Dokumen tersebut membahas tentang psikologi dan perkembangan kognitif manusia. Terdapat penjelasan mengenai asal kata psikologi, ruang lingkup psikologi, teori-teori perkembangan kognitif seperti Piaget, dan tahapan perkembangan kognitif anak."
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai teori belajar dan motivasi. Teori-teori tersebut meliputi teori tingkah laku, kognitif, humanistik, siberetik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar seperti internal dan eksternal. Juga dibahas berbagai teori motivasi seperti hierarki kebutuhan Maslow, dua faktor Herzberg, kebutuhan McClelland, proses harapan Vroom, dan keadilan.
Lembar kerja belajar mandiri ini membahas empat topik utama yaitu konsep dasar dan landasan ilmu pendidikan, karakteristik peserta didik, teori-teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran, serta kurikulum pendidikan di Indonesia. Topik-topik ini mencakup penjelasan mengenai definisi, tujuan, tokoh-tokoh, dan implikasi penerapannya dalam proses pembelajaran.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang teori-teori belajar dan motivasi dalam pembelajaran, meliputi teori behavioristik, kognitif, dan humanistik. Prinsip-prinsip belajar mencakup proses asosiasi, penguatan, persepsi, pengorganisasian, imitasi, dan aktivitas syaraf. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain internal seperti fisik dan psikis, serta eksternal seperti social dan non-social.
Teks tersebut membahas prinsip-prinsip belajar dan teori-teori pembelajaran. Beberapa teori belajar yang dijelaskan adalah behaviorisme, kognitif, dan konstruktivisme. Prinsip-prinsip masing-masing teori meliputi penguatan, konteks belajar, dan pengetahuan sebelumnya. Teks tersebut juga membahas penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai teori belajar dan motivasi. Teori-teori tersebut meliputi teori tingkah laku, kognitif, humanistik, siberetik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar seperti internal dan eksternal. Juga dibahas berbagai teori motivasi seperti hierarki kebutuhan Maslow, dua faktor Herzberg, kebutuhan McClelland, proses harapan Vroom, dan keadilan.
Lembar kerja belajar mandiri ini membahas empat topik utama yaitu konsep dasar dan landasan ilmu pendidikan, karakteristik peserta didik, teori-teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran, serta kurikulum pendidikan di Indonesia. Topik-topik ini mencakup penjelasan mengenai definisi, tujuan, tokoh-tokoh, dan implikasi penerapannya dalam proses pembelajaran.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang teori-teori belajar dan motivasi dalam pembelajaran, meliputi teori behavioristik, kognitif, dan humanistik. Prinsip-prinsip belajar mencakup proses asosiasi, penguatan, persepsi, pengorganisasian, imitasi, dan aktivitas syaraf. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain internal seperti fisik dan psikis, serta eksternal seperti social dan non-social.
Teks tersebut membahas prinsip-prinsip belajar dan teori-teori pembelajaran. Beberapa teori belajar yang dijelaskan adalah behaviorisme, kognitif, dan konstruktivisme. Prinsip-prinsip masing-masing teori meliputi penguatan, konteks belajar, dan pengetahuan sebelumnya. Teks tersebut juga membahas penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran.
Teori-teori belajar diperlukan untuk memberikan acuan konseptual bagi kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. Beberapa teori belajar yang dijelaskan dalam dokumen ini adalah behaviorisme yang fokus pada hubungan stimulus-respons, kognitivisme yang melihat belajar sebagai perubahan pemahaman, dan humanistik yang menekankan pengalaman belajar siswa.
Teori pembelajaran membahas penerapan prinsip-prinsip belajar dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta menangani masalah praktis dalam pembelajaran. Teori ini terdiri dari lima pendekatan, yaitu modifikasi tingkah laku, konstruk kognitif, prinsip-prinsip belajar, analisis tugas, dan humanistik.
Beberapa cara yang bisa dilakukan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan karakter siswa yang berbeda-beda:
1. Mengenal karakteristik masing-masing siswa, seperti gaya belajar, minat, bakat, dan kesulitan belajar.
2. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang bervariasi sesuai karakter siswa, misalnya diskusi kelompok, tugas mandiri, proyek.
3. Memfasilitasi siswa
Dokumen tersebut membahas berbagai teori belajar mulai dari behaviorisme, kognitif, humanistik, sibernetik, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar seperti motivasi dan kepuasan."
Dokumen tersebut membahas tentang tugas akhir semester (UAS) mata kuliah Teknologi Pendidikan yang membahas tentang teori belajar mengajar, program pengajaran, cara belajar siswa aktif, pengelolaan kelas, rancangan pembelajaran praktik, dan strategi belajar."
Dokumen tersebut membahas penerapan teori-teori belajar behavioristik, kognitif, dan sosial dalam pembelajaran, dengan menjelaskan prinsip-prinsip utama masing-masing teori dan contoh penerapannya sesuai teori Robert Gagne dan Piaget.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas akhir semester (UAS) mata kuliah Teknologi Pendidikan yang membahas tentang teori belajar mengajar, program pengajaran, sistem instruksional, pengelolaan kelas, strategi belajar, dan peran guru."
1. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran membahas tentang psikologi pendidikan dan teori-teori pembelajaran menurut para ahli seperti behaviorisme, Gestalt, perkembangan kognitif Piaget, pemrosesan informasi Gagne, dan sosial kognitif.
2. Buku ini membahas pentingnya memahami proses dan hasil pembelajaran serta peranan psikologi dalam pembelajaran dan pengajaran.
3. Teori-teori pembelajaran digunak
Beberapa cara yang bisa dilakukan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan karakter siswa yang berbeda-beda:
1. Mengenal karakteristik setiap siswa, seperti gaya belajar, minat, bakat, dan kesulitan belajar masing-masing siswa.
2. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang bervariasi seperti diskusi, tugas kelompok, pembelajaran mandiri, agar sesuai dengan berbagai gaya belajar s
Teori-teori belajar diperlukan untuk memberikan acuan konseptual bagi kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. Beberapa teori belajar yang dijelaskan dalam dokumen ini adalah behaviorisme yang fokus pada hubungan stimulus-respons, kognitivisme yang melihat belajar sebagai perubahan pemahaman, dan humanistik yang menekankan pengalaman belajar siswa.
Teori pembelajaran membahas penerapan prinsip-prinsip belajar dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta menangani masalah praktis dalam pembelajaran. Teori ini terdiri dari lima pendekatan, yaitu modifikasi tingkah laku, konstruk kognitif, prinsip-prinsip belajar, analisis tugas, dan humanistik.
Beberapa cara yang bisa dilakukan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan karakter siswa yang berbeda-beda:
1. Mengenal karakteristik masing-masing siswa, seperti gaya belajar, minat, bakat, dan kesulitan belajar.
2. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang bervariasi sesuai karakter siswa, misalnya diskusi kelompok, tugas mandiri, proyek.
3. Memfasilitasi siswa
Dokumen tersebut membahas berbagai teori belajar mulai dari behaviorisme, kognitif, humanistik, sibernetik, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar seperti motivasi dan kepuasan."
Dokumen tersebut membahas tentang tugas akhir semester (UAS) mata kuliah Teknologi Pendidikan yang membahas tentang teori belajar mengajar, program pengajaran, cara belajar siswa aktif, pengelolaan kelas, rancangan pembelajaran praktik, dan strategi belajar."
Dokumen tersebut membahas penerapan teori-teori belajar behavioristik, kognitif, dan sosial dalam pembelajaran, dengan menjelaskan prinsip-prinsip utama masing-masing teori dan contoh penerapannya sesuai teori Robert Gagne dan Piaget.
Dokumen tersebut membahas tentang tugas akhir semester (UAS) mata kuliah Teknologi Pendidikan yang membahas tentang teori belajar mengajar, program pengajaran, sistem instruksional, pengelolaan kelas, strategi belajar, dan peran guru."
1. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran membahas tentang psikologi pendidikan dan teori-teori pembelajaran menurut para ahli seperti behaviorisme, Gestalt, perkembangan kognitif Piaget, pemrosesan informasi Gagne, dan sosial kognitif.
2. Buku ini membahas pentingnya memahami proses dan hasil pembelajaran serta peranan psikologi dalam pembelajaran dan pengajaran.
