Dokumen tersebut membahas tentang ikhtilat dan khalwat. Ikhtilat berarti berbaur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Khalwat berarti berada dalam keadaan sepi dari orang lain. Kedua hal tersebut dilarang dalam Islam karena dapat memicu zina dan berdosa besar. Ikhtilat dan khalwat juga dapat mengundang siksaan Allah serta mengganggu ketenangan jiwa dan keihklasan dalam berdakw
Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M.
Semoga bermanfaat demi kelangsungan dakwah untuk menegakkan syariah dalam bingkai Khilafah, dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam, Mari ciptakan peradaban Islam yang Cemerlang, Selamat Berjuang!
--Sebarkan--
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
Dokumen tersebut merangkum proses penciptaan manusia menurut Al-Quran, dimulai dari penciptaan Adam dari tanah, kemudian penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam, dan proses kejadian manusia ketiga yaitu semua keturunan mereka melalui proses reproduksi secara biologis.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah tokoh sufi besar abad ke-5 dan 6 Hijriah yang mendirikan tarekat Qadiriyah. Ia lahir di Iran pada tahun 470 H dan dikenal sebagai syekh yang berpegang teguh pada syariat serta melakukan pendidikan ruhani. Karya-karyanya yang terkenal meliputi Tafsir Al-Jailani, Al-Ghunyah, dan Sirrul Asrar. Ia dikenang sebagai sosok yang jujur
Dokumen tersebut membahas tentang ikhtilat dan khalwat. Ikhtilat berarti berbaur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Khalwat berarti berada dalam keadaan sepi dari orang lain. Kedua hal tersebut dilarang dalam Islam karena dapat memicu zina dan berdosa besar. Ikhtilat dan khalwat juga dapat mengundang siksaan Allah serta mengganggu ketenangan jiwa dan keihklasan dalam berdakw
Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M.
Semoga bermanfaat demi kelangsungan dakwah untuk menegakkan syariah dalam bingkai Khilafah, dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam, Mari ciptakan peradaban Islam yang Cemerlang, Selamat Berjuang!
--Sebarkan--
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
Dokumen tersebut merangkum proses penciptaan manusia menurut Al-Quran, dimulai dari penciptaan Adam dari tanah, kemudian penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam, dan proses kejadian manusia ketiga yaitu semua keturunan mereka melalui proses reproduksi secara biologis.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah tokoh sufi besar abad ke-5 dan 6 Hijriah yang mendirikan tarekat Qadiriyah. Ia lahir di Iran pada tahun 470 H dan dikenal sebagai syekh yang berpegang teguh pada syariat serta melakukan pendidikan ruhani. Karya-karyanya yang terkenal meliputi Tafsir Al-Jailani, Al-Ghunyah, dan Sirrul Asrar. Ia dikenang sebagai sosok yang jujur
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)Awanda Gita
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat tercela yang dibenci oleh agama Islam, yaitu hasud (dengki), riya' (riya), aniaya (zalim), dan ananiah (egois). Dilengkapi dengan penjelasan makna setiap sifat, dalil-dalil Alquran dan hadis, serta akibat buruk jika mempunyai sifat-sifat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang tatacara pengurusan jenazah menurut ajaran Islam, meliputi memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah. Dokumen ini juga menjelaskan tatacara pelaksanaan masing-masing proses pengurusan jenazah secara rinci beserta dalil-dalilnya dari al-Quran dan hadis.
Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban dan adab dalam menjenguk orang sakit menurut agama Islam. Menjenguk orang sakit termasuk kewajiban fardu kifayah bagi umat Islam dan merupakan sunnah yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Dokumen tersebut juga menjelaskan siapa saja yang layak dijenguk, cara yang benar dalam menjenguk, serta manfaat dari menjenguk orang sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang persaudaraan (ukhuwah) antara kaum Muhajirin dan Anshar pada masa Rasulullah saw. Manhaj Al-Quran dalam membentuk persaudaraan melalui tazkiyah (penyucian jiwa) dan ajaran-ajaran tentang tauhid, ibadah, dan persaudaraan. Dokumen tersebut juga menjelaskan tahapan dan tingkatan dalam membangun persaudaraan antar umat Islam.
