Dalam lingkup nasional, Industri makanan-minuman adalah kontributor yang cukup signifikan terhadap PDB Indonesia. Pada tahun 2008 nilai produksi industri makanan-minuman mencapai USD 20 Miliar dan tumbuh rata-rata sebesar 16 persen setiap tahun. Produksi industri makanan-minuman menyumbang sekitar 22,3 persen dari total produksi manufaktur di Koridor Ekonomi Jawa atau kedua terbesar setelah industri permesinan. Besarnya produksi yang dihasilkan oleh industri makanan-minuman tidak terlepas dari banyaknya investasi yang terealisasikan untuk industri tersebut. Total investasi yang terealisasi di Indonesia pada industri makanan-minuman sampai dengan akhir tahun 2010 adalah IDR 25 Triliun; dimana IDR 9 Triliun merupakan investasi dari luar negeri/PMA dan IDR 16 Triliun merupakan investasi dalam negeri/PMDN. Industri makanan-minuman menduduki peringkat tertinggi untuk jumlah PMDN yang terealisasikan pada tahun 2010. Pada tahun 2011, investasi pada industri makanan-minuman ditargetkan untuk mencapai IDR 38,87 Triliun. Dari sisi tenaga kerja, industri makanan-minuman merupakan industri yang menyerap tenaga kerja paling besar diantara industri manufaktur lainnya. Pada tahun 2010, industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3,6 juta orang atau terjadi peningkatan sebesar 3,28 persen dibandingkan dengan tahun 2009.
Dalam lingkup regional, industri makanan-minuman merupakan komoditas ekonomi utama dari lima komoditas ekonomi unggulan yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan Koridor Ekonomi Jawa. Kelima komoditas ekonomi unggulan adalah sebagai berikut:
1. Industri Makanan & Minuman di Megapolitan Surabaya – Malang & Kediri
2. Industri Perkapalan di Kabupaten Lamongan
3. Industri Migas di Segitiga Emas Bojonegoro-Tuban & Lamongan
4. Industri Telematika di Gerbangkertasusila
5. Industri Alutsista berada di Kab. Malang
Kemudian ditinjau dari PDRB tahun 2009, Sektor Industri Pengolahan merupakan salah satu sektor utama di perekonomian Jawa Timur dengan kontribusi hingga 27,9 persen. Khusus untuk produk makanan dan minuman (mamin), saat ini tercatat sejumlah 481.988 unit perusahaan beroperasi di Jawa Timur dan menyerap 1.455.958 orang tenaga kerja. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 473.605 unit perusahaan dan menyerap 1.406.027 orang tenaga kerja.
Secara nasional kinerja industri makanan minuman menunjukkan peningkatan nilai ekspor selama periode Januari-Agustus 2010. Selama periode tersebut, nilai ekspor dari industri makanan terjadi peningkatan sebesar 16 persen dan minuman sebesar 13 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan pasar atas produk industri makanan dan minuman sampai pada level internasional. Industri makanan minuman dan tembakau umumnya menggunakan bahan baku domestik dan memiliki demand yang stabil karena merupakan kebutuhan dasar manusia (Bank Indonesia Surabaya, 2010). Menurut hasil kajian Bank Indonesia (2010), secar
NKP AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar,SH,SIP,MH; OPTIMALISASI KEMAMPUAN SUBDITFASHARKAN DALAM RANGKA MEMELIHARA, MERAWAT DAN MENYELENGGARAKAN KEGIATAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH TENTANG HARWAT (PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN) KAPAL POLISI PATROLI DIREKTORAT POLISI PERAIRAN POLDA JAMBI........sebagai upaya untuk berbagi, atau share, dengan semboyan "INDAHNYA BERBAGI PENGALAMAN DAN PENGETAHUAN, ILMU JANGAN DIBAWA SAMPAI MATI, SAMPAIKAN DAN AMALKAM".
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...Imam Taufiq HA
The purpose of this study was to measure the effect of educational level, training and the quality of information technology to the implementation of Government Accounting Standards on the accrual basis of Musi Banyuasin Government. The theory that the writer used is the agency theory, stakeholders, New Public Management, Accrual Based Government Accounting Standards, level of education, training and the quality of information technology. The dependent variable in this research is the application of Accrual Based Government Accounting Standards. The independent variable is the level of education, training and the quality of information technology. Population and sample of this research is SKPD Musi Banyuasin about 29 SKPD and the number of respondents were 123 persons.
Data collection techniques was used is a field study consisted of interviews and questionnaires. This study used multiple linear regression analysis (Multiple Regression Analysis). This study found the level of education, training and the quality of information technology and give significant positive impact on the application of Accrual Based Government Accounting Standards.
