SlideShare a Scribd company logo
Ansel Mones
STP ST. PETRUS KEUSKUPAN
ATAMBUA
SEMESTER IV
 Asal Kata
psikologi
psyche
Jiwa, nyawa,roh
(yg memberi
hidup)
logos
ilmu
 Bagaimana bisa Psikolgi bisa mempelajari tentang jiwa
sedangkan jiwa tidak bias dilihat, tidak bisa disentuh dan tidak
bias dirabah? Sedangkan psikolgi sebagai ilmu pengetahuan
menghendaki agar objeknya bisa diamati, dicatat dan diukur.
 Jiwa seseorang nampak dalam apa?
 Jiwa nampak dalam perbuatan dan tingkah laku dan perbuatan
manusia
 Karena itu psikologi adalah :
ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah
daripada psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan
mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin,
dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka.
Psikologi
Jiwa
 Atas dasar konsep diatas Psikologi Umum didefinisikan sebagai
studi tentang tingkah laku dan gejala-gejala kesadaran dari
manusia. Berpikir, Gejala pengindraan,ingatan dll.
Jika kita membaca buku-buku psikologi pendidikan kita akan
menemukan banyak jawaban yang berbeda tentang ruang
lingkup pembelajaran. Secara umum dalam pembahasan kita
tentang mata kuliah ini kita akan membahas secara khusus
tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang mengatur
tentang perubahan perilaku, pertumbuhan dan perkembangan
kognitif, evaluasi dan karakteristik lingkungan yang
mempengaruhi perubahan tingkah laku
 Mengenai belajar  teori belajar, ciri khas perilaku belajar untuk
peserta didik dan prinsip-prinsip di dalamnya
 Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan perbuatan
yang terjadi di dalam proses belajar mengajar peserta didik
 Mengenai situasi belajar, yaitu suasana dan kondisi lingkungan,
baik itu bersifat fisik maupun non fisik yang berkaitan dengan
belajar mengajar peserta didik
 Mendidik berarti membantu peserta didik agar mereka dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan
 Peserta didik merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
 Aspek psikologis tidak dapat diabaikan dalam proses
pendidikan.
 Pendidikan dilakanakan berdasarkan : landasan filosofis,
psikologis, sosio-kutural, & teknologi
Psikolologi
pendidikan
Pengembangan
kurikulum
Pengembangan
Prog peddkan
SISTEM
PEMBELAJRAN
SISTEM
EVALUASI
 Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang direncanakan
dan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
 Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek : (1) karakteristiik psikologis peserta didik; (2)
kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai
konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa.
 Penyusunan buku ajar didasarkan pada segi-segi psikologis peserta
didik.
 Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan
jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. tidak bisa lepas dari aspek
psikologis peserta didik;
 Penentuan jurusan atau program;
 Pengembangan program harus mengacu pada upaya
pengembangan kemampuan potensial peserta didik.
 Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
 Pemilihan model-model pembelajaran;
 Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran;
 Penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.
 Penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau teknik non tes);
 Penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta objektif atau
subjektif);
 Penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi;
 Secara historis studi ilmiah tentang belajar dilakukan oleh
psikolog.
 Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan
Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898).
 Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar
merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku
(Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull.
 Filsafat:
Objek studi dari para filosof adalah peranan pikiran individu
dalam mempersepsikan dunianya.
Aristoteles : belajar itu melalui asosiasi
Tiga hukum asosiasi : contiguity (pengalaman akan
terhubung satu sama lain bila kejadiannya sering bersama-sama
dengan yang lain), similarity – krn ada kesamaan maka, jika
mengingat satu hal maka akan mengingatkan pula pada hal
yang lain- dan law of contrast. – karena ada unsur berlawanan
maka ketika mengingat satu hal, akan teringat hal yang
berlawanan
 Mengetahui pokok permasalahan dan membuat keputusan
 Menguasai materi yang diajarkan dan sesuai dengan
karakteristik siswa
 Menguasai keterampilan mengajar
 Membuat riset dan menerapkan dalam proses pembelajaran
 Yang harus dimiliki seorang guru adalah :
 Pengetahuan/ketrampilan yang tidak dimiliki siswa
 Mengetahui pokok permasalahan yang diharapkan siswa untuk
diajarkan
 Mengkomunikasikan pengetahuan mereka kepada siswa
 Mengajar bukan sekedar transfer of
knowledge lebih dari itu adalah
memudahkan siswa untuk belajar
dengan baik. Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
 Menguasai banyak model/metode
pembelajran
 Mengetahui karakteristik siswa/ pengetahuan
prasyarat (entry behavior and prior
knowledge)
 Menyiapkan lingkungan yang aman dan
nyaman bagi siswa untuk belajar
 Mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi siswa dalam belajar
 Menilai hasil belajar
 Tujuan riset dlm psi
pddkan:menjelaskan
tentang:
 Faktor-faktor dalam
pembelajaran, hasilnya
adalah
Prinsip
Hukum
Teori
 Prinsip menjelaskan tentang hubungan antar faktor2, spt. Efek
sistem pemberian nilai alternatif terhadap motivasi siswa
 Hukum hanyalah prinsip yang telah diuji secara mendalam dan
ditemukan berlaku bagi berbagai jenis situasi
 Beberapa prinsip dan hukum yang terkait yang menjelaskan
aspek luas pembelajaran, perilaku atau bidang minat lainnya.
 Teori mempersatukan fakta dan prinsip
 Mempengaruhi kebijakan-kebijakan pendidikan
 Program-program pengembangan profesi
 Bahan-bahan pengajaran
 Perubahan metode dan model pembelajaran
TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN
Perkembanga
n Kognitif
Nature
Faktor Biologis
pendewasaan otak dan
tubuh, kemampuan
mengindera, belajar
bertindak dan
memotivasi
Nurture
Faktor
Lingkungan
semua lingkungan di
sekitar (lingkungan
keluarga, lingkungan
sekolah, dsb)
⌂ progres yang halus sebagai
perkembangan kemampuan
dan pengalaman
⌂ pentingnya faktor
lingkungan
⌂ progres anak melalui tahap-
tahap
⌂ perubahan terjadi tiba-tiba
⌂ Tidak mungkin melompati
tahapan
⌂ Sifat yang membedakan setiap
tahap : perubahan kualitatif
(qualitative change), luas
cakupannya (broad applicability),
transisi singkat (brief transitions),
adanya urutan stabil (invariant
sequence)
Continuous Discontinuous
Manusia mampu
mengkontruksi pengetahuan
mereka sendiri dalam
merespon pengalamannya.
Manusia dapat belajar banyak
hal secara mandiri tanpa
intervensi orang yang lebih
dewasa.
Manusia mempunyai motivasi
instrinsik untuk belajar dan
tidak memerlukan reward dari
orang dewasa untuk
memotivasi belajar mereka.
Asumsi
Piaget
SKEMA
ADAPTASI
Pola perilaku atau
berpikir yang
digunakan saat
berhadapan dengan
objek di dunia
proses menyesuaikan
skema dalam respon
terhadap lingkungan
yang terdiri dari
asimilasi dan
akomodasi
Tidak ada
gangguan
Asimilasi
Equilibrium
Adaptasi
proses
memahami
objek baru
atau kejadian
baru yang
dihubungkan
dengan
skema yang
sudah ada
Terjadi
keseimbanga
n antara
skema yang
telah
diketahui
dengan objek
baru atau
kejadian
baru
ada gangguan
Disequilibrium
Akomodasi
New
Equilibrium
Adaptasi
ketidakseimbang
an antara skema
yang telah
diketahui dengan
objek baru atau
kejadian baru
Proses
memodifikasi
skema yang
ada dengan
informasi atau
situasi baru
Proses
memperoleh
kembali
keseimbangan
antara pemahaman
yang ada dengan
pengalaman baru
CYCLIC
PROCESS
TAHAP PERKIRAA
N USIA
PENCAPAIAN UTAMA
Sensorimotor 0-2 tahun Mulai menggunakan imitasi, memori, dan pikiran
Mulai mengenali object permanence
Berawal dari aksi refleks ke kegiatan terarah pada
tujuan
Preoperational 2-7 tahun Mengembangkan bahasa dan kemampuan untuk
berpikir secara simbolik
Menggunakan one-way logic
Berpikir secara egocentrism dan centration
Concrete
Operational
7-11 tahun Menyelesaikan problem konkrit dengan cara yang
logis
Memahami hukum conservation dan menggunakan
klasifikasi serta seriation
Memahami reversibility
Formal
Operational
11 tahun-
Dewasa
Berpikir lebih ilmiah
Mampu menyelesaikan masalah abstrak melalui
percobaan yang sistematis
Mengembangkan perhatian tentang masalah sosial,
identitas.
PROBLEM SOLVING
MENINGKAT
EGOCENTRISM
MENURUN
Sensori
motor
Sub-Tahap1
Reflexes
Sub-Tahap2
Primary
Circular
Reaction
Sub-Tahap3
Secondary
Circular
Reaction
Sub-tahap 4
Coordinatory
of Secondary
Reaction
Subtahap 5
Tertiary
Circular
Reaction
Subtahap 6
Symbolic
Thought
Sensori
motor
Sub-Tahap1
Reflexes
Sub-Tahap2
Primary
Circular
Reaction
Sub-Tahap3
Secondary
Circular
Reaction
Sub-tahap 4
Coordinatory
of Secondary
Reaction
Subtahap 5
Tertiary
Circular
Reaction
Subtahap 6
Symbolic
Thought
 Membangun pengetahuan dengan REFLEKS :
MENGHISAP, MENGENGGAM, MENATAP, dsb.
 Belum ada usaha untuk menentukan lokasi
objek yang telah hilang dari pandangan
 Mengatur REFLEKSnya dengan primary circular
reaction (penerapan secara fokus pada tubuh)
 Masih belum ada usaha untuk menentukan
lokasi objek yang telah hilang dari pandangan
circular reaction : proses yang diawali
aksi lengkap yaitu perilaku tahap awal
yang diikuti hasil akhir yang menstimulus
untuk melakukan kembali aksi tersebut.
 Menginginkan perulangan aksi pada lingkungan yang
menimbulkan hasil yang menyenangkan/menarik
 Belum menyadari hubungan sebab akibat dari apa yang
dilakukan
 Mulai mencari objek jatuh yang terlihat atau yang terlihat
sebagian saja.
Secondary circular reaction adalah proses
circular reaction yang diterapkan si bayi
pada objek eksternal
 berangsur-angsur
memperoleh
pengetahuan
mengenai hubungan
sebab-akibat (goal-
directed behavior)
 Mampu memahami
“object permanence”,
yaitu kemampuan
untuk berpikir
mengenai fakta
bahwa objek itu ada
sekalipun sudah tidak
terlihat dalam
pandangan.
 Mencari objek yang
tersembunyi
menggunakan A-not-
Tertiary Circular Reaction
adalah circular reaction
yang menghasilkan kembali
fenomena baru, tetapi
dengan variasi dan
percobaan aktif yang
disengaja untuk
memperoleh kemungkinan
yang baru
• mengikuti visible displacement
(menyembunyikan barang dibalik
benda lain saat pada pandangan
penuh)
• berperan dalam trial-and-error
Symbolic Thought adalah
kemampuan untuk
menunjukkan dan berpikir
mengenai objek dan
kejadian secara internal,
kesatuan mental, atau
simbol.
• mampu membentuk representasi mental
yang disebut ”deffered imitation”
• dapat mengikuti invisible displacement, yaitu
proses menyembunyikan objek dibalik objek
lain saat pada pandangan penuh seseorang,
kemudian yang objek lain tersebut
dipindahkan.
Centration
Lemahnya
Conservation
 penalaran logika dan pemahaman
saat menghadapi situasi yang
familiar
 membentuk konsep, melihat
keterhubungan, dan menyelesaikan
masalah selama objek dan situasi
yang familiar
 Memahami operasi mental, seperti
penjumlahan, perkalian, dsb
 Banyak klasifikasi
 Dapat menalar, mengemukakan ide
 berpikir objektif
 mampu berpikir abstrak
 Membuat hipotesis
 mampu merumuskan dan menguji hipotesis
 memisahkan dan mengontrol variabel
 mampu metakognisi
Fokus pada proses berpikir anak, bukan hanya pada hasilnya.
Mengenali peran penting dari pengenalan sendiri oleh anak,
keterlibatan aktif anak dalam aktifitas pembelajaran.
Penekanan praktek pembelajaran yang ditujukan pada
susunan pemikiran anak menuju kedewasaan.
Menerima perbedaan kemajuan perkembangan setiap individu.
 Vygotsky memberikan pandangan tentang pentingnya faktor
sosial, bahasa dan orang lain dalam perkembangan anak.
 Perkembangan bahasa pertama anak di dalam hidupnya
dipercaya sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam
perkembangan kognitifnya.
 Yang mendasari teori Vygtsky adalah pengamatan bahwa
perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial,
yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi
dengan anak sejak anak itu lahir.
 Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan
memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak
hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut Vygotsky
sebagai Zone of Proximal Development (ZPD).
 Perkembangn kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang2
lain. Hal ini berbeda dengan piaget yng mengatakan kognisi
tergantung dari orang itu sendiri.
 Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan
mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan
pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
 Vygotsky membedakan proses mental menjadi 2, yaitu :
 Dasar / Elementary. Masa praverbal, yaitu selama anak belum
menguasai verbal, pada saat itu anak berhubungan dengan
lingkungan menggunakan bahasa tubuh.
 Lanjutan/ Higher. Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini,
anak akan berhubungan dengan lingkungan secara verbal.
 Vygotsky menggambarkan teorinya sebagai berikut :
 Level kemampuan actual (pemecahan masalah secara mandiri
 batas kemampuan potensial (pemecahan masalah di bantu oleh
teman /orang lain yang lebih ahli The zone of proximal
development
 Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Namun, bagi Vygotsky, bahasa
berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain.
 Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan
bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang
sembari menyelesaikan masalah.
 Vygotsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of
Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-
kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD merupakan
celah antara actual development dan potensial development.
 Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap :
 more dependence to others stage
 less dependence external assistance stage
 Internalization and automatization stage
 De-automatization stage
 Vigotsky percaya bhwa pembelajaran terjadi ketika anak2
bekerja dalam Zona perkembangan prosimal. Tugas dalam ZPD
ini blm dapat dikerjakan oleh anak sendiri tapi dapat dikerjakan
dengan bantuan teman atau orang yang lebih dewasa
 Vigotsky juga yakin bahwa mental anak akan berfungsi dengn
baik apabilah dia menjalin percakapan dan kerja sama dengan
orang lain
 Suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun
anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
 Dalam istilah teoritis, berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding
bagi anak selama melalui ZPD.
 Selain guru, orang dewasa lain dan teman sebaya dapat
memberikan bantuan scaffolding.
scaffolding
contingensy fading
Transfer of
responsibility
Mengubah secara
bertahap tingkat
bimbingan atau
dukungan oleh orang
terlatih kepada siswa
selama dlm rangkaian
pengajaran
Berdsrkan
tingkat
kemmpuan
Bantuan secara
bertahap
Pindah tj thdp
tgs kpd siswa
scr bertahap
 Karya Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama:
 intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide
baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang
mereka telah ketahui
 interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan
intelektual
 peran utama guru adalah bertindak sebagai orang yang
membantu dan sebagai mediator pembelajaran siswa
 Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan
pengetahuan yang dimiliki siswa.
 Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar.
 Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistic
dan relevan.
 Mengintegrasikan pembelajaran.
 Memanfaatkan berbagai media.
 Melibatkan siswa secara emosional dan social.
 Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya
yaitu:
 Menghendaki setting kelas kooperatif
 Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
scaffolding
Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan
berfikir dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak
untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya.
Ini proses awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya
sendiri dan selanjutnya dikemudian hari ia akan mampu
mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang
dimilikinya.
Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak
untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi.