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang penguatan keyakinan agama berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli. Bidang pembahasannya adalah enam rukun iman. Ilmu ini sangat mulia karena membahas tentang Allah dan manfaatnya yang luhur. Hukum mempelajarinya wajib bagi setiap Muslim untuk memperoleh kepuasan hati dan akal akan kebenaran Islam.
1. Harun Al-Rasyid memerintah Kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-8 Masehi dan membawa kejayaan Islam mencapai puncaknya. 2. Era kepemimpinannya menandai masa keemasan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. 3. Harun Al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang adil, dermawan, dan menjadikan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia.
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusiaRatna Ika
Dokumen tersebut membahas tentang Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup umat manusia. Al-Quran dijelaskan sebagai wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, sedangkan hadis diartikan sebagai kata-kata atau perbuatan Nabi. Keduanya memiliki fungsi untuk menjelaskan hukum-hukum Islam dan sebagai pedoman kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek.
Dokumen tersebut merangkum tentang pentingnya silaturahim dalam kehidupan. Silaturahim dijelaskan sebagai menjalin hubungan kekerabatan dengan sanak saudara. Hadis Nabi menyebutkan bahwa orang yang menjalin silaturahim akan dilapangkan rezekinya dan diingat dengan baik. Dokumen ini juga memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk dalam silaturahim serta manfaat jangka panjang dari menjalin hubungan
Dokumen tersebut berisi beberapa kisah dan dialog antara ulama Sunni dengan Wahabi mengenai keyakinan bahwa Allah Maha Suci dan tidak terbatas oleh tempat. Kisah pertama menggambarkan dialog antara Sunni dan Wahabi di mana Sunni menjelaskan bahwa Allah ada tanpa tempat sebelum dan sesudah penciptaan alam semesta. Kisah kedua mencatat perdebatan antara ulama Maroko dengan Wahabi di Mekkah mengenai penafsir
Tulisan ini membahas pemikiran teologi tiga tokoh penting aliran Asy'ariyah yaitu al-Baqillani, al-Juwaini, dan al-Ghazali. Al-Baqillani dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan metode teologi Asy'ariyah secara sistematis dengan meletakkan premis-premis logika sebagai dasar argumen. Ia juga menetapkan sifat-sifat Allah tanpa menuai polemik dengan Mu'tazilah. Sedang
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)Awanda Gita
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat tercela yang dibenci oleh agama Islam, yaitu hasud (dengki), riya' (riya), aniaya (zalim), dan ananiah (egois). Dilengkapi dengan penjelasan makna setiap sifat, dalil-dalil Alquran dan hadis, serta akibat buruk jika mempunyai sifat-sifat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang tatacara pengurusan jenazah menurut ajaran Islam, meliputi memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah. Dokumen ini juga menjelaskan tatacara pelaksanaan masing-masing proses pengurusan jenazah secara rinci beserta dalil-dalilnya dari al-Quran dan hadis.
Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban dan adab dalam menjenguk orang sakit menurut agama Islam. Menjenguk orang sakit termasuk kewajiban fardu kifayah bagi umat Islam dan merupakan sunnah yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Dokumen tersebut juga menjelaskan siapa saja yang layak dijenguk, cara yang benar dalam menjenguk, serta manfaat dari menjenguk orang sakit.
Dokumen tersebut membahas tentang persaudaraan (ukhuwah) antara kaum Muhajirin dan Anshar pada masa Rasulullah saw. Manhaj Al-Quran dalam membentuk persaudaraan melalui tazkiyah (penyucian jiwa) dan ajaran-ajaran tentang tauhid, ibadah, dan persaudaraan. Dokumen tersebut juga menjelaskan tahapan dan tingkatan dalam membangun persaudaraan antar umat Islam.
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang penguatan keyakinan agama berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli. Bidang pembahasannya adalah enam rukun iman. Ilmu ini sangat mulia karena membahas tentang Allah dan manfaatnya yang luhur. Hukum mempelajarinya wajib bagi setiap Muslim untuk memperoleh kepuasan hati dan akal akan kebenaran Islam.
1. Harun Al-Rasyid memerintah Kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-8 Masehi dan membawa kejayaan Islam mencapai puncaknya. 2. Era kepemimpinannya menandai masa keemasan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. 3. Harun Al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang adil, dermawan, dan menjadikan Baghdad sebagai pusat peradaban dunia.
Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman manusiaRatna Ika
Dokumen tersebut membahas tentang Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup umat manusia. Al-Quran dijelaskan sebagai wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, sedangkan hadis diartikan sebagai kata-kata atau perbuatan Nabi. Keduanya memiliki fungsi untuk menjelaskan hukum-hukum Islam dan sebagai pedoman kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek.
Dokumen tersebut merangkum tentang pentingnya silaturahim dalam kehidupan. Silaturahim dijelaskan sebagai menjalin hubungan kekerabatan dengan sanak saudara. Hadis Nabi menyebutkan bahwa orang yang menjalin silaturahim akan dilapangkan rezekinya dan diingat dengan baik. Dokumen ini juga memberikan contoh-contoh perilaku yang baik dan buruk dalam silaturahim serta manfaat jangka panjang dari menjalin hubungan
Dokumen tersebut berisi beberapa kisah dan dialog antara ulama Sunni dengan Wahabi mengenai keyakinan bahwa Allah Maha Suci dan tidak terbatas oleh tempat. Kisah pertama menggambarkan dialog antara Sunni dan Wahabi di mana Sunni menjelaskan bahwa Allah ada tanpa tempat sebelum dan sesudah penciptaan alam semesta. Kisah kedua mencatat perdebatan antara ulama Maroko dengan Wahabi di Mekkah mengenai penafsir
Tulisan ini membahas pemikiran teologi tiga tokoh penting aliran Asy'ariyah yaitu al-Baqillani, al-Juwaini, dan al-Ghazali. Al-Baqillani dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan metode teologi Asy'ariyah secara sistematis dengan meletakkan premis-premis logika sebagai dasar argumen. Ia juga menetapkan sifat-sifat Allah tanpa menuai polemik dengan Mu'tazilah. Sedang
Makalah ini membahas tentang pengertian, fungsi, keistimewaan, dan sejarah perkembangan Ulumul Qur'an. Ulumul Qur'an didefinisikan sebagai ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur'an, mulai dari penafsiran hingga kodifikasi. Fungsinya untuk mendapatkan penafsiran sesuai dengan tujuan syariat. Sejarahnya dimulai sejak abad ke-3 M, dengan semakin berkembang set
Madzahib tafsir merupakan berbagai pendekatan yang digunakan oleh para ulama dalam menafsirkan Al-Quran. Terdapat tiga sumber utama tafsir yaitu bi al-riwayah (berdasarkan narasi), bi al-dirayah (berdasarkan pendapat pribadi), dan bi al-isharah (berdasarkan petunjuk-petunjuk). Pada masa Nabi, beliau merupakan satu-satunya otoritas dalam menafsirkan Al-Quran, sedangkan set
Dokumen tersebut membahas tentang Israiliyyat, yaitu kisah-kisah dari sumber Yahudi yang terkandung dalam tafsir Al-Quran. Ia menjelaskan definisi Israiliyyat, perkembangannya, pembagian-pembagian, dan kaedah mengenali Israiliyyat yang sebenarnya. Dokumen ini memberikan pandangan ahli tafsir terkemuka tentang topik ini untuk membantu memahami persoalan Israiliyyat secara tepat.
Aqidah Ahli Sunnah Wal Jama'ah menyatakan bahwa Allah harus disifati dengan sifat-sifat yang disebutkan dalam al-Qur'an dan hadis Nabi tanpa menyandarkan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah seperti duduk, bertempat, atau berada di langit. Ulama As-Salaf dan Khalaf sepakat bahwa Allah wujud tanpa tempat berdasarkan al-Qur'an, hadis, dan ijma' para ulama. Mereka melakukan ta
Konsep Tuhan dan Agama Lain Tentang Tuhanucu_mujahidah
Dokumen tersebut membahas konsep Tuhan dalam beberapa agama seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, dan Buddha. Islam meyakini Tuhan bernama Allah dan konsep ketauhidan, sedangkan Kristen memegang trinitas dan Yahudi masih belum mengetahui nama Tuhan pasti."