Tugas Akuntansi sektor publik
Karya Ilmiah (Analisis Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Faktor-faktor yang Mempengaruhi pertanian di Bogor)
Disusun Oleh
1. Rizkya Rahmah
2. Ayu Cahya N
3. Gaby Angelina G
4. Nurlisa H
5. Dede Shintia A
Kelas 4C-Akuntansi
FE-Unpak
Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Instansi Pemerintah Pada Kantor Pusat Palatihan Manajemen Dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor
NKP AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar,SH,SIP,MH; OPTIMALISASI KEMAMPUAN SUBDITFASHARKAN DALAM RANGKA MEMELIHARA, MERAWAT DAN MENYELENGGARAKAN KEGIATAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH TENTANG HARWAT (PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN) KAPAL POLISI PATROLI DIREKTORAT POLISI PERAIRAN POLDA JAMBI........sebagai upaya untuk berbagi, atau share, dengan semboyan "INDAHNYA BERBAGI PENGALAMAN DAN PENGETAHUAN, ILMU JANGAN DIBAWA SAMPAI MATI, SAMPAIKAN DAN AMALKAM".
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...Imam Taufiq HA
The purpose of this study was to measure the effect of educational level, training and the quality of information technology to the implementation of Government Accounting Standards on the accrual basis of Musi Banyuasin Government. The theory that the writer used is the agency theory, stakeholders, New Public Management, Accrual Based Government Accounting Standards, level of education, training and the quality of information technology. The dependent variable in this research is the application of Accrual Based Government Accounting Standards. The independent variable is the level of education, training and the quality of information technology. Population and sample of this research is SKPD Musi Banyuasin about 29 SKPD and the number of respondents were 123 persons.
Data collection techniques was used is a field study consisted of interviews and questionnaires. This study used multiple linear regression analysis (Multiple Regression Analysis). This study found the level of education, training and the quality of information technology and give significant positive impact on the application of Accrual Based Government Accounting Standards.
Tugas Akuntansi sektor publik
Karya Ilmiah (Analisis Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Faktor-faktor yang Mempengaruhi pertanian di Bogor)
Disusun Oleh
1. Rizkya Rahmah
2. Ayu Cahya N
3. Gaby Angelina G
4. Nurlisa H
5. Dede Shintia A
Kelas 4C-Akuntansi
FE-Unpak
Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Instansi Pemerintah Pada Kantor Pusat Palatihan Manajemen Dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...Reza Yudhalaksana
EFFECT OF REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (RGDP) AND HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) ON FISCAL AUTONOMY
(A Case Study of Cities and Counties of West Java Year 2008-2013)
1. PROPOSAL PERMOHONAN DATA DAN INFORMASI
KAJIAN SPASIAL, CLUSTERING, DAN KETERKAITAN WILAYAH
BERDASARKAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN DAYA
SAING JAWA TIMUR
LABORATORIUM PERENCANAAN WILAYAH
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
2. II. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberi limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita sehingga kita mampu menjalankan tugas dan kewajiban
dengan baik.
Kegiatan survey ini merupakan bagian dari penyelesaian kajian spasial, clustering,
dan keterkaitan wilayah berdasarkan sektor unggulan dalam meningkatkan daya saing
Jawa Timur. Kajian ini merupakan salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Laboratorium Perencanaan Wilayah, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota dan Biro
Perekonomian Provinsi Jawa Timur.
Di dalam pelaksanaannya, kami beranggotakan :
1. Ummi Fadillah
2. Ajeng D
3. Vely Kukinul S
4. Dwi Retno A
5. Nuri
Dalam survey ini dari tahap awal sampai akhir penyelesaian tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya pada pihak yang terkait.
III. Latar Belakang
Dalam lingkup nasional, Industri makanan-minuman adalah kontributor yang cukup
signifikan terhadap PDB Indonesia. Pada tahun 2008 nilai produksi industri makanan-
minuman mencapai USD 20 Miliar dan tumbuh rata-rata sebesar 16 persen setiap tahun.
Produksi industri makanan-minuman menyumbang sekitar 22,3 persen dari total produksi
manufaktur di Koridor Ekonomi Jawa atau kedua terbesar setelah industri permesinan.
Besarnya produksi yang dihasilkan oleh industri makanan-minuman tidak terlepas dari
banyaknya investasi yang terealisasikan untuk industri tersebut. Total investasi yang
terealisasi di Indonesia pada industri makanan-minuman sampai dengan akhir tahun 2010
adalah IDR 25 Triliun; dimana IDR 9 Triliun merupakan investasi dari luar negeri/PMA dan
IDR 16 Triliun merupakan investasi dalam negeri/PMDN. Industri makanan-minuman
menduduki peringkat tertinggi untuk jumlah PMDN yang terealisasikan pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, investasi pada industri makanan-minuman ditargetkan untuk mencapai IDR
38,87 Triliun. Dari sisi tenaga kerja, industri makanan-minuman merupakan industri yang
menyerap tenaga kerja paling besar diantara industri manufaktur lainnya. Pada tahun 2010,
3. industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 3,6 juta orang atau terjadi peningkatan
sebesar 3,28 persen dibandingkan dengan tahun 2009.