 Jean Piaget
 Struktur dan kemampuan kognitif anak berkembang
mendahului kemampuan penalaran moral. Kemampuan
kognitif menentukan kemampuan anak2 bernalar tentang situasi
sosial
 Perkembangan moral anak berlangsung dalam tahap-tahap yang
dapat diprediksi.
•Moraltitas paksaan
•Tunduk kpd aturan yang diberlakukan oleh
orang-orang lain
•Hukuman diberikan secara otomatis apabila
tidak taat aturan
heteronom
•Didasarkan pada hubungan kerja sama dan
pengakuan bersama terhadapa kesetaraan
diantara individu2 yg otonom
•Aturan disepakati bersama, terbuka dan bisa
dinegosiasi ulang
•Hukumn dihat sebagai sestu yang
mempengaruhi manusia
otonom
 Secara umum ada tim partisipatoris (guru, orang tua, siswa
dan stakeholder), merancang pembangunan karakter (perilaku
yang diharapkan)dalam kurikulum secara keseluruhan
(instructional effect and naturant effect)
 Tingkat lokal pengajarn di kelas. Guru dapat melakukan analisis
kebutuhan dan mengenali kemampuan kognitif orang2 di
kelasnya dan memaksimalkan kemampuan tersebut dengan
melalui kegiatan pemecahan masalah. Guru harus bersedia
menciptakan konflik kognitif di ruang kelas
 Tingkat individu :manajemen konflik- menjelesaikan konfilik
tanpa kekerasan
 Masa anak-anak awal
Perkebangan kognitif berupa penguasaan bahasa
Perkembangan fisik berupa: kemampuan otot kecil (kegiatan motor
halus sperti: menganjing baju/ menutup resleting  kegiatan
ini membutuhkan kecekatan dan ketepatan) dan kemampuan
otot besar, (kegiatan motor kasar spti berjalan dan berlari)
perkembangan sosial emosional dan perilaku prososial
(tindakan yang memperlihatkan rasa hormat dan penuh dan
penuh perhatian thdp orang lain)
 Masa anak-anak pertengahan
Perkembangan kognitif meliputi: daya ingat dan kemampuan
metakognitif
Perkembangan fisik berupa: pertumbuhan fisik
Perkembangan sosioemosional berupa konsep diri, harga diri dan
hubungan dengan sebaya
 Masa remaja
Perkembangan kognitif berupa penalaran hipotesis dan dedukatif
Perkembangan fisik berupa pubertas
Perkembangan sosioemosional berupa pembentukan identitas,
tanggung jawab sosial dan keintiman
 Perkembangan fisik
Anak2 berubah relatif sedikit dalam ukuran tubuh selama SD.
Anak perempuan sedikit lebih pendek dan lebih ringan dari
anak laki2 hingga usia 9 tahun
 Kemamapuan kognitif (usia 5-7) proses pemikiran anak
mengalami perubahan, (ada perubahan dr preoperasional ke
operasi konkrit
 Perkembangan sosial
 Perkembangan sosial
Anak-anak lebih bersifat egosentris, dunia mereka adalah dunia
rumah dan keluarga
Konsep diri dan harga diri sudah mulai penting pada awal usia
sekolah
Peran teman sebaya juga sangat penting dalam membentuk
kepribadian mereka, mereka akan menyaring teman sebaya
yang dianggapnya nyaman untuk melakukan kegiatan bersama
 Selain itu keteladanan dari orang tua dan guru (orang yang lebih
dewasa) sangat dibutuhkan, dibutuhkan juga pendampingan
yang terus menerus agar mereka dapat melebur dalam
kehidupan sosial
 Perkembangan fisik  ditandai dengan masa pubertas
(serangkaian perubahan psikologis yang mengakibatkan
organisme yang tidak matang sanggup berproduksi
 Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat
berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya
sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum
dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum
dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan
perilaku sebagai hasil belajar.
 Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus
dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa
(respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
 Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik
adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika siswa diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat
belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan
positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas
dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas
belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif
(negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan
suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau
dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons.
 Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
 Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat
indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa
ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut
Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan
belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati,
atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati
PENGUATAN
STIMULUS PROSES
RESPON
PENGUATAN
 Thorndike mengaitkan perilaku dengan gerakan refleks tubuh,
lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kebanyakan perilaku
timbul karena sebagai tanggapan terhadap rangsangan dalam
lingkungan
 Hukum thorndike adalah
 Tindakan yang diikuti oleh efek yang menyenangkan lebih besar
kemungkinan diulangi dalam situasi yang sama, tindakan yang
diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan lebih kecil
kemungkinan diulangi
 Thorndike memperlihatkan bahwa konsekuensi perilaku
seseorang saat ini memainkan peran yang sangat penting dalam
menentukan perilaku seseorang pada masa mendatang
 Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika suatu respon yang
diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar
dan ia mengetahuinya maka kepuasan akan tercapai dan
asosiasi akan diperkuat
 Misalnya. Seorang siswa diminta untuk menyelesaikan soal
matematika setelah ia kerjakan ternyata jawabannya benar dan
ia merasa senang/puas, dan akibatnya antara soal dan jawaban
itu akan kuat tersimpan dalam ingatannya (bisa juga dengan
trial and error)
 J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang
datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain,
walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu
diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-
perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua
itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau
belum karena tidak dapat diamati.
 Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika
atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur.
Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan
dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal
terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.
 Ivan Pavlov (rusia Pengkondisian Klasik
Dalam pengkondisian klasik, rangsangan netral (seperti lonceng)
yang pertama-tama sama sekali tidak mendorong tanggapan,
akhirnya dipasangkan dengan suatu rangsangan tanpa
pengkondisian (seperti daging) dan memperoleh kekuatan
rangsangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan tanggapan
(seperti pengeluaran air liur)
 Ivan Pavlov (rusia Pengkondisian Klasik adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing
Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov
menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu
harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan
pengkondisian tertentu.
bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada
manusia untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada
kegiatan belajar manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya
membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara reflektif,
proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar
dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan
untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap
pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk
melatih kebiasaan positif peserta didik.
Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam
merubah perilaku yang bersifat maladaptif dan merubahnya menjadi
perilaku yang adaptif. Misalnya rasa takut terhadap pelajaran
matematika diubah menjadi rasa senang dengan pelajaran
matematika. Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang
sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Metode behaviorisme pengondisian klasik ini sangat
cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya.
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
 Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)
 Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak
diperbincangkan, konsep-konsep yang dikemukakan oleh
Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep
lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu
menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat
menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih
komprehensif.
 Pengkondisian operan adalah penguatan yang langsung dari
sebuah respon. Penguatan akan meningkatkan kemungkinan
dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi.
 Disebut pengkondisian operan karena organisme beriperasi
dalam suatu lingkungan untuk meghasillkan suatu efek yang
spesifik
 Pengkondisian operan/lanjutan dapat mengubah frekuensi dari
respon atau kemungkinan suatu respon akan terjadi. Penguatan
tidak menybebakan terjadinya suatu perilaku, namun dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat
terulang lagi
 Peran Konsekuensi
Suatu perilaku akan beruba sesuai dengan konsekuensi
langsungnya. Konsekuensi yang menyenangkan memperkuat
perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenagkan
memperlemah perilaku tersebut untuk diulang.
 Tindakan penguatan
 Konsekuensi yang yang menyenangkan yang mempertahankan
atau meningkatkan perilaku tertentu.
Penguatan positif dan penguatan negatif
 a. Penguatan positif adalah stimulus yang pemberiannya
terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan
semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.
 Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar
apabila pemberian penguatan digunakan secara selektif.
 Memberi motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran.
 Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa
yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar produktif
 Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri
sendiri dalam pengalaman belajar.
 Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen
(berbeda) dalam pengambilan inisiatif yang bebas
 B. Penguatan negatif adalah
 stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior
menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat.
 Misalnya orang tua akan membebaskan anaknya memcuci
piring kalau siswa tersebut menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
(apabila pekerjaan mencuci piring dilihat sebagai tugas yang
tidak menyenangkan), pembebasan dari pekerjaan tersebut akan
memberi penguatan untuk selalau menyelesaikan pekerjaan
rumahnya
 Penguatan intrinsik dan ekstrinsik
 Penguatan yang didasarkan pada hobi dan tidak berdasarkan
imbalan dari pihak luar (penguatan intrinsik)
 Sedangkan penguatan ekstrinsik adalah melakukan suatu
kegiatan karena berpengaruh/tertarik dengan kegiatan yang
dilakukan oleh orang lain (motivasi)
 Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan
pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku
tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu
dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
 Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu
atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak,
pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara
ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-
unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini
hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di
Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan
pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok
bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah-Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan
perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan
reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan
 Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan
akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh murid.
 Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang
ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa
atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau
kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas
diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang
sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau siswa adalah obyek
yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
 A. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
 Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar
behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar
behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perseptual.
 Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta
pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan
perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari
suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi- bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang
kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan
kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya.
 Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi
antara lain mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif
yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran
seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya.
 Asumsinya adalah belajar disebabkan oleh kemampuan
menafsirkan peristiwa yang terjadi di lingkungan
 Lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
 Dari aspek kognitif  bagaimana cara memperoleh pemahaman
tentang diri dan lingkungan, bagaimana berbuat
 Dari aspek psikologis  hubugan antara orang dengan
lingkungan psikologisnya tingkah laku tidak berpengaruh oleh
factor luar, tetapi bagaimana proses informasi dalam diri
seseorang
 Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak
dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-tahap perkembangan”
yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer oleh
Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar oleh
Gagne, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci
beberapa pandangan mereka.
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar
kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka
makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya.
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan
menyebabkan adanya perubahan- perubahan kualitatif di dalam
struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif
sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Collin, dkk (2012)
menggambarkan pemikiran Piaget sebagai berikut:
Proses perkembangan
kognitif anak sangat
berbeda dari orang
dewasa
Anak-anak berubah melalui
empat tahap perkembangan
secara otonom dan mandiri
Tujuan akhir dari
pendidikan adalah
menciptakan manusia
yang dapat membuat
sesuatu yang baru
Guru harus memberikan
tugas yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak
dan memelihara kemandirian
berpikir dan kreativitas
 Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada
umumnya akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka
ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu
fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila
seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru,
keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus
melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
 Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara
simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur
kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses
perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan
kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman
baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok
dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini
disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang
sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi
yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
 Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang
mengalami konflik kognitif atau suatu ketidakimbangan antara
apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau
dialaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi strutur
kognitif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika
mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi
(penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses
pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
 Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif
ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip
pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi
proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah
dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah
yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal
pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak
tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip-
prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.
 Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah
pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam
dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses
penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar
dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah
yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan
kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur
(disorganized). Hal ini misalnya tampak pada caranya berbicara
yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan
sebagainya. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat
keseimbangan di dalam struktur kognitif.
 Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asimilasi dan akomodasi
mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif
merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget,
proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini
bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan
tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di
luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu;
 Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat yaitu;
 1. Sensorimotor
 2. Preoperasional
 3. Operasional Konkrit dan
 4. operasional Formal
 Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor
tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh
seorang anak pada tahap preoperasiaonal, dan akan berbeda pula
dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional
konkrit, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap
operasional formal.
 Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif
seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merancang
dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-
tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak
akan ada maknanya bagi siswa.
Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya
dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan
kognitif manusia sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan
dalam menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis.
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendir atau pada orang lain melalui kata-kata atau
lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan
dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang
tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa
merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami
konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan
untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih
tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan
dalam berbagai situasi.
 Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan
teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner
menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
 Menurut Bruner perkembangan kognitif
seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat
lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan
symbolic.
 Tahap enaktif, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upayanya
untuk memahami lingkungan
sekitarnya. Artinya, dalam memahami
dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik. Misalnya,
melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dan sebagainya.
Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-
obyek atau dunianya melalui gambar-
gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan (komparasi).
 Tahap simbolik, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan
logika.
 Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-
simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem
simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu, tidak
berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar.
 Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan
menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum)
Menyesuaikan materi ajar dengan kemampuan kognitif peserta didik.
 Kurikulum Spiral dilihat sebagai sala satu cara untuk
mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara
mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan meteri secara
umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang
sama dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari
umum ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral
merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan
tahap perkembangan kognitif orang yang belajar.
 Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam
Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan
pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang
berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan
menempatkan contoh- contoh (obyek-obyek atau peristiwa-
peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria
tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah
ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah
sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori
baru. Jadi merupakan tindakan penemuan konsep
 Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua
komponen yaitu; 1) tindakan pembentukan konsep, dan 2)
tindakan pemahaman konsep. Artinya, langkah pertama adalah
pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep.
Perbedaan antara keduanya adalah:
1. Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategori ini
berbeda.
2. Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama.
3. Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda.
Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan
seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui
semua unsur dari konsep itu, meliputi;
1. Nama.
2. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif.
3. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak.
4. Rentangan karakteristik
5. Kaidah.
 Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di
sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan
kemampuan analisis, kurang mengembang-kan kemampuan
berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi
mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan
sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang
dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
 Brunner meyakini bahwa proses belajar akan berjalan dengan
optimal apabila siswa diberikan kesempatan untuk
mengungkapkan konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
sehari-hari. Sebagaimana bagan di atas, Brunner meyakini
bahwa perkembangan bahasa memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan kognitif anak. Pemikiran
Bruner (Collin, 2012) yang digambarkan sebagai berikut:
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak
menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar
demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang
dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada
dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur
pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit
konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada
konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru
merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa. Yang paling awal mengemukakan konsepsi ini adalah
Ausubel.
 Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan
seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa
pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak
membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkrit.
Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang
diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan
perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya
mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke
khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai
subsumptive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi
siswa.
 Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel
merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di
dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers
sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan
kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep
dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan
materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata
dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya
dengan materi yang telah dipelajarinya.
 Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang
dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkanlah oleh para
pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut
dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi
untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-
pisah, atau sebagai tempat untuk mengkaitkan pengetahuan baru.
 Skemata memiliki fungsi ganda, yaitu:
1. Sebagai skema yang menggambarkan atau
merepresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli
dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam
skemata yang dimilikinya.
2. Sebagai kerangka atau tempat untuk mengkaitkan atau
mencantolkan pengetahuan baru.
Skemata memiliki fungsi asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi
untuk mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam hirarkhi
pengetahuan, yang secara progresif lebih rinci dan spesifik dalam
struktur kognitif seseorang. Inilah proses belajar yang paling dasar
yaitu mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam skemata yang
tersusun secara hirarkis. Struktur kognitif yang dimiliki individu
menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebermaknaan dari
perolehan pengetahuan baru.
 Dengan kata lain, skemata yang telah dimiliki oleh seseorang
menjadi penentu utama terhadap pengetahuan apa yang akan
dipelajari oleh orang tersebut. Oleh sebab itu maka diperlukan
adanya upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran
serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan
proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif
orang yang belajar.
Mendasarkan pada konsepsi di atas, Mayer (dalam Degeng,
1993) menggunakan pengurutan asimilatif untuk mengorganisasi
pembelajaran, yaitu mulai dengan menyajikan informasi-informasi
yang sangat umum dan inklusif menuju ke informasi-informasi
yang hkusus dan spesifik. Penyajian informasi pada tingkat
umum dapat berperan sebagai kerangka isi bagi informasi-
informasi yang lebih rinci.
 Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa skemata
dapat dimodifikasi oleh pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga menghasilkan makna baru. Anderson (1980) dan
Tennyson (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang telah
dimiliki individu selanjutnya berfungsi sebagai dasar
pengetahuan bagi masing-masing individu. Semakin besar
jumlah dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang, makin besar
pula peluang yang dimiliki untuk memilih. Demikian pula,
semakin baik cara penataan pengetahuan di dalam dasar
pengetahuan, makin mudah pengetahuan tersebut ditelusuri
dan dimunculkan kembali pada saat diperlukan.
 Hierarki Belajar menurut Gagne (1916-2002)
Menurut Gagne , belajar konsep merupakan suatu bagian dari
suatu hierarki belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat belajar
bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Hierarki belajar
Gagne disajikan pada tabel berikut:
 Belajar tanda sinyal  pengkondisian klasik
 Belajar Stimulus Respon  pengkondisian operan
 Belajar merangkai TL koneksi S-R
 Belajar Asosiasi Verbal Rantai verbal, tentang memberi nama
obyek dan koneksi kata menjadi urutan verbal
 Belajar diskriminasi  Menhghasilkan respon yang berbeda2
dari stimulus yang mirip
 Belajar Konsep  membuat konsep yang sama pada stimulus-
stimulus
 Konsep terdefenisi menggunakan konsep yg telah dipelajari
 Aturan  Memberikan respon pada satu kelas stimulus dengan
satu kelas penampilan
 Belajar memecahkan masalah
 . Hasil Belajar menurut Gagne
 Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di
antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat
psikomotorik. Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat
diamati sebagai hasil belajar disebut dengan kemampuan. Ada lima
kemampuan yang ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu
pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena
kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan
manusida dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh
berbagai kemampuan itu berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut
yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi
verbal, dan keterampilan motorik.
1. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya dengan penggunaan simbol-simbol atau
gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini
sudah dimulai sejak tingkat pertama sekolah dasar (sekolah taman
kanak-kanak) dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan
kemampuan intelektual seseorang.
 Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan
intelektual yang dipelajari oleh seseorang. Keterampilan
intelektual ini untuk bidang studi apapun dapat digolongkan
berdasarkan kompleksitasnya. Belajar mempengaruhi
perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang
disarankan Gagne. Untuk memecahkan masalah, siswa
memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan- aturan
kompleks. Demikian pula diperlukan aturan dan konsep yang
terdefinisi. Untuk memperoleh atuan-aturan ini, siswa sudah
harus belajar beberapa konsep konkret dan untuk mempelajari
konsep-konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi.
 Strategi kognitif
 Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai
kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai
strategi kognitif. Strategi kognitif dikelompokkan sesuai dengan
fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh
Weinstein dan Mayer adalah sebagai berikut:
 a. Strategi menghafal. Siswa melakukan latihan mereka sendiri
tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling
sederhana, seperti mengulangi nama-nama dalam suatu urutan
(nama pahlawan, tahun pecahnya perang dunia, dan lain-lain).
 b. Strategi elaborasi. Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan
dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia.
 c. Strategi pengaturan. Menyusun materi yang akan dipelajari ke
dalam suatu kerangka teratur merupakan teknik dasar strategi ini.
 d. Strategi metakognitif. Meliputi kemampuan siswa untuk
menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian
tujuan itu, dan memilih alternatif- alternatif untuk mencapai tujuan
itu.
 e. Strategi afektif. Teknik ini digunakan para siswa untuk
memusatkan dan mempertahankan perhatian untuk mengendalikan
kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
 3. Sikap
 Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-
kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang
penting ialah sikap kita terhadap orang lain. Oleh karena itu,
Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa
memperoleh sikap-sikap sosial tersebut.
 4. Informasi verbal
 Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal. Menurut
teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan
proposisi-proposisi. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil
belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang,
dari membaca, radio, televisi dan media lainnya.
 5. Keterampilan motorik
 Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik,
melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan
keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis,
memainkan sebuah instrumen musik, atau dalam pelajaran
sains menggunakan berbagai macam alat seperti mikroskop,
alat-alat listrik, dan lain sebagainya.
 Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan siswa.
Meskipun proses perkembangan siswa mengikuti urutan yang
sama, namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses
perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran,
perbedaan kecepatan perkembangan mempengaruhi
kecepatan belajar siswa, oleh sebab itu interaksi dalam bentuk
diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi
tanda bagi perkembangan penalaran siswa. Perlu disadari
bahwa penalaran bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara
langsung, namun perkembangannya dapat disimulasikan.
 Piaget memberikan penekanan bahwa setiap tahap
perkembangan memberikan kesempatan pada siswa untuk
belajar lebih baik. Menurut piaget, anak bukanlah orang dewasa
mini, anak tidak mengetahui sebanyak apa yang diketahui oleh
orang dewasa, akan tetapi anak melihat dunia dengan cara
yang berbeda dan berinteraksi secara berbeda pula.
 Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu
aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan informasi,
reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah
banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik (siswa dilihat sebagai mesin), sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
 Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna
bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses
berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahap-tahap tertentu.
 Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat
belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda
kongkrit.
 Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat
dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka
proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
 Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur
kognitif yang telah dimiliki si belajar.
 Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari
sederhana ke kompleks.
 Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar
menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan
dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
 Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu
diperhatiakan, karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan
sebagainya.
 Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
 Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan
kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung
satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran
struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta
yang terlepas-lepas.
 Pemberian makna terhadap obyek dan pengalaman oleh
individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh
siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang
unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar
kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus
diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses
gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan
lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi
belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar
seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
Menurut pandangan konstruktivistik,
belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh
si belajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari.
Peranan siswa
Guru memang dapat dan harus
mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang
optimal bagi terjadinya belajar. Namun
yang akhirnya paling menentukan
terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain,
dapat dikatakan bahwa hakekatnya
kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa.
Peranan siswa
Paradigma konstruktivistik
memandang siswa sebagai pribadi yang
sudah memiliki kemampuan awal
sebelum mempelajari sesuatu.
Kamampuan awal tersebut akan
menjadi dasar dalam mengkonstruksi
pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu
meskipun kemampuan awal tersebut
masih sangat sederhana atau tidak
sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar
pembelajaran dan pembimbingan.
Peranan Siswa…..
 Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam
belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu- satunya
cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya.
Peranan Guru
 Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah
pengendalian yang meliputi;
1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan
kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan
bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan siswa.
3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan
kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal
untuk berlatih.
Peranan Guru……
 Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama
dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti
bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya
tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa
akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan
masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu
mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.
Sarana …..
 Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan
interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta
aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal
ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi
belajar konstruktivistik.
Evaluasi Belajar
 Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada
pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan
menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya.
Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana
seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya,
struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk
menginterpretasikan obyek dan peristiwa-peristiwa.
Evaluasi Belajar
 Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah
instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, obyek,
dan pandangan terhadap dunia nyata, di mana interpretasi
tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara
individual.
 Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan
dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya,
hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka
sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru
dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman
representasi fungsi konseptual dunia eksternal. Jika hasil
belajar dikonstruksi secara individual
 Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada
tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang
menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi seperti
tingkat “penemuan”
Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
 Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang di
pelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar kontruktinvistik
atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur
merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada
bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam
suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen
(ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal
 Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang
lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang
dihadapinya
 Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang
berpijak pada teori behavioristik, banyak didominasi oleh guru.
Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dengan
harapan siswa dapat memahaminya dan memberikan respon
sesuai dengan materi yang diceramahkan. Dalam pembelajaran,
guru banyak menggantungkan pada buku teks. Materi yang
disampaikan sesuai dengan urutan isi buku teks.
 pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi
dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan
menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan
membentuk struktur kognitif baru. Pendekatan konstruktivistik
lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak melihat
pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat
diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan
cara menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku imitasi), melainkan
pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan
ditunjukkannya.
 Pada pembelajaran konstruktivistik, siswa yang diharapkan
memiliki peran optimal. Selain itu siswa juga diharapkan untuk
dapat berkolaborasi dengan orang lain untuk mencapai
kemampuan yang optimal. Menurut Vygotsky sebagai salah
satu tokoh penghusung teori ini, Perubahan mental anak
tergantung pada proses sosialnya yaitu bagaimana anak
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial
yang menguntungkan anak adalah orang-orang dewasa atau
anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang
segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan anak yang sedang
belajar.
 Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih
abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian
psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi
yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
 Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan,
serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar
dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman
tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang
selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
 Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia
yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar, secara optimal.
 Ada 4 tahap
 1. Tahap pengalaman konkrit
 Pada tahap paling awal dalam
peristiwa belajar adalah seseorang
mampu atau dapat mengalami
suatu peristiwa atau suatu
kejadian sebagaimana adanya. Ia
dapat melihat dan merasakannya,
dapat menceriterakan peristiwa
tersebut sesuai dengan apa yang
dialaminya.
 Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari
peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut
apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan
bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami
mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu.
Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada
tahap paling awal dalam proses belajar.
 Tahap pengamatan aktif dan reflektif
 Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang
makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara
aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya
untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia
melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu
bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi.
Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin
berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki
seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.
 Tahap konseptualisasi
 Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah
mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu
yang menjadi obyek perhatiannya. Berfikir induktif banyak
dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau
generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya.
Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-
beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang
dapat dijadikan dasar aturan bersama.
 Tahap eksperimentasi aktif.
 Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah
melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini
seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,
teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir
deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan
menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak
lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia
mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia
jumpai sebelumnya.
 Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang).
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar
yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun
lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat
dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi
tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1) belajar teknis ( technical
learning), 2) belajar praktis ( practical learning), dan 3) belajar
emansipatoris (emancipatory learning).
 1. Belajar Teknis ( technical learning)
 Yang dimaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara
benar. Pengetahuan dan ketarampilan apa yang dibutuhkan
dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan
mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh sebab
itu, ilmu-ilmu alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar
teknis.
 Belajar Praktis ( practical learning)
 Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-
orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih
mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama
manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan
dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antrophologi, dan
semacamnya, amat diperlukan. Oleh sebab itu, interaksi yang
benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya
akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan
manusia.
 Belajar Emansipatoris (emancipatory learning).
 Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang
mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam
lingkungan sosialnya. Pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap
sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi
kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.
 Bloom menekankan perhatiannya pada apa yang
mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar),
setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan
belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga
kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi
Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil
memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan
dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek
pembelajaran.
 Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah
membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan
tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan
rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada
taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan
dapat merancang program-program pembelajarannya.
Setidaknya di Indonesia, taksonomi Bloom ini telah
banyak dikenal dan paling populer di lingkungan
pendidikan.
DOMAIN KOGNITIF
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2. Pemahaman (menginterpretasik an)
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk
memecahkan masalah)
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5. Sintesis (menggabungkan bagian-
bagian kosep menjadi suatu konsep
utuh)
6. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai,
ide. metode, dsb.)
DOMAIN AFEKTIF
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan
konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak
dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan
beberapa gerakan sekaligus dengan
benar).
5) Naturalisasi (melakukan gerak
secara wajar)
DOMAIN PSIKOMOTOR
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar
akan adanya sesuatu)
2) Merespon (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai- nilai,
setia kepada nilai-nilai tertentu)
4) Pengorganisasian(menghubung-
hubungkan nilai-nilai yang
dipercayainya)
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai
sebagai bagian dari pola hidupnya
KOMPETENSI
Nilai dan Sikap
(Affective)
Kemampuan
Berpikir
(Cognitive)
Keterampilan
(Psychomotor)
C6 Kreasi
(creation)
C5 Evaluasi
(evaluation)
C4 Analisis
(analysis)
C3 Penerapan
(application)
C2 Pemahaman
(comprehension)
C1 Ingatan
(knowledge)
A5 Menjadikan pola
hidup
(characterization)
A4 Mengatur diri (organization)
A3 Menghargai (valuing)
A2 Menanggapi
(responding)
A1 Menerima (receiving)
P5 Naturalisasi
(naturalization)
P4 Perangkaian
(articulation)
P3 Ketepatan
(precision)
P2 Penggunaan
(manipulation)
P1 Peniruan
(imitation)
 Teori pembelajaran kognitif berbicara lebih jauh tentang
pengolahan, penyimpanan dan penarikan kembali pengetahuan
dalam pikiran
 Ada begitu banyak informasi yang terus menerus memasuki
pikiran kita melalui indera, kebanyakan informasi ini hampir
langsung di buang dan kita mungkin bahkan tidak perna
menyadari banyak di antaranya. Sebagian ditahan dalam
ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian
dilupakan. Sebagaian informasi dipertahankan jauh lebih lama,
barangkali sepanjang hidup kita
Informasi yang diingat harus terlebih dahulu menjengkau indera
seseorang, kemudian diberi perhatian dan dipindahkan rekaman
indera ke daya ingat jangka pendek, kemudian diolah sekali lagi
untuk dipindahkan ke daya ingat jangka panjang
Komponen pertama, system daya
ingat yang ditemui informasi yang
sedang masuk adalah rekaman
indera (Sensory Register. Rekaman
indera akan menerima informasi
dalam jumlah besar dari masing-
masing indera (penglihatan,
Pendengaran, sentuhan,
Penciuman, rasa) dan
menahannya dalam waktu yang
sangat singkat
persepsi
perhatian
Memperoleh
perhatian
Indera menerima
rangsangan , pikiran
mulai bekerja
 STM adalah system penyimpanan yang dapat menahan
informasi dalam jumlah terbatas selamaselama beberapa detik.
Ini adalah bagian daya ingat yang menjadi tempat penyimpanan
informasi yang saat ini sedang dipikirkan. Pikiran-pikiran yang
kita sadari dimiliki pada saat tertentu ditahan dalam daya ingat
jangka pendek. Ketika kita berhenti memikirkan sesuatu, hal ini
menghilang dari daya ingat jangka pendek. Daya ingat ini
adalah tempat mengolah informasi, mengorganisasikannya
untuk disimpan atau dibuang, dan menghubungkan dengan
informasi lain
 Cara untuk menahan informasi dalam daya ingat jangka pendek
adalah memikirkannya atau mengatakannya berulang-ulang
kali. Pengulangan berperan sangat penting dalam pelajaran
karena makin lama sesuatu bertahan dalam daya ingat jangka
pendek, makin besar kemungkinan hal itu akan dipindahkan ke
daya ingat jangka panjang.
 Guru hrs menyediakan waktu untuk untuk melakukan
pengulangan selama pelajaran di ruang kelas.
STM memiliki kapasitas lima hingga
Sembilan potong informasi.
Maksudnya kita hanya dapat
memikirkan hanya lima hingga
Sembilan hal yang berbeda setiap
saat. Namun setiap potongan dapat
berisi banyak informasi misalnya,
Daftar nama orang dalam kitab suci.
Daftar nama tersebut akan mudah
diingat jika diorganisasikan
berdasakan pola yang sudah dkenal.
 Semua orang berbeda dalam kapasitas
daya ingat. Salah satu factor yang
berpengaruh dalam meningkatkan daya
ingat adalah latar belakang pengetahuan,
makin banyak mengetahui tetang sesuatu
makin banyak pula orang tersebut
sanggup mengorganisasikan dan
menyerap informasi baru
 LTM adalah bagian system daya ingat yang menjadi
tempat penyimpanan informasi dalam kurun waktu
lama. Daya ingat jangka panjang dianggap sebagai
suatu penyimpanan yang berkapasitas sangat besar dan
berdaya ingat jangka panjang, bahkan banyak ahli teori
percaya bahwa kita mungkin saja tidak pernah
melupakan informasi dalam daya ingat jangka panjang;
sebaliknya kita dapat saja kehilangan kemampuan
meneukan informasi dalam ingatan kita.
 Daya ingat episodic
Berisi citra pengalaman yang
diorganisasikan berdasarkan
kapan dan di mana pengalaman
tersebut terjadi. Daya ingat ini
sangat erat kaitan dengan ruang
dan waktu. Sulit diingat kembali
karena begitu banyak peristiwa
yang dialami oleh manusia
 Daya ingat semantic
Adalah daya ingat jangka panjang
yang menyimpan fakta dan
pengetahuan umum. Daya ingat
tersebut diorganisasikan secara mental
dalam jaringan gagasan2 yang saling
tersambung atau berhubungan
(Skemata)
Daya ingat procedural
 Kemampuan mengingat
kembali bagaimana melakukan
sesuatu, khususnya tugas fisik,
daya ingat ini tampak
disimpan dalam serangkaian
pasangan rasangan-tanggapan
 Pengetahuan awal /
pengalaman awalnya (prior
knowledge/entry behaviour
 Pengalaman siswa saat
mengikuti proses
pembelajaran, penerapan
strategi tertentu
 Gangguan ….
Ganguan (interferences) terjadi
ketika informasi bercampur baur
atau disingkit oleh informasi lain.
Salah satu bentuk ganguan terjadi
orang dicegah secara mental
mengulangi informasi yang baru
dipelajari.
HAMBATAN RETROAKTIF
 Ganguan ini terjadi ketika
informasi yang dipelajari
sebelumnya hilang hilang karena
infrmasi tersebut tercampur
dengan informasi baru dan agak
mirip. Misalnya membedakan
huruf b, d, p, q
 Ada dua acara untuk membantu
mengurangi hambatan retroaktif
bagi siswa yang pertama adalah:
tidak mengajarkan konsep yang
mirip atau membingungkan
dalam waktu yang berdekatan
 Kedua, menggunakan metode
yang berbeda untuk mengajarkan
konsep yang mirip
HAMBATAN PROAKTIF
 Hambatan ini terjadi apabila
pembelajaran tentang suatu
informasi menganggu
pembelajaran tentang informasi
berikutnya
Guru harus tahu cara menyesuaikan
pengajaran dengan tingkat pengetahuan
siswa. Menurut Model Pembelajaran
Sekolah John Carroll,
keefektifan pengajaran bergantung pada
waktu yang dibutuhkan (fungsi
kepandaian dan kemampuan siswa untuk
memahami pengajaran) dan waktu yang
benar-benar digunakan untuk belajar
(yang yang bergantung pada waktu yang
tersedia, kualitas pengajaran dan
ketekunan siswa).
Model QAIT ( quality [mutu],
appropriateness [ketepatan], incentive
[insentif], time [waktu]) Slavin tentang
pengalaran yang efektif mengidentifikasi
empat elemen yang berada dibawah
pengendalian langsung guru: kualitas
pengajar tingkat pengalaran yang tepat,
insentif, dan jumlah waktu. Model
tersebut berpendapat bahwa pengalaran
yang tidak mempunyai salah satu elemen
ini tidak akan efektif.
1. Mutu Pengajaran: Sejauh
mana penyajian informasi atau
kemampuan membantu siswa
dengan mudah mempelajari
bahan. Mutu dari pengajaran
sebagian besar adalah produk
mutu kurikulum dan
penyajian pelajaran itu sendiri
Tingkat pengajaran, yang tepat :
sejauh mana guru memastikan
bahwa siswa sudah siap mempelajari
suatu pelajaran baru (maksudnya
mampunyai kemampuan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk
mempelajarinya) tetapi belum
memperoleh pelajaran tersebut.
Dengan kata lain tingkat pengajaran
tersebut sudah tepat apabila suatu
pelajaran tidak terlalu sulit maupun
tidak mudah bagi siswa
Insentif : sejauh mana guru
memastikan bahwa siswa
termotivasi untuk mengerjakan
tugas-tugas pengajaran dan untuk
mempelajari bahan yang sedang
disajikan.
Waktu : Sejauh Mana siswa diberi
cukup banyak waktu untuk
mempelajari bahan yang sedang
diajarkan
 Agar pengajaran berlangsung
efektif, masing-masing keempat
unsur ini harus memadai. Tidak
peduli seberapa tinggi mutu
pengajaran, siswa tidak akan
mempelajari suatu pelajaran
kalua mereka tidak mempunyai
kemampuan atau informasi
sebelumnya yang diperlukan,
kalua mereka tidak mempunyai
motivasi, atau kalua mereka tidak
mempunyai waktu yang mereka
butuhkan untuk mempelajari
pelajaran tersebut.
 Mutu pengajaran :
 Bahan yang disajikan mudah
diterima siswa.
 Menyajikan bahan dengan urutan
dan tertata dengan baik
 Menghubungkan informasi baru
dengan apa yang sudah diketahui
oleh siswa
 Guru melakukan pemantauan
seberapa baik siswa belajar dan
menyesuaikan kecepatan
pengajaran sehingga tidak
berlangsung terlalu cepat atau
lama
 Tingkat pengajaran yang tepat
 Siswa dating ke kelas dengan
tingkta pengetahuan sebelumnya,
kemampuan, motivasi
 Keragaman ini mengahruskan
guru untuk menyediakan tingkat
pengajaran yang tepat
 Guru harus memastikan bahwa
kalua mereka memberikan satu
pelajaran kepada seluruh kelas
tersebut
 Beberapa siswa mungkin lebih
cepat memperoleh pelajaran dan
yang lain mungkin tidak mereka
mungkin membutuhkan banyak
waktu untuk memehami satu
mata pelajaran
 Guru dapat memberikan bahan
kepada semua siswa yang tepat
bagi kebutuhan mereka masing-
masing dan membiarkan siswa
bekerja dengan kecepatan mereka
sendiri
Salah satu persoalan dalam dunia
pendidikan adalah bagaimana
menyesuaikan pembelajaran yang
sesuai dengan perbedaan siswa.
Ada beberapa strategi yang
ditawarkan untukmenakomodasi
perbedaan2 tersebut
 Between class ability Grouping
Menempatkan siswa di kelas
berdasarkan kemampuan mereka.
Setiap tingkatan di sekolah dapat
dilakukan secara berbeda
Tujuannya adalah mengurangi
rentang tingkat kinerja siswa yang
harus diatasi guru sehingga
mereka dapat menyesuaikan
pengajaran dengan kebutuhan
kelompok yang ditentukan
 Within class ability grouping
Pengelompokan dalam kelas
sesuai dengan kemampuan
Peer tutoring
Teman saling menuntun dan
saling memberi penjelasan
Adult tutoring
Siswa yang lebih dewasa
membing atau menuntun siswa
yang lebih mudah
 Bantuan teknologi pendidikan
 Memanfaatkan media dan
vasilitas lainnya untuk dapat
membantu siswa dapat belajar
secara baik
 Pengertian : “Movere” = menggerakkan
 Kondisi yang :
- menimbulkan perilaku
- mengarahkan perilaku
- mempertahankan intensitas
perilaku
 Proses MOTIVASI  diarahkan untuk mencapai TUJUAN
 TUJUAN yang ingin direalisasikan dipandang sebagai
POWER yang menarik individu.
 Terdapat beberapa TEORI MOTIVASI dan hasil penelitian
yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara PRILAKU dan
HASILNYA.
KATEGORI
TEORI
CAKUPAN
TEORI
INTI TEORI YANG
MENGEM-
BANGKAN
TEORI
TEORI
KEADILAN
Bawahan
selalu mem-
bandingkan
antara usaha
dan imbalan
yang mereka
terima dengan
usaha serta
imbalan yang
diterima orang
lain
Victor H.
Vroom
KATEGORI
TEORI
CAKUPAN
TEORI
INTI TEORI YANG
MENGEM-
BANGKAN
TEORI
TEORI
PENGUAT-
AN
Penguatan
merupakan
prinsip belajar
yang sangat
penting dan
memotivasi
individu
Victor H.
Vroom
A. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
1. Motivasi adl. Sesuatu yang paling mendasar yang
harus ada dalam proses belajar karena hasil belajar
akan optimal bila ada motivasi.
2. Motivasi selalu bertalian dengan suatu tujuan.
 Fungsi Motivasi
1. Sbg. Pendorong untuk berbuat sesuatu dr. setiap aktifitas yang
dilakukan
2. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan
4. Pendorong usaha untuk mencapai prestasi
 B. Bentuk Motivasi Di Sekolah
 Motivasi anak berbeda2, motivasi tidak timbul tiba2, tapi
motivasi harus ditumbuhkan oleh Guru.
 Cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa antara lain :
1. Memberi Angka
 Guru dalam hal ini memerlukan unsur objektivitas dalam
memberi nilai, yang hendaknya angka tersebut mencerminkan
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Memberi hadiah
Hadiah akan sangat menarik siswa sebagai motivasi dalam
melakukan sesuatu pekerjaan.
Hadiah sebagai penguat terhadap motivasi belajar siswa
3. Kompetisi
Baik kompetensi individu maupun kelompok
digunakan untuk merangsang dan
menguatkan motivasi belajar. Individu = Juara
kelas, Kelompok = lomba2.
4. Ego Invoivement
Adl. Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa agar
merasakan pentingnya tgs disekolah dan
menerimanya sbg suatu tentangnya sehingga siswa
berusaha bekerja keras mengerjakan tgs dengan harga
dirinya sbg. Jaminan.
5. Memberi Pujian
Secara psikologi seseorang pasti akan lbh. Senang dipuji dari
pada di lecehkan.
Yang perlu diperhatikan kualitas pujian hendaknya layak
sesuai dengan prestasi bila berlebihan dapat membuat siswa
besar hati dan tidak termotivasi belajar.
TEORI MOTIVASI
1.Motivasi dan Penguat
Skiner dan ahli teori tingkah laku mengungkapkan tidak perlu
memisahkan antara teori belajar dan motivasi
Siswa yang tlh. Diberi penguatan untuk belajar (nilai, pujian) akan
termotivasi untuk belajar demikian juga siswa yang tlh. “dihukum”
dlm belajarnya, maka tdk lg termotivasi belajar.
2. Hadiah dan Penguatan
Tidak ada jaminan apakah hadiah akan menjadi penguat yg efektif
krn sbg penguat ditentukan oleh pribadi dan situasi.
Nilai penguat dr hadiah tergantung pada banyak faktor.
3. Cognitive Dissonance
teori yang menerangkan tentang tingkah laku seseorang
dengan memberi alasan untuk menunjukkan bahwa
dirinya positif.
Teori ini berpegang bahwa orang akan marah/tdk senang
jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku
yang secara psikologi tidak konsisten untuk mengatasi
untuk mengatasi ketidak senangan ini mrk. Mengubah
tingkah lakunya dengan memberikan alasan yang kira2
masuk akal.
4. Teori Atribusi
Mencari penjelasan dan mencoba untuk mengerti mengapa
seseorang memberikan alasan terutama jika seseorang
mengalami kegagalan/kesuksesan.
Orang mencoba untuk menyatakan bahwa dirinya positif/
mempunyai kesan positif dan akan mencari alasan untuk
menghindari kesan negatif.
Teori ini berfungsi bagaimana siswa menginterprestasikan
dan menggunakan umpan balik atas prestasi akademik
mereka dan menyarankan kepada guru bagaimana mrk hrs.
memberikan umpan balik yang dapat menimbulkan
motivasi yang sangat besar bgi siswa.
5. Self Worth (menghargai dirinya sendiri)
Teori ini menggabungkan komponen motivasi dengan
persepsi yang menyebabkan sukses dan gagal.
Seorang individu blj dr persepsi masyarakat bahwa
seseorang dinilai karena prestasinya.
seseorang mempertahankan persepsi bahwa dia mempunyai
kemampuan yang positif. Jika seseorang gagal dalam
menjalankan tgs persepsi orang bahwa dia tidak mampu.
kegagalan menciptakan perasaan diri yang tidak berharga
dan menolak dirinya sendiri.
6. Expectancy Theories Of Motivation
Hubungan antara kebutuhan dan tingkah laku adl individu
merespon terhadap kebutuhan yang muncul.
Individu sering dihadapkan pd bagaimana memilih respon
untuk berbagai kebutuhan
upaya memilih milih menurut jenisnya = teori harapan
Individu tdk hanya merespon kejadian yg tlh. Terjadi, tetapi
mrk merespon hal2 yang mungkin dan diharapkan akan
terjadi
7. Teori Humanistik Untuk Motivasi
Teori belajar humanistik, menjelaskan bahwa proses belajar harus
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia
(proses humanisasi). Teori belajar humanistik lebih menekankan
bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi
baik kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Carl Ransom Rogers, yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah pentingnya pendidik memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk
belajar. Peserta didik tidak harus belajar tentang hal-hal yang
tidak ada artinya.
2.Peserta didik akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi
dirinya.
3.Pengorganisasian bahan pembelajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi peserta
didik.
4.Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.
Menurut Teori Maslow, Orang dimotivasi oleh kebutuhan
atau ketegangan diciptakan oleh kebutuhan, untuk bergerak
menuju tujuan dimana mereka percaya akan membantu
memenuhi kebutuhan.
8. Motivasi Berprestasi
ada beberapa orang yang berambisi dan berkerja keras untuk
mencapai sukses.
252
 PERHATIAN (ATTENTION)
 RELEVANSI (RELEVANCE)
 KEPERCAYAAN DIRI (CONFIDENCE)
 KEPUASAN ( SATISFACTION)
253
Perhatian
ditimbulkan oleh
elemen yang :
 Baru
 Aneh
 Kontradiktif
 Kompleks
254
 Gunakan metode instruksional yang bervariasi
 Gunakan variasi media (transparansi,
videotape, dsb.nya) untuk melengkapi
perkuliahan
 Bila tepat, gunakan humor dalam presentasi
 Gunakan peristiwa nyata sebagai contoh untuk
memperjelas konsep
 Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan
siswa
255
 Motif pribadi (McClelland)
 Kebutuhan untuk berprestasi
(needs for achievement)
 Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power)
 Kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation)
 Motif instrumental , bahwa keberhasilan dalam suatu tugas adalah
langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut
 Nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan nilai yang
dianut oleh mahasiswa dan kelompok
256
 Sampaikan apa kemampuan siswa setelah mempelajari kuliah
tersebut, berarti perlu menjelaskan tujuan instruksional
 Menjelaskan manfaat pengetahuan/ keterampilan yang akan
dipelajari yang bekaitan dengan pekerjaan lulusan nanti
 Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan
dengan profesi tertentu
257
258
 Memperbanyak pengalaman berhasil siswa
(urutan materi dari mudah ke sukar)
 Pembelajaran disusun dalam bagian yang lebih kecil
 Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan
persyaratannya ( tujuan instruksional dan kriteria tes pada
awal kuliah)
 Memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa
(adanya Kontrak)
 Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa
 Berikan umpan balik yang konstruktif
259
260
 Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang
informatif, bukan ancaman atau sejenisnya
 Berikan kesempatan siswa segera mempraktekkan
pengetahuan yang dipelajarinya
 Minta siswa membantu teman yang belum berhasil
menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan
 Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di
masa lalu atau standar lain, bukan dengan siswa lain

