemerintahan Desa, lembaga mukim tidak diakui lagi. Akan
tetapi dalam kenyataannya masyarakat Aceh tetap mengakui dan apabila
ada permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, mereka selalu
meminta pendapat kepada imum mukim untuk menyelesaikannya secara
damai.
Untuk menciptakan adanya kesinambungan kepemimpinan mukim melalui
mekanisme pemilihan lima tahunan, maka perlu diatur dengan Qanun
Aceh tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Imum Mukim.
Pengaturan ini merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006, khususnya Pasal 114 ayat (3) yang menyatakan “imum mukim
dipilih melalui musyawarah mukim untuk masa jabatan 5 (lima) tahun” dan
ayat (5) “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan imum mukim
diatur dengan Qanun Aceh.
Ketentuan di atas dengan tegas mengarahkan bahwa imum mukim dipilih
melalui musyawarah mukim, artinya imum mukim tidak dipilih secara
langsung oleh masyarakat mukim melainkan melalui sistem perwakilan.
Pemilihan melalui perwakilan bukanlah hal yang baru, melainkan suatu
budaya yang sudah lama dilaksanakan oleh masyarakat Aceh. Slogan
“musyawah mufakat” merupakan suatu mekanisme pengambilan
keputusan dalam sistem perwakilan. Pepatah yang mengatakan
“meunyou ka tameupakat lampoh jeurat ta peue gala” mengambarkan
dengan jelas pengambilan keputusan dalam sistem perwakilan. Akan
tetapi system pemilihan imum mukim dalam Qanun Aceh ini dilakukan
dengan cara voting (pemberian suara).
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
18. Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan independen adalah tidak mencalonkan diri
sebagai calon imum mukim dan tidak menjadi tim sukses dari salah
satu calon.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
20
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1) huruf e
Yang dimaksud dengan para ketua lembaga adat yang ada di mukim yang
bersangkutan adalah lembaga adat seperti panglima laot, keujruen blang,
pawang glee, dan lain-lain yang ada di kemukiman bersangkutan.
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud pejabat yang berwenang adalah gubernur Aceh bagi
pegawai negeri sipil pemerintah Aceh, bupati/ walikota bagi pegawai
negeri
sipil pemerintah kabupaten/kota, kepala kantor wilayah bagi pegawai
negeri
sipil instansi vertikal dan kepala BUMN/BUMD bagi pegawai/ karyawan
BUMN/BUMD.
21
Pasal 15
Cukup Jelas
19. Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
22
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan unsur pimpinan kecamatan terdiri dari
camat, danramil, kapolsek, ketua MPU kecamatan, ketua MAA
kecamatan dan KUA kecamatan.
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
20. Pasal 34
Cukup Jelas
23
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
yang dimaksud dengan melanggar syariat Islam adalah
pelanggaran yang telah diputuskan oleh mahkamah syar’iyah.
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
24
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH ACEH TAHUN 2009 NOMOR 25
21. LAMPIRAN : I QANUN ACEH
NOMOR : 3 TAHUN 2009
TANGGAL : 26 Mei 2009 M
1 Jumaidil Akhir 1430 H
CONTOH SURAT SUARA
SURAT SUARA
PEMILIHAN IMUM MUKIM…………
KECAMATAN……………..
KABUPATEN/KOTA………
1 2 3
Pas Pas Pas
Foto Foto Foto
Calon Calon Calon
PANITIA PEMILIHAN IMUM MUKIM
Ketua,
(…………………………….)
GUBERNUR ACEH
ttd.
IRWANDI YUSUF
22. LAMPIRAN : II QANUN ACEH
NOMOR : 3 TAHUN 2009
TANGGAL : 26 Mei 2009 M
1 Jumaidil akhir 1430 H
BERITA ACARA PEMILIHAN IMUM
MUKIM.......KECAMATAN.....KABUPATEN/KOTA......
Pada hari ini ............ Tanggal .......... Bulan ........... Tahun …………........
bertempat di ................. telah dilaksanakan pemilihan Imum Mukim ............
Kecamatan ......... Kabupaten/Kota ....... yang dihadiri .... orang dan memberikan
suara sebanyak ............ orang. Pelaksanaan pemilihan mulai pukul ......... wib
dan selesai pukul...........wib yang berjalan dengan tertib dan lancer.
Pelaksanaan penghitungan suara dimulai pukul ......wib dan selesai pukul.......wib
dihadapan saksi-saksi, penanggung jawab pemilihan, para calon, dan
masyarakat dengan perolehan suara masing-masing sebagai berikut:
No Urut Nama Calon Perolehan Suara
1
2
3
4
5
Jumlah
Demikianlah Berita Acara ini kami buat dengan sebenarnya yang disaksikan oleh
para saksi, penanggung jawab pemilihan, dan turut memberi tanda tangan di
bawah ini.
Saksi-Saksi Panitia Pemilihan Imum Mukim
1................... ( ) 1................... ( )
2................... ( ) 2................... ( )
3................... ( ) 3................... ( )
4................... ( )
5................... ( )
Camat.........................
Selaku Ketua Penanggung Jawab
Pemilihan imum mukim..........
(...........................................)
NIP.....................................
GUBERNUR ACEH
ttd.