SlideShare a Scribd company logo
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
MELALUI KEGIATAN SAINS DENGAN MEDIA KERTAS KREP
PADA KELOMPOK BERMAIN HARAPAN BUNDA
SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
NAMA : INDAH FAJARWATI
NPM : 11260550
PROGRAM : SKGJ PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
VETERAN SEMARANG
2014
PERSETUJUAN
Proposal yang berjudul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain
Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015” ini diajukan untuk
memperoleh surat ijin penelitian
Semarang, .........................
Pembimbing 1, Pembimbing II,
Dra. Dwi Hardiyanti, M.Pd Maulidya Ulfah, M.Pd.I
NIY. 628 101 958 NIY. 603 121 984
Semarang, .................. 2014
Dekan, Ketua Program Sarjana (S1)
Kependidikan Bagi Guru Dalam
Jabatan PG-PAUD
Dra. Sri Sayekti, M.Si Asef Umar Fakhruddin, M.Pd.I
NIP.19610311 198603 2 002 NIY. 623 041 983
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
MELALUI KEGIATAN SAINS DENGAN MEDIA KERTAS
KREP PADA KELOMPOK BERMAIN HARAPAN
BUNDA KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN
SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak berusia 0-6 tahun yang sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis yang
meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan sosiol emosional.
Secara psikologis, anak berkembang secara holistik atau menyeluruh,
artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang
satu dengan aspek lainnya. Anak usia dini mempunyai dorongan yang
kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya
lebih baik.
Anak mempunyai dorongan kuat untuk menguji dan mencoba
kemampuan dan keterampilanya terhadap sesuatu, bila anak usia dini
diberi kesempatan bereksperimentasi dengan berbagai sumber belajar
mereka akan memperoleh pengalaman cara kerja mereka dan juga dapat
mengapresiasi cara kerja anak lain. Anak akan memahami segala sesuatu
yang dilihat dan didengar. Anak berusaha menemukan jawaban sendiri
dengan berbagai cara. Misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang
dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba, bagaimana terjadinya, apa
yang terjadi bila sesuatu dipegang, diubah kedudukanya, dibanting dan
sebagainya, anak mempunyai dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan
meneliti lingkunganya, dengan menggerakkan dan memainkan sesuatu,
anak akan memperoleh pengalaman.
Kegiatan bermain di Kelompok Bermain merupakan hal yang
menyenangkan, kegiatan bermain anak menggunakan seluruh aspek panca
inderanya, dengan bermain anak dapat menemukan lingkungan orang lain,
dan menemukan dirinya sendiri, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan tersebut, anak dapat menghargai orang lain, tenggang rasa
terhadap orang lain, tolong menolong sesama teman dan yang lebih utama
anak dapat menemukan pengalaman baru dalam kegiatan tersebut.
Bermain dapat memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara
lebih mendalam, dan secara spontan anak dapat mengembangkan
bahasanya, dengan bermain anak dapat mencoba sesuatu yang baru.
Kegiatan sains untuk anak dalam upaya menumbuhkan kemampuan
berpikir memerlukan peran serta dari para pendidik baik orang tua, guru,
dan orang dewasa lainnya. Namun kenyataannya, masih banyak kendala
yang harus dihadapi dalam menanamkan hasil belajar pengenalan konsep
sains. Kegiatan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih
bersemangat mengikuti pembelajaran di Kelompok Bermain karena
kegiatan sains dapat meningkatkan aspek perkembangan anak didik,
yakni aspek bahasa, kognitif, kreativitas, psikososial, dan fisiologis,
dalam kegiatan sains anak diajak bereksplorasi, mengidentifikasi
melakukan klasifikasi, prediksi, eksperimen, dan melakukan evaluasi.
(Depdiknas, 2003 :3)
Salah satu kegiatan sains yang akan dibahas adalah pengenalan
warna dengan kertas krep. Pengenalan warna pada anak dapat dilakukan
dengan praktik langsung. Praktik langsung yaitu anak terlibat aktif dalam
kegiatan dan dapat memanipulasi warna secara langsung. Praktik
langsung pengenalan warna akan semakin bermakna apabila
menggunakan berbagai kegiatan untuk membuat suatu penemuan. Untuk
memudahkan praktik langsung dan mengetahui hasilnya secara jelas maka
digunakan kertas krep sebagai media pencampuran warna. Alasan
digunakannya kertas krep sebagai media untuk kegiatan sains tersebut
karena kertas krep sangat beragam warnanya, harganya terjangkau dan
bahan kertas krep larut dicampur dengan air sehingga anak akan mudah
bereksperimen menggunakan media tersebut.
Kegiatan sains pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Kecamatan
Sragen Kabupaten Sragen, kurang begitu disadari pentingnya bagi anak
untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya terutama dalam proses
dan hasil belajar anak. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran
sains di Kelompok Bermain Harapan Bunda Kecamatan Sragen Kabupaten
Sragen kurang tepat. Alat dan media pembelajaran untuk kegiatan sains
masih kurang. Guru merasa kesulitan dalam menyusun skenario
pembelajaran mengenai konsep sains sederhana, karena anak hanya diberi
pembelajaran yang bersifat teoritis dan jarang mempraktekannya langsung.
Kegiatan sains pada anak di usia dini sangat diperlukan sekali guna
membantu anak menemukan pengalaman yang baru dan mengenalkan
warna dengan berbagai media akan membantu anak bereksplorasi dan
berkreativitas dengan lingkungannya. Berdasarkan hal-hal tersebut secara
khusus, peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Anak Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada
Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015”
2. Rumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah:
1) Hasil belajar anak dalam aspek kemampuan kognitif masih rendah
2) Kinerja guru pada waktu proses pembelajaran juga terlihat masih
kurang.
3) Kegiatan sains hanya secara teori saja dan anak jarang sekali diajak
praktek langsung khususnya pada kegiatan pencampuran warna
dengan menggunakan bahan dari kertas krep.
4) Antusias anak kurang karena pembelajaran hanya monoton
5) Alat dan media pembelajaran terbatas
b. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan adalah:
Bagaimana “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain
Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015?”.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Kegiatan Sains
Dengan Media Kertas Krep guna meningkatkan kemampuan kognitif anak
Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Sragen Tahun Pelajaran
2014/2015.
4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna
bagi aspek-aspek perkembangan anak usia dini, serta mengembangkan
konsep-konsep atau teori yang berhubungan dengan kegiatan sains
dengan berbagai media khususnya pada Kelompok Bermain.
b. Manfaat Praktis
1) Anak Didik
Anak didik dapat berekspresi kreatif, bereksperimen,
bereksplorasi dengan lingkungannya agar suatu hari dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapinya kelak.
2) Pendidik
Diharapkan pendidik memiliki pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman khususnya penerapan metode eksperimen yang benar
dan tepat, mampu mendeteksi permasalahan yang ada dan mencari
alternatif solusi yang tepat.
3) Orang Tua
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada orang tua
pentingnya kegiatan sains untuk perkembangan kognitif Anak Usia
Dini (AUD).
4) Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi lembaga pendidikan khususnya di Kelompok Bermain
bahwa penerapan kegiatan sains sangat bermanfaat bagi anak.
B. LANDASAN TEORI
1. Teori Tentang Kemampuan Kognitif Anak
a. Pengertian Kognitif Anak
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa. (Yuliani Nurani Sujiono,dkk 2005:1.2),
proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali
ditujukan pada ide-ide dan belajar.
Selanjutnya menurut Witherington dalam Yuliani Nurani Sujiono,
dkk (2005:1.12) mengemukakan bahwa Kognitif adalah pikiran,
kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan
cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan
masalah. Sedangkan perkembangan kognitif (perkembangan mental)
adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses
berpikir dari otak. Pikiran yang digunakan untuk mengenali,
mengetahui dan memahami. Woolfolk dalam Yuliani Nurani
Sujiono,dkk (2005:1.16) mengemukakan bahwa kognitif merupakan satu
atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan
pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan
lingkungan.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa perkembangan kognitif (perkembangan mental dan
perkembangan kognisi) adalah dari pikiran. Pikiran merupakan bagian
dari proses berpikirnya otak. Bagian tersebut digunakan untuk proses
pengakuan, mencari sebab akibat, proses mengetahui dan memahami.
b. Pentingnya Pengembangan Kognitif
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
inderanya, sehingga anak mampu mengembangkan pengetahuannya
untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Proses kognisi meliputi
berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran
dan pemecahan masalah.
Berdasarkan Piaget dalam Nurani Sujiono, dkk (2005:1.16),
pentingnya mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagai
berikut:
1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan
apa yang ia lihat, dengar dan rasakan, sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif
2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya
3) Agar anak mampu mengembangkan pikirannya dalam rangka
menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4) Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia
sekitarnya.
5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang
terjadi secara spontan atau percobaan
6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya,
sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu
menolong dirinya sendiri.
Tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan
kemampuan auditory (bunyi atau indera pendengaran anak), visual
(penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan persepsi anak
terhadap lingkungan sekitarnya), taktil (pengembangan indera peraba),
kinestetik (keterampilan tangan atau motorik halus), aritmatika
(kemampuan berhitung), geometri (pengembangan konsep bentuk dan
ukuran), dan sains permulaan (berbagai percobaan atau demonstrasi).
Ketujuh bidang pengembangan yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah sains permulaan dengan mengadakan berbagai percobaan
sederhana pencampuran warna.
Dengan mengetahui karakteristik kemampuan kognitif pada anak,
maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Dalam pengembangan sains, guru harus betul-betul memahami
karakteristik anak dan lingkungan, dan itu akan menjadi titik tolak
dalam memperkenalkan sains pada anak usia dini. Perkenalkan anak
dengan lingkungan sekitar mereka seperti tanaman di sekitar sekolah.
Dengan penyediaan tanaman di sekolah maka memperkenalkan sains
kepada mereka tidak perlu jauh-jauh, di samping itu pembelajaran sains
akan menjadi lebih nyata dan efisien, karena jarak antara sekolah dan
tanaman relatif berdekatan, anak juga diperkenalkan dengan kegiatan
praktis yang lebih bermakna. Dengan melibatkan anak belajar dan
bekerja melalui tanaman sekolah melatih mereka menyenangi
pekerjaan dan menanamkan berdisiplin misalkan dengan dibiasakan
menyiram tanaman.
Dari sisi guru, ketersediaan sumber dan media belajar merupakan
medium yang efektif bagi demonstrasi berbagai konsep dan kajian
sains yang seharusnya dikuasai oleh anak dengan kata lain tanaman
sekolah merupakan laboratorium alamiah. Dalam pembelajaran metode
yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan anak, jangan
menggunakan metode yang monoton karena dengan penggunaan
metode yang monoton dalam pembelajaran, anak akan merasa jenuh
dan pemahaman anak kurang optimal.
2. Teori tentang Pengenalan Sains Sederhana Anak
a. Pengertian Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin ”scientia” yang berarti
pengetahuan. Anak pada usia dini sudah dikenalkan dengan sains, hal
ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Sains
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2012) memiliki definisi sebagai pengetahuan sistematis
tentang penentuan sifat dasar atau prinsip suatu hal yang diperoleh dari
observasi, penelitian, dan uji coba.
Menurut istilah secara umum, Sains adalah proses pengamatan,
berpikir, dan merefleksikan aksi dan kejadian/peristiwa. Sains
merupakan cara kita berpikir dan melihat dunia sekitar kita. Abu