Dalam lingkup regional, industri makanan-minuman merupakan komoditas ekonomi
utama dari lima komoditas ekonomi unggulan yang mempunyai peranan penting dalam
pengembangan Koridor Ekonomi Jawa. Kelima komoditas ekonomi unggulan adalah sebagai
berikut:
1. Industri Makanan & Minuman di Megapolitan Surabaya – Malang & Kediri
2. Industri Perkapalan di Kabupaten Lamongan
3. Industri Migas di Segitiga Emas Bojonegoro-Tuban & Lamongan
4. Industri Telematika di Gerbangkertasusila
5. Industri Alutsista berada di Kab. Malang
Kemudian ditinjau dari PDRB tahun 2009, Sektor Industri Pengolahan merupakan salah satu
sektor utama di perekonomian Jawa Timur dengan kontribusi hingga 27,9 persen. Khusus
untuk produk makanan dan minuman (mamin), saat ini tercatat sejumlah 481.988 unit
perusahaan beroperasi di Jawa Timur dan menyerap 1.455.958 orang tenaga kerja. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 473.605 unit perusahaan dan
menyerap 1.406.027 orang tenaga kerja.
Secara nasional kinerja industri makanan minuman menunjukkan peningkatan nilai
ekspor selama periode Januari-Agustus 2010. Selama periode tersebut, nilai ekspor dari
industri makanan terjadi peningkatan sebesar 16 persen dan minuman sebesar 13 persen
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan
tingginya permintaan pasar atas produk industri makanan dan minuman sampai pada level
internasional. Industri makanan minuman dan tembakau umumnya menggunakan bahan baku
domestik dan memiliki demand yang stabil karena merupakan kebutuhan dasar manusia
(Bank Indonesia Surabaya, 2010). Menurut hasil kajian Bank Indonesia (2010), secara umum
implementasi ACFTA diprediksi tidak berdampak signifikan terhadap industri makanan dan
minuman di Jawa Timur, terutama untuk industri makanan dan minuman skala menengah dan
besar.
Pentingnya kontribusi industri makanan-minuman dalam peningkatan PDB Nasional dan
Regional, peranan sector industri makanan-minuman dalam penyerapan tenaga kerja, dan
tingginya permintaan pasar atas produk industri makanan-minuman menjadi alasan nyata
untuk meningkatkan kinerja sektor ini dengan merumuskan kebijakan pengembangan industri
makanan-minuman sesuai dengan potensi kawasan di Jawa Timur. Dalam upaya menyusun
4. kebijakan pengembangan industri makanan-minuman juga perlu dicermati hilirisasi sector
unggulan industri makanan dan minuman pada masing-masing Kabupaten/Kota. Hal ini
diharapkan dapat berdampak pada peningkatan nilai tambah produk unggulan sehingga
industri kecil-menengah juga dapat terintegasi ke dalam rantai nilai. Hal ini sekaligus
menjadi momentum untuk mendukung industri kecil dalam meningkatkan produk, proses dan
fungsi mereka serta memperbaiki kualitas, produktivitas dan inovasi.
IV. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah merumuskan Kebijakan Pengembangan
Kluster berdasarkan sektor unggulan industri pengolahan pada sub sektor makanan dan
minuman di Jawa Timur. Dalam upaya menyusun poin-poin kebijakan pengembangan
industri makanan dan minuman, maka disusunlah sasaran kegiatan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hilirisasi sector/komoditas unggulan pada masing-masing
Kabupaten/Kota di Jawa Timur
2. Menganalisis arah pembentukan kompetensi inti industri daerah
3. Menganalisis karakteristik industri makanan-minuman daerah sehingga terbentuk
kluster-kluster pengembangan industri makanan dan minuman
4. Mengidentifikasi issue pengembangan prioritas atas masing-masing daerah dan/atau
kluster pengembangan industri makanan dan minuman
5. Merumuskan kebijakan strategis masing-masing daerah dan/atau kluster
pengembangan industri makanan dan minuman
Oleh karena itu, data, informasi dan keperluan kami adalah sebagai berikut:
● Rencana Strategis Pengembangan Industri Makanan dan Minuman di
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Timur
● Wawancara dengan pihak terkiat mengenai isu permasalahan pengembangan
industri makanan dan minuman.
5. V. Pelaksanaan
Kami akan melaksanakan survey instansional pada tanggal 25 Agustus 2014
sampai dengan 25 September 2014.
Pelaksanaan pada survey sekunder akan kami gunakan untuk mengambil data :
● Rencana Strategis Pengembangan Industri Makanan dan Minuman di
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Timur yang terletak pada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan maupuan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda)
● Wawancara dengan pihak terkiat mengenai isu permasalahan pengembangan
industri makanan dan minuman
VI. Penutup
Demikian proposal ini kami buat untuk pemenuhan kajian spasial, clustering,
dan keterkaitan wilayah berdasarkan sektor unggulan dalam meningkatkan daya saing
Jawa Timur. Atas bantuan dan kerja sama pihak yang bersangkutan kami ucapkan terima
kasih.
Surabaya, 20 Agustus 2014
Ketua Laboratorium Perencanaan Wilayah
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg
NIP. 196107261989031004