Teks tersebut membahas tentang qath'iyy dan zhanniyy dalam Alquran, yang merupakan kaidah penting dalam penafsiran ayat-ayat Alquran. Qath'iyy mengacu pada ayat-ayat yang maknanya pasti sehingga tidak memerlukan penafsiran, sedangkan zhanniyy mengacu pada ayat-ayat yang maknanya tidak pasti sehingga memerlukan penafsiran. Teks tersebut juga membahas tentang ajaran dasar dan bu
Tafsir merupakan ilmu untuk memahami Al-Quran dengan menjelaskan makna dan hukum-hukumnya. Para sahabat menafsirkan Al-Quran berdasarkan Al-Quran itu sendiri, hadis Nabi, dan pemahaman bahasa Arab mereka. Metode tafsir berkembang hingga mencakup pendekatan bi al-ma'tsur (berdasarkan sumber-sumber syar'i) dan bi al-ra'yi (berdasarkan pemikiran mufassir).
1. Bab pertama membahas pengertian ilmu tauhid, namanya yang lain seperti ilmu kalam dan ilmu ushuluddin, manfaat, tujuan, dan sumber ilmu tauhid. Para ulama sepakat bahwa mempelajari tauhid wajib bagi Muslim.
2. Bab kedua membahas perkembangan ilmu tauhid sejak zaman nabi hingga khulafaur rasyidin dan dinasti-dinasti selanjutnya. Munculnya berbagai aliran teologi seperti mur
Tiga fase pemikiran Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari menurut sumber-sumber Ahlussunnah:
1) Ketika ikut Mu'tazilah
2) Ketika menetapkan tujuh sifat 'aqliyyah dan melakukan ta'wil terhadap beberapa sifat sam'iyyah
3) Ketika menetapkan semua sifat Allah tanpa takyif dan tasybih sesuai metode salaf
2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)setyo mulyono
1. Teologi Islam berawal dari pertanyaan politik mengenai siapa yang berhak menjadi khalifah
2. Perpecahan antara Ali dan Muawiyah menimbulkan kelompok Khawarij dan Syiah
3. Abu Al-Hasan Al-Asy'ari mendirikan aliran Asy'ariyah yang menengahi pemikiran ekstrem Mu'tazilah dan Jabariyah
(i) Israiliyyat adalah kisah-kisah keturunan Nabi Yaakub (a.s) yang masuk ke dalam tafsir Al-Quran. (ii) Batiniah menekankan pengajian batin dan menolak hukum-hukum syariat. (iii) Syiah mengangkat Ali sebagai imam dan mentafsir ayat Al-Quran sesuai kepentingan mereka. (iv) Orientalis menafsir Al-Quran secara bebas tanpa merujuk hadis.
Dokumen tersebut membahas empat aliran utama aqidah dalam Islam yaitu:
1) Aliran Khawarij yang menekankan pada konsep dosa besar membuat seseorang kafir.
2) Aliran Mu'tazilah yang menekankan tauhid dan keadilan Allah serta konsep manzilah antara iman dan kufur.
3) Aliran Jabariyah yang menekankan bahwa semua perbuatan manusia ditentukan oleh takdir Allah.
4) Alir
Similar to PPT Kel. 4 AA ( kedudukan Allah swt ).pptx (20)
2. Pengertian Kedudukan Allah Swt
Kedudukan dalam KBBI ialah suatu tempat kediaman. Yang dimana dimaksudkan sebagai tempat
menetap, tempat berdiam untuk melaksanakan suatu hal, pekerjaan atau kegiatan. Namun, dalam
perspektif islam, terkhusus perspektif aliran-aliran ilmu kalam, kedudukan ini juga bermakna sebagai
keberadaan. Sesuai dengan materi yang dibahas pada bab ini, yakni mengenai Kedudukan atau
Keberadaan Allah Swt. Ada beberapa aliran ilmu kalam yang berbeda pendapat dalam hal ini,
namun, pada dasarnya pemahaman dan keyakinan mereka mengenai eksistensi Allah itu sama,
mereka semua memang meyakini bahwa Allah swt itu ada dan memang hal tersebut mutlak. Karena
jelas sudah, sebagai sebuah cabang ilmu dalam Islam, ilmu kalam memang membicarakan tentang
perkataan Allah (Al-Qur'an), Wujud Allah, Sifat-sifat Allah, Pengutusan nabi dan rasul, serta berita-
berita mengenai alam ghaib.