More Related Content

Similar to PSIKOLOGI PENDIDIKAN.pptx

psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikanpsikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
Nadya Ayunisa
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
khairunnisa mulyana
 
Uas ipa
Uas ipaUas ipa
Uas ipa
Delima Ross
 
Tugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nikaTugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nikaNIKAPUTRIMUSTIKADEVI
 
TEORI BELAJAR
TEORI BELAJARTEORI BELAJAR
TEORI BELAJAR
indahpermonowati13
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
Muhammad Apuadi
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
TinaSitiNurhasanah
 
teknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsanteknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsanJB Ahsan El Kariem
 
inisiasi-1.ppt
inisiasi-1.pptinisiasi-1.ppt
inisiasi-1.ppt
rifkyfaizal18
 
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
satunahponanda
 
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)RENIMAHANANI
 
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Oki Feri Juniawan
 
Artikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikanArtikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikan
Elsina Sihombing
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikandesakalit
 
Teori Belajar
Teori BelajarTeori Belajar
Teori Belajar
T. Astari
 
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
RENYMAHANANI
 
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copyTugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copySUPRAPTININGSIH
 
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranPsikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
FMx Cafe
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
TinaSitiNurhasanah
 

Similar to PSIKOLOGI PENDIDIKAN.pptx (20)

Teori & model p&p
Teori & model p&pTeori & model p&p
Teori & model p&p
 
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikanpsikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
psikologi pendidikan tentang Metode, Tujuan, dan Peranan Psikologi Pendidikan
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
 
Uas ipa
Uas ipaUas ipa
Uas ipa
 
Tugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nikaTugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nika
 
TEORI BELAJAR
TEORI BELAJARTEORI BELAJAR
TEORI BELAJAR
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
 
teknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsanteknologi pembelajaran Jabal ahsan
teknologi pembelajaran Jabal ahsan
 
inisiasi-1.ppt
inisiasi-1.pptinisiasi-1.ppt
inisiasi-1.ppt
 
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
 
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
 
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
Pendekatan Scientific (Pendekatan Ilmiah)
 
Artikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikanArtikel psikologi pendidikan
Artikel psikologi pendidikan
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Teori Belajar
Teori BelajarTeori Belajar
Teori Belajar
 
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
Tugas uas teknologi pendidikan (reny)
 
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copyTugas uas teknologi pendidikan (prapty)   copy
Tugas uas teknologi pendidikan (prapty) copy
 
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranPsikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
 
Kurikulum dan pembelajaran tina
Kurikulum dan pembelajaran   tinaKurikulum dan pembelajaran   tina
Kurikulum dan pembelajaran tina
 

Recently uploaded

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 

Recently uploaded (20)