3. Teori-teori pembelajaran digunak
Beberapa cara yang bisa dilakukan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan karakter siswa yang berbeda-beda:
1. Mengenal karakteristik setiap siswa, seperti gaya belajar, minat, bakat, dan kesulitan belajar masing-masing siswa.
2. Menerapkan pendekatan pembelajaran yang bervariasi seperti diskusi, tugas kelompok, pembelajaran mandiri, agar sesuai dengan berbagai gaya belajar s
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
3. Bagaimana bisa Psikolgi bisa mempelajari tentang jiwa
sedangkan jiwa tidak bias dilihat, tidak bisa disentuh dan tidak
bias dirabah? Sedangkan psikolgi sebagai ilmu pengetahuan
menghendaki agar objeknya bisa diamati, dicatat dan diukur.
Jiwa seseorang nampak dalam apa?
Jiwa nampak dalam perbuatan dan tingkah laku dan perbuatan
manusia
4. Karena itu psikologi adalah :
ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah
daripada psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan
mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin,
dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka.
6. Atas dasar konsep diatas Psikologi Umum didefinisikan sebagai
studi tentang tingkah laku dan gejala-gejala kesadaran dari
manusia. Berpikir, Gejala pengindraan,ingatan dll.
7. Jika kita membaca buku-buku psikologi pendidikan kita akan
menemukan banyak jawaban yang berbeda tentang ruang
lingkup pembelajaran. Secara umum dalam pembahasan kita
tentang mata kuliah ini kita akan membahas secara khusus
tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang mengatur
tentang perubahan perilaku, pertumbuhan dan perkembangan
kognitif, evaluasi dan karakteristik lingkungan yang
mempengaruhi perubahan tingkah laku
8. Mengenai belajar teori belajar, ciri khas perilaku belajar untuk
peserta didik dan prinsip-prinsip di dalamnya
Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan perbuatan
yang terjadi di dalam proses belajar mengajar peserta didik
Mengenai situasi belajar, yaitu suasana dan kondisi lingkungan,
baik itu bersifat fisik maupun non fisik yang berkaitan dengan
belajar mengajar peserta didik
9. Mendidik berarti membantu peserta didik agar mereka dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan
Peserta didik merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
Aspek psikologis tidak dapat diabaikan dalam proses
pendidikan.
Pendidikan dilakanakan berdasarkan : landasan filosofis,
psikologis, sosio-kutural, & teknologi
11. Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang direncanakan
dan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek : (1) karakteristiik psikologis peserta didik; (2)
kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa.
Penyusunan buku ajar didasarkan pada segi-segi psikologis peserta
didik.
12. Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan
jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. tidak bisa lepas dari aspek
psikologis peserta didik;
Penentuan jurusan atau program;
Pengembangan program harus mengacu pada upaya
pengembangan kemampuan potensial peserta didik.
13. Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
Pemilihan model-model pembelajaran;
Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran;
Penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.
14. Penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau teknik non tes);
Penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta objektif atau
subjektif);
Penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi;
15. Secara historis studi ilmiah tentang belajar dilakukan oleh
psikolog.
Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan
Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898).
Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar
merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku
(Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull.
16. Filsafat:
Objek studi dari para filosof adalah peranan pikiran individu
dalam mempersepsikan dunianya.
Aristoteles : belajar itu melalui asosiasi
Tiga hukum asosiasi : contiguity (pengalaman akan
terhubung satu sama lain bila kejadiannya sering bersama-sama
dengan yang lain), similarity – krn ada kesamaan maka, jika
mengingat satu hal maka akan mengingatkan pula pada hal
yang lain- dan law of contrast. – karena ada unsur berlawanan
maka ketika mengingat satu hal, akan teringat hal yang
berlawanan
17. Mengetahui pokok permasalahan dan membuat keputusan
Menguasai materi yang diajarkan dan sesuai dengan
karakteristik siswa
Menguasai keterampilan mengajar
Membuat riset dan menerapkan dalam proses pembelajaran
18. Yang harus dimiliki seorang guru adalah :
Pengetahuan/ketrampilan yang tidak dimiliki siswa
Mengetahui pokok permasalahan yang diharapkan siswa untuk
diajarkan
Mengkomunikasikan pengetahuan mereka kepada siswa
19. Mengajar bukan sekedar transfer of
knowledge lebih dari itu adalah
memudahkan siswa untuk belajar
dengan baik. Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
Menguasai banyak model/metode
pembelajran
Mengetahui karakteristik siswa/ pengetahuan
prasyarat (entry behavior and prior
knowledge)
Menyiapkan lingkungan yang aman dan
nyaman bagi siswa untuk belajar
Mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi siswa dalam belajar
Menilai hasil belajar
20. Tujuan riset dlm psi
pddkan:menjelaskan
tentang:
Faktor-faktor dalam
pembelajaran, hasilnya
adalah
Prinsip
Hukum
Teori
21. Prinsip menjelaskan tentang hubungan antar faktor2, spt. Efek
sistem pemberian nilai alternatif terhadap motivasi siswa
22. Hukum hanyalah prinsip yang telah diuji secara mendalam dan
ditemukan berlaku bagi berbagai jenis situasi
23. Beberapa prinsip dan hukum yang terkait yang menjelaskan
aspek luas pembelajaran, perilaku atau bidang minat lainnya.
Teori mempersatukan fakta dan prinsip
24. Mempengaruhi kebijakan-kebijakan pendidikan
Program-program pengembangan profesi
Bahan-bahan pengajaran
Perubahan metode dan model pembelajaran
28. Perkembanga
n Kognitif
Nature
Faktor Biologis
pendewasaan otak dan
tubuh, kemampuan
mengindera, belajar
bertindak dan
memotivasi
Nurture
Faktor
Lingkungan
semua lingkungan di
sekitar (lingkungan
keluarga, lingkungan
sekolah, dsb)
29. ⌂ progres yang halus sebagai
perkembangan kemampuan
dan pengalaman
⌂ pentingnya faktor
lingkungan
⌂ progres anak melalui tahap-
tahap
⌂ perubahan terjadi tiba-tiba
⌂ Tidak mungkin melompati
tahapan
⌂ Sifat yang membedakan setiap
tahap : perubahan kualitatif
(qualitative change), luas
cakupannya (broad applicability),
transisi singkat (brief transitions),
adanya urutan stabil (invariant
sequence)
Continuous Discontinuous
30. Manusia mampu
mengkontruksi pengetahuan
mereka sendiri dalam
merespon pengalamannya.
Manusia dapat belajar banyak
hal secara mandiri tanpa
intervensi orang yang lebih
dewasa.
Manusia mempunyai motivasi
instrinsik untuk belajar dan
tidak memerlukan reward dari
orang dewasa untuk
memotivasi belajar mereka.
Asumsi
Piaget
31. SKEMA
ADAPTASI
Pola perilaku atau
berpikir yang
digunakan saat
berhadapan dengan
objek di dunia
proses menyesuaikan
skema dalam respon
terhadap lingkungan
yang terdiri dari
asimilasi dan
akomodasi
36. TAHAP PERKIRAA
N USIA
PENCAPAIAN UTAMA
Sensorimotor 0-2 tahun Mulai menggunakan imitasi, memori, dan pikiran
Mulai mengenali object permanence
Berawal dari aksi refleks ke kegiatan terarah pada
tujuan
Preoperational 2-7 tahun Mengembangkan bahasa dan kemampuan untuk
berpikir secara simbolik
Menggunakan one-way logic
Berpikir secara egocentrism dan centration
Concrete
Operational
7-11 tahun Menyelesaikan problem konkrit dengan cara yang
logis
Memahami hukum conservation dan menggunakan
klasifikasi serta seriation
Memahami reversibility
Formal
Operational
11 tahun-
Dewasa
Berpikir lebih ilmiah
Mampu menyelesaikan masalah abstrak melalui
percobaan yang sistematis
Mengembangkan perhatian tentang masalah sosial,
identitas.
PROBLEM SOLVING
MENINGKAT
EGOCENTRISM
MENURUN
38. Membangun pengetahuan dengan REFLEKS :
MENGHISAP, MENGENGGAM, MENATAP, dsb.
Belum ada usaha untuk menentukan lokasi
objek yang telah hilang dari pandangan
39. Mengatur REFLEKSnya dengan primary circular
reaction (penerapan secara fokus pada tubuh)
Masih belum ada usaha untuk menentukan
lokasi objek yang telah hilang dari pandangan
circular reaction : proses yang diawali
aksi lengkap yaitu perilaku tahap awal
yang diikuti hasil akhir yang menstimulus
untuk melakukan kembali aksi tersebut.