Pemikiran yang berkaitan dengan “Tuhan”, dalam ilmu kalam tidak berhenti sampai perbuatan
Tuhan. Lebih melebar lagi, kemudian sampai pada pemikiran tentang keberadaan Allah
Perdebatan tentang hal tersebut, lebih tajam lagi ketika membahas ayat yang memuat lafadz
استوى seperti dalam Q.S. Ta Ha {20}: 5. ,yaitu mengenai makna استوى. Apakah dimaknai dalam
makna dzohirnya, atau perlu dilakukan penta’wīlan.
3. ى ٰ
َوتْسا ِ
ش ْرَعْال ىَلَع ُن ٰمْحَّلرَا
Yang menjadikan dilematis adalah, pemaknaan dzohir dihawatirkan melahirkan paham
Mujasimah (Allah SWT berjisim sebagaimana manusia), namun begitupun dengan penakwilan
yang asal-asalan, dihawatirkan terjadi tahrīf (penyimpangan dari makna yang Allah SWT
maksud). Maka lahirlah kelompok yang bertentangan. Pada satu sisi mempertahankan makna
dzohir, namun di sisi lain ada yang mencoba mengalihkan pada makna yang dianggap lebih
pantas untuk Allah SWT.
Pertentangan mengenai hal tersebut sudah ada sejak lama dalam sejarah ilmu kalam. Kelompok
menyimpang yang cenderung memahami Allah SWT bertempat disebut dengan Musyabihah
atau Hawasyiah, dan Karamiyah. Jelas bahwa mereka adalah kelompok yang pemikirannya
bertentangan dengan ahlussunnah.
4. 1.1. Pendapat Musyabihat dan Karomiyah
Kelompok yang mendukung paham ini adalah kelompok Musyabihat, atau biasa juga disebut
dengan Hasyawiah. Kebanyakan dari mereka bermadzhabkan Imam Ahmad bin Hanbal,
namun Imam Ahmad bin Hanbal sendiri tidak berpaham Mujasimah. Di antara guru besar
Musyabihat dalah Abu Abdillāh bin Hamid bin ‘Ali al-Baghdadi al-Waraq (w. 403H), Abu Ja’la
Muhammad bin Husein bin Khalaf bin Farra’ al-Hanbali (w. 458), Abu Hasan Ali bin
Ubaidillāh bin Naṣar az Zaghwani al-Hanbali (w. 527 H).
Selain kelompok Musyabihat, yang mendukung paham Allah SWT bertempat adalah
kelompok Karamiyah. Tokoh dari kelompok ini adalah Muhammād bin Karrōm. Dia
mengatakan bahwa Yang disembahnya, menetap di ‘Arsy, berada di atas secara dzat. Dia
juga menetapkan Ismu al-Jauhar bagi yang Allah SWT. Dia juga menetapkan bahwa Allah
SWT mengalami perpindahan, juga nuzul dan transformasi. Sebagian mengatakan bahwa
Allah SWT memenuhi ‘Arsy, bahkan golongan terakhir dari mereka mengatakan bahwa Allah
SWT di atas, sejajar dengan ‘Arsy. -kita memohon perlindungan Allah dari keyakinan yang
menyimpang ini Musyabihat juga Karromiyah pada dasarnya memiliki pemahaman yang
sama, bahwa Allah SWT ada dan bertempat. Allah SWT bertempat di Arsy berdasarkan
pemahaman tekstual pada
ayat-ayat Istiwa seperti misalnya Q.S Taha (20) : 5
5. Dalam memahami Allah SWT bertempat, kelompok ini
juga mengatakan bahwa Allah SWT bertempat di atas
langit. Seperti ketika Allah SWT mengangkat Nabi Isa AS.
Ke langit Q.S. anNisa {4}: 158
اًمۡيِكَح ُ ه
ّٰللا َانَك َو ِؕهۡيَلِا ُ ه
ّٰللا ُهَعَفَّر ْلَب
اًزۡي ِ
زَع
Artinya : Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-
Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.Mereka
memahami ayat Al-Qur'an dengan cara seperti itu, secara
tekstual, dan enggan melakukan penakwilan.
6. 1.2. Pendapat Ahli Sunnah Waljamaah
Ahli Sunah Waljamaah memahami Allah SWT, sebagai dzat yang tidak butuh pada tempat. Karena tempat
adalah ciptaanNya, sedangkan Allah tidak butuh ciptaanNya. Pemahaman yang benar ini, bagi mereka
bukanlah bentuk penolakan terhadap ayat al-Qur’an yang mengandung lafadz استو
ى tapi hanya merupakan
penta’wīlan atau pentafwīḍan terhadap ayat tersebut.