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 

PSIKOLOGI PENDIDIKAN.pptx

  • 1. Ansel Mones STP ST. PETRUS KEUSKUPAN ATAMBUA SEMESTER IV
  • 2.  Asal Kata psikologi psyche Jiwa, nyawa,roh (yg memberi hidup) logos ilmu
  • 3.  Bagaimana bisa Psikolgi bisa mempelajari tentang jiwa sedangkan jiwa tidak bias dilihat, tidak bisa disentuh dan tidak bias dirabah? Sedangkan psikolgi sebagai ilmu pengetahuan menghendaki agar objeknya bisa diamati, dicatat dan diukur.  Jiwa seseorang nampak dalam apa?  Jiwa nampak dalam perbuatan dan tingkah laku dan perbuatan manusia
  • 4.  Karena itu psikologi adalah : ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan secara ilmiah daripada psikologi dilakukan dengan jalan: mengumpulkan dan mencatat secara teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusaha menjauhkan diri dari segala prasangka.
  • 6.  Atas dasar konsep diatas Psikologi Umum didefinisikan sebagai studi tentang tingkah laku dan gejala-gejala kesadaran dari manusia. Berpikir, Gejala pengindraan,ingatan dll.
  • 7. Jika kita membaca buku-buku psikologi pendidikan kita akan menemukan banyak jawaban yang berbeda tentang ruang lingkup pembelajaran. Secara umum dalam pembahasan kita tentang mata kuliah ini kita akan membahas secara khusus tentang teori-teori belajar dan pembelajaran yang mengatur tentang perubahan perilaku, pertumbuhan dan perkembangan kognitif, evaluasi dan karakteristik lingkungan yang mempengaruhi perubahan tingkah laku
  • 8.  Mengenai belajar  teori belajar, ciri khas perilaku belajar untuk peserta didik dan prinsip-prinsip di dalamnya  Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan perbuatan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar peserta didik  Mengenai situasi belajar, yaitu suasana dan kondisi lingkungan, baik itu bersifat fisik maupun non fisik yang berkaitan dengan belajar mengajar peserta didik
  • 9.  Mendidik berarti membantu peserta didik agar mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan  Peserta didik merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.  Aspek psikologis tidak dapat diabaikan dalam proses pendidikan.  Pendidikan dilakanakan berdasarkan : landasan filosofis, psikologis, sosio-kutural, & teknologi
  • 11.  Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang direncanakan dan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.  Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek : (1) karakteristiik psikologis peserta didik; (2) kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa.  Penyusunan buku ajar didasarkan pada segi-segi psikologis peserta didik.
  • 12.  Pengembangan program pendidikan, misalnya penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. tidak bisa lepas dari aspek psikologis peserta didik;  Penentuan jurusan atau program;  Pengembangan program harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik.
  • 13.  Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;  Pemilihan model-model pembelajaran;  Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran;  Penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran.
  • 14.  Penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau teknik non tes);  Penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta objektif atau subjektif);  Penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi;
  • 15.  Secara historis studi ilmiah tentang belajar dilakukan oleh psikolog.  Dipelopori oleh ahli-ahli seperti Ebbinghaus (1885), Bryan dan Harter (1897, 1899) dan Thorndike (1898).  Banyak Psikolog membuat pengakuan eksplisit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard, 1956), didukung oleh Tollman, Guthrie dan Hull.
  • 16.  Filsafat: Objek studi dari para filosof adalah peranan pikiran individu dalam mempersepsikan dunianya. Aristoteles : belajar itu melalui asosiasi Tiga hukum asosiasi : contiguity (pengalaman akan terhubung satu sama lain bila kejadiannya sering bersama-sama dengan yang lain), similarity – krn ada kesamaan maka, jika mengingat satu hal maka akan mengingatkan pula pada hal yang lain- dan law of contrast. – karena ada unsur berlawanan maka ketika mengingat satu hal, akan teringat hal yang berlawanan
  • 17.  Mengetahui pokok permasalahan dan membuat keputusan  Menguasai materi yang diajarkan dan sesuai dengan karakteristik siswa  Menguasai keterampilan mengajar  Membuat riset dan menerapkan dalam proses pembelajaran
  • 18.  Yang harus dimiliki seorang guru adalah :  Pengetahuan/ketrampilan yang tidak dimiliki siswa  Mengetahui pokok permasalahan yang diharapkan siswa untuk diajarkan  Mengkomunikasikan pengetahuan mereka kepada siswa
  • 19.  Mengajar bukan sekedar transfer of knowledge lebih dari itu adalah memudahkan siswa untuk belajar dengan baik. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:  Menguasai banyak model/metode pembelajran  Mengetahui karakteristik siswa/ pengetahuan prasyarat (entry behavior and prior knowledge)  Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar  Mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi siswa dalam belajar  Menilai hasil belajar
  • 20.  Tujuan riset dlm psi pddkan:menjelaskan tentang:  Faktor-faktor dalam pembelajaran, hasilnya adalah Prinsip Hukum Teori
  • 21.  Prinsip menjelaskan tentang hubungan antar faktor2, spt. Efek sistem pemberian nilai alternatif terhadap motivasi siswa
  • 22.  Hukum hanyalah prinsip yang telah diuji secara mendalam dan ditemukan berlaku bagi berbagai jenis situasi
  • 23.  Beberapa prinsip dan hukum yang terkait yang menjelaskan aspek luas pembelajaran, perilaku atau bidang minat lainnya.  Teori mempersatukan fakta dan prinsip
  • 24.  Mempengaruhi kebijakan-kebijakan pendidikan  Program-program pengembangan profesi  Bahan-bahan pengajaran  Perubahan metode dan model pembelajaran
  • 26.
  • 27.
  • 28. Perkembanga n Kognitif Nature Faktor Biologis pendewasaan otak dan tubuh, kemampuan mengindera, belajar bertindak dan memotivasi Nurture Faktor Lingkungan semua lingkungan di sekitar (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dsb)
  • 29. ⌂ progres yang halus sebagai perkembangan kemampuan dan pengalaman ⌂ pentingnya faktor lingkungan ⌂ progres anak melalui tahap- tahap ⌂ perubahan terjadi tiba-tiba ⌂ Tidak mungkin melompati tahapan ⌂ Sifat yang membedakan setiap tahap : perubahan kualitatif (qualitative change), luas cakupannya (broad applicability), transisi singkat (brief transitions), adanya urutan stabil (invariant sequence) Continuous Discontinuous
  • 30. Manusia mampu mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri dalam merespon pengalamannya. Manusia dapat belajar banyak hal secara mandiri tanpa intervensi orang yang lebih dewasa. Manusia mempunyai motivasi instrinsik untuk belajar dan tidak memerlukan reward dari orang dewasa untuk memotivasi belajar mereka. Asumsi Piaget
  • 31. SKEMA ADAPTASI Pola perilaku atau berpikir yang digunakan saat berhadapan dengan objek di dunia proses menyesuaikan skema dalam respon terhadap lingkungan yang terdiri dari asimilasi dan akomodasi
  • 32. Tidak ada gangguan Asimilasi Equilibrium Adaptasi proses memahami objek baru atau kejadian baru yang dihubungkan dengan skema yang sudah ada Terjadi keseimbanga n antara skema yang telah diketahui dengan objek baru atau kejadian baru
  • 33. ada gangguan Disequilibrium Akomodasi New Equilibrium Adaptasi ketidakseimbang an antara skema yang telah diketahui dengan objek baru atau kejadian baru Proses memodifikasi skema yang ada dengan informasi atau situasi baru Proses memperoleh kembali keseimbangan antara pemahaman yang ada dengan pengalaman baru
  • 35.
  • 36. TAHAP PERKIRAA N USIA PENCAPAIAN UTAMA Sensorimotor 0-2 tahun Mulai menggunakan imitasi, memori, dan pikiran Mulai mengenali object permanence Berawal dari aksi refleks ke kegiatan terarah pada tujuan Preoperational 2-7 tahun Mengembangkan bahasa dan kemampuan untuk berpikir secara simbolik Menggunakan one-way logic Berpikir secara egocentrism dan centration Concrete Operational 7-11 tahun Menyelesaikan problem konkrit dengan cara yang logis Memahami hukum conservation dan menggunakan klasifikasi serta seriation Memahami reversibility Formal Operational 11 tahun- Dewasa Berpikir lebih ilmiah Mampu menyelesaikan masalah abstrak melalui percobaan yang sistematis Mengembangkan perhatian tentang masalah sosial, identitas. PROBLEM SOLVING MENINGKAT EGOCENTRISM MENURUN
  • 37. Sensori motor Sub-Tahap1 Reflexes Sub-Tahap2 Primary Circular Reaction Sub-Tahap3 Secondary Circular Reaction Sub-tahap 4 Coordinatory of Secondary Reaction Subtahap 5 Tertiary Circular Reaction Subtahap 6 Symbolic Thought Sensori motor Sub-Tahap1 Reflexes Sub-Tahap2 Primary Circular Reaction Sub-Tahap3 Secondary Circular Reaction Sub-tahap 4 Coordinatory of Secondary Reaction Subtahap 5 Tertiary Circular Reaction Subtahap 6 Symbolic Thought
  • 38.  Membangun pengetahuan dengan REFLEKS : MENGHISAP, MENGENGGAM, MENATAP, dsb.  Belum ada usaha untuk menentukan lokasi objek yang telah hilang dari pandangan
  • 39.  Mengatur REFLEKSnya dengan primary circular reaction (penerapan secara fokus pada tubuh)  Masih belum ada usaha untuk menentukan lokasi objek yang telah hilang dari pandangan circular reaction : proses yang diawali aksi lengkap yaitu perilaku tahap awal yang diikuti hasil akhir yang menstimulus untuk melakukan kembali aksi tersebut.
  • 40.  Menginginkan perulangan aksi pada lingkungan yang menimbulkan hasil yang menyenangkan/menarik  Belum menyadari hubungan sebab akibat dari apa yang dilakukan  Mulai mencari objek jatuh yang terlihat atau yang terlihat sebagian saja. Secondary circular reaction adalah proses circular reaction yang diterapkan si bayi pada objek eksternal
  • 41.  berangsur-angsur memperoleh pengetahuan mengenai hubungan sebab-akibat (goal- directed behavior)  Mampu memahami “object permanence”, yaitu kemampuan untuk berpikir mengenai fakta bahwa objek itu ada sekalipun sudah tidak terlihat dalam pandangan.  Mencari objek yang tersembunyi menggunakan A-not-
  • 42. Tertiary Circular Reaction adalah circular reaction yang menghasilkan kembali fenomena baru, tetapi dengan variasi dan percobaan aktif yang disengaja untuk memperoleh kemungkinan yang baru • mengikuti visible displacement (menyembunyikan barang dibalik benda lain saat pada pandangan penuh) • berperan dalam trial-and-error
  • 43. Symbolic Thought adalah kemampuan untuk menunjukkan dan berpikir mengenai objek dan kejadian secara internal, kesatuan mental, atau simbol. • mampu membentuk representasi mental yang disebut ”deffered imitation” • dapat mengikuti invisible displacement, yaitu proses menyembunyikan objek dibalik objek lain saat pada pandangan penuh seseorang, kemudian yang objek lain tersebut dipindahkan.
  • 44.
  • 45.
  • 47.
  • 48.  penalaran logika dan pemahaman saat menghadapi situasi yang familiar  membentuk konsep, melihat keterhubungan, dan menyelesaikan masalah selama objek dan situasi yang familiar  Memahami operasi mental, seperti penjumlahan, perkalian, dsb  Banyak klasifikasi  Dapat menalar, mengemukakan ide  berpikir objektif
  • 49.  mampu berpikir abstrak  Membuat hipotesis  mampu merumuskan dan menguji hipotesis  memisahkan dan mengontrol variabel  mampu metakognisi
  • 50. Fokus pada proses berpikir anak, bukan hanya pada hasilnya. Mengenali peran penting dari pengenalan sendiri oleh anak, keterlibatan aktif anak dalam aktifitas pembelajaran. Penekanan praktek pembelajaran yang ditujukan pada susunan pemikiran anak menuju kedewasaan. Menerima perbedaan kemajuan perkembangan setiap individu.
  • 51.  Vygotsky memberikan pandangan tentang pentingnya faktor sosial, bahasa dan orang lain dalam perkembangan anak.  Perkembangan bahasa pertama anak di dalam hidupnya dipercaya sebagai pendorong terjadinya pergeseran dalam perkembangan kognitifnya.
  • 52.  Yang mendasari teori Vygtsky adalah pengamatan bahwa perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam konteks sosial, yakni di dunia yang penuh dengan orang yang berinteraksi dengan anak sejak anak itu lahir.  Dengan pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal dibandingkan dengan jika anak hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD).  Perkembangn kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang2 lain. Hal ini berbeda dengan piaget yng mengatakan kognisi tergantung dari orang itu sendiri.
  • 53.  Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
  • 54.  Vygotsky membedakan proses mental menjadi 2, yaitu :  Dasar / Elementary. Masa praverbal, yaitu selama anak belum menguasai verbal, pada saat itu anak berhubungan dengan lingkungan menggunakan bahasa tubuh.  Lanjutan/ Higher. Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini, anak akan berhubungan dengan lingkungan secara verbal.  Vygotsky menggambarkan teorinya sebagai berikut :  Level kemampuan actual (pemecahan masalah secara mandiri  batas kemampuan potensial (pemecahan masalah di bantu oleh teman /orang lain yang lebih ahli The zone of proximal development
  • 55.  Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain.  Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah.
  • 56.  Vygotsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio- kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD merupakan celah antara actual development dan potensial development.  Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap :  more dependence to others stage  less dependence external assistance stage  Internalization and automatization stage  De-automatization stage
  • 57.  Vigotsky percaya bhwa pembelajaran terjadi ketika anak2 bekerja dalam Zona perkembangan prosimal. Tugas dalam ZPD ini blm dapat dikerjakan oleh anak sendiri tapi dapat dikerjakan dengan bantuan teman atau orang yang lebih dewasa  Vigotsky juga yakin bahwa mental anak akan berfungsi dengn baik apabilah dia menjalin percakapan dan kerja sama dengan orang lain
  • 58.  Suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.  Dalam istilah teoritis, berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD.  Selain guru, orang dewasa lain dan teman sebaya dapat memberikan bantuan scaffolding.
  • 59. scaffolding contingensy fading Transfer of responsibility Mengubah secara bertahap tingkat bimbingan atau dukungan oleh orang terlatih kepada siswa selama dlm rangkaian pengajaran Berdsrkan tingkat kemmpuan Bantuan secara bertahap Pindah tj thdp tgs kpd siswa scr bertahap
  • 60.  Karya Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama:  intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui  interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual  peran utama guru adalah bertindak sebagai orang yang membantu dan sebagai mediator pembelajaran siswa
  • 61.  Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa.  Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar.  Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistic dan relevan.  Mengintegrasikan pembelajaran.  Memanfaatkan berbagai media.  Melibatkan siswa secara emosional dan social.
  • 62.  Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:  Menghendaki setting kelas kooperatif  Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding
  • 63. Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Ini proses awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri dan selanjutnya dikemudian hari ia akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi. 
  • 64.  Jean Piaget  Struktur dan kemampuan kognitif anak berkembang mendahului kemampuan penalaran moral. Kemampuan kognitif menentukan kemampuan anak2 bernalar tentang situasi sosial  Perkembangan moral anak berlangsung dalam tahap-tahap yang dapat diprediksi.
  • 65. •Moraltitas paksaan •Tunduk kpd aturan yang diberlakukan oleh orang-orang lain •Hukuman diberikan secara otomatis apabila tidak taat aturan heteronom •Didasarkan pada hubungan kerja sama dan pengakuan bersama terhadapa kesetaraan diantara individu2 yg otonom •Aturan disepakati bersama, terbuka dan bisa dinegosiasi ulang •Hukumn dihat sebagai sestu yang mempengaruhi manusia otonom
  • 66.  Secara umum ada tim partisipatoris (guru, orang tua, siswa dan stakeholder), merancang pembangunan karakter (perilaku yang diharapkan)dalam kurikulum secara keseluruhan (instructional effect and naturant effect)  Tingkat lokal pengajarn di kelas. Guru dapat melakukan analisis kebutuhan dan mengenali kemampuan kognitif orang2 di kelasnya dan memaksimalkan kemampuan tersebut dengan melalui kegiatan pemecahan masalah. Guru harus bersedia menciptakan konflik kognitif di ruang kelas  Tingkat individu :manajemen konflik- menjelesaikan konfilik tanpa kekerasan
  • 67.  Masa anak-anak awal Perkebangan kognitif berupa penguasaan bahasa Perkembangan fisik berupa: kemampuan otot kecil (kegiatan motor halus sperti: menganjing baju/ menutup resleting  kegiatan ini membutuhkan kecekatan dan ketepatan) dan kemampuan otot besar, (kegiatan motor kasar spti berjalan dan berlari) perkembangan sosial emosional dan perilaku prososial (tindakan yang memperlihatkan rasa hormat dan penuh dan penuh perhatian thdp orang lain)
  • 68.  Masa anak-anak pertengahan Perkembangan kognitif meliputi: daya ingat dan kemampuan metakognitif Perkembangan fisik berupa: pertumbuhan fisik Perkembangan sosioemosional berupa konsep diri, harga diri dan hubungan dengan sebaya
  • 69.  Masa remaja Perkembangan kognitif berupa penalaran hipotesis dan dedukatif Perkembangan fisik berupa pubertas Perkembangan sosioemosional berupa pembentukan identitas, tanggung jawab sosial dan keintiman
  • 70.  Perkembangan fisik Anak2 berubah relatif sedikit dalam ukuran tubuh selama SD. Anak perempuan sedikit lebih pendek dan lebih ringan dari anak laki2 hingga usia 9 tahun  Kemamapuan kognitif (usia 5-7) proses pemikiran anak mengalami perubahan, (ada perubahan dr preoperasional ke operasi konkrit  Perkembangan sosial
  • 71.  Perkembangan sosial Anak-anak lebih bersifat egosentris, dunia mereka adalah dunia rumah dan keluarga Konsep diri dan harga diri sudah mulai penting pada awal usia sekolah Peran teman sebaya juga sangat penting dalam membentuk kepribadian mereka, mereka akan menyaring teman sebaya yang dianggapnya nyaman untuk melakukan kegiatan bersama
  • 72.  Selain itu keteladanan dari orang tua dan guru (orang yang lebih dewasa) sangat dibutuhkan, dibutuhkan juga pendampingan yang terus menerus agar mereka dapat melebur dalam kehidupan sosial
  • 73.  Perkembangan fisik  ditandai dengan masa pubertas (serangkaian perubahan psikologis yang mengakibatkan organisme yang tidak matang sanggup berproduksi
  • 74.  Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, siswa belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat dan gurunya sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
  • 75.  Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
  • 76.  Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behaviotistik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif (positive reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respons.
  • 77.  Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
  • 78.  Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949)  Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati
  • 80.  Thorndike mengaitkan perilaku dengan gerakan refleks tubuh, lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kebanyakan perilaku timbul karena sebagai tanggapan terhadap rangsangan dalam lingkungan  Hukum thorndike adalah  Tindakan yang diikuti oleh efek yang menyenangkan lebih besar kemungkinan diulangi dalam situasi yang sama, tindakan yang diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan lebih kecil kemungkinan diulangi
  • 81.  Thorndike memperlihatkan bahwa konsekuensi perilaku seseorang saat ini memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang pada masa mendatang  Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat
  • 82.  Misalnya. Seorang siswa diminta untuk menyelesaikan soal matematika setelah ia kerjakan ternyata jawabannya benar dan ia merasa senang/puas, dan akibatnya antara soal dan jawaban itu akan kuat tersimpan dalam ingatannya (bisa juga dengan trial and error)
  • 83.  J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan- perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
  • 84.  Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.
  • 85.