40. Menginginkan perulangan aksi pada lingkungan yang
menimbulkan hasil yang menyenangkan/menarik
Belum menyadari hubungan sebab akibat dari apa yang
dilakukan
Mulai mencari objek jatuh yang terlihat atau yang terlihat
sebagian saja.
Secondary circular reaction adalah proses
circular reaction yang diterapkan si bayi
pada objek eksternal
41. berangsur-angsur
memperoleh
pengetahuan
mengenai hubungan
sebab-akibat (goal-
directed behavior)
Mampu memahami
“object permanence”,
yaitu kemampuan
untuk berpikir
mengenai fakta
bahwa objek itu ada
sekalipun sudah tidak
terlihat dalam
pandangan.
Mencari objek yang
tersembunyi
menggunakan A-not-
42. Tertiary Circular Reaction
adalah circular reaction
yang menghasilkan kembali
fenomena baru, tetapi
dengan variasi dan
percobaan aktif yang
disengaja untuk
memperoleh kemungkinan
yang baru
• mengikuti visible displacement
(menyembunyikan barang dibalik
benda lain saat pada pandangan
penuh)
• berperan dalam trial-and-error
43. Symbolic Thought adalah
kemampuan untuk
menunjukkan dan berpikir
mengenai objek dan
kejadian secara internal,
kesatuan mental, atau
simbol.
• mampu membentuk representasi mental
yang disebut ”deffered imitation”
• dapat mengikuti invisible displacement, yaitu
proses menyembunyikan objek dibalik objek
lain saat pada pandangan penuh seseorang,
kemudian yang objek lain tersebut
dipindahkan.
48. penalaran logika dan pemahaman
saat menghadapi situasi yang
familiar
membentuk konsep, melihat
keterhubungan, dan menyelesaikan
masalah selama objek dan situasi
yang familiar
Memahami operasi mental, seperti
penjumlahan, perkalian, dsb
Banyak klasifikasi
Dapat menalar, mengemukakan ide
berpikir objektif
49. mampu berpikir abstrak
Membuat hipotesis
mampu merumuskan dan menguji hipotesis
memisahkan dan mengontrol variabel
mampu metakognisi
50. Fokus pada proses berpikir anak, bukan hanya pada hasilnya.
Mengenali peran penting dari pengenalan sendiri oleh anak,
keterlibatan aktif anak dalam aktifitas pembelajaran.
Penekanan praktek pembelajaran yang ditujukan pada
susunan pemikiran anak menuju kedewasaan.
Menerima perbedaan kemajuan perkembangan setiap individu.
51. Vygotsky memberikan pandangan tentang pentingnya faktor
sosial, bahasa dan orang lain dalam perkembangan anak.
Perkembangan bahasa pertama anak di dalam hidupnya
dipercaya sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam
perkembangan kognitifnya.
52. Yang mendasari teori Vygtsky adalah pengamatan bahwa
perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial,
yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi
dengan anak sejak anak itu lahir.
Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan
memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak
hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut Vygotsky
sebagai Zone of Proximal Development (ZPD).
Perkembangn kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang2
lain. Hal ini berbeda dengan piaget yng mengatakan kognisi
tergantung dari orang itu sendiri.
53. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan
mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan
pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
54. Vygotsky membedakan proses mental menjadi 2, yaitu :
Dasar / Elementary. Masa praverbal, yaitu selama anak belum
menguasai verbal, pada saat itu anak berhubungan dengan
lingkungan menggunakan bahasa tubuh.
Lanjutan/ Higher. Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini,
anak akan berhubungan dengan lingkungan secara verbal.
Vygotsky menggambarkan teorinya sebagai berikut :
Level kemampuan actual (pemecahan masalah secara mandiri
batas kemampuan potensial (pemecahan masalah di bantu oleh
teman /orang lain yang lebih ahli The zone of proximal
development
55. Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Namun, bagi Vygotsky, bahasa
berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain.
Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan
bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang
sembari menyelesaikan masalah.
56. Vygotsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of
Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-
kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD merupakan
celah antara actual development dan potensial development.
Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap :
more dependence to others stage
less dependence external assistance stage
Internalization and automatization stage
De-automatization stage
57. Vigotsky percaya bhwa pembelajaran terjadi ketika anak2
bekerja dalam Zona perkembangan prosimal. Tugas dalam ZPD
ini blm dapat dikerjakan oleh anak sendiri tapi dapat dikerjakan
dengan bantuan teman atau orang yang lebih dewasa
Vigotsky juga yakin bahwa mental anak akan berfungsi dengn
baik apabilah dia menjalin percakapan dan kerja sama dengan
orang lain
58. Suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun
anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
Dalam istilah teoritis, berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding
bagi anak selama melalui ZPD.
Selain guru, orang dewasa lain dan teman sebaya dapat
memberikan bantuan scaffolding.
59. scaffolding
contingensy fading
Transfer of
responsibility
Mengubah secara
bertahap tingkat
bimbingan atau
dukungan oleh orang
terlatih kepada siswa
selama dlm rangkaian
pengajaran
Berdsrkan
tingkat
kemmpuan
Bantuan secara
bertahap
Pindah tj thdp
tgs kpd siswa
scr bertahap
60. Karya Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama:
intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide
baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang
mereka telah ketahui
interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan
intelektual
peran utama guru adalah bertindak sebagai orang yang
membantu dan sebagai mediator pembelajaran siswa
61. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar.
Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistic
dan relevan.
Mengintegrasikan pembelajaran.
Memanfaatkan berbagai media.
Melibatkan siswa secara emosional dan social.
62. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya
yaitu:
Menghendaki setting kelas kooperatif
Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
scaffolding
63. Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan
berfikir dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak
untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya.
Ini proses awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya
sendiri dan selanjutnya dikemudian hari ia akan mampu
mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang
dimilikinya.
Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak
untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi.
64. Jean Piaget
Struktur dan kemampuan kognitif anak berkembang
mendahului kemampuan penalaran moral. Kemampuan
kognitif menentukan kemampuan anak2 bernalar tentang situasi
sosial
Perkembangan moral anak berlangsung dalam tahap-tahap yang
dapat diprediksi.
65. •Moraltitas paksaan
•Tunduk kpd aturan yang diberlakukan oleh
orang-orang lain
•Hukuman diberikan secara otomatis apabila
tidak taat aturan
heteronom
•Didasarkan pada hubungan kerja sama dan
pengakuan bersama terhadapa kesetaraan
diantara individu2 yg otonom
•Aturan disepakati bersama, terbuka dan bisa
dinegosiasi ulang
•Hukumn dihat sebagai sestu yang
mempengaruhi manusia
otonom
66. Secara umum ada tim partisipatoris (guru, orang tua, siswa
dan stakeholder), merancang pembangunan karakter (perilaku
yang diharapkan)dalam kurikulum secara keseluruhan
(instructional effect and naturant effect)
Tingkat lokal pengajarn di kelas. Guru dapat melakukan analisis
kebutuhan dan mengenali kemampuan kognitif orang2 di
kelasnya dan memaksimalkan kemampuan tersebut dengan
melalui kegiatan pemecahan masalah. Guru harus bersedia
menciptakan konflik kognitif di ruang kelas
Tingkat individu :manajemen konflik- menjelesaikan konfilik
tanpa kekerasan
67. Masa anak-anak awal
Perkebangan kognitif berupa penguasaan bahasa
Perkembangan fisik berupa: kemampuan otot kecil (kegiatan motor
halus sperti: menganjing baju/ menutup resleting kegiatan
ini membutuhkan kecekatan dan ketepatan) dan kemampuan
otot besar, (kegiatan motor kasar spti berjalan dan berlari)
perkembangan sosial emosional dan perilaku prososial
(tindakan yang memperlihatkan rasa hormat dan penuh dan
penuh perhatian thdp orang lain)
68. Masa anak-anak pertengahan
Perkembangan kognitif meliputi: daya ingat dan kemampuan
metakognitif
Perkembangan fisik berupa: pertumbuhan fisik
Perkembangan sosioemosional berupa konsep diri, harga diri dan
hubungan dengan sebaya
69. Masa remaja
Perkembangan kognitif berupa penalaran hipotesis dan dedukatif
Perkembangan fisik berupa pubertas
Perkembangan sosioemosional berupa pembentukan identitas,
tanggung jawab sosial dan keintiman
70. Perkembangan fisik
Anak2 berubah relatif sedikit dalam ukuran tubuh selama SD.