Hamidi (1991) memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang
didasarkan atas pengamatan, percobaan percobaan terhadap gejala
alam berupa makrokosmos dan mikrokosmos.
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok
bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari
dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian-
kejadian yang terjadi di alam. Pengenalan sains untuk anak usia dini
dilakukan untuk mengembangkan berbagai kemampuan (Slamet
Suyanto, 2005:159), yaitu (1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu
mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam. (2)
Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, meliputi
pengamatan, pengukuran, menggunakan bilangan, dan membagi hasil
pengamatan. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan
penemuan dengan menggunakan inkuiri. (4) Memahami pengetahuan
tentang ciri, struktur, dan fungsi benda.
Selain itu Nash, dalam (Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa
Sains itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash
juga menjelaskan bahwa cara sains mengamati dunia bersifat analisis,
lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan
fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif
yang baru tentang objek yang diamatinya. Jadi penekanan dalam
pembelajaran Sains adalah pengembangan kreativitas anak dalam
mengelola pemikirannya menghubungkan antara satu fenomena dengan
fenomena lain yang ada dilingkungannya, sehingga memperoleh suatu
gagasan (ide), pemahaman, serta pola baru dalam berfikir memahami
suatu objek yang diamati. Pengetahuan mengenai konsep-konsep sains
sederhana dapat diperkenalkan dan dipelajari anak-anak melalui kegiatan
bermain atau anak diajak untuk melakukan eksperimen (percobaan
sederhana). Dengan memberi kesempatan kepada anak untuk
bereksperimen maka anak telah didorong untuk selalu mencoba sesuatu
yang baru sehingga dapat mengarahkan anak menjadi seorang yang
kreatif dan penuh inisiatif.
b. Tujuan Pembelajaran sains
Pembelajaran sains untuk usia dini bertujuan antara lain sebagai
berikut:
1) Membantu anak dalam pengenalan dan penguasaan fisika
dasar/sains seperti melakukan eksplorasi/penyelidikan dan percobaan
sederhana dengan berbagai benda (air, angin, api dan magnet)
2) Membantu anak mengenali, menguasai kumpulan pengetahuan,
menjelaskan yang diketahuinya itu secara memadai kepada orang
lain dan menyampaikan cara-cara yang digunakannya
3) Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan
keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari
4) Memfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka,
kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerja sama, dan mandiri
dalam kehidupan
5) Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta
terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan
Tuhan YME (http://arenapaud.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-
sains-pada-anak-usia-dini.html) diakses 18 Oktober 2014.
Menurut Leeper (1994) menyampaikan bahwa (1) Pengembangan
pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode
sains, sehingga anak terbantu dan menjadi terampil dalam
menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi. (2) Pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak memiliki
sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan; tidak cepat dalam mengambil
keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang,
berhati – hati terhadap informasi – informasi yang diterimanya serta
bersifat terbuka. (3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia
dini ditujukan agar anak mendapatkan pengetahuan dan informasi
ilmiah. (4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini
ditujukan agar anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk
menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam
sekitarnya.
c. Aplikasi Sains Sederhana Dalam Pembelajaran Anak
Produk Sains meliputi fakta, konsep, teori, prinsip dan hukum.
Untuk anak prasekolah fakta dan konsep sederhana dapat dipelajari
melalui kegiatan bermain. Sebagai contoh, melalui bermain air, anak
mengamati air dan melakukan berbagai percobaan terhadap air seperti
melempar, menuang, memasukkan benda dan mengambil dengan
berbagai cara. Dari kegiatan tersebut anak belajar sifat-sifat air. Anak
mungkin akan mengetahui bahwa air dapat mengalir dari satu tempat
ke tempat lain. Air dapat dituang dari satu tempat ke tempat lain. Anak
mengetahui benda tenggelam dan yang lain terapung.
Aplikasi sains sederhana dalam kehidupan sehari-hari
diwujudkan dalam bentuk karya teknologi, radio, mesin cuci, TV,
komputer, lampu dan HP adalah contoh-contoh karya teknologi yang
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Anak pra sekolah
selalu ingin tahu bagaimana benda-benda tersebut bekerja. Anak ingin
sekali mengetahui isi radio. Mereka berfikir di dalam radio ada orang
yang bisa berbicara atau bernyanyi. Begitupula dengan televisi. Anak
akan terkejut jika melihat radio yang yang dibongkar dan melihat
isinya bukan orang. Itulah sebabnya di panti pendidikan untuk anak usia
dini di luar negeri selalu memajang radio, televisi atau mesin sederhana
lainnya yang dibuka agar anak mengenal isinya. Banyak pula
perusahaan mobil dan motor yang menyediakan mesin yang telah
dibelah dua agar anak-anak dapat mengenal karya teknologi.
Pengetahuan yang diperoleh anak akan berguna sebagai modal berfikir.
Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan
tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu
perlakuan sehingga melatih anak berfikir logis.
d. Rambu-Rambu Kegiatan Sains Sederhana Untuk Anak
Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Berikut ini merupakan
rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :
1) Bersifat konkrit
Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran
adalah benda yang konkrit (nyata).
2) Abstrak.
Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas
lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep
tersebut.
3) Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung
Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu
mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi.
4) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi
Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi
terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya.
5) Memungkinkan anak membangun pengetahuan sendiri.
Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi
melatih anak membangun pengetahuan berdasarkan objek tersebut.
6) Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”
Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak
sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus
dijawab dengan logika berfikir sebab akibat.
7) Lebih menekankan proses daripada produk
Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat
menyenangkan bagi anak. Anak tidak berfikir apa hasilnya.
8) Memungkinkan anak menggunakan bahasa dan matematika
Pengenalan sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain,
seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti.
9) Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science) Sains
menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap.
3. Teori Tentang Media Kertas Krep
a. Pengertian Media
Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang
berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media
diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.
Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4),
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga
terjadi proses belajar”. Dijabarkan juga oleh Djamarah (1995:136),
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Ada beberapa jenis
media pembelajaran, diantaranya :
1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya
4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang
menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3)
karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan
menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila
ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran
tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.
b. Pengertian Tentang Kertas Krep dan Warna
1) Definisi Kertas Krep
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan
dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Pulp adalah hasil
pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu)
melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia).
Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai
bahan baku kertas. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan
mengandung selulosa dan hemiselulosa. http://id.wikipedia.org/wiki/
Pulp diakses 18 Oktober 2014.
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis,
mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat
dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang
digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Kertas yang dalam bahasa Inggris disebut “paper”
diperkirakan berasal dari kata “papyrus” yakni bahan alami (sejenis
tumbuhan) yang berasal dari Mesir yang digunakan secara luas pada
masa peradaban Greco Roman. Pada mulanya kertas digunakan orang
untuk menulis dan mencetak.
Sejalan dengan disempurnakannya proses industri kertas
yang berkembang berabad-abad, penggunaan kertas terus
berkembang pesat dikarenakan potensinya yang istimewa. Kertas
dapat dibuat dari beragam serat, seperti serbuk gergaji, serutan
kayu, daun kering, bubuk kayu, kulit jagung, dan sebagainya. Salah
satu produk kertas yang sering digunakan adalah kertas krep. Kertas
krep adalah kertas yang permukaannya berkerut-kerut, mempunyai
daya renggang dan daya serap yang tinggi. Kertas ini digunakan
untuk membungkus dan mengemas serta dapat juga digunakan untuk
dekorasi karena beraneka warna. http://ceritadise.wordpress.com
/2011/03/05/ kemasan- kertas/ diakses tanggal 18 Oktober 2014
Penelitian ini menggunakan kertas krep sebagai media untuk
kegiatan sains kepada anak. Kertas krep adalah kertas yang
permukaannya berkerut-kerut, mempunyai daya renggang dan daya
serap yang tinggi. Kertas ini banyak warnanya dan mudah larut
dalam air biasanya digunakan untuk membungkus dan mengemas
serta dapat juga digunakan untuk dekorasi. Kertas krep memiliki
berat yang paling ringan. Berat suatu kemasan ditentukan oleh bahan
pembuatnya, lapisan yang melapisinya dan kegunaannya dalam
mengemas bahan pangan. Semakin berat suatu kemasan menandakan
bahan penyusunnya semakin banyak dan semakin dapat menahan
benturan dan goncangan dibandingkan dengan kemasan yang ringan.
Umumnya kemasan yang berat tergolong kaku karena komponen
yang dikandungnya.
Adapun Jenis kertas krep yang biasa digunakan, yaitu : Kertas
krep biasa. Kertas krep ini agak tipis sehingga gampang rusak dan
Kertas krep 2 sisi. Kertas krep ini lebih tebal dari kertas krep biasa.
Gambar 2.1 Macam-Macam Kertas Krep
2) Pengertian Warna
Sadjiman Ebdi Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara
fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang
dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari
pengalaman indera penglihatan. Ali Nugraha (2008: 34) mengatakan
bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang
dipantulkan oleh benda–benda yang dikenai cahaya tersebut.
Selanjutnya, Endang Widjajanti Laksono (1998: 42)
mengemukakan bahwa warna merupakan bagian dari cahaya yang
diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga unsur yang penting dari
pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya.
Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang
dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diintrepetasikan oleh
mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. Pada tahun
1831, Brewster (Ali Nugraha, 2008:35) mengemukakan teori tentang
pengelompokan warna. Teori Brewster membagi warna–warna yang
ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer,
sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran
warna teori Brewster dipaparkan sebagai berikut:
a) Warna Primer
Warna primer adalah Merupakan warna dasar yang tidak
merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk
dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.
Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah
warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi
warna-warna primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna
primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun
dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah
Merah (seperti darah), Biru (seperti langit atau laut), Kuning
(seperti kuning telur)
Gambar 2.2. Warna Primer