  • 86.  Ivan Pavlov (rusia Pengkondisian Klasik Dalam pengkondisian klasik, rangsangan netral (seperti lonceng) yang pertama-tama sama sekali tidak mendorong tanggapan, akhirnya dipasangkan dengan suatu rangsangan tanpa pengkondisian (seperti daging) dan memperoleh kekuatan rangsangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan tanggapan (seperti pengeluaran air liur)
  • 87.  Ivan Pavlov (rusia Pengkondisian Klasik adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing
  • 88. Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu.
  • 89. bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat. Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
  • 90. Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan untuk mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.
  • 91. Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam merubah perilaku yang bersifat maladaptif dan merubahnya menjadi perilaku yang adaptif. Misalnya rasa takut terhadap pelajaran matematika diubah menjadi rasa senang dengan pelajaran matematika. Pelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
  • 92. Metode behaviorisme pengondisian klasik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya.
  • 93. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
  • 94.  Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)  Skinner merupakan tokoh behavioristik yang paling banyak diperbincangkan, konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif.
  • 95.
  • 96.  Pengkondisian operan adalah penguatan yang langsung dari sebuah respon. Penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi.  Disebut pengkondisian operan karena organisme beriperasi dalam suatu lingkungan untuk meghasillkan suatu efek yang spesifik
  • 97.  Pengkondisian operan/lanjutan dapat mengubah frekuensi dari respon atau kemungkinan suatu respon akan terjadi. Penguatan tidak menybebakan terjadinya suatu perilaku, namun dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat terulang lagi
  • 98.  Peran Konsekuensi Suatu perilaku akan beruba sesuai dengan konsekuensi langsungnya. Konsekuensi yang menyenangkan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenagkan memperlemah perilaku tersebut untuk diulang.
  • 99.  Tindakan penguatan  Konsekuensi yang yang menyenangkan yang mempertahankan atau meningkatkan perilaku tertentu. Penguatan positif dan penguatan negatif  a. Penguatan positif adalah stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.
  • 100.  Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar apabila pemberian penguatan digunakan secara selektif.  Memberi motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran.  Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar produktif  Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.  Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen (berbeda) dalam pengambilan inisiatif yang bebas
  • 101.  B. Penguatan negatif adalah  stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat.  Misalnya orang tua akan membebaskan anaknya memcuci piring kalau siswa tersebut menyelesaikan pekerjaan rumahnya. (apabila pekerjaan mencuci piring dilihat sebagai tugas yang tidak menyenangkan), pembebasan dari pekerjaan tersebut akan memberi penguatan untuk selalau menyelesaikan pekerjaan rumahnya
  • 102.  Penguatan intrinsik dan ekstrinsik  Penguatan yang didasarkan pada hobi dan tidak berdasarkan imbalan dari pihak luar (penguatan intrinsik)  Sedangkan penguatan ekstrinsik adalah melakukan suatu kegiatan karena berpengaruh/tertarik dengan kegiatan yang dilakukan oleh orang lain (motivasi)
  • 103.  Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
  • 104.  Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur- unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah-Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan
  • 105.  Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
  • 106.  Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau siswa adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
  • 107.  A. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif  Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.
  • 108.  Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
  • 109. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi- bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
  • 110.  Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman- pengalaman sebelumnya.
  • 111.  Asumsinya adalah belajar disebabkan oleh kemampuan menafsirkan peristiwa yang terjadi di lingkungan  Lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar  Dari aspek kognitif  bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang diri dan lingkungan, bagaimana berbuat  Dari aspek psikologis  hubugan antara orang dengan lingkungan psikologisnya tingkah laku tidak berpengaruh oleh factor luar, tetapi bagaimana proses informasi dalam diri seseorang
  • 112.  Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer oleh Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar oleh Gagne, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci beberapa pandangan mereka.
  • 113. Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
  • 114. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan- perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Collin, dkk (2012) menggambarkan pemikiran Piaget sebagai berikut:
  • 115. Proses perkembangan kognitif anak sangat berbeda dari orang dewasa Anak-anak berubah melalui empat tahap perkembangan secara otonom dan mandiri Tujuan akhir dari pendidikan adalah menciptakan manusia yang dapat membuat sesuatu yang baru Guru harus memberikan tugas yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan memelihara kemandirian berpikir dan kreativitas
  • 116.  Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
  • 117.  Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
  • 118.  Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau suatu ketidakimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi strutur kognitif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu.
  • 119.  Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip- prinsip pembagian dalam situasi yang baru dan spesifik.
  • 120.  Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur (disorganized). Hal ini misalnya tampak pada caranya berbicara yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan sebagainya. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitif.
  • 121.  Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asimilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu;
  • 122.  Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu;  1. Sensorimotor  2. Preoperasional  3. Operasional Konkrit dan  4. operasional Formal
  • 123.  Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasiaonal, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkrit, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.
  • 124.  Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap- tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
  • 125. Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut: 1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan. 2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis. 3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendir atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
  • 126. 4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya. 5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain. 6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
  • 127.  Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh- contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
  • 128.  Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan symbolic.  Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
  • 129. Tahap ikonik, seseorang memahami obyek- obyek atau dunianya melalui gambar- gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
  • 130.  Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
  • 131.
  • 132.  Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol- simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu, tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
  • 133.  Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) Menyesuaikan materi ajar dengan kemampuan kognitif peserta didik.  Kurikulum Spiral dilihat sebagai sala satu cara untuk mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan meteri secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang belajar.
  • 134.  Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh- contoh (obyek-obyek atau peristiwa- peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru. Jadi merupakan tindakan penemuan konsep
  • 135.  Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu; 1) tindakan pembentukan konsep, dan 2) tindakan pemahaman konsep. Artinya, langkah pertama adalah pembentukan konsep, kemudian baru pemahaman konsep. Perbedaan antara keduanya adalah:
  • 136. 1. Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk perilaku mengkategori ini berbeda. 2. Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama. 3. Kedua proses mental membutuhkan strategi mengajar yang berbeda. Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi; 1. Nama. 2. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif. 3. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak. 4. Rentangan karakteristik 5. Kaidah.
  • 137.  Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembang-kan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
  • 138.  Brunner meyakini bahwa proses belajar akan berjalan dengan optimal apabila siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagaimana bagan di atas, Brunner meyakini bahwa perkembangan bahasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kognitif anak. Pemikiran Bruner (Collin, 2012) yang digambarkan sebagai berikut:
  • 139.
  • 140. Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
  • 141. Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Yang paling awal mengemukakan konsepsi ini adalah Ausubel.
  • 142.  Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkrit. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
  • 143.  Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Jika ditata dengan baik, advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
  • 144.  Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah- pisah, atau sebagai tempat untuk mengkaitkan pengetahuan baru.
  • 145.  Skemata memiliki fungsi ganda, yaitu: 1. Sebagai skema yang menggambarkan atau merepresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam skemata yang dimilikinya. 2. Sebagai kerangka atau tempat untuk mengkaitkan atau mencantolkan pengetahuan baru.
  • 146. Skemata memiliki fungsi asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi untuk mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam hirarkhi pengetahuan, yang secara progresif lebih rinci dan spesifik dalam struktur kognitif seseorang. Inilah proses belajar yang paling dasar yaitu mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam skemata yang tersusun secara hirarkis. Struktur kognitif yang dimiliki individu menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebermaknaan dari perolehan pengetahuan baru.
  • 147.  Dengan kata lain, skemata yang telah dimiliki oleh seseorang menjadi penentu utama terhadap pengetahuan apa yang akan dipelajari oleh orang tersebut. Oleh sebab itu maka diperlukan adanya upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar.
  • 148. Mendasarkan pada konsepsi di atas, Mayer (dalam Degeng, 1993) menggunakan pengurutan asimilatif untuk mengorganisasi pembelajaran, yaitu mulai dengan menyajikan informasi-informasi yang sangat umum dan inklusif menuju ke informasi-informasi yang hkusus dan spesifik. Penyajian informasi pada tingkat umum dapat berperan sebagai kerangka isi bagi informasi- informasi yang lebih rinci.
  • 149.  Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa skemata dapat dimodifikasi oleh pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga menghasilkan makna baru. Anderson (1980) dan Tennyson (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang telah dimiliki individu selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan bagi masing-masing individu. Semakin besar jumlah dasar pengetahuan yang dimiliki seseorang, makin besar pula peluang yang dimiliki untuk memilih. Demikian pula, semakin baik cara penataan pengetahuan di dalam dasar pengetahuan, makin mudah pengetahuan tersebut ditelusuri dan dimunculkan kembali pada saat diperlukan.
  • 150.  Hierarki Belajar menurut Gagne (1916-2002) Menurut Gagne , belajar konsep merupakan suatu bagian dari suatu hierarki belajar. Dalam hierarki ini, setiap tingkat belajar bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Hierarki belajar Gagne disajikan pada tabel berikut:  Belajar tanda sinyal  pengkondisian klasik  Belajar Stimulus Respon  pengkondisian operan  Belajar merangkai TL koneksi S-R  Belajar Asosiasi Verbal Rantai verbal, tentang memberi nama obyek dan koneksi kata menjadi urutan verbal
  • 151.  Belajar diskriminasi  Menhghasilkan respon yang berbeda2 dari stimulus yang mirip  Belajar Konsep  membuat konsep yang sama pada stimulus- stimulus  Konsep terdefenisi menggunakan konsep yg telah dipelajari  Aturan  Memberikan respon pada satu kelas stimulus dengan satu kelas penampilan  Belajar memecahkan masalah
  • 152.  . Hasil Belajar menurut Gagne  Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut dengan kemampuan. Ada lima kemampuan yang ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusida dan juga karena kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik.
  • 153. 1. Keterampilan intelektual Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat pertama sekolah dasar (sekolah taman kanak-kanak) dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.
  • 154.  Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan intelektual yang dipelajari oleh seseorang. Keterampilan intelektual ini untuk bidang studi apapun dapat digolongkan berdasarkan kompleksitasnya. Belajar mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang disarankan Gagne. Untuk memecahkan masalah, siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi yaitu aturan- aturan kompleks. Demikian pula diperlukan aturan dan konsep yang terdefinisi. Untuk memperoleh atuan-aturan ini, siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret dan untuk mempelajari konsep-konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi.
  • 155.  Strategi kognitif  Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai strategi kognitif. Strategi kognitif dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh Weinstein dan Mayer adalah sebagai berikut:  a. Strategi menghafal. Siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling sederhana, seperti mengulangi nama-nama dalam suatu urutan (nama pahlawan, tahun pecahnya perang dunia, dan lain-lain).
  • 156.  b. Strategi elaborasi. Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia.  c. Strategi pengaturan. Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka teratur merupakan teknik dasar strategi ini.  d. Strategi metakognitif. Meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif- alternatif untuk mencapai tujuan itu.  e. Strategi afektif. Teknik ini digunakan para siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
  • 157.  3. Sikap  Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian- kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap kita terhadap orang lain. Oleh karena itu, Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-siswa memperoleh sikap-sikap sosial tersebut.
  • 158.  4. Informasi verbal  Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal. Menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi dan media lainnya.
  • 159.  5. Keterampilan motorik  Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau dalam pelajaran sains menggunakan berbagai macam alat seperti mikroskop, alat-alat listrik, dan lain sebagainya.
  • 160.  Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan siswa. Meskipun proses perkembangan siswa mengikuti urutan yang sama, namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan mempengaruhi kecepatan belajar siswa, oleh sebab itu interaksi dalam bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda bagi perkembangan penalaran siswa. Perlu disadari bahwa penalaran bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara langsung, namun perkembangannya dapat disimulasikan.
  • 161.  Piaget memberikan penekanan bahwa setiap tahap perkembangan memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar lebih baik. Menurut piaget, anak bukanlah orang dewasa mini, anak tidak mengetahui sebanyak apa yang diketahui oleh orang dewasa, akan tetapi anak melihat dunia dengan cara yang berbeda dan berinteraksi secara berbeda pula.
  • 162.  Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik (siswa dilihat sebagai mesin), sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
  • 163.  Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:  Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.  Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
  • 164.  Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.  Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
  • 165.  Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.  Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
  • 166.  Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatiakan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
  • 167.  Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik  Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.
  • 168.  Pemberian makna terhadap obyek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
  • 169. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Peranan siswa
  • 170. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa. Peranan siswa
  • 171. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kamampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Peranan Siswa…..
  • 172.  Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu- satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya. Peranan Guru
  • 173.  Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian yang meliputi; 1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak. 2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. 3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih. Peranan Guru……
  • 174.  Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional. Sarana …..
  • 175.  Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Evaluasi Belajar
  • 176.  Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya. Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan obyek dan peristiwa-peristiwa. Evaluasi Belajar
  • 177.  Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, obyek, dan pandangan terhadap dunia nyata, di mana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual.
  • 178.  Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal. Jika hasil belajar dikonstruksi secara individual
  • 179.  Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi seperti tingkat “penemuan”
  • 180. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)  Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang di pelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal  Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya
  • 181.  Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori behavioristik, banyak didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dengan harapan siswa dapat memahaminya dan memberikan respon sesuai dengan materi yang diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak menggantungkan pada buku teks. Materi yang disampaikan sesuai dengan urutan isi buku teks.
  • 182.  pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif baru. Pendekatan konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku imitasi), melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan ditunjukkannya.
  • 183.  Pada pembelajaran konstruktivistik, siswa yang diharapkan memiliki peran optimal. Selain itu siswa juga diharapkan untuk dapat berkolaborasi dengan orang lain untuk mencapai kemampuan yang optimal. Menurut Vygotsky sebagai salah satu tokoh penghusung teori ini, Perubahan mental anak tergantung pada proses sosialnya yaitu bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang menguntungkan anak adalah orang-orang dewasa atau anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan anak yang sedang belajar.
