Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemberian makanan yang tepat untuk mencegah stunting pada bayi dan anak, termasuk standar emas pemberian makanan bayi seperti ASI eksklusif hingga 6 bulan, makanan pendamping ASI yang berkualitas mulai usia 6 bulan, serta pedoman gizi seimbang untuk pertumbuhan yang optimal.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya ASI eksklusif dan MP-ASI yang seimbang untuk pertumbuhan balita yang sehat
2. Gangguan pertumbuhan balita sering terjadi akibat asupan gizi dan kekebalan tubuh yang kurang memadai, terutama setelah usia 6 bulan
3. Untuk mencegah gangguan pertumbuhan diperlukan pemberian ASI dan MP-ASI sesuai j
Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia meliputi ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama, status ekonomi keluarga yang rendah, kelahiran prematur, panjang badan baru lahir yang pendek, ibu yang pendek, dan tingkat pendidikan orangtua rendah."
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi. Selama pandemi Covid-19, ibu dapat menyusui langsung dengan protokol kesehatan yang ketat atau memberikan ASI perah. Pemberian MP-ASI sesuai usia wajib dilakukan dengan memperhatikan jumlah, tekstur, frekuensi, dan kebersihan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pemberian makanan yang tepat untuk mencegah stunting pada bayi dan anak, termasuk standar emas pemberian makanan bayi seperti ASI eksklusif hingga 6 bulan, makanan pendamping ASI yang berkualitas mulai usia 6 bulan, serta pedoman gizi seimbang untuk pertumbuhan yang optimal.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya ASI eksklusif dan MP-ASI yang seimbang untuk pertumbuhan balita yang sehat
2. Gangguan pertumbuhan balita sering terjadi akibat asupan gizi dan kekebalan tubuh yang kurang memadai, terutama setelah usia 6 bulan
3. Untuk mencegah gangguan pertumbuhan diperlukan pemberian ASI dan MP-ASI sesuai j
Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia meliputi ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama, status ekonomi keluarga yang rendah, kelahiran prematur, panjang badan baru lahir yang pendek, ibu yang pendek, dan tingkat pendidikan orangtua rendah."
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi. Selama pandemi Covid-19, ibu dapat menyusui langsung dengan protokol kesehatan yang ketat atau memberikan ASI perah. Pemberian MP-ASI sesuai usia wajib dilakukan dengan memperhatikan jumlah, tekstur, frekuensi, dan kebersihan.
Dokumen tersebut membahas tentang Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang merupakan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya dengan memiliki pengetahuan, sikap dan praktik gizi seimbang, serta mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang sehat. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya memantau gizi dan pertumbuhan anggota keluarga secara teratur.
Dokumen tersebut membahas mengenai inovasi pencegahan stunting pada balita melalui program Kelas Balita Stunting (Kelanting Halu). Program ini bertujuan untuk menurunkan stunting, anemia, dan masalah gizi lainnya pada balita dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi, promosi ASI eksklusif, dan penyuluhan gizi secara terpadu di desa dan posyandu.
Dokumen tersebut membahas tentang program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya melalui perilaku gizi seimbang. KADARZI menetapkan sasarannya pada tingkat keluarga karena pengambilan keputusan gizi dan sumber daya terkait gizi berada di tingkat keluarga. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai con
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.
Dokumen tersebut membahas tentang Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang merupakan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya dengan memiliki pengetahuan, sikap dan praktik gizi seimbang, serta mengkonsumsi makanan beraneka ragam yang sehat. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya memantau gizi dan pertumbuhan anggota keluarga secara teratur.
Dokumen tersebut membahas mengenai inovasi pencegahan stunting pada balita melalui program Kelas Balita Stunting (Kelanting Halu). Program ini bertujuan untuk menurunkan stunting, anemia, dan masalah gizi lainnya pada balita dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi, promosi ASI eksklusif, dan penyuluhan gizi secara terpadu di desa dan posyandu.
Dokumen tersebut membahas tentang program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya melalui perilaku gizi seimbang. KADARZI menetapkan sasarannya pada tingkat keluarga karena pengambilan keputusan gizi dan sumber daya terkait gizi berada di tingkat keluarga. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai con
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.
5. KONTEKS DAN
PENYEBAB STUNTING
-Kebijakan Politik,
Ekonomi
- Ketahanan Pangan
- Pendidikan
- Pendapatan Keluarga
- Kurangnya ketersediaan pangan keluarga
- Buruknya perilaku higienitas pribadi & lingkungan
- Kurangnya perilaku pengasuhan & konsumsi
-Kurangnya pengetahuan praktis ttg kebersihan, kesehatan
& gizi
- Budaya dan norma yang kurang mendukung
- Kurangnya kualitas pelayanan kesehatan
- Lingkungan yang kurang baik
Kurangnya
asupan gizi
Buruknya
status infeksi
STUNTING
6. MASALAH INTERGENERASI
Stunting adalah masalah gizi intergenerasi:
kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kualitas kehidupan sebelumnya.