b) Warna Sekunder
Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna
primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira,
1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna–warna primer
menghasilkan warna–warna sekunder. Warna jingga merupakan
hasil campuran warna merah dengan kuning. Warna hijau adalah
campuran biru dan kuning. Warna ungu adalah campuran merah
dan biru.
Gambar 2.3. Warna Sekunder
c) Warna Tersier
Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan
satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari
pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah
warna tersier awalnya merujuk pada warna–warna netral yang dibuat
dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna.
Pengertian tersebut masih umum dalam tulisan– tulisan teknis.
Gambar 2.4. Warna Tersier
d) Warna Netral
Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam
proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu
dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna
subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu,
atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna–
warna kontras di alam.
Munsell (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 70) mengemukakan
teori yang mendukung teori Brewster. Munsell mengatakan bahwa:
Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu
merah (M), kuning (K), dan biru (B). Apabila warna dua warna primer
masing–masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua
atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna
sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara
warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan
dihasilkan warna netral. Rumus teori Munsell dapat digambarkan
sebagai berikut:
(1) Warna primer : Merah, Kuning, Biru
(2) Warna Sekunder : Merah + Kuning = Jingga ;Merah + Biru =
Ungu; Kuning + Biru = Hijau
(3) Warna Tersier : Jingga + Merah=Jingga kemerahan; Jingga +
Kuning = Jingga kekuningan; Ungu + Merah =
Ungu kemerahan; Ungu + Biru = Ungu
kebiruan; Hijau + Kuning = Hijau kekuningan;
Hijau + Biru= Hijau kebiruan.
3) Kegiatan Sain Dengan Media Kertas Krep
Kegiatan sain dengan media kertas krep dapat dilakukan atau
dipraktekan langsung oleh anak seperti contoh berikut ini:
Gambar 2.5 Kertas krep disobek kemudian dimasukan ke wadah yang berisi air
Gambar 2.6. Memastikan kertas masuk kedalam air hingga mendapatkan warna
yang diinginkan
Gambar 2.7 Kegiatan mencampur warna seperti yang diinginkan
4. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar mengajar guru berusaha menyampaikan bagaimana cara
mengenalkan kegiatan sains dengan media kertas krep pada anak sehingga
mampu meningkatkan kemampuan kognitifnya dengan baik berdasarkan
materi dan metode yang tepat, yang bisa dengan mudah dipahami oleh anak.
Sebaliknya dalam kegiatan belajar anak juga berusaha memperoleh
pengetahuan dari guru. Kegiatan sains dengan media kertas krep merupakan
suatu konsep pengetahuan dasar anak yang digunakan untuk membantu anak
dalam memperoleh informasi. Cara menganalisa metode pembelajaran dan
penggunaan media yang tepat dan mudah diterima oleh anak, sehingga anak
tidak mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran sains sederhana
tersebut.
Gambar 2.8 Gambar Bagan Kerangka Berfikir
Pemahaman tentang
kegiatan sains dengan
media kertas krep masih
rendah
r masih rendah
Belum diterapkan
kegiatan sains dengan
media kertas krep
Kondisi Awal
Tindakan
Setelah diterapkan kegiatan
sains dengan media kertas
krep di Kelompok Bermain
Hasil belajar
meningkat
Kondisi Akhir
Diharapkan Peningkatan
kemampuan kognitif anak
mencapai target 60%
Melakukan kegiatan
sains dengan media
kertas krep di
Kelompok Bermain
Siklus II
Siklus 1
Diharapkan Peningkatan
kemampuan kognitif anak
mencapai target 80%
5. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan
jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan
kesimpulan yang nilai kebenarannya masih diuji, melihat permasalahan dan
teori yang telah dikemukakan di atas dapat penulis rumuskan hipotesis
yaitu, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain
Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015”
C. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan penelitian yang dipakai adalah Penelitian Tindakan Kelas
atau PTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas serta
mencari “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain
Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015”
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di KB Harapan Bunda usia 3-4 Tahun
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen yang terletak di desa Mageru
komplek Polres Sragen. Lokasi KB relatif strategis, berada di tengah
pemukiman warga yang padat penduduk dan transportasinya mudah
dijangkau. Peneliti mengadakan penelitian ini dengan pertimbangan
sekolah belum memaksimalkan sains dalam pembelajarannya.
Pembelajaran hanya dititik beratkan pada pengembangan kemampuan
akademik seperti membaca dan berhitung. Oleh karena itu kemampuan
kognitif anak belum berkembang dengan baik.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan menjadi 2 siklus : Siklus I pada
bulan Desember 2014 selama 3 hari dan Siklus II pada bulan Januari
2015 selama 3 hari.
3. Subjek Penelitian
Rencana penelitian ini akan dilakukan pada anak Kelompok Bermain
Harapan Bunda (usia 3-4 Tahun) Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 7 anak
laki-laki dan 8 anak perempuan.
4. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan tentang kemampuan kognitif anak melalui
kegiatan sains dengan media kertas krep dengan cara melakukan
pencampuran warna untuk mengenalkan warna kepada anak. Fokus masalah
lebih diidentikkan dengan langkah yang mengawali dalam perencanaan
penelitian tindakan kelas, bagi seorang peneliti sekaligus seorang pengajar
di dalam kelas maka penentuan fokus masalah dapat dirasakan pada
proses-proses pembelajaran yang berlangsung.
Arikunto, (2010:20) mengemukakan empat tahapan penting dalam
penelitian tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Empat tahapan penting dalam penelitian tersebut merupakan
unsur untuk membentuk siklus, yaitu kegiatan yang dilakukan satu
putaran secara beruntun yang kemudian kembali ke langkah awal. Apabila
sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru
selesai dilaksanakan dalam siklus satu maka guru menentukan rancangan
untuk siklus dua. dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 3.1 Bagan Alur PTK Model John Elliot
Sumber data http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-
tindakan-kelas-part-ii/ diakses tanggal 18 Oktober 2014
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara atau diskusi, catatan lapangan dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto,
1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh
peneliti dibantu oleh kolaborasi yakni guru kelas dan kepala sekolah.
Observasi dilakukan pada kelas yang dijadikan subyek penelitian untuk
mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar anak dikelas.
Observasi yang dilakukan meliputi proses belajar mengajar guru
dan anak dengan menggunakan pengenalan sains sederhana
menggunakan media kertas krep. Hal-hal yang diobservasi antara lain
kemampuan anak dalam mengajukan pertanyan, membuat tebakan dan
akhirnya membuat jawaban, perhatian anak terhadap saat kegiatan
berlangsung, kepercayaan diri pada saat tampil didepan kelas dan
penemuan baru suatu eksperimen.
Adapun pedoman penyusunan pengumpulan data dan pengisian
lembar observasi adalah sebagai berikut:
1) Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan kognitif anak usia dini. Adapun tingkat
perkembangan yang akan dicapai berdasarkan program tahunan
Taman Kanak-kanak yaitu :
a) Bermain dengan berbagai media misal dengan kertas krep
b) mengamati benda-benda dimasukan ke dalam air
c) Membedakan konsep banyak –sedikit, lebih-kurang, sama-tidak
sama
d) Menceritakan hasil percobaan sederhana tentang warna dicampur
e) Menjawab pertanyaan sederhana
f) Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana dengan
runtut
g) Bekerja secara mandiri
2) Menjabarkan indikator kedalam butir amatan/observasi yang
menunjukkan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika
melakukan kegiatan, yang dijadikan kisi-kisi dalam melakukan
observasi.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Anak
No
Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Indikator
Butir amatan/
Observasi
Jmh
1. Melakukan eksplorasi
dengan berbagai media dan
kegiatan
Bermain dengan
berbagai media misal
dengan kertas krep
Anak mampu bermain
dengan media kertas
krep
1
2. Menunjukkan aktivitas
yang bersifat eksploratif
dan menyelidik (seperti apa
yang terjadi ketika air di
campur dengan kertas krep
mengamati benda-
benda dimasukan ke
dalam air
Anak mampu mengamati
benda-benda yang
dimasukan ke dalam air
dengan cara
mencampurkan air
dengan kertas krep
1
3. Mengklasifikasikan benda
yang lebih banyak ke
dalam kelompok yang
sama atau kelompok yang
sejenis atau kelompok
berpasangan yang lebih
dari 2 variasi
Membedakan konsep
banyak –sedikit, lebih-
kurang, sama-tidak
sama
Anak mampu
membedakan konsep
banyak sedikit, dengan
cara mencampurkan
kertas krep ke dalam air
mis: apabila kertas krep
yang disobek sedikit
hasilnya kurang baik
1
4. Mengenal sebab-akibat
tentang lingkungannya
(seperti air dapat
menyebabkan sesuatu
menjadi basah)
Menceritakan hasil
percobaan sederhana
tentang warna
dicampur
Anak mampu
menceritakan hasil dari
kegiatan pencampuran
warna
1
5. Menjawab pertanyaan yang
lebih kompleks
Menjawab pertanyaan
sederhana
Anak mampu menjawab
pertanyaan tentang
pencampuran warna
1
6. Menyusun kalimat
sederhana dalam struktur
lengkap (pokok kalimat-
pradikat-keterangan)
Menceritakan
pengalaman/kejadian
secara sederhana
dengan runtut
Anak mampu
menceritakan
pengalamannya setelah
melakukan percobaan
sain
1
7. Memahami peraturan dan
disiplin
Bekerja secara mandiri Anak mampu bekerja
sendiri tanpa bantuan
guru
1
Jumlah butir amatan 7
3) Menentukan deskriptor butir amatan dengan memberikan centang sesuai
dengan kemampuan yang telah dicapai. Adapun keterangan deskriptor
tersebut sebagai berikut:
Skor 4 ( ) : jika anak mampu tanpa bantuan (M)
Skor 3 ( ) : jika anak mampu dengan sedikit bantuan ( MSB)
Skor 2 ( ) : jika anak mampu dengan banyak bantuan (MBB)
Skor 1 ( ) : jika anak tidak mampu (TM)
4) Menuliskan kedalam format instrumen pedoman observasi yang berisi nama
anak, tema, sub tema, kelompok, semester, butir amatan, jumlah deskriptor
amatan, tempat dan tanggal pengamatan seperti contoh dibawah ini
Tabel 3.3. Lembar Observasi Anak
Butir amatan/observasi :............................................................................................
No Nama Anak Lambang Penilaian Skore Keterangan
1 Elita
2 Elsa
3 Fara
4 Syahwa
5 Ajeng
6 Quensha
7 Rada
8 Bedita
9 Arka
10 Farel
11 Tegar
12 Arkana
13 Haidar
14 Naubi
15 Kaila
Keterangan : Sragen, .....................
Pengamat
: Mampu (M)
: Mampu Dengan Sedikit Bantuan (MSB)
: Mampu Dengan Banyak Bantuan (MBB)
: Tidak Mampu (TM)
5) Menjumlahkan skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.
6) Menghitung prosentase peningkatan kemampuan kognitif anak dengan cara
sebagai berikut:
a) Skor pencapaian kemampuan kognitif anak
b) Skor maksimum = skor butir amatan x nilai maksimum
c) Hasil prosentase diisikan pada tabel tabulasi pada kolom (%)
7) Menghitung hasil rata-rata pencapaian dengan skor maksimum pada setiap
siklus yang telah ditentukan peneliti. Penelitian pada setiap siklus akan
berhasil jika anak sudah mencapai skor maksimum yang telah ditentukan
peneliti pada setiap siklusnya.
a) Menentukan aspek amatan yang terdiri dari kegiatan yang dilakukan
guru, respon anak saat proses pembelajaran, komunikasi guru dengan
anak, reward yang diberikan guru kepada anak, media yang digunakan
guru dalam pembelajaran.
b) Membuat pedoman observasi kegiatan pembelajaran guru sesuai dengan
aspek amatan yang telah ditentukan peneliti. Pedoman tersebut berisi
tentang kegiatan awal sebelum pembelajaran mulai, materi yang akan
disampaikan oleh guru, penerapan metode, respon siswa, review, dan lain
lain.
c) Membandingkan prosentase rata-rata capaian kemampuan kognitif
semua anak dengan indikator keberhasilan pada setiap siklus.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan yang diwawancarai (responden). Wawancara dilakukan kepada kepala
sekolah, guru untuk mengetahui respon guru dan anak tentang kegiatan sains
menggunakan media kertas krep.
%
100
maksimum
skor
anak
amatan
butir
Skor
Jumlah