  • 184.  Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
  • 185.  Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
  • 186.  Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.
  • 187.  Ada 4 tahap  1. Tahap pengalaman konkrit  Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceriterakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya.
  • 188.  Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.
  • 189.  Tahap pengamatan aktif dan reflektif  Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap ke dua dalam proses belajar.
  • 190.  Tahap konseptualisasi  Tahap ke tiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk merumuskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda- beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
  • 191.  Tahap eksperimentasi aktif.  Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Berfikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.
  • 192.  Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang). Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1) belajar teknis ( technical learning), 2) belajar praktis ( practical learning), dan 3) belajar emansipatoris (emancipatory learning).
  • 193.  1. Belajar Teknis ( technical learning)  Yang dimaksud belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan ketarampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar teknis.
  • 194.  Belajar Praktis ( practical learning)  Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang- orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu bidang-bidang ilmu yang berhubungan dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antrophologi, dan semacamnya, amat diperlukan. Oleh sebab itu, interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.
  • 195.  Belajar Emansipatoris (emancipatory learning).  Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.
  • 196.  Bloom menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran.
  • 197.  Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan dapat merancang program-program pembelajarannya. Setidaknya di Indonesia, taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal dan paling populer di lingkungan pendidikan.
  • 198. DOMAIN KOGNITIF 1. Pengetahuan (mengingat, menghafal) 2. Pemahaman (menginterpretasik an) 3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah) 4. Analisis (menjabarkan suatu konsep) 5. Sintesis (menggabungkan bagian- bagian kosep menjadi suatu konsep utuh) 6. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide. metode, dsb.)
  • 199. DOMAIN AFEKTIF 1) Peniruan (menirukan gerak) 2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) 3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar) 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar). 5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
  • 200. DOMAIN PSIKOMOTOR 1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) 2) Merespon (aktif berpartisipasi) 3) Penghargaan (menerima nilai- nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu) 4) Pengorganisasian(menghubung- hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya) 5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya
  • 201. KOMPETENSI Nilai dan Sikap (Affective) Kemampuan Berpikir (Cognitive) Keterampilan (Psychomotor) C6 Kreasi (creation) C5 Evaluasi (evaluation) C4 Analisis (analysis) C3 Penerapan (application) C2 Pemahaman (comprehension) C1 Ingatan (knowledge) A5 Menjadikan pola hidup (characterization) A4 Mengatur diri (organization) A3 Menghargai (valuing) A2 Menanggapi (responding) A1 Menerima (receiving) P5 Naturalisasi (naturalization) P4 Perangkaian (articulation) P3 Ketepatan (precision) P2 Penggunaan (manipulation) P1 Peniruan (imitation)
  • 202.  Teori pembelajaran kognitif berbicara lebih jauh tentang pengolahan, penyimpanan dan penarikan kembali pengetahuan dalam pikiran  Ada begitu banyak informasi yang terus menerus memasuki pikiran kita melalui indera, kebanyakan informasi ini hampir langsung di buang dan kita mungkin bahkan tidak perna menyadari banyak di antaranya. Sebagian ditahan dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian dilupakan. Sebagaian informasi dipertahankan jauh lebih lama, barangkali sepanjang hidup kita
  • 203. Informasi yang diingat harus terlebih dahulu menjengkau indera seseorang, kemudian diberi perhatian dan dipindahkan rekaman indera ke daya ingat jangka pendek, kemudian diolah sekali lagi untuk dipindahkan ke daya ingat jangka panjang
  • 204. Komponen pertama, system daya ingat yang ditemui informasi yang sedang masuk adalah rekaman indera (Sensory Register. Rekaman indera akan menerima informasi dalam jumlah besar dari masing- masing indera (penglihatan, Pendengaran, sentuhan, Penciuman, rasa) dan menahannya dalam waktu yang sangat singkat
  • 206.  STM adalah system penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas selamaselama beberapa detik. Ini adalah bagian daya ingat yang menjadi tempat penyimpanan informasi yang saat ini sedang dipikirkan. Pikiran-pikiran yang kita sadari dimiliki pada saat tertentu ditahan dalam daya ingat jangka pendek. Ketika kita berhenti memikirkan sesuatu, hal ini menghilang dari daya ingat jangka pendek. Daya ingat ini adalah tempat mengolah informasi, mengorganisasikannya untuk disimpan atau dibuang, dan menghubungkan dengan informasi lain
  • 207.
  • 208.  Cara untuk menahan informasi dalam daya ingat jangka pendek adalah memikirkannya atau mengatakannya berulang-ulang kali. Pengulangan berperan sangat penting dalam pelajaran karena makin lama sesuatu bertahan dalam daya ingat jangka pendek, makin besar kemungkinan hal itu akan dipindahkan ke daya ingat jangka panjang.  Guru hrs menyediakan waktu untuk untuk melakukan pengulangan selama pelajaran di ruang kelas.
  • 209. STM memiliki kapasitas lima hingga Sembilan potong informasi. Maksudnya kita hanya dapat memikirkan hanya lima hingga Sembilan hal yang berbeda setiap saat. Namun setiap potongan dapat berisi banyak informasi misalnya, Daftar nama orang dalam kitab suci. Daftar nama tersebut akan mudah diingat jika diorganisasikan berdasakan pola yang sudah dkenal.
  • 210.  Semua orang berbeda dalam kapasitas daya ingat. Salah satu factor yang berpengaruh dalam meningkatkan daya ingat adalah latar belakang pengetahuan, makin banyak mengetahui tetang sesuatu makin banyak pula orang tersebut sanggup mengorganisasikan dan menyerap informasi baru
  • 211.  LTM adalah bagian system daya ingat yang menjadi tempat penyimpanan informasi dalam kurun waktu lama. Daya ingat jangka panjang dianggap sebagai suatu penyimpanan yang berkapasitas sangat besar dan berdaya ingat jangka panjang, bahkan banyak ahli teori percaya bahwa kita mungkin saja tidak pernah melupakan informasi dalam daya ingat jangka panjang; sebaliknya kita dapat saja kehilangan kemampuan meneukan informasi dalam ingatan kita.
  • 212.  Daya ingat episodic Berisi citra pengalaman yang diorganisasikan berdasarkan kapan dan di mana pengalaman tersebut terjadi. Daya ingat ini sangat erat kaitan dengan ruang dan waktu. Sulit diingat kembali karena begitu banyak peristiwa yang dialami oleh manusia
  • 213.  Daya ingat semantic Adalah daya ingat jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum. Daya ingat tersebut diorganisasikan secara mental dalam jaringan gagasan2 yang saling tersambung atau berhubungan (Skemata)
  • 214. Daya ingat procedural  Kemampuan mengingat kembali bagaimana melakukan sesuatu, khususnya tugas fisik, daya ingat ini tampak disimpan dalam serangkaian pasangan rasangan-tanggapan
  • 215.  Pengetahuan awal / pengalaman awalnya (prior knowledge/entry behaviour  Pengalaman siswa saat mengikuti proses pembelajaran, penerapan strategi tertentu
  • 216.  Gangguan …. Ganguan (interferences) terjadi ketika informasi bercampur baur atau disingkit oleh informasi lain. Salah satu bentuk ganguan terjadi orang dicegah secara mental mengulangi informasi yang baru dipelajari.
  • 217. HAMBATAN RETROAKTIF  Ganguan ini terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang hilang karena infrmasi tersebut tercampur dengan informasi baru dan agak mirip. Misalnya membedakan huruf b, d, p, q
  • 218.  Ada dua acara untuk membantu mengurangi hambatan retroaktif bagi siswa yang pertama adalah: tidak mengajarkan konsep yang mirip atau membingungkan dalam waktu yang berdekatan  Kedua, menggunakan metode yang berbeda untuk mengajarkan konsep yang mirip
  • 219. HAMBATAN PROAKTIF  Hambatan ini terjadi apabila pembelajaran tentang suatu informasi menganggu pembelajaran tentang informasi berikutnya
  • 220. Guru harus tahu cara menyesuaikan pengajaran dengan tingkat pengetahuan siswa. Menurut Model Pembelajaran Sekolah John Carroll, keefektifan pengajaran bergantung pada waktu yang dibutuhkan (fungsi kepandaian dan kemampuan siswa untuk memahami pengajaran) dan waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar (yang yang bergantung pada waktu yang tersedia, kualitas pengajaran dan ketekunan siswa).
  • 221. Model QAIT ( quality [mutu], appropriateness [ketepatan], incentive [insentif], time [waktu]) Slavin tentang pengalaran yang efektif mengidentifikasi empat elemen yang berada dibawah pengendalian langsung guru: kualitas pengajar tingkat pengalaran yang tepat, insentif, dan jumlah waktu. Model tersebut berpendapat bahwa pengalaran yang tidak mempunyai salah satu elemen ini tidak akan efektif.
  • 222. 1. Mutu Pengajaran: Sejauh mana penyajian informasi atau kemampuan membantu siswa dengan mudah mempelajari bahan. Mutu dari pengajaran sebagian besar adalah produk mutu kurikulum dan penyajian pelajaran itu sendiri
  • 223. Tingkat pengajaran, yang tepat : sejauh mana guru memastikan bahwa siswa sudah siap mempelajari suatu pelajaran baru (maksudnya mampunyai kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajarinya) tetapi belum memperoleh pelajaran tersebut. Dengan kata lain tingkat pengajaran tersebut sudah tepat apabila suatu pelajaran tidak terlalu sulit maupun tidak mudah bagi siswa Insentif : sejauh mana guru memastikan bahwa siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugas pengajaran dan untuk mempelajari bahan yang sedang disajikan. Waktu : Sejauh Mana siswa diberi cukup banyak waktu untuk mempelajari bahan yang sedang diajarkan
  • 224.  Agar pengajaran berlangsung efektif, masing-masing keempat unsur ini harus memadai. Tidak peduli seberapa tinggi mutu pengajaran, siswa tidak akan mempelajari suatu pelajaran kalua mereka tidak mempunyai kemampuan atau informasi sebelumnya yang diperlukan, kalua mereka tidak mempunyai motivasi, atau kalua mereka tidak mempunyai waktu yang mereka butuhkan untuk mempelajari pelajaran tersebut.  Mutu pengajaran :  Bahan yang disajikan mudah diterima siswa.  Menyajikan bahan dengan urutan dan tertata dengan baik  Menghubungkan informasi baru dengan apa yang sudah diketahui oleh siswa  Guru melakukan pemantauan seberapa baik siswa belajar dan menyesuaikan kecepatan pengajaran sehingga tidak berlangsung terlalu cepat atau lama
  • 225.  Tingkat pengajaran yang tepat  Siswa dating ke kelas dengan tingkta pengetahuan sebelumnya, kemampuan, motivasi  Keragaman ini mengahruskan guru untuk menyediakan tingkat pengajaran yang tepat  Guru harus memastikan bahwa kalua mereka memberikan satu pelajaran kepada seluruh kelas tersebut  Beberapa siswa mungkin lebih cepat memperoleh pelajaran dan yang lain mungkin tidak mereka mungkin membutuhkan banyak waktu untuk memehami satu mata pelajaran  Guru dapat memberikan bahan kepada semua siswa yang tepat bagi kebutuhan mereka masing- masing dan membiarkan siswa bekerja dengan kecepatan mereka sendiri
  • 226. Salah satu persoalan dalam dunia pendidikan adalah bagaimana menyesuaikan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan siswa. Ada beberapa strategi yang ditawarkan untukmenakomodasi perbedaan2 tersebut  Between class ability Grouping Menempatkan siswa di kelas berdasarkan kemampuan mereka. Setiap tingkatan di sekolah dapat dilakukan secara berbeda Tujuannya adalah mengurangi rentang tingkat kinerja siswa yang harus diatasi guru sehingga mereka dapat menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan kelompok yang ditentukan
  • 227.  Within class ability grouping Pengelompokan dalam kelas sesuai dengan kemampuan Peer tutoring Teman saling menuntun dan saling memberi penjelasan Adult tutoring Siswa yang lebih dewasa membing atau menuntun siswa yang lebih mudah
  • 228.  Bantuan teknologi pendidikan  Memanfaatkan media dan vasilitas lainnya untuk dapat membantu siswa dapat belajar secara baik
  • 229.  Pengertian : “Movere” = menggerakkan  Kondisi yang : - menimbulkan perilaku - mengarahkan perilaku - mempertahankan intensitas perilaku
  • 230.  Proses MOTIVASI  diarahkan untuk mencapai TUJUAN  TUJUAN yang ingin direalisasikan dipandang sebagai POWER yang menarik individu.  Terdapat beberapa TEORI MOTIVASI dan hasil penelitian yang berusaha mendeskripsikan hubungan antara PRILAKU dan HASILNYA.
  • 231.
  • 232.
  • 233.
  • 234.
  • 235.
  • 236. KATEGORI TEORI CAKUPAN TEORI INTI TEORI YANG MENGEM- BANGKAN TEORI TEORI KEADILAN Bawahan selalu mem- bandingkan antara usaha dan imbalan yang mereka terima dengan usaha serta imbalan yang diterima orang lain Victor H. Vroom
  • 238. A. Fungsi Motivasi Dalam Belajar 1. Motivasi adl. Sesuatu yang paling mendasar yang harus ada dalam proses belajar karena hasil belajar akan optimal bila ada motivasi. 2. Motivasi selalu bertalian dengan suatu tujuan.
  • 239.  Fungsi Motivasi 1. Sbg. Pendorong untuk berbuat sesuatu dr. setiap aktifitas yang dilakukan 2. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan 4. Pendorong usaha untuk mencapai prestasi
  • 240.  B. Bentuk Motivasi Di Sekolah  Motivasi anak berbeda2, motivasi tidak timbul tiba2, tapi motivasi harus ditumbuhkan oleh Guru.  Cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa antara lain : 1. Memberi Angka  Guru dalam hal ini memerlukan unsur objektivitas dalam memberi nilai, yang hendaknya angka tersebut mencerminkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
  • 241. 2. Memberi hadiah Hadiah akan sangat menarik siswa sebagai motivasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Hadiah sebagai penguat terhadap motivasi belajar siswa 3. Kompetisi Baik kompetensi individu maupun kelompok digunakan untuk merangsang dan menguatkan motivasi belajar. Individu = Juara kelas, Kelompok = lomba2.
  • 242. 4. Ego Invoivement Adl. Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa agar merasakan pentingnya tgs disekolah dan menerimanya sbg suatu tentangnya sehingga siswa berusaha bekerja keras mengerjakan tgs dengan harga dirinya sbg. Jaminan.
  • 243. 5. Memberi Pujian Secara psikologi seseorang pasti akan lbh. Senang dipuji dari pada di lecehkan. Yang perlu diperhatikan kualitas pujian hendaknya layak sesuai dengan prestasi bila berlebihan dapat membuat siswa besar hati dan tidak termotivasi belajar.
  • 244. TEORI MOTIVASI 1.Motivasi dan Penguat Skiner dan ahli teori tingkah laku mengungkapkan tidak perlu memisahkan antara teori belajar dan motivasi Siswa yang tlh. Diberi penguatan untuk belajar (nilai, pujian) akan termotivasi untuk belajar demikian juga siswa yang tlh. “dihukum” dlm belajarnya, maka tdk lg termotivasi belajar. 2. Hadiah dan Penguatan Tidak ada jaminan apakah hadiah akan menjadi penguat yg efektif krn sbg penguat ditentukan oleh pribadi dan situasi. Nilai penguat dr hadiah tergantung pada banyak faktor.
  • 245. 3. Cognitive Dissonance teori yang menerangkan tentang tingkah laku seseorang dengan memberi alasan untuk menunjukkan bahwa dirinya positif. Teori ini berpegang bahwa orang akan marah/tdk senang jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologi tidak konsisten untuk mengatasi untuk mengatasi ketidak senangan ini mrk. Mengubah tingkah lakunya dengan memberikan alasan yang kira2 masuk akal.
  • 246. 4. Teori Atribusi Mencari penjelasan dan mencoba untuk mengerti mengapa seseorang memberikan alasan terutama jika seseorang mengalami kegagalan/kesuksesan. Orang mencoba untuk menyatakan bahwa dirinya positif/ mempunyai kesan positif dan akan mencari alasan untuk menghindari kesan negatif. Teori ini berfungsi bagaimana siswa menginterprestasikan dan menggunakan umpan balik atas prestasi akademik mereka dan menyarankan kepada guru bagaimana mrk hrs. memberikan umpan balik yang dapat menimbulkan motivasi yang sangat besar bgi siswa.
  • 247. 5. Self Worth (menghargai dirinya sendiri) Teori ini menggabungkan komponen motivasi dengan persepsi yang menyebabkan sukses dan gagal. Seorang individu blj dr persepsi masyarakat bahwa seseorang dinilai karena prestasinya. seseorang mempertahankan persepsi bahwa dia mempunyai kemampuan yang positif. Jika seseorang gagal dalam menjalankan tgs persepsi orang bahwa dia tidak mampu. kegagalan menciptakan perasaan diri yang tidak berharga dan menolak dirinya sendiri.
  • 248. 6. Expectancy Theories Of Motivation Hubungan antara kebutuhan dan tingkah laku adl individu merespon terhadap kebutuhan yang muncul. Individu sering dihadapkan pd bagaimana memilih respon untuk berbagai kebutuhan upaya memilih milih menurut jenisnya = teori harapan Individu tdk hanya merespon kejadian yg tlh. Terjadi, tetapi mrk merespon hal2 yang mungkin dan diharapkan akan terjadi
  • 249. 7. Teori Humanistik Untuk Motivasi Teori belajar humanistik, menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Teori belajar humanistik lebih menekankan bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi baik kognitif, afektif dan psikomotorik.
  • 250. Menurut Carl Ransom Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya pendidik memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu: 1.Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Peserta didik tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2.Peserta didik akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. 3.Pengorganisasian bahan pembelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi peserta didik. 4.Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
  • 251. Menurut Teori Maslow, Orang dimotivasi oleh kebutuhan atau ketegangan diciptakan oleh kebutuhan, untuk bergerak menuju tujuan dimana mereka percaya akan membantu memenuhi kebutuhan. 8. Motivasi Berprestasi ada beberapa orang yang berambisi dan berkerja keras untuk mencapai sukses.
  • 252. 252  PERHATIAN (ATTENTION)  RELEVANSI (RELEVANCE)  KEPERCAYAAN DIRI (CONFIDENCE)  KEPUASAN ( SATISFACTION)
  • 253. 253 Perhatian ditimbulkan oleh elemen yang :  Baru  Aneh  Kontradiktif  Kompleks
  • 254. 254  Gunakan metode instruksional yang bervariasi  Gunakan variasi media (transparansi, videotape, dsb.nya) untuk melengkapi perkuliahan  Bila tepat, gunakan humor dalam presentasi  Gunakan peristiwa nyata sebagai contoh untuk memperjelas konsep  Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa
  • 255. 255  Motif pribadi (McClelland)  Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement)  Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power)  Kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation)  Motif instrumental , bahwa keberhasilan dalam suatu tugas adalah langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut  Nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan nilai yang dianut oleh mahasiswa dan kelompok
  • 256. 256  Sampaikan apa kemampuan siswa setelah mempelajari kuliah tersebut, berarti perlu menjelaskan tujuan instruksional  Menjelaskan manfaat pengetahuan/ keterampilan yang akan dipelajari yang bekaitan dengan pekerjaan lulusan nanti  Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan profesi tertentu
  • 257. 257
  • 258. 258  Memperbanyak pengalaman berhasil siswa (urutan materi dari mudah ke sukar)  Pembelajaran disusun dalam bagian yang lebih kecil  Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menyatakan persyaratannya ( tujuan instruksional dan kriteria tes pada awal kuliah)  Memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa (adanya Kontrak)  Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa  Berikan umpan balik yang konstruktif
  • 259. 259
  • 260. 260  Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya  Berikan kesempatan siswa segera mempraktekkan pengetahuan yang dipelajarinya  Minta siswa membantu teman yang belum berhasil menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan  Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu atau standar lain, bukan dengan siswa lain

Editor's Notes

  1. P3AI-UNHAS