Anak perempuan sedikit lebih pendek dan lebih ringan dari
anak laki2 hingga usia 9 tahun
Kemamapuan kognitif (usia 5-7) proses pemikiran anak
mengalami perubahan, (ada perubahan dr preoperasional ke
operasi konkrit
Perkembangan sosial
71. Perkembangan sosial
Anak-anak lebih bersifat egosentris, dunia mereka adalah dunia
rumah dan keluarga
Konsep diri dan harga diri sudah mulai penting pada awal usia
sekolah
Peran teman sebaya juga sangat penting dalam membentuk
kepribadian mereka, mereka akan menyaring teman sebaya
yang dianggapnya nyaman untuk melakukan kegiatan bersama
72. Selain itu keteladanan dari orang tua dan guru (orang yang lebih
dewasa) sangat dibutuhkan, dibutuhkan juga pendampingan
yang terus menerus agar mereka dapat melebur dalam
kehidupan sosial
73. Perkembangan fisik ditandai dengan masa pubertas
(serangkaian perubahan psikologis yang mengakibatkan
organisme yang tidak matang sanggup berproduksi
74. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat
berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya
sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum
dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum
dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan
perilaku sebagai hasil belajar.
75. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus
dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa
(respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
76. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik
adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika siswa diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat
belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan
positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas
dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas
belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif
(negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan
suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau
dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons.
77. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
78. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa
ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut
Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan
belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati,
atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati
80. Thorndike mengaitkan perilaku dengan gerakan refleks tubuh,
lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kebanyakan perilaku
timbul karena sebagai tanggapan terhadap rangsangan dalam
lingkungan
Hukum thorndike adalah
Tindakan yang diikuti oleh efek yang menyenangkan lebih besar
kemungkinan diulangi dalam situasi yang sama, tindakan yang
diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan lebih kecil
kemungkinan diulangi
81. Thorndike memperlihatkan bahwa konsekuensi perilaku
seseorang saat ini memainkan peran yang sangat penting dalam
menentukan perilaku seseorang pada masa mendatang
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika suatu respon yang
diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar
dan ia mengetahuinya maka kepuasan akan tercapai dan
asosiasi akan diperkuat
82. Misalnya. Seorang siswa diminta untuk menyelesaikan soal
matematika setelah ia kerjakan ternyata jawabannya benar dan
ia merasa senang/puas, dan akibatnya antara soal dan jawaban
itu akan kuat tersimpan dalam ingatannya (bisa juga dengan
trial and error)
83. J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain,
walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu
diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua
itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau
belum karena tidak dapat diamati.
84. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika
atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur.
Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan
dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal
terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.
85.
86. Ivan Pavlov (rusia Pengkondisian Klasik
Dalam pengkondisian klasik, rangsangan netral (seperti lonceng)
yang pertama-tama sama sekali tidak mendorong tanggapan,
akhirnya dipasangkan dengan suatu rangsangan tanpa
pengkondisian (seperti daging) dan memperoleh kekuatan
rangsangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan tanggapan
(seperti pengeluaran air liur)
87. Ivan Pavlov (rusia Pengkondisian Klasik adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing
88. Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov
menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu
harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan
pengkondisian tertentu.
89. bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada
manusia untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada
kegiatan belajar manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya
membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara reflektif,
proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar
dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
90. Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan
untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap
pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk
melatih kebiasaan positif peserta didik.
91. Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam
merubah perilaku yang bersifat maladaptif dan merubahnya menjadi
perilaku yang adaptif. Misalnya rasa takut terhadap pelajaran
matematika diubah menjadi rasa senang dengan pelajaran
matematika. Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
92. Metode behaviorisme pengondisian klasik ini sangat
cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya.
93. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
94. Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak
diperbincangkan, konsep-konsep yang dikemukakan oleh
Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep
lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat
menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih
komprehensif.
95.
96. Pengkondisian operan adalah penguatan yang langsung dari
sebuah respon. Penguatan akan meningkatkan kemungkinan
dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi.
Disebut pengkondisian operan karena organisme beriperasi
dalam suatu lingkungan untuk meghasillkan suatu efek yang
spesifik
97. Pengkondisian operan/lanjutan dapat mengubah frekuensi dari
respon atau kemungkinan suatu respon akan terjadi. Penguatan
tidak menybebakan terjadinya suatu perilaku, namun dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat
terulang lagi
98. Peran Konsekuensi
Suatu perilaku akan beruba sesuai dengan konsekuensi
langsungnya. Konsekuensi yang menyenangkan memperkuat
perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenagkan
memperlemah perilaku tersebut untuk diulang.
99. Tindakan penguatan
Konsekuensi yang yang menyenangkan yang mempertahankan
atau meningkatkan perilaku tertentu.
Penguatan positif dan penguatan negatif
a. Penguatan positif adalah stimulus yang pemberiannya
terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan
semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.
100. Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar
apabila pemberian penguatan digunakan secara selektif.
Memberi motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran.
Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa
yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar produktif
Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri
sendiri dalam pengalaman belajar.
Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen
(berbeda) dalam pengambilan inisiatif yang bebas
101. B. Penguatan negatif adalah
stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior
menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat.
Misalnya orang tua akan membebaskan anaknya memcuci
piring kalau siswa tersebut menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
(apabila pekerjaan mencuci piring dilihat sebagai tugas yang
tidak menyenangkan), pembebasan dari pekerjaan tersebut akan
memberi penguatan untuk selalau menyelesaikan pekerjaan
rumahnya
102. Penguatan intrinsik dan ekstrinsik
Penguatan yang didasarkan pada hobi dan tidak berdasarkan
imbalan dari pihak luar (penguatan intrinsik)
Sedangkan penguatan ekstrinsik adalah melakukan suatu
kegiatan karena berpengaruh/tertarik dengan kegiatan yang
dilakukan oleh orang lain (motivasi)
103. Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan
pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku
tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu
dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
104. Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu
atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak,
pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara
ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-
unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini
hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di
Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok
bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah-Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan
perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan
reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan
105. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan
akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid.
106. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang
ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa
atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau
kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas
diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang
sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau siswa adalah obyek
yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
107. A. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar
behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar
behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual.
108. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta
pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan
perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
109. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari
suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi- bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang
kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan
kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya.
110. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi
antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran
seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya.
111. Asumsinya adalah belajar disebabkan oleh kemampuan
menafsirkan peristiwa yang terjadi di lingkungan
Lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
Dari aspek kognitif bagaimana cara memperoleh pemahaman
tentang diri dan lingkungan, bagaimana berbuat
Dari aspek psikologis hubugan antara orang dengan
lingkungan psikologisnya tingkah laku tidak berpengaruh oleh
factor luar, tetapi bagaimana proses informasi dalam diri
seseorang
112. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak
dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-tahap perkembangan”
yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer oleh
Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar oleh
Gagne, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci
beberapa pandangan mereka.
113. Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar
kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka
makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya.
114. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan- perubahan kualitatif di dalam
struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif
sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Collin, dkk (2012)
menggambarkan pemikiran Piaget sebagai berikut:
115. Proses perkembangan
kognitif anak sangat
berbeda dari orang
dewasa
Anak-anak berubah melalui
empat tahap perkembangan
secara otonom dan mandiri
Tujuan akhir dari
pendidikan adalah
menciptakan manusia
yang dapat membuat
sesuatu yang baru
Guru harus memberikan
tugas yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak
dan memelihara kemandirian
berpikir dan kreativitas
116. Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada
umumnya akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka
ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu
fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila
seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru,
keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus
melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
117. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara
simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur
kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses
perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan
kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman
baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok
dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini
disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang
sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi
yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
118. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang
mengalami konflik kognitif atau suatu ketidakimbangan antara
apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau
dialaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi strutur
kognitif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika
mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
(penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses
pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
119. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif
ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip
pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi
proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah
dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah
yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal
pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak
tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-
prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.
120. Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah
pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam
dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses
penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar
dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah
yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan
kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur
(disorganized). Hal ini misalnya tampak pada caranya berbicara
yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan
sebagainya. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat
keseimbangan di dalam struktur kognitif.
121. Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asimilasi dan akomodasi
mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif
merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget,
proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini
bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di
luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu;
122. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat yaitu;
1. Sensorimotor
2. Preoperasional
3. Operasional Konkrit dan
4. operasional Formal
123. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor
tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh
seorang anak pada tahap preoperasiaonal, dan akan berbeda pula
dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional
konkrit, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap
operasional formal.
124. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif
seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merancang
dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-
tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak
akan ada maknanya bagi siswa.
125. Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya
dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan
kognitif manusia sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan
dalam menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis.
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendir atau pada orang lain melalui kata-kata atau
lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan
dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
126. 4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang
tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa
merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami
konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih
tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan
dalam berbagai situasi.
127. Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan
teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner
menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
128. Menurut Bruner perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat
lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan
symbolic.
Tahap enaktif, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upayanya
untuk memahami lingkungan
sekitarnya. Artinya, dalam memahami
dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik. Misalnya,
melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya.
129. Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-
obyek atau dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan (komparasi).
130. Tahap simbolik, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan
logika.
131.
132. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-
simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem
simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu, tidak
berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar.
133. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan
menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum)
Menyesuaikan materi ajar dengan kemampuan kognitif peserta didik.
Kurikulum Spiral dilihat sebagai sala satu cara untuk
mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara
mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan meteri secara
umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang
sama dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari
umum ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral
merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan
tahap perkembangan kognitif orang yang belajar.
134. Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam
Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan
pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang
berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan
menempatkan contoh- contoh (obyek-obyek atau peristiwa-
peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria
tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah
ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah
sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori
baru. Jadi merupakan tindakan penemuan konsep
135. Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua
komponen yaitu; 1) tindakan pembentukan konsep, dan 2)
tindakan pemahaman konsep. Artinya, langkah pertama adalah
pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep.
Perbedaan antara keduanya adalah:
136. 1. Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategori ini
berbeda.
2. Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama.
3. Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda.
Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan
seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui
semua unsur dari konsep itu, meliputi;
1. Nama.
2. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif.
3. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak.
4. Rentangan karakteristik
5. Kaidah.
137. Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di
sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan
kemampuan analisis, kurang mengembang-kan kemampuan
berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi
mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan
sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang
dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
138. Brunner meyakini bahwa proses belajar akan berjalan dengan
optimal apabila siswa diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
sehari-hari. Sebagaimana bagan di atas, Brunner meyakini
bahwa perkembangan bahasa memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan kognitif anak. Pemikiran
Bruner (Collin, 2012) yang digambarkan sebagai berikut:
139.
140. Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak
menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar
demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
141. Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada
dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur
pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit
konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada
konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru
merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa. Yang paling awal mengemukakan konsepsi ini adalah
Ausubel.
142. Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan
seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa
pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak
membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkrit.
Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang
diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan
perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya
mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke
khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai
subsumptive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi
siswa.
143. Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel
merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di
dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers
sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan
kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep
dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan
materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata
dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya
dengan materi yang telah dipelajarinya.
144. Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang
dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkanlah oleh para
pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut
dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi
untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-
pisah, atau sebagai tempat untuk mengkaitkan pengetahuan baru.
145. Skemata memiliki fungsi ganda, yaitu:
1. Sebagai skema yang menggambarkan atau
merepresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli
dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam
skemata yang dimilikinya.
2. Sebagai kerangka atau tempat untuk mengkaitkan atau
mencantolkan pengetahuan baru.
146. Skemata memiliki fungsi asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi
untuk mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam hirarkhi
pengetahuan, yang secara progresif lebih rinci dan spesifik dalam
struktur kognitif seseorang. Inilah proses belajar yang paling dasar
yaitu mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam skemata yang
tersusun secara hirarkis. Struktur kognitif yang dimiliki individu
menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebermaknaan dari
perolehan pengetahuan baru.
147. Dengan kata lain, skemata yang telah dimiliki oleh seseorang
menjadi penentu utama terhadap pengetahuan apa yang akan
dipelajari oleh orang tersebut. Oleh sebab itu maka diperlukan
adanya upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran
serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan
proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
orang yang belajar.
148. Mendasarkan pada konsepsi di atas, Mayer (dalam Degeng,
1993) menggunakan pengurutan asimilatif untuk mengorganisasi
pembelajaran, yaitu mulai dengan menyajikan informasi-informasi
yang sangat umum dan inklusif menuju ke informasi-informasi
yang hkusus dan spesifik. Penyajian informasi pada tingkat
umum dapat berperan sebagai kerangka isi bagi informasi-
informasi yang lebih rinci.
149. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa skemata
dapat dimodifikasi oleh pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga menghasilkan makna baru. Anderson (1980) dan
Tennyson (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang telah
dimiliki individu selanjutnya berfungsi sebagai dasar
pengetahuan bagi masing-masing individu. Semakin besar
jumlah dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang, makin besar
pula peluang yang dimiliki untuk memilih. Demikian pula,
semakin baik cara penataan pengetahuan di dalam dasar
pengetahuan, makin mudah pengetahuan tersebut ditelusuri
dan dimunculkan kembali pada saat diperlukan.
150. Hierarki Belajar menurut Gagne (1916-2002)
Menurut Gagne , belajar konsep merupakan suatu bagian dari
suatu hierarki belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat belajar
bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Hierarki belajar
Gagne disajikan pada tabel berikut:
Belajar tanda sinyal pengkondisian klasik
Belajar Stimulus Respon pengkondisian operan
Belajar merangkai TL koneksi S-R
Belajar Asosiasi Verbal Rantai verbal, tentang memberi nama
obyek dan koneksi kata menjadi urutan verbal
151. Belajar diskriminasi Menhghasilkan respon yang berbeda2
dari stimulus yang mirip
Belajar Konsep membuat konsep yang sama pada stimulus-
stimulus
Konsep terdefenisi menggunakan konsep yg telah dipelajari
Aturan Memberikan respon pada satu kelas stimulus dengan
satu kelas penampilan
Belajar memecahkan masalah
152. . Hasil Belajar menurut Gagne
Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di
antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat
psikomotorik. Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat
diamati sebagai hasil belajar disebut dengan kemampuan. Ada lima
kemampuan yang ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu
pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena
kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan
manusida dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh
berbagai kemampuan itu berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut
yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi
verbal, dan keterampilan motorik.
153. 1. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya dengan penggunaan simbol-simbol atau
gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini
sudah dimulai sejak tingkat pertama sekolah dasar (sekolah taman
kanak-kanak) dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan
kemampuan intelektual seseorang.
154. Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan
intelektual yang dipelajari oleh seseorang. Keterampilan
intelektual ini untuk bidang studi apapun dapat digolongkan
berdasarkan kompleksitasnya. Belajar mempengaruhi
perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang
disarankan Gagne. Untuk memecahkan masalah, siswa
memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan- aturan
kompleks. Demikian pula diperlukan aturan dan konsep yang
terdefinisi. Untuk memperoleh atuan-aturan ini, siswa sudah
harus belajar beberapa konsep konkret dan untuk mempelajari
konsep-konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi.
155. Strategi kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai
kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai
strategi kognitif. Strategi kognitif dikelompokkan sesuai dengan
fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh
Weinstein dan Mayer adalah sebagai berikut:
a. Strategi menghafal. Siswa melakukan latihan mereka sendiri
tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling
sederhana, seperti mengulangi nama-nama dalam suatu urutan
(nama pahlawan, tahun pecahnya perang dunia, dan lain-lain).
156. b. Strategi elaborasi. Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan
dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia.
c. Strategi pengaturan. Menyusun materi yang akan dipelajari ke
dalam suatu kerangka teratur merupakan teknik dasar strategi ini.
d. Strategi metakognitif. Meliputi kemampuan siswa untuk
menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian
tujuan itu, dan memilih alternatif- alternatif untuk mencapai tujuan
itu.
e. Strategi afektif. Teknik ini digunakan para siswa untuk
memusatkan dan mempertahankan perhatian untuk mengendalikan
kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
157. 3. Sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-
kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang
penting ialah sikap kita terhadap orang lain. Oleh karena itu,
Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa
memperoleh sikap-sikap sosial tersebut.
158. 4. Informasi verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal. Menurut
teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan
proposisi-proposisi. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil
belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang,
dari membaca, radio, televisi dan media lainnya.
159. 5. Keterampilan motorik
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik,
melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan
keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis,
memainkan sebuah instrumen musik, atau dalam pelajaran
sains menggunakan berbagai macam alat seperti mikroskop,
alat-alat listrik, dan lain sebagainya.
160. Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan siswa.
Meskipun proses perkembangan siswa mengikuti urutan yang
sama, namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses
perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran,
perbedaan kecepatan perkembangan mempengaruhi
kecepatan belajar siswa, oleh sebab itu interaksi dalam bentuk
diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi
tanda bagi perkembangan penalaran siswa. Perlu disadari
bahwa penalaran bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara
langsung, namun perkembangannya dapat disimulasikan.