Sebagian dari ulama aswaja, melakukan ta’wīl –mengalihkan dari makna zahir kepada yang pantas bagi
Allah SWT -terhadap ayat-ayat mutasyabihat, dan sebagian yang lain melakukan tafwid—mengalihkan dari
makna zahir namun tanpa penentuan makna- disertai dengan tanzīh (mensucikan Allah SWT dari hal yang
tidak layak).Adapun pembolehan ta’wīl, berdasarkan Hadis Rasulullah Saw yang mendokan Ibn Abbas:
“Yaa Allah SWT, ajarkanlah kepada Ibn Abbas hikmah dan penta’wīlan terhadap al-Qur’an”
(H.R. Bukhori dan Ibn Majah dan selain keduanya).
Baik ta’wīl maupun tafwīḍ, keduanya sahsah saja dalam khazanah ke ilmuan aswaja, karena yang keliru
bagi mereka adalah ketika
seseorang memaknai al-Qur’an dengan dzohir lafadz, lalu meyakini bahwa itulah yang
dimaksud dan bahwa itu tidak mustahil bagi Allah SWT.
Ahli sunah wal-jama’ah sangat menghindari tasybih dan tajsim bagi Allah SWT. Penolakan
terhadap tasybih berlandaskan pada Q.S. as-Syura {42}: 11.
7. Terjemahan :
(Allah) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis
kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia
Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.
ْزَا ِامَعْنَ ْ
اْل َنِم َّو اًجا َو ْزَا ْمُكِسُفْنَا ْنِم ْمُكَل َلَعَج ِِۗ
ض ْرَ ْ
اْل َو ِت ٰ
و َّٰمسال ُرِاطَف
ِِۗهْيِف ْمُكُؤ َرْذَي ۚاًجا َو
ِمَّسال َوُو َۚو ۚ َْءي شهِلْلِمَك َ ْيَل
ُْري ِ
صَبْال ُعْي
Selain dalil tersebut, terdapat juga Hadis Rasulullah yang lain yang memperkuat argumentasi
mereka, yaitu:
... يى دونك فلي الباطن وانت يى فوقك فلي الظاور انت
....
Engkaulah yang Maha dzohir, tidak ada sesuatu di atasmu, dan engkaulah yang Maha Batin,
tidak ada sesuatu di bawah Mu…. (H.R. Muslim)
8. 01
Jika di atas dan di bawah Allah SWT tidak ada apa pun, maka ‘arsy pun bukan di bawah Allah
SWT. Artinya Allah SWT ada tanpa tempat. Karena pemahaman terhadap keberadaan Allah SWT,
yang tanpa ruang, maka dalam menafsirkan ayat-ayat bahkan Hadis yang mengarah pada hal
tersebut, maka mereka melakukan penta’wīlan atau pentafwīḍan disertai tanzīh. Misalnya dalam
menafsirkan lafadz استوى dalam Q.S. Ta Ha : 5, mereka tidak memperbolehkan penafsiran kalimat
tersebut dengan arti duduk ataupun al-Istiqrār (konstan). Tetapi wajib memahaminya dengan sesuatu
yang pantas bagi Allah SWT menurut akal, seperti menta’wīlnya menjadi “menguasai”, atau tanpa
menentukan makna pengalihan disertai sikap tanzīh yaitu mensucikan Allah SWT dari sesuatu
yang menyerupai Makhluk, seperti duduk dan menetap.
Ahli Sunah Waljamaah dalam membantah dan menggugah kaum mujassimah, mereka
berargument: jika memang penafsiran Q.S. Ta Ha : 5 tidak boleh dita’wīl, maka begitu pula
ayat-ayat lain yang menunjukan Allah SWT bertempat juga tidak boleh dita’wīl, seperti Q.S al-Hadid
{57}: 4, dan Q.S. fuṣilat {41}: 54. Jika konsisten tidak ditakwil semua, maka yang
terjadi adalah pertentangan dalam menentukan tempat Allah SWT, apakah di ‘arsy, bersama
setiap manusia, atau meliputi semua?. Oleh karenya ta’wīl adalah suatu keharusan untuk
memadukan dan menyelaraskan antara ayat satu dengan yang lain yang zahirnya saling
bertentangan.