Calon ibu stunting berpotensi melahirkan
bayi stunting, termasuk calon ibu
KEK yang tidak mengubah pola makannya
saat hamil.
Begitu juga faktor sosial budaya yg
diturunkan antar generasi:
kemiskinan, kurangnya akses kpd
kebutuhan dasar, ketidak mampuan
menyediakan pangan bergizi bagi keluarga,
serta kondisi lingkungan yg
tidak mendukung, membuat masalah ini
sulit diintervensi & terus berlanjut.
8. POLA KONSUMSI
Permasalahan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi
perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang
sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan,
dan MPASI
PERILAKU
KONSUMSI
KURANG GIZI
MAKRO
Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi
serealia (257,7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78,4
gram/orang/hari), kelompok sayur dan olahan (57,1
gram/orang/hari), kacang dan olahan (56,7 gram/orang/hari), daging
dan olahan (42,8 gram/orang/hari) dan kelompok umbi (27,1
gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya dikonsumsi
lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.
Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok
orang untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang
dipengaruhi oleh instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik –
lingkungan alam (kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal),
budaya, agama, dan dan lingkungan sosial.
9. APAKAH MPASI ITU ?
• MAKANAN PENDAMPING ASI, ADALAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
KEPADA BAYI / ANAK DISAMPING ASI, UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN GIZINYA,
DIBERIKAN PADA USIA 6 – 24 BULAN
10. MENGAPA MPASI PERLU
DIPERHATIKAN
• UNTUK PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN BAYI / ANAK DIBUTUHKAN ZAT GIZI YANG SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN TUBUHNYA
• SEMAKIN MENINGKAT USIA BAYI / ANAK, KEBUTUHAN AKAN ZAT GIZI JUGA BERTAMBAH, SEDANGKAN ASI
YANG DIHASILKAN MULAI BERKURANG
11. MENGAPA MPASI PERLU
DIPERHATIKAN
• MPASI MERUPAKAN MAKANAN PERALIHAN DARI ASI KE MAKANAN KELUARGA. PENGENALAN &
PEMBERIAN MPASI HARUS DILAKUKAN SECARA BERTAHAP BAIK BENTUK (JENIS), JUMLAH & JADWALNYA.
DIMAKSUDKAN UNTUK MENYESUAIKAN KEMAMPUAN ALAT CERNA BAYI / ANAK DALAM MENERIMA MPASI
12. SYARAT MP-ASI
• JENIS MAKANAN HARUS SESUAI DENGAN KEMAMPUAN PENCERNAAN
• JUMLAH MAKANAN HARUS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PERTUMBUHAN
• JADWAL MAKAN HARUS SESUAI DENGAN SESUAI DENGAN USIA ANAK
• HIGINE MAKANAN HARUS BAIK UNTUK MENCEGAH TERJADINYA PENYAKIT,
TERUTAMA DIAREA
15. REKOMENDASI
Menetapkan Strategi Komunikasi
pelaksanaan perubahan pola konsumsi
untuk pencegahan stunting melalui
MPASI yang tepat.Untuk konvergensi
dan kesinambungan kegiatan perlu
peranan tenaga Kesehatan serta
masyarakat di Kecamatan Siontapina
2
Bekerja sama dengan
lintas sector dalam
menjalankan kegiatan yang
Menurunkan angka stunting
di kecamatan Siontapina
16. Melengkapi
Posyandu dengan
alat ukur
panjang/tinggi badan,
dan melaksanakan
pelatihan
kader
penggunaannya
untuk
Posyandu
Perlunya penilaian atau evaluasi secara
terus menerus sehingga dengan MP ASI
yang tepat dapat menurunkan angka stunting
di Wilayah kerja Puskesmas Siontapina
REKOMENDASI
17. REKOMENDASI
Menyusun program
intervensi
perubahan perilaku
yang
memperhatikan
kesamaan lokus,
fokus dan jadwal
Intervensi perubahan perilaku
untuk pencegahan stunting
harus memperhatikan
penguatan lingkungan
(enabling factor) meliputi upaya
peningkatan pendapatan,
pemahaman dan penyadaran
individu, keluarga dan
masyarakat yang
mempengaruhi pola asuh, pola
konsumsi dan kesehatan
lingkungan