161. Piaget memberikan penekanan bahwa setiap tahap
perkembangan memberikan kesempatan pada siswa untuk
belajar lebih baik. Menurut piaget, anak bukanlah orang dewasa
mini, anak tidak mengetahui sebanyak apa yang diketahui oleh
orang dewasa, akan tetapi anak melihat dunia dengan cara
yang berbeda dan berinteraksi secara berbeda pula.
162. Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu
aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan informasi,
reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah
banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik (siswa dilihat sebagai mesin), sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
163. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna
bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.
Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat
belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda
kongkrit.
164. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat
dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka
proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur
kognitif yang telah dimiliki si belajar.
165. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.
Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar
menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan
dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
166. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatiakan, karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan
sebagainya.
167. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung
satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran
struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta
yang terlepas-lepas.
168. Pemberian makna terhadap obyek dan pengalaman oleh
individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh
siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang
unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar
kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus
diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses
gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan
lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi
belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar
seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
169. Menurut pandangan konstruktivistik,
belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh
si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari.
Peranan siswa
170. Guru memang dapat dan harus
mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang
optimal bagi terjadinya belajar. Namun
yang akhirnya paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain,
dapat dikatakan bahwa hakekatnya
kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa.
Peranan siswa
171. Paradigma konstruktivistik
memandang siswa sebagai pribadi yang
sudah memiliki kemampuan awal
sebelum mempelajari sesuatu.
Kamampuan awal tersebut akan
menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu
meskipun kemampuan awal tersebut
masih sangat sederhana atau tidak
sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar
pembelajaran dan pembimbingan.
Peranan Siswa…..
172. Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam
belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu- satunya
cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya.
Peranan Guru
173. Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah
pengendalian yang meliputi;
1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan
kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan
bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan siswa.
3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan
kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal
untuk berlatih.
Peranan Guru……
174. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama
dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti
bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya
tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa
akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan
masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu
mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
Sarana …..
175. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta
aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal
ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi
belajar konstruktivistik.
Evaluasi Belajar
176. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada
pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan
menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya.
Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana
seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya,
struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk
menginterpretasikan obyek dan peristiwa-peristiwa.
Evaluasi Belajar
177. Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah
instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, obyek,
dan pandangan terhadap dunia nyata, di mana interpretasi
tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara
individual.
178. Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan
dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya,
hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka
sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru
dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman
representasi fungsi konseptual dunia eksternal. Jika hasil
belajar dikonstruksi secara individual
179. Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada
tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang
menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi seperti
tingkat “penemuan”
180. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang di
pelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar kontruktinvistik
atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur
merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada
bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam
suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen
(ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal
Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang
lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang
dihadapinya
181. Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang
berpijak pada teori behavioristik, banyak didominasi oleh guru.
Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dengan
harapan siswa dapat memahaminya dan memberikan respon
sesuai dengan materi yang diceramahkan. Dalam pembelajaran,
guru banyak menggantungkan pada buku teks. Materi yang
disampaikan sesuai dengan urutan isi buku teks.
182. pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi
dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan
menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan
membentuk struktur kognitif baru. Pendekatan konstruktivistik
lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak melihat
pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat
diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan
cara menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku imitasi), melainkan
pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan
ditunjukkannya.
183. Pada pembelajaran konstruktivistik, siswa yang diharapkan
memiliki peran optimal. Selain itu siswa juga diharapkan untuk
dapat berkolaborasi dengan orang lain untuk mencapai
kemampuan yang optimal. Menurut Vygotsky sebagai salah
satu tokoh penghusung teori ini, Perubahan mental anak
tergantung pada proses sosialnya yaitu bagaimana anak
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial
yang menguntungkan anak adalah orang-orang dewasa atau
anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang
segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan anak yang sedang
belajar.
184. Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih
abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian
psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi
yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
185. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar
dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman
tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang
selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
186. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia
yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar, secara optimal.
187. Ada 4 tahap
1. Tahap pengalaman konkrit
Pada tahap paling awal dalam
peristiwa belajar adalah seseorang
mampu atau dapat mengalami
suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya. Ia
dapat melihat dan merasakannya,
dapat menceriterakan peristiwa
tersebut sesuai dengan apa yang
dialaminya.
188. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari
peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut
apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami
mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu.
Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada
tahap paling awal dalam proses belajar.
189. Tahap pengamatan aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang
makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya
untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia
melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu
bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi.
Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin
berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki
seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.
190. Tahap konseptualisasi
Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah
mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu
yang menjadi obyek perhatiannya. Berfikir induktif banyak
dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau
generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya.
Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-
beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang
dapat dijadikan dasar aturan bersama.
191. Tahap eksperimentasi aktif.
Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah
melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini
seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,
teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir
deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan
menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak
lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia
mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia
jumpai sebelumnya.
192. Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang).
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar
yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun
lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat
dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi
tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1) belajar teknis ( technical
learning), 2) belajar praktis ( practical learning), dan 3) belajar
emansipatoris (emancipatory learning).
193. 1. Belajar Teknis ( technical learning)
Yang dimaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara
benar. Pengetahuan dan ketarampilan apa yang dibutuhkan
dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan
mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh sebab
itu, ilmu-ilmu alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar
teknis.
194. Belajar Praktis ( practical learning)
Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-
orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih
mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama
manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan
dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antrophologi, dan
semacamnya, amat diperlukan. Oleh sebab itu, interaksi yang
benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya
akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan
manusia.
195. Belajar Emansipatoris (emancipatory learning).
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang
mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam
lingkungan sosialnya. Pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap
sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi
kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.
196. Bloom menekankan perhatiannya pada apa yang
mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar),
setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan
belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga
kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi
Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil
memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan
dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek
pembelajaran.
197. Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah
membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan
tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan
rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada
taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan
dapat merancang program-program pembelajarannya.
Setidaknya di Indonesia, taksonomi Bloom ini telah
banyak dikenal dan paling populer di lingkungan
pendidikan.
198. DOMAIN KOGNITIF
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2. Pemahaman (menginterpretasik an)
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk
memecahkan masalah)
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5. Sintesis (menggabungkan bagian-
bagian kosep menjadi suatu konsep
utuh)
6. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai,
ide. metode, dsb.)
199. DOMAIN AFEKTIF
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan
konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak
dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan
beberapa gerakan sekaligus dengan
benar).
5) Naturalisasi (melakukan gerak
secara wajar)
200. DOMAIN PSIKOMOTOR
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar
akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai- nilai,
setia kepada nilai-nilai tertentu)
4) Pengorganisasian(menghubung-
hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya)
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai
sebagai bagian dari pola hidupnya
201. KOMPETENSI
Nilai dan Sikap
(Affective)
Kemampuan
Berpikir
(Cognitive)
Keterampilan
(Psychomotor)
C6 Kreasi
(creation)
C5 Evaluasi
(evaluation)
C4 Analisis
(analysis)
C3 Penerapan
(application)
C2 Pemahaman
(comprehension)
C1 Ingatan
(knowledge)
A5 Menjadikan pola
hidup
(characterization)
A4 Mengatur diri (organization)
A3 Menghargai (valuing)
A2 Menanggapi
(responding)
A1 Menerima (receiving)
P5 Naturalisasi
(naturalization)
P4 Perangkaian
(articulation)
P3 Ketepatan
(precision)
P2 Penggunaan
(manipulation)
P1 Peniruan
(imitation)
202. Teori pembelajaran kognitif berbicara lebih jauh tentang
pengolahan, penyimpanan dan penarikan kembali pengetahuan
dalam pikiran
Ada begitu banyak informasi yang terus menerus memasuki
pikiran kita melalui indera, kebanyakan informasi ini hampir
langsung di buang dan kita mungkin bahkan tidak perna
menyadari banyak di antaranya. Sebagian ditahan dalam
ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian
dilupakan. Sebagaian informasi dipertahankan jauh lebih lama,
barangkali sepanjang hidup kita
203. Informasi yang diingat harus terlebih dahulu menjengkau indera
seseorang, kemudian diberi perhatian dan dipindahkan rekaman
indera ke daya ingat jangka pendek, kemudian diolah sekali lagi
untuk dipindahkan ke daya ingat jangka panjang
204. Komponen pertama, system daya
ingat yang ditemui informasi yang
sedang masuk adalah rekaman
indera (Sensory Register. Rekaman
indera akan menerima informasi
dalam jumlah besar dari masing-
masing indera (penglihatan,
Pendengaran, sentuhan,
Penciuman, rasa) dan
menahannya dalam waktu yang
sangat singkat
206. STM adalah system penyimpanan yang dapat menahan
informasi dalam jumlah terbatas selamaselama beberapa detik.