c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong
(2009: 209) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan digunakan
untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti
yang tidak teramati dalam pedoman observasi untuk catatan lapangan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung
dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan film dokumenter dan data lain yang
relevan. Di dalam metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, dan lain-
lain.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan
nama anak Kelompok Bermain Harapan Bunda usia 3-4 Tahun
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, serta foto rekaman proses
tindakan penelitian.
6. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal
sebagai berikut:
a. Rencana Bidang Pengembangan (RBP)
Rencana Bidang Pengembangan adalah perangkat pembelajaran
sebagai pedoman guru dalam mengajar yang memuat kompetensi
dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, alat peraga dan penilaian.
b. Lembar Observasi Anak.
Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap
perkembangan kognitif anak dalam kegiatan sains melalui media kertas
krep.
c. Lembar Observasi Guru.
Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap
kegiatan sains melalui media kertas krep serta penguasaan guru dalam
penerapan metode pembelajaran tersebut.
d. Pedoman Evaluasi Guru.
Pedoman evaluasi guru disusun dan digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi anak guna mengetahui hasil dari kegiatan sains melalui
media kertas krep yang dilaksanakan oleh guru, agar dapat mengetahui
perkembangan kognitif anak selanjutnya.
7. Keabsahan Data
Keabsahan Data merupakan kegiatan yang penting dalam penelitian
tindakan kelas. Keabsahan Data merupakan istilah alternatif dengan standar
rasional untuk menilai kredibilitas penelitian kualitatif. Adapun hal-hal yang
diungkap oleh Wiriatmadja (Hartini, 2009) agar data diperoleh peneliti
miliki dan objektivitas, yaitu:
a. Member-check
Kegiatan memeriksa kembali kebenaran dan informasi atau data
hasil temuan yang diperoleh dari narasumber, yaitu kepala sekolah, guru
ataupun anak selama observasi dan wawancara.
b. Triangulasi
Proses memeriksa kebenaran data yang dianalisis oleh peneliti
dengan mengkonfirmasi kepada guru kelas.
c. Audit Trail
Kegiatan memerikasa kesalahan-kesalahan dalam prosedur yang
digunakan oleh peneliti dalam mengambil kesimpulan.
d. Expert Opinion
Data atau informasi yang diperoleh peneliti kemudian diperiksa
kembali oleh ahli atau pakar dalam kegiatan sain dengan media kertas
krep untuk memeriksa semua tahapan-tahapan penelitian dan dapat
memberikan arahan kepada peneliti terhadap masalah penelitian.
8. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan selama pengumpulan data dilapangan dan
setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengorganisasian data dan
analisis satu persatu sesuai dengan fokus permasalahan yang dirumuskan
dalam penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan harus dituangkan
dalam bentuk lisan dan analisis. Sanjaya Wina (2010) mengemukakan
bahwa analisis data bisa dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Reduksi data
Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Dalam
tahap ini peneliti membuang data yang tidak relevan.
b. Mendeskripsikan data
Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan
melihat gambaran secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi
tersebut kemudian disajikan dalam grafik, matrik, tabel, atau deskripsi
menyeluruh pada setiap aspek penelitian.
c. Kesimpulan
Merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian.
D. Daftar Pustaka
Abu Hamidi, (1991). Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan
Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara
Ali Nugraha. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia
Dini. Bandung: JILSI Foundation
Suharsimi Arikunto, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Syaiful Bahri Djamarah. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin.
Rineka Cipta.
Sadjiman Ebdi Sanyoto, Drs. (2005). Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain.
Yogyakarta: CV Arti Bumi Intaran
Endang Widjajanti Laksono. (1998). Meramalkan Zat Pewarna dengan
Pendekatan Partikel dalam Kotak I–Dimensi. Cakrawala Hikayat
Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Hariyadi, Sugeng. (2003). Psikologi Perkembangan. Semarang : UNNES
http://arenapaud.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-sains-pada-anak-usia-
dini.html) diakses 18 Oktober 2014.
http://ceritadise.wordpress.com/2011/03/05/kemasan-kertas/diakses tanggal
18 Oktober 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulp diakses 18 Oktober 2014
http://jasa-cetakan.blogspot.com/2009/05/pengetahuan-tentang-kertas.html
diakses tanggal 18 Oktober 2014
John Elliot dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-
kelas-part-ii/ diakses tanggal 18 Oktober 2014
Kemdikbud (2012) panduan Integrasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar : Jakarta
Lepper, Sarah. (1994). Good School for Young Children. New York:
Macmillan Pub. Company. Media Group.
J Lexy Moleong, Prof. Dr. (2009), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :
PT. Remaja Rosdakaya.
Purnamawati dan Eldarni.( 2001). Media Pembelajaran. Jakarta
Rochiati Wiriaatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk
meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Sanjaya, Wina. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.
Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Sulasmi Darma Prawira. (1989). Warna sebagai Salah Satu Unsur Seni dan
Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas
Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah
Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional
Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2005). Metode Pengembangan Kognitif.
Jakarta: Universitas Terbuka
E. Jadwal Penelitian
No Kegiatan/
Minggu Ke
(dalam tahun ...)
November
2014
Desember
2014
Januari
2015
Pebruari
2015
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persiapan
a. Koordinasi
b. Susunan
pedoman kerja
lapangan
c. Persiapan
bahan dan alat
d. Identifikasi
informasi dan
dokumen
2 Pelaksanaan
a. Penyusunan
pedoman
penelitian
b. survey awal ke
lokasi
c. pengumpulan
data dan analisis
awal (siklus 1)
d. diskusi hasil
temuan awa
e. pengumpulan
data dan analisis
lanjut (siklus 2)
f. Peerdebriefing,
triangulasi, dan
recheck (siklus
3)
g. Diskusi lanjut
3 Laporan
a. Susunan Draft
Laporan
b. Seminar Hasil
c. Revisi Laporan
d. Penulisan
Artikel
e. Penggandaan
Dan Jilid
f. Pengesahan
Dan Pengiriman
F. SISTEMATIKA SKRIPSI
Dalam penyusunan skripsi sistematika yang dimaksud untuk
memudahkan para pembaca dalam memahami isi yang telah disusun
peneliti. Adapun sistematika adalah sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal memuat : halaman judul, halaman pengesahan, motto, dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran dan
abstraksi
2. Bagian Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori tentang Kemampuan Kognitif
B. Teori tentang Pengenalan Sains Sederhana Anak
C. Teori tentang Media Kertas Krep
D. Kerangka Berfikir
E. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Fokus Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Alat Pengumpulan Data
G. Keabsahan Data
H. Teknik Analisis Data
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
3. Bagian Akhir
Bagian akhir penulisan skripsi memuat daftar pustaka dan lampiran -
lampiran.

More Related Content

Similar to proposal skripsi kognitif dengan kertas krep.docx

Grafik dan huraian
Grafik dan huraianGrafik dan huraian
Grafik dan huraianBukhary Ar
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Zufa Fauzia
 
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAPROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
etto kono
 
1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud
Azizah18595
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
Operator Warnet Vast Raha
 
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...Nugie Outsider's
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
TRIYULIASIH4
 
- Sains dan kreativitas
 - Sains dan kreativitas - Sains dan kreativitas
- Sains dan kreativitas
Universitas Pendidikan Indonesia
 
Bahan ajar paud 2014
Bahan ajar paud 2014Bahan ajar paud 2014
Bahan ajar paud 2014
Agus Susanto
 
3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf
3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf
3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf
Universitas Pendidikan Indonesia
 
uas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfuas the strategi.pdf
uas the strategi.pdf
ridafarida14
 
Hj. Nuril Fitriyani, SE. M.Pd
Hj. Nuril Fitriyani, SE. M.PdHj. Nuril Fitriyani, SE. M.Pd
Hj. Nuril Fitriyani, SE. M.Pd
Nuril Fijriyani
 
jurnal pengembangan kognitif 1.pdf
jurnal pengembangan kognitif 1.pdfjurnal pengembangan kognitif 1.pdf
jurnal pengembangan kognitif 1.pdf
Yunia47
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
Operator Warnet Vast Raha
 
Kepentingan Seni dalam Pendidikan
Kepentingan Seni dalam PendidikanKepentingan Seni dalam Pendidikan
Kepentingan Seni dalam Pendidikan
Fatin Nabilah Norzaidi
 
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarKanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarJenry Saiparudin
 
Melalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahat
Melalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahatMelalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahat
Melalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahatguest533a419
 
Makalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdf
Makalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdfMakalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdf
Makalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdf
AyuPermataChandra
 

Similar to proposal skripsi kognitif dengan kertas krep.docx (20)

Grafik dan huraian
Grafik dan huraianGrafik dan huraian
Grafik dan huraian
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
 
Perkembangan anak
Perkembangan anakPerkembangan anak
Perkembangan anak
 
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANAPROPOSAL PENELITIAN UNDANA
PROPOSAL PENELITIAN UNDANA
 
1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
 
topik-1-alam-belajar
topik-1-alam-belajartopik-1-alam-belajar
topik-1-alam-belajar
 
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextu...
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
 
- Sains dan kreativitas
 - Sains dan kreativitas - Sains dan kreativitas
- Sains dan kreativitas
 
Bahan ajar paud 2014
Bahan ajar paud 2014Bahan ajar paud 2014
Bahan ajar paud 2014
 
3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf
3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf
3B-K4-Hakikat_Sains_AUD.pdf
 
uas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfuas the strategi.pdf
uas the strategi.pdf
 
Hj. Nuril Fitriyani, SE. M.Pd
Hj. Nuril Fitriyani, SE. M.PdHj. Nuril Fitriyani, SE. M.Pd
Hj. Nuril Fitriyani, SE. M.Pd
 
jurnal pengembangan kognitif 1.pdf
jurnal pengembangan kognitif 1.pdfjurnal pengembangan kognitif 1.pdf
jurnal pengembangan kognitif 1.pdf
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
 
Kepentingan Seni dalam Pendidikan
Kepentingan Seni dalam PendidikanKepentingan Seni dalam Pendidikan
Kepentingan Seni dalam Pendidikan
 
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarKanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
 
Melalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahat
Melalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahatMelalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahat
Melalui metode simulasi dapat meningkatkan sd n 07 lahat
 
Makalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdf
Makalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdfMakalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdf
Makalah Pembelajaran Anak Usia Dini.pdf
 

Recently uploaded

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 

Recently uploaded (20)