Ini adalah bagian daya ingat yang menjadi tempat penyimpanan
informasi yang saat ini sedang dipikirkan. Pikiran-pikiran yang
kita sadari dimiliki pada saat tertentu ditahan dalam daya ingat
jangka pendek. Ketika kita berhenti memikirkan sesuatu, hal ini
menghilang dari daya ingat jangka pendek. Daya ingat ini
adalah tempat mengolah informasi, mengorganisasikannya
untuk disimpan atau dibuang, dan menghubungkan dengan
informasi lain
207.
208. Cara untuk menahan informasi dalam daya ingat jangka pendek
adalah memikirkannya atau mengatakannya berulang-ulang
kali. Pengulangan berperan sangat penting dalam pelajaran
karena makin lama sesuatu bertahan dalam daya ingat jangka
pendek, makin besar kemungkinan hal itu akan dipindahkan ke
daya ingat jangka panjang.
Guru hrs menyediakan waktu untuk untuk melakukan
pengulangan selama pelajaran di ruang kelas.
209. STM memiliki kapasitas lima hingga
Sembilan potong informasi.
Maksudnya kita hanya dapat
memikirkan hanya lima hingga
Sembilan hal yang berbeda setiap
saat. Namun setiap potongan dapat
berisi banyak informasi misalnya,
Daftar nama orang dalam kitab suci.
Daftar nama tersebut akan mudah
diingat jika diorganisasikan
berdasakan pola yang sudah dkenal.
210. Semua orang berbeda dalam kapasitas
daya ingat. Salah satu factor yang
berpengaruh dalam meningkatkan daya
ingat adalah latar belakang pengetahuan,
makin banyak mengetahui tetang sesuatu
makin banyak pula orang tersebut
sanggup mengorganisasikan dan
menyerap informasi baru
211. LTM adalah bagian system daya ingat yang menjadi
tempat penyimpanan informasi dalam kurun waktu
lama. Daya ingat jangka panjang dianggap sebagai
suatu penyimpanan yang berkapasitas sangat besar dan
berdaya ingat jangka panjang, bahkan banyak ahli teori
percaya bahwa kita mungkin saja tidak pernah
melupakan informasi dalam daya ingat jangka panjang;
sebaliknya kita dapat saja kehilangan kemampuan
meneukan informasi dalam ingatan kita.
212. Daya ingat episodic
Berisi citra pengalaman yang
diorganisasikan berdasarkan
kapan dan di mana pengalaman
tersebut terjadi. Daya ingat ini
sangat erat kaitan dengan ruang
dan waktu. Sulit diingat kembali
karena begitu banyak peristiwa
yang dialami oleh manusia
213. Daya ingat semantic
Adalah daya ingat jangka panjang
yang menyimpan fakta dan
pengetahuan umum. Daya ingat
tersebut diorganisasikan secara mental
dalam jaringan gagasan2 yang saling
tersambung atau berhubungan
(Skemata)
214. Daya ingat procedural
Kemampuan mengingat
kembali bagaimana melakukan
sesuatu, khususnya tugas fisik,
daya ingat ini tampak
disimpan dalam serangkaian
pasangan rasangan-tanggapan
215. Pengetahuan awal /
pengalaman awalnya (prior
knowledge/entry behaviour
Pengalaman siswa saat
mengikuti proses
pembelajaran, penerapan
strategi tertentu
216. Gangguan ….
Ganguan (interferences) terjadi
ketika informasi bercampur baur
atau disingkit oleh informasi lain.
Salah satu bentuk ganguan terjadi
orang dicegah secara mental
mengulangi informasi yang baru
dipelajari.
217. HAMBATAN RETROAKTIF
Ganguan ini terjadi ketika
informasi yang dipelajari
sebelumnya hilang hilang karena
infrmasi tersebut tercampur
dengan informasi baru dan agak
mirip. Misalnya membedakan
huruf b, d, p, q
218. Ada dua acara untuk membantu
mengurangi hambatan retroaktif
bagi siswa yang pertama adalah:
tidak mengajarkan konsep yang
mirip atau membingungkan
dalam waktu yang berdekatan
Kedua, menggunakan metode
yang berbeda untuk mengajarkan
konsep yang mirip
219. HAMBATAN PROAKTIF
Hambatan ini terjadi apabila
pembelajaran tentang suatu
informasi menganggu
pembelajaran tentang informasi
berikutnya
220. Guru harus tahu cara menyesuaikan
pengajaran dengan tingkat pengetahuan
siswa. Menurut Model Pembelajaran
Sekolah John Carroll,
keefektifan pengajaran bergantung pada
waktu yang dibutuhkan (fungsi
kepandaian dan kemampuan siswa untuk
memahami pengajaran) dan waktu yang
benar-benar digunakan untuk belajar
(yang yang bergantung pada waktu yang
tersedia, kualitas pengajaran dan
ketekunan siswa).
221. Model QAIT ( quality [mutu],
appropriateness [ketepatan], incentive
[insentif], time [waktu]) Slavin tentang
pengalaran yang efektif mengidentifikasi
empat elemen yang berada dibawah
pengendalian langsung guru: kualitas
pengajar tingkat pengalaran yang tepat,
insentif, dan jumlah waktu. Model
tersebut berpendapat bahwa pengalaran
yang tidak mempunyai salah satu elemen
ini tidak akan efektif.
222. 1. Mutu Pengajaran: Sejauh
mana penyajian informasi atau
kemampuan membantu siswa
dengan mudah mempelajari
bahan. Mutu dari pengajaran
sebagian besar adalah produk
mutu kurikulum dan
penyajian pelajaran itu sendiri
223. Tingkat pengajaran, yang tepat :
sejauh mana guru memastikan
bahwa siswa sudah siap mempelajari
suatu pelajaran baru (maksudnya
mampunyai kemampuan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk
mempelajarinya) tetapi belum
memperoleh pelajaran tersebut.
Dengan kata lain tingkat pengajaran
tersebut sudah tepat apabila suatu
pelajaran tidak terlalu sulit maupun
tidak mudah bagi siswa
Insentif : sejauh mana guru
memastikan bahwa siswa
termotivasi untuk mengerjakan
tugas-tugas pengajaran dan untuk
mempelajari bahan yang sedang
disajikan.
Waktu : Sejauh Mana siswa diberi
cukup banyak waktu untuk
mempelajari bahan yang sedang
diajarkan
224. Agar pengajaran berlangsung
efektif, masing-masing keempat
unsur ini harus memadai. Tidak
peduli seberapa tinggi mutu
pengajaran, siswa tidak akan
mempelajari suatu pelajaran
kalua mereka tidak mempunyai
kemampuan atau informasi
sebelumnya yang diperlukan,
kalua mereka tidak mempunyai
motivasi, atau kalua mereka tidak
mempunyai waktu yang mereka
butuhkan untuk mempelajari
pelajaran tersebut.
Mutu pengajaran :
Bahan yang disajikan mudah
diterima siswa.
Menyajikan bahan dengan urutan
dan tertata dengan baik
Menghubungkan informasi baru
dengan apa yang sudah diketahui
oleh siswa
Guru melakukan pemantauan
seberapa baik siswa belajar dan
menyesuaikan kecepatan
pengajaran sehingga tidak
berlangsung terlalu cepat atau
lama
225. Tingkat pengajaran yang tepat
Siswa dating ke kelas dengan
tingkta pengetahuan sebelumnya,
kemampuan, motivasi
Keragaman ini mengahruskan
guru untuk menyediakan tingkat
pengajaran yang tepat
Guru harus memastikan bahwa
kalua mereka memberikan satu
pelajaran kepada seluruh kelas
tersebut
Beberapa siswa mungkin lebih
cepat memperoleh pelajaran dan
yang lain mungkin tidak mereka
mungkin membutuhkan banyak
waktu untuk memehami satu
mata pelajaran
Guru dapat memberikan bahan
kepada semua siswa yang tepat
bagi kebutuhan mereka masing-
masing dan membiarkan siswa
bekerja dengan kecepatan mereka
sendiri
226. Salah satu persoalan dalam dunia
pendidikan adalah bagaimana
menyesuaikan pembelajaran yang
sesuai dengan perbedaan siswa.