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 

proposal skripsi kognitif dengan kertas krep.docx

  • 1. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN SAINS DENGAN MEDIA KERTAS KREP PADA KELOMPOK BERMAIN HARAPAN BUNDA SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : NAMA : INDAH FAJARWATI NPM : 11260550 PROGRAM : SKGJ PAUD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN VETERAN SEMARANG 2014
  • 2. PERSETUJUAN Proposal yang berjudul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015” ini diajukan untuk memperoleh surat ijin penelitian Semarang, ......................... Pembimbing 1, Pembimbing II, Dra. Dwi Hardiyanti, M.Pd Maulidya Ulfah, M.Pd.I NIY. 628 101 958 NIY. 603 121 984 Semarang, .................. 2014 Dekan, Ketua Program Sarjana (S1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan PG-PAUD Dra. Sri Sayekti, M.Si Asef Umar Fakhruddin, M.Pd.I NIP.19610311 198603 2 002 NIY. 623 041 983
  • 3. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN SAINS DENGAN MEDIA KERTAS KREP PADA KELOMPOK BERMAIN HARAPAN BUNDA KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015” A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak berusia 0-6 tahun yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan sosiol emosional. Secara psikologis, anak berkembang secara holistik atau menyeluruh, artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek lainnya. Anak usia dini mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Anak mempunyai dorongan kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan dan keterampilanya terhadap sesuatu, bila anak usia dini diberi kesempatan bereksperimentasi dengan berbagai sumber belajar mereka akan memperoleh pengalaman cara kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain. Anak akan memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Anak berusaha menemukan jawaban sendiri dengan berbagai cara. Misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba, bagaimana terjadinya, apa yang terjadi bila sesuatu dipegang, diubah kedudukanya, dibanting dan sebagainya, anak mempunyai dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan meneliti lingkunganya, dengan menggerakkan dan memainkan sesuatu, anak akan memperoleh pengalaman.
  • 4. Kegiatan bermain di Kelompok Bermain merupakan hal yang menyenangkan, kegiatan bermain anak menggunakan seluruh aspek panca inderanya, dengan bermain anak dapat menemukan lingkungan orang lain, dan menemukan dirinya sendiri, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan tersebut, anak dapat menghargai orang lain, tenggang rasa terhadap orang lain, tolong menolong sesama teman dan yang lebih utama anak dapat menemukan pengalaman baru dalam kegiatan tersebut. Bermain dapat memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam, dan secara spontan anak dapat mengembangkan bahasanya, dengan bermain anak dapat mencoba sesuatu yang baru. Kegiatan sains untuk anak dalam upaya menumbuhkan kemampuan berpikir memerlukan peran serta dari para pendidik baik orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Namun kenyataannya, masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam menanamkan hasil belajar pengenalan konsep sains. Kegiatan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih bersemangat mengikuti pembelajaran di Kelompok Bermain karena kegiatan sains dapat meningkatkan aspek perkembangan anak didik, yakni aspek bahasa, kognitif, kreativitas, psikososial, dan fisiologis, dalam kegiatan sains anak diajak bereksplorasi, mengidentifikasi melakukan klasifikasi, prediksi, eksperimen, dan melakukan evaluasi. (Depdiknas, 2003 :3) Salah satu kegiatan sains yang akan dibahas adalah pengenalan warna dengan kertas krep. Pengenalan warna pada anak dapat dilakukan dengan praktik langsung. Praktik langsung yaitu anak terlibat aktif dalam kegiatan dan dapat memanipulasi warna secara langsung. Praktik langsung pengenalan warna akan semakin bermakna apabila menggunakan berbagai kegiatan untuk membuat suatu penemuan. Untuk memudahkan praktik langsung dan mengetahui hasilnya secara jelas maka digunakan kertas krep sebagai media pencampuran warna. Alasan digunakannya kertas krep sebagai media untuk kegiatan sains tersebut karena kertas krep sangat beragam warnanya, harganya terjangkau dan
  • 5. bahan kertas krep larut dicampur dengan air sehingga anak akan mudah bereksperimen menggunakan media tersebut. Kegiatan sains pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, kurang begitu disadari pentingnya bagi anak untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya terutama dalam proses dan hasil belajar anak. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sains di Kelompok Bermain Harapan Bunda Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen kurang tepat. Alat dan media pembelajaran untuk kegiatan sains masih kurang. Guru merasa kesulitan dalam menyusun skenario pembelajaran mengenai konsep sains sederhana, karena anak hanya diberi pembelajaran yang bersifat teoritis dan jarang mempraktekannya langsung. Kegiatan sains pada anak di usia dini sangat diperlukan sekali guna membantu anak menemukan pengalaman yang baru dan mengenalkan warna dengan berbagai media akan membantu anak bereksplorasi dan berkreativitas dengan lingkungannya. Berdasarkan hal-hal tersebut secara khusus, peneliti mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015” 2. Rumusan Masalah a. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Hasil belajar anak dalam aspek kemampuan kognitif masih rendah 2) Kinerja guru pada waktu proses pembelajaran juga terlihat masih kurang. 3) Kegiatan sains hanya secara teori saja dan anak jarang sekali diajak praktek langsung khususnya pada kegiatan pencampuran warna dengan menggunakan bahan dari kertas krep. 4) Antusias anak kurang karena pembelajaran hanya monoton 5) Alat dan media pembelajaran terbatas
  • 6. b. Rumusan Masalah Dari uraian tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan adalah: Bagaimana “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015?”. 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep guna meningkatkan kemampuan kognitif anak Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015. 4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi aspek-aspek perkembangan anak usia dini, serta mengembangkan konsep-konsep atau teori yang berhubungan dengan kegiatan sains dengan berbagai media khususnya pada Kelompok Bermain. b. Manfaat Praktis 1) Anak Didik Anak didik dapat berekspresi kreatif, bereksperimen, bereksplorasi dengan lingkungannya agar suatu hari dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya kelak. 2) Pendidik Diharapkan pendidik memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman khususnya penerapan metode eksperimen yang benar dan tepat, mampu mendeteksi permasalahan yang ada dan mencari alternatif solusi yang tepat.
  • 7. 3) Orang Tua Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada orang tua pentingnya kegiatan sains untuk perkembangan kognitif Anak Usia Dini (AUD). 4) Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan khususnya di Kelompok Bermain bahwa penerapan kegiatan sains sangat bermanfaat bagi anak. B. LANDASAN TEORI 1. Teori Tentang Kemampuan Kognitif Anak a. Pengertian Kognitif Anak Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. (Yuliani Nurani Sujiono,dkk 2005:1.2), proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan pada ide-ide dan belajar. Selanjutnya menurut Witherington dalam Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2005:1.12) mengemukakan bahwa Kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah. Sedangkan perkembangan kognitif (perkembangan mental) adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak. Pikiran yang digunakan untuk mengenali, mengetahui dan memahami. Woolfolk dalam Yuliani Nurani Sujiono,dkk (2005:1.16) mengemukakan bahwa kognitif merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan
  • 8. pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Dari pendapat beberapa ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif (perkembangan mental dan perkembangan kognisi) adalah dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari proses berpikirnya otak. Bagian tersebut digunakan untuk proses pengakuan, mencari sebab akibat, proses mengetahui dan memahami. b. Pentingnya Pengembangan Kognitif Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga anak mampu mengembangkan pengetahuannya untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Proses kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan Piaget dalam Nurani Sujiono, dkk (2005:1.16), pentingnya mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagai berikut: 1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif 2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya 3) Agar anak mampu mengembangkan pikirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. 4) Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya. 5) Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran baik yang terjadi secara spontan atau percobaan 6) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.
  • 9. Tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory (bunyi atau indera pendengaran anak), visual (penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan persepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya), taktil (pengembangan indera peraba), kinestetik (keterampilan tangan atau motorik halus), aritmatika (kemampuan berhitung), geometri (pengembangan konsep bentuk dan ukuran), dan sains permulaan (berbagai percobaan atau demonstrasi). Ketujuh bidang pengembangan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sains permulaan dengan mengadakan berbagai percobaan sederhana pencampuran warna. Dengan mengetahui karakteristik kemampuan kognitif pada anak, maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam pengembangan sains, guru harus betul-betul memahami karakteristik anak dan lingkungan, dan itu akan menjadi titik tolak dalam memperkenalkan sains pada anak usia dini. Perkenalkan anak dengan lingkungan sekitar mereka seperti tanaman di sekitar sekolah. Dengan penyediaan tanaman di sekolah maka memperkenalkan sains kepada mereka tidak perlu jauh-jauh, di samping itu pembelajaran sains akan menjadi lebih nyata dan efisien, karena jarak antara sekolah dan tanaman relatif berdekatan, anak juga diperkenalkan dengan kegiatan praktis yang lebih bermakna. Dengan melibatkan anak belajar dan bekerja melalui tanaman sekolah melatih mereka menyenangi pekerjaan dan menanamkan berdisiplin misalkan dengan dibiasakan menyiram tanaman. Dari sisi guru, ketersediaan sumber dan media belajar merupakan medium yang efektif bagi demonstrasi berbagai konsep dan kajian sains yang seharusnya dikuasai oleh anak dengan kata lain tanaman sekolah merupakan laboratorium alamiah. Dalam pembelajaran metode yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan anak, jangan menggunakan metode yang monoton karena dengan penggunaan
  • 10. metode yang monoton dalam pembelajaran, anak akan merasa jenuh dan pemahaman anak kurang optimal. 2. Teori tentang Pengenalan Sains Sederhana Anak a. Pengertian Sains Kata sains berasal dari bahasa latin ”scientia” yang berarti pengetahuan. Anak pada usia dini sudah dikenalkan dengan sains, hal ini tentu saja mempertimbangkan pentingnya sains bagi anak. Sains dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012) memiliki definisi sebagai pengetahuan sistematis tentang penentuan sifat dasar atau prinsip suatu hal yang diperoleh dari observasi, penelitian, dan uji coba. Menurut istilah secara umum, Sains adalah proses pengamatan, berpikir, dan merefleksikan aksi dan kejadian/peristiwa. Sains merupakan cara kita berpikir dan melihat dunia sekitar kita. Abu Hamidi (1991) memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos dan mikrokosmos. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian- kejadian yang terjadi di alam. Pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan untuk mengembangkan berbagai kemampuan (Slamet Suyanto, 2005:159), yaitu (1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam. (2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, meliputi pengamatan, pengukuran, menggunakan bilangan, dan membagi hasil pengamatan. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan penemuan dengan menggunakan inkuiri. (4) Memahami pengetahuan tentang ciri, struktur, dan fungsi benda. Selain itu Nash, dalam (Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa Sains itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash
  • 11. juga menjelaskan bahwa cara sains mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Jadi penekanan dalam pembelajaran Sains adalah pengembangan kreativitas anak dalam mengelola pemikirannya menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain yang ada dilingkungannya, sehingga memperoleh suatu gagasan (ide), pemahaman, serta pola baru dalam berfikir memahami suatu objek yang diamati. Pengetahuan mengenai konsep-konsep sains sederhana dapat diperkenalkan dan dipelajari anak-anak melalui kegiatan bermain atau anak diajak untuk melakukan eksperimen (percobaan sederhana). Dengan memberi kesempatan kepada anak untuk bereksperimen maka anak telah didorong untuk selalu mencoba sesuatu yang baru sehingga dapat mengarahkan anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif. b. Tujuan Pembelajaran sains Pembelajaran sains untuk usia dini bertujuan antara lain sebagai berikut: 1) Membantu anak dalam pengenalan dan penguasaan fisika dasar/sains seperti melakukan eksplorasi/penyelidikan dan percobaan sederhana dengan berbagai benda (air, angin, api dan magnet) 2) Membantu anak mengenali, menguasai kumpulan pengetahuan, menjelaskan yang diketahuinya itu secara memadai kepada orang lain dan menyampaikan cara-cara yang digunakannya 3) Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari – sehari 4) Memfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerja sama, dan mandiri dalam kehidupan 5) Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan
  • 12. Tuhan YME (http://arenapaud.blogspot.com/2012/10/pembelajaran- sains-pada-anak-usia-dini.html) diakses 18 Oktober 2014. Menurut Leeper (1994) menyampaikan bahwa (1) Pengembangan pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui pengguanaan metode sains, sehingga anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapi. (2) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal ini mendasar misalkan; tidak cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati – hati terhadap informasi – informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka. (3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah. (4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya. c. Aplikasi Sains Sederhana Dalam Pembelajaran Anak Produk Sains meliputi fakta, konsep, teori, prinsip dan hukum. Untuk anak prasekolah fakta dan konsep sederhana dapat dipelajari melalui kegiatan bermain. Sebagai contoh, melalui bermain air, anak mengamati air dan melakukan berbagai percobaan terhadap air seperti melempar, menuang, memasukkan benda dan mengambil dengan berbagai cara. Dari kegiatan tersebut anak belajar sifat-sifat air. Anak mungkin akan mengetahui bahwa air dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Air dapat dituang dari satu tempat ke tempat lain. Anak mengetahui benda tenggelam dan yang lain terapung. Aplikasi sains sederhana dalam kehidupan sehari-hari diwujudkan dalam bentuk karya teknologi, radio, mesin cuci, TV, komputer, lampu dan HP adalah contoh-contoh karya teknologi yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Anak pra sekolah
  • 13. selalu ingin tahu bagaimana benda-benda tersebut bekerja. Anak ingin sekali mengetahui isi radio. Mereka berfikir di dalam radio ada orang yang bisa berbicara atau bernyanyi. Begitupula dengan televisi. Anak akan terkejut jika melihat radio yang yang dibongkar dan melihat isinya bukan orang. Itulah sebabnya di panti pendidikan untuk anak usia dini di luar negeri selalu memajang radio, televisi atau mesin sederhana lainnya yang dibuka agar anak mengenal isinya. Banyak pula perusahaan mobil dan motor yang menyediakan mesin yang telah dibelah dua agar anak-anak dapat mengenal karya teknologi. Pengetahuan yang diperoleh anak akan berguna sebagai modal berfikir. Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berfikir logis. d. Rambu-Rambu Kegiatan Sains Sederhana Untuk Anak Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains : 1) Bersifat konkrit Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit (nyata). 2) Abstrak. Pendidik sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat menemukan sendirri konsep tersebut. 3) Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. 4) Memungkinkan anak melakukan eksplorasi Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda yang ada disekitarnya. 5) Memungkinkan anak membangun pengetahuan sendiri.
  • 14. Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak membangun pengetahuan berdasarkan objek tersebut. 6) Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa” Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan ”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. 7) Lebih menekankan proses daripada produk Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak berfikir apa hasilnya. 8) Memungkinkan anak menggunakan bahasa dan matematika Pengenalan sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan atau budi pekerti. 9) Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science) Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. 3. Teori Tentang Media Kertas Krep a. Pengertian Media Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4), Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Dijabarkan juga oleh Djamarah (1995:136), Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
  • 15. terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya : 1) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik 2) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya 4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal. b. Pengertian Tentang Kertas Krep dan Warna 1) Definisi Kertas Krep Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Pulp terdiri dari serat - serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. http://id.wikipedia.org/wiki/ Pulp diakses 18 Oktober 2014. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat
  • 16. dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Kertas yang dalam bahasa Inggris disebut “paper” diperkirakan berasal dari kata “papyrus” yakni bahan alami (sejenis tumbuhan) yang berasal dari Mesir yang digunakan secara luas pada masa peradaban Greco Roman. Pada mulanya kertas digunakan orang untuk menulis dan mencetak. Sejalan dengan disempurnakannya proses industri kertas yang berkembang berabad-abad, penggunaan kertas terus berkembang pesat dikarenakan potensinya yang istimewa. Kertas dapat dibuat dari beragam serat, seperti serbuk gergaji, serutan kayu, daun kering, bubuk kayu, kulit jagung, dan sebagainya. Salah satu produk kertas yang sering digunakan adalah kertas krep. Kertas krep adalah kertas yang permukaannya berkerut-kerut, mempunyai daya renggang dan daya serap yang tinggi. Kertas ini digunakan untuk membungkus dan mengemas serta dapat juga digunakan untuk dekorasi karena beraneka warna. http://ceritadise.wordpress.com /2011/03/05/ kemasan- kertas/ diakses tanggal 18 Oktober 2014 Penelitian ini menggunakan kertas krep sebagai media untuk kegiatan sains kepada anak. Kertas krep adalah kertas yang permukaannya berkerut-kerut, mempunyai daya renggang dan daya serap yang tinggi. Kertas ini banyak warnanya dan mudah larut dalam air biasanya digunakan untuk membungkus dan mengemas serta dapat juga digunakan untuk dekorasi. Kertas krep memiliki berat yang paling ringan. Berat suatu kemasan ditentukan oleh bahan pembuatnya, lapisan yang melapisinya dan kegunaannya dalam mengemas bahan pangan. Semakin berat suatu kemasan menandakan bahan penyusunnya semakin banyak dan semakin dapat menahan benturan dan goncangan dibandingkan dengan kemasan yang ringan. Umumnya kemasan yang berat tergolong kaku karena komponen yang dikandungnya.
  • 17. Adapun Jenis kertas krep yang biasa digunakan, yaitu : Kertas krep biasa. Kertas krep ini agak tipis sehingga gampang rusak dan Kertas krep 2 sisi. Kertas krep ini lebih tebal dari kertas krep biasa. Gambar 2.1 Macam-Macam Kertas Krep 2) Pengertian Warna Sadjiman Ebdi Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Ali Nugraha (2008: 34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda–benda yang dikenai cahaya tersebut. Selanjutnya, Endang Widjajanti Laksono (1998: 42) mengemukakan bahwa warna merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga unsur yang penting dari pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. Pada tahun 1831, Brewster (Ali Nugraha, 2008:35) mengemukakan teori tentang pengelompokan warna. Teori Brewster membagi warna–warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Kelompok warna mengacu pada lingkaran warna teori Brewster dipaparkan sebagai berikut:
  • 18. a) Warna Primer Warna primer adalah Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah Merah (seperti darah), Biru (seperti langit atau laut), Kuning (seperti kuning telur) Gambar 2.2. Warna Primer b) Warna Sekunder Warna sekunder merupakan hasil campuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18) membuktikan bahwa campuran warna–warna primer menghasilkan warna–warna sekunder. Warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning. Warna hijau adalah campuran biru dan kuning. Warna ungu adalah campuran merah dan biru. Gambar 2.3. Warna Sekunder
  • 19. c) Warna Tersier Warna tersier merupakan campuran satu warna primer dengan satu warna sekunder. Contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna primer kuning dan warna sekunder jingga. Istilah warna tersier awalnya merujuk pada warna–warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Pengertian tersebut masih umum dalam tulisan– tulisan teknis. Gambar 2.4. Warna Tersier d) Warna Netral Warna netral adalah hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Campuran menghasilkan warna putih atau kelabu dalam sistem warna cahaya aditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu, atau hitam. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna– warna kontras di alam. Munsell (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 70) mengemukakan teori yang mendukung teori Brewster. Munsell mengatakan bahwa: Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah (M), kuning (K), dan biru (B). Apabila warna dua warna primer masing–masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral. Rumus teori Munsell dapat digambarkan sebagai berikut:
  • 20. (1) Warna primer : Merah, Kuning, Biru (2) Warna Sekunder : Merah + Kuning = Jingga ;Merah + Biru = Ungu; Kuning + Biru = Hijau (3) Warna Tersier : Jingga + Merah=Jingga kemerahan; Jingga + Kuning = Jingga kekuningan; Ungu + Merah = Ungu kemerahan; Ungu + Biru = Ungu kebiruan; Hijau + Kuning = Hijau kekuningan; Hijau + Biru= Hijau kebiruan. 3) Kegiatan Sain Dengan Media Kertas Krep Kegiatan sain dengan media kertas krep dapat dilakukan atau dipraktekan langsung oleh anak seperti contoh berikut ini: Gambar 2.5 Kertas krep disobek kemudian dimasukan ke wadah yang berisi air Gambar 2.6. Memastikan kertas masuk kedalam air hingga mendapatkan warna yang diinginkan
  • 21. Gambar 2.7 Kegiatan mencampur warna seperti yang diinginkan 4. Kerangka Berfikir Kegiatan belajar mengajar guru berusaha menyampaikan bagaimana cara mengenalkan kegiatan sains dengan media kertas krep pada anak sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitifnya dengan baik berdasarkan materi dan metode yang tepat, yang bisa dengan mudah dipahami oleh anak. Sebaliknya dalam kegiatan belajar anak juga berusaha memperoleh pengetahuan dari guru. Kegiatan sains dengan media kertas krep merupakan suatu konsep pengetahuan dasar anak yang digunakan untuk membantu anak dalam memperoleh informasi. Cara menganalisa metode pembelajaran dan penggunaan media yang tepat dan mudah diterima oleh anak, sehingga anak tidak mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran sains sederhana tersebut. Gambar 2.8 Gambar Bagan Kerangka Berfikir Pemahaman tentang kegiatan sains dengan media kertas krep masih rendah r masih rendah Belum diterapkan kegiatan sains dengan media kertas krep Kondisi Awal Tindakan Setelah diterapkan kegiatan sains dengan media kertas krep di Kelompok Bermain Hasil belajar meningkat Kondisi Akhir Diharapkan Peningkatan kemampuan kognitif anak mencapai target 60% Melakukan kegiatan sains dengan media kertas krep di Kelompok Bermain Siklus II Siklus 1 Diharapkan Peningkatan kemampuan kognitif anak mencapai target 80%
  • 22. 5. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan kesimpulan yang nilai kebenarannya masih diuji, melihat permasalahan dan teori yang telah dikemukakan di atas dapat penulis rumuskan hipotesis yaitu, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015” C. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian. Pendekatan penelitian yang dipakai adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas serta mencari “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Sains Dengan Media Kertas Krep Pada Kelompok Bermain Harapan Bunda Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015” 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di KB Harapan Bunda usia 3-4 Tahun Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen yang terletak di desa Mageru komplek Polres Sragen. Lokasi KB relatif strategis, berada di tengah pemukiman warga yang padat penduduk dan transportasinya mudah dijangkau. Peneliti mengadakan penelitian ini dengan pertimbangan sekolah belum memaksimalkan sains dalam pembelajarannya. Pembelajaran hanya dititik beratkan pada pengembangan kemampuan akademik seperti membaca dan berhitung. Oleh karena itu kemampuan kognitif anak belum berkembang dengan baik.
  • 23. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan menjadi 2 siklus : Siklus I pada bulan Desember 2014 selama 3 hari dan Siklus II pada bulan Januari 2015 selama 3 hari. 3. Subjek Penelitian Rencana penelitian ini akan dilakukan pada anak Kelompok Bermain Harapan Bunda (usia 3-4 Tahun) Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. 4. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan tentang kemampuan kognitif anak melalui kegiatan sains dengan media kertas krep dengan cara melakukan pencampuran warna untuk mengenalkan warna kepada anak. Fokus masalah lebih diidentikkan dengan langkah yang mengawali dalam perencanaan penelitian tindakan kelas, bagi seorang peneliti sekaligus seorang pengajar di dalam kelas maka penentuan fokus masalah dapat dirasakan pada proses-proses pembelajaran yang berlangsung. Arikunto, (2010:20) mengemukakan empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan penting dalam penelitian tersebut merupakan unsur untuk membentuk siklus, yaitu kegiatan yang dilakukan satu putaran secara beruntun yang kemudian kembali ke langkah awal. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam siklus satu maka guru menentukan rancangan untuk siklus dua. dapat digambarkan seperti dibawah ini:
  • 24. Gambar 3.1 Bagan Alur PTK Model John Elliot Sumber data http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian- tindakan-kelas-part-ii/ diakses tanggal 18 Oktober 2014 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara atau diskusi, catatan lapangan dan dokumentasi. a. Observasi Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu oleh kolaborasi yakni guru kelas dan kepala sekolah. Observasi dilakukan pada kelas yang dijadikan subyek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar anak dikelas. Observasi yang dilakukan meliputi proses belajar mengajar guru dan anak dengan menggunakan pengenalan sains sederhana menggunakan media kertas krep. Hal-hal yang diobservasi antara lain kemampuan anak dalam mengajukan pertanyan, membuat tebakan dan
  • 25. akhirnya membuat jawaban, perhatian anak terhadap saat kegiatan berlangsung, kepercayaan diri pada saat tampil didepan kelas dan penemuan baru suatu eksperimen. Adapun pedoman penyusunan pengumpulan data dan pengisian lembar observasi adalah sebagai berikut: 1) Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif anak usia dini. Adapun tingkat perkembangan yang akan dicapai berdasarkan program tahunan Taman Kanak-kanak yaitu : a) Bermain dengan berbagai media misal dengan kertas krep b) mengamati benda-benda dimasukan ke dalam air c) Membedakan konsep banyak –sedikit, lebih-kurang, sama-tidak sama d) Menceritakan hasil percobaan sederhana tentang warna dicampur e) Menjawab pertanyaan sederhana f) Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana dengan runtut g) Bekerja secara mandiri 2) Menjabarkan indikator kedalam butir amatan/observasi yang menunjukkan pencapaian indikator yang dapat dilakukan anak ketika melakukan kegiatan, yang dijadikan kisi-kisi dalam melakukan observasi.
  • 26. Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi Anak No Tingkat Pencapaian Perkembangan Indikator Butir amatan/ Observasi Jmh 1. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan Bermain dengan berbagai media misal dengan kertas krep Anak mampu bermain dengan media kertas krep 1 2. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti apa yang terjadi ketika air di campur dengan kertas krep mengamati benda- benda dimasukan ke dalam air Anak mampu mengamati benda-benda yang dimasukan ke dalam air dengan cara mencampurkan air dengan kertas krep 1 3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi Membedakan konsep banyak –sedikit, lebih- kurang, sama-tidak sama Anak mampu membedakan konsep banyak sedikit, dengan cara mencampurkan kertas krep ke dalam air mis: apabila kertas krep yang disobek sedikit hasilnya kurang baik 1 4. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (seperti air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah) Menceritakan hasil percobaan sederhana tentang warna dicampur Anak mampu menceritakan hasil dari kegiatan pencampuran warna 1 5. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks Menjawab pertanyaan sederhana Anak mampu menjawab pertanyaan tentang pencampuran warna 1 6. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat- pradikat-keterangan) Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana dengan runtut Anak mampu menceritakan pengalamannya setelah melakukan percobaan sain 1 7. Memahami peraturan dan disiplin Bekerja secara mandiri Anak mampu bekerja sendiri tanpa bantuan guru 1 Jumlah butir amatan 7
  • 27. 3) Menentukan deskriptor butir amatan dengan memberikan centang sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai. Adapun keterangan deskriptor tersebut sebagai berikut: Skor 4 ( ) : jika anak mampu tanpa bantuan (M) Skor 3 ( ) : jika anak mampu dengan sedikit bantuan ( MSB) Skor 2 ( ) : jika anak mampu dengan banyak bantuan (MBB) Skor 1 ( ) : jika anak tidak mampu (TM) 4) Menuliskan kedalam format instrumen pedoman observasi yang berisi nama anak, tema, sub tema, kelompok, semester, butir amatan, jumlah deskriptor amatan, tempat dan tanggal pengamatan seperti contoh dibawah ini Tabel 3.3. Lembar Observasi Anak Butir amatan/observasi :............................................................................................ No Nama Anak Lambang Penilaian Skore Keterangan 1 Elita 2 Elsa 3 Fara 4 Syahwa 5 Ajeng 6 Quensha 7 Rada 8 Bedita 9 Arka 10 Farel 11 Tegar 12 Arkana 13 Haidar 14 Naubi 15 Kaila Keterangan : Sragen, ..................... Pengamat : Mampu (M) : Mampu Dengan Sedikit Bantuan (MSB) : Mampu Dengan Banyak Bantuan (MBB) : Tidak Mampu (TM)
  • 28. 5) Menjumlahkan skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan. 6) Menghitung prosentase peningkatan kemampuan kognitif anak dengan cara sebagai berikut: a) Skor pencapaian kemampuan kognitif anak b) Skor maksimum = skor butir amatan x nilai maksimum c) Hasil prosentase diisikan pada tabel tabulasi pada kolom (%) 7) Menghitung hasil rata-rata pencapaian dengan skor maksimum pada setiap siklus yang telah ditentukan peneliti. Penelitian pada setiap siklus akan berhasil jika anak sudah mencapai skor maksimum yang telah ditentukan peneliti pada setiap siklusnya. a) Menentukan aspek amatan yang terdiri dari kegiatan yang dilakukan guru, respon anak saat proses pembelajaran, komunikasi guru dengan anak, reward yang diberikan guru kepada anak, media yang digunakan guru dalam pembelajaran. b) Membuat pedoman observasi kegiatan pembelajaran guru sesuai dengan aspek amatan yang telah ditentukan peneliti. Pedoman tersebut berisi tentang kegiatan awal sebelum pembelajaran mulai, materi yang akan disampaikan oleh guru, penerapan metode, respon siswa, review, dan lain lain. c) Membandingkan prosentase rata-rata capaian kemampuan kognitif semua anak dengan indikator keberhasilan pada setiap siklus. b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan yang diwawancarai (responden). Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru untuk mengetahui respon guru dan anak tentang kegiatan sains menggunakan media kertas krep. % 100 maksimum skor anak amatan butir Skor Jumlah 
  • 29. c. Catatan Lapangan Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2009: 209) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam pedoman observasi untuk catatan lapangan. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan- peraturan, laporan kegiatan film dokumenter dan data lain yang relevan. Di dalam metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, dan lain- lain. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama anak Kelompok Bermain Harapan Bunda usia 3-4 Tahun Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, serta foto rekaman proses tindakan penelitian. 6. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut: a. Rencana Bidang Pengembangan (RBP) Rencana Bidang Pengembangan adalah perangkat pembelajaran sebagai pedoman guru dalam mengajar yang memuat kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat peraga dan penilaian. b. Lembar Observasi Anak. Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap perkembangan kognitif anak dalam kegiatan sains melalui media kertas krep.
  • 30. c. Lembar Observasi Guru. Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap kegiatan sains melalui media kertas krep serta penguasaan guru dalam penerapan metode pembelajaran tersebut. d. Pedoman Evaluasi Guru. Pedoman evaluasi guru disusun dan digunakan oleh guru untuk mengevaluasi anak guna mengetahui hasil dari kegiatan sains melalui media kertas krep yang dilaksanakan oleh guru, agar dapat mengetahui perkembangan kognitif anak selanjutnya. 7. Keabsahan Data Keabsahan Data merupakan kegiatan yang penting dalam penelitian tindakan kelas. Keabsahan Data merupakan istilah alternatif dengan standar rasional untuk menilai kredibilitas penelitian kualitatif. Adapun hal-hal yang diungkap oleh Wiriatmadja (Hartini, 2009) agar data diperoleh peneliti miliki dan objektivitas, yaitu: a. Member-check Kegiatan memeriksa kembali kebenaran dan informasi atau data hasil temuan yang diperoleh dari narasumber, yaitu kepala sekolah, guru ataupun anak selama observasi dan wawancara. b. Triangulasi Proses memeriksa kebenaran data yang dianalisis oleh peneliti dengan mengkonfirmasi kepada guru kelas. c. Audit Trail Kegiatan memerikasa kesalahan-kesalahan dalam prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil kesimpulan. d. Expert Opinion Data atau informasi yang diperoleh peneliti kemudian diperiksa kembali oleh ahli atau pakar dalam kegiatan sain dengan media kertas
  • 31. krep untuk memeriksa semua tahapan-tahapan penelitian dan dapat memberikan arahan kepada peneliti terhadap masalah penelitian. 8. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan selama pengumpulan data dilapangan dan setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengorganisasian data dan analisis satu persatu sesuai dengan fokus permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan harus dituangkan dalam bentuk lisan dan analisis. Sanjaya Wina (2010) mengemukakan bahwa analisis data bisa dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: a. Reduksi data Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Dalam tahap ini peneliti membuang data yang tidak relevan. b. Mendeskripsikan data Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan melihat gambaran secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam grafik, matrik, tabel, atau deskripsi menyeluruh pada setiap aspek penelitian. c. Kesimpulan Merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.
  • 32. D. Daftar Pustaka Abu Hamidi, (1991). Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara Ali Nugraha. (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation Suharsimi Arikunto, (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Syaiful Bahri Djamarah. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin. Rineka Cipta. Sadjiman Ebdi Sanyoto, Drs. (2005). Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: CV Arti Bumi Intaran Endang Widjajanti Laksono. (1998). Meramalkan Zat Pewarna dengan Pendekatan Partikel dalam Kotak I–Dimensi. Cakrawala Hikayat Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Hariyadi, Sugeng. (2003). Psikologi Perkembangan. Semarang : UNNES http://arenapaud.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-sains-pada-anak-usia- dini.html) diakses 18 Oktober 2014. http://ceritadise.wordpress.com/2011/03/05/kemasan-kertas/diakses tanggal 18 Oktober 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Pulp diakses 18 Oktober 2014 http://jasa-cetakan.blogspot.com/2009/05/pengetahuan-tentang-kertas.html diakses tanggal 18 Oktober 2014
  • 33. John Elliot dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan- kelas-part-ii/ diakses tanggal 18 Oktober 2014 Kemdikbud (2012) panduan Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar : Jakarta Lepper, Sarah. (1994). Good School for Young Children. New York: Macmillan Pub. Company. Media Group. J Lexy Moleong, Prof. Dr. (2009), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakaya. Purnamawati dan Eldarni.( 2001). Media Pembelajaran. Jakarta Rochiati Wiriaatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sanjaya, Wina. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Sulasmi Darma Prawira. (1989). Warna sebagai Salah Satu Unsur Seni dan Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional Yuliani Nurani Sujiono, dkk (2005). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
  • 34. E. Jadwal Penelitian No Kegiatan/ Minggu Ke (dalam tahun ...) November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Pebruari 2015 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Persiapan a. Koordinasi b. Susunan pedoman kerja lapangan c. Persiapan bahan dan alat d. Identifikasi informasi dan dokumen 2 Pelaksanaan a. Penyusunan pedoman penelitian b. survey awal ke lokasi c. pengumpulan data dan analisis awal (siklus 1) d. diskusi hasil temuan awa e. pengumpulan data dan analisis lanjut (siklus 2) f. Peerdebriefing, triangulasi, dan recheck (siklus 3) g. Diskusi lanjut 3 Laporan a. Susunan Draft Laporan b. Seminar Hasil c. Revisi Laporan d. Penulisan Artikel e. Penggandaan Dan Jilid f. Pengesahan Dan Pengiriman
  • 35. F. SISTEMATIKA SKRIPSI Dalam penyusunan skripsi sistematika yang dimaksud untuk memudahkan para pembaca dalam memahami isi yang telah disusun peneliti. Adapun sistematika adalah sebagai berikut : 1. Bagian Awal Bagian awal memuat : halaman judul, halaman pengesahan, motto, dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran dan abstraksi 2. Bagian Isi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II LANDASAN TEORI A. Teori tentang Kemampuan Kognitif B. Teori tentang Pengenalan Sains Sederhana Anak C. Teori tentang Media Kertas Krep D. Kerangka Berfikir E. Hipotesis Tindakan BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Fokus Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Alat Pengumpulan Data G. Keabsahan Data H. Teknik Analisis Data
  • 36. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran 3. Bagian Akhir Bagian akhir penulisan skripsi memuat daftar pustaka dan lampiran - lampiran.