Ada beberapa strategi yang
ditawarkan untukmenakomodasi
perbedaan2 tersebut
Between class ability Grouping
Menempatkan siswa di kelas
berdasarkan kemampuan mereka.
Setiap tingkatan di sekolah dapat
dilakukan secara berbeda
Tujuannya adalah mengurangi
rentang tingkat kinerja siswa yang
harus diatasi guru sehingga
mereka dapat menyesuaikan
pengajaran dengan kebutuhan
kelompok yang ditentukan
227. Within class ability grouping
Pengelompokan dalam kelas
sesuai dengan kemampuan
Peer tutoring
Teman saling menuntun dan
saling memberi penjelasan
Adult tutoring
Siswa yang lebih dewasa
membing atau menuntun siswa
yang lebih mudah
228. Bantuan teknologi pendidikan
Memanfaatkan media dan
vasilitas lainnya untuk dapat
membantu siswa dapat belajar
secara baik
230. Proses MOTIVASI diarahkan untuk mencapai TUJUAN
TUJUAN yang ingin direalisasikan dipandang sebagai
POWER yang menarik individu.
Terdapat beberapa TEORI MOTIVASI dan hasil penelitian
yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara PRILAKU dan
HASILNYA.
238. A. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
1. Motivasi adl. Sesuatu yang paling mendasar yang
harus ada dalam proses belajar karena hasil belajar
akan optimal bila ada motivasi.
2. Motivasi selalu bertalian dengan suatu tujuan.
239. Fungsi Motivasi
1. Sbg. Pendorong untuk berbuat sesuatu dr. setiap aktifitas yang
dilakukan
2. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan
4. Pendorong usaha untuk mencapai prestasi
240. B. Bentuk Motivasi Di Sekolah
Motivasi anak berbeda2, motivasi tidak timbul tiba2, tapi
motivasi harus ditumbuhkan oleh Guru.
Cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa antara lain :
1. Memberi Angka
Guru dalam hal ini memerlukan unsur objektivitas dalam
memberi nilai, yang hendaknya angka tersebut mencerminkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
241. 2. Memberi hadiah
Hadiah akan sangat menarik siswa sebagai motivasi dalam
melakukan sesuatu pekerjaan.
Hadiah sebagai penguat terhadap motivasi belajar siswa
3. Kompetisi
Baik kompetensi individu maupun kelompok
digunakan untuk merangsang dan
menguatkan motivasi belajar. Individu = Juara
kelas, Kelompok = lomba2.
242. 4. Ego Invoivement
Adl. Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa agar
merasakan pentingnya tgs disekolah dan
menerimanya sbg suatu tentangnya sehingga siswa
berusaha bekerja keras mengerjakan tgs dengan harga
dirinya sbg. Jaminan.
243. 5. Memberi Pujian
Secara psikologi seseorang pasti akan lbh. Senang dipuji dari
pada di lecehkan.
Yang perlu diperhatikan kualitas pujian hendaknya layak
sesuai dengan prestasi bila berlebihan dapat membuat siswa
besar hati dan tidak termotivasi belajar.
244. TEORI MOTIVASI
1.Motivasi dan Penguat
Skiner dan ahli teori tingkah laku mengungkapkan tidak perlu
memisahkan antara teori belajar dan motivasi
Siswa yang tlh. Diberi penguatan untuk belajar (nilai, pujian) akan
termotivasi untuk belajar demikian juga siswa yang tlh. “dihukum”
dlm belajarnya, maka tdk lg termotivasi belajar.
2. Hadiah dan Penguatan
Tidak ada jaminan apakah hadiah akan menjadi penguat yg efektif
krn sbg penguat ditentukan oleh pribadi dan situasi.
Nilai penguat dr hadiah tergantung pada banyak faktor.
245. 3. Cognitive Dissonance
teori yang menerangkan tentang tingkah laku seseorang
dengan memberi alasan untuk menunjukkan bahwa
dirinya positif.
Teori ini berpegang bahwa orang akan marah/tdk senang
jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku
yang secara psikologi tidak konsisten untuk mengatasi
untuk mengatasi ketidak senangan ini mrk. Mengubah
tingkah lakunya dengan memberikan alasan yang kira2
masuk akal.
246. 4. Teori Atribusi
Mencari penjelasan dan mencoba untuk mengerti mengapa
seseorang memberikan alasan terutama jika seseorang
mengalami kegagalan/kesuksesan.
Orang mencoba untuk menyatakan bahwa dirinya positif/
mempunyai kesan positif dan akan mencari alasan untuk
menghindari kesan negatif.
Teori ini berfungsi bagaimana siswa menginterprestasikan
dan menggunakan umpan balik atas prestasi akademik
mereka dan menyarankan kepada guru bagaimana mrk hrs.
memberikan umpan balik yang dapat menimbulkan
motivasi yang sangat besar bgi siswa.
247. 5. Self Worth (menghargai dirinya sendiri)
Teori ini menggabungkan komponen motivasi dengan
persepsi yang menyebabkan sukses dan gagal.
Seorang individu blj dr persepsi masyarakat bahwa
seseorang dinilai karena prestasinya.
seseorang mempertahankan persepsi bahwa dia mempunyai
kemampuan yang positif. Jika seseorang gagal dalam
menjalankan tgs persepsi orang bahwa dia tidak mampu.
kegagalan menciptakan perasaan diri yang tidak berharga
dan menolak dirinya sendiri.
248. 6. Expectancy Theories Of Motivation
Hubungan antara kebutuhan dan tingkah laku adl individu
merespon terhadap kebutuhan yang muncul.
Individu sering dihadapkan pd bagaimana memilih respon
untuk berbagai kebutuhan
upaya memilih milih menurut jenisnya = teori harapan
Individu tdk hanya merespon kejadian yg tlh. Terjadi, tetapi
mrk merespon hal2 yang mungkin dan diharapkan akan
terjadi
249. 7. Teori Humanistik Untuk Motivasi
Teori belajar humanistik, menjelaskan bahwa proses belajar harus
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia
(proses humanisasi). Teori belajar humanistik lebih menekankan
bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi
baik kognitif, afektif dan psikomotorik.
250. Menurut Carl Ransom Rogers, yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya pendidik memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk
belajar. Peserta didik tidak harus belajar tentang hal-hal yang
tidak ada artinya.
2.Peserta didik akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi
dirinya.
3.Pengorganisasian bahan pembelajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi peserta
didik.
4.Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.
251. Menurut Teori Maslow, Orang dimotivasi oleh kebutuhan
atau ketegangan diciptakan oleh kebutuhan, untuk bergerak
menuju tujuan dimana mereka percaya akan membantu
memenuhi kebutuhan.
8. Motivasi Berprestasi
ada beberapa orang yang berambisi dan berkerja keras untuk
mencapai sukses.
254. 254
Gunakan metode instruksional yang bervariasi
Gunakan variasi media (transparansi,
videotape, dsb.nya) untuk melengkapi
perkuliahan
Bila tepat, gunakan humor dalam presentasi
Gunakan peristiwa nyata sebagai contoh untuk
memperjelas konsep
Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan
siswa
255. 255
Motif pribadi (McClelland)
Kebutuhan untuk berprestasi
(needs for achievement)
Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power)
Kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation)
Motif instrumental , bahwa keberhasilan dalam suatu tugas adalah
langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut
Nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan nilai yang
dianut oleh mahasiswa dan kelompok
256. 256
Sampaikan apa kemampuan siswa setelah mempelajari kuliah
tersebut, berarti perlu menjelaskan tujuan instruksional
Menjelaskan manfaat pengetahuan/ keterampilan yang akan
dipelajari yang bekaitan dengan pekerjaan lulusan nanti
Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan
dengan profesi tertentu
258. 258
Memperbanyak pengalaman berhasil siswa
(urutan materi dari mudah ke sukar)
Pembelajaran disusun dalam bagian yang lebih kecil
Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan
persyaratannya ( tujuan instruksional dan kriteria tes pada
awal kuliah)
Memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa
(adanya Kontrak)
Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa
Berikan umpan balik yang konstruktif
260. 260
Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang
informatif, bukan ancaman atau sejenisnya
Berikan kesempatan siswa segera mempraktekkan
pengetahuan yang dipelajarinya
Minta siswa membantu teman yang belum berhasil
menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan
Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di
masa lalu atau standar lain, bukan dengan siswa lain